Anda di halaman 1dari 13

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

Tentang
“ Komponen Kurikulum”

Disusun Oleh :
Kelompok A
ICHSAN MUBARAK 17129219
IKHLAS WARDHANA PUTRA 17129220
MIA NOFRIANA 17129057
NURHASANAH 17129388
RINY RAHAM PUTRI 17129406

17 BB 05

Dosen Pengampu :
Dra. Rifda Eliyasni, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAR NEGERI PADANG

2020
A. Pengertian Komponen Kurikulum
Menurut salah satu ahli Aminuddin (2008) disebutkan bahwa komponen
adalah keseluruhan makna yang terdiri dari sejumlah elemen, di mana antara elemen
yang satu dengan yang lainnya memilki ciri khusus yang berbeda-beda. Komponen
adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan dari suatu sistem
kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam pembentukan
sistem kurikulum. Sebagai sebuah sistem, kurikulum mempunyai komponen-
komponen. Seperti halnya dalam sistem manapun, kurikulum harus mempunyai
komponen lengkap dan fungsional baru bisa dikatakan baik. Sebaliknya kurikulum
tidak dikatakan baik apabila didalamnya terdapat komponen yang tidak lengkap
sekarang dipandang kurikulum yang tidak sempurna
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen
penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu system dari berbagai komponen
yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu
komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kurikulum
sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya, yakni tujuan, materi, metode, media, evaluasi. Komponen-
komponen tersebut baik secara sendiri maupun bersama menjadi dasar utama dalam
upaya mengembangkan sistem pembelajaran. Ada beberapa pendapat yang
menegaskan mengenai komponen kurikulum. Ralph W. Tyler menyatakan ada empat
komponen kurikulum yaitu tujuan, materi, organisasi dan evaluasi.
Jadi, Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen
penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen
yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu
komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relefansi. Kesesuian ini
meliputi dua hal: Pertama kesesuaian anatar kurikulum dengan tuntunan, kebutuhan,
kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian anata komponen-
komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan
tujuan, dmikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.
B. Komponen Kurikulum
1. Komponen Tujuan
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu
kepada tujuan umum pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau
hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kurikulum. Dalam skala makro, rumusan
tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat. Sedangkan dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan
visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit.
Menurut Bloom dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives tahun
1995, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke
dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu:
a. Domain Kognitif
Domain kognitf adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat
dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif terdiri dari enam
tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge): Pengeahuan adalah kemampuan mengingat dan
kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya
(recall).
2) Pemahaman (comprehension): Pemahaman adalah kemampuan untuk
memahami suatu objek atau subjek pembelajaran.
3) Penerapan (aplication): Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan
konsep,prinsip,prosedur pada situasi tertentu.
4) Analisis: Analisis adalah kemempuan menguraikan atau memecah suatu bahan
pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar
bagian bahan itu.
5) Sintesis: Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke
dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema,rencana
atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia
6) Evaluasi: Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi. Tujuan ini berkenaan
dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud
atau kriteria tertentu. Terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu
keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu.
b. Domain Afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap,nilai-nilai dan apresiasi. Menurut
Krathwohl dan kawan-kawan (1964) dalam bukunya Taxonomy of Education
Objectives: Affective Domain, domain afektif memiliki 3 tingkatan, yaitu:
1) Penerimaan: Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang
terhadap gejala,kondisi,keadaan atau suatu masalah.
2) Merespons: Merespons atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk membantu orang lain dll.
3) Menghargai: Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian
atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu.
4) Mengorganisasi: Hal ini berkenaan dengan pengembangan nilai ke dalam
sistem organisasi tertentu, termasuk hubungan antarnilai dan tingkat prioritas
nilai-nilai itu.
5) Karakerisasi Nilai: Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi
sistem nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang di
bangunnya itu dijadikan pandangan (falsafah) hidup serta dijadikan pedoman
dalam bertindak dan berprilaku.
c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan
keterampilan atau skill seseorang. Berikut terdapat tujuh tingkatan yang termasuk
ke dalam domain ini:
1) Presepsi (preception): Presepsi merupakan kemampuan seseorang dalam
memandang sesuatu yang dipermasalahkan.
2) Kesiapan (set): Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorang untuk
melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan perilaku-
perilaku khusus.
3) Meniru (imitation): Meniru adalah kemampuan seseorang dalam
mempraktikkan gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.
4) Membiasakan (habitual): Membiasakan adalah kemampuan seseorang untuk
mempraktikkan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh.
5) Menyesuaikan (adaptation): Emenyesuaikan atau beradaptasi adalah gerakan
atau kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi
yang ada.
6) Menciptakan (organization): Menciptkan atau mengorganisasikan, yakni
kemampuan seseorang untuk berkreasi dan mencipta sendiri suatu karya.

Walaupun istilah komponen yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda,


namun pada intinya sama yakni (1) Tujuan; (2) Isi dan Struktur Kurikulum; (3)
Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar), dan (4) Evaluasi. Seperti
menurut Sukmadinata (2015) yang akan penyaji jelaskan empat komponen inti yang
membentuk kurikulum:

Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum
sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang kemudian
dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat yaitu:

a. Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum dan
merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan. Artinya, setiap lembaga penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal ataupun nonformal.
Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal
dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh
pemerintah dalam bentuk undang-undang.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, secara jelas mengambarkan
tujuan Pendidikan Nasional, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuna untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuahan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
b. Tujuan Institusional
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi
yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan instutisional
merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam
bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standar
kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi
atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang
studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler juga dasarnya
merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan
demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk
mencapai tujuan instutisional.
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat
didefinisikan sebagi kemampuan yang harus dimililki oleh anak didik setelah
mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali
pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk
memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajarandi suatu
sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru. Sebelum guru
melakukan proses mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka selesai mengikuti pembelajaran.9
Menurut Bloom, dalam bukunya Taxonomy of Educational Objective yang terbit
pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat
digolongkan dalam tiga klasifikasi atau domain (bidang), yaitu domain kognitif,
afektif, dan psikomotorik
2. Komponen Bahan Pengajaran atau materi
a. Pengertian pengajaran atau materi
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang
dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-
topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran
2) Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran
3) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
Isi atau materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan
pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan
secara umum isis kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi:
1) Logika yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan
2) Etika yaitu pengetahuan tentang baik buruk nilai dan moral
3) Estetika yaitu pengetahuan tentang indah jelek yang ada nilai seninya
Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran
2) Berorientasi pada tujuan sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan

b. Kriteria memilih isi/materi


Hilda (1962) kriteria untuk memilih isi materi kurikulum yaitu :
1) Materi harus signifikan artinya menggambarkan pengetahuan mutaki
2) Relevan dengan kenyataan sosial dan kultur agar anak lebih memahaminya
3) Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman
4) Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan
5) Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik
6) Materi harus sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik

Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa


memberikan pengalaman pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan
pengalaman peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan materi
pelajaran menjadi berbagai kegiatan belajar. Kegiatan belajar menimbulkan
pengalaman belajar
Materi kurikulum mengandung aspek tertentu sesuai dengan tingkat tujuan
kurikulum yang meliputi:
1) Teori
2) Konsep
3) Generalisasi
4) Prinsip
5) Prosedur
6) Istilah
7) Contoh atau ilustrasi
8) Definisi
9) Preposisi

3. Komponen Strategi
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang
digunakan dalam pengajaran, tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya
terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada
hal itu saja, Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh
di dalam melaksanakan pengajaran, cara di dalam mengadakan penilaian, cara dalam
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara mengatur kegiatan sekolah secara
keseluruhan. Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup cara yang berlaku
dalam menyajikan tiap bidang studi, termasuk cara / metode mengajar dan alat
pelajaran yang digunakan. Dalam hal ini guru dapat menerapkan banyak
kemungkinan untuk menentukan strategi pembelajaran dan setiap strategi
pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya tersendiri.
Dalam pembelajaran K13 ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
bersama oleh para guru dalam melakssanakn pembeljaran, di antaranya: (1) berpusat
pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik; (3) menciptakan
kondisi menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika,
dan kinestika; (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif,
efesien, dan bernakna. (Fadillah, M 2017).
Komponen ini merupakan komponen yang memilki peran yang sangat
penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun bagus
dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya,
maka tujuan itu tidak mungkin dapat dicapai. Strategi meliputi metode, rencana dan
perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. (Arifin, Zainal
2014)
Tujuan-tujuan pelajaran yang bersifat prosedural, psikomotorik serta
terstruktur dengan baik, diajarkan setahap demi setahap, sangat baik kalau guru
menggunakan pembelajaran langsung. Sementara itu, keterampilan sosial yang
mencakup bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama, mengutarakan
ide, akan sangat cocok bila diajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif. Begitu
pula kemampuan pemecahan masalah, hanya dapat dilatihkan secara baik bila siswa
diberi kesempatan untuk melakukan praktik pemecahan masalah.
Strategi/metode/model pembelajaran sangat ditentukan oleh karakteristik
substansi yang akan diajarkan dan karakteristik siswanya. Tidak ada satu pun
strategi/metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua
substansi pelajaran secara sama baiknya. Substansi (isi) pelajaran tertentu memiliki
karakteristik tertentu, sehingga hanya cocok untuk diajarkan dengan cara tertentu
pula.
Menurut Undang-undang Nomor 20/2003, strategi pembelajaran di kelas
hendaknya dilakukan dengan cara olah hati, olah raga, olah rasa, dan olah otak.
Strategi pembelajaran yang demikian menyiratkan bahwa strategi yang digunakan
harus mampu melakukan pemberdayaan terhadap seluruh potensi siswa. Proses
pelaksanaan kurikulum harus menunjukan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya
guru untuk membelajarkan peserta didik baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka,
maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks
inilah, guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode
mengajar, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar.

4. Komponen Evaluasi
a. Pengertian
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian
terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian
tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang
bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright dalam (Sudrajat, 2008)
bahwa: “curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and
progress of students toward objectives or values of the curriculum”
Sementara itu, dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum
dimaksudkan sebagai evaluasi program, untuk mengakses kinerja kurikulum
secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang
dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi,
efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Salah satu komponen kurikulum penting
yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.

b. Tujuan
Secara umum, tujuan  evaluasi kurikulum mencakup dua hal
yaitu : pertama, evaluasi digunakan untuk menilai efektifitas, efisiensi dan
relevansi program. Kedua, evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
pelaksanaan kurikulum (pembelajaran). Sebagai alat bantu, evaluasi adakalanya
berfungsi dalam usaha memperbaiki program, dan adakalanya juga berfungsi
menentukan tindak lanjut pengembangan kurikulum. Dari kedua hal di atas, maka
pada intinya evaluasi kurikulum ditujukan guna penyempurnaan kurikulum
dengan jalan mengungkapkan keberhasilan maupun kekurangan proses
pelaksanaan kurikulum dalam mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan.
Secara komprehensif, tujuan evaluasi kurikulum ini dapat ditinjau dari tiga
demensi, yakni:
1) Dimensi 1, berkaitan dengan waktu pelaksanakan evaluasi. Terdapat dua
jenjang waktu di dalam melaksanaan evaluasi kurikulum. Pertama, evaluasi
formatif, yaitu evaluasi yang diselenggarakan sepanjang pelaksanaan
kurikulum itu berlangsung. Ini bertujuan guna menganalisa permasalahan
sedini mungkin, sehingga dapat secepatnya dilkukan perbaikan - perbaikan.
Kedua, evaluasi sumatif, proses evaluasi ini biasanya dilakukan pada akhir
semester, puncak tahun ajaran atau mungkin dilaksanakan lima tahun sekali.
Ini berfungsi dalam menilai efektivitas sebuah kurikulum dengan  menganalisa
seluruh data yang terkumpul selama proses pelaksanaan kurikulum maupun
akir implementasi kurikulum.
2) Dimensi  2, pada dimensi ini terdapat dua komponen penting yang menjadi
titik tekan  evaluasi kurikulum. Kedua hal tersebut adalah
komponen proses  serta komponen produk. Dalam hal  proses, evaluasi
diarahkan guna mengukur (efektivitas, efesiensi serta relevansi) sebuah
metode dan proses pelaksanaan kurikulum. Tujuannya adalah untuk
mengetahui ketepatan metode serta proses yang diimplementasikan dalam
suatu kurikulum tersebut. Sementara dalam komponen produk, evaluasi
kurikulum bertujuan menilai hasil-hasil nyata baik dari siswa maupun guru
seperti; silabus, satuan pelajaran, serta alat-alat pelajaran. Dan juga termasuk
didalamnya hasil-hasil test dari siswa, maupun hasil karya siswa (makalah,
artikel dsb).
3)   Dimensi 3, yaitu ranah operasi keseluruhan proses kurikulum dan hasil
belajar siswa. Dalam ranah operasi keseluruhan kurikulum, evaluasi bertujuan
menilai keseluruhan proses pengembangan kurikulum (seluruh operasi
lembaga pendidikan itu), mencakup perencanaan, desain, implementasi,
pengawasan, administrasi dan penilaiannya. Juga judgment terkait biaya, staf
pengajar, penerimaan siswa dll. Terkait hasil belajar siswa, yang menjadi
tujuan evaluasi kurikulum adalah mengevaluasi hasil belajar siswa yang
berkesesuaian dengan tujuan kurikulum yang harus dicapainya. Penilaian ini
mepertanyakan, apakah hasil belajar siswa telah sesuai dengan tujuan
kurikulum, visi & misi lembaga pendidikan serta tuntutan orang tua siswa
maupun pihak lainnya.

Selain bertujuan sebagaimana terkandung di dalam ketiga dimensi di atas,


evaluasi kurikulum juga ditujukan sebagai pertanggungjawaban terhadap beberapa
pihak terkait seperti;  pemerintah, masyarakat, orang tua, pelaksana pendidikan,
dan pihak-pihak lainnya yang ikut mensponsori kegiatan pengembangan
kurikulum yang bersangkutan

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan


kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan
dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh
para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam
memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan
pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum
juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana
pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik,
memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara
penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya (Sukmadinata, 1997)
Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat
dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu tes dan non tes.

a. Tes
Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Hasil tes
biasanya diolah secra kuantitatif. Dilihat dari fungsinya, tes yang dilaksanakan
setelah satu caturwulan atau semester dinamakan tes sumatif. Sedangkan tes
yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar atau mungkin setelah
selesai satu pokok bahasan dinamakan tes formatif. Dilihat dari
pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan.
b. Nontes
Nontes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai
aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis
nontes sebagai alat evaluasi, di antaranya wawancara, observasi, studi kasus,
dan skala penilaian.
DAFTAR RUJUKAN

Aminuddin. (2008) . Semantik Pengantar Studi Makna. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Abdullah Idi, M.Ed. (2007). Pengembangan Kurikulum Teori & Prakti..Yogyakarta: Ar


Ruzz Media

Arifin, Zainal. (2014). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum Cet. IV. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Fadillah, M. (2017). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,


SMP/MTS, & SMA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014

Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Nana Syaodih Sukmadinata. (2015). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sukmadinata, N.S. (1997). Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Taba, H. 1962. Curriculum Development Theory and Practices. New York: Harcour,
Brace and World Inc

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/2258/3/BAB%20II.pdf
http://repository.ut.ac.id/4283/1/PEBI4303-M1.pdf

Anda mungkin juga menyukai