Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Saat ini negara Indonesia telah masuk ke dalam era globalisasi, tentu diharapkan segala sesuatunya mengalami perubahan dan kemajuan ke arah yang lebih baik, salah satunya yakni melalui pendidikan. Tetapi pendidikan juga tidak lepas dari pentingnya peran kurikulum, yang memberikan acuan mengenai tujuan, konten pembelajaran, strategi serta evaluasi pembelajaran itu sendiri. Kurikulum merupakan sejumlah tahapan yang didesain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan berupa proses yang statis ataupun dinamis serta pedoman kompetensi yang harus dicapai siswa. Dikarenakan kurikulum pendidkan itu sangat penting, maka kurikulum harus mempunyai pijakan atau landasan yang kuat, sehingga kurikulum pendidikan tidak mudah terombang-ambing oleh keadaan zaman dan tidak perlu mempertaruhkan siswa sebagai hasil produk proses pendidikan itu sendiri. Landasan pendidikan suatu bangsa di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan pengetahuan dan teknologi, sehingga setiap bangsa atau negara pasti memiliki kurikulum yang berbeda dengan bangsa atau negara lainnya yang disesuaikan dengan faktor-faktor di atas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut : 1. Apa landasan komponen-komponen pengembangan kurikulum? 2. Bagaimana peranan komponen-komponen pengembangan kurikulum dalam perencanaan program pembelajaran dan pendidikan? 3. Apa dasar pertimbangan penentuan isi komponen-komponen pengembagan kurikulum dalam menyusun program pembelajaran dan pendidikan?

Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 1

C. Tujuan Penulisan 1. Memahami landasan komponen-komponen pengembangan kurikulum 2. Mengidentifikasi komponen-komponen pengembangan kurikulum dalam

perencanaan program pembelajaran dan pendidikan 3. Menganalisis Pendidikan komponen-komponen pengembagan kurikulum yang perlu

dijadikan dasar pertimbangan dalam menyususn program pembelajaran dan

D. Metode Penulisan Penulis dan kelompok melakukan metode kepustaakaan (kajian pustaka) yaitu suatu penelitian yang digerakan untuk meneliti dan memecahkan masalah dengan mengambil beberapa referensi yang ada kaitannya dengan landasan pengembangan kurikulum.

BAB II PEMBAHASAN

A. . Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum

Kurikuum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu dan saling mempengaruhi. Berikut adalah bagan yang menunjukkan kemponen-komponen tersebut :

Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 3

Gambar 1 Sistem Kurikulum

(Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 44)

Bagan diatas ini menggambarkan bahwa system kurikulum terbentuk oleh 4 komponen

yaitu, komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi, pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu system,setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang terbentuk sister kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya maka system kurikulum juga akan terganggu (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 44) 1. Komponen Tujuan Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Seperti yang disampaikan oleh Hummel (Uyoh Sadulloh : 1994 dalam Akhmat Sudrajat : 2008) bahwa tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu: 1. Autonomy; gives individuals and groups the maximum awareness, knowledge, and ability so that they can manage their personal and collective life to the greatest possible extent. 2. Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life by covering them an equal basic education. 3. Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the generation but also guide education towards mutual understanding and towards what has become a worldwide realization of common destiny.) Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam sekala macro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau system nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan (Akhmad Sudrajat, 2008 : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponenkomponen-kurikulum/). Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai
Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 5

tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur,yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi 4, yaitu : a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) b. Tujuan Institusional (TI) c. Tujuan Kurikuler (TK) d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP) (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 45) 1) Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Dengan demikian, seluruh lembaga penyelenggara pendidikan baik formal maupun informal harus membentuk manusua sesuai dengan rumusan itu. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undan-undang. Secara jelas tujuan pendidikan nasional Indonesia yang bersumber dari system nilai pancasila dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehudupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2) Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setip lembaga pendidikan. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi. 3) Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Dengan demikian tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasis

yang harus dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga Pendidikan. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional. Tujuan Pembelajaran yang merupakn bagian dari tujuan kurikuler,dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran disuatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 45-46) Menurut Bloom, dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives yang terbit pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam 3 klasifikasi atau 3 domain ( bidang ), yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 46) a. Domain Kognitif Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan yaitu : 1) Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan mengingat dan kemampuan mengingkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya (recall). Kemapuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang paling rendah. Kemampuan dalam bidang kemampuan ini dapat berupa : Pertama, pengetahuan tentang sesuatu yang khusus ; pengetahuan tentang fakta. Pengetahuan mengingat fakta semacam ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Kedua, pengetahuan tentang cara/ prosedur atau cara suatu proses tertentu
(Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 46)

2) Pemahaman (Comprehension) Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin terjadi manakala didahului oleh sejumlak pengetahuan (knowledge). Oleh sebab itu, pemahaman lebih tinggi ditingkatkanya dari
Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 7

pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan mengankap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan pemahaman ini bisa merupakan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan ataupun kemampuan ekstrapolasi. Kemampuan menjelaskan yakni kesanggupan untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu, pemahaman menafsirkan sesuatu, dan pemahaman ekstrapolasi. 3) Penerapan (Application) Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur ada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan mengamplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumusrumus, dalil, hokum,konsep, ide dan lain sebagainya kedalam sesuatu yang lebih konkrit. 4) Analisis Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungn antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang komplek yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu biasanya analisis diperuntukan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa tingkat atas (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 47-48). 4) Sintesis Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian kedalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau meliaht hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Jika analisis mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan menyatukan unsure atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis, merupakan kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru. 5) Evaluasi Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam doain kognitif tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria

tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagi pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu. Untik dapat memiliki kemampuan memberikan penilaian dibutuhkan kemampuan-kemampuan sebelumnya (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 48) Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat rendah ; sedangkan tiga tingkatan selanjutnya yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat tinggi.

b. Domain afektif Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Artinya, seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut Krathwohl dan kawan-kawan ( 1964 ), dalam bukunya Taxonomi of Educational Objectives : Affective Domain, Domain afektif memiliki tingkatan yaitu (Wina
Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 48) :

1) Penerimaan Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu manakal mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau kondisi yang ada. Kemudian mereka juga menunjukan kerelaan untuk menerima, bersedia untuk memerhatikan gejala, atau kondisi yang diamatinya itu. Akhirnya, mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala perhatiannya terhadap objek itu. 2) Merespon Merespon atau menanggapi ditunjukan oleh kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya. Respon biasanya diawali dengan diam-diam, kemudian dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kesadaran,
Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 9

setelah itu baru dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kepuasan. 3) Menghargai Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuj memberi penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu. Menghargai terdiri dari penerimaan suatu nilai dengan keyakinan tertentu seperti menerima adanya keasan atau persamaan hak antara laki-laki dan perempuan; mengutamakan suatu nilai seperti memiliki keyakinan akan kebenaran suatu ajaran tertentu, serta komitmen akan kebenaran yang diyakininya dengan aktivitas. 4) Mengorganisasi Tujuan yang berhubungan dengan organisasi ini berkenaan dengan pengembangan nilai kedalam system organisai tertentu, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu. Tujuan ini terdiri dari mengkonseptualisasikan nilai, yaitu memahami insur-unsur abstrak dari suatu nilai yang dimiliki dengan nilai-nilai yang datang kemudian; serta mengorganisasi suatu system nilai, yaitu nengembangkan suatu system nilai yang saling berhubungan yang konsisten dan bulat dan termasuk nilai-nilai yang lepas-lepas (Wina Sanjaya dan Dian Andayani,
2009 : 49)

5) Karakterisasi Nilai Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi system nilai dengan pengkajian secara mendalam , sehingga nilai-nilai yang dibangunkannya itu dijadikan pandangan (falsafah) hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku (Wina Sanjaya dan Dian Andayani,
2009 : 49)

c. Domain Psikomotor Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk kedalam domain ini : 1) Persepsi (Perception) 2) Kesiapan (Set) 3) Meniru (Imitation) 4) Membiasakan (Habitual) 5) Menyesuaikan (Adaptation) 6) Menciptakan (Organization)

Persepsi

merupanan

kemampuan

seseorang

dalam

memandang

sesuatu

yang

dipermasalahkan. Persepsi pada dasarnya hanya mungkin dimiliki oleh seseorang sesuai dengan sikapnya. Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorng untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan perilaku-perilaku khusus. Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempralktekan dalam gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya. Kemampuan meniru tidak selamanya diikuti oleh pemahaman tentang pentingnya serta makna gerakan yang dilakukannya. Kemampuan habitual sudah merupakan kemampuan yang didorong oleh kesadaran dirinya walaupun gerakan yang dilakukannya masih seperti pola yang ada(Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 50). Baru dalam tahapan berikutnya, yaitu kemampuan yang berhadaptasi gerakan atau kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi yang ada. Tahap akhir dari keterampilan ini adalah tahap mengorganisasikan, yakni kemapuan seseorang untuk berkreasi dan mencipta sendiri suatu karya. Tahap ini merupakan tahap puncak dari keseluruhan kemampuan, yang tergambardari kemampuanya menghasilkan sesuatu yang baru (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 51) 2. Komponen Isi/Materi Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada. Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria itu natara lain: a. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa. b. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial. c. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji d. Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas e. Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan. Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun
Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 11

dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran b. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran c. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 50): a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan. b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral c. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya. Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsif-prinsif sebagai berikut : a. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran. b. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan. Materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk : 1) Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. 2) Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala. 3) Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian. 4) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep. 5) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik. 6) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian. 7) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam

materi. 8) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat. 9) Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya. 10) Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 50)

3. Komponen Metode/Strategi Strategi merupakan pola umum menentukan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Misalkan dalam suatu permainan sepak bola untuk memenangkan pertandingan kita dapat menggunakan strategi menyerang atau bertahan. Maka stelah kita menyusun strategi baru kita tentukan pola atau metode menyerang atau bertahan yang itu pola yang harus dilakukan (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 51). T. Rakajoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Yaitu : a. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyususnan strategi baru sampai pada proses penyusunan rencanaa kerja beum sampai pada tindakan. b. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach).
Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 13

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Menurut Killen ada dua pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approaches) : strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Pendekatan yang berorientasi pada peserta didik (student centered approaches) : strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Menurut Rowntree (1974), strategi pembelajaran dapat dibagi atas: 1. Strategi Exposition Learning 2. Strategi Discovery Learning 3. Strategi Group, dan 4. Strategi Individual Learning Strategi pembelajaran individual dan kelompok, lebih menekankan bagaimana desain pembelajaran itu dilihat dari sisi siswa yang belajar. strategi pembelajaran kelompok (group learning) yaitu : Siswa yang belajar dengan bahan yang sama, oleh guru yang sama, tanpa memperhatikan perbedaan minat, bakat atau kemampuan yang dimiliki siswa. Dan strategi pembelajaran individu (Individual Learning) yaitu : sistem pembelajaran dengan pola yang memperhatikan kemampuan dasar siswa, kecepatan belajar, bahkan memperhatikan minat dan bakat secara penuh (Akhmat Sudrajat : 2008). Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belakangan ini mulai muncul konsep pembelajaran dengan isitilah PAKEM, yang merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Oleh karena itu, dalam prakteknya seorang guru harus dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Metode atau strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum yang baik akan mencapai hasil yang maksimal, jika

pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 52) 4. Komponen Evaluasi Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir (Oliva, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut, maka evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan kurikulum. Melalui evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipetahankan atau tidak, dan bagian-bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif (Wina Sanjaya dan
Dian Andayani, 2009 : 53-54)

Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu tes dan non tes. a. Tes Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pelajaran. Hasil tes biasanya diolah secara kuantitatif. Proses pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan setelah berakhir pembahasan satu pokok bahasan, atau setelah selesai satu caturwulan atau satu semester. Dilihat dari fungsinya, tes yang dilaksanakan setelah selesai satu caturwulan atau semester dinamakan tes sumatif. Hal ini disebabkan hasil dari tes itu digunakan untuk menilai keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran sebagai bahan untuk mengisi buku kemajuan belajar (nilai raport) (Wina Sanjaya dan Dian Andayani,
2009 : 54)

Sedangkan tes yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar atau mungkin setelah selesai satu pokok bahasan dinamakan tes formatif, karena fungsinya bukan untuk melihat

Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 15

keberhasilan siswa akan tetapi digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. 1) Kriteria Tes Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reabilitas. a) Validitas Tes sebagai suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang hendak di ukur. Misalnya, seandainya guru ingin mengukur tingkat keterpahaman siswa mengenai mata pelajaran A maka soal-soal tes harus berisikan item-item tentang A, bukan soal-soal yang berisi B, seandainya guru ingin mengukur kemampuan siswa dalam mengoprasikan suatu produk teknologi, maka alat yang digunakan adalah tes keterampilan menggunakan produk teknologi tersebut. Tidak dikatakan tes memiliki tingkat validitas seandainya yang hendak diukur kemahiran mengoprasikan sesuatu, tetapi yang digunakan adalah tes tertulis yang mengukur keterpahaman suatu konsep. b) Reabilitas Tes memiliki tingkat reabilitas atau keandalan jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten. Misalnya, jika suatu tes diberikan kepada kelompok siswa, kemudian diberikan lagi kepada sekelompok siswa yang sama pada saat yang berbeda, maka hasilnya akan relatif sama. ada beberapa teknik untuk menentukan tingkat reabilitas tes. Pertama, dengan tes-retes yaitu dengan mengkorelasikan haisl testing yang pertama dengan hasl testing yang kedua. Kedua, dengan mengkorelasikan hasil testing antara item ganjil dengan item genap (idd-even method). Ketiga, dengan memecah haisl testing menjadi dua bagain, kemudian keduanya dikorelasikan (Wina
Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 54-55)

2) Jenis-jenis Tes Tes hasil belajar dapat dibedakan atas beberapa jenis. Berdasarkan jumlah peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 55): a) Tes kelompok

Yaitu tes yang dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama. b) Tes individual Yaitu tes yang dilakukan kepada seorang siswa secara perorangan. Dilihat dari cara penyusunannya, tes juga dapat dibedakan menjadi: a) Tes buatan guru Yaitu tes yang disusun untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan. Misalnya untuk mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya, atau untuk melihat efektifitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tes buatan guru biasanya tidak terlalu memperhatikan tingkat validitas dan tingkat reabilitas. Hal ini disebabkan, tes buatan guru hanya mencakup materi yang terbatas.. b) Tes Standar Tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sehingga berdasarkan hasil tes tersebut, dapat diprediksi keberhasilan siswa pada masa yang akan dating. Tes standar biasanya digunakan untuk kepentingan seleksi mahasiswa baru, seleksi untuk pegawai, dan sebagainya. Sebagai tes yang berfungsi untuk mengukur kemampuan, maka suatu tes standar harus memiliki derajat validitas dan reabilitas melalui serangkaian uji coba, serta memiliki tingkat kesulitan dan daya pembeda yang tinggi. Dilihat dari pelaksanaanya, tes dapat dibedakan menjadi; a) Tes tertulis Tes tertulis atau sering juga disebut tes tulisan adalah tes yang dilakukan dengan cara siswa menjawab sejumlah item soal dengan cara tertulis. Ada dua jenis tes yang termasuk ke dalam tes tulisan ini, yaitu (Wina Sanjaya dan Dian Andayani, 2009 : 56): Tes esei Tes esei adalah bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertayaan secara terbuka yaitu menjelaskan atau menguraikan melalui kalimat yang disusunnya sendiri. Tes esei dapat menilai proses mental siswa terutama dalam hal menyusun jawaban secara sistematis, kesanggupan menggunakan bahasa dan lain sebagainya Tes objektif
Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 17

Tes objektif adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan. Misalnya bentuk tes benar-salah (BS), tes pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), dan bentuk melengkapi (completion). b) Tes lisan Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara lisan. Tes ini bagus untuk menilai kemampuan nalar siswa. Melalui bahas secara verbal, penilai dapat mengetahui secara mendalam pemahaman siswa tentang sesuatu yang dievaluasi, yang bukan hanya pemahaman tentang konsep, akan tetapi bagaimana aplikasinya serta hubungannya dengan konsep lain, bahkan penilai juga dapat mengungkap informasi tentang pendapat dan pandangan mereka tentang sesuatu yang dievaluasi. Tes lisan hanya mungkin dapat dilakukan manakala jumlah siswa yang dievaluasi sedikit, serta menilai sesuatu yang tidak terlalu luas akan tetapi mendalam. c) Tes perbuatan Tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan. Tes ini cocok manakala kita ingin mengetahui kemampuan dan keterampilan seseoran mengenai sesuatu. Contohnya memperagakan suatu alat dan sebagainya. b. Non Tes Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis nontes sebagai alat evaluasi, diantaranya: 1) Observasi Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi tertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi partisipatif dan non partisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan menempatkan observer sebagai bagian dimana observasi itu dilakukan. Sedangkan observasi non partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai pengamat. 2) Wawancara Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan yang mewawancarai. Ada dua jenis wawancara, yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak

langsung. Dikatakan wawancara langsung manakala pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang ingin dievaluasi. Sedangkan wawancara tidak langsung , dilakukan manakala pewawancara ingin mengumpulkan data subjek melalui perantara. 3) Studi kasus Stusi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus. Misalnya, ingin mempelajari bagaimana sikap dan kebiasaan siswa tertentu dalam belajar bahasa inggris di dalam kelas selama satu semester (Wina Sanjaya dan Dian Andayani,
2009 : 56)

4) Skala penilaian Skala penilaian atau biasa disebut rating scale merupakan salah satu alat penilaian dengan menggunakan skala yang telah disusun dari ujung negatif sampai dengan ujung positif, sehingga pada skala tersebut penilai tinggal membubuhi tanda cek (v) (Wina Sanjaya dan Dian
Andayani, 2009 : 57).

Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 19

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Landasan komponen-komponen pengembangan kurikulum,adalah memahami komponenkomponen kurikulum (tujuan, isi, strategi dan evaluasi) sebagai suatu sistem, setiap sistem harus berkaitan satu sama lain. Manakala satu komponen pembentuk terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum juga terganggu. 2. Komponen kurikulum terdiri dari tujuan (hasil yang ingin dicapai), isi (apa yang kan diajarkan), strategi (bagaimana cara mengajarkan) dan evaluasi (menilai hasil proses pembelajaran. 3. Dari domain tujuan, salah satu landasan pengembangannya adalah dengan menggunakan taxonomy Bloom (revision) baik dari segi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Sedangkan untuk domain isi, strategi dan evaluasi, landasan pengembangannya diantaranya adalah, perkembangan teknologi dan informatika, aspek psikologis terutama perkembangan anak dan kebijakan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Komponen-komponen kurikulum. [Online] Tersedia : http://indonesiaadmin.blogspot.com/2010/02/komponen-komponen-kurikulum.html (14 Februari 2011) Mihwanuddin. 2011. Komponen-komponen kurikulum. [Online]. Tersedia :

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/01/03/komponen-komponen-sistem-kurikulum/. (14 Februari 2011) Sudrajat, Akhmad. 2008. Komponen-komponen Kurikulum. [Online]. Tersedia :

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum.html (14 Februari 2011) Tim Pengembang MKDP. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Kelompok X Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 21

Anda mungkin juga menyukai