Anda di halaman 1dari 16

LUKYANA IMAMAH

170421619065

TUJUAN DAN MATERI PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN (PENGERTIAN)

Secara garis besar, tujuan pendidikan merupakan titik dasar untuk menentukan ke
mana arah pendidikan akan dicapai, siapa yang akan menjadi subjek serta objek pendidikan,
dan apa hasil yang akan diraih, sehingga akan terlihat jelas bagaimana proses dan jalan yang
harus dilalui untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut. Adapun tujuan pendidikan
menurut para pakar pendidikan di Indonesia sebagai berikut ini :

1. Ki Hajar Dewantoro sebagai bapak pendidikan di Indonesia, memberikan penjelasan


mengenai tujuan pendidikan, yaitu dengan mengajarkan berbagai macam disiplin ilmu
kepada peserta didik agar mereka memiliki kepribadian baik dan sempurna dalam
hidup, di mana ini akan sejalan dengan masyarakat, alam, dan lingkungan.
2. Dalam sebuah buku berjudul “Ilmu Pendidikan”, Ahmadi menuturkan bahwa tujuan
pendidikan menurut agama islam adalah untuk melahirkan generasi bangsa yang
cerdas, sehat, patuh, dan taat kepada Allah SWT, serta menjauhi setiap larangan-Nya.
3. Menurut J.J. Rousseau, salah satu tokoh aliran naturalisme, mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah sebagai wujud pertahanan sifat serta sikap baik di dalam diri
sendiri, kemudian mengajarkannya kepada peserta didik sehingga melahirkan
generasi yang mampu tumbuh dan berkembang secara alami seperti halnya manusia
dengan kebaikan yang dimiliki.
4. Dalam sebuah buku berjudul “Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi”, Suardi
mengemukakan pendapat bahwa tujuan pendidikan merupakan sebuah hasil refleksi
yang dicapai setelah proses pemberian pendidikan kepada peserta didik telah selesai.
Untuk mencapai tujuan itulah proses belajar dan mengajar baik dalam hal
memberikan stimulus ilmu dari guru kepada peserta didik, mengerjakan beberapa
latihan soal, maupun berbagai macam aktivitas di dalamnya harus dilakukan agar
peserta didik mampu menuju ke arah tujuan pendidikan secara total.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan merupakan dasar ke mana arah
pendidikan itu akan dicapai, atau apa saja hal-hal yang akan dicapai setelah proses
pembelajaran itu.
2. JENIS & TINGKATAN TUJUAN

Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan dan disusun menurut hirarki
sebagai berikut:

a) Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan yang ingin dicapai secara nasional, yang
dilandasi oleh falsafah suatu Negara. Sesuai dengan Pasal 3 dalam Tap MPR Nomor
IV/MPR/1973 menjelaskan hal ini:
“Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia pembangunan ber-Pancasila
dan membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat
menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan
sesame manusia dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar
1945.”

Selain itu Undang-undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis secara
bertanggung jawab.”

b) Tujuan Institusional ialah tujuan pendidikan yang akan dicapai menurut jenis dan
tingkatan sekolah atau lembaga pendidikan masing-masing, biasanya tercantum dalam
kurikulum sekolah atau lembaga pendidikan yang harus dicapai setelah selesai
belajar, Tujuan Institusional ini berbentuk Standar Kompetensi Lulusan. Standar
Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi
Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan
dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran,
dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
c) Tujuan kurikuler adalah tujuan kurikulum sekolah yang telah diperinci menurut
bidang studi atau mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
d) Tujuan intruksional adalah tujuan pokok bahasan atau tujuan sub pokok bahasan
yang diajarkan oleh guru. Tujuan intruksional dibedakan menjadi dua macam yaitu
tujuan intruksional umum (TIU) dan tujuan intruksional khusus (TIK). Tujuan
intruksional umum berada pada tiap-tiap pokok bahasan yang telah dirumuskan
didalam kurikulum sekolah, khususnya didalam Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP). Tujuan intruksional khusus adalah tujuan pengajaran yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa pada akhir tiap jam pelajaran, biasanya dibuat
oleh guru yang dimuatkan didalam satuan pelajaran (satpel).
3. TUJUAN LANGSUNG & TIDAK LANGSUNG

Tujuan langsung

Tujuan langsung pendidikan adalah memberikan pendidikan, pengajaran dan


pengetahuan pada peserta didik yang diharapkan bertambahnya pengetahuan, kemampuan,
dan keterampilan peserta didik

Tujuan tidak langsung

Tujuan pendidikan secara tidak langsung menanamkan karakter moral pada anak,
misal seperti rasa bertanggungjawab, toleransi, disiplin, dan lain sebagianya sebagai hasil dari
proses pembelajaran.

Macam – Macam Tujuan Pendidikan Menurut M.J Langeveld

Berdasarkan ruang lingkup (luas dan sempitnya) tujuan yang ingin dicapai, Langeveld
mengemukakan bahwa jenis-jenis tujuan pendidikan adalah:

1) Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan akhir yang akan dicapai oleh seseorang melalui
pendidikan. Dengan demikian, apabila tujuan pendidikan adalah kedewasaan, maka semua
kegiatan pendidikan harus tertuju pada kedewasaan agar tujuan umum pendidikan itu dapat
tercapai. Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan akhir pendidikan adalah membentuk
insan kamil atau manusia sempurna. (Amir Daien,1973) sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan umum/akhir pendidikan ialah membentuk insan kamil yang dewasa jasmani dan
rohaninya baik secara moral, intelektual, sosial, estesis, dan agama.

Contoh: Seorang guru meminta siswa kelas 1 untuk merapikan crayon dan meja lipat setelah
mewarnai, secara tidak langsung anak telah diajarkan tentang tanggungjawab. Sikap
bertanggungjawab ini akan membentuk sebuah kedewasaan dalam diri anak.

2) Tujuan Khusus

Tujuan khusus merupakan pengkhususan dari tujuan umum. Kita tahu bahwa tujuan
umum pendidikan adalah kedewasaan. Kedewasaan disini masih general sifatnya. Banyak
faktor yang membentuk kedewasaan, sehingga dapat dikatakan tujuan khusus dari pendidikan
mencakup segi-segi tertentu. Pengkhususan tujuan ini dapat disesuaikan dengan kondisi dan
situasi tertentu, misalnya disesuaikan dengan:

a. Jenis-jenis kelamin anak didik


b. Pembawaan anak didik
c. Usia/taraf perkembangan anak didik
d. Tugas lembaga yang mendidik anak seperti keluarga, sekolah, masyarakat, mesjid dan
sebagainya.
e. Falsafah negara
f. Kesanggupan pendidik.
3) Tujuan Insidental

Tujuan insidental (insiden: peristiwa), ialah tujuan yang menyangkut suatu peristiwa
khusus. Boleh dikatakan sukar mencari hubungan antara tujuan insidental dengan tujuan
umum (kedewasaan), namun sebenarnya tujuan insidental tersebut terarah kepada pencapaian
tujuan umum.

Contoh : ibu melarang anaknya bermain di pintu terbuka, karena dapat menyebabkan
kecelakaan terjepit pintu misalnya, atau karena pintu merupakan arah masuknya angin bisa
saja anak masuk angin, atau mengganggu lalu lintas orang yang lewat di pintu.

4) Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang terdapat dalam langkah-langkah untuk mencapai
tujuan umum (merupakan pijakan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi). Dengan kata
lain, tujuan sementara adalah tujuan pendidikan yang dicapai seseorang pada setiap fase
perkembangan. Misalnya saat seorang anak diajarkan untuk dapat berjalan ia harus
mengalami beberapa tahapan dari merangkak, berdiri, berjalan terpatah-patah sampai
akhirnya dia bisa berjalan. Inilah yang disebut tujuan sementara.

5) Tujuan Tak Lengkap

Tujuan tak lengkap adalah tujuan yang hanya membahas tentang salah satu aspek
pendidikan. Tujuan ini erat hubungannya dengan aspek-aspek pendidikan yang akan
membentuk aspek-aspek kepribadian manusia, seperti kecerdasan, moral, sosial,keagamaan,
estetika, dan sebagainya.

6) Tujuan Intermedier/perantara

Tujuan perantara ini merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang
lain. Misalnya saja seseorang yang bersekolah tujuannya adalah akhirnya adalah lulus, ketika
dia naik kelas dari kelas satu ke kelas dua dan dari kelas dua ke kelas tiga itu merupakan
tujuan intermedier/tujuan perantara.

Keenam tujuan tersebut menurut Langeveld intinya dapat disederhanakan menjadi


satu macam saja, yaitu “tujuan umum” dimana kelima tujuan yang lainnya diarahkan untuk
pencapaian tujuan umum pendidikan yaitu terbentuknya kehidupan sebagai insan kamil, satu
kehidupan dimana ketiga inti hakikat manusia baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial
dan makhluk susila/religius dapat terwujud secara harmonis.

4. KRITERIA TUJUAN YANG BAIK (PERUMUSAN TUJUAN)

Perumusan tujuan pendidikan mengarah pada kondisi apa yang diharapkan dalam
proses pendidikan. Kondisi yang diharapkan atau tujuan yang ingin dicapai tentunya akan
berbeda sesuai dengan pandangan hidup seseorang juga kehendak negara tempat ia hidup.
Tujuan pendidikan harus mengandung tiga nilai, yaitu:

1. Autonomy : memberi kesadaran, pengetahuan dan kemampuan mandiri, dan hidup


bersama dalam kehidupan yang lebih baik
2. Equity : keadilan dalam memberi kesempatan-kesempatan kepada seluruh warga
masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan
ekonomi, dengan memberinya pendidikan dasar yang sama.
3. Survival yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan
kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.

Berdasarkan ketiga nilai tersebut di atas pendidikan mengemban tugas untuk


menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia-manusia yang berkebudayaan. Manusia
sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Nilai-nilai di atas
menggambarkan pendidikan dalam suatu konteks yang sangat luas, menyangkut kehidupan
seluruh umat manusia, di mana digambarkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
menciptakan suatu kehidupan yang lebih baik.

Robert F. Mager mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran


dalam format ABCD.

a. A = Audience adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, yaitu


siswa. Terdapat keterangan mengenai kelompok siswa yang akan manjadi sasaran
pembelajaran secara spesifik. Misalnya, siswa jenjang sekolah apa, kelas berapa,
semester berapa, dan bahkan klasifikasi pengelompokan siswa tertentu. Batasan yang
spesifik ini penting agar sejak awal mereka yang tidak termasuk dalam batasan
tersebut sadar bahwa bahan pembelajaran yang dirumuskan belum tentu sesuai bagi
mereka.
b. B = Behavior adalah perilaku spesifik khusus yang diharapkan dilakukan siswa
setelah selesai mengikuti proses pembelajaran (perilaku yang dapat diamati sebagai
hasil belajar). Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting, yaitu kata kerja dan objek.
Kata kerja menunjukkan bagaimana siswa mempertunjukkan sesuatu, seperti:
menyebutkan, menganalisis, menyusun, dan sebagainya. Objek menunjukkan pada
apa yang akan dipertunjukkan itu, misalnya kalimat pasif, kesalahan tanda baca dalam
kalimat, karangan berdasarkan gambar seri, dsb.
c. C = Condition adalah kondisi yang dijadikan syarat atau alat yang digunakan pada
saat siswa diuji kinerja belajarnya (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku
yang diharapkan dapat tercapai). Di samping memuat unsur penyebutan audiens dan
perilaku, hendaknya pula mengandung unsur yang memberi petunjuk kepada
penyusun tes mengenai kondisi atau dalam keadaan bagaimana siswa diharapkan
mempertunjukkan perilaku yang dikehendaki pada saat diuji.
d. D = Degree adalah derajat atau tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus dicapai
siswa dalam mempertunjukkan perilaku hasil belajar. Target perilaku yang diharapkan
dapat berupa: melakukan tanpa salah, dalam batas waktu tertentu, pada ketinggian
tertentu, atau ukuran tingkatan keberhasilan lainnya. Tingkat keberhasilan
ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap
dapat diterima. Di bawah batas itu, siswa dianggap belum mencapai tujuan
pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.

Contoh perumusan tujuan dengan format ABCD:

Melalui pengamatan langsung (C), siswa (A) mampu mempraktekkan (B) tata cara
mengkafani jenazah pada patung (objek) dengan benar (D)

Taksonomi Tujuan Pendidikan (Bloom)

Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang


umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan
pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada
umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan
pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy).

Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif; ranah yang berkaitan dg aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di


dalamnya mencakup: pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, memadukan, dan
penilaian
b. Ranah afektif; ranah yang berkaitan dg aspek-aspek emosional atau sikap, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya
mencakup: penerimaan, sambutan, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi
c. Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari :
kesiapan, peniruan, membiasakan, menyesuaikan dan menciptakan. Taksonomi ini
merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan
efektivitas pembelajarannya.

Kriteria Tujuan Pembelajaran

Suatu tujuan pembelajaran hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam situasi
bermain peran dalam kegiatan pasar modal.
b. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.
c. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada
pembuatan kurva Philips, siswa dapat menjelaskan tingkat inflasi dengan tingkat
pengangguran.

W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menegaskan bahwa seorang guru
profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang
dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah
mengikuti pelajaran. Selanjutnya, dia menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam
memilih tujuan pembelajaran, yaitu:

1. Preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting
dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan
2. Analisis taksonomi perilaku; dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan
dapat menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan
dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif,
afektif, ataukah psikomotor.

Ciri dan Karakteristik Tujuan Pembelajaran Yang Baik

Menurut Guilbert (1984) dalam artikelnya yang berjudul "How to Devise Educational
Objectives", tujuan pembelajaran yang baik mempunyai ciri-ciri: relevan, tegas, layak, logi,
dapat diamati (tampak), dan dapat diukur.

Karakteristik tujuan yang efektif menurut Westberg dan Jason (1993) dalam buku
"Collaborative Clinical Education" adalah: konsisten dengan tujuan keseluruhan dari sekolah,
realistis dan dapat dilakukan, sesuai untuk tahap pelajar, layak, dan tidak diperlakukan
seolah-olah mereka terukir di batu (sangat baku)

Model Mager merekomendasikan bahwa tujuan pembelajaran harus spesifik dan


terukur, dan pada tujuan pembelajaran harus memiliki tiga bagian berikut: kata kerja yang
terukur (kata kerja operasional), spesifikasi apa yang dapat ditunjukkan oleh siswa dan
spesifikasi kriteria keberhasilan atau kompetensi

5. PERBEDAAN SK, KI, KD DAN INDIKATOR

a. Standar Kompetensi

Standar Kompetensi (SK) merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup


pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh
peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Bisa juga dikatakan SK
adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa
mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula.

Pada setiap mata pelajaran SK sudah ditentukan oleh para pengembang kurikulum,
yang dapat kita lihat dari Standar Isi. Jika sekolah memandang perlu mengembangkan mata
pelajaran tertentu, misalnya mengembangkan kurikulum muatan lokal, maka perlu
dirumuskan SKnya sesuai dengan nama mata pelajaran dalam muatan lokal tersebut.

b. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti menurut Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan dasar dan Menengah merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta
didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

Isi KI harus mencerminkan harapan dari SKL. Kompetensi inti (KI) terdiri dari KI-1
sampai dengan KI-4. Rumusan setiap KI berbeda sesuai dengan aspeknya. Rumusan KI
meliputi:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;


2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan;
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

KI berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) Kompetensi Dasar.


Sebagai unsur pengorganisasi, KI merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan
organisasi horizontal KD (Kompetensi Dasar). Organisasi vertikal KD adalah keterkaitan KD
satu kelas dengan kelas di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antar kompetensi yang dipelajari peserta didik. Organisasi
horizontal KD adalah keterkaitan antara KD satu mata pelajaran dengan KD dari mata
pelajaran yang berbeda dalam satu kelas yang sama sehingga saling memperkuat.

c. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,


pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran, (Permendikbud No.
22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan dasar dan Menengah). Kompetensi dasar
dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing-
masing mata pelajaran.

Kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum yang bersifat kompleks bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar
mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai tanggung jawab. Dengan
demikian tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini bukanlah hanya sekedar
pemahaman akan materi pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan
materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal


yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan
dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga merupakan perincian atau penjabaran
lebih lanjut dari kompetensi inti. Adapun penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam
silabus sangat penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan
target kompetensi yang harus dicapainya.
d. Indikator

Indikator merupakan penanda kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan


perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur atau dapat diobservasi.

Ciri-ciri Indikator

1 Konsisten dengan standar kompetensi mata pelajaran


2 Dinyatakan dengan jelas
3 Dapat diukur dengan jelas
4 Realistik dan dapat dilakukan
5 Sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik, dan
6 Dapat dicapai dalam kurun waktu yang tersedia.[9]

Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal, yaitu tingkat kompetensi


dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi, unsur-unsur secara lengkap dikenal
dengan ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree). Indikator dirumuskan dalam
bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

1 Standar Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang


harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang
pendidikan tertentu pula
2 Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada setiap tingkat, kelas atau
program.
3 Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus
dikuasai peserta didik yang diperoleh oleh peserta didik melalui pembelajaran
4 Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran
yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

MATERI PEMBELAJARAN

1. JENIS-JENIS MATERI PEMBELAJARAN

Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.

a. Fakta

Fakta ialah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama
objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen
suatu benda, dan sebagainya. Contoh dalam mata pelajaran Sejarah: Peristiwa sekitar
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan Pemerintahan Indonesia.
b. Konsep

Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan
sebagainya. Contoh, dalam mata pelajaran Biologi: Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai
sumber plasma nutfah, Usaha-usaha pelestarian keanekargaman hayati Indonesia secara in-
situ dan ex-situ, dsb.

c. Prinsip

Prinsip berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil,
rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang
menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh, dalam mata pelajaran Fisika: Hukum
Newton tentang gerak, Hukum 1 Newton, Hukum 2 Newton, Hukum 3 Newton, Gesekan
Statis dan Gesekan Kinetis, dsb.

d. Prosedur

Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan


suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh, dalam mata pelajaran TIK: Langkah-
langkah mengakses internet, trik dan strategi penggunaan Web Browser dan Search Engine,
dsb.

e. Sikap atau Nilai

Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih
sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dsb. Contoh, dalam mata
pelajaran Geografi: Pemanfaatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, yaitu
pengertian lingkungan, komponen ekosistem, lingkungan hidup sebagai sumberdaya,
pembangunan berkelanjutan.

2. KRITERIA MATERI AJAR YANG BAGUS (prinsip-prinsip pengembangan


materi)

Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah


kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).

a. Relevansi (kesesuaian)

Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan


pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik
berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan
konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. Misalnya : kompetensi dasar yang harus
dikuasai peserta didik adalah ”Menjelaskan hukum permintaan dan hukum penawaran serta
asumsi yang mendasarinya” (Ekonomi kelas X semester 1) maka pemilihan materi
pembelajaran yang disampaikan seharusnya ”Referensi tentang hukum permintaan dan
penawaran” (materi konsep), bukan Menggambar kurva permintaan dan penawaran dari satu
daftar transaksi (materi prosedur).

b. Konsistensi (keajegan)

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka
materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar
yang harus dikuasai peserta didik adalah Operasi Aljabar bilangan bentuk akar (Matematika
Kelas X semester 1) yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian,
maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan merasionalkan pecahan bentuk akar.

c. Adequacy (kecukupan)

Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak
boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan
keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).

Dalam pengembangan materi belajar guru harus mampu mengidentifikasikan dan


mempertimbangkan hal-hal berikut:

a) Potensi peserta didik meliputi potensi intelektual, emosional, spiritual, sosial dan
potensi vokasional
b) Relevansi dan karakteristik daerah. Jika peserta didik bersekolah dan berlokasi di
daerah pantai, maka pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar selaras
dengan kondisi masyarakat pantai.
c) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta didik
d) Kebermanfaatan bagi peserta didik. Pengembangan materi pembelajaran diupayakan
agar manfaatnya dapat dirasakan peserta didik dalam waktu yang relative singkat
setelah suatu materi pembelajaran tuntas dilaksanakan.
e) Struktur keilmuan yang sesuai dengan materi pembelajaran suatu ilmu.
f) Aktulaitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran. Mengembangkan materi
pembelajaran hendaknya mempertimbangkan potensi peserta didik, tingkat
perkembangan peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, alokasi waktu dan
perkembangan peradaban dunia
g) Relevansi kebutuhan peserta didik dan tuntunan lingkungan
h) Alokasi waktu

3. CAKUPAN DAN URUTAN MATERI PEMBELAJARAN

Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi


pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak,
terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan
memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran.

1. Cakupan materi pembelajaran

Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran perlu


diperhatikan beberapa aspek, yaitu:

a) aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur);


b) aspek afektif;
c) aspek psikomotorik.

Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran, guru juga harus memperhatikan


prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang
menyangkut:

a. keluasan materi, adalah menggambarkan berapa banyak materi-materi yang


dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran;
b. kedalaman materi, adalah seberapa detail konsep-konsep yang harus
dipelajari/dikuasai oleh siswa.

2. Penentuan Urutan Materi Pembelajaran

Urutan penyajian (sequencing) materi pembelajaran sangat penting. Tanpa urutan


yang tepat, akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya, terutama untuk materi yang
bersifat prasyarat (prerequisite). Misalnya untuk mapel PAI materi tentang konsep shalat
secara umum harus diberikan terlebih dulu sebelum memberikan konsep shalat jamaah dan
shalat-shalat sunnat.

Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat
diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.

a. Pendekatan Prosedural

Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah


secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya materi
thaharah pertama kali diberikan dalam aspek fiqih dalam mapel PAI, sebelum memberikan
materi shalat dan macam-macam shalat.

b. Pendekatan Hierarkis

Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang berjenjang


dari mudah ke sulit, atau dari yang sederhana ke yang kompleks. Contoh dalam mapel PAI
adalah materi membaca ayat al-Quran, dimulai dengan mengenal huruf-huruf (abjad) Arab,
lalu membaca kata atau kalimat yang menjadi potongan ayat, hingga akhirnya membaca ayat
al-Quran secara utuh.
5. PROSEDUR PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN

Secara lengkap, langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran dapat


dijelaskan sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan


kompetensi dasar.

Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-


aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa.
Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi
dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran untuk
membantu pencapaiannya. Perlu ditentukan apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang harus dipelajari siswa termasuk aspek atau ranah:

a) Kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis, analisis, dan


penilaian.
b) Psikomotorik yang meliputi gerak awal, semi rutin, dan rutin.
c) Afektif yang meliputi pemberian respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.

2. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran.

Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga
dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi
pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta,
konsep, prinsip dan prosedur, seperti telah diuraikan di depan.

3. Memilih jenis materi yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.

Pemilihan jenis materi harus disesuaikan dengan kompetensi dasar dan standar
kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu, perlu diperhatikan pula jumlah atau ruang
lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar
kompetensi. Sebagaimana disebutkan di point 2 di atas, materi yang akan diajarkan perlu
diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan
lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan
diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Identifikasi
jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya, sebab setiap jenis
materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem
evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau
hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” sedangkan
metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.

4. Memilih sumber materi pembelajaran dan selanjutnya mengemas materi


pembelajaran.

a. Sumber Materi Pembelajaran


Setelah jenis materi ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan sumber materi
pembelajaran. Materi pembelajaran dapat ditemukan dari berbagai sumber seperti buku
pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dan sebagainya.

b. Jenis Pengembangan

Terdapat beberapa jenis pengembangan materi pembelajaran, yakni jenis penyusunan,


pengadaptasian, pengadopsian, penerjemahan, dan perevisian.

1) Penyusunan

Penyusunan merupakan proses pembuatan materi pembelajaran yang dilihat dari segi hak
cipta milik asli si penyusun. Proses penyusunan itu dimulai dari identifikasi seluruh SK dan
KD, menurunkan KD ke dalam indikator, mengidentifikasi jenis isi materi pembelajaran,
mencari sumber-sumber materi pembelajaran, sampai kepada naskah jadi. Wujudnya dapat
berupa modul, lembar kerja, buku, e-book, diktat, hand-out, dan sebagainya.

2) Pengadaptasian

Pengadaptasian adalah proses pengembangan materi pembelajaran yang didasarkan atas


materi pembelajaran yang sudah ada, baik dari modul, lembar kerja, buku, e-book, diktat,
handout, CD, film, dan sebagainya menjadi materi pembelajaran yang berbeda dengan karya
yang diadaptasi.

3) Pengadopsian

Pengadopsian adalah proses mengembangkan materi pembelajaran melalui cara mengambil


gagasan atau bentuk dari suatu karya yang sudah ada sebelumnya.

4) Perevisian

Perevisian adalah proses mengembangkan materi pembelajaran melalui cara memperbaiki


atas karya yang sudah ada sebelumnya. Perbaikan ini bisa dilakukan karena kurikulumnya
sudah berbeda dengan yang sebelumnya.

5) Penerjemahan

Penerjemahan merupakan proses pengalihan bahasa suatu buku dari yang awalnya berbahasa
asing ke dalam bahasa Indonesia.

c. Pengemasan Materi Pembelajaran

Setelah berhasil mengidentifikasi materi pembelajaran, memilih sumber materi


pembelajaran dan pengembangannya, langkah selanjutnya adalah memutuskan dalam bentuk
apa materi pembelajaran tersebut disajikan kepada siswa. Penyajian materi pembelajaran ini
terentang mulai dari penyajian langsung dari sumber belajar (misalnya buku terbitan tertentu,
koran, majalah, dan lain-lain) hingga penyajian dalam bentuk materi pembelajaran yang
dikemas oleh guru (misalnya berupa hand out, diktat, buku, LKS, atau petunjuk praktikum).

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2012. Merumuskan Tujuan Pembelajaran.


(Online)(https://catarts.wordpress.com/2012/04/15/merumuskan-tujuan-
pembelajaran/) diakses 1 November 2018

Anonim. 2013. Merumuskan Tujuan Pembelajaran.


(Online)(http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/01/tujuan-
pembelajaran.html) diakses 1 November 2018

Anonim. 2015. Kriteria Perumusan Tujuan Pembelajaran.


(Online)(http://nsimeon.blogspot.com/2015/06/kriteria-perumusan-tujuan-
pembelajaran.html) diakses 1 November 2018

Anonim. 2016. Pendidikan Menurut Undang-undang dan Pakar Pendidikan.


(Online)(https://www.pelangiblog.com/2016/07/tujuan-pendidikan-di-indonesia-
menurut.html) diakses 1 November 2018

Anonim. 2016. Perbedaan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator.


(Online)(http://blogomjhon.blogspot.com/2016/05/perbedaan-kompetensi-inti-
kompetensi.html) diakses 1 November 2018

Anonim. 2018. Arti Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.


(Online)(https://artipedia.site/wiki/arti-kompetensi-inti-dan-kompetensi-dasar.html)
diakses 1 November 2018

Merdu, Abi. 2010. Materi Pelajaran.


(Online)(https://iceteazegeg.wordpress.com/2010/09/10/materi-pelajaran/) diakses 2
November 2018

Mohamad. 2012. Pengembangan Bahan Ajar/Materi Pembelajaran PAI.


(Online)(http://mohamad-ilmu.blogspot.com/2012/02/pengembangan-bahan-ajar-
materi.html) diakses 2 November 2018

Mustaqim, Imam. 2013. Pengembangan Materi Pembelajaran.


(Online)(https://imammalik11.wordpress.com/2013/12/12/pengembangan-materi-
pembelajaran/) diakses 2 November 2018
Nurul. 2012. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Dan Materi Pembelajaran.
(Online)(http://nurulmaimunahsiregar.blogspot.com/2012/01/standar-kompetensi-
kompetensi-dasar.html) diakses 1 November 2018

Rijal. 2016. Pengertian dan Fungsi Tujuan Pendidikan.


(Online)(https://www.rijal09.com/2016/03/pengertian-dan-fungsi-tujuan-
pendidikan.html) diakses 1 November 2018

Sugiarti, Asih. 2015. Standar Kompetensi, Kompetensi Inti, Indikator.


(Online)(http://asihsugiarti1.blogspot.com/2015/10/standar-kompetensi-kompetensi-
inti.html) diakses 1 November 2018

Anda mungkin juga menyukai