Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015

PM -53

Meningkatkan dan Mengukur


Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Lisda Fitriana Masitoh
Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana
UNY lisda.masitoh@gmail.com

Abstrak—Kemampuan berpikir kreatif matematis sangat penting dimiliki oleh siswa.


Aspek dalam kemampuan berpikir kreatif yang meliputi kelancaran, keluwesan,
kebaruan dan elaborasi dibutuhkan siswa dalam proses pemecahan masalah,
khususnya pada masalah yang tidak terstruktur (ill-structured). Oleh karena itu, perlu
upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Upaya
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dapat dilakukan melalui
aktivitas problem solving dengan menggunakan soal-soal terbuka (open ended
problem). Soal-soal terbuka juga digunakan untuk mengetahui level kemampuan
berpikir kreatif siswa melalui analisis hasil pemecahan masalah dalam aspek berpikir
kreatif matematis. Aspek kelancaran ditunjukkan melalui kemampuan menyelesaikan
masalah atau banyaknya jawaban yang dihasilkan. Keluwesan ditunjukkan melalui
kemampuan siswa menggunakan beragam cara atau strategi untuk menyelesaikan
masalah atau ragam jawaban yang dihasilkan. Kebaruan ditunjukkan melalui
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara atau strategi yang baru
atau memberikan jawaban yang bersifat baru (tidak biasa). Sedangkan elaborasi
ditujukkan melalui kemampuan siswa menyelesaikan masalah dengan langkah-
langkah yang runtut, terperinci dan koheren.

Kata kunci: berpikir kreatif matematis, kelancaran, keluwesan, kebaruan,


elaborasi, open ended problem

I. PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memberikan kontribusi luar biasa bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kompetensi matematika akan membuka peluang pada masa depan yang
produktif, sedangkan kompetensi matematika yang kurang akan menutup peluang tersebut [1]. Hal ini
menjadi salah satu alasan diajarkan matematika dari jengjang sekolah dasar sampai sekolah menengah
atas. Matematika diajarkan di sekolah merupakan salah satu upaya membentuk sumber daya manusia
yang dapat produktif di masa depan dan pada akhirnya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Untuk mencapai kondisi tersebut pembelajaran matematika harus mempersiapkan siswa dengan berbagai
kemampuan, diantaranya kemampuan berpikir kreatif. Dalam Berbagai situasi baik di sekolah ataupun
diluar sekolah siswa membutuhkan kemampuan berpikir kreatif untuk mempelajari strategi-strategi
mengidentifikasi masalah, membuat keputusan, dan menemukan solusi dari suatu masalah [2].
Kemampuan berpikir kreatif dalam matematika sering disebut dengan kemampuan berpikir kreatif
matematis. Kemampuan ini, sangat perlu dikembangkan dalam matematika karena esensi dari matematika
adalah berpikir secara kreatif tidak sekedar sampai pada jawaban benar [3]. Melalui proses berpikir
kreatif seseorang dapat menemukan sudut pandang lain dalam membangun pengetahuan dan
menyelesaikan masalah. Dalam matematika kemampuan berpikir kreatif yang dimilki seorang siswa akan
sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses belajar matematika, khususnya dalam aktivitas
pemecahan masalah. Oleh karena, upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa sangat diperlukan. Setelah dilakukan upaya tersebut, maka yang harus dilakukan adalah mengukur
kemampuan berpikir kreatif siswa. Tujuannya untuk mengetahui level kemampaun berpikir kreatif
matematis siswa serta melihat apakah upaya yang dilakukan memberikan dampak positif dan signifikan
dalam meningkatkan kemampuan tersebut.

II. PENGERTIAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

Para ahli menggunakan konteks kreativitas dalam mengungkap berpikir kreatif. Kreativitas bisa
dipandang sebagai proses mengolah ide-ide yang baru atau menghasilkan produk yang sesuai dan

1
ISBN. 978-602-73403-

berkualitas tinggi [5]. Dalam pandangan ini, ide pokok dalam kreativitas menekankan pada hasil berupa
suatu produk yang baru dan produk tersebut harus mempunyai nilai tinggi atau bisa diartikan lain dari
pada yang lain. Kreativitas juga dikaitkan dengan berpikir divergent yaitu berpikir untuk memperoleh ide
baru dan asli sehingga menjadi sesuatu yang tidak biasa [6]. Pendapat ini didukung oleh Corpley yang
mengungkapkan tentang dua cara dalam memandang kreativitas, yaitu kreativitas mengacu pada tipe
berpikir khusus atau fungsi mental tertentu yang disebut divergent thinking, dan kreativitas mengacu pada
tujuan menghasilkan produk yang kreatif [7]. Pendapat-pendapat tersebut menegaskan bahwa kreativitas
erat kaitannya dengan berpikir divergent, yaitu berpikir untuk memperoleh ide-ide yang baru dan asli.
Karena kreativitas erat kaitannya dengan proses berpikir, maka kreativitas sering disebut dengan berpikir
kreatif.
Melalui konsep kreativitas, berpikir kreatif diartikan sebagai proses berpikir untuk menghasilkan ide-
ide yang baru. Konsep ini, menunjukkan bahwa berpikir kreatif melibatkan proses mental yang
dipergunakan dalam bidang-bidang penangkapan, asosiasi dan penangkapan kembali [8]. Proses mental
yang dimaksud adalah ketika seseorang menerima, mengingat, memberi analisa dan mempergunakannya
dalam pemecahan masalah. Artinya berpikir kreatif merupakan salah satu jenis berpikir yang sangat
menarik dimana terkait dengan keterampilan kognitif dan kemampuan menemukan solusi baru untuk
suatu masalah [9]. Oleh karena itu, berpikir kreatif berkaitan dengan ide-ide untuk menemukan solusi dari
suatu masalah. Berpikir kreatif matematis erat kaitannya dengan proses untuk memecahkan masalah yaitu
masalah matematika.
Proses berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah adalah hal yang abstrak. Akan tetapi hasil
pemikiran kreatif dapat dilihat dari hasil proses pemecahan masalah tersebut. Bagaimana siswa
memecahkan suatu masalah dan apakah siswa tersebut dapat memenuhi indikator-indikator yang
dikembangkan dari aspek berpikir kreatif.
Aspek dalam berpikir kreatif terbagi atas sintesis, imajinasi, kelancaran, fleksibilitas, dan kebaruan
[10]. Sintesis dan imajinasi merupakan proses dalam mengolah ide-ide untuk menemukan suatu ide baru.
Dalam matematika, aspek ini dapat dilihat dari proses yang dilakukan siswa ketika mencari solusi dari
suatu masalah. Pendapat lain menyederhanakan aspek dalam berpikir kreatif pada kelancaran, fleksibiltas
dan keaslian [11]. Sedangkan terkait berpikir kreatif yang melibatkan berpikir divergent, secara umum
berpikir divergent meliputi: kelancaran (berpikir tentang banyak ide), keluwesan (berpikir dari sudut
pandang yang berbeda), kebaruan (berpikir tentang ide-ide yang tidak biasa) dan elaborasi (menambahkan
penyelesaian dengan rinci untuk meningkatkan ide-ide yang dihasilkan) [1].
Kebaruan atau orisinalitas biasanya ditentukan melalui statistik. Agar orisinal, suatu respon harus
diberikan kurang dari 5 atau 10 orang diantara setiap 100 orang yang mengerjakan tes itu. Kelancaran
ditunjukkan melalui jumlah respon berbeda yang dihasilkan. Fleksibilitas secara umum diukur oleh
jumlah kategori respon yang berbeda [12]. Pendapat lain menjelaskan bahwa kelancaran dalam berpikir
mengacu pada banyaknya jawaban yang dihasilkan. Fleksibilitas dalam berpikir mengacu pada perubahan
dari beberapa jenis: perubahan makna, interpretasi, atau menggunakan sesuatu, perubahan dalam
pemahaman tugas, perubahan strategi dalam melakukan tugas atau perubahan arah pemikiran. Orisinalitas
berarti produk yang tidak biasa. Sedangkan elaborasi berarti kemampuan seseorang untuk menghasilkan
langkah- langkah rinci untuk membuat rencana kerja [13]. Orisinalitas juga dapat dilihat sebagai proses
menghasilkan ide-ide baru, keluwesan berarti memikirkan berbagai ide dan cara-cara baru untuk mengatsi
situasi, kelancaran muncul melalui seberapa besar jumlah gagasan, kata-kata dan cara mengekspresikan
sesuatu dan elaborasi ialah memperkaya pengalaman melaui rincian [14].
Penjelasan secara langsung mengenai aspek dalam berpikir kreatif matematis adalah berikut [15]:
1. Kelancaran meliputi kemampuan menyelesaikan masalah dan memberikan banyak jawaban terhadap
masalah tersebut atau memberikan banyak contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi
matematis tertentu.
2. Keluwesan meliputi kemampuan menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah atau
memberikan beragam contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu.
3. Kebaruan meliputi kemampuan menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa
untuk menyelesaikan masalah atau memberikan contoh atau pernyataan yang bersifat baru, unik,
atau tidak biasa.
4. Keterincian meliputi kemampuan menjelaskan secara terperinci, runtut, dan koheren terhadap
prosedur matematis, jawaban, atau situasi matematis tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum kemampuan berpikir kreatif
matematis adalah kemampuan yang mencakup aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan dan elaborasi.
Kelancaran ditunjukkan melalui kemampuan menyelesaikan masalah atau banyaknya jawaban yang
dihasilkan. Keluwesan ditunjukkan melalui kemampuan siswa menggunakan beragam cara atau strategi

2
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015

untuk menyelesaikan masalah atau ragam jawaban yang dihasilkan. Kebaruan ditunjukkan melalui
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara atau strategi yang baru atau memberikan
jawaban yang bersifat baru (tidak biasa). Sedangkan elaborasi ditujukkan melalui kemampuan siswa
menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang runtut terperinci dan koheren.

III. MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

Setiap orang mempunyai setidaknya beberapa potensi kreatif, yang membedakannya adalah sejauh
mana orang tersebut mampu mewujudkan potensi tersebut [5]. Dengan demikian setiap siswa pasti
mempunyai kemampuan berpikir kreatif. Hanya saja kemampuan mereka berbeda-beda dan kemampuan
tersebut bisa dikembangkan atau ditingkatkan.
Upaya meningkatkan kemampauan berpikir kreatif, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
kemampuan siswa dalam aspek berpikir kreatif yaitu kelancaran, keluwesan, kebaruan dan elaborasi.
Terkait kemampuan berpikir kreatif matematis, siswa dapat meningkatkan kemampuan tersebut dengan
banyak berlatih memecahkan masalah matematika. Hal ini dikrenakan proses berpikir kreatif matematis
berhubungan erat dengan masalah matematika. Oleh karena itu masalah matematika menjadi dasar dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
Pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis, dapat dilakukan dengan menggunakan soal-
soal terbuka (open-ended problem) [16]. Masalah open ended adalah masalah dengan banyak metode atau
solusi penyelesaian [17]. Dikatakan pula bahwa open-ended problem adalah pertanyaan atau masalah
yang memiliki lebih dari satu jawaban benar atau lebih dari satu strategi untuk mendapatkan jawaban
tersebut [18]. Pendapat lain mengatakan bahwa open ended problem adalah masalah yang tidak
terstruktur (ill- structured) karena melibatkan data yang hilang, dan tidak memiliki prosedur tetap yang
menjamin solusi yang tepat [19]. Soal-soal terbuka yang diberikan kepada siswa akan melatih
kemampuan berpikir kreatif matematis, melalui aktivitas pemecahan masalah.
Melalui aktivitas pemecahan masalah, kelancaran dapat ditingkatkan ketika siswa mengeksplorasi
masalah dengan banyak interpretasi atau jawaban. Kebaruan ditingkatkan melalui masalah yang
memungkinkan siswa menemukan solusi yang baru, unik atau tidak biasa. Keluwesan dilatih melalui
kebebasan siswa dalam memberikan jawaban benar (ragam jawaban), termasuk keleluasan dalam
menggunakan cara atau strategi. Sedangkan elaborasi dilatih melalui penyelesaian masalah secara runtut
terperinci dan koheren.

IV. MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

Selain upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis, yang harus dilakukan adalah
mengukur kemampuan tersebut. Hal ini penting untuk mengetahui level keamampuan berpikir kreatif
siswa. Untuk mengukur kemampaun berpikir kreatif siswa dapat digunakan soal-soal open-ended. Siswa
melakukan aktivitas pemecahan masalah dan hasil pemecahan masalah dianalisis untuk mengetahui level
kemampuan berpikir kreatif siswa.
Berikut ini adalah contoh soal yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa:
1. Buatlah beberapa soal cerita yang menggambarkan permasalahan 3 : 1 !
2 4

Alternatif jawaban:

a. Untuk membuat satu kue tart dibutuhkan 1,5 kg tepung terigu. Jika hanya tersedia takaran
tepung berukuran 41 kg, berapa banyaknya takaran tepung yang diperlukan untuk membuat satu
kue tart?
b. Suatu botol minuman mempunyai kapasitas 1,5 liter. Jika minuman tersebut dituangkan
kedalam botol kecil berukuran 1 liter, berapakah botol kecil yang dibutuhkan?
4
1
c. Bu Ani membuat 1,5 liter sirup untuk bekal piknik keluarga dan membaginya tiap liter
4
sehingga dapat dibagi rata kepada semua anaknya. Berapakah jumlah anak Bu Ani?
Kemampuan berpikir kreatif matematis yang diukur:

a. Kelancaran (banyaknya pertanyaan yang dapat dibuat siswa)


b. Keluwesan (ragam soal certa yang dapat dibuat siswa)

3
ISBN. 978-602-73403-

2. Gambarkan beberapa bangun lain yang luasnya sama dengan bangun di bawah ini!

4 cm

8 cm
Alternatif jawaban:

a.

8 cm
b.

8 cm

8 cm

c. 10 cm

4 cm

6 cm

Kemampaun berpikir kreatif matematis yang ditingkatkan atau diukur:


a. Kelancaran (banyaknya jawaban yang dapat dibuat siswa)
b. Keluwesan (ragam jawaban yang dapat dibuat siswa)
c. Kebaruan (jawaban yang baru, unik atau lain dari pada yang lain)

Hal terpenting yang perlu diperhatikan ketika mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
adalah membuat rubrik penilaian. Sebagai contoh untuk menilai aspek kelancaran pada soal pertama,
siswa mendapat skor maksimal dalam aspek kelancaran apabila siswa tersebut dapat membuat tiga soal
yang benar. Aspek keluwesan dilihat pada ragam pertanyaan yang dibuat siswa. Misalnya ketika siswa
mampu membuat tiga buah pertanyaan dengan konteks cerita yang masing-masing berbeda (seperti pada
alternatif jawaban soal No. 1 di atas), maka siswa tersebut mendapat skor maksimal dalam aspek
keluwesan. Bandingkan jika pertanyaan yang dibuat siswa seperti pada contoh di bawah ini:
a. Suatu botol minuman mempunyai kapasitas 1,5 liter. Jika minuman tersebut dituangkan kedalam
botol kecil berukuran 1 liter, berapakah botol kecil yang dibutuhkan?
4
b. Suatu teko berisi 1,5 liter air minum. Jika air minum tersebut dituangkan kedalam teko kecil
berukuran 1 liter, berapakah teko kecil yang dibutuhkan?
4
c. Bu Ani membuat 1,5 liter sirup dan akan menjualnya di pasar. Jika Bu Ani berniat menjual sirup
dalam kemasan minuman berkapasitas 1 liter, berapakah kemasan minuman yang dibutuhkan?
4
Siswa yang memberikan pertanyaan seperti ini, akan mendapatkan nilai maksimal pada asepk kelancaran
akan tetapi akan mendapatkan nilai minimal pada aspek keluwesan, karena ragam pertanyaan yang dibuat
sama.
Pada contoh soal yang kedua, siswa mendapat skor maksimal dalam aspek kelancaran apabila siswa
tersebut dapat membuat tiga bangun yang benar, yaitu bangun yang memiliki luas 32 cm2. Aspek
kebaruan dilihat dari jawaban yang tidak tidak biasa, misalnya dari suatu kelompok siswa yang
menggunakan suatu jawaban tertentu hanya 5 %. Dalam hal ini siswa mendapatkan skor tinggi pada aspek
kebaruan. Skor rendah dalam aspek kebaruan diperoleh siswa yang jawabannya adalah jawaban
mayoritas siswa. Aspek

4
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015

keluwesan dilihat pada ragam jawaban yang dibuat siswa. Misalnya ketika siswa mampu membuat tiga
buah bangun yang mempunyai luas 32 cm 2 (seperti pada alternatif jawaban soal No.2 di atas), maka siswa
tersebut mendapat skor maksimal dalam aspek keluwesan. Bandingkan jika bangun yang dibuat siswa
seperti pada contoh di bawah ini:

a.

5 cm

6,4 cm

b.
2 cm
16 cm

c. 1 cm
32 cm
Siswa yang memberikan jawaban seperti ini, akan mendapatkan nilai maksimal pada asepk kelancaran
akan tetapi akan mendapatkan nilai minimal pada aspek keluwesan, karena ragam jawaban yang dibuat
sama.
Perlu dipahami bahwa contoh diatas hanyalah sebagian kecil dari cara memberikan analisis proses
penyelesaian masalah untuk melihat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Sebagai contoh,
melihat aspek keluwesan dalam berpikir kreatif, tidak hanya pada ragam jawaban yang dihasilkan akan
tetapi dapat pula dengan melihat ragam strategi yang digunakan siswa.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Berpikir kreatif (berpikir kreatif matematis) merupakan kemampuan yang bisa dikembangkan atau
ditingkatkan. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dapat dilakukan dengan melatih siswa melalui
proses pemecahan masalah. Masalah yang dapat digunakan adalah masalah matematika yang tidak
terstruktur (ill-structured), diantaranya soal-soal terbuka atau open ended problem. Selain upaya
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, yang penting untuk dilakukan adalah mengukur kemampuan
tersebut. Tujuannya untuk mengetahui level kemampuan berpikir kreatif siswa.
Peran guru matematika sangat menentukan perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa. Gurulah
yang memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kemampuan tersebut. Dalam pembelajaran
matematika hendaknya orientasi keberhasilan proses belajar mengajar tidak hanya pada prestasi belajar,
akan tetapi juga pada kemampuan berpikir kreatif siswa. Hendaknya, dalam pembelajaran matematika
guru memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] NCTM, “Principles and standards for school mathematics,” Reston, Virginia: The National, 2000.
[2] N. Eragamreddy, “Teaching creative thinking skills,” International Journal of English Language & Translation Studies. 1 (2),
124-145, 2013.
[3] E.L. Mann, “Indicators of mathematical creativity in middle school students,” Doctor of Philosophy Disertation, tidak
diterbitkan, Unerversity of Connecticut, Amerika, 2005.
[4] A. Bano, N. Naseer, and Zainab, “Creativity and academic performance of primary school children,” Pakistan Journal of
Social Sciences (PJSS), 34 (2), 598-606, 2014.
[5] S. Wrigth, Understanding creativity in early childhood, London: SAGE Publication Ltd, 2010.
[6] D. McGredor, Developing thinking; developing learning: A guide to thinking skills in education, New York: Open University
Press, 2007.
[7] D. Haylock, “Recognizing mathematical creativity in school children [versi elektronik], " Zentralblattfur Didaktik der
Mathematics, 29 (3), 68-74,1997.
[8] L. D. Crow, and A. Crow, Psikologi pendidikan. (Terjemahan Drs. Z. Kasijan), New York: American Book Company, (buku
asli diterbitkan tahun 1954), 1984.

5
ISBN. 978-602-73403-

[9] Arends and A. Kilcher, Teaching for student learning: Becoming an accomplished teacher, New York, NY: Taylor &
Francis Group, 2010.
[10] B. D. Roe, and E. P. Ross, Student teaching and field experiences handbook (4th edition). New York: Macmillan Publishing
Company, 1994.
[11] G. R. Lefrancois, Psychology for teaching, Belmont: Wadsworth Thamson Learning, 2000.
[12] A. Woolfolk, Educational psychology (10th edition), Boston: Pearson educational, Inc, 2007.
[13] Y. Xianwei, and B. Sriraman, An exploration study of relationships between students’ creativity and mathematical problem-
posing abilities. The element of creativity and Giftedness in mathematics, Rotterdam: sense Publisher, 2001.
[14] R. M. Gorman, The psychology of classroom learning: an inductive approach, Columbus. Ohio: Meril Publisjing Company,
1974.
[15] A. Mahmudi, Mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis. Disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV:
Manado. UNIMA, 2010.
[16] A. Mahmudi, Mengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran topik pecahan. Dipresentasikan dalam
Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya. Yogyakarta: FMIPA UNY, 2009.
[17] S. G. Strong, How do students experience open-ended math problems?, 2009. Diakses tanggal 14 Agustus 2015 dari
http://dp.hightechhigh.org/~sstrong/dptemplate/documents/ActionResearch/Sarah%20Strong%20Thesis.pdf . Al-Absi
[18] R. Palfrey, Open-ended questions for mathematics. 2000. Diakses tanggal 1 September 2015 dari
https://www.uky.edu/OtherOrgs/ARSI/www.uky.edu/pub/arsi/openresponsequestions/mathorq.pdf
[19] M. Al-Absi, ”The effect of open-ended tasks – as an assessment tool- on fourth graders’ mathematics achievement, and
assessing students’ perspectives about it,”Journal of Educational Sciences, 9 ( 3), 345-351, 2013.

Anda mungkin juga menyukai