(SPBM)
KELOMPOK 7
ANGGOTA KELOMPOK:
PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar mengajar adalah sesuatu kegiatan yang bernilai edukatif. Edukatif
dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Namun pada
kenyataannya kita menyadari selama ini tidak mudah bagi guru untuk menjadikan
peserta didik aktif dalam mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan
spritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu penyebabnya adalah
siswa, untuk dapat menyelesaikan masalah yang kurang diperhatikan oleh setiap guru.
Akibatnya siswa menghadapi masalah, walaupun masalah itu dianggab sepele, banyak
siswa tidak dapat menyelesaikannya dengan baik.
Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan SPBM,
pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa
untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah,
belajar peranan orang dewasa yang ototentik serta menjadi belajar mandiri.
Dalam penerapan Strategi Pembelajran Berbasis Masalah(SPBM), guru
memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk menetapkan topik masalah, walaupun
sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas saat di kelas. Proses
pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan
logis. SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk
dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu
dihadapi dengan masalah, dari masalah sederhana sampai masalah yang kompleks.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan
pebelajar harus melakukan pencarian atau penggalian informasi (inquiry) untuk
memecahkan masalah tersebut. Bound dan Feletti (1997) mengemukakan pembelajaran
berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan.
Menurut Nur (1998) pembelajaran berbasis masalah yaitu proses pembelajaran
yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari
masalah ini pebelajar dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman baru. Lebih lanjut Nur menggambarkan bahwa tanpa
pembelajar mengembangkan lingkungan kelasyang memungkinkan terjadinya
pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri
dari menyajikan kepada pebelajar situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri.
Setyosari (2006) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah
suatu strategi atau cara pembelajaran yang di tandai oleh adanya masalah nyata, a
real world problems sebagai konteks bagi pebejar untuk belajar kritis dan
ketrampilan memecahkanmasalah dan memperoleh pengetahuan.
Pembelajaran berbasis masalah sudah banyak digunakan oleh pengajar
dengan tujuan untuk memperbaiki hasil belajar, Downing (2010); De Rijdt (2012)
dan Bayramdan (2011), berdasarkan penelitian terdahulu bahwa pembelajaran
berbasis masalah tepat digunakan untuk mengatasai masalah dalam pembelajaran.
Penelitian peningkatan motivasi belajar siswa, Handu dan Lisa (2011); Blonder dan
Merav (2011), hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil
belajar siswa harus diperhatikan juga motivasi belajarnya, sangat tidak mungkin hasil
belajar meningkat jika siswa tidak termotivasi dalam belajar
1. Pemecahan maslah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa sera
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa.
4. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana
menstransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk
melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa
bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada
dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa,
bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
7. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai
siswa.
8. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengamplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
11. Siswa merasa puas dan senang,siswa lebih mudah memahami materi,mengembangkan
keterampilan untuk belajar seumur hidup.
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajar.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis masalah adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan
pebelajar harus melakukan pencarian atau penggalian informasi (inquiry) untuk
memecahkan masalah tersebut. Ada beberapa pengertian menurut para ahli, salah satunya
Menurut Nur (1998) pembelajaran berbasis masalah yaitu proses pembelajaran yang
titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah
ini pebelajar dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman baru.
Strategi pembelajaran berbasis masalah dicirikan pula oleh lingkungan
belajar dan sistem manajemen yang terbuka, proses demokrasi, dan peranan siswa
aktif. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran berbasis masalah
yang terstruktur dan dapat diprediksi, norma di sekitar pembelajaran adalah norma
inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat. SPBM dapat diartikan sebagai
rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari SPBM, yaitu: a. SPBM merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran; b. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekadar
mendengarkan,mencatat, kemudian menghafal materi pembelajaran, akan tetapi melalui
SPBM siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan; c. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah; dan d.
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah.
Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis masalah di atas adalah: a). Konteks
pembelajaran terjadi pada permasalahan yang sedang dihadapi siswa; b). Berpusat pada
siswa, guru sebagai fasilitator; c). Proses yang aktif; siswa menerapkan pengetahuan yang
baru diperoleh terhadap permasalahan; dan lain sebagainya.
Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa kelebihan, di
antaranya: a). Pemecahan maslah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran; b). Pemecahan masalah (problem solving) dapat
menantang kemampuan siswa sera memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan
baru bagi siswa; c). Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa; dan lain sebagainya.
Di samping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan, di antaranya: a).
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba;
b). Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan; dan c). Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang
mereka ingin pelajar.
2. Saran
Sebagai seorang calon guru kita sebaiknya mengerti dan memahami cara dan hal-
hal yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik. Sehingga kita perlu mengetahui
dan memahami strategi apa yang bisa dipakai untuk proses pembelajaran, guna untuk
menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dan dalam makalah ini apabila ada kesalahan dalam penulisan mauapun sistematisnya,
kami perlu masukan dan keritikam yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Pakpahan , Berkat Johannes. 2016. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Bahasa
Indonesia “. Jurnal Edukasi Kultura Pengaruh Strategi Pbl: (22-43).
Puspitasari , Dewi Hari, dkk. 2017. “Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan
Hasil Belajar Siswa”. Jpb. 5(1): 10-26.
Salempa, Pince, dkk. 2017. Pengaruh Strategi Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Penguasaan Konsep Kimia dan Sikap Peserta Didik. Tata Parang
Tambung: Makassar.
Sanjaya, Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.