Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

DISTRIBUSI KONSENTRASI DALAM PADATAN DAN DALAM ALIRAN


LAMINAR

Dalam pertemuan ini diperlihatkan bagaimana masalah-masalah difusi dapat


diformulasikan dengan menggunakan shell mass balance. Prosedur yang digunakan di
sini pada dasarnya sama dengan yang digunakan sebelumnya:
a. Neraca massa dibuat pada elemen volum, dan akan menghasilkan persamaan
diferensial (PD) orde pertama, kemudian persamaan tersebut diselesaikan untuk
mendapatkan distribusi fluksi-massa.
b. Ke dalam persamaan yang diperoleh dari poin (a) disisipkan hubungan antara
fluksi massa dan gradien konsentrasi, dan akan menghasilkan PD orde dua untuk
profil konsentrasi. Konstanta-konstanta integrasi yang muncul dalam hasil
integrasi ditentukan dari kondisi-kondisi batas.

Dalam banyak masalah teknik fluksi molar N i sering digunakan karena mengacu

terhadap sistem koordinat diam. Fluksi molar N i untuk sistem biner yang maliputi
difusi dan konveksi adalah:

 dx A  
N AZ   cD AB  x A ( N AZ  N BZ )
dz
Fluksi terhadap  Fluksi akibat  (2.1)
 sumbu koordinat   Fluksi akibat   
  difusi   aliran bulk molar 
diam     total
 

 
Ingat bahwa N A adalah komponen-z dari vector N A . Untuk dapat menyelesaikan
 
persamaan (2.1) perlu diketahui hubungan antara N A dan N B

2.1 Kejadian-kejadian khusus 


2.1.1 Difusi zat A melalui medium diam ( N B  0)

Difusi komponen A melalui medium diam atau komponen B yang tidak berdifusi pada
keadaan mantap sering terjadi. Dalam hal ini ada satu batasab pada ujung dari lintasan
difusi tidak dapat ditembus (impermeable) oleh komponen B, sehingga B tidak dapat
melewatinya. Misalnya, penguapan larutan benzene (A) murni pada dasar tabung,
seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.1-a, dimana sejumlah besar inert atau
udara yang tidak berdifusi (B) dilewatkan melalui puncak tabung. Uap benzene (A)
berdifusi melalui udara (B) dalam tabung. Batasan pada permukaan cairan (pada titik
1) tidak dapat ditembusi oleh udara, karena udara tidak larut dalam cairan benzene.
Oleh karna itu, udara (B) tidak dapat berdifusi ke dalam atau jauh dari permukaan
cairan.

Contoh lainnya adalah seperti proses absorpsi gas amonia (A) dalam udara (B) oleh air
(gambar 2.1-b). Permukaan air tidak dapat ditembusi oleh udara, karena udara hanya

sangat sedikit larut dalam air. Jadi, komponen B tidak dapat berdifusi ( N B  0) .

6 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
Gambar 2.1. Difusi A melalui medium diam atau komponen B tidak berdifusi: (a)
penguapan benzena dalam udara, (b) absorpsi amoniak dalam udara dengan air.

 dx 
N AZ  cD AB A  x A ( N AZ  0)
dz

 dx
N AZ (1  x A )  cDAB A
dz

dx
  cDAB A
N AZ  dz (2.2)
1  xA

2.1.2 Equimolar counter diffusion

Equimolar counter diffusion adalah jumlah mol A yang berdifusi sama dengan jumlah
mol B, namun arahnya yang berlawanan. Misalnya, dua gas A dan B pada tekanan
total konstan (lihat gambar) yang berada dalam ruangan besar dihubungkan dengan
pipa dimana difusi molecular pada keadaan mantap terjadi. Konsentrasi dalam kedua
ruangan dijaga seragam dengan pengadukan. Tekanan parsial, pA1 > pA2 dan pB1 > pB2.
Molekul A berdifusi ke kanan dan molekul B berdifusi ke kiri. Karena tekanan total P
konstan diseluruh system, net mol A yang berdifusi ke kanan harus sama dengan net
mol B yang berdifusi ke kiri. Bila net mol yang berdifusi tidak sama, tekanan totalnya
 
juga tidak sama. Dalam peristiwa ini terlihat bahwa N B   N A

7 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
maka pers. (2.1) pada keadaan setimbang menjadi
 dx  
N AZ  cDAB A  x A ( N AZ  N BZ )
dz 
0
Sehingga

 dx
N AZ   cD AB A (2.3)
dz

2.1.3 Bila konsentrasi A sangat kecil (xA<<)

maka pers. (2.1) menjadi

 dx
N AZ  cD AB A  x A ( N AZ  N BZ )
dz

Karena xA sangat kecil (xA ≈ 0)

 dx
N AZ  cDAB A  (0)( N AZ  N BZ )
dz

 dx
N AZ  cD AB A
dz

 dx
N AZ  (c A  c B )D AB A
dz

Karena cA sangat kecil, jadi cA + cB harganya tetap, maka

 d (cx A )
N AZ  DAB
dz

 d (cA )
NAZ  DAB (2.4)
dz
8 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
Bila terjadi reaksi kimia, maka harus dibedakan antara dua jenis reaksi :
 Reaksi homogen adalah reaksi yang terjadi diseluruh volume fluida.
 Reaksi heterogen adalah reaksi yang hanya terjadi didaerah yang dibatasi dalam
sistem, misalnya dipermukaan katalis.

Untuk reaksi homogen, laju produksi volume komponen A dapat dinyatakan dalam
bentuk;

R A  k n'''C An (2.5)

mol
dimana RA  Laju produksi volum komponen A =
(volum)( waktu )
mol
c A  konsentrasi molar komponen A =
volum
(mol )1 n
k n'''  Konstanta laju reaksi homogen =
(volum)1 n ( waktu )
1 n
 mol 
= ( waktu )1n  
 volum 
n = Orde reaksi

Untuk reaksi heterogen laju reaksi pada permukaan katalis dapat ditentukan dengan
hubungan:

N AZ permukaan  k n" .C An permukaan (2.6)

dimana;
 mol
N  fluksi molar =
(luas )( waktu )
(mol )1n
k n"  Konstanta laju reaksi heterogen =
(cm) 23n ( waktu )

Pada reaksi homogen laju produksi RA muncul dalam neraca massa komponen,

sedangkan untuk reaksi heterogen laju produksi N AZ permukaan tidak muncul dalam
neraca massa komponen , tetapi dalam kondisi batas pada permukaan dimana reaksi
terjadi.

2.2 Neraca Massa Shell dan kondisi Batas

Persoalan-persoalan difusi di dalam bab ini dapat diselesaikan dengan membuat


neraca massa komponen pada elemen volum dari padatan atau fluida. Neraca massa
komponen A pada keadaan tunak (steady state) adalah:

9 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
Laju massa A  Laju Massa A  Laju produksi massa A 
Masuk   keluar   karena reaksi homogen   0 (2.7)
     

Komponen A masuk atau keluar sistem dapat secara difusi dan konveksi.
Komponen A juga dapat dihasilkan atau berkurang karena reaksi kimia homogen.
Dari neraca massa yang dibuat menurut Pers. (2.7) didapatkan suatu persamaan
diferensial, penyelesaian persamaan tersebut menghasilkan distribusi komponen A di
dalam sistem.
Konstanta-konstanta integrasi yang muncul pada penyelesaian ditentukan
dengan menggunakan kondisi batas.

Kondisi batas:
a) Konsentrasi dipermukaan dapat ditetapkan; misalnya , xA = xA0.
 
b) Fluksi massa dipermukaan dapat ditetapkan (jika rasio N A N B diketahui)
 
misalnya N A  N A0
c) Jika difusi terjadi dalam padatan, maka pada permukaan padatan zat A hilang ke
lingkungan aliran fluida menurut hubungan;

N A0  k c (c A0  c Af ) (2.8)

dimana : N A0 = fluksi massa pada permukaan.
cA0 = konsentrasi permukaan.
cAf = konsentrasi dalam aliran fluida.
kc = koefisien perpindahan massa.

d) Laju reaksi pada permukaan dapat ditetapkan, misalnya jika zat A berkurang pada

permukaan menurut reaksi orde satu, maka N A0  k1"c A , yaitu, laju pengurangan
pada permukaan adalah berbanding lurus dengan konsentrasi permukaan, maka
konstanta kesebandingan k1" adalah konstanta laju reaksi order satu.

2.3 Difusi Konponen A Melalui Film Gas Diam

Tinjau sistem difusi yang ditunjukkan dalam Gambar 2.3. Cairan A menguap dalam
gas B, dan bayangkan bahwa ada peralatan yang mempertahankan level cairan tetap
pada z = z1. Pada permukaan kontak cair-gas konsentrasi fase uap xA1. Pada z = z2
aliran campuran gas A-B dengan konsentrasi xA2 mengalir sangat lambat, dengan
demikian fluksi mol A pada puncak kolom dipertahankan pada xA2. Sistem dijaga
pada takanan dan temperatur konstan dan luas penampang tabungnya S. Anggap
bahwa kelarutan B dalam cairan A dapat diabaikan dan gas A dan B adalah ideal. Ingin
dicari distribusi konsentrasi A sepanjang tabung (xA = f (z)) dan fluksi molar A pada

permukaan cairan ( N A pada permukaan).

10 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
Dalam sistem ini terjadi proses penguapan A dari eprmukaan cairan dan gas B

diam (tidak berdifusi ke dalam cairan). Jadi, N B  0 , persamaan fluksi molar untuk
difusi melalui medium diam adalah:

 cDAB dx A
N AZ   (2.2)
1  x A dz

Gambar 2.3. Difusi A melalui B pada keadaan tunak dengan B tidak bergerak.

Untuk mendapatkan profil konsentrasi A sepanjang tabung harus bibuat neraca massa.

Neraca massa A pada elemen volum pada keadaan steady :

[laju massa A masuk] – [laju massa A keluar] = 0


 
S N AZ z  S N AZ z  z 0
S z
 
N AZ z  z  N AZ z  0
z

Dengan mengambil limit Δz → 0 diperoleh



dN AZ
 0 (2.9)
dz
11 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
substitusikan pers. (2.2 ) ke (2.9)

d  cDAB dx A 
 0 (2.10)
dz  1  x A dz 

Gas ideal : PV = n RT

n p
c= = = tetap (untuk P dan T tetap)
v RT

dan DAB tidak tergantung pada konsentrasi , sehingga pers. (2.10) menjadi:

d  1 dx A 
 cDAB  0
dz  1  x A dz 

d  1 dx A 
 0 (2.11)
dz  1  x A dz 

Persamaan (2.11) merupakan persamaan diferensial order dua untuk profil konsentrasi
yang dinyatakan dalam fraksi mol A. Integrasi terhadap z menghasilkan

1 dx A
 c1 (2.12)
1  x A dz

Kemudian integrasikan persamaan (2.12) terhadap z menghasilkan

 ln(1  x A )  c1 z  c 2 (2.13)

Konstanta-konstanta integrasi, c1 dan c2, dapat ditentukan dengan menggunakan


kondisikondisi batas:
Kondisi Batas (KB) 1 : pada z = z1, x = xA1
Kondisi Batas (KB) 2 : pada z = z2, x = xA2

Kedua kondisi batas ini disubstitusikan ke dalam Pers. (2.13) dan diperoleh dua
system persamaan berikut ini

 ln(1  x A1 )  c1 z1  c2 (2.14)

 ln(1  x A 2 )  c1 z 2  c2 (2.15)

12 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
Bila kedua persamaan tersebut, Pers. (2.14) dan Pers. (2.15), diselesaikan secara
simultan maka:

 ln(1  x A1 )  c1 z1  c 2 (i)
 ln(1  x A 2 )  c1 z 2  c 2 (ii)
             –
1  xA2
ln  c1 ( z1  z 2 )
1  x A1

Sehingga diperoleh:

1 1  x A2
c1  ln (2.16)
z1  z 2 1  x A1

persamaan (i) adalah c2   ln(1  x A1 )  c1 z1 sehingga;

z1 1  x A2
c2   ln(1  x A1 )  ln (2.17)
z1  z 2 1  x A1

Kemudian kedua harga konstanta integrasi ini, c1 dan c2, disubstitusikan ke dalam
Pers. (2.13), sehingga menghasilkan.

z  1  x A2  z1  1  x A2 
 ln(1  x A )  ln   ln(1  x A1 )  ln 
z1  z 2  1  x A1  z1  z 2  1  x A1 

 1  x A1   z  z1  1  x A 2
ln     ln
 1  x A   z1  z 2  1  x A1

 1  x A   z  z1  1  x A 2
ln     ln
 1  x A1   z 2  z1  1  x A1

 Z  Z1 
 
 1  x A   1  x A 2   Z 2  Z1 
     (2.18)
 1  x A1   1  x A1 

Profil untuk gas B diperoleh dari persamaan x B  1  x A , hasilnya adalah

 Z  Z1 
 
 x B   x B 2   Z 2  Z1 
     (2.19)
 x B1   x B1 

Profil konsentrasi ditunjukkan dalam gambar 2.3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
slope dxA/dz tidak konstan walaupun fluksi molar NA konstan, ini dapat diantisipasi
oleh Pers. (2.2).

13 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
Walaupun profil konsentrasi sangat membantu dalam menggambarkan proses difusi,
dalam perhitungan kerekayasaan biasanya konsentrasi rata-rata atau fluksi massa pada
permukaan tertentu yang menjadi kajian yang menarik. Misalnya, konsentrasi rata-
rata B dalam daerah antara z = z1 dan z = z2 adalah

 x 
( z  z1 ) ( z 2  z1 )

 x x B1  dz
Z2 Z2
x B , rata B B2 x B1 dz
 
Z1 Z1
z2 z2
x B1
 z1
dz z1
dz

z  z1 dz
Misal:   , d  maka persamman di atas menjadi:
z 2  z1 z 2  z1

1
 (x x B1 )  d
1
x B , rata B2 ( x B2 x B1 )  ( x B2 x B1 )   1
 0
1
 
x B1
 d
0
ln( x B2 x B1 )
0
ln( x B2 x B1 )

x B2  x B1
x B , rata  (2.20)
ln( x B2 x B1 )

Persamaan (2.20) merupakan rata-rata logaritmik dari harga-harga akhir, xB,ln.

Laju perpindahan massa pada permukaan kontak gas-cair, laju penguapan, diperoleh
dari pers. (2.2) adalah:

 cDAB dx A
N AZ 
z  z1 1  x A dz
Z  Z1


N AZ  cD AB (c1 )
z  z1 Z  Z1

  1 1  x A2 
N AZ  cDAB  ln 
 z1  z 2 1  x A1  Z  Z1
z  z1

 cDAB  1  x A 2 
N AZ  ln 
z 2  z1  1  x A1 
z  z1
(2.21)

 cDAB  xB 2 
N AZ  ln  (2.22)
z  z1 z 2  z1  xB1 

Laju perpindahan massa pada permukaan kontak gas-cair juga dapat diperoleh dengan
mengintegralkan Pers. (2.2) dari z1 hingga z2 dan dari xA1 hingga xA2:

14 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
 z2 xA2 dx
N AZ
z  z1  z1
dz  cD AB 
x A1 1 xA

N AZ merupakan suatu konstanta, berdasarkan Pers. (2.9) pada keadaan tunak.
z  z1

 cD AB  1  x A 2 
N AZ  ln 
z  z1 z 2  z1  1  x A1 

Persamaan ini persis sama dengan pers (2.21).

Bila Pers. (2.20) disubstitusikan ke dalam Pers. (2.22) akan diperoleh suatu
persamaan alternatif untuk laju perpindahan massa.

 cDAB x B 2  x B1
N AZ 
z  z1 z 2  z1 x B ,ln

 cD AB
N AZ  ( x A1  x A 2 ) (2.23)
z  z1 ( z 2  z1 ) x B ,ln

Persamaan (2.22) dan (2.23) dapat juga ditulis dalam hubungan tekanan total dan
tekanan parsial:

 PDAB P  PDAB
N AZ  ln B 2   ( PA1  PA 2 ) (2.25)
z  z1 R T ( z 2  z1 )  PB1  R T ( z 2  z1 ) PB ,ln

dimana pB,ln adalah rata-rata logaritmik pB1 dan pB2 yang didefinisikan secara analogy
dengan xB,ln dalam Pers. (2.20).

Contoh 2.1.
Difusivitas gas oksigen-karbon tetrakhlorida ditentukan dengan mengamati
penguapan CCl4 pada keadaan mantap di dalam suatu tabung yang mengandung O2,
seperti ditunjukkan dalam Gambar 10.3. Jarak antara permukaan cairan CCl4 dan
puncak tabung adalah z2-z1=17,1 cm. Tekanan total sistem adalah 755 mmHg dan
temperaturnya adalah 0°C. Tekanan uap CCl4 pada temperatur tersebut adalah 33,0
mmHg. Luas penampang tabung adalah 0,82 cm2. Bila laju penguapan CCl4 adalah
0,0208 cm3 dalam 10 jam setelah keadaan mantap dicapai, berapakah difusivitas gas
CCl4−O2?

Penyelesaian:
Misal CCl4 = A dan O2 = B. Pertama kita harus mendapatkan fluksi molar NA dari
laju penguapan CCl4

15 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
 
gr 
(0,0208cm 3 )1,59
  cm 3   1 jam 
NA       7,27 x10-9
gr mol
 gr   3600 detik  cm 2 det
154
 (0,82 cm )(10 jam)
2

 BM gr mol 

Kemudian dari Pers. (2.17) didapatkan



N A ( z 2  z1 ) R T
DAB 
P ln{( P  PA 2 ) /( P  PA1 )}

(7,27 x10-9 )(17,1)(82,05)(273,15)


DAB   0,0628 cm 2 det 1
(755 / 760) ln{(755  0) /(755  33)}

Contoh 2.2.
Suatu kolom digunakan untuk menyerap amoniak dalam udara dengan air. Kolom
beroperasi pada tekanan 1 atm dan 0°C. Anggap bahwa tahanan perpindahan massa
adalah dalam fasa gas, tebal film gas adalah 0,15 cm. Tekanan parsial NH3 adalah 55
mmHg pada satu titik didalam kolom. Berapakah laju perpindahan molar amoniak per
satuan luas pada titik tersebut didalam kolom? Difusivitas amoniak dalam udara
adalah 0,198 cm2/det pada 0°C.

Penyelesaian:
Laju perpindahan molar amoniak (A) dapat dihitung dengan persamaan:

 PDAB
NA  ( PA1  PA 2 )
RT ( z 2  z1 ) PB ,ln
PA1= 55/760 = 0,0724 atm, dan PA2 = 0 (air murni)
PB1= P- PA1 = 1,0-0,0724 = 0, 9276 atm

PB2= P- PA2 = 1,0-0=1,0 atm

PB 2  PB1 1,0  0,9276


PB ,ln    0,9634 atm
ln( PB 2 / PB1 ) ln(1,0 / 0,9276)
Karena PB1mendekati PB2, maka rata-rata linier (PB1+ PB2)/2 dapat digunakan dan
hasilnya akan sangat mendekati dengan PB,ln.

 (1,0)(0,198) gr mol
NA  (0,0724  0)  4,43x10 -6
(82,05)(273)(0,15)(0,9634) cm 2 det

Contoh 2.3.
Difusi karbon tetrakhlorida (CCl4) didalam suatu tabung terjadi seperti dalam
Contoh 2.1 pada kondisi yang sama. Karena difusi terus berlangsung, level cairan
mulai berkurang secara perlahan-lahan. Turunkan persamaan untuk mendapatkan

16 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.
waktu penguapan CCl4 bila level cairan berkurang dari level awal z0 pada t = 0 hingga
z pada t = t.

Penyelesaian:
Anggap kondisinya pada keadaan tunak semu karena level cairan berkurang
dengan sangat lambat. Dengan bertambahnya waktu, panjang lintasan z bertambah.
Laju penguapan molar A dari fase cair adalah

 PDAB
NA  ( PA1  PA 2 ) (2.26)
RT z PB ,ln

Dalam kasus ini z dan NAz berubah-ubah terhadap waktu. Laju molar A masuk ke fase
gas adalah

  dz
N A  c A v AZ  A (2.27)
BM A dt

Dengan menyamakan Pers. (2.26) dan Pers. (2.27), kemudian diintegrasikan antara z
= z0 pada t = 0 hingga z = z pada t = t, didapatkan

A z PDAB t

BM A  z0
z dz 
RT z PB ,ln
( PA1  PA 2 )  dt
0

A z PDAB
(Z 2 )  ( PA1  PA 2 )(t )
1

2 BM A z 0 RT z PB ,ln 0

 A ( z z20  z z2 ) PDAB
 ( PA1  PA 2 ) t
2 BM A RT z PB ,ln

 A ( z 2  z02 ) RT PB ,ln
t (2.28)
2 BM A P DAB ( PA1  PA 2 )

Metode yang ditunjukkan dalam Contoh 10.3 telah digunakan untuk


menentukan difusivitas DAB secara percobaan. Dalam percobaan ini panjang lintasan
mula-mula z0 diukur pada t = 0 dan juga panjang lintasan akhir z pada waktu t.
Kemudian difusivitas DAB dihitung dengan menggunakan Pers. (2.28).

2.4 Difusi Dengan Reaksi Heterogen.

Tinjau suatu reaktor katalitik, seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 2.4a, dimana
berlangsung reaksi dimerisasi risasi 2A → B. Contoh dari reaksi tipe ini adalah
solidcatalyzed dimerization of CH3CH=CH2

17 Perpindahan massa
Teknik Kimia – UNIMAL.

Anda mungkin juga menyukai