MOLEKULER
Bila sebuah sistem mengandung dua atau lebih komponen yang konsentrasinya
]\
bervariasi dari satu titik ke titik lainnya, ada kecenderungan alami dari massa untuk
ditransfer, untuk meminimalkan perbedaan konsentrasi dalam sistem.
Transfer massa satu penyusun dari daerah dengan konsentrasi lebih tinggi dengan
konsentrasi yang lebih rendah disebut perpindahan massa.
Perpindahan massa dalam campuran cairan atau melintasi batas fasa (interface)
adalah proses yang memainkan peran utama dalam banyak proses industri.
Contoh proses tersebut adalah:
◦ Distilasi
◦ Absorbsi
◦ Adsorpsi – Stripping
◦ Drying
Mekanisme transfer massa melibatkan baik difusi molekuler maupun difusi
konveksi.
Sifat campuran
Perpindahan massa selalu melibatkan campuran.
Akibatnya, kita harus mempertimbangkan variasi sifat fisis yang biasanya ada
pada sistem tertentu.
Pendekatan rekayasa konvensional terhadap masalah sistem multikomponen
adalah mencoba menguranginya menjadi sistem biner (dua komponen) yang
representatif.
Beberapa definisi dan relasi yang sering digunakan
untuk menjelaskan peran komponen dalam campuran:
◦ Konsentrasi molar: A nA p A
cA
MA V RT
◦ Fraksi mol:
cA cA
xA yA
c c
i
i 1
n
Determine
a) the composition in weight percent
b) average molecular weight of the gas mixture
c) density of gas mixture
d) partial pressure of O2.
◦ Flux: Kuantitas vektor yang menunjukkan jumlah spesies tertentu yang melewati per waktu
tertentu melalui area satuan yang normal terhadap vektor (tegak lurus)
Diberikan oleh persamaan Fick untuk difusi molekuler, suatu fluks molar
J A DAB c A
atau dalam arah z
dc A
J A, z DAB
dz
Secara umum untuk suatu sistem isotermal, isobaris fluks molar senyawa A relatif terhadap
kecepatan rerata molar:
dy A
J A, z cDAB
dz
Hubungan yang lebih umum untuk fluks dinyatakan oleh deGroot
Karena massa ditransfer melalui dua sebab:
◦ Perbedaan konsentrasi
◦ Dan perbedaan konveksi dari perbedaan densitas (bulk motion contribution)
◦ akhirnya
dy A
N A, z cDAB y A ( N A, z N B , z )
dz
J A, z M 1 L2
DAB ( 2 )( 3
)
dc A dz L t M L 1 L t
2T 3 / 2 3 N 1/ 2
DAA* 3/ 2 2 ( )
3 A P M A
◦ Persamaan Hirschfelder :
1/ 2
1
3/ 2 1
0.001858T
MA MB
DAB 2
P AB D
Parameter Lennard-Jones s dan e dari tabel atau hubungan empiris
A B AB A B
AB
2
1/ 2
3 1.75 1 1
10 T
DAB MA MB
P v A v B
1/ 3
1/ 3 2
2
0.196
◦ Untuk gas biner dengan senyawa polar, W
ABdapat dihitung dengan
D0 *
T
3 2
Di mana
1 .94 10 P
A B ,
1/ 2
AB
VbTb
*
T T / AB
1/ 2
AB A B
/ 1.181 1.3 Tb
2
A C E G
D0
T
* B exp( DT ) exp( FT ) exp( HT * )
* *
dan
1/ 3
1.585Vb
AB A B
1/ 2
2
1 1.3
◦ Untuk campuran gas dengan beberapa senyawa
1
D1 mixture '
y2 / D1 2 y3' / D13 ... yn' / D1 n
' y2
y
2
dengan
y2 y3 ... yn
Difusivitas Massa Cairan
◦ Tidak ada teori yang mendasari
◦ Mendifusi sebagai molekul atau ion
◦ Teori Eyring
Dalam konsep Eyring, cairan ideal diperlakukan sebagai model kisi
quasicrystalline yang diselingi dengan lubang. Fenomena transportasi digambarkan
dengan proses tingkat unimolekuler yang melibatkan lompatan molekul zat terlarut
ke dalam lubang di dalam model kisi.
◦ Teori Hydrodynamic
Teori hidrodinamika menyatakan bahwa koefisien difusi cairan terkait dengan
mobilitas molekul zat terlarut; yaitu, dengan kecepatan molekul di bawah pengaruh
gaya penggerak unit. Hukum hidrodinamika memberikan hubungan antara gaya dan
kecepatan.
Persamaan Stokes-Einstein
T
DAB
6r B
Persamaan Wilke-Chang :
DAB B 7.4 10 B M B
8 1/ 2
0.6
T VA
DAB = difusivitas dalam cm2/s;
µB = viskositas, cP
T = suhu absolut, dalam K;
MB = BM solvent
VA = molecular volume solut pada titik didih normal dalam cm3/g mol;
ɸB =parameter asosiasi untukfor solvent B.
◦ Untuk pengenceran tak berhingga persamaan W-C disederhanakan menjadi pers.
Hayduk-Laudie
5 1.14 0.589
DAB 13.26 10 B VA
DAB B K
1/ 3
T VA
3V 2 / 3
K (8.2 10 ) 1 B
8
VA
◦ Perubahan nilai difusivitas karena berubahnya suhu
n
( DABT1 ) Tc T2
( DABT 2 ) Tc T1