Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ladefa Lathief Nurcahayan

NIM : 113 180 097


Kelas :A
Matkul ; PPM

I.1 Difusi
Proses difusi terjadi karena adanya perpindahan massa suatu zat dimana massa dapat
berpindah dari kondisi dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan massa
dapat terjadi dalam fasa gas maupun cair. Peristiwa difusi berakhir jika telah mencapai
keadaan setimbang antara dua keadaan (pada keadaan sebelumnya terdapat perbedaan
konsentrasi sehingga keadaan belum setimbang). Proses difusi dapat terus-menerus
berlangsung jika perbedaan konsentrasi antara dua kondisi dipertahankan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengalirkan fluida yang merupakan tempat akan berdifusinya suatu
molekul secara terus menerus. Proses difusi akan berhenti jika kondisi dari dua fluida sudah
sama atau setimbang.
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui
tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion),difusi melalui saluran yang
terbentuk oleh protein trans membran (simple difusion by chanel formed), dan difusi
difasilitasi (fasiliated difusion). Difusi melalui membran berlangsung karena molekul-
molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel
permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta
bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, membran sel juga sangat permeabel
terhadap molekul anorganik seperti O, CO2, OH, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus
yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui. Saluran ini
terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang
memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat
melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa,
dan beberapa garam – garam mineral, tidak dapat menembus membrane secara langsung,
tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus
membran. Proses masuknya molekul besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi
difasilitasi, yaitu pelaluan zat melalui rnembran plasma yang melibatkan protein pembawa
atau protein transporter. Protein transporter tergolong protein transmembran yang memiliki
tempat perlekatan terhadap ion atau molekul yang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap
molekul atau ion memiliki protein transporter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu
molekul glukosa diperlukan protein transporter yang khusus untuk mentransfer glukosa ke
dalam sel. Protein transporter untuk glukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot
jantung, sel-sel lemak dan sel-sel hati, karena sel – sel tersebut selalu membutuhkan glukosa
untuk diubah menjadi energi.
Walaupun penyebab difusi umumnya karena gradien konsentrasi,tetapi difusi dapat
juga terjadi karena gradien tekanan, karena gradien suhu, atau karena medan gaya yang
diterapkan dari luar seperti pada pemisah sentrifugal. Difusi molekuler yang terjadi karena
gradien tekanan (bukan tekanan parsial) disebut difusi tekanan (pressure diffusion), yang
disebabkan karena gradien suhu disebut difusi termal (thermal diffusion), sedangkan yang
disebabkan oleh medan gaya dari luar disebut difusi paksa (forced diffusion).
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu :
 Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak
kecepatan difusi semakin tinggi.
 Ketebalan membran
Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
 Luas suatu area
Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
 Jarak
Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
 Suhu
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat.
Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya
Difusi molekular dapat didefinisikan sebagai perpindahan atau pergerakan suatu
molekul melewati suatu fluida dengan pergerakan yang acak. Dapat dibayangkan suatu
molekul yang bergerak lurus dan kemudian akan bergerak dengan acak akibat tabrakan
dengan molekul yang lain. Karena pergerakan melekul berlangsung dalam gerakan acak,
maka pergerakan molekul sering disebut sebagai Random-Walk Process. Difusi molekular
merupakan perpindahan suatu molekul melalui suatu fluida dengan pergerakan yang acak
dalam fluida diam atau dalam fluida yang mengalir secara laminer. Suatu molekul yang
bergerak lurus kemudian akan bergerak secara acak karena bertabrakan dengan molekul yang
lain, pergerakan molekul seperti ini disebut Random-Walk Process. Laju difusi dapat
dinaikkan dengan cara pengadukan sehingga kondisi kesetimbangan dapat lebih cepat
tercapai.

Gambar 1. Gerakan acak pada proses difusi

Peristiwa lain yang juga termasuk sebagai peristiwa difusi adalah tinta biru yang
diteteskan dalam air bening. Tinta akan berdifusi perlahan-lahan ke seluruh bagian air hingga
diperoleh kondisi kesetimbangan (tidak adanya gradien konsentrasi). Untuk menaikkan laju
difusi dapat dilakukan pengadukan, sehingga kondisi kesetimbanga dapat lebih cepat dicapai.
Difusi tidak terbatas hanya pada perpindahan lapisan stagnant (diam) zat padat atau zat cair
saja. Difusi juga terjadi dalam fase fluida pencampuran fisika dan pusaran Eddy aliran
turbulen, sama seperti aliran kalor dalam fluida dapat terjadi karena konveksi. Peristiwa ini
disebut difusi pusaran (Eddy diffusion).
Pada fluida yang mengandung banyak komponen yang akan berdifusi dalam keadaan
diam berlaku hukum Frick untuk campuran antara hukum A dan B,yaitu :
¿
AZ
dx A
J =−c . D AB
dz (1)
dengan :
J*AZ = flux molar komponen A pada arah sumbu z untuk arah molekular (kgmolA/s.m2)
DAB = difusi molekular molekul A melalui B (m2/s)
z = jarak difusi (m)
c = konsentrasi A dan B (kgmol/m3)
xA = fraksi mol dari A dari campuran A dan B.

Jika c adalah konstan, karena cA = cxA maka :


cdxA = d(cxA) = dcA (2)
Jika persamaan (1) disubstitusi ke persamaan (2) menghasilkan persamaan difusi untuk
konsentrasi yang konstan :
¿
AZ
dc A
J =−. D AB
dz (3)
Persamaan (3) umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi proses difusi molekular. Apabila
nilai c bervariasi, maka yang digunakan dalam persamaan (3) adalah nilai rata-ratanya. Untuk
aliran massa yang turbulen dengan konsentrasi yang konstan berlaku persamaan :
¿
AZ
dc A
J =−( D AB +ε M )
dz (4)
dengan εM difusivitas massa turbulen dengan satuan m2/s.

I.2 Difusi Molekular pada Cairan


Laju difusi molekular untuk cairan lebih kecil apabila dibandingkan terhadap laju
difusi molekul gas. Hal ini disebabkan jarak antara molekul dalam fasa cair lebih rapat
apabila dibandingkan dalam fasa gas. Umumnya koefisien difusi untuk gas lebih besar hingga
105 kali koefisien difusi cairan. Namun fluks pada gas tidak berbeda jauh dari fluks dalam
cair yaitu 100 kali lebih cepat, hal itu disebabkan karena konsentrasi cair lebih besar daripada
konsentrasi dalam fasa gas.
 Persamaan difusi untuk cairan
Jarak molekul dalam cairan lebih rapat daripada dalam fasa gas, maka densitas dan
hambatan difusi pada cairan akan lebih besar. Hal ini juga menyebabkan gaya interaksi antar
molekul sangat penting dalam difusi cairan. Perbedaan antara difusi cairan dan difusi gas
adalah bahwa pada difusi cairan difusifitas sering bergantung pada konsentrasi daripada
komponen yang berdifusi.
Equimolar counterdiffusion, dimulai dengan persamaan umum fick kita dapat mensubstitusi
untuk NA = NB pada keadaan steady state,
D AB (C A 1 −C A 2 ) D AB C AV ( x A 1 −c A 2 )
N A= =
z 2 −z 1 z 2−z 1 (5)
dengan, NA adalah flux komponen A dalam kgmol.A/s.m2, DAB adalah difusifitas A melalui B
dalam m2/s, cA1 merupakan konsentrasi komponen A dalam kgmol/m 3 pada keadaan 1, dan
xA1 fraksi mol komponen A dalam keadaan 1, dan cAV disefinisikan sebagai :
( ρ1 ρ2
+
M1 M 2 )
CAV =
( )
ρ
M av
=
2 (6)
dengan cAV merupakan konsentrasi rata-rata total dari A+B dalam kgmol/m 3, M1 merupakan
berat molekul rata-rata larutan pada keadaan 1 dalam kg massa/ kgmol, dan ρ 1 merupakan
densitas rata-rata pada keadaan 1.

I.3 Koefisien Difusi Cairan


Pada penentuan koefisien difusi cairan digunakan sel difusi. Sel difusi tersebut terdiri
atas N pipa kapiler yang panjangnya 5 mm dan diameternya 1 mm. Untuk satu pipa kapiler
proses difusi dapat digambarkan pada alat :

Gambar 2. Percobaan difusi cairan

Transfer nilai difusi :


dc A c A 1 −c A 2
−D =
JA = dL L (7)
Jumlah mol yang telah berdifusi selama selang waktu dt melalui N pipa kapiler adalah:

VtangkiX.dcA = 4 L [
−D . π . d 2 c A 1−c A 2
]∑ dt . N
(8)

Vtangki dt = 4 L [
−π . d 2 c A 1 −c A 2
dc A
N ] (9)

Jika k = CM.CA, dan dianggap CA2<<CA1 maka:


4 .V tan gki L dk

D= π . d 2 .C M . C A dt (10)
dengan :
Vtangki = volume tangki
L = panjang pipa kapiler
N = jumlah pipa kapiler
D = diameter pipa kapiler
CA = konsentrasi/molaritas A
CM = perubahan konduktifitas per mol
K = konduktifitas dan tangki

Tabel 1. Koefisien difusi cairan (geankopolis)


Temperatur Difusifitas
Solute Solvent o
C o
F (cm2/s)
12 285 1.64
NH3 air
15 288 1.77
18 291 1.98
O2 air
25 298 2.41
CO2 air 25 298 2
H2 air 25 298 4.8
Metil alkohol air 15 288 1.26
10 283 0.84
Etil alkohol air
25 298 1.24
9.7 282.7 0.769
air
Acetic acid 25 298 1.26
benzena 25 298 2.09
Urea etanol 12 285 0.54
Air etanol 25 298 1.13
KCL air 25 298 1.87
etilen glikol 25 298 0.119

I.4 Difusi Molekular Gas


Beberapa jenis proses difusi molekular pada gas, yaitu :
 Equimolar Counterdiffusion
Bila dua gas A dan B pada tekanan total konstan P dalam dua ruang yang terhubung
oleh pipa dimana terjadi difusi molekular pada kondisi steady seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.
Gambar 3. Equimolar counterdiffusion gas A dan gas B

Pengaduk pada tiap ruang berfungsi untuk menjaga agar konsentrasi pada tiap ruang tetap
seragam. Tekanan parsial pA1 > pA2 dan pB2 > pB1. Molekul A berdifusi ke kanan dan
molekul B ke kiri. Karena tekanan total P konstan, maka jumlah mol A yang berdifusi ke
kanan harus sama dengan jumlah mol B yang ke kiri. Jika tidak, berarti tekanan total tidak
konstan, sehingga
¿ ¿
J Az=−J Bz (11)
Subskrip z berlaku jika arah pergerakannya jelas. Hukum Fick untuk B pada c konstan
dc B
J ¿B =−DBA
dz (12)
Karena P = pA + pB = konstan, maka
c = cA + cB (13)
Mendiferensialkan kedua sisi
dcA = dcB (14)
Menyamakan persamaan (3) dengan persamaan (12), diperoleh :

¿
dc A ¿
dc B
J A =−D AB =−J B =−(− ) D BA
dz dz (15)
Mensubstitusi persamaan (14) ke (15), sehingga
DAB = DBA (16)
Hal ini menunjukkan bahwa untuk campuran gas biner A dan B, koefisien difusivitas D AB
untuk A berdifusi ke B adalah sama dengan DBA untuk B yang berdifusi ke A.
 Difusi Gas A dan Gas B dengan Konveksi
Terjadi jika seluruh fluida berpindah dalam aliran konveksi ke arah kanan. Kecepatan
molar rata-rata seluruh fluida relatif terhadap titik diam adalah vM m/s. Komponen A tetap
berdifusi ke kanan, namun sekarang kecepatan difusi vAd diukur relatif terhadap fluida yang
bergerak. Kecepatan A relatif terhadap titik diam adalah jumlah dari kecepatan difusi dan
kecepatan konveksi.
vA = vAd + vM (17)
Persamaan umum untuk difusi plus konveksi :
dx A c A
N A=−cD AB + (N A+N B)
dz c (18)

I.5 Koefisien Difusi Gas


Salah satu metode penentuan koefisien difusi gas adalah dengan menguapkan cairan
murni dalam tabung kapiler yang dIsi dengan cairan A murni. Di atas bibir tabung dialirkan
gas B secara horizontal.

Gambar 4. Difusi gas dengan menguapkan cairan ke udara

Laju transfer massa penguapan adalah :


D AB . PT ( P A 1 −P A 2 )
N A=
R.T . z PMB (19)
Akibat penguapan yang terjadi, maka jumlah cairan A dalam tabung akan berkurang. Laju
pengurangan cairan A dalam tabung adalah sama dengan fluks N A dikalikan luas area
penampang tabung.
ρA dz
N A . A= A
BM A dt (20)
Dengan menggabungkan persamaan (19) dan (20) menghasilkan :
ρA M D AB . PT
BM A dt R .T . L . P MB ( A 1 A 2 )
= P −P
(21)
z t
ρA D AB . PT
BM A z0
∫ z dz= R .T . P ( P A 1−P A 2)∫ dt
Mengintegrasikan : BM 0 (22)
diperoleh waktu penurunan level cairan, tF, sebesar :

tF=
(
ρ A z 2 −z
02 ) R .T . P BM

2 . BM A . D AB . PT ( P A 1 −P A 2 )
(23)
2 . BM A . D AB . PT
z 2−z 2 = ( P A 1−P A 2 )
0 R . T . PBM (24)
Dikarenakan gas B terus menerus mengalir, maka konsentrasi gas A di bibir tabung selalu
sama dengan nol atau PA2 = 0.
Dengan memplot z2 – z02 vs t akan memberikan persamaan garis dengan slope S.
2 . BM A . D AB . P T
S=
ρ A . R . T . PBM ( PA1 )
(25)
atau
ρ A . R .T . P BM . S
D AB =
2 . BM A . PT . P A 1 (26)
dengan :
A = densitas cairan A
( PB 1 −PB 2 )

( )
PB1
ln
PB2
PBM =
PA1 = tekanan uap cairan A
DAB = koefisien difusi A dalam B
BMA = berat molekul A
PT = tekanan total
T = temperatur absolute
Tabel 2. Koefisien Difusi Gas pada Tekanan 101.32 kPa

Sistem Temperatur Difusivitas


C
o
K (cm2/s)
Udara - NH3 0 273 0.198
Udara - H2O 0 273 0.22
25 298 0.26
42 315 0.288
Udara - CO2 3 276 0.142
44 317 0.177
Udara - H2 0 273 0.611
Udara - C2H5OH 25 298 0.135
Udara - n-heksana 21 294 0.08
Udara - benzene 25 298 0.0962
Udara - toluena 25.9 298.9 0.086
Udara- n-butanol 0 273 0.0703
25.9 298.9 0.087
H2 - CH4 25 298 0.726
H2 - N2 25 298 0.784
85 358 1.052
H2 - benzena 38.1 311.1 0.404

Anda mungkin juga menyukai