Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN


LUMPUR DASAR DAN DENSITAS

Disusun Oleh :
Nama : M. Zulfikar Arrifqi
Nim : 113180101
Plug :L

LABORATORIUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN
LUMPUR DASAR DAN DENSITAS

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


2019-2020 Minggu ke-1, Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta.

Disusun oleh:
Nama : Ladefa Lathief Nurcahayan
Nim : 113180097
Plug :L

Disetujui untuk Laboratorium


Analisa Lumpur Pemboran
oleh:
Asisten Praktikum

Argavi Koto
BAB II
LUMPUR DASAR & DENSITAS

2.1. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi
utamanya.
2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat Mud
Balance.
2.2. DASAR TEORI
2.2.1. Densitas Lumpur
Lumpur sangat besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya
suatu operasi pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari lumpur
tersebut, seperti densitas, viskositas, gel strength, atau filtration loss. Dalam
percobaan ini akan dibahas satu sifatnya saja, yaitu densitas.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting,
karena peranannya berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai
penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan
menyebabkan lumpur hilang ke formasi (loss circulation), sedangkan jika terlalu
kecil dapat menyebabkan kick (masuknya fluida ke lubang sumur). Maka densitas
lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradien hidrostatik dari lumpur bor
dalam psi/ft. Tetapi di lapangan biasanya dipakai satuan ppg (pound per gallon).
Asumsi – asumsi :

1. Volume setiap material adalah merupakan additive :


Vs + Vml = Vmb……………………………………………….…..(2.1)

2. Jumlah berat adalah merupakan additive :


ds x Vs + dml x Vml = dmb x Vmb…………………………..………. (2.2)

Dimana :
Vs = Volume solid, bbl

Vml = Volume lumpur lama, bbl


Vmb = Volume lumpur baru, bbl

ds = Berat jenis solid, ppg

dml = Berat jenis lumpur lama, ppg

dmb = Berat jenis lumpur baru, ppg

Dari persamaan (2.1) dan (2.2) diperoleh :

(d mb  d ml )
Vs = xVml ………………………………………….... (2.3)
(d s  d mb )

Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah :

Ws = Vs x ds

Bila dimasukkan ke dalam persaman (2.3) diperoleh :

(d mb  d ml )
Ws = x(d s xVml ) ………………………………………..(2.4)
(d s  d mb )

% Volume solid :

Vs (d  d ml )
x100%  mb x100% …………………………………..(2.5)
Vmb (d s  d mb )

% Berat solid :

d s xVs d (d  d ml )
x100%  s mb x100% …………………………. (2.6)
d mb xVmb d ml (d s  d mb )

Maka bila yang digunakan adalah barite dengan SG = 4.3, untuk menaikkan
densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb setiap bbl
lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak :

(d mb  d ml )
Ws = 684 x …………………………………………...(2.7)
(35.8  d mb )

Keterangan :
Ws = berat solid / zat pemberat, kg barite/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonit dengan SG = 2.5, maka untuk tiap
barrel lumpur diperlukan :

(d mb  d ml )
Ws = 398 x …………………………………………...(2.8)
(20.8  d mb )

Dimana :

Ws = kg bentonite/bbl lumpur lama


2.3. PERALATAN DAN BAHAN
2.3.1. Alat
1. Mud Balance
2. Multi mixer
3. Gelas ukur 500 cc
2.3.2. Bahan
1. Bentonite
2. Aquadest
3. Barite / thinner
2.4. GAMBAR ALAT

1 2 3 4 5 6 7

Keterangan
1. Lid
2. Cup
3. Base
4. Knife dan Fulcrum
5. Rider
6. Arm Balance
7. Calibrator

Gambar 2.1. Mud Balance

(
1 3
2

Keterangan:
1. Mixer Cup
2. Mixer Hanging
3. Mixer

Gambar 2.2. Multi Mixer


2.5. PROSEDUR PERCOBAAN
2.5.1. Prosedur Operasi Standar
2.5.1.1. Mud Balance
1. Mengambil alat Mud Balance dari box.
2. Mencuci cup pada wastafel, kemudian di lap dengan kanebo.
3. Melakukan kalibrasi alat dengan mengukur densitas air, caranya dengan
mengisi air ke dalam cup sampai penuh kemudian ditutup (apabila ada air
yang tumpah, maka lap dengan kanebo agar pengukurannya lebih tepat).
4. Meletakkan Mud Balance pada box (posisi knife berada di atas fulcrum),
kemudian mengukur densitas air yang sudah diketahui harganya (p = 8,33
ppg pada 70o F), caranya dengan menggeser rider ke angka 8,33 ppg (pada
skala bagian atas) atau ke angka 1 gr/cc (pada skala bagian bawah), jika
kalibrasi berhasil gelembung udara pada level glass akan berada di tengah-
tengah atau menyentuh garis tengah, jika masih belum tepat, takar ulang
lah pasir yang ada pada ujung balance arm sampai kalibrasi berhasil.
Setelah itu air dibuang lalu cup dibersihkan kembali.
5. Mengukur densitas lumpur yang akan diuji dengan cara memasukkan
lumpur pada cup sampai penuh kemudian ditutup (apabila ada lumpur
yang tumpah lap dengan kanebo agar pengukurannya lebih tepat).
6. Meletakkan Mud Balance pada box kemudian mengukur densitas lumpur
dengan cara menggeser rider, sampai gelembung udara pada level glass
berada di tengah-tengah.
7. Setelah harga densitas diketahui, lumpur dibuang, lalu cup dibersihkan
lalu Mud Balance ditaruh kembali ke dalam box.
2.5.1.2. Multimixer
1. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat lumpur.
2. Mengisi cup lumpur dengan air.
3. Mengkaitkan cup pada Multimixer dengan menekan pada penjepit atas dan
meletakkan cup pada penyangga bawah hingga mixer berputar
4. Memasukkan bahan-bahan solid yang akan digunakan.
5. Setelah campuran lumpur selesai dibuat, lepas cup dengan menaikkan cup,
kemudian tarik ke bawah.
6. Membersihkan mixer dengan memasang cup berisi air bersih lalu lap
hingga bersih.
2.5.2. Prosedur Percobaan
2.5.2.1. Densitas Lumpur
1. Mengkalibrasi peralatan Mud Balance sebagai berikut :
a. Membersihkan peralatan Mud Balance.
b. Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu ditutup dan dibersihkan
bagian luarnya. menegeringkannya dengan kertas tissue.
c. Meletakkan kembali Mud Balance pada kedudukan semula.
d. Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg.
e. Mengecek pada Level Glass, bila tidak seimbang, mengatur
Calibration Screw sampai seimbang.
2. Menimbang beberapa zat yang digunakan sesuai dengan petunjuk asisten.
3. Menakar air 350 cc dan mencampurnya dengan 22,5 gr bentonite. Caranya
memasukkan air ke dalam bejana, lalu memasang bejana pada Multimixer
dan memasukkan bentonite sedikit demi sedikit setelah mixer dijalankan,
selang beberapa menit setelah tercampur, mengambil bejana dan
menuangkan lumpur yang telah dibuat kedalam cup Mud Balance.
4. Menutup cup dan membersihkan lumpur yang melekat pada dinding
bagian luar dan penutup cup sampai bersih.
5. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, lalu mengatur rider
hingga seimbang dan membaca densitas yang ditunjukkan pada skala.
6. Mengulang langkah 5 untuk kompisisi campuran yang diberikan asisten.
2.6. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
2.6.1. Hasil Percobaan
Tabel II-1
Tabel Pengukuran Densitas
Lumpur Dasar Additive
Densitas
Plug Air Bentonite Barite Air (ppg)
(ml) (gr) (gr) (ml)
Asisten

350 22,5 - - 8,6

A 350 22,5 5 - 8,8


B 350 22,5 10 - 8,8
C 350 22,5 15 - 9,2
D 350 22,5 20 - 9,1
E 350 22,5 25 - 9,1
F 350 22,5 30 - 9,2
G 350 22,5 35 - 9,25
H 350 22,5 - 2,5 8,6
I 350 22,5 - 5 8,52
J 350 22,5 - 7,5 8,5
K 350 22,5 - 10 8,25
L 350 22,5 - 12,5 8,2
M 350 22,5 - 15 8,1
2.6.2. Perhitungan
1. Pengukuran Densitas
a. Lumpur dasar : 350 ml + 22,5 gr bentonite + 30 gr barite
b. Densitas lumpur dasar 8,2 ppg

2.7. GRAFIK
2.6. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini membahas dn melakukan perhitungan “Lumpur Dasar
dan Densitas”, yang bertujuan untuk menentukan densitas pada lumpur pemboran
yang telah dibuat. Densitas adalah perbandingan antara berat massa lumpur dengan
volume lumpur. Densitas lumpur merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat
penting. Oleh karena itu densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi
yang akan dibor agar dapat melakukan fungsinya secara optimal.
Pengukuran densitas pada praktikum kali ini menggunakan alat mud
balance, multi mixer, dan cup mixer. Bahan yang digunakan yaitu air, bentonite,
dan barite. Langkah yang pertama yaitu membuat lumpur dasar yaitu dengan
mencampurkan 350 ml air dengan 22,5 gr bentonite pada cup mixer, menggunakan
alat multi mixer untuk mengaduk dan mencampurkan air dengan bentonite, setelah
itu tambahkan additive thinner sebanyak 12,5 ml. Setelah lumpur dasar berhasil
dibuat maka melakukan penimbangan menggunakan mud balance, pertama
kalibrasi mud balance dengan menggunakan air dan barite, setelah mud balance
terkalibrasi maka lakukan pengukuran densitas lumpur menggunakan mud balance
tersebut dengan cara menggeser rider ke kanan atau ke kiri sampai balance arm
seimbang dan indikator gelembung udara berada pada garis tengah. Setelah itu catat
nilai dari rider yang menunjukan besarnya densitas dari lumpur pemboran.
Pada praktikum ini didapat densitas 8,2 ppg. Dari grafik dianalisa bahwa
setiap penambahan additive menambah densitas dari fluida pada lumpur dasar 350
ml air + 22,5 bentonite + 150 ml additive air.
Aplikasi lapangan dari praktikum kali ini densitas digunakan dalam
menghitung tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik berguna untuk menahan
tekanan formasi. Biasanya tekanan hidrostatik 100 psi lebih besar dari tekanan
formasi. Densitas yang terlalu besar dapat menyebabkan loss circulation, sedangkan
densitas yang terlalu rendah dapat menyebabkan kick. Loss circulation adalah
masuknya fasa cair dari fluida pemboran kedalam rekahan-rekahan atau batuan,
sedangkan kick adalah masuknya fluida formasi kedalam lubang bor karena
tekanan formasi lebih besar dari tekanan hidrostatik. Jadi, pengukuran densitas
dapat menjadi sebagai dasar dalam menentukan drilling fluids design agar dapat
membuat lumpur yang baik dan dapat menghindari adanya problem dalam operasi
pemboran
2.7. KESIMPULAN
1. Dari praktikum tersebut didapatkan densitas lumpur yaitu sebesar 8,2 ppg.
2. Densitas lumpur merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting.
Oleh karena itu densitas lumpur harus di sesuaikan dengan keadaan formasi
yang akan di bor agar dapat melakukan fungsinya secara optimal. Densitas
yang terlalu besar dapat menyababkan terjadi loss circulation, sedangakan
densitas yang terlalu kecil dapat menyebabkan kick.
3. Penambahan barite dapat memperbesar densitas, sedangkan penambahan
thinner akan menurunkan densitas.
4. Aplikasi lapangan digunakan untuk menentukan drilling fluids design agar
dapat membuat lumpur yang baik dan dapat menghindari adanya problem
dalam operasi pemboran.

Anda mungkin juga menyukai