Anda di halaman 1dari 4

18/10/2019

Konstanta Kesetimbangan dan Reaksi Reversible


• Reaksi reversible (reaksi dapat balik) adalah reaksi yang dapat
berlangsung dua arah, yaitu reaksi ke kanan (forward) dan reaksi ke kiri
(reverse).
Kinetika Reaksi Homogen • Dalam keadaan reaksi kesetimbangan berlaku suatu tetapan
kesetimbangan (K) dan konversi kesetimbangan (Xe).
Contoh :
• Reaksi fase gas order dua antara dua molekul benzen membentuk satu
molekul hidrogen dan satu molekul dipenil merupakan reaksi
elementer dan reversible (dapat balik). Persamaan reaksi tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut:
BAGIAN 2 2C6H6 ⇆ C12H10 + H2
• Benzen (B) terurai menurut reaksi ke kanan dan Reaksi ke kiri (reverse)
antara dipenil (D) dan hydrogen (H2). Kecepatan reaksi netto
pembentukan benzen adalah jumlah dari reaksi ke kanan dan ke kiri,
yaitu:

STOIKHIOMETRI
Jika persamaan tersebut disusun ulang maka didapat:
Sistem Batch
Jumlah mol A mula-mula adalah NA0.
Jumlah mol A setelah reaksi waktu t adalah NA0 X
Jumlah mol A yang tersisa (NA0 – NA0 X).
Jumlah mol A yang tersisa setelah konversi reaksi X :
dengan, NA = NA0 – NA0 X = NA0 (1 - X)
Kc = k1/k2 = konstanta kesetimbangan (dalam konsentrasi ) Jumlah mol B yang bereaksi dan produk (C dan D) yang terbentuk
Jika reaksi eksoterm maka konstanta kesetimbangan turun jika dapat dihitung menggunakan perbandingan koefisien dikalikan
suhu reaksi naik. Sedangkan untuk reaksi endoterm, konstanta dengan A yang bereaksi, yaitu:
kesetimbangan naik jika suhu reaksi naik.
Spesies Mula- Perubahan Sisa (eksis)
mula (mol) (mol)
(mol)
A NA0 − N A 0 X N A = N A 0 − N A 0 X

B NB0 b b
− .N A 0 X N B = N B 0 − .N A 0 X
a a
C NC0 c c
.N A 0 X N C = N C 0 + .N A 0 X
a a
D ND0 d d
.N A 0 X N D = N D 0 + .N A 0 X
a a
inert Nt0 - Nt = Nt0
Jumlah NT0  d c b 
N T = N T 0 +  + − − 1 N A 0 X
 a a a 

1
18/10/2019

Contoh soal 2.1


Sabun adalah garam sodium dan potassium dari berbagai
asam lemak, seperti asam oleat, stearat, laurat, dan miristat.
Reaksi penyabunan pembentukan sabun dari larutan soda api
Karena reaksi dalam fase cair maka volume reaksi dianggap
dan gliseril stearat adalah:
konstan. Jadi hasil perhitungan di atas dapat diterapkan di
sini dengan penyesuaian koefisien stoikhiometri. Hasil secara
lengkap adalah sebagai berikut:
Jika X menunjukkan konversi sodium hidroksida , susunlah
table stoikhiometri yang menyatakan konsentrasi masing-
masing spesies yang dinyatakan dalam konsentrasi awal dan
konversi X.
Jawab:
sodium hidroksida sebagai basis maka kita membagi koefisien
stoikhiometri dengan koefisien pada sodium hidroksida.
Hasilnya dapat kita tuliskan sebagai berikut:

Contoh soal 2.2. Reaktan pembatas (limiting reaktan) Sistem Alir


Dengan memiliki tabel stoikhiometri seperti pada contoh soal di
atas, kita dapat menghitung konsentrasi pada konversi tertentu. Bentuk tabel stoikhiometri untuk sistem alir kontinyu identik
Jika campuran awal hanya terdiri dari sodium hidroksida pada dengan sistem batch, hanya saja Nj0 diganti dengan Fj0 dan Nj
konsentrasi 10 gmol/L (10 mol/dm3 atau 10 kmol/m3) dan diganti Fj. Reaksi antara A dan B membentuk C dan D
gliseril stearat pada konsentrasi 2 gmol/L, berapa konsentrasi dituliskan sebagai berikut:
gliserin ketika konversi sodium hidroksida (a) 20% dan (b) 90% ?
Jawab:
Karena awalnya hanya terdiri dari sodium hidroksida dan gliseril Pada system alir, konsentrasi CA pada titik tertentu dapat
stearat, berarti θC= θD = 0 ditentukan dari FA dan kecepatan volumetric pada titik
a) konversi (X) = 20% tersebut, yaitu:
CD = CA0(X/3) = 10 (0,2/3) = 0,67 gmol/L = 0,67 mol/dm3
CB = CA0(θB – X/3) = 10 (2/10 – 0,2/3) = 10 (1,33) = 1,33 mol/dm3
Kita dapat menghitung konsentrasi A, B, C, dan D berdasarkan
b) konversi (X) = 90% pada persamaan reaksi di atas dan dinyatakan dalam FA0, FB0,
CD = CA0(X/3) = 10 (0,9/3) = 3 mol/dm3 FC0, FD0, X, dan υ.
CB = 10 (2/10 – 0,9/3) = 10 (0,2 – 0,3) = -1 mol/dm3

2
18/10/2019

Spesies Mula-mula Perubahan Kecepatan alir keluar reaktor


(mol/waktu) (mol/waktu) (mol/waktu)
Reaksi fase cair, jika tidak terjadi perubahan fase maka perubahan
A FA0 − FA0 X FA = FA0 (1 − X ) volume diabaikan sehingga υ = υ0. Konsentrasi ditentukan sebagai
B FB0=θBFA0 b b berikut:
− .F A0 X FB = F A0 (θ B − X)
a a
C FC0=θCFA0 c c F A0
.F A0 X FC = FA0 (θ C + X) CA = (1 − X ) = C A0 (1 − X )
a a υ0
D FD0=θDFA0 d d
.FA0 X FD = FA0 (θ D + X) b
a a C B = C A0 (θ B − X)
a
inert FI0=θI FA0 - FI = FI0 θI
Jumlah FT0 d c b 
FT = FT 0 +  + − − 1 F
a a a 
FT = FT 0 + δFA0 X

Volume Reaksi Berubah Pada saat t = 0 maka persamaan tersebut menjadi:


P  T  Z  NT
V = V0  0   
 P  T0  Z 0  NT 0
• Volume reaksi berubah pada peristiwa reaksi fase gas perubahan jumlah mol sebagai fungsi konversi :
• jumlah mol produk dan reaktan berbeda. NT = NT0 + δNA0X
Sebagai contoh dapat dilihat pada reaksi pembentukan amoniak NT N
= 1 + A 0 δX = 1 + δy A 0 X
sebagai berikut: NT 0 NT 0
d c b
δ = + − −1
a a a

4 mol reaktan menghasilkan 2 mol produk, sehingga volume reaksi


akan mengalami perubahan. d c b N
Perubahan volume selama reaksi dapat ditentukan menggunakan ε =( + − − 1) A0 = y A0 δ
a a a NT 0
persamaan keadaan sebagai berikut Persamaan menjadi :
P  T  Z 
V = V0  0   (1 + εX )
 P  T0  Z 0 
Dengan, T = suhu reaksi, K
P = tekanan total, atm Jika kompresibilitas gas dianggap konstan maka Z = Z0.
Z = factor kompresibilitas
P  T
R = konstanta gas ideal = 0,08206 L.atm/g.mol.K V = V 0  0  (1 + ε X )
 P  T0

3
18/10/2019

Contoh
Persamaan reaksi fase gas mengikuti persamaan reaksi berikut:
b c d
A + B → C + D
a a a
konsentrasi masing-masing spesies sebagai fungsi konversi
ditentukan sebagai berikut:
N A N A0 (1 − X ) N A0 (1 − X )  T0  P  1 − X  T0 P
CA = = =   = CA0    
V V V0 (1 + εX )  T  P0  1 + εX  T P 
 0
b  b 
N A0 (θ B − X) θB − X T  
NB N (θ − X )  T0  P  0  P 
CB = = a = A0 B   = C A0  a
V V V 0 (1 + εX )  T  P0  1 + εX  T  P0 
 
 
c  c 
N A0 (θ C +
X)  θC − X  T  
NC a N (θ + X )  T0  P a  0P
CC = = = A0 C   = C A0 
V V V0 (1+ εX )  T  P0  1+ εX  T  P0 
 
 
d  d 
N A0 (θ D + X ) θ
 D − X
ND N (θ + X )  T  P a  T0  P 
CD = = a = A0 D  0 = C A0  
V V V0 (1 + εX )  T  P0  1 + εX  T  P0 

 
 

NI N A 0θ I N A 0θ I  T 0  P C θ T  P 
CI = = =   =  A 0 I  0  

V V V 0 (1 + ε X )  T  P0  1 + ε X  T  P0 

Anda mungkin juga menyukai