Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PRARANCANGAN PABRIK ASETON DARI


ISOPROPIL ALKOHOL DENGAN METODE
DEHIDROGENASI

Dwi Rosa Maharani

NIM. 05201025

Patricia Yohana Beslar

NIM. 05201069

Riza Alviany, S.T., M.T.

Mutia Reza, S.T., M.T.

Program Studi Teknik Kimia

Jurusan Teknologi Industri dan Proses

Institut Teknologi Kalimantan

Balikpapan, 2023
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
PROPOSAL TUGAS AKHIR

PRARANCANGAN PABRIK ASETON DARI


ISOPROPIL ALKOHOL DENGAN METODE
DEHIDROGENASI

Dwi Rosa Maharani

NIM. 05201025

Patricia Yohana Beslar

NIM. 05201069

Riza Alviany, S.T., M.T.

Mutia Reza, S.T., M.T.

Program Studi Teknik Kimia

Jurusan Teknologi Industri dan Proses

Institut Teknologi Kalimantan

Balikpapan, 2023
“Halaman ini sengaja dikosongkan

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir dengan judul:

“PRA-RANCANGAN PABRIK ASETON DARI ISOPROPIL ALKOHOL


DENGAN METODE DEHIDROGENASI”

Yang disusun oleh:

Dwi Rosa Maharani Patricia Yohana Beslar


NIM 05201025 NIM 05201069

Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing:

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

Riza Alviany, S.T., M.T. Mutia Reza, S.T., M.T.


NIP. 199401042019032024 NIP. 199501132022032018

i
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL TUGAS AKHIR

Dengan ini kami menyatakan bahwa isi keseluruhan Proposal Tugas Akhir kami
dengan judul “PRA-RANCANGAN PABRIK ASETON DARI ISOPROPIL
ALKOHOL DENGAN METODE DEHIDROGENASI” adalah benar-benar hasil
karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak
diizinkan dan bukan merupakan karya pihak lain yang kami akui sebagai karya sendiri.
Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara lengkap pada daftar
pustaka. Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, kami bersedia menerima sanksi
sesuai peraturan yang berlaku.

Balikpapan, 24 November 2023

Dwi Rosa Maharani Patricia Yohana Beslar


NIM 05201025 NIM 05201069

iii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya
hingga saya dapat menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul :
“PRA-RANCANGAN PABRIK ASETON DARI ISOPROPIL
ALKOHOL DENGAN PROSES DEHIDROGENASI”
Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan program sarjana di Program Studi Teknik Kimia, Jurusan Teknologi
Industri dan Proses, Institut teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada :
1. Orang tua dan saudara selaku sosok yang selalu membimbing dan memberikan
support penulis dalam pengerjaan laporan.

2. Ibu Riza Alviany, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Mutia Reza,
S.T., M.T. selaku dosen pembimbing pendamping.
3. Bapak Andi Idhil Ismail, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Koordinator Jurusan Teknologi
Industri dan Proses. Seluruh dosen Program Studi Teknik Mesin Institut Teknologi
Kalimantan yang turut membantu dalam penyampaian materi selama kuliah
berlangsung.
4. Ibu Dr. Eng. Lusi Ernawati, S.T., M.Sc. selaku Koordinator Program Studi Teknik
Kimia.
5. Bapak Asful Hariyadi, S.T., M.Eng., Bapak Ashadi Sasongko, S.Si., M.Si., Ibu Azmia
Rizka Nafisah, S.T., M.T., Bapak Bangkit Gotama, S.T., M.T., Ibu Dr. Eng. Lusi
Ernawati, M.Sc., Bapak Dr. Moch. Purwanto, S.Si., M.Si., Bapak Fadhil Muhammad
Tarmidzi, S.T., M.T., Bapak Ir. Adrian Gunawan, S.Si, M.Si., Ibu Memik Dian
Pusfitasari, S.T., M.T., M.T., Ibu Nita Ariestiana Putri, S.T., M.Eng., Ibu Rizka Ayu
Yuniar, S.T., M.T., Rizka Lestari, S.T., M.Eng. dan Bapak Rizqy Romadhona Ginting,
S.T., M.T. selaku Dosen Program Studi Teknik Kimia ITK.
6. Mahasiswa Teknik Kimia ITK angkatan 2020.
7. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.

v
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Balikpapan , 24 November 2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL TUGAS AKHIR .........................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................................ xv
ABSTRACT ..................................................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Analisa Pasar ......................................................................................................... 2
1.2.1 Ketersediaan Bahan Baku ............................................................................... 2
1.2.2 Benchmarking Pasar Sejenis ........................................................................... 3
1.2.3 Kapasitas Produksi ......................................................................................... 3
1.3 Lokasi Pabrik......................................................................................................... 5
BAB 2 STUDI KELAYAKAN AWAL .............................................................................. 9
2.1 Seleksi Proses ........................................................................................................ 9
2.1.1 Oksidasi Cumene ............................................................................................ 9
2.1.2 Dehidrogenasi Isopropil Alkohol.................................................................. 10
2.1.3 Oksidasi Isopropil Alkohol ........................................................................... 11
2.2 Deskripsi Proses Terpilih..................................................................................... 13
2.2.1 Tahap Persiapan Bahan Baku ....................................................................... 13
2.2.2 Tahap Sintesis ............................................................................................... 13
2.2.3 Tahap Purifikasi ............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18

vii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi Pembangunan Pabrik ............................................................................ 6


Gambar 2.1 Blok Diagram Proses ..................................................................................... 15

ix
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perusahaan Produsen Isopropil Alkohol .............................................................. 2


Tabel 1.2 Perusahaan yang Memproduksi Aseton ............................................................... 3
Tabel 1.3 Data statistika impor aseton di Indonesia ............................................................ 4
Tabel 1.4 Industri Cat ........................................................................................................... 8
Tabel 2.1 Perbandingan Metode Sintesis Aseton ............................................................... 12

xi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xii
DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan

ΔH Perubahan Entalphy kJ/mol

T Temperatur °C

P Tekanan atm

xiii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xiv
“PRA-RANCANGAN PABRIK ASETON DARI ISOPROPIL
ALKOHOL DENGAN PROSES DEHIDROGENASI”

Nama Mahasiswa : 1. Dwi Rosa Maharani


2. Patricia Yohana Beslar
NIM : 1. 05201025
2. 05201069
Dosen Pembimbing Utama : Riza Alviany, S.T., M.T.
Pembimbing Pendamping : Mutia Reza, S.T., M.T.

ABSTRAK

Pabrik aseton direncanakan untuk dibangun dengan bahan baku berupa isopropil
alkohol dengan kapasitas produksi 35.000 ton/tahun, pabrik ini didirikan untuk memenuhi
kebutuhan aseton di Indonesia. Pabrik ini akan dibangun di Gresik, Jawa Timur, tepatnya
pada Kawasan Industri JIIPE. Pabrik ini beroperasi secara kontinyu selama 330 hari dan
24 jam. Bahan baku yaitu isopropil alkohol diperoleh dari PT Shell PLC yang terdapat di
Singapura dengan kebutuhan sebesar 36.000 ton/tahun. Reaksi pembentukan aseton
dilakukan dengan metode dehidrogenasi isopropil alkohol menggunakan packed bed
reactor pada suhu 325°C dan tekanan 2 atm dan menghasilkan konversi sebesar 98%.
Reaksi dehidrogenasi isopropil alkohol merupakan reaksi endotermis sehingga
dibutuhkan pemanas berupa high pressure steam agar suhu reaktor tetap stabil. Arus
keluaran reaktor yaitu aseton, isopropil alkohol, air dan hidrogen dalam fase gas akan di
kondensasi untuk mengubah fase condensable gas menjadi cair, kemudian fase cair dan
gas akan dipisahkan pada flash separator. Top product dari flash separator, yang
sebagian besar merupakan komponen non-condensable gas yaitu hidrogen dan sebagian
kecil aseton, isopropil alkohol, dan air akan dialirkan menuju kolom absorber, dimana gas
hidrogen akan dipisahkan dari campuran aseton, isopropil alkohol, air. Top product
absorber yaitu hidrogen akan dijual dan dimanfaatkan kembali, sedangkan bottom
product absorber akan dicampurkan dengan bottom product flash separator untuk
dialirkan menuju kolom distilasi agar dihasilkan aseton dengan kemurnian 99% pada top
product, sedangkan bottom product yang terdiri dari isopropil alkohol dan air akan
memasuki kolom distilasi untuk memurnikan isopropil alkohol agar isopropil alkohol
dapat digunakan kembali sebagai bahan baku.

Kata Kunci : Aseton, Dehidrogenasi, Isopropil Alkohol, Packed Bed Reactor

xv
“Pre-Design of an Acetone Plant from Isopropyl Alcohol through
Dehydrogenation”

By : 1. Dwi Rosa Maharani


2. Patricia Yohana Beslar
Student Identity Number : 1. 05201025
2. 05201069
Supervisior : Riza Alviany, S.T., M.T.
Co-Supervisor : Mutia Reza, S.T., M.T.

ABSTRACT

The acetone plant is planned to be built with raw materials in the form of
isopropyl alcohol with a production capacity of 35,000 tons / year, this plant was
established to meet the needs of acetone in Indonesia. This plant will be built in Gresik,
East Java, precisely in the JIIPE Industrial Estate. This plant operates continuously for
330 days and 24 hours. Raw materials, namely isopropyl alcohol, are obtained from PT
Shell PLC in Singapore with a requirement of 36,000 tons / year. The acetone formation
reaction is carried out by dehydrogenation method of isopropyl alcohol using packed bed
reactor at 325°C and 2 atm pressure and produces 98% conversion. The dehydrogenation
reaction of isopropyl alcohol is an endothermic reaction so that a heater is needed in the
form of high pressure steam to keep the reactor temperature stable. The reactor output
stream of acetone, isopropyl alcohol, water and hydrogen in the gas phase will be
condensed to change the condensable gas phase to liquid, then the liquid and gas phases
will be separated in the flash separator. The top product of the flash separator, which is
mostly non-condensable gas components, namely hydrogen and a small portion of
acetone, isopropyl alcohol, and water will flow into the absorber column, where hydrogen
gas will be separated from the mixture of acetone, isopropyl alcohol, water. The top
product absorber, namely hydrogen, will be sold and reused, while the bottom product
absorber will be mixed with the bottom product flash separator to be circulated.

Keywords: Acetone, Dehydrogenation, Isoprpyl Alcohol, Packed Bed Reactor

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan industri nasional salah satunya sangat dipengaruhi
oleh profil industri kimia (Bappenas, 2022). Pentingnya industri kimia ditunjukkan dari
besarnya kontribusi dalam PDB. Pada 2022, industri kimia merupakan kontributor
terbesar ketiga terhadap sektor industri pengolahan nonmigas (Kemenperin, 2023). Hal
tersebut menunjukkan bahwa bahan-bahan kimia merupakan komoditas yang sangat
strategis dan sangat menentukan arah kebijakan pemerintah, terutama di bidang ekonomi
(Bappenas, 2022).
Salah satu bahan kimia yang memiliki peran vital dalam berbagai sektor industri
adalah Aseton. Secara global aseton sebesar 31% digunakan sebagai solvent, 30% dalam
pembuatan aseton sianohidrin (MMA), 20% dalam pembuatan bisfenol A, 11% dalam
pembuatan kimia aldol, dan 8% sebagai penggunaan lainnya (Neamah, 2017). Sedangkan
di Indonesia aseton umumnya digunakan sebagai solvent untuk beberapa polimer dan
digunakan dalam pembuatan plastik, cat, karet, kosmetik, obat farmasi, perekat, dan
proses ekstraksi. Penggunaan aseton sebagai pelarut universal membuat aseton
dibutuhkan di berbagai industri kimia, khususnya pada industri pembuatan cat.
Komponen dalam cat yang beragam memiliki sifat kepolaran yang juga berbeda-beda,
sehingga diperlukan pelarut yang tepat untuk dapat melarutkan cat dengan sempurna
(Kelvin Rio K., 2020). Oleh sebab itu, aseton dinilai sebagai pelarut yang tepat dalam
industri-industri kimia yang menggunakan pelarut dalam prosesnya karena sifat aseton
yang semi-polar membuatnya dikatakan sebagai pelarut universal yang dapat menarik
senyawa baik polar dan semi-polar dengan baik (Melia Verdiana, 2018). Aseton dapat
diproduksi dengan beberapa metode yakni dengan metode oksidasi cumene,
dehidrogenasi isopropil alkohol, dan oksidasi isopropil alkohol. Metode dehidrogenasi
isopropil alkohol dipilih karena harga bahan bakunya yang lebih murah, nilai konversinya
yang lebih tinggi, dan biaya operasionalnya lebih murah dibanding metode yang lain.
Pemanfaatan aseton yang cukup banyak inilah yang membuat kebutuhan aseton di
Indonesia meningkat dari tahun 2020 hingga sekarang yang ditunjukkan oleh
meningkatnya nilai impor aseton (Badan Pusat Statistik, 2023). Ketergantungan Indonesia

1
dalam mengimpor aseton disebabkan karena belum adanya pabrik aseton yang berdiri di
Indonesia hingga saat ini untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, sehingga Indonesia
masih harus mengimpor aseton dari negara-negara tetangga penghasil aseton. Dengan
membangun industri pembuatan aseton dalam negeri dapat membantu permasalahan
Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Indonesia perlu mulai membangun
industri produksi aseton dalam negeri sehingga dapat menyeimbangkan peningkatan
permintaan aseton dalam negeri dengan pertumbuhan industri.

1.2 Analisa Pasar


Dalam menentukan produksi dan desain pabrik yang akan didirikan maka perlu
dilakukan analisa pasar untuk menentukan potensi produk di pasar yang telah dipilih.

1.2.1 Ketersediaan Bahan Baku


Ketersediaan bahan baku merupakan pertimbangan utama dalam pendirian pabrik,
penentuan lokasi pabrik, proses yang dipilih, dan juga kapasitas produksi pabrik. Pabrik
yang didirikan tentunya harus mempunyai supply bahan baku yang melimpah dan juga
mudah untuk didapatkan. Bahan baku yang digunakan pada proses sintesis aseton adalah
isopropil alkohol. Untuk memenuhi kebutuhan isopropil alkohol sebagai bahan baku
pembuatan aseton maka perlu dilakukan impor, dikarenakan tidak ada pabrik yang
memproduksi isopropil alkohol di Indonesia. Isopropil alkohol direncanakan akan
disuplai oleh pabrik yang berlokasi di sekitar Indonesia, yaitu Asia. Berikut merupakan
daftar perusahaan yang memproduksi isopropil alkohol di Asia Tenggara maupun di
dunia.

Tabel 1.1 Perusahaan Produsen Isopropil Alkohol


Perusahaan Negara Kapasitas (ton/tahun)
Shell PLC Singapore 75.000
Jinzhou Petrochemical Corp China 60.000
Mitsui Toatsu Chemicals Inc. Jepang 33.000
Lucky Ltd. Korea Selatan 30.000
Lee Chang Yung Chemical
Taiwan 45.000
Industry Corp.
(Kirk Othmer, 2007)
Perusahaan di atas merupakan sejumlah pabrik yang memproduksi isopropil
alkohol di Asia. Lokasi bahan baku dipilih berdasarkan jarak antara perusahaan yang

2
memproduksi isopropil alkohol dengan lokasi pabrik aseton yang akan dibangun. PT
Shell PLC yang berada di Singapura berjarak 2024 km dari lokasi pabrik, PT Jinzhou
Petrochemical Corp yang berada di China berjarak 7441 km dari lokasi pabrik, PT Mitsui
Toatsu Chemicals Inc. yang terletak di Jepang memiliki jarak 5568 km dari lokasi pabrik,
pabrik Lucky Ltd. yang terletak di Korea Selatan berjarak 5093 km dari lokasi pabrik.
Perusahaan Lee Chang Yung Chemical Industry Corp yang berada di Taiwan memiliki
jarak 3598 km dari lokasi pabrik. Dari data jarak tersebut dapat disimpulkan bahwa PT
Shell PLC di Singapura memiliki jarak yang paling dekat dengan lokasi pabrik. Maka dari
itu, bahan baku produksi aseton direncanakan mendapatkan supply bahan baku dari PT.
Shell PLC Singapura.

1.2.2 Benchmarking Pasar Sejenis


Aseton telah diproduksi pada beberapa pabrik yang telah berdiri di segala penjuru
dunia. Berikut merupakan perusahaan dan kapasitas produksi aseton yang dihasilkan.

Tabel 1.2 Perusahaan yang Memproduksi Aseton


Perusahaan Negara Kapasitas (ton/tahun)
Shell Nederland Belanda 80.000
Mitsubishi Kaggaku Jepang 108.000
Taiwan Prosperity Chemical Taiwan 60.000
JLM Chemical Blue Island, Ill, USA 30.000
Atlantic Richfield, Co.
Oxirane International Subsid. Bayport, TX, USA 18.000
Oxirane Chem. Co.
Eastman Kodak Company Kingsport, Tenn, USA 11.300
(Kirk-Othmer, 2007)

Produksi aseton di berbagai negara menunjukkan bahwa aseton adalah bahan


kimia yang memiliki permintaan global dan keberadaannya tersebar luas di pasar
internasional. Data kapasitas pada Tabel 1.2 akan digunakan sebagai pertimbangan
kapasitas pabrik aseton yang akan dibangun.

1.2.3 Kapasitas Produksi


Indonesia belum memiliki pabrik yang memproduksi aseton meskipun angka
kebutuhan aseton cukup besar tiap tahunnya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan
aseton, Indonesia masih mengimpor aseton dari berbagai negara. Hal ini dapat diketahui

3
dari data impor aseton oleh Badan Pusat Statistik dari tahun 2018 – 2022 yang
ditunjukkan oleh tabel berikut.

Tabel 1.3 Data statistika impor aseton di Indonesia

Tahun Impor (ton/tahun) Persentase Pertumbuhan (%)


2018 22,351.47 -
2019 21,729.44 -0.028
2020 16,745.96 -0.229
2021 19,988.20 0.194
2022 24,816.22 0.242
Rata-rata 0.045
(Badan Pusat Statistik, 2023)

Ditinjau dari Tabel 1.3 yang menyajikan data persentase pertumbuhan kebutuhan
aseton di Indonesia terjadi peningkatan kebutuhan namun pada tahun 2019-2020 terjadi
penurunan kebutuhan impor aseton. Penurunan ini dapat terjadi karena adanya wabah
Covid-19 yang menghambat proses distribusi bahan. Berdasarkan data impor aseton di
atas, maka didapatkan nilai rata-rata pertumbuhan impor aseton di Indonesia yaitu
0.045%. Dari nilai pertumbuhan tersebut maka dapat diperkirakan kebutuhan aseton di
Indonesia pada tahun pabrik yang akan dibangun, yaitu tahun 2030 maka digunakan
persamaan sebagai berikut.

m = P(1+i)n

Dimana m adalah jumlah kebutuhan pada tahun 2030 dalam satuan ton, P adalah
data pada tahun 2022, i merupakan nilai persentase rata-rata pertumbuhan impor aseton
dalam 8 tahun terakhir, dan n merupakan selisih tahun data terakhir yang tercatat dan
pada tahun pabrik telah beroperasi. Sehingga didapatkan perkiraan kebutuhan aseton pada
tahun 2030 adalah sebagai berikut.

m = 24,816.22(1+0.045)8

m = 35,155.29 ton

Dari perhitungan kebutuhan aseton di atas maka dapat ditentukan kapasitas pabrik yang
akan dibangun yaitu sebagai berikut:

4
Kapasitas produksi = Kebutuhan = 35,155.29 ton/tahun
Kapasitas Pabrik ≈ 35,000 ton/tahun

Beberapa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan antara lain adalah.


1. Dengan kapasitas produksi sebesar 35,000 ton/tahun, kebutuhan bahan baku masih
dapat terpenuhi dari PT Shell PLC.
2. Produk aseton yang dihasilkan memiliki kemurnian 99% sehingga dapat digunakan
pada berbagai macam industri, seperti industri cat, plastik, farmasi, maupun kosmetik.
3. Kapasitas produksi pabrik masih berada dalam kisaran kapasitas pabrik yang telah
berdiri di dunia, yaitu 18.000 ton/tahun - 108.000 ton/tahun.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka kapasitas produksi pabrik aseton sebesar 35.000
ton/tahun dengan bahan baku isopropil alkohol sudah tepat untuk dibangun.

1.3 Lokasi Pabrik


Untuk kelancaran keberlangsungan produksi dan distribusi, maka harus ditentukan
lokasi pendirian pabrik yang strategis. Hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
letak geografis adalah jarak lokasi sumber bahan baku pada Tabel 1.1, penyediaan utilitas
pabrik, kemudahan dalam mengakses sarana dan prasarana, pemasaran produk, juga
ketersediaan tenaga kerja, dan kondisi wilayah. Berdasarkan faktor tersebut, maka pabrik
aseton akan dibangun di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lokasi yang
dipilih sebagai tempat pendirian pabrik berada di Kawasan Industri JIIPE, yaitu kawasan
industri yang telah terintegrasi yang telah lengkap dengan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan di sebuah pabrik.

5
Gambar 1.1 Lokasi Pembangunan Pabrik

Adapun pertimbangan dalam memilih lokasi pendirian pabrik adalah sebagai berikut.
1. Bahan Baku
Penyediaan bahan baku merupakan hal yang penting dalam mengoperasikan pabrik,
karena beroperasinya pabrik sangat bergantung pada persediaan bahan baku dan sarana
prasarana yang mendukung proses penyaluran bahan baku. Bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan aseton yaitu Isopropil Alkohol yang diimpor dari Shell PLC (Public
Limited Company), Singapura yang memiliki kapasitas pabrik isopropil alkohol 75,000
ton/tahun. Impor isopropil alkohol dilakukan karena di Indonesia masih belum terdapat
industri isopropil alkohol. Oleh karena itu, dipilih lokasi yang dekat dengan sarana
transportasi yaitu Pelabuhan Manyar, Kawasan Industri Gresik JIIPE, Jawa Timur.

2. Sarana Transportasi
Sasaran pemasaran sebagian besar adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
dan sebagian sisa lainnya untuk diekspor. Untuk itu lokasi pabrik harus berdekatan
dengan sarana perhubungan laut dan darat. Kawasan Industri JIIPE (Java Integrated
Industrial & Ports Estate) telah dilengkapi dengan pelabuhan yang berlokasi strategis di
Selat Madura, pelabuhan ini akan memudahkan dalam kegiatan distribusi di dalam negeri.
Sedangkan untuk menunjang kegiatan ekspor dan impor terdapat pelabuhan internasional
Tanjung Perak yang terletak di Surabaya. Pelabuhan ini memiliki jarak yang cukup dekat
dengan lokasi pabrik, yaitu berjarak kurang lebih 50 menit dari Gresik. Selain jalur laut,

6
daerah disekitar pabrik memiliki jalur darat yang sangat memadai, dimana JIIPE memiliki
jalan dengan standar internasional yang memiliki lebar 80 m, 50 m, dan 30 m.

3. Utilitas
Keberlangsungan suatu pabrik ataupun industri membutuhkan sarana-sarana
pendukung seperti air dan listrik sebagai elemen pendukung atau utilitas agar proses
produksi dapat berjalan dengan baik. Kawasan Industri JIIPE memiliki Wilayah Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam wilayahnya (JIIPE,
2023). Hal ini membuat pasokan listrik kawasan industri JIIPE dan kestabilan
tegangannya lebih terjamin bahkan tidak akan mengalami kedipan (blackout) (JIIPE,
2023). Pemenuhan kebutuhan air untuk utilitas pada pabrik ini diperoleh dari air sungai
yang berada di dekat dengan lokasi pabrik. Kebutuhan air proses dan sanitasi diperoleh
dari pengolahan air oleh pabrik.

4. Tenaga Kerja
Penyediaan tenaga kerja biasa dan ahli untuk proses produksi diperoleh dari sekitar
Kota Gresik dan luar daerah. Pekerja terampil tidak mudah ditemukan di setiap daerah,
namun biasanya banyak ditemukan di daerah dekat pusat pendidikan. Gresik merupakan
kawasan industri yang dekat dengan berbagai Perguruan Tinggi di wilayah Jawa Timur,
sehingga memudahkan perekrutan tenaga kerja terampil. Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) Kabupaten Gresik memiliki nilai yang tinggi sebesar 7,84% pada tahun 2022
(Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2023). Sebanyak 4639 jiwa sebagai angkatan kerja
dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi yang masih belum bekerja dan sebanyak
31476 jiwa angkatan kerja dengan tamatan SMA yang juga belum bekerja (Badan
Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik,
2021). Hal ini terjadi karena jumlah lapangan kerja yang terbuka tidak seimbang dengan
jumlah pencari kerja. Pendirian pabrik di Kabupaten Gresik diharapkan mampu menyerap
beberapa tenaga kerja yang ada, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran
khususnya di Kabupaten Gresik.

5. Rencana Pemasaran Produk


Sebagian besar produk Aseton banyak dibutuhkan oleh industri cat, varnish, selulosa,
karet, polimer, dan kosmetik, sehingga akan sangat menguntukan bila pabrik Aseton ini
didirikan di lokasi yang berdekatan dengan industri-industri tersebut. Pabrik cat tersebar

7
luas di daerah Jawa Timur sehingga dengan didirikannya pabrik Aseton di Kawasan
Industri JIIPE memiliki keuntungan pada distribusi produk melalui jalur darat maupun
jalur laut. Berikut merupakan pabrik pabrik cat dan coating yang tersebar di pulau Jawa.

Tabel 1.4 Industri Cat

Pabrik Lokasi

Weilburger Coatings Indonesia Manyar, Jawa Timur

Nippon Paint Gresik, Jawa Timur

Atlantic Ocean Paint Gresik, Jawa Timur

Penta Ocean Surabaya, Jawa Timur

Ciwipaint Global Indonesia Surabaya, Jawa Timur

Warnatama Cemerlang Gresik, Jawa Timur

Pabrik Cat Tunggal Djaja Indonesia Sidoarjo, Jawa Timur

Vendo Paint Surabaya, Jawa Timur

6. Kondisi Wilayah
Pabrik tidak dapat dibangun di sembarang tempat, kondisi lahan akan menentukan
layak tidaknya suatu pabrik dibangun di tempat tersebut. Salah satu pertimbangan dalam
menentukan lokasi pabrik dibangun di kawasan industri adalah kondisi tanah yang stabil
dan terdapat bendungan yang dapat mencegah banjir yang suatu waktu dapat
mengganggu aktivitas produksi dan distribusi para pelaku ekonomi di wilayah JIIPE,
sehingga pabrik-pabrik yang berapa di dalam Kawasan Industri JIIPE di wilayah Gresik,
Jawa Timur tidak perlu khawatir akan terjadinya aliran air banjir (JIIPE, 2023).

8
BAB 2
STUDI KELAYAKAN AWAL

2.1 Seleksi Proses


Terdapat beberapa metode pada proses sintesis aseton secara komersial.
Maka dari itu, dilakukan seleksi proses untuk menentukan proses yang terbaik
dari beberapa tinjauan, yaitu bahan baku yang digunakan, konversi reaksi, dan
lain lain. Berikut merupakan proses-proses sintesis aseton secara komersial.

2.1.1 Oksidasi Cumene


Sekitar 83 % aseton yang dihasilkan di seluruh dunia dibuat dari cumene,
dimana fenol merupakan produk utama dan aseton diproduksi sebagai produk
samping. Proses sintesis aseton dari cumene dilakukan dengan mereaksikan
propena dengan benzena untuk membentuk cumene, yang kemudian cumene
dioksidasi oleh udara menjadi cumene hidroperoksida, dan terdekomposisi dengan
adanya katalis asam menjadi Fenol dan aseton. Reaksi oksidasi cumene menjadi
aseton adalah sebagai berikut.

C6H6 + CH2CHCH3 → C6H5CH(CH3)2


O2
C6H5CH(CH3)2 → C6H5C(CH3)2OOH → C6H5OH + CH3COCH3

Proses oksidasi cumene menjadi cumene hidroperoksida dilakukan dengan


udara pada atmosfer atau dengan udara yang telah diperkaya dengan oksigen di
dalam oksidiser. Proses oksidasi biasanya dilakukan pada temperatur 80 hingga
130°C, selain itu ditambahkan juga natrium hidroksida sebagai promoter.
Umumnya, proses oksidasi cumene menggunakan tiga hingga empat reaktor yang
dipasang secara seri. Feed yang memasuki reaktor pertama adalah fresh cumene
dan juga cumene hasil recycle dari konsentrator dan juga dari reaktor lainnya.
Cumene memasuki sisi reaktor, meluap ke partisi pada sisi lain, dan kemudian
akan berlanjut ke reaktor berikutnya. Udara (oksigen) digelembungkan di bagian
bawah reaktor dan meninggalkan reaktor dari bagian atas.
Temperatur operasi menurun pada tiap reaktor, pada reaktor pertama suhu
operasi mencapai 115°C dan mencapai temperatur 90°C pada reaktor terakhir.

9
Rasio oksigen yang merupakan fungsi dari oksigen yang dapat dikonsumsi
memiliki nilai yang lebih tinggi pada reaktor-reaktor berikutnya. Dengan ini,
kecepatan reaksi dapat tetap dipertahankan setinggi mungkin dengan temperatur
operasi seminimal mungkin. Dengan cara ini, dapat dihasilkan cumene
hidroperoksida dengan konsentrasi 9-12% pada reaktor pertama, 15-20% pada
reaktor kedua, 24-29% pada reaktor ketiga, dan 32-39% pada reaktor terakhir.
Yield produk yang dihasilkan dapat mencapai 90-95%. Total waktu tinggal pada
tiap reaktor diperkirakan selama 3-6 jam. Cumene hidroperoksida kemudian
dipekatkan dengan menggunakan evaporator hingga konsentrasinya 75-85%,
kemudian di dekomposisi dalam kondisi asam pada bejana yang dilengkapi
dengan agitator pada suhu 60-100°C.
Setelah proses dekomposisi, output dari reaktor merupakan campuran
fenol. aseton, dan produk samping lainnya seperti cumilfenol, asetofenon,
dimethyl-phenyl carbinol, metil stiren, dan hidroksi aseton. Campuran ini
kemudian dinetralkan dengan larutan natrium fenoksida dan ditambahkan air
untuk menghilangkan garam organik yang terkandung di dalamnya.
Aseton dipisahkan dari produk samping lainnya dengan proses distilasi.
Satu ataupun dua kolom dapat ditambahkan untuk meningkatkan kemurnian yang
diinginkan. Jika dua kolom distilasi digunakan, kolom pertama akan digunakan
untuk memisahkan aseton dari pengotor seperti asetaldehid dan propionaldehid.
Sedangkan, kolom kedua digunakan untuk memisahkan air. Yield produk dari
aseton dari cumine-fenol proses biasanya sebesar 94% tergantung dengan
produsen (Kirk-Othmer, 2007).

2.1.2 Dehidrogenasi Isopropil Alkohol


Dehidrogenasi isopropil alkohol menyumbang sebagian besar produksi
aseton yang tidak dari cumene. Proses sintesis aseton dengan proses
dehidrogenasi isopropanol dengan suhu operasi yang tinggi akan lebih
menguntungkan, pada suhu 325°C konversi produk dapat mencapai 98%.
Umumnya, suhu pada reaktor akan ditingkatkan seiring berjalannya waktu untuk
mengimbangi aktivitas katalis yang semakin menurun. Reaksi dehidrogenasi
isopropil alkohol untuk memproduksi aseton adalah sebagai berikut.

10
(CH3)2CH(OH) → (CH3)2CO + H2

Sejumlah besar katalis yang digunakan pada proses dehidrogenasi


isopropil alkohol telah dipelajari, antara lain adalah tembaga, seng, dan logam
timbal, serta logam oksida, misalnya, seng oksida, tembaga oksida, oksida
tembaga aktif kromium, oksida mangan, dan magnesium oksida. Katalis akan
perlahan-lahan kehilangan efektifitasnya karena karbon deposit yang terus
bertambah, maka dari itu suhu reaksi ditingkatkan seiring dengan penggunaan
katalis. Proses dehidrogenasi dilakukan pada tubular reactor dengan konversi
sebesar 75-98% mol.
Arus keluar reaktor didinginkan dan gas yang tidak dapat terkondensasi
akan di scrubbed dengan air. Gas hidrogen yanag dihasilkan dapat digunakan
kembali untuk mengontrol fouling pada katalis. Arus liquid akan dipisahkan
dengan distilasi dengan produk atas yaitu aseton dan produk bawah campuran
Isopropil Alkohol dan air. Secara teoritis, yield sebesar 95% dapat dicapai dengan
proses ini, tergantung dari teknologi dan katalis yang digunakan (Ullmann, 2003).

2.1.3 Oksidasi Isopropil Alkohol


Pada proses sintesis aseton dengan metode oksidasi isopropil alkohol,
isopropil alkohol direaksikan dengan udara untuk membentuk aseton sebagai
produk samping. Reaksi oksidasi terjadi secara eksoterm pada suhu 140°C dan
tekanan 4 atm dengan konversi sebesar 15%. Katalis yang digunakan pada proses
ini umumnya sama dengan yang digunakan pada proses dehidrogenasi
isopropanol. Untuk mencegah yield yang turun maka perlu dilakukan
pengontrolan suhu. Proses oksidasi isopropanol tidak umum digunakan jika
dibandingkan dengan proses dehidrogenasi isopropanol. Secara teoritis, dengan
metode ini dapat dihasilkan aseton dengan yield mencapai 90%. Reaksi oksidasi
isopropanol adalah sebagai berikut (Klaus Weissermel, 1997).

O
(CH3)2CH(OH) →2 (CH3)2CO + H2O2

11
Tabel 2.1 Perbandingan Metode Sintesis Aseton

Parameter Oksidasi Dehidrogenasi Oksidasi


Cumene Isopropil alkohol Isopropil
alkohol

Bahan baku Cumene Isopropil alkohol Isopropil


alkohol

Suhu 60-100°C 325°C 140°C

Tekanan 6 atm 2 atm 4 atm

Fase reaksi Homogen Heterogen Heterogen

Katalis H2SO4 ZnO-ZrO, Cu- ZnO-ZrO, Cu-


CrO/Cu-SiO2 CrO/Cu-SiO2

Konversi 75 - 85% 75 - 98% 15%

Jenis Reaksi Eksotermis Endotermis Eksotermis

Produk Dapat Tidak mengandung Tidak


mengandung senyawa aromatik mengandung
senyawa senyawa
aromatik aromatik
(Ullman, 2023)

Berdasarkan tinjauan dari parameter masing-masing proses, maka proses


yang dipilih untuk memproduksi aseton adalah dengan metode dehidrogenasi
isopropil alkohol dengan mempertimbangkan konversi pada proses ini dapat
mencapai 98%. Walapupun menggunakan bahan baku yang sama yaitu isopropil
alkohol, metode oksidasi isopropil alkohol tidak dipilih karena memiliki nilai
konversi yang sangat rendah, yaitu hanya 15%. Selain itu, proses dehidrogenasi
isopropil alkohol juga dipilih setelah ditinjau dari aspek ekonominya, yakni dari
sisi bahan baku yang digunakan dan juga kompleksitas dari proses pemurnian.
Bahan baku yang digunakan yaitu isopropil alkohol memiliki harga yang lebih
murah dibandingkan cumene. Selain itu, jika ditinjau dari proses pemurnian untuk
menghasilkan produk aseton, metode dehidrogenasi isopropil alkohol lebih
ekonomis karena merupakan reaksi heterogen sehingga proses pemisahan katalis
dari produk relatif lebih mudah. Keuntungan utama yang didapatkan dari proses
dehidrogenasi isopropil alkohol adalah aseton yang dihasilkan bebas dari senyawa

12
aromatis, khususnya benzene karena benzene merupakan senyawa yang bersifat
karsinogenik (Akintola, 2023).

2.2 Deskripsi Proses Terpilih


Proses sintesis aseton melalui proses dehidrogenasi isopropil alkohol
dengan katalis ZnO dapat dijabarkan sebagai berikut.

2.2.1 Tahap Persiapan Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah isopropil alkohol
dengan kemurnian 87,4% yang diperoleh dari PT Shell PLC Singapore. Isopropil
alkohol yang dibeli dalam fase cair akan disimpan pada tangki penyimpanan pada
suhu 30°C dan tekanan 1 atm. Isopropil alkohol akan dialirkan menuju feed drum,
dimana isopropil alkohol akan dicampurkan dengan isopropil alkohol hasil
recycle. Kemudian stream keluaran dari feed drum pada suhu 30°C dan 1 atm
akan ditingkatkan tekanannya menjadi 2 atm menggunakan pompa sebelum
dialirkan menuju vaporizer. Isopropil alkohol yang telah dialirkan menuju
vaporizer akan berubah fase dari cair menjadi gas. Isopropil alkohol dalam fase
gas kemudian dipanaskan dengan heater hingga mencapai suhu 325°C agar sesuai
dengan kondisi operasi reaktor. Aliran panas yang digunakan pada heater
memanfaatkan panas dari stream keluaran reaktor yang bersuhu 350°C. Stream
keluaran heater yang suhu operasinya telah sesuai dengan kondisi yang diinginkan
akan dialirkan menuju reaktor.

2.2.2 Tahap Sintesis


Sintesis aseton dengan metode dehidrogenasi isopropil alkohol terjadi
pada reaktor jenis Packed Bed Reactor dengan katalis Zinc Oksida. Reaksi yang
terjadi pada reaktor adalah sebagai berikut.

(CH3)2CH(OH) → (CH3)2CO + H2

Reaksi di atas merupakan reaksi endotermis dengan ΔH sebesar 66.6 kJ/mol pada
suhu 325°C (Ullman, 2005). Reaktor beroperasi pada suhu 325°C dan tekanan 2
atm dengan nilai konversi bahan baku menjadi produk sebesar 98%. Agar

13
konversi reaksi tetap stabil maka reaktor harus dilengkapi dengan pemanas. Media
pemanas yang digunakan untuk menjaga suhu reaktor adalah High Pressure
Steam. Stream keluaran reaktor merupakan campuran aseton, hidrogen, isopropil
alkohol, dan air dalam fase gas. Stream keluaran reaktor akan memasuki tahap
purifikasi untuk memisahkan impurities dari aseton.

2.2.3 Tahap Purifikasi


Hasil keluaran reaktor yaitu campuran aseton, hidrogen, air, dan sisa
isopropil alkohol yang tidak ikut bereaksi akan dialirkan menuju partial condensor
dimana condensable gas yaitu aseton, isopropil alkohol, dan air akan berubah fase
menjadi cair, hasil kondensasi akan dialirkan menuju flash separator untuk
memisahkan fase cair dan fase gas. Top product dari flash separator, yang
sebagian besar merupakan komponen non-condensable gas yaitu hidrogen dan
sebagian kecil aseton, isopropil alkohol, dan air akan dialirkan menuju kolom
absorber, dimana gas hidrogen akan dipisahkan dari campuran aseton, isopropil
alkohol, air. Aseton, isopropil alkohol, dan air dalam fase gas akan diabsorpsi oleh
pelarut berupa air. Bottom product dari absorber yaitu campuran aseton, isopropil
alkohol dan air akan dicampurkan dengan bottom product flash separator,
kemudian campuran tersebut akan diumpankan menuju kolom distilasi 1 untuk
memurnikan produk yaitu aseton. Distilat atau top product kolom distilasi
merupakan aseton dalam fase gas dengan kemurnian 99%. Produk aseton
kemudian akan dialirkan menuju kondensor untuk mengubah fase produk menjadi
cair, dan akan dialirkan menuju tangki penyimpanan.
Bottom product kolom distilasi 2 yang merupakan campuran isopropil
alkohol, air, dan aseton dalam jumlah yang kecil akan dialirkan menuju kolom
distilasi untuk memisahkan isopropil alkohol dan air dimana top product dari
distilasi yaitu isopropil alkohol dengan kemurnian 87,4% akan dialirkan menuju
feed drum untuk dicampurkan dengan fresh isopropil alkohol sebagai feed reaktor.
Sedangkan, bottom product kolom distilasi 2 yaitu air dan sebagian kecil isopropil
alkohol akan diolah pada wastewater treatment plant (WWTP).

14
Gambar 2.1 Blok Diagram Proses

15
2.3 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
Bahan Baku
1. Isopropil alkohol
Nama : Isopropil Alkohol
Rumus Molekul : (CH3)2CH2OH
Berat Molekul : 60,10 g/mol
Wujud : Cair
Densitas : 0,784 g/cm3 (at 20°C)
Titik Didih : 82,3 °C (pada 1 atm)
Kemurnian : 87,4 %
Tekanan Uap : 47 atm (pada 20°C)
Harga : 950 $USD/ton
(Ullmann, 2003)

2. Zinc Oksida

Nama : Zinc Oksida

Rumus Molekul : ZnO

Berat Molekul : 81,83 g/mol

Wujud : Padat

Titik lebur : 1975°C

Specific Gravity : 5,4 - 5,6

Harga : 1100 USD$/ton

(Pubchem, 2023)

Produk Utama
1. Aseton
Nama : Aseton, Dimetil keton
Rumus Molekul : CH3COCH3
Berat Molekul : 58,08 g/mol
Wujud : Liquid

16
Densitas : 0,79 g/cm3 (pada 20°C)
Titik Didih : 56,29 °C (pada 1 atm)
Kemurnian : 99%
Tekanan Uap : 0,243 atm (pada 20°C)
Harga : 1595$USD/ton
(Ullmann, 2003)

Produk Samping
1. Hidrogen
Nama : Hidrogen
Rumus Molekul : H2
Berat Molekul : 2 g/mol
Wujud : Gas
Titik didih : -252,87 °C
Harga : 3810$USD/ton
(Pubchem, 2023)

17
DAFTAR PUSTAKA

Akintola, J.T. (2023) ‘Process Simulation of the Synthesis of Acetone from


Isopropyl Alcohol ARTICLE INFORMATION ABSTRACT Process Simulation
of the Synthesis of Acetone from Isopropyl Alcohol’, (February).
doi:10.5281/zenodo.6726535.

Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah


Kabupaten Gresik. (2021). PROSPEK DAN PELUANG INVESTASI
INDUSTRI DI KABUPATEN GRESIK. Gresik.

Badan Pusat Statistik. (2023). Ekspor dan Impor. Retrieved from Badan Pusat
Statistik: https://www.bps.go.id/exim/

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. (2023). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Menurut Kabupaten/Kota. Gresik.

Bappenas. (2022, April 27). Berita. Retrieved from Bappenas.go.id:


https://www.bappenas.go.id/id/berita/susun-peta-jalan-pengembangan-
industri-kimia-nasional-bappenas-dengarkan-masukan-itb-JCkqW

JIIPE. (2023). Retrieved from Java Integrated and Industrial Port Estate:
https://www.jiipe.com/id/home/blogDetail/id/163

JIIPE. (2023). Berita & Artikel. Retrieved from Java Integrated Industrial and
Ports Estate: https://www.jiipe.com/id/home/blogDetail/id/109

JIIPE. (2023). Berita & Artikel. Retrieved from Java Integrated and Industrial Port
Estate: https://www.jiipe.com/id/home/blogDetail/id/313

Kelvin Rio K., A. A. (2020). Studi: Pontensi Solvent n-butanol Sebagai Substituen
Toluena Dalam Larutan Thinner. Prosiding Seminar Nasional Kimia
(SNK).

Kemenperin. (2023). Laporan Informasi Industri - Tahun 2022. Jakarta:


Kemenperin. Retrieved from Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia.

Kirk-Othmer (2007) Encyclopedia of Chemical Technology.

Klaus Weissermel, H.-J.A. (1997) Industrial Organic Chemistry.

18
Melia Verdiana, I. W. (2018). PENGARUH JENIS PELARUT PADA
EKSTRAKSI MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIK
TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH
LEMON (Citrus limon (Linn.) Burn F.). Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan, 213-222.

Neamah, A. I. (2017). Acetone Production. The Hiltop Review, vol. 9.

Ullmann, F. (2003) ULLMANN’S Encyclopedia of Industrial Chemistry.


doi:10.1002/14356007.

19

Anda mungkin juga menyukai