Anda di halaman 1dari 31

Makalah Proses Industri Kimia

Industri Kaca

Dosen Pembimbing :

Windi Zamrudy

Kelas :

2A – D4 Teknologi Kimia Industri

Oleh :

Kelompok 8

1. Annyssa Maylia 1741420058


2. Ellana Nabilah N.A.A 1741420073

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas berkah dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Proses
Pembuatan Botol Kaca”. Makalah ini disusun untuk memperluas pengetahuan
tentang bagaimana cara pembuatan kaca yang sering kita pakai dalam kehidupan
sehari-hari dan juga untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Proses
Manufaktur. Penulis berharap supaya makalah ini dapat membantu pembaca atau
menjadi reverensi pembaca untuk menyelesaikan tugas mengenai proses
pembuatan botol kaca. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari
makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Terima kasih.

Palambang, 9 Oktober 2018

Penulis

1
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .........................................................................................................1
DAFTAR ISI .................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 5
1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 6
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 7
2.1 Pengertian Kaca ................................................................................................ 7
2.2 Sejarah Perkembangan Kaca .......................................................................... 8
2.3 Sifat – Sifat Kaca ............................................................................................... 9
2.4 Jenis – Jenis Kaca ............................................................................................. 9
2.4.1 Silika Lebur. .............................................................................................. 9
2.4.2 Alkali Silikat ............................................................................................ 10
2.4.3 Kaca Soda Gamping ............................................................................... 10
2.4.4 Kaca Timbal ............................................................................................ 10
2.4.5 Kaca Borosilikat ...................................................................................... 11
2.4.6 Kaca Khusus ............................................................................................ 11
2.4.7 Serat Kaca (fiber glass) ........................................................................... 12
2.5 Bahan Baku Pembuatan Kaca ....................................................................... 12
2.5.1 Pasir.......................................................................................................... 13
2.5.2 Soda (Na2O) ............................................................................................. 13
2.5.3 Feldspar ................................................................................................... 13
2.5.4 Boraks ...................................................................................................... 14
2.5.5 Kerak Garam ( salt cake )....................................................................... 14
2.5.6 Kulet (Cullet) ........................................................................................... 15
2.5.7 Blok Refraktori ....................................................................................... 15
2.6 Proses Pembuatan Kaca ................................................................................. 15
2.6.1 Peleburan ................................................................................................. 16
2.6.2 Pencetakan ............................................................................................... 17
2.6.3 Penyangaian atau Sepuh Lindap ........................................................... 24
2.6.4 Penyelesaiaan........................................................................................... 25

3
2.7 Flow Chart ............................................................................................................. 26
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 27
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 27
3.2 Saran ....................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 28

4
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kaca merupakan benda yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari.
Kaca banyak sekali di gunakan dalam sifat – sifatnya yang khas, yaitu
transparan, tahan terhadap serangan kimia, efektif sebagai isolator listrik, dan
mampu menahan vacum. Tetapi kaca adalah bahan yang rapuh dan secara
khas mempunyai kekuatan kompresi lebih tinggi dari kekuatan tariknya. Salah
satu rujukan yang paling tua mengenai bahan ini di buat oleh pliny, yang
menceritakan bagaimana pedagang-pedagang Phonesia purba menemukan
kaca tatkala memasak makanan. Periuk yang digunakan secara tidak sengaja
diletakan di atas massa trona di suatu pantai, penyatuan yang terjadi antara
pasir dan alkali menarik perhatian dan orang kemudian berusaha menirunya.
Sejak tahun 6000 atau 5000 SM, orang Mesir telah membuat permata
tiruan dari kaca dengan keterampilan yang halus dan keindahan yang
mengesankan. Kaca jendela sudah mulai sejak tahun 290. Ibnu Firnas dikenal
sebagai ilmuwan pertama yang memproduksi kaca dari pasir dan batu-
batuan. Pada abad ke-8 M, ahli kimia itu secara mengejutkan telah
menjelaskan tak kurang dari 58 resep orisinil untuk memproduksi gelas atau
kaca berwarna. Rumus pembuatan kaca berwarna itu dituliskannya dalam dua
kitab yang dituliskannya selama hidup. Dalam Kitab Al-Durra Al-Maknuna
atau The Book of the Hidden Pearl dan 12 resep atau rumus pembuatan kaca
atau gelas lainnya dipaparkan Ibnu Hayyan dalam Kitab Al-Marrakishi.
Kaca jendela tiup ditemukan oleh para pendeta pada abad ke-12. Dalam
abad pertengahan, Venesia memegang monopoli sebagai pusat industi kaca.
Di Jerman dan Inggris, kaca baru mulai dibuat pada abad ke-16. Secara
keseluruhan sebelum tahun 1900, industri ini merupakan seni yang dilengkapi
oleh rumus-rumus rahasia yang dijaga ketat.
Dari segi fisika kaca adalah zat cair yang sangat dingin dan tidak
mempunyai titik cair tertentu serta mempunyai viskositas cukup tinggi
sehingga tidak megalami kristalisasi. Hal ini terjadi karena struktur partikel-
partikel penyusunnya yang saling berjauhan dan pendinginan (cooling) terjadi

5
sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak “sempat” menyusun diri
secara teratur.
Sedangkan dari segi kimia, kaca adalah gabungan berbagai oksida
anorganik yang tak mudah menguap, yang dihasilkan dari dekomposisisi dan
peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun
lainnya sehingga menghasilkan produk yang mengahasilkan struktur atom
yang acak. Kaca adalah pruduk yang mengalami vitrifikasi sempurna, atau
setidak-tidaknya produk yang mengandung amat sedikit bahan nonvitreo
dalam keadaan suspensi.

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui bahan-bahan pembuatan kaca
 Untuk mengetahui proses yang terjadi sehingga kaca terbentuk dan bisa
dimanfaatkan
 Untuk mengetahui reaksi kimia yang terjadi dalam proses tersebut

1.3 Rumusan Masalah


 Apa saja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kaca?
 Bagaimana proses produksi kaca?
 Bagaimana reaksi kimia yang terjadi selama pembuatan kaca?

1.4 Manfaat
 Dapat mengetahui bahan – bahan pembuatan kaca
 Dapat mengetahui dengan jelas proses pembuatan kaca
 Dapat mengetahui reaksi kimia yang terjadi selama proses pembuatan
kaca

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kaca
Kaca merupakan materi bening dan transparan (tembus pandang) yang
biasanya di hasilkan dari campuran silikon atau bahan silikon dioksida
(SiO2). Biasanya dibuat dari pasir. Suhu lelehnya adalah 2000°C. Jenis kaca
yang paling umum di kenal dan yang telah digunakan sejak berabad – abad
silam sebagai jendela dan gelas minum adalah kaca soda kapur, yang terbuat
dari 75% silica (SiO2) ditambah Na2O, CaO, dan sedikit aditif lain.
Di dalam ilmu pengetahuan, istilah kaca didefinisikan dalam arti yang
luas, kaca dapat dibuat dari paduan bahan yang berbeda antara
lain paduan logam, ion-ion yang di cairkan, molekul cair, dan polimer. Kaca
memainkan peran penting dalam ilmu pengetahuan dan industri. Karena
struktur kimia, fisik, dan khususnya sifat optik kaca, cocok untuk aplikasi
optik dan bahan optoelektronik, peralatan laboratorium, isolator termal,
bahan penguat, dan seni kaca (seni, kaca studio)
Kaca atau gelas apabila dipandang dari segi fisika merupakan zat cair
yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel
penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair namun dia sendiri
berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan (cooling) yang sangat
cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak “sempat” menyusun diri secara
teratur.
Dari segi kimia, kaca adalah gabungan dari berbagai oksida anorganik
yang tidak mudah menguap, yang dihasilkan dari dekomposisi dan
peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun
lainnya. Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan golongan
keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh
keunikan silika (SiO2) dan proses pembentukannya.

Gambar 2.1 Kaca

7
2.2 Sejarah Perkembangan Kaca
Kaca pertama kali ditemukan secara tidak sengaja di daerah Syria
pada 5000 SM, dengan melelehnya batuan yang digunakan untauk memasak
dan kemudian mengeras menjadi opaque (tidak transparan).Sekitar 3500
SM, bahan dasar kaca mulai digunakan sebagai bahan yang memberi efek
kilau pada vas dan pot. Para pedagang yang mengetahui ini mulai
menyebarkan informasi ini sepanjang perjalanan mereka.
Pada 1600 SM mulai dibuat vas yang terbuat dari kaca. Juga
ditemukan bukti – bukti pembuatan kaca di daerah Yunani dan Cina. Pada
tahun 1500 SM, pengrajin Mesir menemukan cara untuk membuat pot kaca
dengan cetakan. Terbukti dengan ditemukannya 3 buah vas dengan ukiran
nama Pharoh Thoutmosis III (1504 – 1450SM), yang membawa pengrajin
kaca dari misi militernya di Cina.
Sampai abad 9 SM kerajinan kaca mulai berkembang di daerah
Mesopotamia dan sampai ke Italia. Cara pembuatan kaca yang tertulis
pertama dibuat pada tahun 650 SM dengan ukiran diatas lempengan batu
yang tersimpan di perpustakaan raja Assyria Ashurbanipal (669 – 626 SM).
Pada 27 – 14 SM, ditemukan cara baru dalam mengolah kaca yang disebut
glassblowing.
Alat yang digunakan berupa pipa logam sempit sebagai alat untuk
meniup. Lalu bangsa Roma mulai menggunakan alat cetakan untuk
membuat kaca. Pada tahun 100 M, bangsa Roma menjadi bangsa yang
pertama kali menggunakan kaca dalam arsitektur, dengan ditemukannya
clear glass yang digunakan pada bangunan-bangunan penting dan vila – vila
mewah. Sekitar tahun 1000 M, bangsa Eropa yang mulai kesulitan mencari
bahan dasar kaca mulai memakai bahan dasar lain, yaitu potash.
Pada abad 11, Jerman menciptakan metode membuat kaca lembaran
(glass sheet). Pada abad 13, bangsa Venezia mulai memproduksi kaca
dalam bentuk lembaran. Pada akhir abad 19, mulai berdiri bangunan yang
menggunakan kaca sebagai bungkus luar bangunan dan menjadi hal yang
sangat baru karena pada zaman itu bangunan masih menggunakan batu bata
untuk dindingnya.

8
2.3 Sifat – Sifat Kaca
Kaca atau gelas memiliki sifat – sifat yang sangat khas bila dibanding
dengan keramik. Kekhasan sifat kaca ini disebabkan oleh keunikan silika
(SiO2) dan proses pembentukannya. Beberapa sifat kaca atau gelas yang
sangat umum adalah sebagai berikut :
 Gelas merupakan bahan yang dapat ditembus oleh cahaya tampak
dan sinar inframerah, tetapi tidak oleh sinar ultraviolet.
 Padatan amorf (short range order).
 Berwujud padat tapi susunan atom – atomnya seperti pada zat cair.
 Tidak memiliki titik lebur yang pasti
 Mempunyai viskositas cukup tinggi (lebih besar dari 1012 Pa.s)
 Transparan, tahan terhadap serangan kimia,
kecuali hidrogen fluorida. Karena itulah kaca banyak dipakai untuk
peralatan laboratorium.
 Efektif sebagai isolator
 Mampu menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan.

2.4 Jenis – Jenis Kaca


2.4.1 Silika Lebur.
Silika lebur atau silika vitreo dibuat melalui pirolisis silikon
tetraklorida pada suhu tinggi, atau dari peleburan kuarsa atau pasir murni.
Kaca ini sering disebut kaca kuarsa (quartz glass). Kaca ini mempunyai ciri
– ciri nilai ekspansi rendah dan titik pelunakan tinggi. Karena itu, kaca ini
mempunyai ketahanan termal lebih tinggi daripada kaca lain. Kaca ini juga
sangat transparan terhadap radiasi ultraviolet. Kaca jenis inilah yang sering
digunakan sebagai kuvet untuk spektrometer UV-Visible

Gambar 2.2 Kuvet UV-Visible

9
2.4.2 Alkali Silikat
Alkali silikat adalah satu-satunya kaca yang mengandung dua
komponen yang di publikasikan secara komersial. Pada proses
pembuatannya pasir dan soda dilebur bersama-sama, dan hasilnya disebut
Natrium silikat. Larutan silikat soda juga dikenal sebagai kaca larut air
(water soluble glass) dan banyak dipakai sebagai adhesif dalam pembuatan
kotak – kotak karton gelombang yang memiliki sifat tahan api.

Gambar 2.3 Kaca Silikat Lebur


2.4.3 Kaca Soda Gamping
Kaca soda gamping (soda-lime glass) merupakan 95 persen dari
semua kaca yang dihasilkan. Kaca ini digunakan untuk membuat segala
macam bejana, kaca lembaran, jendela mobil dan barang pecah belah.

Gambar 2.4 Kaca Soda Gamping


2.4.4 Kaca Timbal
Dengan menggunakan oksida timbal sebagai pengganti kalsium dalam
campuran kaca cair, didapatlah kaca timbal (lead glass). Kaca ini sangat
penting dalam bidang optik, karena mempunyai indeks refraksi dan dispersi
yang tinggi. Kandungan timbalnya bisa mencapai 82% (densitas 8,0, indeks
bias 2,2). Kandungan timbal inilah yang memberikan kecemerlangan pada

10
“kaca potong” (cut glass). Kaca ini juga digunakan dalam jumlah besar
untuk membuat bola lampu, lampu reklame neon, radiotron, terutama
karena kaca ini mempunyai tahanan (resistance) listrik tinggi. Kaca ini juga
cocok dipakai sebagai perisai radiasi nuklir.

Gambar 2.5 Kaca Timbal


2.4.5 Kaca Borosilikat
Kaca borosilikat biasanya mengandung 10 sampai 20% B2O3, 80%
sampai 87% silika, dan kurang dari 10% Na2O. Kaca jenis ini mempunyai
koefisien ekspansi termal rendah, lebih tahan terhadap kejutan dan
mempunyai stabilitas kimia tinggi, serta tahanan listrik tinggi. Kaca
borosilikat juga digunakan sebagai isolator tegangan tinggi, dan digunakan
juga untuk lensa teleskop seperti misalnya lensa 500 cm di Mt. Palomer
(AS). Perabot laboratorium yang dibuat dari kaca ini dikenal dengan nama
dagang pyrex

Gambar 2.6 Gelas Kimia


2.4.6 Kaca Khusus
Kaca berwarna, opal, translusen, kaca keselamatan, fitokrom, kaca
optik dan kaca keramik semuanya termasuk kaca khusus. Komposisinya
berbeda-beda tergantung pada produk akhir yang diinginkan.

11
Gambar 2.7 Kaca Bewarna

2.4.7 Serat Kaca (fiber glass)


Serat kaca dibuat dari komposisi kaca khusus, yang tahan terhadap
kondisi cuaca. Kaca ini biasanya mempunyai kandungan silika sekitar 55%,
dan alkali lebih rendah.

Gambar 2.8 Serat Kaca

2.5 Bahan Baku Pembuatan Kaca


Berbagai macam mesin otomatis diciptakan untuk mempercepat
produksi botol, bola lampu dan sebagainya. Walaupun terdapat ribuan
macam formulasi kaca yang di kembangkan dalam 30 tahun terakhir, perlu
di catat bahwa pasir kaca, gamping, silika, dan soda masih merupakan
bahan baku dari 90 persen dari seluruh kaca yang di produksi di dunia.
Secara umum dan ringkas reaksi pembentukan kaca adalah sebagai berikut :
Na2CO3 + aSiO2 –> Na2O.aSiO2 + CO2
CaCO3 + bSiO2 –> CaO.bSiO2 + CO2
Na2SO4 + c SiO2 + C -> Na2O.cSiO2 + SO2 + CO

12
2.5.1 Pasir
Pasir yang di gunakan haruslah kuarsa yang hampir murni, oleh
karena itu, lokasi pabrik kaca biasanya di tentukan oleh lokasi endapan
pasir kaca,kandungan besinya tidak boleh melebihi 0,45 % untuk
barang gelas pecah belah atau 0,015 % untuk kaca optik, sebab
kandungan besi ini bersifat merusak warna kaca pada umumnya.

Gambar 2.9 Pasir Kuarsa


2.5.2 Soda (Na2O)
Soda terutama di dapat soda abu padat Na2 CO3. sumber lainnya
adalah bikarbonat, kerak garam, dan natrium nitrat.yang tersebut
terakhir ini sangat berguna untuk mengoksidasi besi dan unutk
mempercepat pencairan.

Gambar 2.10 Serbuk Soda


2.5.3 Feldspar
Mempunyai rumus umum R2O.Al2O3 6SiO2.. R2O dapat berupa
Na2O atau K2O. Feldspar mempunyai banyak keunggulan di banding
produk lain, karena murah, murni dan dapat di lebur dan seluruhnya
terdiri dari oksidasi pembentuk kaca

13
Gambar 2.11 Feldspar
2.5.4 Boraks
Borax adalah perawis tambahan yang menambahkan Na2O dan
boron oksida kepada kaca. Rumus kimianya Na2[B4O5(OH)4]·8H2O.
Walaupun jarang di pakai dalam kaca jendela atau kaca lembaran,
boraks sekarang banyak di gunkan di dalam berbagai jenis kaca
pengemas.

Gambar 2.12 Serbuk Boraks


2.5.5 Kerak Garam ( salt cake )
Sudah lama digunakan dalm perawis tambahan pada pembuatan
kaca, demikian pula beberapa sulfat lain amonium sulfat dan barium
sulfat, dan sering di tentukan pada. Kerak garam ini di perkirakan
dapat membersihkan buih yang mengganggu pada tanur tangki. Sulfat
ini harus di pakai bersama karbon agar tereduksi menjadi sulfit.
Arsen Trioksida dapat pula di tambahkan untuk menghilangkan
gelombang – gelombang dalam kaca. Nitrat digunskan untuk
mengoksidasi besi sehingga tidak terlalu kelihatan pada kaca produk.
Kalium Nitrat digunakan pada berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi
dan kaca optik.

14
Gambar 2.13 Kerak Garam
2.5.6 Kulet (Cullet)
Kulet aalah kaca hancuran yang di kumpulkan dari barang-barang
rusak, pecahan kaca beling dan berbagai kaca limbah. Bahan ini dapat
di pakai 10% atau bahkan sampai 80% dari muatan bahan baku.

Gambar 2.14 Kulet


2.5.7 Blok Refraktori
Merupakan bahan bakar pembuatan kaca. Zirkon, alumina, mulit,
mulit alumina sinter dan zirkonia alumina elektrokast banyak di
gunakan sebagai refraktor pada tanki kaca. Bata silika digunaka dalam
industri kaca karena ekonomis

Gambar 2.15 Blok Refraktori

2.6 Proses Pembuatan Kaca


Proses pembuatan kaca dapat dibagi menjadi 4 tahap utama yaitu :

15
2.6.1 Peleburan
Tanur kaca dapat di klasifikasikan sebagai tanur periuk dan tanur
tanki. Tanur periuk (pot furnace), dengan kapasitas sekitar 2 t atau
kurang dapat di gunakan secara menguntungkan untuk membuat kaca
khusus dalam jumlah kecil dimana tumpak cair itu harus di lindungi
terhadap hasil pembakaran. Tanur ini digunakan dalam pembuatan kaca
optik dan kaca seni melalui proses cetak. Periuknya sebetulnya ialah
suatu cawan yang terbuat dari lempung pilihan atau platina. Sulit sekali
melebur kaca didalam bejana ini tanpa produknya terkontaminasi atau
tanpa sebagian bejana itu sendiri meleleh, keculai biola bejana itu
terbuat dari bejana platina.
Dalam tanur tanki (tank furnace), bahan tumpak itu dimuat ke satu
ujung suatu tanki besar yang di muat ke sutu ujung suatu tanki besar
yang terbuat dari blok – blok reflaktor, di antaranya ada yang berukuran
38 X 9 X 1,5 m dengan kapasitas kaca cair sebesar 1350 t. Kaca itu
membentuk kolam di dasar tanur itu, sedang nyala api menjilat berganti
dari satu sisi ke sisi lain. Kaca halusan (fined glass) di kerjakan dari
ujung lain tanki itu, operasinya kontinyu. Dalam tanur jenis ini,
sebagaimana juga dalam tanki periuk, dindingnya mengalami korosi
karena kaca panas, kualitas panas dan umur tanki bergantung pada
kualitas blok kontruksi. Karena itu, perhatian biasanya di tujukan pada
reflaktori tanur kaca.
Tanur tangki kecil disebut tanki harian (day tank) dan berisi
persediaaan kaca cair untuk satu hari sebanyak 1 t sampai 10 t. Tanki ini
di panasi secara elektrotermal atau dengan gas.
Tanur-tanur yang disebautkan di atas adalah tergolong tanur
regenerasi (regenerative furnace) dan beroperasi dalam dua siklus
dengan dua perangkat ruang berisis susunan bata rongga. Gas nyala
setelah memberakan kalornya pada waktu melalui tanur berisi kaca cair,
mengalir ke bawah melalui satu perangkat ruang yang diisi penuh
dengan pasangan baja terbuka atau bata rongga (checkerwork). Sebagian
besar dari kandungan kalor sensibel gas keluar dari situ , dan isian itu

16
berkisar antara 15000C di dekat pintu keluar. Bersamaan dengan itu,
udara di panaskan dengan melewatkannya melalui ruang regenerasi
yang telah di panaskan sebelumnya dan telah di campur dengan gas
bahan bakar yang telah terbakar, sehingga suhu nyalanya menjadi lebih
tinggi lagi. Pada selang waktu yang teratur, yaitu antara 20 sampai 30
menit, aliran campuran udara bahan bakar, atau siklus itu di balik, dan
sekarang masuk tanur dari ujung yang berlawanan melalui isian yang
telah mendapat pemanasan sebelumnya, kemudian melalui isian semula,
dan mencapai suhu yang lebih tinggi.
Suhu tanur yang baru mulai berproduksi hanya dapat di naikkan
sedikit demi sedikit setiap hari, tergantung kepada kemampuan
reflaktorinya menampung ekspansi. Bila tanur regenerasi itu sudah di
panaskan, suhunya harus di pertahankan sekurang-kurangnya 12000C
setiap waktu. Kebanyakan kalor hilang dari tanur melalui radiasi, dan
hanya sebagian kecil yang termanfaatkan untuk pencairan. Tanpa
membiarkan dindingnya sedikit karena radiasi, suhu akan menjadi
terlalu tinggi sehingga kaca cair itu dapat menyerang dinding dan
melarutkannya. Untuk mengurangi aksi kaca cair, pada dinding tanur
kadang – kadang di pasang pipa air pendingin.

Gambar 2.16 Proses Peleburan Kaca


2.6.2 Pencetakan
Kaca dapat dibentuk dengan mesin atau dengan cetak tangan.
Faktor yang terpenting yang harus diperhatikan dalam cetak mesin
(machine molding) ialah bahwa rancang mesin itu haruslah sedemikian
rupa sehingga pencetakan barang kaca dapat diselesaikan dalam tempo

17
beberapa detik saja. Dalam waktu yang sangat singkat ini kaca berubah
dari zat cair viskos menjadi zat padat bening.
Jadi, jelas sekali bahwa masalah rancang yang harus
diselesaikan, seperti aliran kalor stabilitas logam, dan jarak bebas
bantalan merupakan masalah yang rumit sekali.

Gambar 2.17 Proses Pembentukan Kaca

 Kaca Jendela
Pada proses fourcault, ruang penarikan di isi penuh dengan
kaca dari tanki peleburan. Kaca itu di tarik secara vertikal dari
tanur melalui “dibitense” denagn suatu mesin penarik. Dibitense itu
terdiri dari sampan refraktonsi yang mempunyai celah di
tengahnya. Kaca mengalir melalui celah ini, pada waktu sampan
setengah terbenam, kaca mengalir ke atas secara kontinyu.
Penarikan kaca di mulai dengan menurunkan pemancing dari
logam ke gelas itu di melalui celah, pada waktu bersamaan denagn
di turunkannya dibitense, sehingga kaca mulai mengalir. Kaca itu
di tarik ke atas secara kontinyu dalm bentuk pita secepat itu dia
mengalir melalui celah, dan permukaannya di dinginkan denagn
gulungan air di dekat itu pita kaca yang masih bergerak ke atas dan
di topang oleh rol-rol, di lewatkan melalui cerobong penyangai atau
lehr yang panjangnya 7,5 m. Pada waktu keluar dari lehr, kaca itu
di potong-potong menjadi lembaran menurut ukuran yang di
kehendaki dan di kirim ke bagian penggolongan dan pemotongan.
PPG industri es mengoperasikan proses fourcault yang di
modifikasi dan menghasilkan kaca pennvernon. Lembaran-

18
lembaran kaca sebesar 3 m denagn ketebalan sampai 0,55 cm. Pada
proses ini dibitense apung di ganti dengan batangan tarik yang
terbenam, yang mengendalikan dan mengarahkan lembran itu.
Setelah di tarik ke atas sepanjang 8 m, dimana sebagian besarnya
ada di dalam leher penyangai, kaca itu di potong untuk ketebalan di
atas kekuatan tunggal atau rangkap dua, dilakukan penyangaian
kedua di dalam lehr horizontal standar 36 m.
 Kaca Plat
Bahan baru di tumpahkan ke satu ujung tanur, dan kaca cair
pada suhu cair pada suhu sampai setinggi 15950C, kemudian di
lewatkan melalui zone pemurnian dan keluar melalui ujung yang
satu lagi dalam bentuk aliran yang tak putus-putus. Dari keluaran
refraktori yang lebar itu, kaca cair dilewatkan melalui dua rol
pembentuk yang didinginkan dengan air, sehingga mengambil
konfigurasi pita plastik. Pita kaca itu di tarik di atas sederetan rol
yang lebih kecil, yang juga didinginkan dengan air dengan
kecepatan permukaan sedikit lebih tinggi dari rol pembentuk.
Efek peregangan yang di akibatkan oleh perbedaan kecepatan
dan pencairan kaca pada waktu mendingin menyebabkan pita itu
menjadi lebih tipis pada waktu memasuki lehr. Setealh mengalami
penyangaian, pita itu di potong-potong menjadi lembaran yang
kemudian di gerinda dan di poles. Atau, boleh pula pita itu
bergerak terus secara otomatis sepanjang 50 - 100 m, melalui
operasi penyangaian, gerinda, poles, dan inspeksi sebelum di
lewatkan ke mesin potong yang memotong-motongnya menjadi
ukuran yang cocok unutk pemanasan. Operasi gerinda dan poles
membuang kira-kira 0,8 mm, kaca dari masing-masing permukaan.
 Kaca Apung
Kaca apung di kembangkan oleh pilkington brothers di
inggris. Perkembangan ini merupakan suatu perbaikan fundamental
dalam pembutan kaca plat berkualitas tinggi. Proses apung
mrnggunakan sistem peleburan tanur tangki dimana bahna baku di

19
umpankan pada satu ujung tanur dan kaca cair di lewatakan melalui
zone pemurnian dan masuk ke kanal sempit yang menghubungkan
tanur dengan penangas.
Laju aliran di kendalikan secara presisis dengan cara
menaikan dan menurunkan pintu yang membentang kanal itu
secara otomatis, kaca cair lalu lewat ke dalam kolam timah cair,
di atas permikaaan tiamah itu, dalam atmosfir yang tak
mengoksidasi, dan di bwah kondisis suhu yang di kontrol dengan
ketat. Pemanasan terkendali itu di menyebabkan cairnya semua
ketakrataan sehingga menghasilkan kaca yang kedua sisinya rata
dan sejajar.
 Kaca Berkawat Dan Berpola
Kaca cair di alirkan darim bibir tanur dan lewat diantara rol-
rol logam yang sudah mempunyai goresan pola pada permukaanya.
Rol itu membetuk kaca tadi dan mencetakan pola itu dalam satu
operasi saja. Karena itu menyebabkan cahaya terdisfusi sehingga
tak tembus pandang. Kaca seperti ini cocok unutk pintu, ruang
kantor, dan dinding kamar mandi. Kaca itu dapt pula di perkuat
dengan kawat yang di pasangkan pada saat awal pembentukannya.
Hal ini berguna untuk meningkatkan keselamatan, misalnya pada
jendela pintu darurat.
 Kaca Tiup
Kebutuhan modern akan kaca tiup akhir-akhir ini mendorong
pengembangan metode produksi yang lebih cepat dan lebih murah.
Mesin pembuatan botol merupakan satu-satunya mesin pencetak
dengan menggunkana udara untuk membuata bentuk lowong.
Beberapa jenis mesin itu menghasilakan parison yaitu botol
setengah jadi atau blanko botol.Salah satu di antaranya adalah :
jenis umpan sedot (section feet), yang dengan beberapa variasinya,
di gunkana dalam pemnbuatan bola lampu dan gelas anggur.

20
Jenis umpan gumbal (god feet) yang di terapka oleh para
pembuat berbagai barang yang di buat denagn press (tekan) tiup
atau gabungan “pres dan tiup”.
Pada mesin umpan sedot, kaca yang terdapat di dalam tanki
dangkal bundar yang berputar di sedot dalam cetakan. Cetakan itu
kemudian diayun menjauh dari permukaan kaca, di bika dan
dilepasakan sehingga tinggal parison yang di pegang pada leherny.
Cetakan botol lalu naik dan mengurung parison itu dan hembusan
udara tekan kemudian membuat kaca itu mengalir ke dalam
cetakan. Cetakan itu di biarkan mengungkung botol yang terbentuk
sampai operasi pengumpulan. Kemudian, setelah melepaskan botol
itu, cetakan naik kembali mengungkung parison baru. Operasi ini
seluruhnya otomatis, dan kemudian kecepatan 60 unit per menit
bukanlah sesuatu hal yamg luar biasa.
Pengumpan gumpal merupakan salah satu perkembangan
penting dalam pembuatan barang kaca secara otomatik. Dalam
operasi ini kaca cair mengalir dari tanur melalui palung yang pada
ujungnya mempunyai sebuah lubang. Kaca jauth melalui lubang
itu, dan di potong dengan gunting mekanik sehingga merupakan
suatu gumpal dengan ukuran persis sebagaimana yang di
kehendaki. Kaca itu lalu di teruskan melalui suatu corong ke
cetakan parison, yang melaui operasi pembetukan botol dalm
posisi terbalik. Sebuah jarum leher naik dan menempati posisinya,
sementara sebuah plunyer jatuh dari atas; dan udar tekan di “tiup
enap” (settle blow) lalu mendorong kaca menjadi bentuk-bentuk
lehernya. Cetakan itu di tutup di sebelah atas ( dasar botol), jarum
leher di tarik dan udar di suntikan pada “tiup lawan” (counter
blow) melalui leher yang baru terbentuk sehingga membuat lubang
lowong. Cetakan parison terbuka, parison itu di balikan sambil di
pindahkan ke possisi baru, dimana botol yang setengah jadi itu
sekarang berada dalam posisis tegak. Kemudian, cetakan tiup akan
mengungkung parison yang di panaskann kembali untuk selang

21
waktu yang singkat. Udara lalu di suntikan untuk memberikan
tiupan akhir, dan bersamaan dengan itu menciptaka bentuk dalam
dan bentuk luar pada botol itu. Cetakan tiup itu kemudian berayun
meniggalkan botol, dan botol itu bergerak ke leher.
Mesin otomatis peniupan botol biasanya terdiri dari dua buah
meja bundar yang di kenal dengan nama meja cetak parison (
parison mold table) dan meja tiup ( blow table). Berbagi operasi
yang di sebutkan di atas berlangsung pada waktu kaca itu bergerak
mengelilingi meja tadi. Gerakan meja di kendalikan oleh udara
tekan yang menggerakan piston bolak-balik dan berbagai operasi
yang berlangsung di atas meja di ikoordinasikan dengan gerakan
meja oleh mekanisme pengatur waktu motor. Piranti yang tersebut
terakhir itu merupakan salh satu alt yang paling vital dan paling
mahal di antara semua peralatan yang di gunakan.
 Bola Lampu
Peniupan bola lampu yang tipis berbeda dengan pembuatan
botol, karena bentuk dan ukuran bola lampu pada mulanya di
tentukan oleh tiupan itu sendiri, dan bukan oleh cetakannya. Kaca
cair mengalir melalui bukaan berbentuk anulus pada tanur dan
turun ke bawah melalui dua rol yang didinginkan dengan air. Salah
satu rol mempunyai lekkukan sehingga menyebabkan pita kaca
mempunyai bagian yang menggelembung yang bertepatan dengan
lubang bundar pada konveyer rantai horizontal tempat pita itu
berpindah selanjutnya.
Kaca itu melengkung melalui lubang itu karena beratnya
sendiri. Di bawah setiap lubang itu terdapat cetakan putar, nozel
udar jatuh ke permukaan pita, masing-masing sebuah di atas setiap
gelembungan kaca atau lubang konveyer. Pada waktu pita itu
bergerak, nozel melepaskan suatu hembusann udara yang kemudian
menyebabkan terbentuknya gelembung bola pada pita. Cetakan
yang berputar itu sekarang naik dan sebuah lagi hembusan udara,
yang bertekanan jauh lebih rendah dari hembusan pertama

22
membentuk gelembung bola itu ke dalam cetakan menjadi bentuk
bola lampu.
Cetakan itu lalu terbuka, sebuah palu kecil memukul bola
lampu itu lepas dari pita. Bola lampu jatuh ke atas sabuk yang
membawanya ke rak leher, dimana leher lampu di masukan ke
dalam, diantara dua bilah vertikal yang menopangnya pada waktu
disangai. Waktu total untuk keseluruhan operasi yang di sebutkan
di atas, termasuk penyangaian kira-kira 8 menit. Mesin ini ada yang
mencapi kecepatan 2000 bola lampu per menit.
 Tabung Televisi
Tabung btelevisi yang sekarang di buat sampai sebesar 68 cm
ukuran melintang, terdiri dari tiga bagian utama, yaitu muka layar
yang fosforeson tempat gambar televisi di munculkan, kaca
pengurung, dan penembak elektron. Pemasangan fosfor pada muka
layar kurung di lakukan dengan penyerapan atau pendebuan.
Pembuatan kaca kurung itu sendiri merupakan masalh yang sulit
hingga kemudian di temukan prosedur pencetakan centrifugal, yang
menggunkan cetakan putar yang dapat menghasilkan tebal dinding
yang lebih seragam.
Bagian-bagian kaca itu di pertautkan satu sama lain dengan
menggunkan nyala gas, gas atau listrik. Untuk tabung televisi
warna, fosfor di pasangkan pada permukaan sebelah dalam tabung.
Semacam topeng berlubang-lubang kemudian di pasang berkas
elektron sebagaimana di kehendaki. Dalm hal ini, suhu yang di
gunakan untuk merapatkan bagian-bagian tabung tidak boleh
terlalu tinggi karena hal ini dapat merusak fosfor.
 Tabung Kaca
Pada proses danner, kaca cair mengalir ke atas sebuah batang
lempung lowong berputar yang terpasang dengan kemiringan 300.
udara di tiupkan melaluinya dan kaca pada batangan itu mengalir
berlahan-lahan ke bawah dan di tarik ke luar dari bawah dalm
bentuk tabung. Sepasang sabuk memegang tabung itu dan

23
menariknya dengan kecepatan seragam. Diameter dan tebal dinding
di kendalikan melalui pengaturan suhu, kecepatan tarik dan volume
udar yang di tiupkan melalui batangan. Tabung ini tidak
memerlukan perlakuan penyaringan.
Kaca untuk piringan tudung gelembung menara distilasi,
prisma dan kebanyakan kaca optik, barang-baranf dapur, isolator
dan beberap jenis kaca warna, kaca arsitektur, dan berbagai barang
seperti itu di buat dengan cetak tangan (hand mold). Proses ini
terdiri dari operasi penarikan suatu kwalitas kaca tertentu, yangh di
sebut kumpul (gather)., dari periuk atau tangki dan membawanya
ke cetakan . di sini, kualitas kaca yang persis di perlukan di potong
dengan gunting dan cetakan itu di pasang dengan tangan atau
dengan tekanan hidraulik. Beberapa kaca tertentu di bentuk dengan
cara semi otomatik yang melibatkan gabungan proses percetakan
dengan mesin dan tangan sebagaimana di uraikan di atas. Lalu
volumetrik dan bagian menara yang berbentuk silinder dan pyrek di
buat dengan cara ini.

2.6.3 Penyangaian atau Sepuh Lindap


Untuk mengurangi regangan – regangan dalam kaca, semua barang
kaca harus disangai (anneal), baik barang kaca yang di buat dengan
mesin maupun yang di buat dengan tangan. Secara singkat, penyangaian
menyangkut dua macam operasi. Pertama adalah menahan kaca itu pada
suatu suhu di atas suhu kritis tertentu selama beberapa waktu yang cukup
lama sehingga mengurangi regangan – regangan dalam dengan jalan
pengaliran plastik sehingga regangannya kurang dari yang telah
ditentukan
Kedua adalah mendinginkan masa kaca itu sampai suhu kamar
secara perlahan sehingga regangan itu selalu berada di bawah batas
maksimum leher atau tungku penyaringan, tidak lain hanyalah satu ruang
pemanasan yang di rancang dengan baik dimana laju pendingin dapat di
atur sehingga memenuhi persyaratan yang di sebut di atas.

24
Adanya hubungan kuantitatif antara tegangan
dan birefringence yang di sebabkan oleh tegangan itu telah
memungkinkan para ahli teknologi kaca merancang kaca yang dapat
menangani kondisi tegangan termal dan mekani tertentu. Dengan data di
atas sebagai dasar para insinyur berhasil membuat peralatan penyangat
kontinyu dengan pengaturan suhu otomatik dan sirkulasi terkendali
sehingga penyangaian dapat di laksanakan dengan biaya bahan bakar
lebih rendah dan kerugian produk lebih sedikit.

Gambar 2.18 Proses Penyangaian Kaca


2.6.4 Penyelesaiaan
Semua kaca yang sudah di sangai harus mengalami operasi
penyelesaian yang relatif sederhana tetapi sangat penting, operasi ini
menyangkut pembersihan, penggosokan, pemolesan, pemotongan, gosok-
semprot dengan pasir, pemasangan email klasifikasi kualitas, dan
pengukuran. Walaupun tidak semua harus dilakukan untuk setiap barang,
namun satu atau dua di antara yang di sebutkan di atas selalu di perlukan.
Pada waktu pengiriman barang pada gudang atau tempat
penyimpanan kaca adalah bahan yang sangat mudah pecah maka kaca
tersebut di sekat dan di lapisi busa sebagai pelindung dari kaca tersebur
agar tidak terjadi benturan antara masing – masing kaca.

Gambar 2.19 Proses Penyelesaian Kaca

25
2.7 Flow Chart

Gambar 2.20 Diagram Alir Proses Pembuatan Kaca

26
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Kaca atau gelas adalah salah satu alat rumah tangga yang bahan utama
penyusunnya adalah SiO2 dengan suhu pelelehan 2000◦ C yang bersifat
transparan dan dingin.
 Reaksi pembuatan kaca atau gelas secara umum:
Na2CO3 + aSiO2 –> Na2O.aSiO2 + CO2
CaCO3 + bSiO2 –> CaO.bSiO2 + CO2
Na2SO4 + c SiO2 + C -> Na2O.cSiO2 + SO2 + CO
 Pada prinsipnya tahapan proses pembuatan kaca atau gelas ada lima,
yaitu:
a) Persiapan bahan baku (batching)
b) Pencairan (melting/fusing)
c) Pembentukan (forming/shaping)
d) Annealing
e) Finishing dan pengendalian kualitas (Quality Control)

3.2 Saran
Dengan adanya perusahaan pembuatan kaca dan semakin majunya alat
yang di cipatakan para insinyur maka sudah pasti akan menciptakan lapangan
pekerjaan baru bagi para penganggur. Dengan makin besarnya perusahaan
kaca ini maka akan sangat menganggu lingkungahn karena proses pembuatan
kaca ini pasti mempunyai limbah yang sangat berbahaya bagi kelangsungan
hidup manusia dan juga hewan yang ada di sekitarnya. Sudah tentu semua
ekosistem kana berubah baik dari struktur tanah ataupun air, tetapi ini tidak
langsung terjadi sangat cepat tetapi secara berlahan-lahan. Diharapkan setiap
perusahaan menangani kasus tersebut agar ekosistem sekitar tidak rusak
sehingga tidak ada yang dirugikan.

27
DAFTAR PUSTAKA
 Austin T, George. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries Fifth Edition.
Singapore : Mc Graw Hill International Edition
 http://hernorjen.blogspot.com/p/makalah-proses-pembuatan-kaca.html diakses
pada tanggal 24 September 2018 pukul 11.00
 http://www.academia.edu/17139627/Makalah_proses_pembuatan_Botol_KAc
a diakses pada tanggal 24 September 2018 pukul 12.00

28
Contents
BAB I PENDAHULUAN ....................................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ......................................................Error! Bookmark not defined.
1.2 Tujuan .........................................................................Error! Bookmark not defined.
1.3 Rumusan Masalah .......................................................Error! Bookmark not defined.
1.4 Manfaat ................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................Error! Bookmark not defined.
2.1 Pengertian Kaca ..................................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Sejarah Perkembangan Kaca ............................Error! Bookmark not defined.
2.3 Sifat – Sifat Kaca .................................................Error! Bookmark not defined.
2.4 Jenis – Jenis Kaca ...............................................Error! Bookmark not defined.
2.4.1 Silika Lebur. ................................................Error! Bookmark not defined.
2.4.2 Alkali Silikat ................................................Error! Bookmark not defined.
2.4.3 Kaca Soda Gamping ...................................Error! Bookmark not defined.
2.4.4 Kaca Timbal ................................................Error! Bookmark not defined.
2.4.5 Kaca Borosilikat ..........................................Error! Bookmark not defined.
2.4.6 Kaca Khusus ................................................Error! Bookmark not defined.
2.4.7 Serat Kaca (fiber glass) ...............................Error! Bookmark not defined.
2.5 Bahan Baku Pembuatan Kaca ...........................Error! Bookmark not defined.
2.5.1 Pasir..............................................................Error! Bookmark not defined.
2.5.2 Soda (Na2O) .................................................Error! Bookmark not defined.
2.5.3 Feldspar .......................................................Error! Bookmark not defined.
2.5.4 Boraks ..........................................................Error! Bookmark not defined.
2.5.5 Kerak Garam ( salt cake )...........................Error! Bookmark not defined.
2.5.6 Kulet (Cullet) ...............................................Error! Bookmark not defined.
2.5.7 Blok Refraktori ...........................................Error! Bookmark not defined.
2.6 Proses Pembuatan Kaca .....................................Error! Bookmark not defined.
2.6.1 Peleburan .....................................................Error! Bookmark not defined.
2.6.2 Pencetakan ...................................................Error! Bookmark not defined.
2.6.3 Penyangaian atau Sepuh Lindap ...............Error! Bookmark not defined.
2.6.4 Penyelesaiaan...............................................Error! Bookmark not defined.
2.7 Flow Chart .................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP .............................................................Error! Bookmark not defined.

29
3.1 Kesimpulan .................................................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran ...........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................Error! Bookmark not defined.

30

Anda mungkin juga menyukai