Anda di halaman 1dari 25

SAINS MASA DEPAN

(KONSEP NANOSAINS DAN NANOTEKNOLOGI)

OLEH :

NI PUTU APRIANTINI NIM. 2323071004


DESAK NYOMAN SRINADI NIM. 2323071011
NI KOMANG AYU SEKARINI NIM. 2323071016

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah kami dapat menyusun makalah “Konsep Nanomaterial” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun diperuntukan untuk menunjang pembelajaran mata kuliah Sains Masa Depan.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik karena adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. I Wayan Muderawan, M.S., Ph.D. selaku pengampu mata kuliah Sains Masa
Depan.

2. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan untuk kesuksesan kami.

3. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan, serta semua pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu, diharapkan pembaca
dapat memanfaatkan makalah ini sebagai sumber pengetahuan dan dapat memberikan kritik serta
saran yang bersifat membangun sehingga makalah ini dapat lebih baik dan sempurna lagi.

Singaraja, 27 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1

1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 2

1.4 Manfaat ................................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

2.1 Konsep Nanosains dan Nanoteknologi .............................................................................. 3

2.2 Nanomaterial .................................................................................................................. 5

2.3 Sintesis Nanomaterial ......................................................................................................... 9

2.4 Contoh nanomaterial ........................................................................................................ 15

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 19

3.1 Simpulan ............................................................................................................................ 19

3.2 Saran................................................................................................................................... 19

Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus menggunakan teknologi untuk
memudahkan pekerjaan sehari-hari. Penggunaan teknologi berkembang akibat adanya
peran sains di dalamnya. Sains merupakan ilmu pengetahuan yang disusun secara
sistematis yang diperoleh melalui percobaan dan pengamatan lebih lanjut. Salah satu
pengembangan teknologi yang masih menjadi hal menarik adalah dalam bidang nanosains
dan nanoteknologi.
Nanosains sebagai ilmu dan rekayasa adalah untuk penciptaan material, struktur
dan fungsional dalam skala nanometer. Istilah nano berarti seperseribu mikrometer atau
seper juta milimeter. Nanosains berkaitan dengan sintesis, ekploitasi, karakteristik dari
bahan berstruktur nano. Bahan-bahan yang berukuran nano atau nanometer memiliki
ukuran 10-9 jika dinyatakan dalam meter. Satu nanometer setara dengan 10 atom hidrogen
atau 5 silikon yang sejajar dalam satu garis (Arikawati, 2015).
Nanoteknologi merupakan salah satu pengetahuan dalam skala nano dalam dimensi
1-100 nanometer, sehingga ukuran partikelnya sangat kecil yang biasanya dimanfaatkan
dalam mendesain dan Menyusun atau melakukan manipulasi material dengan sifat dan cara
baru (Clunan, 2014).Nanosains dikaitkan dengaan nanoteknologi yang memanfaatkan ilmu
sains, teknologi dan benda-benda yang berukuran kecil. Nanoteknologi dijadikan sebagai
suatu bidang ilmu Fisika, Biologi, Kimia dan rekayasa yang penting. Aplikasi tersendiri
dari nanoteknologi dikehidupan sehari-hari adalah rekaman magnetic; tabir surya; bemper
mobil; Kompas negara; lapisan pelindung kaca dan lain sebagainya (Nuryadin, 2020).
Adanya Nanoteknologi, tidak menutup kemungkinan Nanomaterial juga masih
dikenal sebagai salah satu aplikasi Nanosains dan diaplikasikan dalam pewarnaan
anorganik melalui nanopartikel emas; nanopartikel logam yang menghasilkan warna yang
indah dan arterfak kaca Romawi mengandung nanopartikel logam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan konsep Nanosains dan Nanoteknologi?
2. Apa saja dimaksud dengan konsep Nanomaterial?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, adapaun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.

a. Mengetahui Konspe Nanosains dan Nanoteknologi


b. Mengetahui konsep Nanomaterial.

1.4 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah adalah sebagai berikut.

a. Bagi Penulis
Sebagai Latihan dalam mengembangkan atau meningkaykan kemampuan menulis
khususnya pembuatan makalah.
b. Bagi Pembaca
Sebagai refrensi untuk pemahaman pembaca atau sumber rujukan pembuatan
pustaka

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Nanosains dan Nanoteknologi


Nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat material/objek dan
fenomena alam yang terjadi pada ukuran nanometer (10-9). Partikel nano didefinisikan sebagai
material yang memiliki diameter 250 nm atau kurang. Dapat dibayangkan perbandingan
antara alam yang berukuran satuan meter dengan alam nanometer, seperti membandingkan
besar bumi yang berdiameter kurang lebih 13 ribu kilometer dengan bola pingpong yang
hanya berdiamter 4 cm, seperti terlihat pada Gambar 2.1. Suatu benda dalam skala nanometer
tersusun dari atom dalam jumlah beberapa atom atau puluhan atom saja. Morfologi partikel
nano bervariasi, mulai dari struktur kristal, bulatan, berlapis-lapis hingga tabung (Roosseno,
2008).

Gambar 2.1 Gambaran perbandigan skala nanometer dengan sekala lainnya


Benda-benda berukuran nanometer memiliki ukuran yang sangat kecil sekali, hanya
dapat dilihat dengan mikroskop elektron, seperti atomic force microscopy (AFM), scanning
tunneling microscopy (STM), atau mikroskop sejenisnya. Sifat suatu material dapat diubah
sesuai dengan yang diinginkan hanya dengan mengontrol struktur dan ukuran (morfologi)
nanopartikel. Oleh karena itu, saat ini bidang ilmu material telah mengembangkan material
baru dalam rangka menunjungan perkembangan nanosains. Suatu teknologi materi yang
berkaitan dengan benda-benda kecil dalam ukuran nanometer serta pemanfaatannya bagi
kehidupan masa depan yang baik disebeut dengan teknologi nano (nanotechnology)
(Roosseno, 2008).

3
Nanoteknologi adalah suatu kesatuan ilmu-ilmu dasar yang kompleks. Menurut
Nuryadin (2020), nanoteknologi termasuk interdislipin ilmu yang terdiri dari:
a. Nanokimia (nanokoloid, sol-gel dan kimia kuantum) telah ditetapkan untuk perakitan
diridan sintesis nanopartikel serta untuk penelitian efek ukuran intrinsiknya.
b. Nanofisika (fisika kuantum, spintronik, fotonik) ditujukan untuk perakitan buatan dan
pembuatan struktur nano serta untuk penelitian efek ukuran eksternalnya.
c. Nanomaterial (teknologi bubuk nano, senyawa nano keramik, nanotribologi,
nanosintering dan proses nano lainnya) ditakdirkan untuk penelitian, pengembangan
dan produksi arsitektur baru berstruktur nano, nanomaterial yang fungsional dan nano
komponen yang cerdas dengan sifat yang unik.
d. Nanoeletronik, optoelektronik dan rekayasa nano ditujukan untuk pengembangan
proses teknologi baru, nanomotor, nanoaktuator, nanodevice, sistem mekanis mikro-
optoelektro, dan lain sebagainya.
e. Nanobionik ditujukan untuk pengembangan kompleks mesin bio baru, seperti
nanobiochips, nanobiorobot, dan lain sebagainya.
f. Nanometrologi, merupakan bangunan nanodevice dan nano handcraft yang ditujukan
untuk pengembangan alat nano khusus, instrumentasi, informasi dan sistem komputasi
untuk mendukung nanoteknologi itu sendiri.
Pada hakikatnya, nanoteknologi merupakan suatu teknik dan metode yang digunakan
untuk mempelajari, mendesain, menyusun atau memanipulasi material pada level atom atau
molekul, sehingga dihasilkan material dengan sifat dan fungsi baru. Sifat materi yang dapat
direkayas antara lain kekerasan, kelenturanm umur bahan, sifat magnetik, katalistik, efisiensi
sifat, elektrik atau optic, dan lain-lain (Roosseno, 2008). Skala nano terbilang unik karena
tidak ada struktur padat yang dapat diperkecil. Hal unik lainnya adalah bahwa mekanisme
dunia biologis dan fisis berlangsung pada skala 0,1 hingga 100 nm. Pada dimensi ini material
menunjukkan sifat fisis yang berbeda, sehingga ilmuwan berharap akan menemukan efek
yang baru pada skala nano dan memberi terobosan bagi teknologi (Jumini, 2017).
Semua benda kecil atau besar bahkan makhluk hidup tersusun dari atom-atom
berukuran nano.Karakteristik benda sangat bergantung pada susunan atomnya. Perbedaan
struktur/susunan atom dapat mengubah sifat molekul yang dihasilkannya. Jika atom-atom
yang sama disusun ulang membentuk stuktur yang berbeda, molekul atau materi akan

4
membentuk sifat yang berbeda pula (Siegel, 1999). Atom-atom yang terdapat dalam grafit
sama persis dengan atom-atom sejenis yang terdapat dalam berlian (diamond) yang indah.
Yang berbeda adalah susunan strukturnya saja (Jumini, 2017).
Dalam nanoteknologi, pijakan utamanya adalah atom yang didalamnya terdapat electron
yang bergerak mengelilingi inti atom yang terdiri dari proton dan neutron yang jumlahnya
tergantung dari nomor atom (jumlah proton) serta nomor massa (jumlah proton dan neutron).
Prinsip dasar yang digunakan dalam nanoteknologi adalah memanipulasi atom. Molekul-
molekul memiliki selektivitas yang unik. Sebagai contoh, atom bermuatan positif akan selalu
menarik atom lain yang bermuatan negatif. Jika ada lebih dari satu atom bermuatan negatif,
atom yang ditariknya adalah yang memiliki keelektronegatifan paling tinggi (gaya tarik-
menariknya paling besar). Jika diletakkan atom-atom/molekul-molekul yang memiliki
karakteristik sesuai dengan kemauan, atom-atom tersebut otomatis langsung saling
berinteraksi (self assembly). Karena menggunakan atom individual, maka produk yang
didapatkan tidak ada pengotor/kontaminannya. Prosesnya juga tidak menghasilkan polusi
karena tidak ada produk samping. Yang terbentuk hanyalah yang diinginkan, tidak lebih dan
tidak kurang (Jumini, 2017).
Nanoteknologi mempunyai ciri khas yang melekat dengan adanya berbagai
pembaruan diantaranya sebagai berikut (Nuryadin, 2020).
a. Manipulasi buatan oleh objek nano dan perakitan otomatis dari nanodevices yang
dirancang sebelumnya.
b. Campur tangan yang disengaja dalam mekanisme proses dengan kontrol komprehensif
dari perakitan mandiri kimia pada tingkat molekuler.
c. Penemuan, desain dan produksi nanodevices ukuran submictometer diikuti oleh
integrasi mereka ke dalam sistem mikro, mezo, dan makro.

2.2 Nanomaterial
2.2.1 Pengertian nanomaterial

Menurut badan internasional kimia murni dan terapan atau Internationa Union of Pure
Applied Chemistry (IUPAC) mendefinisikan bahwa suatu partikel dapat digolongkan
sebagai sesuatu yang berukuran diantara 1 x 10-9 sampaii 1 x 10-7 m dikategorikan sebagai
nanopartikel, adapun klasifiaksi dari nanopartikel, yaitu sebagai berikut.

5
a. Partikel ultrahalus adalah sama seperti partikel nano yang berukuran 1 sampai
dengan 100 nm
b. Partikel halus berukuran antara 100 sampai 2500 nanometer
c. Partikel kasar mulai dari 2500 sampai 10.000 nanometer
Berikut foto perbandingan ukuran benda dari makro, mikro, dan nano.

Gambar 2.2 Contoh perbandingan ukuran tingkat makro, mikro, dan nano
(Manurung, 2018)
Nanomaterial didefinisikan sebagai perangkat bahan yang mana dimensinya lebih kecil
dari 100 nm. Sebagaimana diketahui nanomaterial dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Nanomaterial alami merupakan material berskala nano yang tercipta secara alamiah di
alam dan dapat memberikan efek pada lingkungannya seperti virus dan protein.
b. Nanomaterial buatan merupakan hasil buatan atau sintesis. Contoh dari nanomaterial
buatan yaitu semikonduktor dari bahan timah sulfida.

2.2.2 Sifat material nanomaterial


Menurut Manurung (2018) nanomaterial memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a. Sifat elektrik
Nanomaterial dapat mempunyai energi lebih besar dari pada material ukuran biasa
karena memiliki luas permukaan yang besar. Hal ini berkaitan dengan resistivitas

6
elektrik yang mengalami kenaikan dengan berkurangnya ukuran partikel. Contohnya :
material yang bersifat isolator dapat bersifat konduktor ketika berskala nano,
sedangkan contoh aplikasinya: Baterai logam nikel hibrida terbuat dari nanokristalin
nikel dan logam hibrida yang membutuhkan sedikit rechargingdan memiliki masa
hidup yang lama.
b. Sifat magnetik
Pada ukuran nano, tingkat kemagnetan akan meningkat sehingga nanomaterial
memiliki sifat yang bagus dalam peningkatan sifat magnet (ketika ukuran butir bahan
magnetik diperkecil hingga skala nano, bahan feromagnetik berubah menjadi bahan
superparamagnetik). Contohnya: Magnet nanokristalin Ytrium - Samarium - Cobalt
memiliki sifat magnet yang luar biasa dengan luas permukaan yang besar.
c. Sifat mekanik
Sifat mekanik nanomaterial lebih besar bila dibandingkan dengan material dengan
ukuran biasa. Jika ukuran butir suatu logam atau keramik lebih kecil dari ukuran butir
kritis (<100nm), sifat mekanik bahan berubah dari keras menjadi lunak. Contoh
aplikasinya: Apabila material nano digunakan pada cat, akan berefek antigores,
antiluntur, dan memantulkan panas. Cat berpartikel nano akan membuat rumah atau
kendaraan tetap sejuk meski terpapar sinar matahari.
d. Sifat optik
Beberapa nanomaterial, seperti nanopartikel logam atau kuantum dot, memiliki sifat
optik yang khusus. Mereka dapat menunjukkan fluoresensi, plasmonik, atau sifat optik
nonlinier yang unik. Hal ini digunakan dalam aplikasi seperti deteksi, imaging medis,
dan optoelektronik. Fluoresensi yaitu kemampuan nanomaterial dapat menyerap
cahaya dan kemudian memancarkan kembali cahaya dengan panjang gelombang yang
berbeda. Palsmonik yaitu dapat merangsang osilasi elektron permukaan saat terkena
cahaya. Ini menghasilkan efek plasmonik yang memengaruhi cahaya yang dipancarkan
atau diserap oleh nanopartikel ini. sifat optik nonlinier yaitu nanomaterial ini mampu
merespon cahaya dengan berbeda-beda, seperti mampu menghasilkan pantulan cahaya
yang energinya 2 kali lebih besar, Sifat ini membuat cahaya bisa menghasilkan cahaya
baru dengan energi yang berbeda atau mengubah cara cahaya berperilaku dalam materi.
5. Sifat kimia

7
Banyak nanomaterial memiliki reaktivitas yang tinggi karena mereka memiliki luas
permukaan yang besar dibandingkan dengan volume mereka. Ini membuat mereka
sangat responsif terhadap reaksi kimia dengan bahan lain, termasuk gas dan cairan.
Selain itu, nanopartikel logam atau nanokatalis memiliki kemampuan untuk
mempercepat reaksi kimia lain tanpa dirusak dalam proses tersebut. Contoh aplikasi:
Teknologi fuel cell dimana dalam fuel cell digunakan logam Pt dan Pt-Ru
2.2.2 Struktur Dimensi Nanomaterial
Menurut Lestari, 2021 klasifikasi sederhana dari nanomaterial berdasarkan strukturnya
yaitu sebagai sebagai berikut.
a. Dimensi Nol (0-D)
Nanomaterial dimensi nol juga dikenal sebagai "nanopartikel" atau "kuantum dot."
Material ini memiliki ukuran pada skala nanometer dalam semua tiga dimensi.
Nanopartikel ini memiliki sifat khusus karena konduktivitas listrik, optik, dan kimia
mereka dapat diatur dengan mengubah ukuran mereka. Contohnya yaitu fullurene
Contoh termasuk nanokristal, kuantum dot, atau nanopartikel logam.
b. Dimensi Satu (1-D)
Nanomaterial dimensi satu adalah jenis materi yang memiliki ukuran dalam satu
dimensi, tetapi panjangnya lebih besar daripada ukurannya di dimensi yang lain. Ini
berarti mereka sangat tipis atau ramping dalam satu arah, tetapi bisa lebih panjang.
Contohnya yaitu karbon nanotube memiliki diameter nanometer tetapi panjangnya
dapat mencapai beberapa mikrometer.
c. Dimensi Dua (2-D)
Jenis materi yang memiliki ketebalan nanometer (skala yang sangat kecil) dalam satu
dimensi, tetapi memiliki panjang dan lebar yang lebih besar daripada ketebalannya. Ini
berarti mereka sangat tipis, tetapi memiliki ukuran yang lebih besar dalam dimensi
lainnya. Contohnya yaitu grafen. Grafen adalah lapisan tunggal atom karbon yang
memiliki ketebalan satu atom. Ini berarti grafen sangat tipis, hampir dua dimensi, tetapi
bisa memiliki panjang dan lebar yang lebih besar.

8
d. Dimensi Tiga (3-D)
Nanomaterial adalah jenis materi yang memiliki ukuran nanometer dalam satu atau
lebih dari tiga dimensi. Memiliki tiga dimensi artinya memiliki ukuran panjang, lebar,
tinggi seperti benda tiga dimensi lain namun berukuran sangat kecil. Contohnya yaitu
grafit dan nanokristal.

Gambar 2.3 Struktur nanomaterial

2.3 Sintesis Nanomaterial


2.3.1 Pendekatan Top-Down dan Bottom-Up

Sintesis
Nanomaterial

Top-down Bottom-up

MA-PM MM-PM Evaporasi sputtering CVD MOCVD

Gambar 2.4 macam-macam sintesis nanomaterial

9
Secara umum, sintesis nanomaterial dapat dilakukan dengan dua pendekatan.
Pendekatan pertama dilakukan dengan cara memecah partikel yang berukuran besar
menjadi partikel yang memiliki ukuran nanometer. Pendekatan ini disebut dengan
pendekatan top-down. Pendekatan yang kedua dilakukan dengan cara menyusun atom
demi atom atau molekul demi molekul menjadi suatu ukuran yang kita inginkan.
Pendekatan ini disebut dengan pendekatan bottom-up (Mikrajuddin, dkk, 2008).
Dimana keduanya dijelaskan secara lebih ringkas dalam gambar dibawah ini.

Gambar 2.5 Proses pendekatan top-down dan bottom-up

Pendekatan top-down merupakan suatu pendekatan dimana material


dihancurkan dan dihaluskan sedemikian rupa sehingga memiliki ukuran nanometer.
Pendekatan top-down dapat dilakukan dengan teknik MA-PM (mechanical
alloyingpowder metallurgy) atau MM-PM (mechanical milling-powder metallurgy).
Dalam mekanisme mechanical alloying, material dihancurkan sampai menjadi bubuk

10
dan dilanjutkan dengan penghalusan butiran partikelnya sampai berukuran puluhan
nanometer. Selanjutnya, bubuk yang telah halus disintesis hingga didapatkan material
akhir. Pendekatan bottom-up merupakan suatu pendekatan dimana material dibuat
dengan menyusun dan mengontrol atom demi atom atau molekul demi molekul
sehingga menjadi suatu bahan yang memenuhi suatu fungsi tertentu yang diinginkan.
Sintesis dengan cara bottom-up kemudian dilakukan dengan mereaksikan berbagai
larutan kimia dengan langkah-langkah tertentu yang spesifik. Pendekatan bottom-up
dapat dilakukan dengan berbagai proses diantaranya adalah proses evaporasi,
sputtering, chemical vapour deposition (CVD), dan metal organic chemical vapour
deposition (MOCVD) (Laila, 2016).

2.3.2 Metode Sintesis Nanomaterial


a. Metode Fisika
Dalam pembentukan Nanomaterial, metode fisika merupakan metode yang
mengaplikasikan tekanan mekanik, radiasi dengan energi yang tinggi, energi
panas dan listrik dalam membuat material bulk mengalami abrasi, meleleh,
menguap/terkondensasi. Berikut dijelaskan contoh metode fisika dari masing-
masing pendekatan sintesis nanomaterial.
1) Ball Milling (Penggilingan Bola)
Salah satu metode yang digunakan pada proses top down adalah ball
milling. Ball Milling adalah teknik yang luas digunakan untuk mengilas
bubuk (powder) menjadi partikel yang sangat halus (termasuk dalam skala
nanometer) dan material campuran. Pada umumnya, proses ball milling
menggunakana cangkang silinder berlubang yang berputar pada porosnya,
diisi dengan bola yang terbuat dari steel (baja), stainless steel, keramik
atau karet. Kinerjanya bergantung pada energi yang dilepaskan dari
dampak gesekan antara bola, bubuk, dan waktu. Semakin lama mesin
dioperasikan, maka partikel yang dihasilkan semakin halus (Trisnayanti,
2020).
Sistem ball milling terdiri dari satu piringan putar (turn table) dan dua
atau empat mangkuk. Piringan putar berputar ke satu arah sedangkan
mangkuk berputar ke arah yang berlawanan. Gaya sentrifugal yang

11
dihasilkan dari perputaran mangkuk pada porosnya bersamaan dengan
perputaran piringan putar, diterapkan pada campuran bubuk dan
penggilingan bola di dalam mangkuk seperti pada Gambar 2.5. Energi
tumbukan bola penggilingan dalam arah normal mencapai nilai hingga 40
kali lebih tinggi dibandingkan energi tumbukan akibat percepatan
gravitasi.

Gambar 2.6 Ball Milling


Selama penggilingan energi tinggi, partikel bubuk berulang kali
diratakan, dilas dingin, dipecah, dan dilas kembali. Setiap dua bola baja
bertabrakan, ada bubuk yang terperangkap di antara keduanya. Bisanya
sekitar 1000 partikel dengan berat agregrat sekitar 0,2 mg. Kekuatan
tumbukan mengubah bentuk partikel bubuk sehingga menyebabkan
pengerasan kerja dan patah. Dengan deformasi yang terus-menerus,
partikel menjadi mengeras, dan patah karena fragmentasi serpihan yang
rapuh, seperti Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Proses Ball Milling

12
Pada metode ball milling terdapat beberapa keuntungan antara lain
relatif tidak mahal, diaplikasikan untuk skala besar dan sudah sangat
dikenal sejak dulu, partikel yang dihasilkan antara 2 – 20 nm tergantung
tipe alatnya. Adapun kerugiannya antara lain partikel nano yang dihasilkan
tidak beraturan, kemungkinan dapat terjadi kerusakan pada partikel dan
terkontaminasi kotoran dari aditif ball dan mill- ing-nya (Rosmayanti et al.
2009).

2) Laser Ablation
Lase ablation adalah metode yang menyintesis nanopartikel logam
tanpa penambahan surfaktan dan bahan kimia, sehingga metode ini
dikatakan mudah dan ramah lingkungan. Metode ini, difungsikan dengan
menembak plat logam di medium berupa larutan/gas dan akan diperoleh
nanopartikel dalam bentuk nanokoloid/nanopowder. Keuntungan dalam
metode ini adalah dapat memeroleh kemurnian dari nanopartikel
digunakan dalam berbagai logam dan keramik (Sadrolhosseini, et.al,
2018).

Gambar 2.8 Skema susunan alat dan prinsip kerja singkat dari metode
laser ablation dalam sintesis nanopartikel logam
b. Metode Kimia
Metode ini memiliki tahapan awaal yaitu pembentukan logam dari reduksi
prekusor logam menggunakan reduktor kimia, kemudia atom logam yang
terbentuk akan mengalami nukleasi yang diikuti dengan pertumbuhan yang
menghasilkan nanopartikel (Yu, et al, 2009). Adapun metode kimia yang akan
dibahas adalah sebagai berikut.

13
1) Metode Sol-Gel
Dalam metode ini melibatkan proses hidrolisi, kondensasi dan termal
dekomposisi dari logam alkoksida atau prekusor larutan logam.
Prekusor logam alkoksida membentuk larutan stabil yang disebut sol.
Sol ini akan mengalami hidrolisis dan kondensasi untuk membentuk gel.
Gel diproses dalam temperature tinggi dan digunakan dalam
mendekomposisi senyawa organic serta menghasilkan nanopartikel
(Yu, et al, 2009).
2) Polyol Process
Polyol adalah metode yang dapat memanfaatkan alkohol mendidih
sebagai reduktor.
3) Pengendapan kimia
Singh dan Chauhan (2009) mampu mensintesis nanopartikel CdS
dengan metode pengendapan kimia. Dalam proses sintesis
menggunakan akuabides sebagai pelarut dan tiogliserol sebagai capping
agent.
c. Metode Biologi
Metode ini melakukan sintesis nanopartikel dengan menggunakan ekstrak
tumbuhan, mikroorganisme, fungi dan alga.
1) Ekstrak Tumbuhan
Salah satu tumbuhan yang memproduksi nanopartikel adalah Euphorbia
hirta, daunnya dikeringkan selama 10 hari dan di oven pada suhu 60oC
selama 24-48 jam. Setelah itu, daunnya ditumbuk hingga halus. Dalam
ekstrak dau ditambahkan perak nitrat hingga total larutan 200 mL.
Kemudian campuran tersebut, dipanaskan hingga adanya perubahan
warna menjadi gelap kecoklatan yang menunjukan adanya nanopartikel
perak (Elumalai, et al., 2010).
2) Mikroorganisme
Sintesis nanopartikel menggunakan mikroba dengan dasar mekanisme
pertahanan diri dari mikroorganisme. Bakteri salah satu

14
mikroorganisme yang mampu dimanfaatkan sebagi biosintesis
nanopartikel (Devatha dan Thalla, 2018).

2.4 Contoh nanomaterial


a. Fullerene
Fullerene adalah molekul karbon besar yang dianggap analog tiga dimensi dari
benzena. Bentuk dari fullerene yang paling melimpah adalah Buckminsterfullerene
(C60) dengan 60 atom karbon tersusun dalam struktur bola. Buckminsterfullerene (C60)
atau yang juga dikenal sebagai buckyball adalah suatu struktur sangkar bulat tertutup
(icosahedron terpotong) yang terbuat dari 60 karbon dengan hibridisasi sp2 yang
berdiameter sekitar 7 Å yang mana mengandung 12 pentagon dan 20 segi enam, atau
sering disebut juga dengan molekul "bola sepak". Pada struktur fullerene setiap atom
karbon akan berikatan dengan tiga atom karbon lain dengan pola membentuk susunan
pentagonal, membentuk struktur berongga seperti bola sepak. Adapun struktur dari
fullerene seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut.

Gambar. 2.9 Struktur Fullurene


Adapun sifat fisika dan sifat kimia yang dimiliki oleh fullerene adalah yang mana
fullerene dapat dilarutkan dalam air dalam bentuk kompleks dengan siklodekstrin atau
calixarenes. Fullerene bertindak sebagai superkonduktor dan penyerap panas yang
baik, yang mana sifat superkonduktor dan menyerap panas yang dimilikinya ini
berkaitan dengan 1 elektron yang tidak digunakan untuk membentuk ikatan kovalen,
seperti pada grafit. Fullerene stabil hingga suhu 1000°C. Karena sangkar seluruhnya
dari sp2 karbon hibridisasi maka ia akan memberikan efek induktif negatif (-I)
penarikan elektron sehingga fullerene sangat menarik elektron dan fullerene dapat
dengan mudah bereaksi dengan nukleofil. Fullerene dapat mengalami berbagai reaksi

15
seperti reduksi, oksidasi, hidrogenasi, halogenasi, reaksi nukleofilik, reaksi radikal,
reaksi kompleks logam transisi, reaksi regioselektif dan sebagainya. Fullerene rentan
terhadap degradasi atau dekomposisi dengan adanya cahaya dan oksigen.
C60 dan turunannya telah banyak dimanfaatkan yang mana C60 mengkatalisis
konversi metana menjadi hidrokarbon dan
mencegah reaksi kokas (batu arang). C60 dapat diubah menjadi intan pada tekanan
tinggi pada suhu kamar dan juga dapat digunakan sebagai pusat nukleasi intan selama
proses CVD. Popularitas fullerene dalam bidang sains tidak hanya semata-mata dalam
hal estetika, namun C60 dapat dianggap sebagai blok penyusun yang kuat untuk
digunakan dalam ilmu material dan kimia obat. Turunan C60 beberapa aplikasi dalam
bidang biomedis seperti penghambatan replikasi HIV manusia, antioksidan biologis
(spons radikal), mengikat antibiotik spesifik untuk struktur bakteri resisten dan bahkan
menargetkan jenis sel kanker tertentu seperti melanoma, dan agen antimikroba yang
diaktifkan cahaya.
b. Grafit
Grafit merupakan kristalin krabon yang memiliki bentuk serbuk serta bewarna
hitam (disebut alotrop dari kabon). Karbon memiliki alotrop berupa grafit dan intan .
Grafit alam biasanya dalam bentuk endapan dengan kemurnian, ukuran kristal dan
kesempurnaan beragam. Struktur grafit dikelilingi oleh tiga atom tetangganya. Ikatan
antar karbon akan membentuk struktur heksagonal dengan jarak ikatan C-C.

Gambar 2.9 Struktur grafit


Grafit tersusun banyak tumpukan grafena sehingga bentuknya adalah tida dimensi
(3D). Grafit memiliki struktur kimia yang unik, sehingga bentuk ikatan karbon pada
grafena adalah ikatan kovalen dan terdapat ikatan kovalen rangkap di dalah satu
atomnnya. Namun, antar dua lapisan terdekat grafena terdapat ikatan van Der Waals.

16
Oleh sebab itu, grafit ini sangatlah lemah dan lunak. Contoh dari grafit adalah pensil
dan juga arang (Wipsar et al., 2019).
c. Carbon nanofiber
Carbon nanofiber (CNF) adalah alotrop karbon yang memiliki ukuran diameter 50
hingga 100 nm dengan panjang berkisar antara satu hingga ratusan mikrometer. CNF
terdiri dari tumpukan kerucut graphene. Terdapat dua ikatan carbon dalam CNF yaitu
ikatan konvalen dalam bidang setiap kerucut graphene dan ikatan antar bidang Van der
Waals diantara kerucut (Desmaris et al., 2015). Saat ini CNF dapat dibuat dengan dua
metode yaitu deposisi uap kimia katalitik dan electrospinning.

Gambar 2.10 Carbon Nanofiber (CNF)


CNF mempunyai struktur yang sangat tipis yang mana hanya tiga atom karbon
bebas yang dapat muat pada garis lurus tersebut. CNF sepuluh kali lipat lebih kuat dari
baja terkuat di dunia (baja maranging) dan hingga seratus kali lebih kuat dari baja biasa.
Kekuatan Tarik serat nano karbon mencapai 30 GPa. CNF memiliki modulus serat nano
karbon bervarian antara 80 hingga 800 GPa. Hal ini membuat CNF sukar untuk
dibengkok atau direnggangkan karena CNF mudah kembali ke bentuk aslinya setelah
dilepaskan seperti karet gelang. Meskipun CNF jauh lebih kuat dari baja, beratnya
hanya seperempat dari baja. Kepadatan CNF yaitu antara 1,3 hingga 2 g/cm3. CNF
memiliki konduktivitas termal bervariasi antara 20 hingga 3.000 W/(mK) bergantung
pada cara pembuatannya. Konduktivitas listrik CNF bervariasi dari 5 x 102 hingga 107
S/M.
Adapun aplikasi CNF diwujuadkan sebagai sensor yang mana dapat mendeteksi
regangan/tekanan, gas, suhu, kelembapan, medan magnet, dan cahaya. Selain itu, CNF
digunakan sebagai material elektroda baterai dan superkapasitor. Persyaratan utama
untuk baterai dan superkapasitor berperforma tinggi adalah bahan elektroda berpori
tinggi yang mana mengandung cukup elektrolit dan memenuhi transport ion yang
17
cepaat dan jangka panjang (Feng et al., 2014). CNF memiliki kemampuan untuk
mengikat dengan solder sambil tetap berakar pada bantalan IC yang memungkinkannya
membangun material komposit, yang memanfaatkan modulus muda (TPa) yang tinggi
untuk menghasilkan kekuatan sambungan antara dua chip atau chip untuk dikemas
(Desmaris et al., 2015).

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.1.1 Nanosains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat
material/objek dan fenomena alam yang terjadi pada ukuran nanometer (10-9).
Sementara konsep dari Nanoteknologi suatu teknik dan metode yang digunakan
untuk mempelajari, mendesain, menyusun atau memanipulasi material pada level
atom atau molekul, sehingga dihasilkan material dengan sifat dan fungsi baru.
3.1.2 Nanomaterial didefinisikan sebagai perangkat bahan yang mana dimensinya lebih
kecil dari 100 nm. Nanomaterial terbentuk melalui tiga metode yaitu: 1) Metode
Fisika; 2) Metode Kimia dan 3) Metode Biologi. Adapun contoh-contoh
nanomaterial yaitu Fullerene, grafit dan Carbon nanofiber

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sehubung dengan pembuatan makalah ini adalah
penulis perlu mengkaji dan menggali lebih terkait informasi mengenai konsep dan contoh
nanosains dan nanoteknologi yang lebih mendetail. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran yang konstruktif sangat diperlukan penulis sebagai referensi dalam
perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah pemahaman pembaca
mengenai konsep dan contoh nanosains dan nanoteknologi.

19
Daftar Pustaka

Aristio, Ricky. 2013. Fullurene: Struktur dan Sifat.


https://www.scribd.com/doc/303281707/Fullerene diakses pada 10 September 2023

Clunan, Anne. et al. 2014. Nanotechnology in A Globalized World Strategic Assessments of An


Emerging Technology. Muntery: Naval Postgraduate School.

Da Ros, T., & Prato, M. (1999). Medicinal chemistry with fullerenes and fullerene derivatives.
Chemical Communications, (8), 663-669

Desmaris, V., A. M. Saleem & S. Shafiee. 2015. “Carbon Nanofiber (CNF) Properties, Growth
and Applications”. Chalmers Publication Library, 9 (2), 33-38.

Devatha dan Thalla. 2018.Synthesis of Inorganic Nanomaterials; Green Synthesis of


Nanomaterials; NITK Surathkal; India.

Dwaru & Janah. 2018. NANO MATERIAL: QUANTUM DOT, NANOPARTIKEL PERAK,
GRAPHENE, DAN BAKTERI. Yogyakarta: UNY Press

Elumalai, et al., 2010. Extracellular Synthesis of Silver Nanoparticles using leaves of Euphorbia
hirta and Their Antibacterial Activites. Pharmaceutical Sciences and Research Journal.
Vol 2(9).

Fahmi & Wibrianto. 2021. Kimia Nano: Konsep, Sejarah, dan Aplikasinya Bagi Indonesia.
Surabaya: Airlangga University Press

Feng, L., N. Xie & J. Zhong. 2014. “Carbon Nanofibers and Their Composites: A Review of
Synthesizing Properties and Applications”. Materials, 7, 3919-3945.

Jumini, S. 2017. “Nanoteknologi Manivestasi Nanosciences”. Jurnal PPKM II, 4 (2), (199-206).

Laila, Nur Hanif. (2016). “Perbedaan Karakter Sampel Hasil Preparasi Dan Sintesis Nanomaterial
Karbon Berbahan Dasar Tri Graphite Pensil 2b Faber Castell Menggunakan Metode Liquid
Mechanical Exfoliation Dibantu Oleh Linear Alkylbenzene Sulfonate Dengan Variasi
Frekuensi Putaran Pencampuran Bahan Menggunakan Blender”. Skripsi. Universitas
Negeri Yogyakarta

20
Lestari, Kiki R. 2021. Sintesis, Klasifikasi, Dan Sifat Bahan Nano. Jakarta: LP UNAS

Manurung. Posman G. 2018. Nanomaterail: Tinjauan Ilmu Masa Kini. Yogyakarta: CV Andi
Offset

Mikrajuddin Abdullah , Yudistira Virgus, Nirmin, dan Khairurrijal. 2008. Jurnal Nanosains &
Nanoteknologi Vol. 1 No.2. Laboratorium Sintesis dan Fungsionalisasi Nanomaterial.,
Institut Teknologi Bandung

Nuryadin, Bebeh W. 2020. Pengatar Fisika Nanomaterial. https://etheses.uinsgd.ac.id/31575/


diakses pada 10 September 2023

Nuyadin, W. 2020. Pengantar Fisika Nanomaterial. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Pertiwi, Mega. 2022. Pengaruh Variasi H2SO4 Pada Pembuatan Nanoselulosa Dari Tongkol
Jagung. Skripsi. Universitas Lampung

Rizkio, Aditya. 2019. RANCANG BANGUN MESIN SHAKER MILL UNTUK PRODUKSI
NANO-SnO₂. Tugas akhir. Politeknik Manufaktur Bangka Belitung

Rosmayanti, L., Yayun & Y. K. Caryana. 2009. “Sintesis Nanopartikel Adsorben Desulfurisasi
Berbasis Besi Oksida dan Aplikasinya pada Peningkatan Kualitas Gas Bumi”. Lembaran Publikasi
Lemigas, 43 (3), 237-246.

Rosseno. 2008. Jembatan dan Menjembatani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sadrolhosseini, et al., 2018. Laser Ablation Technique For Synthesis Of Metal Nanoparticle In
Liquid”, Laser Technology and its Applications.

Thakral, S., & Mehta, R. M. (2006). Fullerenes: An introduction and overview of their biological
properties. Indian journal of pharmaceutical sciences, 68(1), 13

Trisnayanti. 2020. “Metode Sintesis Nanopartikel”. Artikel. Diakses pada tanggal 15 September
2023.

Wijaya, Karna. 2021. Riset Inovasi Nanomaterial Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding
Seminar Nasional Kimia & Pendidikan Kimia#2. Universitas Gajah Mada.

21
Wispar et al., 2019. Nanomaterial Graphene Oxide Sintesis Dan Karakterisasinya. Yogyakarta:
UNY Press.

Yu, et al. 2009. Effects of post-mortem temperature on the physicochemical properties of hot-
boned chicken breast muscles. Korean Journal Food Science Animal Resource. 29 (1): 55-
61.

22

Anda mungkin juga menyukai