Anda di halaman 1dari 13

PERCOBAAN X

ISOLASI DAN PEMURNIAN SENYAWA BAHAN ALAM


Ekstraksi Refluks : Isolasi Kafein dari Serbuk Kopi

I. DASAR TEORI
Kopi merupakan salah satu tanaman yang mengandung senyawa kimia yaitu kafein
yang merupakan salah satu senyawa organik alkaloid. Kopi biasanya dikenal sebagai suatu
minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Biji kopi
memiliki 2 jenis varietas utama, yaitu kopi arabika dan robusta. Kopi arabika merupakan tipe
kopi tradisional yang berasal dari Etiopia dan sekarang telah banyak dibudidayakan di
berbagai belahan dunia lain seperti Amerika Latin, Afrika, India dan Indonesia. Biji kopi
jenis ini berukuran cukup kecil, berwarna hijau hingga merah gelap dan memiliki cita rasa
yang baik. Berbeda dengan kopi arabika, kopi jenis robusta berasal dari Kongo. Jenis kopi ini
memiliki cita rasa yang lebih pahit, sedikit asam dan mengandung kafein yang lebih banyak
dibandingkan dengan kopi jenis arabika.

Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen (biasanya) dalam
bentuk siklik dan berbentuk basa. Senyawa ini tersebar luas dalam dunia tumbuhan dan
banyak di antaranya mempunyai efek fisiologis kuat. Secara umum, golongan senyawa
alkaloid mempunyai sifat-sifat berikut ini (Muderawan, 2002).
1. Biasanya berbentuk kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut
dalam pelarut organik seperti etanol, eter dan kloroform.
2. Bersifat basa, pada umumnya berasa pahit, bersifat racun, mempunyai efek fisiologis, serta
optis aktif.
3. Membentuk endapan dengan larutan asam fosfolframat, asam fosfomolibdat, asam pikrat
dll.
Alkaloid dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber dan gugus fungsi yang
dikandungnya. Menurut Hegnauer, alkaloid digolongkan menjadi 3 yaitu alkaloid
sesungguhnya, protoalkaloid dan psudoalkaloid (Chairil, 1994).

a. Alkaloid sesungguhnya
Golongan alkaloid ini bersifat racun dan menunjukkan aktifitas fisiologis yang luas,
hampir tanpa terkecuali bersifat basa dengan adanya nitrogen yang merupakan bagian dari
sistem heterosiklis. Alkaloid ini diturunkan secara biosintesis dari asam amino dan
biasanya dalam tanaman sebagai garam asam organik.
b. Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amina yang relatif sederhana dan ditandai dengan atom nitrogen
yang berada di luar cincin heterosiklis. Contohnya adalah meskalin.
c. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Ada dua seri alkaloid yang
penting yaitu alkaloid steroidal contoh: konessin dan alkaloid purin contohnya kafein.

Kafein
Kafein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nama lain 1,3,7-trimetilxantin,
dimana kafein ini merupakan salah satu alkaloid golongan xantin yang merupakan senyawa
kimia 2,6-dioksipurin atau 2,6-purinadion. Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum
bercahaya sutra. Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234oC sampai 239oC
dan menyublim pada suhu yang lebih rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan dalam
kloroform, tetapi sedikit larut dalam air dingin, alkohol dan beberapa pelarut organik lainnya.
Selain dalam biji kopi, kafein terdapat pula dalam daun teh, daun mente, biji kola dan coklat.
Di dalam biji kopi dan tumbuhan tersebut diatas, tidak hanya terkandung kafein, tetapi juga
ada tanin, glukosa, lemak, protein dan selulosa. Pemisahan kafein dengan senyawa lainnya
bergantung pada perbedaan kelarutan masing-masing senyawa tersebut. Jika tanin terisolasi
kedalam air panas, maka akan terhidrolisis menghasilkan asam klorogenat. Asam hasil
hidrolisis tanin ini akan menghasilkan endapan bila direaksikan dengan timbal asetat.

Gambar 1. Struktur Xantin Gambar 2. Struktur Kafein


Kafein
Gambar 3. Struktur asam klorogenat Gambar 4. Struktur Tanin

Jika dilihat dari segi kandungan kafein pada kopi, kafein memiliki kandungan yang
bervariasi bergantung dari jenis biji kopi, pengolahan dan cara penyajiannya. Adapun
perbandingan kadar kafein pada beberapa jenis minuman kopi yaitu sebagai berikut.

Tabel 1. Komposisi Zat yang Terkandung dalam Berbagai Jenis Kopi


Produk Kandungan kafein
Secangkir Kopi 85 mg
Secangkir Teh 35 mg
Sebotol Coco cola 35 mg
Minuman energi 50 mg
(kratingdaeng, M-150,Galin Bugar, dll )
Kopi Instan 2.8 – 5.0%
Kopi Moka (mentah) 1.08%
Kopi Moka (sangrai) 0.82%
Kopi Robusta 1.48%
Kopi Arabika 1.16%
Kopi Liberika (mentah) 1.59%
Kopi Liberika (sangrai) 2.19%

(Sumber: Chem-Is-Try.Org,2010)
Salah satu teknik pemisahan kafein pada serbuk kopi yaitu dengan menggunakan
teknik ekstraksi refluks dimana langkah awal yang digunakan adalah refluks selanjutnya
menggunakan ekstraksi. Teknik refluks merupakan cara pemanasan larutan dengan
menggunakan pendinginan. Sedangkan teknik ekstraksi merupakan salah satu teknik yang
didasarkan pada perbedaan kelarutan masing-masing senyawa tersebut dimana solut (zat
terlarut) atau bahan yang akan dipisahkan terdistribusi diantara kedua lapisan (organik dan
air) berdasarkan kelarutan relatifnya. Dengan demikian garam anorganik akan berada dalam
lapisan air dan senyawa organik yang tidak membentuk ikatan hidrogen seperti hidrokarbon
atau derivat solut akan berada dalam lapisan organik.
Kafein dilarutkan terlebih dahulu dalam air panas dimana dalam air panas, bukan
hanya kafein yang larut melainkan kandungan lain pada kopi yaitu tannin juga terisolasi. Jika
tannin yang merupakan kandungan lain pada kopi terisolasi ke dalam air panas, maka akan
menghasilkan asam klorogenat. Asam hasil hidrolisis tannin ini akan menghasilkan endapan
bila direaksikan dengan timbal asetat.

I. ALAT DAN BAHAN


ALAT JUMLAH
Gelas kimia 100 mL 2 buah
Labu erlenmeyer 250 mL 2 buah
Corong Buchner 1 buah
Alat penyedot/vakum 1 buah
Kaca arloji 2 buah
Kondensor 1 buah
Selang 2 buah
Labu dasar bulat 250 mL 1 buah
Pemanas 1 buah
Statif dan klem 1 set
Gelas kimia 1000 mL 2 buah
Neraca analitik 1 buah
Corong 1 buah
Corong pisah 250 mL 2 buah
Labu erlenmeyer 100 mL 2 buah
Ring 1 buah
Cawan penguap 1 buah
kompor 1 buah
Cawan petri 1 buah
spatula 2 buah
Pipet tetes 2 buah
Melting point 1 buah

BAHAN JUMLAH
Serbuk kopi 20,000 gram
Aquades 377 mL
Kertas saring Secukupnya
Padatan timbal asetat 250 mL
Kloroform 150 mL
es Secukupnya

II. METODE
3.1 Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1. Campuran 20 gram kopi halus dan 350 - Kopi yang digunakan adalah kopi torabika
mL aquades dipanaskan selama 25 yang disangrai. Bubuk kopi ini berwarna
menit dalam labu dasar bulat yang coklat kehitaman.
dilengkapi dengan pendingin refluks. - Massa kopi yang ditimbang adalah
sebanyak 20,0000 gram.
- Setelah ditambahkan aquades terbentuk
larutan yang berwarna cokelat kehitaman.

- Alat ekstraksi refluks dirangkai seperti


berikut.

- Setelah dipanaskan (direfluks) terbentuk


larutan berwarna coklat kehitaman

2. Campuran panas disaring dengan - Filtrat atau hasil saringan berupa larutan
menggunakan corong Buchner. yang berwarna cokelat kehitaman, dan
residu yang dihasilkan berwarna coklat
kehitaman.
Proses Filtrat Hasil
Penyaringan Saringan
3. Larutan timbal asetat (3 gram timbal - Ditimbang sebanyak 3,0015 gram timbal
asetat dalam 27 mL aquades) asetat yang berupa serbuk putih. Kemudian
ditambahkan tetes demi tetes ke dalam dilarutkan dengan aquades, dihasilkan
hasil saringan, campuran tersebut larutan yang berwarna putih.
didinginkan. Saring kembali dengan
corong Buchner.

Proses Dilarutkan
Penimbangan dengan aquades
- Setelah ditambahkan larutan timbal asetat
sedikit demi sedikit ke dalam hasil
saringan sambil diaduk, terbentuk larutan
yang berwarna kecokelatan dan setelah
didiamkan (didinginkan) larutan tetap
berwarna kecokelatan.

- Setelah disaring kembali dengan corong


Buchner, terbentuk larutan yang berwarna
cokelat dan masih terdapat residu berupa
ampas dengan jumlah yang lebih sedikit.
Larutan ini terus disaring hingga tidak
terdapat residu (ampas).
4. Kafein dalam hasil saringan diekstraksi - Kloroform berupa larutan bening tak
dengan menggunakan kloroform 3 kali berwarna.
25 mL. - Setelah ditambahkan kloroform dan
dikocok kemudian didiamkan sampai
larutan memisah dan membentuk dua
lapisan. Lapisan bagian atas berwarna
coklat tua dan lapisan bagian bawah
berwarna coklat muda. Ekstraksi kafein
dalam hasil saringan dengan menggunakan
kloroform dilakukan sebanyak tiga kali.

5. Lapisan kloroform ditempatkan dalam - Lapisan bawah (kafein dalam kloroform)


cawan penguap. Kloroform diuapkan dipisahkan dan ditampung dalam cawan
dan dilanjutkan dengan proses penguap.
rekristalisasi (menggunakan pelarut - Campuran didiamkan selama 1 hari
benzena dan petroleum eter) atau (kloroform dibiarkan menguap). Terbentuk
sublimasi. kristal berwarna coklat (kafein kasar)

- Dilakukan proses sublimasi dan didapat


kristal kafein berwarna putih dan
bentuknya seperti benang sutra yang
panjang dan kusut (pada waktu masih
melekat di cawan petri) setelah
dipindahkan berbentuk seperti tepung.
Setelah ditimbang massa yang diperoleh
sebesar 0,0101 gram. Sedangkan titik leleh
yang didapat saat pengujian adalah 235oC.

Proses Kristal kafein


Sublimasi

Proses Pengujian
penimbangan Titik leleh

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


5.1 Analisis Perhitungan
Pada praktikum ini jenis kopi yang digunakan adalah kopi Robusta dimana secara
teoritis, kandungan kafeinnya adalah sebesar 1,48% dalam 100 gram kopi. Dalam percobaan
massa kopi yang digunakan adalah 20,0000 gram. Sehingga massa kafein yang terkandung
dalam 20,0000 gram kopi secara teoritis dapat dihitung yaitu:
1,48
Massa kafein secara teoritis =  20,0000gram = 0,296 gram
100
Sehingga untuk menentukan rendemen kristal kafein, dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut.
massa kristal kafein hasil percobaan 0,0101 g
rendemen  x 100%  x100%  3,4%
massa kristal kafein secara teoritis 0,296 g

Jadi rendemen hasil percobaan yang dilakukan adalah 3,4 % dengan tingkat kesalahan
sebesar 96,6 %.

4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan isolasi kafein dari kopi dengan menggunakan
metode ekstraksi refluks. Refluks merupakan cara pemanasan larutan dengan menggunakan
pendinginan. Alat refluks ini terdiri dari pendingin Liebig dimana prinsip kerjanya yaitu air
masuk dari selang bawah dan keluar dari selang atas. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
proses refluks, sebab tekanan air dari bawah ke atas akan lebih menyempurnakan proses
refluks dibandingkan tekanan air dari atas ke bawah.
Pada praktikum isolasi kafein ini digunakan kopi robusta dimana kopi sudah
berbentuk serbuk yang berwarna coklat kehitaman dengan massa 20,0000 gram. Kemudian
serbuk kopi dilarutkan kedalam 350 mL aquades (sampai larut sempurna) dan didapat larutan
berwarna coklat kehitaman. Kemudian campuran tersebut direfluks selama kurang lebih 25
menit dimana sebelumnya pada labu dasar bulat ditambahkan batu didih dengan tujuan untuk
mengurangi letupan saat pemanasan. Adapun tujuan dari pemanasan ini yaitu agar kafein
yang ada pada kopi dapat larut sempurna, dimana kelarutan kafein akan semakin meningkat
seiring bertambahnya suhu air. Saat campuran ini direfluks, sampel yang akan diisolasi akan
terpisah. Setelah proses refluks selesai diperoleh larutan berwarna coklat kehitaman.
Campuran kemudian disaring dengan menggunakan corong buchner karena zat yang
akan dipisahkan sangat halus yang dalam hal ini adalah kafein dan dibantu dengan alat
penyedot untuk memperoleh filtrat yang benar-benar murni. Pada proses penyaringan ini
filtrat dipisahkan dari sistem campuran dengan cara disedot atau divakum. Proses
penyaringan ini dilakukan dalam keadaan panas karena kafein sedikit larut dalam air dingin
(kelarutannya kecil), sehingga apabila penyaringan dilakukan dalam keadaan dingin, maka
kafein akan kembali mengendap yang pada akhirnya menyebabkan kafein tertinggal pada
residu. Dari hasil penyaringan ini diperoleh filtrat atau hasil saringan berupa larutan yang
berwarna cokelat kehitaman, dan residu yang dihasilkan berwarna coklat kehitaman.
Kemudian filtrat ini ditambahan larutan timbal asetat tetes demi tetes sambil diaduk. Larutan
timbal asetat ini dibuat dengan melarutkan sebanyak 3,0015 gram padatan timbal asetat yang
berupa serbuk putih ke dalam 27 mL aquades sehingga didapat larutan timbal asetat yang
berwarna putih. Tujuan penambahan timbal asetat yaitu untuk mengendapkan tannin
(kandungan lain kopi) yang ikut terisolasi saat pemanasan. Jika tannin terisolasi ke dalam air
panas, maka akan terhidrolisis menghasilkan asam klorogenat. Asam klorogenat ini akan
menghasilkan endapan bila direaksikan dengan timbal asetat. Adapun struktur dari tannin dan
asam klorogenat sebagai berikut.

Struktur Tannin Struktur Asam klorogenat


Setelah ditambahkan larutan timbal asetat, terbentuk larutan yang berwarna kecokelatan.
Kemudian campuran ini didiamkan (didinginkan).
Setelah campuran dingin, campuran disaring kembali menggunakan corong Buchner
agar endapan yang mengandung tannin ini terpisah dengan kafein. Hasil saringan berupa
larutan yang berwarna cokelat dan masih terdapat residu berupa ampas dengan jumlah yang
lebih sedikit. Larutan ini terus disaring hingga tidak terdapat residu (ampas). Setelah filtrat
sudah tidak mengandung residu (ampas) filtrat diekstraksi dengan menggunakan kloroform.
Filtrat ditempatkan pada corong pisah kemudian ditambahkan kloroform sebanyak 25 mL,
kemudian dikocok. Penambahan kloroform ini akan dapat mengikat kafein, karena kafein
dapat larut dalam kloroform. Kemudian campuran tersebut didiamkan agar memisah dan
membentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna coklat tua dan lapisan bawah berwarna coklat
muda. Lapisan atas mengandung campuran tannin-timbal asetat yang larut dalam air,
sedangkan lapisan bawah merupakan larutan kafein dalam kloroform (lapisan organik).
Pemisahan ini didasarkan atas perbedaan massa jenis kedua campuran. Proses ekstraksi
dilakukan sebanyak 3 kali, agar kafein yang diperoleh maksimal.
Lapisan bawah yang mengandung kloroform-kafein ini kemudian diambil dan
ditampung dalam cawan penguapan, kemudian diuapkan dengan cara didiamkan selama 1
hari hingga kloroform menguap dan yang tersisa hanya kafein kasar. Kafein kasar berupa
kristal yang berwarna kecoklatan. Setelah kafein kasar diperoleh, kemudian kafein kasar ini
disublimasi agar diperoleh kafein yang murni. Kristal kafein yang diperoleh dari proses
sublimasi berwarna putih dan bentuknya seperti benang sutra yang panjang dan kusut (pada
waktu masih melekat di cawan petri) setelah dipindahkan berbentuk seperti tepung. Setelah
ditimbang massa yang diperoleh sebesar 0,0101 gram. Sedangkan titik leleh yang didapat saat
pengujian adalah 235oC, dimana titik leleh ini mendekati titik leleh kafein secara teoritis yaitu
234 oC-239oC, sehingga dapat disimpulkan bahwa kafein yang diperoleh murni.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum dan pembahasan yang dilakukan yang dilakukan, maka
diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut.
1. Metode pemisahan yang digunakan dalam mengisolasi kafein pada kopi adalah
ekstraksi refluks.
2. Rendemen hasil praktikum isolasi kafein dari kopi yang menggunakan metode
ekstraksi refluks adalah sebanyak 3,4 % dengan tingkat kesalahan sebesar 96,6 %.
3. Titik leleh kristal kafein yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 234oC

V. JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa campuran kopi halus dan aquades harus dipanaskan? Jelaskan!
Jawab :
Campuran kopi halus dan aquades harus dipanaskan agar kafein yang ada dalam kopi
dapat larut, karena kafein hanya dapat larut dalam air panas serta didasarkan oleh
kelarutan kafein yang semakin meningkat seiring bertambahnya suhu air.
2. Mengapa penyaringan dilakukan dengan corong Buchner?
Jawab :
Dalam pratikum digunakan corong Bunchner karena zat yang akan dipisahkan sangat
halus yang dalam hal ini adalah kafein.

3. Jelaskan fungsi penambahan larutan timbal asetat!


Jawab :
Penambahan timbal asetat bertujuan untuk mengendapkan tannin (kandungan lain kopi)
yang ikut terisolasi saat pemanasan. Jika tanin terisolasi ke dalam air panas, maka akan
terhidrolisis menghasilkan asam klorogenat. Asam klorogenat ini akan akan
menghasilkan endapan bila direaksikan dengan timbal asetat.
4. Mengapa pemisahan kafein dapat dilakukan kloroform?
Jawab :
Pemisahan kafein dapat dilakukan dengan penambahan kloroform karena kafein dapat
larut dalam kloroform sehingga kafein dpat dipisahkan dari campuran.
5. Mengapa kafein dapat dimurnikan dengan proses sublimasi?
Jawab :
Secara teoritis, kafein dapat dimurnikan melalui proses sublimasi karena kafein murni
lebih mudah menguap dibandingkan pengotornya (pada kafein kasar).

VI. DAFTAR PUSTAKA


Frieda Nurlita dan I Wayan Suja.2006.Buku Ajar Praktikum Kimia Organik.Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha
Anonim. 2010. Kafein Senyawa Bermanfaat atau Beracunkah. Diakses melaui http://
www.chem_is_try.org artikel kimia kafein senyawa bermanfaat atau beracunkah.
Pada tanggal 19 Desember 2011.
Cahyono, Eko. 2010. Ilmu Kimia. Diakses melalui
http://www.dokterkimia.com/2010/06/isolasi-kafein-dari-kopi.html. pada tanggal 19
Desember 2011.
I Wayan Suja dan Frieda Nurlita. 2000. Buku Ajar Kimia Organik 1I. Singaraja: STKIP
Singaraja
Anwar, Chairil, bambang Purnomo, Harno Dwi Pranowo, Tutik Dwi Wahyuningsih. 1994.
Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogjakarta: Proyek pendidikan tenaga guru

Anda mungkin juga menyukai