Anda di halaman 1dari 38

PENGGUNAAN OBAT

RASIONAL
OLEH : SITI SUSIANI
MATERI BAHASAN

1.Kategori problema terapi obat (Drug


Therapy Problems (DTPs)
2.Berbagai penyebab terjadinya problema
terapi obat
3.Pengendalian penggunaan obat
PENDAHULUAN
• Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab
langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien
• Apoteker tidak hanya bertanggung jawab dalam menjamin terapi
obat yang diberikan aman, tepat, dan terjangkau tetapi juga
menjamin hasil terapi yang diinginkan oleh pasien
• Hasil terapi terbaik dari pasien dapat dicapai apabila apoteker
melakukan identifikasi, dapat mengatasi serta mencegah
kejadiaan problema terapi obat/Drug Therapy Problems (DTPs)
PENDAHULUAN
• DTPs adalah beberapa peristiwa tidak diinginkan yang dialami oleh
pasien bersangkutan dengan terapi obat yang dapat berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan terapi yang diinginkan
• Pengertian yang hampir sama dengan DTPs juga dijelaskan oleh
Hepler, yang disebut dengan Drug Related Problem (DRP), yaitu
suatu peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat
secara aktual atau potensial yang dapat mengakibatkan tidak
tercapainya outcome yang optimal dari suatu pengobatan
• Problema ini merupakan salah satu faktor utama yang dapat
menghambat tercapainya hasil terapi yang diinginkan. Tidak hanya
memperlambat, DRP ini kadang dapat juga memberikan
“penyakit” tambahan, atau akibat buruk lainnya yang tidak
diinginkan.
PENDAHULUAN

• Dalam ranah farmasi klinik-komunitas, apoteker pada hakikatnya


memiliki tugas primer yaitu mengidentifikasi dan menangani DRPs
ini agar tercapai pengobatan yang rasional dan optimal.
• Secara ringkas, langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan
menangani DRPs adalah sebagai berikut.
• Menentukan klasifikasi problema terapi obat yang terjadi.
• Menentukan penyebab terjadinya DRPs.
• Menentukan tindakan intervensi yang paling tepat terhadap DRPs.
• Melakukan asesmen (penilaian) terhadap intervensi yang telah dilakukan
untuk evaluasi.
KOMPONEN PRIMER DRUG RELATED
PROBLEMS

• Pasien mengalami keadaan yang tidak dikehendaki.


• Pasien mengalami keluhan medis, gejala, diagnose penyakit kerusakan,
cacat atau sindrom dan dapat mengakibatkan gangguan psikologis,
fisiologis, sosial, bahkan kondisi ekonomi.
• Ada hubungan antara keadaan yang tidak dikehendaki dengan
terapi obat.
• Sifat hubungan ini tergantung akan kekhususan Drug Related Problems
(DRPs). Hubungan yang biasanya terjadi antara keadaan yang tidak
dikehendaki dengan terapi obat adalah kejadiaan itu akibat dari terapi obat
atau kejadian itu membutuhkan terapi obat( Cipolle et al., 1998).
Drug Related Problems (DRPs) terdiri dari :

• DRPs ACTUAL
• problem yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi obat
yang sedang diberikan pada pasien.
• DRPs POTENSIAL
• problem yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan
dengan terapi obat yang sedang digunakan oleh pasien
KATEGORI PROBLEMA TERAPI OBAT

• Adanya indikasi penyakit yang tidak tertangani


(Butuh terapi obat tambahan)
• Pemberian obat tanpa indikasi
• Pemilihan obat tidak tepat/salah obat
• Dosis obat sub terapeutik
• Dosis obat berlebih (over dosis)
• Efek obat yang tidak dikehendaki (adverse drug reactions)
• Penderita gagal menerima obat (non compliance).
KATEGORI PROBLEMA TERAPI OBAT
• Adanya indikasi penyakit yang tidak tertangani
(Butuh terapi obat tambahan)
• Keluhan gasteritis yang tidak diobati.
• Misalnya pasien pada suatu waktu menderita beberapa gejala
penyakit seperti batuk, demam + sakit kepala, hipertensi,
gasteritis. Ternyata obat yang diberikan petugas kesehatan
hanya obat batuk, obat sakit kepala/demam, dan obat
hipertensi. Sedangkan keluhan gasteritis tidak diatasi dengan
obat yang dapat meringankan (gejala) penyakit tersebut.
Artinya, obat yang diterima pasien tidak menjawab semua
keluhannya, sehingga pasien tetap menderita karena gejala
penyakitnya tidak terobati.
KATEGORI PROBLEMA TERAPI OBAT

• Pemberian obat tanpa indikasi


Hal ini dapat terjadi sebagai berikut:
• menggunakan obat tanpa indikasi yang tepat,
• dapat membaik kondisinya dengan terapi non obat,
• minum beberapa obat padahal hanya satu terapi obat yang
diindikasikan
• minum obat untuk mengobati efek samping.
KATEGORI PROBLEMA TERAPI OBAT
• Pemberian obat tanpa indikasi
Contoh :
• Pasien menderita flu (dengan gejala demam plus sakit kepala), tetapi petugas
kesehatan memberikan beberapa obat: parasetamol (sebagai obat sakit kepala +
demam) dan amoksisilin (antibiotik untuk membunuh bakteri).Amoksisilin diberikan
padahal pasien yidak sedang terinfeksi mikroba/bakteri? Pasien hanya terserang virus
influenza, virus tidak bisa diatasi dengan antibiotik. Jadi, pasien menerima obat yang
tidak ada indikasinya.
• Parasetamol diberikan untuk mengatasi demam dan sakit kepala. Seringkali pasien
diberikan parasetamol tanpa diberikan penjelasan tentang kapan dan bagaimana
penggunaan obat ini. Karena informasi yang benar tidak diterima oleh pasien, akhirnya
parasetamol tersebut tetap diminum oleh pasien setelah sakit kepala atau demamnya
sudah tidak dirasakan lagi. Parasetamol diminum hanya ketika demam/sakit kepala,
jika demam atau nyeri sudah tidak dirasakan lagi, maka parasetamol tidak perlu lagi
diminum, karena sudah tidak butuh lagi.
KATEGORI PROBLEMA TERAPI OBAT

• Pemilihan obat tidak tepat/salah obat


• Kasus yang mungkin terjadi adalah: obat tidak efektif,
ketidaktepatan pemilihan obat, alergi, adanya resiko
kontraindikasi, resisten terhadap obat yang diberikan,
kombinasi obat yang tidak perlu dan atau obat bukan
yang paling aman.
KATEGORI PROBLEMA TERAPI OBAT
• Dosis obat sub terapeutik
• Permasalahan ini berhubungan erat dengan kadar obat yang diterima dan
kemudian terdistribusi di dalam tubuh
• Dosis obat yang kurang akan mempengaruhi konsentrasi obat di dalam
darah
• contoh :
• pasien diberikan antibiotik Amoksisilin sebanyak 9 tablet (@500 mg) untuk
diminum 3 kali sehari selama 3 hari, karena lupa ternyata hanya minum
obat selama 2 hari. Masalah ini berpotensi mendatangkan masalah lainnya.
• Atau pasien seharusnya minum obat 3 kali sehari, tetapi ternyata hanya
minum 2 kali saja, maka kadar obat di dalam tubuh tidak mencukupi untuk
memberikan efek terapi.
KATEGORI PROBLEMA TERAPI OBAT

• Dosis obat berlebih (over dosis)


• Permasalahan ini juga berhubungan erat dengan kadar obat
yang diterima dan kemudian terdistribusi di dalam tubuh
• Dosis obat yang berlebih juga akan mempengaruhi konsentrasi
obat di dalam darah
• Contoh :
• Pasien menderita hipertensi. Berdasarkan hasil pemeriksaan,
seharusnya pasien meminum katopril dengan kekuatan dosis 12,5 mg
tiap tabletnya. Tetapi dalam kenyataannya karena beberapa faktor
penyebab ternyata diberikan dosis 25 mg. Masalah ini berpotensi
mendatangkan masalah lainnya.
KATEGORI PROBLEMA TERAPI OBAT
• Efek obat yang tidak dikehendaki (adverse drug reactions)
• Reaksi ini terdiri dari:
• Efek samping obat. Tidak semua efek samping mempunyai makna secara
klinis. Sebagian besar dapat diabaikan dan tidak cukup mengganggu.
Idealnya, untuk obat-obat tertentu, pasien seharusnya diinformasikan
bahwa obat memiliki efek samping. Tujuannya adalah untuk mencegah
agar tidak terjadi, atau dapat mengambil langkah yang tepat ketika
benar-benar terjadi.
• Keracunan obat: biasanya terjadi karena:
• penggunaan obat yang melebihi dosis.
• akibat penggunaan obat dengan dosis normal (tidak melebihi dosis), tetapi
digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama atau bahkan terus-menerus.
KATEGORI PROBLEMA TERAPI OBAT
• Efek obat yang tidak dikehendaki (adverse drug reactions)
(Lanjutan….)
• Reaksi ini terdiri dari:
• Reaksi alergi: Reaksi alergi merupakan reaksi yang khusus dan bersifat individual
dan tidak bisa diprediksi. Misalnya ada pasien tertentu yang ternyata alergi
terhadap antalgin, penisilin, dsb. Jika petugas kesehatan tidak tahu dan
kemudian memberikan obat tersebut kepada pasien itu, maka akan terjadi
reaksi alergi.
• Terjadi interaksi obat yang menimbulkan efek yang merugikan. Hal ini terjadi
ketika pasien meminum beberapa obat sekaligus sehingga sebagian obat
tertentu berinteraksi dengan obat tertentu lainnya. Efeknya bervariasi, mulai
dari hilangnya khasiat obat akibat dosis tidak efektif, hingga adanya efek yang
tidak diinginkan
KATEGORI PROBLEMA TERAPI OBAT

• Penderita gagal menerima obat (non


compliance).
• Beberapa penyebabnya adalah: obat yang dibutuhkan
tidak ada, pasien tidak mampu membeli, pasien tidak
memahami instruksi, pasien memilih untuk tidak mau
minum obat karena alas an pribadi dan atau pasien
lupa minum obat (Cipolle et al., 1998).
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Adanya indikasi penyakit yang tidak tertangani
(Butuh terapi obat tambahan)
• Penderita DM bisa mengalami komplikasi yang tidak diharapkan, oleh
karena itu perlu mencermati apakah ada indikasi penyakit yang tidak
diobati. Adanya indikasi penyakit yang tidak tertangani ini dapat
disebabkan oleh:
• Penderita mengalami gangguan medis baru yang memerlukan terapi obat
• Penderita memiliki penyakit kronis lain yang memerlukan keberlanjutan terapi obat
• Penderita mengalami gangguan medis yang memerlukan kombinasi farmakoterapi
untuk menjaga efek sinergi/potensiasi obat
• Penderita berpotensi untuk mengalami risiko gangguan penyakit baru yang dapat
dicegah dengan penggunaan terapi obat profilaktik atau premedikasi
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Pemberian obat tanpa indikasi
• Pemberian obat tanpa indikasi disamping merugikan penderita secara
finansial juga dapat merugikan penderita dengan kemungkinan munculnya
efek yang tidak dikehendaki.
• Pemberian obat tanpa indikasi ini dapat disebabkan oleh:
• Penderita menggunakan obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit pada saat
ini
• Penyakit penderita terkait dengan penyalahgunaan obat, alkohol atau merokok
• Kondisi medis penderita lebih baik ditangani dengan terapi non obat
• Penderita memperoleh polifarmasi untuk kondisi yang indikasinya cukup mendapat
terapi obat tunggal
• Penderita memperoleh terapi obat untuk mengatasi efek obat yang tidak
dikehendaki yang disebabkan oleh obat lain yang seharusnya dapat diganti dengan
obat yang lebih sedikit efek sampingnya
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Pemilihan obat tidak tepat/salah obat
• Pemilihan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan tujuan
terapi tidak tercapai sehingga penderita dirugikan.
• Pemilihan obat yang tidak tepat dapat disebabkan oleh:
• Penderita memiliki masalah kesehatan, tetapi obat yang digunakan tidak
efektif
• Penderita alergi dengan obat yang diberikan
• Penderita menerima obat tetapi bukan yang paling efektif untuk indikasi
yang diobati
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Pemilihan obat tidak tepat/salah obat
• Pemilihan obat yang tidak tepat dapat disebabkan oleh (lanjutan…) :
• Obat yang digunakan berkontraindikasi, misalnya penggunaan obatobat hipoglikemik oral
golongan sulfonylurea harus hati-hati atau dihindari pada penderita lanjut usia, wanita hamil,
penderita dengan gangguan fungsi hati, atau gangguan fungsi ginjal yang parah.
• Obat yang digunakan efektif tetapi bukan yang paling murah
• Obat yang digunakan efektif tetapi bukan yang paling aman
• Penderita resisten dengan obat yang digunakan
• Penderita menolak terapi obat yang diberikan, misalnya pemilihan bentuk sediaan yang
kurang tepat
• Penderita menerima kombinasi produk obat yang tidak perlu, misalnya polifarmasi sesama
obat hipoglikemik oral yang bekerja pada titik tangkap kerja yang sama dan diberikan pada
saat yang bersamaan.
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Dosis obat sub terapeutik
• Pemberian obat dengan dosis sub terapeutik mengakibatkan
ketidakefektifan terapi obat. Hal ini dapat disebabkan oleh:
• Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang
dikehendaki
• Konsentrasi obat dalam plasma penderita berada di bawah rentang terapi yang
dikehendaki
• Saat profilaksis tidak tepat bagi penderita
• Obat, dosis, rute, formulasi tidak sesuai
• Fleksibilitas dosis dan interval tidak sesuai
• Terapi obat dialihkan terutama untuk uji klinis
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Dosis obat berlebih (over dosis)
• Pemberian obat antidiabet dengan dosis berlebih mengakibatkan
efek hipoglikemia dan kemungkinan munculnya toksisitas.
• Hal ini dapat disebabkan oleh:
• Dosis obat terlalu tinggi untuk penderita
• Konsentrasi obat dalam plasma penderita di atas rentang terapi yang
dikehendaki
• Dosis obat penderita dinaikkan terlalu cepat
• Penderita mengakumulasi obat karena pemberian yang kronis
• Obat, dosis, rute, formulasi tidak sesuai
• Fleksibilitas dosis dan interval tidak sesuai
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Efek obat yang tidak dikehendaki (adverse drug
reactions)
• Munculnya efek obat yang tidak dikehendaki dapat
disebabkan oleh:
• obat diberikan terlalu cepat, misalnya pada penggunaan insulin
diberikan terlalu cepat sering terjadi efek hipoglikemia.
• Penderita alergi dengan pengobatan yang diberikan.
• Penderita teridentifikasi faktor risiko yang membuat obat ini
terlalu berisiko untuk digunakan
• Penderita pernah mengalami reaksi idiosinkrasi terhadap obat
yang diberikan
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Efek obat yang tidak dikehendaki (adverse drug
reactions) (Lanjutan…)
• Ketersediaan hayati obat berubah sebagai akibat
terjadinya interaksi dengan obat lain atau dengan
makanan
• Untuk terapi insulin, efek obat yang tidak dikehendaki yang
paling sering terjadi adalah hipoglikemia. Keadaan ini dapat
terjadi akibat:
• Dosis insulin yang berlebihan
• Saat pemberian yang tidak tepat
• Pemakaian glukosa yang berlebihan misalnya olahraga aerobik
berlebihan
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Efek obat yang tidak dikehendaki (adverse drug reactions)
(Lanjutan…)
• Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu
terhadap insulin,
• misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis Hipoglikemia yang cukup
parah dapat terjadi dalam 10 sampai 15 menit setelah pemberian insulin.
• Oleh sebab itu jangan mengabaikan tanda-tanda awal terjadinya
hipoglikemia, antara lain badan terasa lemas, pusing dan kepala terasa
ringan, pandangan berkunang-kunang, kadang-kadang pandangan menjadi
gelap (pitam), mengantuk bukan pada jamtidur, keluar keringat dingin,
berkeringat berlebihan, merasa lapar, gemetar, serta penderita tampak
gugup dan bingung.
• Insulin juga dapat mengakibatkan efek obat yang tidak dikehendaki
berupa bertambahnya berat badan, terutama pada penderita DM tipe 2
yang memang sudah kelebihan berat badan.
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT

• Efek obat yang tidak dikehendaki yang juga mungkin terjadi pada
pemakaian insulin jangka panjang adalah lipodistrofi atau
hilangnya jaringan lemak pada tempat penyuntikan, dan kadang-
kadang dapat terjadi reaksi alergi termasuk edema.
• Interaksi obat
• Interaksi obat yang mungkin timbul dari pemakaian insulin dengan obat
hipoglikemik oral atau dengan obat yang lain dapat dilihat pada referensi
yang lebih detil, misalnya BNF terbaru, Stokley's Drug Interactions dan lain
sebagainya.
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Penderita gagal menerima obat
• Disebabkan oleh:
• Penderita tidak menerima pengaturan obat yang sesuai sebagai akibat
kesalahan medikasi (medication error) berupa kesalahan
peresepan, dispensing, cara pemberian atau monitoring yang dilakukan.
• Penderita tidak mematuhi aturan yang direkomendasikan dalam
penggunaan obat
• Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena ketidakpahaman
• Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena tidak sesuai dengan
keyakinan tentang kesehatannya.
• Penderita tidak mampu menebus obat dengan alasan ekonomi.
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI
OBAT
• Yang juga perlu mendapat perhatian ekstra terhadap munculnya
masalah terkait obat apabila penderita berada dalam kondisi
khusus, seperti:
• Penderita hamil / menyusui
• Penderita gangguan ginjal
• Penderita gangguan hati
• Penderita gangguan jantung (stage 3-4)
• Penderita lanjut usia
• Penderita anak-anak
• Penderita sedang berpuasa
• Dengan adanya DRP diharapkan seorang apoteker menjalankan
perannya dengan melakukan screening resep untuk mengetahui
ada atau tidaknya DRP, serta melakukan konseling pada pasien
tersebut agar masalah terkait penggunaan obat dapat diatasi dan
pasien dapat mengerti tentang pengobatannya yang bermuara
pada meningkatnya kepatuhan pasien dalam pengobatan yang
teratur.
PENGENDALIAN PENGGUNAAN OBAT
• Upaya lain yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki praktek penggunaan obat yang tidak
rasional meliputi:
1. Pengendalian kecukupan obat
Melalui sistem informasi manajemen obat. Dengan
sistem ini setiap penggunaan dan permintaan obat
oleh unit pelayanan kesehatan dapat terpantau,
sehingga kecukupan obat dapat dikendalikan dengan
baik.
PENGENDALIAN PENGGUNAAN OBAT
(lanjutan …..)
• Perbaikan sistem suplai
Melalui penerapan konsep obat esensial nasional. Disini
mengandung arti bahwa di tingkat pelayanan kesehatan tertentu
hanya tersedia obat yang paling dibutuhkan oleh sebagian besar 
masyarakat dan tersedia setiap saat dengan harga yang
terjangkau.
Untuk Rumah Sakit, konsep obat esensial ini diaplikasikan dalam
bentuk Formularium Rumah Sakit.
• Pembatasan sistem peresepan dan dispensing obat.
Untuk itu perlu disediakan buku pedoman pengobatan di masing-
masing pusat pelayanan kesehatan, formulir- formulir resep
dengan jumlah R/ yang terbatas, dan sebagainya.
PENGENDALIAN PENGGUNAAN OBAT
(lanjutan …..)
• Pembentukan dan pemberdayaan Komite Farmasi dan Terapi
(KFT) di Rumah-rumah Sakit.
Komite Farmasi dan Terapi mempunyai tugas dan fungsi untuk
meningkatkan/menerapkan Penggunaan Obat secara Rasional di
Rumah Sakit.
• Informasi Harga
Akan memberi dampak sadar biaya bagi para provider serta
pasien/masyarakat.
• Pengaturan pembiayaan.
Bentuk pengaturan ini dapat merupakan pembiayaan berbasis
kapitasi dan cost-sharing.
STUDI KASUS 1 :
Ny. P, 74 tahun menderita Parkinson’s desease.
Berdasarkan rekam medis Ny.P juga menderita angina dan terapi obat yang diberikan
adalah sebagai berikut :
1. Glyceryl Trinitrate (GTN) 500 mcg, cara pakai satu tablet sublingual, bila
diperlukan (ES: hipotensi) GTN : heart failure ,high blood pressure
2. Haloperidol 0,5 mg kapsul, cara pakai sehari 3 x 1 kapsul (ansietas)
Recommended by ACCP for reduction of the risk of vascular events in all patients with
CAD regardless of the presence or absence of clinical manifestations aspirin
a. Assesment (berinteraksi dengan pasien/keluarga pasien) :
2. Data pasien
3. Riwayat alergi
4. Riwayat penyakit
5. Data laboratorium
6. Life style

b. Identifikasi problema terapi obat


FORMULIR IDENTIFIKASI DRPs
No Kategori DRP Identifikasi masalah/penyebab Solusi /pencegahan
1. Butuh terapi obat a. actual: Antiplatelet yi aspirin
tambahan perlu obat untuk terapi peny angina Dosis rendah setiap hari
b. Potensial :
review penggunaan aspirin thdp GTN
dan frekuensi serangan angina, cek
kolesterol
c. Aktual : Medopar
2. Pemberian obat tanpa Potensial: haloperidol tidak tepat indikasi Haloperidol dihentikan
indikasi dan pantau parkinson’s
desease
3. Salah obat -----
4. Dosis obat sub -----
terapeutik
5. Dosis obat berlebih ------
6. Efek obat yang tidak ------
dikehendaki
7. Ketidakpatuhan -------
STUDI KASUS 2 :

Tn. D, 52 thn telah didiagnosa hyperlipidemia dan


dianjurkan diet dan merubah gaya hidup. Tn.D punya
riwayat hipertensi dan Atrial Fibrillation (AF).
TD terakhir : 140/85 mm Hg
Denyut Nadi/Pulse : 40 /menit
Total kolesterol : 8.4 mmol/L statin
Interview pasien :Tn.D mengeluh sering merasa lelah dan
BB bertambah
Terapi obat yang diberikan :
1. Amiodarone 200 mcg diminum setiap pagi
2. Bendroflumethiazide 10 mg setiap pagi
2 b. Identifikasi DRP

Kategori DRP Identifikasi Solusi /pencegahan


masalah/penyebab
1. Tidak perlu obat Potensial: Dosis thiazide diturunkan,
Dosis thiazide konseling pasien & pantau TD
mempengaruhi
hiperlipidemia
4. Reaksi Obat yang Potensial : Cek: Tri iodotironin
merugikan Keluhan pasien mengarah (T3),thiroksin (T4) dan Tiroid
ke hipotiroid dampak Stimulating Hormon (TSH)
dari amiodarone
7. Butuh obat a. aktual: - gol. Statin utk menurunkan
Pasien AF  resiko CV kolesterol

b. Aktual : - Warfarin
Terapi AF belum ada - Konseling
- Pantau International
www.themegalley.com
Normalized Ratio (INR)
Develop
Asumsi care
(defined) plan :
▪ Prioritas tinggi adalah hipotiroid selain itu pasien beresiko CVD, yang dapat
Mempengaruhi penggunaan warfarin.

▪ hyperlipidemia dan dosis bendrofluthiazide yang mempunyai


prioritas lebih rendah selama fungsi kelenjar tiroid masih baik dan dapat
dipantau melalui profil lipid dan total lipid

Langkah selanjutnya:
1. Identifikasi tujuan terapi dan rencanakan tindakan
Apoteker harus menjelaskan solusi dan pencegahan dari MTO/DRP baik ke pasien
maupun dokter penulis resep agar pasien dan dokter setuju atas rencana
pengobatan tsb sehingga tercapai hasil yang pasti.

2. Kembangkan strategi pemantaun pengobatan:


Pasien,apoteker dan dokter bersama-sama merancang jadwal pemantaruan
terapi dengan parameter tsb di atas
www.themegallery.com

3. Terdokumentasi

Anda mungkin juga menyukai