Anda di halaman 1dari 5

70

Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan

TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN

R. Bambang Djajasukmana
Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114, Telp. (0251) 8321762, 8350920, Faks. (0251) 8321762
E-mail: bb_pascapanen@litbang.deptan.go.id

P engolahan lada putih secara tradisional yang biasa


dilakukan petani adalah melalui perendaman buah lada
hasil panen dalam air selama 7-10 hari. Perendaman umumnya
0,50-1 t, setelah diolah akan menjadi lada putih sebanyak 100-
200 kg.
Pada tulisan ini disajikan cara pembuatan alat pengupas
menggunakan air yang kurang bersih dan cara penanganan-
lada yang mencakup bahan yang diperlukan, cara penger-
nya kurang higienis, sehingga biji lada yang dihasilkan ter-
jaan, perakitan, dan uji fungsionalnya.
kontaminasi oleh mikroorganisme, beraroma kurang sedap,
dan kualitasnya kurang baik (Nurdjanah et al. 1999). Untuk
mengatasi masalah ini, dikembangkan pengolahan lada BAHAN DAN METODE
secara mekanis, yaitu tanpa melalui perendaman terlebih
dahulu. Buah lada yang telah dirontokkan lalu dikupas kulit- Percobaan dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah
nya dan dikeringkan. dan Obat (Balittro), Bogor, pada bulan Juli 2004. Alat yang
Terdapat dua tipe alat pengupas lada, yaitu sistem digunakan adalah mesin bubut, mesin las, mesin bor, mesin
dorong dan sistem tarik. Alat pengupas lada sistem dorong gerinda, mesin penyekrap, pemotong logam, alat tap dan snai.
mempunyai kelemahan pada poros yang berputar. Poros yang Bahan yang digunakan serta spesifikasinya disajikan pada
berputar harus menahan beban spiral dan piring pengupas Tabel 1.
yang berputar. Jarak antara poros dan bearing yang menjadi Alat pengupas lada terdiri atas empat bagian utama,
tumpuan spiral dan piring pengupas yang berputar cukup yaitu silinder, ruang pengupas, kerangka alat, dan motor
panjang. Apalagi pada saat poros berputar dan piring penggerak (Gambar 1). Bagian silinder terdiri atas badan
pengupas mendapat beban, beban yang diterima poros silinder dan poros penggerak. Bagian silinder diletakkan
semakin besar, sehingga poros dapat melengkung. Diameter pada alas silinder yang dilengkapi dengan penyangga badan
piring pengupas pada alat pengupas lada sistem dorong silinder dan alas pengatur kerenggangan. Ruang pengupas
lebih kecil dibandingkan dengan alat pengupas lada sistem terdiri atas piring pengupas, spiral pengupas, tutup ruang
tarik. pengupas, dan tempat pemasukan bahan. Kerangka alat
Pada alat pengupas lada sistem tarik, beban yang
diterima poros yang berputar sama yaitu spiral dan piring
pengupas. Jarak antara poros dan bearing tidak terlalu jauh, Tabel 1. Nama bahan dan spesifikasinya yang digunakan dalam
sehingga beban yang diterima poros pada saat berputar tidak pembuatan alat perontok lada, Balittro, Bogor, 2004
terlalu besar dan tekanan yang diberikan bahan lada dari Nama bahan Spesifikasi Keterangan
spiral pada piring berputar tidak menekan ke depan piring Besi pipa Diameter 80/60 mm
pengupas yang diam. Poros/as Diameter 40 mm VCN 40
Besi siku 50 mm x 50 mm
Proses pengolahan lada putih dimulai dari perontokan Besi plat T 18 mm, 8 mm, 6 mm,
lada dari tangkai, dilanjutkan sortasi dengan ayakan ber- 3 mm, 1,20 mm
diameter 6 mm dan 8 mm dan pengupasan kulit. Kerenggangan Bearing Diameter 65 mm
Motor bensin 5,50 PK
piring pengupas dapat diatur sesuai dengan diameter biji
Puli Diameter 3 inci B2, 14 inci B2
lada. Pengolahan lada putih dapat pula melalui perendaman Belt Tipe B
selama 4-7 hari setelah sortasi. Hasil pengupasan lada dicuci Mur baud 6 mm, 8 mm
untuk memisahkan kulit dan butiran lada. Hasil akhir proses Piring karet T 3 mm, elastisitas 55, Fabrikan
pengolahan adalah lada putih dengan kadar air 13%. Dari lada tahan asam, tidak mudah
bertangkai umur 8-9 bulan sebagai bahan baku sebanyak sobek dan lepas
R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan 71

Pemasukan bahan

Ruang pengupas

Ruang pemasukan bahan Piring pengupas


berputar
Piring pengupas diam

Poros
Badan silinder penggerak
Spiral pembawa

Tiang penyangga Puli


Alas geser

Sabuk

Pengeluaran bahan

Motor

Kerangka

Gambar 1. Sketsa alat pengupas lada, Balittro, Bogor, 2004

menjadi tempat kedudukan ruang pengupas, badan silinder, (Gambar 2). Tahap selanjutnya adalah membuat ruang
dan motor penggerak. Gambar 2-4 menunjukkan komponen- pengupas menggunakan bahan besi plat tebal 6 mm, dengan
komponen alat secara rinci. cara menggulung plat membentuk silinder dan mengelasnya.
Tutup dinding silinder depan dan belakang dibuat dari bahan
besi plat tebal 8 mm, dilanjutkan membubut ring tempat tutup
Cara Pengerjaan
dinding depan dan ruang spiral. Kemudian dilakukan pe-
ngelasan dinding belakang dan ring pada silinder.
Tahap pertama pengerjaan alat pengupas lada adalah mem-
buat badan silinder. Bagian ini dibuat dari pipa besi dengan Tahap kedua adalah membuat kerangka alat dari besi
cara membubut rata bagian permukaan dan samping, lalu siku dengan cara memotong dan mengelas masing-masing
membubut tempat bearing dan tutup silinder. Langkah bagian. Kerangka berfungsi sebagai tempat meletakkan
selanjutnya adalah membuat poros penggerak dari bahan ruang pengupas, badan silinder, dan motor penggerak.
baja mengikuti ukuran yang sudah ditentukan. Sisi kiri Penyangga badan silinder poros penggerak dibuat meng-
dibubut bertingkat dengan diameter 30 mm x 20 mm untuk gunakan bahan besi plat tebal 15 mm dengan cara membubut
bearing dan 25 mm x 140 mm untuk tempat puli. Sisi kanan tempat badan silinder. Alas penyangga terbuat dari plat tebal
dibubut dengan diameter 30 mm x 40 mm untuk bearing dan 15 mm. Sisi plat alas disekrap 45° yang berfungsi sebagai
25 mm x 16 mm untuk tempat spiral dengan ulir pengunci pengatur kerenggangan dan sisi miring diketap untuk baut
72 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan

spiral dipasang pada poros dan rapat pada piring pengupas


berputar lalu dikunci dengan baut pada ujung poros.
Pada bagian belakang poros penggerak dipasang puli
14 inci dan motor penggerak ditempatkan pada bagian bawah
kerangka. Puli motor dengan puli poros penggerak dihu-
bungkan dengan sabuk V (V-belt), sehingga poros berputar
bila motor dihidupkan. Alat pengupas yang selesai dirakit
disajikan pada Gambar 5.

Cara Kerja Alat

Butir lada dimasukkan melalui lubang pemasukan bahan dan


akan diteruskan ke ruang spiral yang berfungsi menarik butir
Gambar 2. Badan dan poros silinder pengupas lada, Balittro,
Bogor, 2004

pengunci silinder. Pada masing-masing komponen dilakukan


penyambungan.
Pada sisi silinder ruang pengupas, dibuat tutup pada
bagian bawah tempat pengeluaran bahan. Pada bagian depan
dibuat tutup ruang spiral yang berhubungan dengan tempat
pemasukan bahan. Tutup dibuat terlepas untuk memudah-
kan membuka spiral dan membersihkan alat. Bagian spiral Gambar 3. Spiral pengupas: (a) tampak samping, (b) tampak
dibuat dari bahan plat besi tebal 3 mm, digulung membentuk depan, Balittro, Bogor, 2004

silinder ukuran 100 mm x 100 mm. Daun spiral dibuat meng-


gunakan bahan plat besi tebal 4 mm yang dibubut dengan
lingkaran luar 130 mm dan lingkaran dalam 100 mm dan
dilakukan pengelasan pada permukaan silinder (Gambar 3).
Spiral dipasang pada poros penggerak dan merapat dengan
piring pengupas yang berputar, dan melalui piring pengupas
diam (Gambar 4).

Perakitan Alat
Gambar 4. Karet pengupas lada, Balittro, Bogor, 2004
Poros penggerak dipasang pada badan silinder dan kedua
sisi ditutup. Badan silinder dipasang pada penyangga dan
dikunci dengan memutar baut yang terdapat pada kedua
tiang penyangga lalu dilakukan pengelasan pada alas geser.
Plat miring sebagai alur geser dilas pada alas dan kerangka
alat sehingga badan silinder hanya dapat bergerak ke depan
dan ke belakang untuk mengatur jarak kedua piring pengu-
pas. Ruang pengupas dipasang pada tiang bagian depan
kerangka dengan memasang mur baut bagian dinding
belakang pada tiang. Piring pengupas yang berputar di-
pasang pada poros dalam ruang pengupas dan dikunci
dengan baut sehingga tidak bergeser. Piring pengupas yang Gambar 5. Mesin pengupas lada; (a) tampak depan, (b) tampak
diam dipasang pada tutup depan ruang pengupas, sedangkan samping, Balittro, Bogor, 2004
R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan 73

lada masuk ke celah di antara dua buah piring pengupas. Tabel 2. Hasil uji fungsional proses pengupasan lada di Balittro,
Kerenggangan kedua piring pengupas diatur sesuai diameter Bogor

biji lada. Piring pengupas yang berputar menyebabkan ter- Jumlah Buah lada Biji rusak (%) Warna lada
jadinya tekanan dan gesekan antara butir lada dan piring bahan Perlakuan terkupas
Cacat Pecah hasil proses
pengupas sehingga kulit lada terkelupas dan putaran piring (kg) (%)

pengupas akan membawa biji lada ke luar dari piring pengu- 5 Tanpa perendaman 93,94 3,96 1,40 Coklat
5 Perendaman,
pas. Di samping itu, aliran air juga akan membantu mengeluar-
putaran 300 rpm 97,20 3,17 1,61 Agak putih
kan biji lada dari ruang pengupas (Risfaheri et al. 1992). 5 Perendaman,
Proses pengupasan lada sangat bergantung pada tekan- putaran 350 rpm 95,51 2,41 1,30 Agak putih
5 Perendaman,
an yang diterima dan panjang lintasan buah lada pada piring
putaran 400 rpm 92,37 2,05 1,23 Agak putih
pengupas. Ukuran diameter piring dan elastisitas karet
Sumber: Hidayat et al. (2002)
pengupas yang digunakan 250 mm dengan elastisitas 55
(Hidayat dan Risfaheri 2001).

Uji Fungsional kukan pengelompokan buah lada berdasarkan diameter buah


sehingga ukurannya seragam. Hal ini dimaksudkan untuk me-
Uji fungsional alat dilakukan dengan menguji pengatur jarak mudahkan dalam mengatur kerenggangan piring pengupas
kerenggangan piring pengupas yang harus mudah digeser sehingga persentase lada yang tidak terkupas, pecah, dan
dan tidak mudah bergerak pada saat dikunci. Kedudukan cacat menurun. Buah lada pada umumnya berdiameter 6-8
piring pengupas pada saat berputar harus sejajar dan ke- mm, sehingga diperlukan alat sortir buah sebelum
renggangan tidak berubah. Tingkat kecepatan yang diguna- dimasukkan ke dalam ruang pengupasan.
kan yaitu 300, 350, dan 400 rpm. Uji fungsional menggunakan
Penggunaan karet dengan kelenturan 55 cukup baik
5 kg lada dengan kerenggangan piring pengupas 3,50 mm.
untuk proses pengupasan. Untuk memisahkan kulit hasil
Sebelumnya, diameter biji lada diukur untuk menentukan
kupasan, diperlukan alat pemisah kulit untuk mengganti
kerenggangan piring pengupas. Pengamatan dilakukan pada
proses pemisahan kulit yang selama ini masih menggunakan
lada yang terkupas, lada cacat, dan lada pecah.
cara pengayakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil uji fungsional dan kinerja alat menunjukkan bahwa alat
Alat pengupas lada yang sudah dirancang dan diuji coba
pengupas ini berkapasitas 60-70 kg lada segar/jam (Hidayat
pada pengolahan lada putih dapat mempersingkat waktu
et al. 1992). Warna lada hasil pengupasan agak kecoklatan.
yang dibutuhkan untuk pengupasan lada dibandingkan
Persentase buah lada yang terkupas adalah 93,94% pada
dengan pengupasan melalui perendaman. Penggunaan alat
pengupasan tanpa perendaman dan tingkat kematangan
pengupas juga dapat mengurangi kontaminasi mikroorganis-
buah 70%, sedangkan dengan perendaman, persentase buah
me yang dapat menurunkan kualitas lada.
yang terkupas 97,20% pada putaran piring pengupas 300 rpm.
Makin tinggi putaran piring pengupas, persentase pengupas- Alat pengupas lada berkapasitas 60-70 kg lada segar/
an menurun (Hidayat et al. 2002) (Tabel 2). jam, dengan persentase pengupasan 93,94% jika tanpa
perendaman akan meningkat menjadi 97,20% dengan peren-
Hasil uji coba pengupasan pada buah lada segar agak
daman pada putaran 300 rpm. Warna biji lada hasil pengupas-
berat, terlihat dari kulit hasil kupasan yang pada umumnya
an tanpa perendaman berwarna coklat, dan bila dengan
terbelah dua. Hal ini karena buah lada segar memiliki kulit
perendaman warnanya agak putih. Alat pengupas lada perlu
yang keras. Untuk memudahkan proses pengupasan, pengu-
disempurnakan, baik bentuk maupun teknologinya.
pasan dapat dilakukan secara kombinasi dengan perendaman
buah lada selama empat hari agar kulit menjadi lunak (Hidayat
et al. 2002). Cara kombinasi ini dapat meningkatkan kapasitas DAFTAR PUSTAKA
pengupasan.
Hidayat, T. dan Risfaheri. 2001. Pengaruh diameter piringan dan
Faktor lain yang perlu diperhatikan pada pengupasan elastisitas karet pengupas terhadap kinerja alat pengupas lada
lada adalah keseragaman diameter buah. Untuk itu perlu dila- tipe piringan. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 7(1): 11-17.
74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan

Hidayat, T., Risfaheri, dan M.P. Laksmanahardja. 1992. Rancang Nurdjanah, N., T. Marwati, dan B.S. Sembiring. 1999. Analisis sifat
bangun dan uji coba alat pengupas lada tipe piringan. fisika kimia kulit lada dan air perendaman pada pengolahan lada
Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri XVII(3): 61-67. putih tradisional. Laporan Penelitian 1.A. 1998/1999, Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. 11 hlm.
Hidayat, T., Risfaheri, dan N. Nurdjanah. 2002. Pengaruh per-
lakuan buah lada sebelum pengupasan dan kecepatan putaran Risfaheri, T., Hidayat, dan M.P. Laksmanahardja. 1992. Pengem-
piringan terhadap kinerja alat pengupas lada yang dimodifikasi. bangan alat pengupas lada tipe piringan dengan analisis
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat XIII(1): 9-14. ekonominya. Buletin Penelitian Tanaman Industri 3: 47-54.

Anda mungkin juga menyukai