Anda di halaman 1dari 56

Buku Pedoman Energi Efisiensi

untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia

1 Pengembang dan Pemilik


Bangunan Gedung

Energy Efficiency and Conservation


Clearing House Indonesia
Buku Pedoman Energi Efisiensi
untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia
1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung

Edisi Pertama 2012


Buku Pedoman Energi Efisiensi
untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia

1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung

Edisi Pertama 2012

Energy Efficiency and Conservation Kementerian Energi


Clearing House Indonesia dan Sumber Daya Mineral
Penulis:
• Billy Gunawan, ASHRAE Indonesia Chapter, PT. GLWCA
• Budihardjo, Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia
• Jimmy S. Juwana, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN)
• Jimmy Priatman, Universitas Petra Surabaya, Archi Metric, Surabaya
• Wahyu Sujatmiko, Kementerian Pekerjaan Umum, Kandidat PhD di Institut Teknologi Bandung
• Totok Sulistiyanto, Konsultan Teknik Mesin, Listrik, dan Energi, (EINCOPS) - koordinator tim editor

Ucapan Terima Kasih:


• Ibu Maryam Ayuni yang telah memberikan dukungan bagi dokumen ini atas nama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia.
• Jesper Vauvert dari Danish Energy Management A/S yang telah menjadi ketua tim ESP2 component 2 (EINCOPS) untuk proyek ini dan memberikan
komentar bagi versi akhir buku pedoman ini.
• Mogens Krighaar dari Danish Energy Management A/S yang telah menjadi ketua tim ESP2 component 2 (EINCOPS) proyek ini.
• Floris Van der Walt yang telah menyiapkan daftar isi serta meninjau berbagai versi dokumen yang telah dikeluarkan.
• Kirsten Mariager yang telah meninjau dan memberikan komentar selama penyusunan buku pedoman ini.
• Totok Sulistiyanto yang telah memimpin kelompok penulis buku pedoman ini, dan didukung oleh Lestari Suryandari dan Yodi Danusastro dari
GBCI, syang menyiapkan Studi Kasus.
• Billy Gunawan yang telah menulis sebagian besar Bab 6 dalam Bagian 1 dan Bab 6 dan 8 dalam Bagian 2, Budihardjo yang telah menulis Bab 3
dalam Bagian 1 dan Bab 5 dan 9 dalam Bagian 2, Jimmy S. Juwana yang telah menulis sebagian besar Bab 1, 2, 5, 8 dalam Bagian 1 dan Bab 2, 7,
9 dalam Bagian 2, Jimmy Priatman yang telah menulis sebagian besar Bab 7 dalam Bagian 1 dan Bab 3, 4 6 dalam Bagian 2, serta seluruh penulis
yang telah memberikan komentar berguna pada bab-bab lain. Jatmika Adi Suryabrata, Herman Endro, M. Idrus Alhamid, Ignesjz Kemalawarta,
dan Rana Yusuf Nasir yang telah menjadi panelis ahli yang telah berbagi ide, keahlian, serta pemahanman teori efisiensi energi dalam bidang
masing-masing.
• Wahyu Sujatmiko yang telah menyiapkan lampiran laporan iklim.
• Sinarmas Land Plaza, ITSB Deltamas, Kementerian Pekerjaan Umum, PT. Dahana, and BCA Tower Grand Indonesia yang telah memberikan materi
untuk Studi Kasus.
• Steven Ellis (EINCOPS) yang telah melakukan proof-read untuk versi Bahasa Inggris.
• Ivan Ismed (EINCOPS) yang telah meninjau terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia.

Satuan Tugas (Task Force) yang mewakili pemangku kepentingan, selain penulis, telah meninjau berbagai draft dari Buku Pedoman seiring penyusunannya
dan juga membantu proses penyusunan. Berikut adalah anggota-anggota dari Satuan Tugas ini:

Jatmika Adi Suryabrata, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta; Herman Endro, HTII – ALKI (Asosiasi Industri Luminer dan Kelistrikan
Indonesia); M. Idrus Alhamid, Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia; Ignesjz Kemalawarta, Sinarmas Land - BSD City; Rana Yusuf Nasir, GBCI
- Direktur Teknologi dan Rating; Jimmy S. Juwana, LPJKN - Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN); Jesper Vauvert - Danish Energy
Management A/S; Totok Sulistiyanto - (EINCOPS); Floris Van Der Walt - Stategic Environmental Focus S. A. ; Kirsten Mariager - Danish Energy Mangement A/S.

Tim untuk proyek ini: Energy Efficiency in Industrial, Commercial and Public Sector (EINCOPS) dan staf Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan
Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia telah memberikan dukungan dan dorongan penuh dalam penyusunan
dokumen ini. DANIDA telah mendanai proyek ini. (kontrak no.: 104.INDO.1.MFS.4).

Komentar dan rekomendasi untuk perbaikan dapat dikirim ke:

Direktorat Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Indonesia. Annex Building Lt. 5, Jl. H. R. Rasuna Said Blok X-2, Kav 07-08. Kuningan, Jakarta 12950. Tel: +62 21 5225180 ext. 2514, Tel/Fax: +62 21
5224483, email: harrisyh@yahoo.com atau rahadian.arafat@gmail.com, website: www.konservasienergi.info

atau kepada koordinator tim editor:


Totok Sulistiyanto email: totok.sulis@cbn.net.id

Edisi Pertama diterbitkan oleh Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia di bawah Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan
Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia

© Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Indonesia, Danish Energy Management A/S, dan seluruh penulis. All rights reserved, 2012

ISBN: 978-602-17264-0-2 (no.jil.lengkap)


978-602-17264-1-9 (jil 1).jpg

Desain Grafis dan Produksi: Kira Kariakin, Danish Energy Management A/S
Box Breaker.

Fotografi: ©istockphoto.com (content); GBCI (cover).

Dicetak di Jakarta, Indonesia


Prakata
Buku Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia merupakan output dari
program Efisiensi Energi di Sektor Industri, Komersial, dan Publik (EINCOPS/Energy Efficiency in Industrial,
Commercial and Public Sector). Program ini didukung oleh Pemerintahan Denmark kepada Pemerintahan
Indonesia dalam bidang Efisiensi Energi melalui program pendanaan yang disebut dengan Danish
International Development Assistance – Environmental Support Programme II (DANIDA – ESP II),
Component 2. Tujuan dari aktivitas EINCOPS ini adalah untuk mempromosikan efisiensi energi di seluruh
Indonesia melalui berbagai aktivitas, yang sejalan dengan upaya-upaya internasional dan nasional dalam
rangka meningkatkan upaya-upaya efisiensi energi dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Buku Pedoman Efisiensi Energi ini menyajikan gambaran umum yang menyeluruh, saran dan referensi yang
mutakhir, serta panduan praktis yang ditujukan kepada pemilik/pengembang bangunan mengenai cara-
cara mendesain bangunan untuk meminimalisasi penggunaan energi dan pada saat yang bersamaan masih
memenuhi kebutuhan kenyamanan, kesehatan, dan keamanan di dalam bangunan.

Program efisiensi dan konservasi energi di tingkat nasional bertujuan untuk mengurangi subsidi energi,
mengurangi kesenjangan antara persediaan dan permintaan energi, mengurangi emisi gas rumah kaca
yang mempengaruhi pemanasan global dan perubahan iklim, serta meningkatkan daya saing energi
nasional. Konservasi energi harus menjadi bagian dari seluruh tahap manajemen energi, mulai dari energi
berkelanjutan hulu (eksplorasi, eksploitasi, pengilangan, tenaga listrik, dan lain-lain) hingga penggunaan
energi hilir di seluruh sektor seperti yang ditetapkan dalam UU No. 30/2007 tentang Energi dan Peraturan
Pemerintah No. 70/2009 yang mengatur pelaksanaan konservasi energi. Pada saat ini, persentase konsumsi
energi di sektor komersial dan bangunan hanya berkisar 4% dari keseluruhan konsumsi energi nasional
(industri 39,4%; transportasi 32,2%; penggunaan non-energi 10,5%; rumah tangga 10,2%; lain-lain 3,4%),
namun dalam 20 tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi dalam sektor komersial dan bangunan
mencapai persentase tertinggi pada 8,58% (industri 5,1%; transportasi 6,4%; penggunaan non-energi 5,4%;
rumah tangga 3,1%, lain-lain 0,03%).

Buku Pedoman Efisiensi Energi ini terbagi dalam tiga bagian: 1) untuk pemilik, pengembang, dan investor
bangunan; 2) untuk desainer profesional; dan 3) studi kasus efisiensi energi. Bagian 1 dapat digunakan
oleh pemilik, pengembang, dan investor bangunan untuk memandu tim pengembangan proyek dalam
mempertimbangkan analisis biaya untuk memastikan target konsumsi energi yang rendah, dan pada
saat yang bersamaan menuntut konsep desain yang lebih baik dan membangun secara lebih efisien
dengan cara-cara yang lebih ramah lingkungan. Bagian 2 ditujukan untuk para desainer profesional,
arsitek, dan insinyur di bidang mekanik, listrik, struktur, dan lansekap untuk memandu desain mereka
agar memaksimalkan pencapaian efisiensi energi baik untuk bangunan baru maupun untuk me-retrofit
bangunan yang sudah ada. Sebagai panduan tambahan, Bagian 2 juga berisikan pedoman teknis yang
komprehensif yang dapat digunakan sebagai persiapan untuk pengembangan standar (SNI) dan kode
untuk bangunan di masa depan. Standar-standar serta kode-kode ini akan menjadi dasar acuan mendesain
bangunan dengan mempertimbangkan masalah biaya, efisiensi, lingkungan, serta kesehatan.

Akhir kata, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada para penulis, tim ahli, pemangku kepentingan,
dan seluruh pihak yang terlibat dalam persiapan dan pengembangan Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk
Desain Bangunan Gedung di Indonesia.

Maryam Ayuni
Direktor Konservasi Energi.
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbakuran dan Konservasi Energi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 5
Daftar Isi
Prakata5
1. Pendahuluan 9
1.1 Latar Belakang 9
1.2 Gambaran Umum 9
1.2.1 Tujuan Buku Pedoman 9
1.2.2 Untuk siapa buku pedoman ini ditujukan? 10
1.2.3 Struktur Buku Pedoman 11
1.2.4 Klasifikasi bangunan 11
1.2 5 Standar, kode, dan regulasi 12

2. Motivasi untuk Pengembang dan Pemilik Bangunan 13


2.1 Tren Efisiensi Energi di Indonesia 14
2.2 Prinsip-Prinsip Dasar 15
2.3 Manfaat 16
2.4 Kendala 16
2.4.1 Beberapa alasan mengapa bangunan tidak hemat energi 17
2.5 Argumen Pendukung Efisiensi Energi 17

3. Brief Desain 19
3.1 Latar Belakang Proyek 20
3.2 Tujuan Proyek 20
3.3 Syarat-Syarat Proyek 20
3.3.1 Perencanaan spasial 20
3.3.2 Spesifikasi lingkungan dalam ruangan 20
3.3.3 Syarat pencahayaan 21
3.3.4 Pertimbangan estetika 22
3.4 Peluang dan Kendala 22
3.4.1 Situs 22
3.4.2 Iklim 22
3.4.3 Anggaran 22
3.4.4 Waktu 23
3.5 Target Kinerja 23

6 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
3.5.1 Keuangan 23
3.5.2 Energi 23
3.5.3 Target kinerja lingkungan 23
3.5.4 Target pemeliharaan dan siklus hidup 24
3.6 Skema Rating Bangunan Hijan 24
3.7 Pendekatan Desain 24
3.7.1 Strategi pengadaan 24
3.7.2 Pendekatan desain terintegrasi 25
3.7.3 Perencanaan dan lansekap 25
3.7.4 Desain struktural dan selubung 26
3.7.5 Desain pencahayaan dan listrik 26
3.7.6 Desain HVAC  26
3.7.7 Program simulasi komputer 27
3.8 Operasi dan Pemeliharaan 28
3.9 Materi Referensi 28

4. Proses Desain Terintegrasi (Integrated Design Process/IDP)29


4.1 Definisi Proses Desain Terintegrasi 29
4.2 Manfaat IDP 29
4.3 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam IDP 30
4.4 Ciri Khas IDP 30

5. Analisis Biaya Siklus Hidup 32


5.1 Gambaran Umum 32
5.2 Keuntungan dan Penggunaan Analisis Biaya Siklus Hidup 32
5.3 Elemen-Elemen Analisis Biaya Siklus Hidup 33
5.3.1 Biaya Awal 33
5.3.2 Biaya masa depan 33
5.4 Biaya vs. Penghematan dalam Upaya Efisiensi Energi 35
5.5 Kesimpulan 38
5.5.1 Rangkuman 38
5.5.2 Tren Efisiensi Energi internasional 38

6. Operasi dan Pemeliharaan 39


6.1 Tanda-Tanda Peringatan Inefisiensi Energi dalam Bangunan yang Sudah Berdiri 39
6.2 Memahani Bangunan yang Sudah Berdiri 39

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 7
6.2.1 Modelling Bangunan yang Sudah Berdiri 40
6.2.3 Sistem manajemen energi 41
6.2.4 Perilaku manusia 43
6.3 Commissioning dan Tuning Bangunan 44
6.3.1 Mengapa commissioning dan tuning yang layak penting untuk dilakukan?  44
6.4 Apakah Commissioning?44
6.4.1 Percobaan 46
6.4.2 Commissioning  46
6.4.3 Pelatihan 46
6.4.4 Pengawasan 46
6.4.5 Tuning46
6.5 Retro-commissioning, Retrofit & Pembaharuan (Refurbishment)46
6.5.1 Biaya vs. penghematan 47
6.5.2 Keuntungan retrofit dan pembaharuan (refurbishment) untuk efisiensi energi 47
6.5.3 Pemeliharaan dan tuning sistem47
6.6 Peralatan Hemat Energi 47

7. Rangkuman Panduan Teknis 48


8. Kesimpulan 50
8.1 Rangkuman 50
8.2 Standar, Regulasi, dan Kode Indonesia 51
8.3 Tren Efisiensi Energi Internasional 51

9. Referensi 52

8 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang revisi berikutnya akan tersedia dalam bentuk PDF
Program “Efisiensi Energi di Sektor Industri, di situs web Energy Efficiency and Conservation
Komersial, dan Publik” (Energy Efficiency in Clearing House Indonesia (EECCHI) di alamat http://
Industrial, Commercial, and Public Sectors/ www.konservasienergiindonesia.info.
EINCOPS) merupakan hasil kerja sama antara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 1.2 Gambaran Umum
Indonesia dengan DANIDA (Danish International
Development Assistance/Bantuan Pembangunan Buku Pedoman Efisiensi Energi untuk Sektor
Internasional Denmark), yang dimulai pada tahun Bangunan di Indonesia ini disusun untuk
2008 untuk mendukung kebijakan pemerintahan menyediakan informasi mengenai desain
Indonesia dalam mencapai tujuan berikut: bangunan hemat energi di Indonesia berdasarkan
pengalaman dan metode internasional
“Langkah-langkah efisiensi energi mulai diadopsi yang disesuaikan dengan kondisi iklim fisik,
secara berangsur-angsur oleh pengguna energi sosial, dan ekonomi di Indonesia. Tujuan dari
di sektor industri, komersial, dan publik dimulai penyusunan Buku Pedoman ini adalah untuk
dari kelas yang besar.” Cara ini ditempuh agar menginformasikan serta menyediakan panduan-
dapat mencapai tujuan pembangunan dalam panduan praktis dan teknis mengenai cara-cara
rangka mendukung “Manajemen Lingkungan mengembangkan, mendesain, mengoperasikan,
Berkelanjutan untuk Kebutuhan Penghidupan di dan memelihara bangunan yang hemat energi. Buku Pedoman Efisiensi
Indonesia.” Buku Pedoman ini secara spesifik ditargetkan Energi untuk Desain
untuk dimanfaatkan oleh para pemain kunci Bangunan Gedung di
Salah satu aktivitas dalam proyek ini adalah yang berperan dalam pengembangan berbagai Indonesia ini disusun
menyusun Buku Pedoman Efisiensi Energi untuk bangunan: pertama, pemilik/pengembang untuk menyediakan
Desain Bangunan Gedung di Indonesia. Hal ini bangunan sebagai penggerak dan pengambil informasi mengenai
dilakukan melalui proses konsultasi dengan para keputusan dalam proyek; dan kedua, konsultan desain bangunan
pemangku kepentingan utama serta pihak-pihak sebagai desainer dan pelaksana ide-ide hemat energi di
yang berkompeten, yang terdiri dari ahli-ahli pengembangan konsep bangunan. Indonesia berdasarkan
bangunan dari berbagai disiplin yang relevan pengalaman dan
melalui diskusi panel dan workshop. 1.2.1 Tujuan Buku Pedoman metode internasional
yang disesuaikan
Buku pedoman ini diharapkan akan selalu direvisi Tujuan dari penyusunan Buku Pedoman ini dengan kondisi iklim
secara berkala pada tahun-tahun mendatang adalah menginformasikan, mendidik, membantu, fisik, sosial, dan
untuk memastikan kemutakhiran, sesuai dengan dan menciptakan kesadaran mengenai ekonomi di Indonesia.
perkembangan ilmu pengetahuan dan regulasi segala isu yang berhubungan dengan desain
di sektor bangunan. Buku pedoman ini dan revisi- bangunan hemat energi baik bagi para pemilik/

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 9
Buku Pedoman untuk
Desain Bangunan
Gedung di Indonesia

Part 1 Part 2 Part 3


Untuk Pengemang Paduan Desain Teknis Studi Kasus
dan Pemilik Bangunan dan Informasi Tambahan

Gambar 1. Struktur Buku Pedoman

pengembang bangunan, maupun konsultan, pengembang bangunan dan operator dan


desainer, dan specifier dalam proyek bangunan. difokuskan pada kebijakan dan informasi umum
mengenai biaya dan keuntungan (cost-benefit)
Selain itu, Buku Pedoman ini juga diharapkan dari bangunan hemat energi. Dalam bagian
dapat membuat seluruh pihak yang terlibat ini juga terdapat rangkuman dari aspek-aspek
dalam proses pendirian bangunan sadar akan utama yang mempengaruhi desain bangunan
tanggung jawab dan dampak potensial dari hemat energi. Tujuan dari bagian ini adalah untuk
tingkat efisiensi energi suatu bangunan, baik memandu pemilik dan pengembang bangunan
dalam tahap desain maupun konstruksi. dalam mengambil suatu keputusan yang tepat,
terutama yang berkaitan dengan manfaat dari
Pemilik dan pengembang bangunan dapat implementasi bangunan yang hemat energi.
menggunakan panduan-panduan yang terdapat
dalam Buku Pedoman untuk menambah Bagian kedua, yang ditujukan untuk tim proyek,
informasi mengenai isu-isu, keuntungan, serta desainer dan specifier, memberikan informasi
kendala yang berhubungan dengan desain teknis yang lebih rinci mengenai prosedur desain
hemat energi, serta untuk memastikan bahwa untuk mencapai efisiensi energi yang optimal
mereka dapat menginstruksikan kepada tim dalam bangunan sehingga akan mempengaruhi
proyeknya untuk mendesain bangunan hemat modal dan biaya operasional secara postiif.
energi.
Bagian ketiga ditujukan untuk seluruh pihak
Tim konsultan dapat menggunakan Buku yang terlibat dalam proyek sehingga dapat
Pedoman ini sebagai materi inspirasi dan memahami implikasi dari desain efisiensi energi
edukasi untuk meyakinkan klien mereka akan melalui contoh-contoh nyata. Studi kasus yang
manfaat dan pentingnya desain hemat energi ditampilkan di sini bertujuan untuk memotivasi
serta sebagai sumber referensi untuk isu-isu dan dan menginspirasi baik pemilik/pengembang
pengetahuan yang diperlukan dalam mendesain bangunan maupun tim konsultan untuk
Pemilik dan bangunan hemat energi. Oleh karena itu, Buku
pengembang bangunan Pedoman ini dapat memastikan, memahami, dan
dapat menggunakan berpartisipasi dalam diskusi dengan desainer
panduan-panduan dan/atau konsultan teknik untuk mencapai BRIEF DESAIN
yang terdapat dalam bangunan hemat energi, baik untuk konstruksi
Buku Pedoman baru maupun retrofit.
untuk menambah
ANALISIS PROSES
informasi mengenai Terakhir, Buku Pedoman ini bertujuan untuk
BIAYA SIKLUS DESAIN
isu-isu, keuntungan, memastikan seluruh pihak yang berperan dalam
HIDUP TERINTEGRASI
serta kendala yang desain dan konstruksi bangunan maupun retrofit
berhubungan dengan bangunan yang sudah berdiri dapat memiliki
desain hemat energi, pemahaman dan sudut pandang yang sama akan
serta untuk memastikan efisiensi energi. OPERASI DAN
PEMELIHARAAN
bahwa mereka dapat
menginstruksikan 1.2.2 Untuk siapa buku pedoman ini ditujukan?
kepada tim proyeknya
untuk mendesain Buku Pedoman ini terdiri dari tiga (3) bagian. Gambar 2. Empat aspek utama dalam desain hemat
bangunan hemat energi. energi yang dikontrol oleh pengembang.
Bagian pertama ditujukan untuk para pemilik/

10 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
IKLIM
mencapai konservasi energi yang optimal melalui INDONESIA
desain yang efektif.

1.2.3 Struktur Buku Pedoman PENGADAAN DAN KENYAMANAN


KONSTRUKSI MANUSIA

Bagian 1. Efisiensi energi untuk pengembang dan


pemilik bangunan

Bagian 1 khusus ditujukan untuk pemilik dan DESAIN


pengembang bangunan dalam rangka memandu HEMAT
mereka untuk mempertimbangkan: ENERGI
SISTEM DESAIN SOLAR
a. Pentingnya menyusun brief desain yang BANGUNAN PASIF
layak dan komprehensif untuk memandu tim
proyek dalam mendirikan bangunan yang
paling hemat energi dengan menggunakan
anggaran yang tersedia.
KINERGA SELUBUNG
b. Pentingnya implementasi Proses Desain ENERGI BANGUNAN
Te-rintegrasi (Integrated Design Process) untuk
memastikan optimalisasi efisiensi energi
Gambar 3. Tujuh aspek utama dalam desain hemat energi yang dikontrol oleh
melalui kolaborasi desain yang efektif.
tim desain.
c. Dampak investasi modal dan biaya berjalan
suatu proyek dan hubungannya dengan energi bangunan serta bagaimana integrasi
biaya siklus hidup keseluruhan suatu proyek sistem dapat menghasilkan keuntungan
(jangka panjang). utama dari sudut pandang efisiensi energi.

d. Pentingnya pemeliharaan serta manaje-


men bangunan hemat energi yang layak g. Terakhir, pentingnya memastikan imple-
sehingga operasinya tetap dijalankan sesuai mentasi desain yang sebaik mungkin melalui
parameter desain yang ada. proses pengadaan yang efektif, kontrol
kualitas, serta pengujian, pengukuran, dan
Bagian 2. Panduan desain teknis efisiensi energi verifikasi parameter pada bangunan yang
sudah didirikan.
Bagian 2 terdiri dari panduan praktis dan strategi
desain untuk mencapai desain bangunan yang 1.2.4 Klasifikasi bangunan
hemat energi dengan fokus spesifik untuk
membantu tim desain memahami prinsip serta B Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
pengaruh dari: Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
fungsi bangunan diklasifikasikan ke dalam
a. Pentingnya pemahaman akan dampak iklim lima kelompok. Selain itu, menurut Peraturan
pada strategi desain yang hemat energi. Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
b. Pentingnya pengaruh kenyamanan ma- 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, setiap
nusia dan lingkungan dalam ruangan yang fungsi bangunan diklasifikasikan sebagai berikut:
nyaman untuk mencapai efisiensi energi
yang maksimal. • hunian, sebagai tempat tinggal manusia,
yang meliputi rumah tinggal tunggal, rumah Terakhir, Buku Pedoman
c. Pentingnya aplikasi prinsip desain solar tinggal deret, rumah tinggal susun, atau ini bertujuan untuk
pasif dasar dalam mengoptimalkan desain rumah tinggal sementara. memastikan seluruh
untuk efisiensi energi yang maksimal. • keagamaan, sebagai tempat melakukan pihak yang berperan
ibadah, yang meliputi masjid, gereja, biara, dalam desain dan
d. Pentingnya peran desain selubung ban- sinagoga, dan kuil. konstruksi bangunan
gunan yang efektif bagi efisiensi energi • usaha, sebagai tempat melakukan kegiatan maupun retrofit
keseluruhan bangunan. usaha, yang meliputi bangunan perkantoran, bangunan yang sudah
perdagangan, perindustrian, perhotelan, berdiri dapat memiliki
e. Pemahaman akan kinerja bangunan mela- wisata dan rekreasi, terminal, dan bangunan pemahaman dan sudut
lui berbagai jenis simulasi dan modelling. tempat penyimpanan. pandang yang sama
• sosial dan budaya, sebagai tempat akan efisiensi energi.
f. Dampak sistem bangunan terhadap efisiensi melakukan kegiatan sosial dan budaya yang

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 11
meliputi bangunan pelayanan pendidikan,
Berdasarkan Undang- pelayanan kesehatan dan rumah sakit,
Undang Nomor 28 laboratorium, dan bangunan pelayanan
Tahun 2002 tentang umum.
Bangunan Gedung, • fungsi khusus, sebagai tempat melakukan
fungsi bangunan kegiatan khusus seperti fasilitas reaktor
diklasifikasikan ke nuklir, fasilitas pertahanan dan kemanan, dan
dalam lima kelompok: bangunan lain yang dirahasiakan.
hunian, keagamaan,
usaha, sosial dan Meskipun klasifikasi bangunan ini tidak tampak
budaya, fungsi khusus berhubungan langsung dengan konsumsi
energi, perlu dipahami bahwa penggunaan atau
fungsi bangunan memiliki pengaruh langsung
terhadap desain, sistem, dan operasi bangunan.
Aspek-aspek ini kemudian akan mempengaruhi
konsumsi energi dan efisiensi energi potensial
suatu bangunan secara signifikan.

1.2 5 Standar, kode, dan regulasi

Berikut adalah sejumlah standar, kode, dan


regulasi untuk mendukung efisiensi energi pada
bangunan:

a. Standar
Standar Nasional Indonesia (SNI) secara
umum digunakan sebagai referensi untuk
desain bangunan. Daftar standar yang
secara umum digunakan dilampirkan pada
Lampiran 1.

b. Kodes
Pada saat ini masih terdapat sedikit kode yang
dapat digunakan untuk desain bangunan
dan kebanyakan terkait dengan aspek
keselamatan dan keamanan; belum ada yang
terkait secara spesifik dengan efisiensi energi
dalam bangunan

c. Regulasi
Regulasi yang berkaitan dengan desain
bangunan dikeluarkan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum (PERMEN PU). Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (PERMEN
ESDM) juga telah mengeluarkan regulasi
mengenai efisiensi energi. Regulasi-regulasi
ini dicantumkan dalam Bagian 3.

12 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
2. Motivasi untuk Pengembang dan Pemilik Bangunan
Sejumlah Ilmuwan telah memprediksi bahwa operasi bangunan. Perkiraan menunjukan
dalam beberapa tahun mendatang, sumber- bahwa desain yang ramah lingkungan dengan
sumber tak terbarukan, seperti minyak, gas alam, menggunakan teknologi yang tersedia di dalam
dan batu bara, akan semakin langka dan tidak bangunan dapat mengurangi konsumsi energi
dapat diakses. ventilasi dan pendinginan hingga 30 persen dan
keperluan energi pencahayaan hingga setidaknya
Hal ini akan memiliki dampak yang sangat besar 50 persen.
terhadap penggunaan energi di masa depan,
sehingga dua langkah dasar harus dijalankan: Pemilik dan pengembang bangunan dapat
memulai inisiatif konservasi energi dengan
• Pengembangan sumber-sumber energi merencanakan desain bangunan yang hemat
terbarukan alternatif oleh Pemerintah, energi dari awal. Bangunan hemat energi
dan. yang didesain secara layak akan menghasilkan
• Implementasi konservasi energi berskala tagihan utilitas yang lebih rendah dibandingkan
besar di sektor publik dan privat bangunan konvensional (bangunan tanpa
(swasta). Seluruh area industri harus strategi efisiensi energi). Efisiensi energi juga
mengimplementasikan kebijakan efisiensi merupakan bagian dari gerakan yang lebih Bangunan tentunya
energi. besar menuju kehidupan berkelanjutan dan oleh menjadi bagian dari
sebab itu, harus meliputi isu sumber daya lainnya, beban lingkungan
Bangunan tentunya menjadi bagian dari beban seperti konservasi air. hidup yang besar. Hal
lingkungan hidup yang besar. Hal ini dibuktikan ini dibuktikan oleh
oleh data bahwa bangunan menghasilkan 50 Meningkatkan efisiensi energi dalam desain data bahwa bangunan
persen total pengeluaran energi di Indonesia dan bangunan tidak hanya menghasilkan keuntungan menghasilkan 50 persen
lebih dari 70 persen konsumsi listrik keseluruhan. finansial selama siklus hidup bangunan, namun total pengeluaran
Bangunan juga bertanggung jawab bagi 30 juga dapat berkontribusi bagi kehidupan energi di Indonesia
persen emisi gas rumah kaca, serta menggunakan orang banyak dalam hal lingkungan hidup dan lebih dari 70
30 persen bahan baku yang diproduksi. (keberlanjutan keseluruhan) dan keuntungan persen konsumsi listrik
yang berkaitan dengan infrastruktur, contohnya: keseluruhan. Bangunan
Sekitar 50 persen penggunaan energi pada juga bertanggung
bangunan disebabkan oleh proses-proses a. Pemerintah dapat mengalokasikan sumber jawab bagi 30 persen
yang diperlukan untuk menciptakan iklim daya energi dan keuangan untuk keperluan emisi gas rumah kaca,
dalam ruangan buatan melalui pemanasan, lain. serta menggunakan
pendinginan, ventilasi, dan pencahayaan. b. Penggunaan energi yang lebih rendah 30 persen bahan baku
Konsumsi energi bangunan pada umumnya membutuhkan produksi energi yang lebih yang diproduksi.
memakan sekitar 25 persen dari total biaya rendah pula sehingga terjadi pengurangan

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 13
Mall, Toko dan Jasa = 350 - 500 kWh/m2/y

Ruman Sakit = 320 - 450 kWh/m2/y

Apartemen = 300 - 400 kWh/m2/y

Hotel = 290 - 400 kWh/m2/y

Perkantoran = 210 - 285 kWh/m2/y

Pendidikan = 165 - 295 kWh/m2/y

Gambar 4. .Tipe-Tipe Bangunan dan Indeks Efisiensi Energi

keperluan untuk pembangunan infrastruktur 2.1 Tren Efisiensi Energi di Indonesia


secara keseluruhan serta pengurangan CO2
dan gas rumah kaca lainnya. Indonesia memiliki banyak potensi untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan energi,
c. Bangunan yang didesain secara termasuk di sektor bangunan, dan kini sedang
berkelanjutan cenderung lebih user-friendly menjalani kemajuan yang signifikan dalam
dan dapat meningkatkan produktivitas dan bidang efisiensi energi. Jakarta baru saja
kualitas penghuninya. meluncurkan Peraturan Gubernur Nomor 38
Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung Hijau
Pada saat ini, data yang tersedia di Indonesia yang memberikan landasan wajib mengenai
mengenai konsumsi energi di tipe-tipe syarat-syarat efisiensi energi bagi bangunan
Meningkatkan efisiensi bangunan yang berbeda masih terbatas, namun besar. Pergub No. 38 Tahun 2012 ini juga
energi dalam desain berdasarkan pengalaman lokal dan penelitian mensyaratkan penggunan energi wajib (W/
bangunan tidak internasional, diperkirakan bahwa konsumsi m2) yang dapat digunakan untuk menetapkan
hanya menghasilkan tipe-tipe bangunan yang berbeda adalah seperti patokan (benchmark) penggunaan energi untuk
keuntungan finansial yang digambarkan di Gambar 4. Angka-angka bangunan di Jakarta.
selama siklus hidup ini juga digunakan dalam Peraturan Gubernur
bangunan, namun juga DKI Jakarta tentang Bangunan Gedung Hijau Terdapat pula rencana-rencana serupa dalam
dapat berkontribusi bagi untuk menghitung Indeks Efisiensi Energi peraturan bangunan hijau di kota besar dan
kehidupan orang banyak (Energy Efficiency Index/EEI) yang didasarkan provinsi lainnya. Sampai sekarang, belum ada
dalam hal lingkungan pada patokan jam operasional sepanjang 2.080 persyaratan kepadatan daya maksimal (W/2 )
hidup (keberlanjutan jam/tahun (untuk pendidikan), 2.600 jam/tahun maupun kepadatan energi maksimal (kWh/m2).
keseluruhan) dan (untuk perkantoran), 4.386 jam/tahun (untuk mall,
keuntungan yang toko, dan jasa), dan 8.736 jam/tahun (untuk hotel, Pergub No. 38 Tahun 2012 ini tidak hanya
berkaitan dengan apartemen, dan rumah sakit). mengatur masalah energi, namun juga hal terkait
infrastruktur lainnnya, seperti lingkungan dalam ruangan, air,
dan aspek lain. Oleh karena itu, Pergub ini tidak

14 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
hanya sekedar mengatur tentang bangunan hijau struktural, mekanik, dan listrik dengan tujuan
namun juga energi bangunan. untuk meminimalisasi konsumsi energi. Untuk
mencapai tujuaannya, pendekatan terintegrasi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ini membutuhkan kolaborasi erat antara arsitek
telah menghasilkan label energi untuk lampu, dengan insinyur mekanik, struktural, dan listrik,
dan kini sedang merumuskan label energi untuk serta kontraktor dalam fase desain dan konstruksi.
peralatan lain seperti AC (split unit) dan lemari
es. Empat (4) bintang menunjukan peralatan b. Pilihan Material dan Teknologi. Seluruh
yang sangat hemat energi. Indonesia juga telah material dan teknologi yang digunakan pada
menghasilkan rating untuk menilai bangunan muka dan lapisan luar dari selubung bangunan,
komersial di Indonesia yang diprakarsai oleh untuk konservasi air, pemasangan listrik (lampu,
Dewan Bangunan Hijau Indonesia (Green dan sebagainya), dan sistem AC, harus didesain
Building Council of Indonesia/GBCI). Rating ini secara akurat untuk meminimalisasi konsumsi
akan digunakan untuk menjadikan bangunan energi yang dihasilkan, dan pada saat yang
lebih hijau dan hemat energi, serta memberikan bersamaan juga memenuhi syarat fungsional dan
insentif bagi pemilik bangunan karena bangunan lainnya dari bangunan tersebut.
dengan rate yang lebih tinggi dapat dipasarkan
dengan lebih baik. c. Iklim. Karena kebanyakan energi dalam
bangunan digunakan untuk memastikan
Pada saat ini, cadangan energi sedang berada kenyamanan manusia, jelas bahwa iklim sekeliling
di bawah tekanan dan Indonesia telah menjadi serta kondisi dalam ruangan yang ditargetkan
importir net minyak. Oleh karena itu, terdapat memiliki dampak yang besar bagi kinerja energi
kemungkinan bahwa harga yang disubsidi tidak bangunan:
dapat bertahan lama karena telah menjadi
beban fiskal bagi negara serta membatasi • Radiasi sinar matahari (panas dan cahaya)
potensi pertumbuhan. Afrika Selatan, contohnya, mempengaruhi persyaratan beban
memiliki sejarah harga listrik yang rendah seperti pendinginan dan desain pencahayan
Indonesia. Namun sejak 2008, harga listrik secara bangunan. Hal ini dapat dipengaruhi
bertahap naik hingga lebih dari 20% per tahun oleh orientasi muka bangunan dan
seiring kebijakan pemerintah untuk mengurangi material yang digunakan pada selubung
dan meniadakan subsidi energi karena cadangan bangunan.
energi yang rendah (kenaikan maksimal adalah • Suhu udara dengan kelembaban relatif
sebesar 31,3% pada periode 2009-2010). merupakan parameter dominan untuk
mempertimbangkan desain AC untuk
2.2 Prinsip-Prinsip Dasar mencapai kenyamanan manusia dan
lingkungan dalam ruangan yang
Dalam mengantisipasi kelangkaan energi di diinginkan.
masa depan, tidak hanya diperlukan upaya • Kelembaban relatif memiliki dampak
Pemerintah dalam mengembangkan energi yang besar terhadap lingkungan dalam
terbarukan, namun sektor industri juga harus ruangan dan kenyamanan manusia
menjalankan kebijakan konservasi energi. Penting sehingga menjadi faktor penting dalam
bagi pemilik dan pengembang bangunan untuk menentukan desain AC dan pencapaian
mengintegrasikan strategi efisiensi energi pada iklim dalam ruangan yang baik.
tahap desain awal untuk diimplementasikan • Arah angin utama dapat digunakan dalam
pada tahap-tahap konstruksi, pengadaan, dan beberapa kasus untuk mengurangi
operasional bangunan. kebutuhan pendinginan dan ventilasi Untuk dapat
sehingga perlu untuk dipertimbangkan. mempersiapkan serta
Untuk dapat mempersiapkan serta memandu memandu desain dan
desain dan proses konstruksi yang hemat energi d. Operasi. Panduan operasional dan pemeli- proses konstruksi yang
yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil haraan bangunan yang difokuskan pada hemat energi yang
akhir yang hemat energi, pengembang bangunan langkah-langkah efisiensi energi esensial untuk diperlukan dalam rangka
harus memahami elemen-elemen utama efisiensi mencapai dan memelihara kinerja energi yang mencapai hasil akhir
energi, yaitu: ditargetkan melalui desain bangunan. Lebih yang hemat energi,
lanjut lagi, Building Automation System dan pengembang bangunan
a. Proses Desain Terintegrasi (Integrated Design Building Energy Management System (BAS & BEMS) harus memahami
Process). Proses desain terintegrasi mencakupi merupakan sistem yang tepat untuk mencapai elemen-elemen utama
karakteristik lokasi dan desain bangunan, dan memelihara operasi bangunan yang efisien, efisiensi energi.
yang meliputi pilihan-pilihan arsitektur, terutama pada bangunan besar.

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 15
e. Behavior. Kesadaran dan kepedulian akan yang hemat energi dan ramah lingkungan,
pemakaian energi serta lingkungan dalam penting untuk memahami perbedaan antara
ruangan dari seluruh orang yang menggunakan bangunan konvensional dan bangunan
bangunan sangatlah penting. Pendidikan dan hemat energi. Panduan ini bertujuan untuk
pelatihan dapat meningkatkan pemahaman menyediakan dasar untuk mengambil keputusan
penghuni bangunan akan pentingnya upaya- yang baik dan memilih strategi implementasi
upaya pengelolaan bangunan dalam memelihara efektif ketika memulai proyek konstruksi yang
dan meningkatkan efisiensi energi bangunan baru.
serta bentuk-bentuk kontribusi yang mereka
dapat lakukan. Green Building Council of Indonesia, melalui sistem
rating Greenship-nya, juga menyediakan panduan
2.3 Manfaat mengenai tahap-tahap desain, konstruksi, dan
operasional bangunan. Selain itu, mereka juga
Sebagai respon terhadap perubahan iklim, menyediakan perbandingan penghematan
sumber daya energi global yang semakin energi antara bangunan hemat energi dan
berkurang, serta kaitannya dengan peningkatan bangunan konvensional (atau juga disebut
harga energi, pemilik dan pengembang sebagai baseline building). Jumlah poin yang
bangunan perlu mencari cara untuk mendirikan tersedia untuk efisiensi dan konservasi energi
bangunan hemat energi melalui desain yang dalam Greenship Rating Tools adalah sekitar 26%
lebih baik dan teliti. Manfaat utama yang dapat dari poin-poin yang tersedia dalam penilaian
diperoleh pemilik dan penghuni secara umum mereka.
adalah:
Tabel 1 menampilkan sejumlah contoh bangunan
• Tagihan utilitas yang lebih rendah, yang telah mencapai keuntungan substansial dari
• Nilai properti yang lebih tinggi, upaya desain hemat energi.
• Kondisi teknis struktur dan peralatan yang


lebih baik,
Lingkungan dalam ruangan serta kinerja
2.4 Kendala
penghuni yang lebih baik, dan Kendala utama bagi pengembang bangunan
• Emisi gas rumah kaca yang berkurang. adalah kesalahpahaman bahwa pengeluaran
modal lebih penting dibandingkan biaya
Bangunan Bersertifikasi Greenship Pencapaian Penghematan Indeks Konsumsi Energi siklus hidup bangunan. Mayoritas pemilik dan
Energi (*) (kWh/m2/tahun) pengembang bangunan lebih peduli akan
biaya awal tanpa menyadari bahwa biaya awal
Gedung Kementerian 38% 155 berhubungan erat dengan biaya operasional
Pekerjaan Umum (Penghargaan bangunan. Penggunaan desainer yang
Platinum-Design) berpengalaman dalam proyek bangunan hemat
Gedung ITSB Deltamas 19% 202 energi serta material konstruksi dan peralatan
(Penghargaan Gold-Design) mekanik/listrik yang tidak layak dan tidak tahan
Gedung Dahana 32% 131 lama akan berdampak terhadap biaya operasional
(Platinum-Final) dan pemeliharaan bangunan seiring waktu,
Gedung BCA Tower - Grand 30% 174 seperti ditunjukkan oleh Gambar 5.
Indonesia (Emas-Final)
Gedung Rasuna Tower 18% 205
(Penghargaan Gold-Design)

Tabel 1. (*) Persentase penghematan di atas dibandingkan dengan bangunan


konvesional yang dihitung berdasarkan persyaratan sesuai SNI 2000 dan 2001
(untuk bangunan perkantoran EEI=240 kwh/m2/tahun). Energy Conservation
Technical Guide Book for Energy Audit, 2000.

Namun secara umum, pemilik dan pengembang


bangunan cenderung lebih peduli akan
pengeluaran modal dan laba atas investasi bagi
proyek bangunan mereka.

Oleh karena itu, untuk memanfaatkan manfaat Gambar 5. Biaya Siklus Hidup Bangunan
substansial yang dapat diperoleh melalui desain

16 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
Selain itu, sangat penting untuk memahami penting bagi pengembang bangunan sebagai
bahwa keputusan yang diambil pada masa awal alat untuk memastikan target dalam brief
persiapan brief desain memiliki pengaruh kuat desain tercapai (dan juga untuk memastikan
terhadap efisiensi energi dan pada akhirnya bahwa kontraktor mengikuti spesifikasi dalam
biaya modal dan siklus hidup dari keseluruhan memasang peralatan, melakukan finishing, dan
proyek bangunan. Keputusan yang baik diambil lain-lain). Prosedur commissioning yang benar
pada awal proses desain dan akan menghasilkan juga penting untuk menjaga dan mengklaim
manfaat yang lebih besar dibandingkan jaminan nantinya.
keputusan baik yang diambil di tengah-tengah
proses. Untuk alasan-alasan ini, maka commissioning
dan pengawasan konstruksi yang tidak baik
Dampak dari keputusan desain terhadap biaya dan lalai akan berakibat buruk terhadap
proyek ditunjukkan pada Gambar 6 di bawah ini. kualitas pada umumnya dan kinerja energi
pada khususnya. Oleh karena itu, pengawasan
situs dan commissioning peralatan sangatlah
diperlukan, dan bagian-bagian konstruksi yang
tidak dapat melalui proses commissioning dan
dicek pada proses serah terima telah selesai
selama konstruksi. Commissioning merupakan
proses yang terus-menerus; serah terima
dilakukan ketika terdapat kebutuhan akan upaya
yang sangat detail untuk memastikan seluruh
konstruksi telah dijalankan sesuai spesifikasi. Bila
kontraktor telah mengetahui dari awal bahwa hal
ini akan dicek secara detail, baik pada saat serah
terima maupun selama konstruksi, dirinya akan
Gambar 6. Pengaruh Biaya untuk Tahapan-Tahapan menghasilkan produk yang jauh lebih baik. Hal
Pendirian Bangunan ini mungkin akan memakan lebih banyak biaya,
namun biaya tambahan ini akan tertutupi dengan
Keputusan baik yang diambil pada tahap- berkurangnya kebutuhan untuk perbaikan yang
tahap awal proses desain bangunan dengan diakibatkan kurangnya kinerja.
menggunakan proses desain terintegrasi untuk
mencapai efisiensi energi akan menyediakan Operasi dan Pemeliharaan yang Tidak Baik.
manfaat dalam hal biaya investasi modal serta
biaya operasional. Pemeliharaan operasional merupakan bagian
penting dari efisiensi energi pada bangunan.
2.4.1 Beberapa alasan mengapa bangunan tidak Beberapa langkah sederhana seperti
hemat energi membersihkan/mengkalibrasi sensor atau
memelihara motor peralatan dapat menghemat
Oversizing energi dan memperpanjang umur dari peralatan.

Oversizing dimulai dengan asumsi desain “aman” 2.5 Argumen Pendukung Efisiensi Energi
yang berkaitan dengan hal-hal seperti beban
pendinginan, yang sebenarnya dapat dikurangi Mendirikan bangunan yang hemat energi
hingga 30% melalui simulasi yang mendetail. memerlukan biaya siklus hidup yang lebih rendah
Bahkan setelah menggunakan asumsi desain yang dapat dicapai dengan investasi modal awal Oleh karena itu,
yang “aman,” kebanyakan insinyur akan tetap tambahan yang terbatas: pengawasan situs
mempertimbangkan faktor keselamatan. Selain dan commissioning
asumsi desain “aman” dan faktor keselamatan ini, Dalam banyak kasus, mendesain bangunan peralatan sangatlah
terdapat saat-saat di mana ketersediaan peralatan yang hemat energi umumnya memakan biaya diperlukan, dan
menciptakan masalah sehingga ukuran peralatan yang lebih mahal dibandingkan bangunan bagian-bagian
meningkat. konvensional; namun biaya-biaya ini dapat konstruksi yang tidak
dibatasi dengan proses desain terintegrasi serta dapat melalui proses
Kurangnya perhatian terhadap prosedur pengawasan, perencanaan yang teliti. Biaya tambahan yang commissioning dan
commissioning, dan serah terima terkait dengan bangunan hemat energi dapat dicek pada proses serah
diperoleh kembali dalam waktu yang singkat di terima telah selesai
Pelaksanaan prosedur pengawasan, commis- kebanyakan kasus karena sewa yang lebih tinggi selama konstruksi
sioning, dan serah terima yang akurat sangatlah dapat dikenakan pada ruangan yang hemat

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 17
energi dan biaya operasional bangunan secara kembali seluruh investasi awal yang lebih tinggi.
keseluruhan akan lebih rendah. Secara lebih sederhana, penghematan energi
akan menutupi seluruh biaya tambahan yang
Sebagai contoh, bangunan konvensional dengan dikeluarkan di awal.
muka bangunan berlapis kaca tunggal memiliki
biaya investasi yang “rendah,” namun biaya Singapura telah mengimplementasikan
energi yang tinggi karena hal ini membutuhkan Bangunan Hijau secara efektif sejak 1993 dan
upaya pendinginan yang lebih tinggi dalam memiliki lebih dari 1.000 bangunan yang
rangka mencapai iklim dalam ruangan yang bersertifikasi Greenmark. BCA Singapore telah
lebih nyaman bagi pengguna bangunan. Di sisi menerbitkan data berkaitan dengan investasi
lain, sebuah bangunan hemat energi dengan yang meningkat dan payback tahunan untuk
selubung bangunan yang menggunakan muka bangunan berkategori Greenmark tertentu.
kaca alternatif, seperti double-glazed atau panel
kaca “low e” akan menyebabkan biaya investasi Umumnya argumen yang tidak menyetujui
awal yang lebih tinggi namun karena transfer desain hemat energi berhubungan dengan
panas ke dalam bangunan yang berkurang, maka biaya investasi tambahan yang terdapat pada
upaya pendinginan yang dibutuhkan akan lebih proses implementasi. Meskipun demikian, karena
rendah. Hal ini mengakibatkan biaya operasional investasi tambahan sebenarnya dapat membantu
dan energi yang lebih rendah seumur hidup mengurangi biaya operasional tambahan,
bangunan. penghematan tahunan dari biaya operasional
yang berkurang dapat digunakan untuk
menutupi biaya investasi awal yang lebih tinggi.

Gambar 7. Kenaikan panas melalui muka kaca tunggal jelas dari


bangunan konvensional

Seorang pemilik atau pengembang bangunan


yang memiliki informasi tidak akan terlalu
khawatir akan peningkatan marjinal dalam
biaya awal, karena dirinya dapat memahami
dan menghitung bahwa keuntungan yang
lebih tinggi dari sewa bangunan serta biaya
operasional yang lebih rendah akan membayar

Kategori Greenmark Peningkatan biaya investasi (%) Investasi tambahan


yang dibayar kembali
dengan penghematan
tahunan dari operasi

Platinum Hingga 8 % Hingga 8 tahun

Gold plus Hingga 3 % Hingga 6 tahun

Gold Hingga 2 % Hingga 6 tahun

Certified Hingga 1 % Hingga 5 tahun

Tabel 2. Biaya Investasi Tambahan untuk Bangunan Hijau di Singapura

18 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
3. Brief Desain
Brief desain merupakan lini pertahanan pertama dokumen yang selalu dapat direvisi bila
bagi pemilk/pengembang bangunan terhadap dibutuhkan agar dapat merefleksikan segala
biaya investasi modal yang meningkat maupun perubahan dalam kriteria, persyaratan, dan/atau
memastikan bahwa dirinya akan mendapatkan tujuan desain.
keuntungan secara menyeluruh dari biaya
operasional yang lebih rendah melalui bangunan STRUKTUR BRIEF DESAIN UMUM
hemat energi yang didesain dengan baik.
Latar Belakang Proyek dan Informasi Fisik
Brief desain pada dasarnya terdiri dari deskripsi Tujuan Proyek
pilihan-pilihan proyek yang telah disetujui dan Persyaratan Proyek
berisi rincian mengenai tujuan dan parameter • Jadwal akomodasi
untuk dipertimbangkan oleh konsultan proyek • Persyaratan lingkungan dalam ruangan
ketika mendesain proyek tersebut. Brief desain • Pertimbangan estetika
harus disusun untuk konsultan proyek sebagai Peluang dan Kendala
Kerangka Acuan (Terms of Reference) dalam • Situs
rangka menetapkan tujuan, persyaratan, batasan, • Iklim
target, dan pendekatan desain klien untuk • Keuangan
diimplementasikan pada bangunan baru atau • Waktu
proyek renovasi bangunan berskala besar. Target Kinerj
• Keuangan
Sebagai persyaratan minimal, brief desain harus • Energi
dapat membantu klien dan konsultan untuk Pendekatan Desain dan Konstruksi
memahami peluang dan manfaat potensial • Strategi pengadaan
terkait dalam proyek yang dapat meningkatkan • Pendekatan desain terintegrasi
efisiensi bangunan. Selain itu, brief juga harus • Perencanaan dan lansekap
dapat memberikan latar belakang akan isu- • Desain selubung dan struktural
isu kunci untuk diatasi selama desain dan • Desain pencahayaan dan listrik
implementasi bagi seluruh pihak yang terlibat • Desain HVAC
dalam proyek. • Persyaratan operasi dan pemeliharaan
• Pertimbangan decommissioning
Brief desain yang dipersiapkan dengan baik
dapat digunakan selama proyek sebagai referensi Bila proses pengadaan bagi konsultan, kontraktor,
untuk memastikan bahwa persyaratan awal dan penyedia material makin kompetitif, maka
dan tujuan pengembang dapat tercapai. Juga tekanan bagi mereka untuk mengurangi biaya
harus dipahami bahwa brief desain merupakan menjadi semakin besar, sehingga diperlukan

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 19
verifikasi kinerja terhadap cakupan kerja yang Bagian ini juga dapat mengandung tujuan tidak
telah disetujui. Brief desain yang telah disiapkan langsung atau sekunder yang berhubungan
dengan baik dan mendetail merupakan dengan filosofi keseluruhan atau pernyataan
komponen bernilai dari kontrak antara klien dan misi klien. Hal-hal ini dapat meliputi
konsultannya. keberlanjutan lingkungan, keinginan untuk
mendukung ekonomi lokal, atau keinginan
Persyaratan proyek pemilik (Owner’s Project untuk mengkomunikasikan identitas perusahaan
Requirements/OPR) menyediakan dasar untuk tertentu.
implementasi proyek yang sukses. Hal ini
ditentukan oleh pemilik dan pengguna, yang Pernyataan umum dapat dimasukkan di sini yang
mengemukakan misi mereka melalui proyek berhubungan dengan efisiensi energi bangunan
yang telah diselesaikan. Seperti didefinisikan seperti:
dalam ASHRAE/NIBS Guideline 0 – 2005 The
Commissioning Process, “Bangunan harus didesain untuk mencapai
level efisiensi energi yang tepat, dengan
“OPR menjadi dasar evaluasi seluruh aktivitas mempertimbangkan biaya siklus hidup dan
dan produk selama proses pra-desain, desain, juga mempertimbangkan peningkatan biaya
konstruksi, penerimaan, dan ketika keputusan energi dan hubungannnya terhadap biaya lain
operasional dibuat... Proses commissioning selama masa hidup desain bangunan.”
merupakan metode berdasarkan kualitas
yang dijalankan oleh pemilik bangunan Pernyataan serupa juga dapat dimasukkan
untuk mencapai proyek konstruksi yang untuk pertimbangan lingkungan lain, seperti
sukses. Proses ini bukan merupakan lapisan manajemen air dan manajemen sampah.
tambahan dari konstruksi atau pengelolaan
proyek, namun bertujuan untuk mengurangi 3.3 Syarat-Syarat Proyek
biaya menjalankan proyek konstruksi dan
meningkatkan nilai untuk pemilik, penyewa, Bagian ini berisikan spesifikasi untuk bangunan
dan pengguna bangunan.” dan pembangunan lain. Struktur dan konten
sebenarnya akan bervariasi tergantung pada tipe
OPR meliputi seluruh aspek umum dari proyek pembangunan yang diperlukan.
tanpa memasukkan detail.
3.3.1 Perencanaan spasial
3.1 Latar Belakang Proyek
Perencanaan spasial mempertimbangkan tipe-
tipe utama ruang yang diperlukan, ukuran,
Brief desain harus dimulai dengan penjelasan dan segala persyaratan tertentu lain yang
mengenai informasi latar belakang proyek berhubungan dengan penggunaan ruang. Hal
yang difokuskan pada deskripsi visi klien ini juga menguntungkan untuk menetapkan
untuk proyeknya. Selain itu, bagian ini harus bagaimana ruang-ruang yang berbeda dapat
menjelaskan informasi fisik mengenai proyek berhubungan dengan satu sama lain secara
seperti lokasi, ukuran properti, zoning (termasuk fungsi maupun organisasi.
Untuk menginstruksikan pembatasan tinggi), rasio ruang lantai yang
tim desain agar diperbolekan, cakupan, dan lain-lain 3.3.2 Spesifikasi lingkungan dalam ruangan
mencapai kesuksesan
dalam menentukan
lingkungan dalam
3.2 Tujuan Proyek Spesifikasi untuk kondisi yang nyaman akan
dijelaskan lebih detail dalam Bagian 2 Bab 4,
ruangan, harus dipahami Brief desain yang baik harus memiliki seperangkat Level Kenyamanan Manusia & Lingkungan Dalam
terlebih dahulu bahwa tujuan yang jelas. Deskripsi latar belakang untuk Ruangan. Meskipun demikian, penting untuk
kondisi kenyamanan proyek harus diikuti dengan pernyataan umum dipahami bahwa spesifikasi yang dijelaskan
suhu bergantung mengenai tujuan proyek untuk menandakan dalam bagian ini akan berdampak secara
pada beberapa faktor, apa yang diperlukan dari proyek, dan apa yang signifikan terhadap efisiensi energi dan biaya
termasuk temperatur penting bagi klien. bangunan.
udara, kelembaban
relatif, pergerakan Hal ini akan meliputi tujuan “langsung” yang Untuk menginstruksikan tim desain agar
udara, dan suhu dari memotivasi klien memulai proyek, contohnya mencapai kesuksesan dalam menentukan
permukaan yang kebutuhan akan ruang perkantoran tambahan, lingkungan dalam ruangan, harus dipahami
mengelilingi. atau bangunan untuk mengimplementasikan terlebih dahulu bahwa kondisi kenyamanan
rencana bisnis tertentu. suhu bergantung pada beberapa faktor,

20 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
termasuk temperatur udara, kelembaban relatif, suhu temperatur melebihi zona kenyamanan
pergerakan udara, dan suhu dari permukaan selama satu minggu dalam satu tahun, hal ini Ventilasi alami harus
yang mengelilingi. Oleh karena itu, beberapa mungkin tidak akan menjadi masalah untuk dipertimbangkan di
metode untuk menjaga kenyamanan suhu penyewa. Namun dapat kapasitas yang lebih seluruh ruang tanpa
dimungkinkan, dan hal ini harus disetujui selama kecil sebenarnya dapat dipasang pada sistem adanya batasan
fase desain. Pilihan energi terendah (ventilasi HVAC, sehingga konsumsi energi serta biaya lingkungan dalam
alami) harus selalu ditargetkan untuk pertama modal dan lanjutan dapat dihemat. Persyaratan ruangan khusus.
kali sebelum mempertimbangkan HVAC dan untuk kualitas udara juga harus dipertimbangkan, Meskipun demikian,
sistem mekanis lain. Spesifikasi ini harus selalu karena hal ini akan berdampak pada kebutuhan kemungkinan
mempertimbangkan tipe aktivitas yang menjadi ventilasi. Sekali lagi, spesifikasi yang tidak ventilasi alami sangat
tujuan penggunaan dari ruang dan bangunan. diperlukan hanya akan meningkatkan biaya dan bergantung pada kondisi
konsumsi energi. iklim, fungsi bangunan,
Dengan pertimbangan efisiensi energi, penting dan lokasi bangunan.
bahwa spesifikasi sejalan dengan kebutuhan Bola lampu kering 25.5 oC ± 1.5 oC (1)
sebenarnya dari bangunan. Spesifikasi Kelembaban relatif 60 % ± 5 % (1)
persyaratan yang membatasi dapat menghasilkan Tingkat ventilasi minimal
biaya modal dan lanjutan yang lebih tinggi Perkantoran 0.15 m3/min/orang(2)
serta konsumsi energi yang meningkat. Dari Hotel 0.21 m3/min/orang (2)
perspektif efisiensi energi dan kualitas udara, 1) SNI 6390_2011
ventilasi udara umumnya merupakan pilihan 2) SNI 03_6572_2001
terbaik. Ventilasi alami harus dipertimbangkan di
seluruh ruang tanpa adanya batasan lingkungan Tabel 3. Spesifikasi Lingkungan Dalam Ruangan
dalam ruangan khusus. Meskipun demikian, Umum
kemungkinan ventilasi alami sangat bergantung
pada kondisi iklim, fungsi bangunan, dan
lokasi bangunan. Juga harus dipahami bahwa 3.3.3 Syarat pencahayaan
pemenuhan persyaratan kode SNI tidak serta
merta akan menghasilkan bangunan yang hemat Pencahayaan harus dispesifikasikan dan
energi. Dalam kebanyakan kasus, hal ini akan dijelaskan dalam brief desain bersama dengan
menghasilkan keuntungan paling besar bagi sejumlah penjelasan mengenai pendekatan yang
pengembang bila mereka berusaha menjalankan akan dilakukan dalam mendesain pencahayaan.
praktik terbaik internasional dalam menentukan
kriteria desain. Level pencahayaan di area atau ruangan yang
berbeda harus didasarkan pada penggunaan
Spesifikasi juga dapat menunjukkan periode ruang yang dimaksud. Lihat Bagian 2 Bab 8.1,
waktu di mana spesifikasi dapat dilebihkan. Pencahayaan Listrik. Pencahayaan buatan dan
Contohnya, bila dengan desain HVAC tertentu, sinar matahari harus berhubungan dengan

Pijar Linear Compact LED Mercuri Metal Sodium Sodium Tekanan


Fluorescent Fluorescent Halide Tekanan Tinggi Rendah

Watt 25-150 18-95 13-26 2-10 50-1000 70-1500 35-1000 18-180

Output (Lumens) 210-2700 1000-7500 1000-3200 200-1000 1000-45000 7000-150000 2000-140000 1800-40000

Efisiensi (lm/watt) 8-18 5-79 75-81 40-60 30-35 60-95 60-125 80-180

Lumen Pemeliharaan 90% (85%) 85% (80%) 85% (80%) 75% (65%) 90% (70%) 100% (100%)

Umur Lampu 750-2000 10000-20000 10000 35000-50000 18000-24000 10000-20000 18000-24000 16000

CRI 80-95 30-90 30-90 40-90 30-80 80-90 20-39 <20

Tabel 5. Karakteristik Tipe-Tipe Lampu Berbeda yang Tersedia di Pasaran

Watt dan Output mengacu pada rating lampu umum tersedia untuk lightins luar ruangan.
Efisiensi mengacu pada efisiensi bercahaya diambil pada 50% berarti seumur hidup dan pada akhir seumur hidup (kurung).
Hidup Lampu mengacu pada seumur hidup rata-rata perkiraan dari lampu.

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 21
spesifikasi untuk level pencahayaan untuk hal ini dapat memiliki pengaruh fundamental
Analisis biaya siklus aktivitas-aktivitas yang berbeda, serta merujuk terhadap desain keseluruhan dan potensi efisiensi
hidup yang dilakukan pada standar dan kode yang menyediakan energi dari proyek.
pada tahap desain informasi yang lebih detail.
awal secara efektif 3.4.2 Iklim
memungkinkan Kantor, ruang kerja 350 lux
peluang untuk Hotel, kamar tidur 150 lux Kinerja energi bangunan juga sangat ditentukan
memperhalus desain Fasilitas pendidikan, ruang menggambar 750 lux oleh seberapa baik adaptasi desain terhadap
untuk memastikan Industri, tempat penyimpanan 100 lux iklim lokal. Maka dari itu, sangat penting bagi
pengurangan pada Mall, toko pakaian 500 lux pengembang dan tim desain untuk memiliki
biaya siklus hidup SNI_6197_2011 pemahaman yang jelas akan iklim lokal, variasi
keseluruhan. harian dan musimannya, serta pengaruhnya
Tabel 4. Indoor Lighting Recommendation by SNI terhadap potensi efisiensi energi dari desain.

Tabel 5 dapat digunakan untuk mempertim- Indonesia memiliki iklim tropis yang dicirikan
bangkan tipe pencahayaan yang akan digunakan oleh curah hujan yang tinggi, tingkat kelembaban
berdasarkan tingkat watt, lumen, masa hidup, tinggi, suhu tinggi, dan angin yang rendah.
dan biaya awal. Sekali lagi, harus dipahami bahwa Musim hujan terjadi dari November hingga
memenuhi persyaratan kode SNI tidak serta Maret, sementara musim kering dari April hingga
merta akan menghasilkan efisiensi. Oktober. Curah hujan di area dataran rendah
rata-rata 180–320 cm (70–125 in) per tahun, dan
3.3.4 Pertimbangan estetika meningkat seiring tinggi permukaan hingga
rata-rata 610 cm (240 in) di beberapa area
Tantangan terbesar dalam meningkatkan efisiensi pegunungan. Di dataran rendah Sumatra dan
energi pada bangunan umum dan komersial Kalimantan, kisaran curah hujan adalah 305–370
adalah membangun arsitektur yang memuaskan cm (120–145 in); jumlah ini makin berkurang ke
secara estetika dan pada saat yang bersamaan arah selatan, yang lebih dekat dengan gurun di
memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan barat laut Australia. Kelembaban rata-rata sebesar
oleh iklim lokal dan pilihan material yang tersedia. 82%. Detail lebih lanjut terdapat dalam Bagian 2
Bab 3 – Iklim Indonesia.
Penting untuk menentukan tujuan yang jelas
mengenai tampak bangunan, dan memahami 3.4.3 Anggaran
implikasi dari kinerja energi, biaya awal,
dan biaya siklus hidup terhadap estetika Peluang dan kendala mengenai pembiayaan
keseluruhan proyek. Selain itu, juga penting bagi proyek harus dipertimbangkan dalam tahap
pengembang bangunan untuk menentukan ini. Trade-off antara biaya awal dan siklus hidup
prioritas kepentingan bagi aspek-aspek yang yang dimungkinkan dapat berpengaruh pada
berbeda dalam brief desain. pembiayaan proyek. Penting bagi pengembang
untuk menetapkan batasan anggaran serta
3.4 Peluang dan Kendala tingkat kepentingan elemen-elemen yang
harus dimasukkan dalam desain pada anggaran
3.4.1 Situs yang ada.

Bila klien telah memiliki situs/lokasi untuk proyek, Analisis biaya siklus hidup yang dilakukan pada
penilaian harus dilakukan terhadap peluang tahap desain awal secara efektif memungkinkan
dan kendala situs yang relevan bagi proyek dan peluang untuk memperhalus desain untuk
efisiensi energi. Hal ini akan didiskusikan lebih memastikan pengurangan pada biaya siklus
lanjut dalam Bagian 2 Bab 5 – Prinsip Desain Solar hidup keseluruhan. Lihat Bagian 1 Bab 5 – Analisis
Pasif. Pertimbangan ini akan meliputi orientasi Biaya Siklus Hidup.
situs dan hubungannya dengan arah sinar
matahari dan arah angin pada umumnya, fitur Biaya energi juga bisa sulit diprediksi secara
peneduh seperti pohon, bukit bangunan lain, dan akurat dalam fase desain. Asumsi harus
faktor lain yang mempengaruhi iklim lokal seperti dibuat mengenai profil pengguna dan tingkat
arah angin utama, dll. penghunian, yang akan berdampak pada
konsumsi energi. Namun data mengenai jumlah
Bila klien belum memiliki situs maka dianjurkan konsumsi energi untuk bangunan dapat diambil
bagi dirinya untuk melibatkan tim desain dalam dari analisis teknik atau dari program perangkat
menentukan kriteria untuk memilih situs karena lunak efisiensi energi.

22 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
3.4.4 Waktu 3.5 Target Kinerja
Jumlah waktu yang tersedia untuk proses 3.5.1 Keuangan
desain harus ditetapkan bersamaan dengan
penentuan waktu spesifik yang berkaitan dengan Konstruksi bangunan memakan biaya dan
persyaratan proyek. merupakan investasi jangka panjang. Pemilik
bangunan harus memiliki target kapan investasi
Analisis mendetail dari pendekatan-pendekatan akan menghasilkan laba dan memiliki aliran dana
berbeda mengenai efisiensi energi memerlukan perkiraan untuk proyeknya.
waktu untuk dilaksanakan. Biaya, baik dalam
biaya konsultan dan pemilihan waktu proyek, Langkah pertama adalah menetapkan target
harus dipertimbangkan dan dievaluasi dalam keuangan yang meliputi rencanan pengeluaran
hubungannya dengan peluang untuk mencapai dan pendapatan mendetail. Hal ini berhubungan
proyek yang lebih efektif secara biaya dan dengan erat dengan jangka waktu proyek. Baru setelah
kualitas yang lebih baik. Sebagai bagian dari itu, perubahan dalam biaya yang akan terjadi
brief desain, pengembang dapat menentukan dalam tahap desain sehingga konstruksi dapat
jangka waktu tertentu yang harus dicapai oleh diperkirakan dan dimasukkan. Kinerja keuangan
tim desain dan konstruksi. Dianjurkan untuk harus dikategorisasikan ke dalam biaya modal,
melibatkan pemangku kepentingan berbeda pengeluaran, dan pemasukan. Metode ini
dalam proses ini untuk memastikan bahwa berguna untuk mengembangkan model kinerja
jangka waktu yang ditetapkan relevan dan biaya siklus hidup.
dapat dicapai. Jangka waktu yang tidak realistis
dapat berdampak buruk pada anggaran maupun 3.5.2 Energi
kualitas proyek.
Biaya energi merupakan elemen yang penting
3.4.5 Ketersediaan material/teknologi dalam kinerja keuangan bangunan. Menetapkan
target kinerja energi yang realistis dan dapat
Untuk mendirikan bangunan hemat energi, dicapai akan meningkatkan efisiensi energi
material bangunan harus dipilih dengan bangunan secara signifikan selama operasi. Selain
pertimbangan spesifikasi seperti kinerja, harga, itu, perkiraan konsumsi energi harus dipersiapkan
ketersediaan, estetika, dan keberlanjutan. seteliti mungkin dengan mempertimbangkan
tarif unit energi yang ditentukan oleh
Sebagai bagian dari brief desain, pengembang pemerintah. Pedoman ini mengasumsikan bahwa
harus mengindikasikan secara jelas kualitas listrik merupakan sumber energi utama dalam
pembangunan dan material konstruksi terkait. bangunan.
Hal ini dapat menjadi pernyataan umum
mengenai maksud yang berkaitan dengan Biaya unit tarif listrik yang disesuasikan ditetapkan
kualitas pembangunan. Hal ini juga dapat oleh PLN dan dibagi ke dalam dua klasifikasi:
dilanjutkan dan mengindikasikan keingingan bisnis dan industri.
pengembang untuk hanya menggunakan
material lokal atau material yang berasal dari area Angka untuk konsumsi energi spesifik (konsumsi
tertentu. energi per area unit) seperti ditunjukkan pada
Gambar 3 dapat digunakan untuk perbandingan.
Penting bagi desainer untuk memastikan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan,
bahwa material yang digunakan untuk proyek dan Konservasi Energi berusaha terus untuk
memenuhi persyaratan klien. Pemilihan penyedia memperbarui dan mengembangkan patokan
material didasarkan pada informasi rinci (benchmark) untuk Indonesia.
mengenai kinerja produk mereka.
3.5.3 Target kinerja lingkungan Untuk mendirikan
Lembar Data Keamanan Material (Material bangunan hemat
Safety Data Sheets/MSDS) merupakan alat Dalam tahap-tahap awal desain bangunan, energi, material
yang berguna untuk mengeliminasi material tujuan dan target untuk kinerja lingkungan harus bangunan harus dipilih
bangunan yang dapat berbahaya bagi didirikan dan disetujui di awal oleh pemangku dengan pertimbangan
lingkungan dan kemudian mendukung produk kepentingan bangunan bersama dengan spesifikasi seperti
yang lebih ramah lingkungan. konsultan. kinerja, harga,
ketersediaan, estetika,
Tujuan dari kinerja lingkungan ini adalah untuk dan keberlanjutan.
meningkatkan keberlanjutan lingkungan dari

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 23
bangunan melalui pengurangan emisi gas rumah Environmental Assessment Method), LEED
Sistem rating kaca bangunan, pengurangan volume air minum (Leadership in Energy and Environmental Design)
GREENSHIP merupakan yang dikonsumsi, dan pengurangan penggunaan and Green Star. Sistem rating BREEAM berasal
alat rating Indonesia sumber daya dan sampah. dari Inggris dan terdiri dari 9 kategori, yaitu:
yang digunakan dalam manajemen; penggunaan energi; kesehatan dan
industri bangunan Isu-isu seperti persyaratan legal, ketersediaan kesejah-teraan; polusi; transportasi; penggunaan
oleh pengusaha, teknologi, dan peluang/kendala keuangan harus lahan; ekologi; material; dan air.
insinyur, dan pemangku dipertimbangkan untuk setiap aspek lingkungan.
kepentingan lain untuk Program LEED dari Dewan Bangunan Hijau
mengimplementasikan 3.5.4 Target pemeliharaan dan siklus hidup Amerika Serikat (U.S. Green Building Council)
praktik terbaik dan merupakan sistem rating untuk bangunan yang
mencapai standar yang Tujuan dari pemeliharaan bangunan adalah menilai kinerja energi dan lingkungan. LEED
dapat diukur yang untuk memelihara kondisi fisik bangunan dan terdiri dari 6 kategori, yaitu: situs berkelanjutan;
dapat dimengerti oleh juga kinerja sistemnya agar tetap dapat berfungsi efisiensi air; energi dan atmosfer; material dan
masyarakat umum, secara efektif selama siklus hidupnya. Umumnya, sumber daya; kualitas lingkungan dalam ruangan;
terutama penyewa dan terdapat korelasi yang kuat antara pemeliharaan dan inovasi dalam desain.
pengguna bangunan. efektif dan efisiensi energi, karena pemeliharaan
yang buruk cenderung menghasilkan efisiensi Sistem LEED Green Building Rating merupakan
yang lebih rendah, dan karenanya biaya lebih program berbasis konsensus dan digerakkan
tinggi dalam hubungannya dengan kinerja dan oleh pasar yang dapat dilakukan secara sukarela.
operasi. Green Star adalah sistem rating lingkungan
sukarela untuk bangunan di Australia yang dibagi
Untuk mengelola bangunan secara efektif selama ke dalam sembilan kategori, yaitu: manajemen;
masa hidupnya, penting untuk memasukkan kualitas lingkungan dalam ruangan; energi;
peluang desain dalam pengawasan peralatan transportasi; air; material; penggunaan lahan dan
untuk seluruh kriteria kinerja yang berbeda. Hal ekologi; emisi; dan inovasi.
ini harus meliputi meter untuk penggunaan
listrik dan air, namun juga dapat meliputi suhu, Sistem rating GREENSHIP merupakan alat
kelembaban, dan monitor CO2. Penggunaan rating Indonesia yang digunakan dalam
sistem Manajemen Bangunan terintegrasi sangat industri bangunan oleh pengusaha, insinyur,
disarankan untuk memastikan bahwa kinerja dan pemangku kepentingan lain untuk
sistem bangunan terintegrasi sangat mudah mengimplementasikan praktik terbaik dan
untuk dikelola dari sistem sentral. mencapai standar yang dapat diukur yang dapat
dimengerti oleh masyarakat umum, terutama
3.6 Skema Rating Bangunan Hijan penyewa dan pengguna bangunan. Standar
peniliaian GREENSHIP meliputi area perencanaan,
Alat rating bangunan hijau menetapkan standar konstruksi, operasi, dan pemeliharaan harian.
dan patokan (benchmark) untuk bangunan Kriteria peniliaian dikelompokkan ke dalam
hijau, dan memungkinkan penilaian objektif kategori-kategori berikut:
akan tingkat “hijau” sebuah bangunan. Sistem
rating menetapkan “menu” dari seluruh langkah- 1. Tepat Guna Lahan (ASD - Appropriate site
langkah yang dapat dilakukan pada bangunan development)
untuk membuatnya lebih hijau. Dalam menilai 2. Efisiensi dan Konservasi Energi (EEC -
bangunan, poin-poin desain diberikan sesuai Energy efficiency and conservation)
dengan langkah-langkah keberlanjutan yang 3. Konservasi Air (WAC - Water conservation)
telah dimasukkan dalam desain. Setelah 4. Sumber dan Siklus Material (MRC - Material
penimbangan yang tepat, skor total dicapai, resources and cycling)
yang menentukan rating akhir untuk bangunan 5. Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruangan
atau desain. Di kebanyakan kasus, alat rating (IHC - Indoor air health and comfort)
bangunan hijau memiliki sertifikasi untuk desain 6. Manajemen Lingkungan Bangunan (BEM -
maupun bangunan yang sudah diselesaikan. Building and environment management)

Pengembang yang menginginkan bangunan 3.7 Pendekatan Desain


hemat energi perlu mempertimbangkan alat-
alat ini karena, secara rata-rata, sekitar sepertiga 3.7.1 Strategi pengadaan
dari penilaiain alat rating didasarkan pada kinerja
energi bangunan. Alat rating yang lumrah dipakai Terdapat sejumlah strategi pengadaan yang
adalah BREEAM (Building Research Establishment dapat digunakan dalam memilih tim profesional

24 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
dan kontraktor untuk proyek bangunan. Hal
Manager
ini dapat memiliki implikasi bagi kinerja energi Bangunan
bangunan, yang didiskusikan secara mendetail
dalam Bagian 2 Bab 9.2 – Proses Konstruksi.
Pendekatan paling tepat untuk proyek tertentu
harus ditentukan berdasarkan prioritas dan
sumber daya pemilik. Pendehatan Efisiensi
M&E Arsitek
Energi
3.7.2 Pendekatan desain terintegrasi

Berbeda dengan Proses Desain Terintegrasi,


desain konvensional dapat dipahami sebagai
proses yang linear. Kekurangan dari pendekatan
Strukture
tradisional ini adalah rutinitas pekerjaan
yang terus-menerus yang mungkin tidak
bisa mendukung desain yang cukup untuk Gambar 9. Pendekatan Desain Terintegrasi
mengoptimalisasi upaya-upaya selama fase
pemisahan individual. Contohnya, arsitek dan
klien setuju akan konsep desain yang terdiri dari Umumnya, efisiensi energi tidak menjadi
skema massa umum, orientasi, fenestrasi, dan pertimbangan utama dalam desain bangunan,
(umumnya) penampilan eksterior umum, dan dan sebagai hasilnya, persyaratan tambahan
material umum, di aman insinyur mekanik dan untuk memastikan bahwa aspek desain yang
listrik diminta untuk mengimplementasikan berbeda saling bekerja untuk mencapai
desain dan menganjurkan sistem bangunan yang efisiensi energi optimal yang cenderung tidak
tepat. Hal ini umumnya membuat insinyur harus diperhatikan.
melakukan retrofit teknologi untuk membuat
desain yang ada bekerja. Dengan sengaja mengadopsi pendekatan
terintegrasi untuk desain hemat energi, tim
desain dapat didorong untuk mengambil
Desain Awal
peluang dalam mencapai kinerja energi yang
Perhitungan Struktur ditingkatkan.

Desain Sistem Mekanikal Elektrikal


Oleh karena itu, akan membantu bila
Operasional dan Perawatan pendekatan sistematis terhadap koordinasi
pendekatan-pendekatan ini dilakukan, dan
brief desain merupakan peluang yang baik
Gambar 8. Pendekatan Desain Konvensional untuk menyediakan hal ini. Dianjurkan bahwa
kerangka kerja untuk proses yang diinginkan
Pendekatan desain terintegrasi menekankan dapat dimasukkan dalam brief desain pada tahap
pengulangan konsep desain awal dalam awal proyek, dan konsultan dapat mengubah
proses dengan melibatkan tim spesialis penuh. dan memperbarui hal ini seiring perkembangan
Hasilnya adalah peserta memberikan ide dan desain. Untuk pembahasan mendetail, lihat
pengetahuan teknis mereka sangat awal dan Bagian 1 Bab 4 – Proses Desain Terintegrasi
secara kolektif. Penting bahwa dalam fase desain (Integrated Design Process/IDP)
awal, seluruh isu konsep dan desain diselesaikan
secara bersama. Dalam pendekatan ini, konsep 3.7.3 Perencanaan dan lansekap
energi dan peralatan bangunan tidak didesain
sebagai pelengkap bagi desain arsitektur tapi Terdapat banyak peluang untuk peningkatan
sebagai bagian yang integral bagi bangunan dari efisiensi energi bangunan yang ditentukan
awal. oleh situs proyek. Peluang-peluang ini dapat
ditemukan dengan memahami peluang dan Pendekatan desain
Pendekatan desain terintegrasi memastikan kendala situs dan mengikutsertakan mereka ke terintegrasi menekankan
bahwa area keahlian berbeda, termasuk dalam desain. pengulangan konsep
teknik mekanikal dan listrik, dikenalkan dan desain awal dalam
diintegrasikan pada tahap proyek awal dan Selain situs dan orientasi bangunan, tipe, proses dengan
mempertimbangkan variasi peluang dan pilihan bentuk, dan tujuan bangunan seperti bangunan melibatkan tim
yang lebar dari awal proses desain. perkantoran, hotel, rumah sakit, atau mall akan spesialis penuh.
menentukan tipe sistem AC. Untuk mencapai

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 25
kondisi suhu yang nyaman, kebanyakan pula bahwa hanya memenuhi persyaratan
bangunan di Indonesia menggunakan sistem kode SNI tidak serta-merta akan menghasilkan
pendinginan suhu atau mekanis. bangunan yang hemat energi. Pengembang
direkomendasikan untuk menargetkan praktik
Bentuk keseluruhan bangunan penting untuk terbaik internasional ketika menspesifikasikan
mencapai efisiensi energi. Ditemukan bahwa kinerja yang diinginkan dan kriteria desain.
dinding memainkan peran yang penting
dalam memindahkan panas dari bangunan, 3.7.5 Desain pencahayaan dan listrik
yang berarti rasio area permukaan terhadap
volume yang tinggi sangat berguna. Hal ini juga Terpaan sinar matahari dapat disediakan melalui
memungkinkan penggunaan sinar matahari bukaan di dinding, atap, atau langit-langit melalui
yang maksimal, mengurangi energi yang panel yang transparan atau tembus cahaya
diperlukan untuk pencahayaan, dan secara tidak seperti jendela, pintu berglasur, jendela loteng,
langsung menjaga kesejukan bangunan karena atau sumber lain. Bukaan berglasur ini disebut
pencahayaan buatan juga menghasilkan panas. sebagai fenestrasi.

Kondisi lingkungan di sekitar bangunan seperti Kebutuhan untuk pencahayaan listrik, terutama
Strategi desain lansekap dan jumlah pohon dapat mengurangi ketika siang hari, akan tergantung pada ukuran
efisien, sistem suhu yang mengelilingi bangunan secara dan penempatan jendela bangunan, lokasi dan
distribusi daya, dan langsung karena hal-hal tersebut merefleksikan orientasi bangunan, serta penggunaan ruang
peralatan listrik dapat sinar matahari dan menyediakan peneduh di tertentu. Prioritas utama dalam desain adalah
meningkatkan efisiensi sekitar dasar bangunan. Bangunan-bangunan memaksimalkan penggunaan sinar matahari
energi bangunan yang bersebelahan yang menciptakan bayangan alami sebelum pencahayaan listrik digunakan.
dan mengurangi juga dapat meningkatkan kinerja energi Kebutuhan untuk pencahayaan listrik dan
konsumsi energi bangunan. konsumsi energi berkaitan dapat dikurangi
serta biaya terkait. dengan menggunakan kontrol otomatis, seperti
3.7.4 Desain struktural dan selubung automatic louvres, sensor sinar matahari, kenop
siang-malam, dll. Penggunaan dan kesuksesan
Material konstruksi bangunan, seperti dinding, alat-alat ini bergantung pada faktor-faktor seperti
lantai, langit-langit, jendela, dan atap memiliki orientasi ruang dan jendela, ketersediaan sinar
peran yang signifikan dalam kinerja suhu matahari, serta penggunaan dan penghunian
bangunan. Perilaku panas dan kelembaban dari ruangan.
selubung bangunan merupakan aspek penting
dalam kinerja bangunan secara keseluruhan. Sistem pencahayaan listrik yang efisien juga
mengurangi peningkatan panas internal,
Kode dan standar energi untuk bangunan yang dapat menghemat konsumsi energi
biasanya menspesifikasi persyaratan kinerja AC, meningkatkan potensi ventilasi alami,
untuk selubung bangunan dalam hal nilai transfer dan meningkatkan kenyamanan suhu. Untuk
suhu keseluruhan (Overall Thermal Transfer Value/ mencapai penghematan energi di ruang yang
OTTV) untuk menandai jumlah panas yang mendapat sinar matahari, pencahayaan listrik
mengalir antara bangunan dan lingkungan harus diintegrasikan dengan sinar matahari.
sekitarnya. Dalam beberapa kasus tertentu, Spesifikasi teknologi pencahayaan tertentu
standar menetapkan persyaratan untuk properti dapat memiliki efek yang besar bagi efisiensi
suhu dari elemen-elemen bangunan yang energi dan harus dipertimbangkan secara teliti.
berbeda. Strategi desain efisien, sistem distribusi daya, dan
peralatan listrik dapat meningkatkan efisiensi
Selubung bangunan memiliki OTTV dan nilai energi bangunan dan mengurangi konsumsi
transfer suhu atap (Roof Thermal Transfer Value/ energi serta biaya terkait.
RTTV). Untuk mengurangi konsumsi energi,
Badan Standardisasi Nasional Indonesia telah 3.7.6 Desain HVAC
menetapkan nilai standar OTTV. OTTV dapat
dihitung secara manual maupun menggunakan Sistem AC dimaksudkan untuk menyediakan
perangkat lunak dengan menggabungkan OTTV kenyamanan pendinginan yang cukup,
di setiap sisi bangunan. mengurangi kelembaban, dan ventilasi bagi
ruang yang dihuni. Pengukuran AC, bersama
Penetapan kinerja yang diinginkan dari selubung dengan zoning dan peletakan sistem, merupakan
bangunan beserta standar minimal dan maksimal aspek yang penting bagi desain AC. Pengukuran
untuk aspek ini diperlukan. Harus dipahami AC merupakan isu yang kompleks yang

26 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
membutuhkan pendekatan secara sistematis. 8. Tidak tergantung cuaca (kecuali data cuaca)
Ukuran yang tepat bergantung pada berbagai
faktor, termasuk iklim, konfigurasi bangunan, Output dari contoh program simulasi komputer
penggunaan ruang, zoning sistem, dan peletakan digambarkan pada diagram-diagram di bawah:
(layout). Banyak faktor dapat menyebabkan
oversizing sistem AC dan komponennya. Ketika Gambar 10 menunjukkan kemungkinan untuk
dilaksanakan, hal ini menjadi kontributor yang menentukan velositas dan arah angin yang
signifikan bagi pengguna energi. mengelilingi bangunan baru.

Penghitungan beban pendinginan biasanya Gambar 11 dan Gambar 12 menunjukkan


ditentukan berdasarkan hari terpanas (hari radiasi sinar matahari rata-rata harian dan
desain). Hasil penghitungan hanya menyediakan peningkatan panas yang akan digunakan untuk
beban puncak selama profil 24 jam. Ketika beban memperkirakan beban pendinginan bangunan.
pendinginan desain cukup untuk menentukan
kapasitas pendinginan total dari peralatan AC, Gambar 13 merupakan contoh dari kebutuhan
pemilihan peralatan AC yang optimal mungkin terpaan pencahayaan.
membutuhkan profil beban pendinginan
tahunan, yang dapat menentukan angka dan
jumlah pendingin yang perlu dipilih untuk
mencapai operasi yang paling hemat energi.

3.7.7 Program simulasi komputer

Program simulasi komputer merupakan alat yang


efektif dalam desain bangunan hemat energi.
Program simulasi komputer ini dapat digunakan:

• Untuk bangunan yang sudah berdiri:


untuk memahami kinerja energinya dan
bagaimana untuk meningkatkannya.
• Untuk bangunan baru pada tahap
desain: untuk mencari desain terbaik
yang mengeksplor seluruh potensi untuk
menciptakan bangunan berkelanjutan
(energi rendah). Gambar 10. Ventilasi dan Radiasi Sinar Matahari Urban

Pemilihan menggunakan program simulasi


komputer akan, dibandingkan dengan
pendekatan desain yang lebih tradisional,
menghasilkan:

1. Biaya tenaga kerja relatif rendah (untuk


operator komputer dan analis hasil)
2. Biaya alat yang relatif rendah (untuk
perangkat lunak dan komputer)
3. Penghitungan yang lebih cepat (seperti
untuk mensimulasi profil beban separuh
(partial load) dan untuk mensimulasi
konfigurasi kapasitas pendingin)
4. Lebih mudah untuk memodifikasi/
memanipulasi desain.
5. Lebih aman (tidak melibatkan bahan yang
berbahaya)
6. Ruangan yang diperlukan lebih sedikit
(hanya membutuhkan ruang untuk bekerja
dengan laptop)
7. Tidak ada ketergantungan skala (model Gambar 11. Terpaan Sinar Matahari – Hasil Simulasi
dapat dibuat dengan skala penuh)

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 27
Brief Desain harus menjelaskan persyaratan
bagi tim desain dalam menyiapkan draf Manual
Operasi dan Pemeliharaan yang menjadi
salah satu tugas mereka. Hal ini harus disusun
seiring proses desain untuk memastikan bahwa
persyaratan O&M dipertimbangkan. Draf manual
O&M lalu akan direvisi dan diselesaikan selama
dan setelah proses commissioning bangunan.

3.9 Materi Referensi

1. Aroth, Agas; Energy Efficiency Building


Design Guidelines for Botswana.
Gambar 12. Breakdown Kenaikan Panas Danish Energy Management A/S and the
Government of Botswana. Botswana,
2007.
2. SNI (Indonesia National Standardization
Agency) 03-6572-2001 Tata Cara
Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Gedung.
3. SNI (Indonesia National Standardization
Agency) 6389: 2011: Konservasi Energi
Selubung Bangunan Pada Bangunan
Gedung.
4. International Energy Agency: Task 23
Integrated Design Process. Germany,
2003.
5. International Energy Agency: Energy
Efficiency Requirements In Building
Codes, Energy Efficiency Policies For New
Buildings, OECD/IEA. France, 2008.
6. Hawaii Commercial Building Guidelines
for Energy Efficiency. USA, 2004.
Gambar 13. Terpaan pencahayaan

3.8 Operasi dan Pemeliharaan


Tujuan dari operasi dan pemeliharaan
(Operations and Maintenance/O&M) adalah
untuk merencanakan, mendesain, memelihara,
dan memperbaiki fasilitas bangunan sehingga
kinerja fasilitas yang handal, aman, sehat, hemat
energi, dan efektif untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan selama siklus hidupnya dapat
disediakan.

Dalam tahap perencanaan dan desain, staf


O&M harus terlibat dan dapat mengidentifikasi
persyaratan pemeliharaan untuk penyertaan
dalam desain, seperti akses peralatan, monitor
kondisi built-in, koneksi sensor, dan sebagainya.
Pendekatan O&M keseluruhan harus dijelaskan
secara spesifik dalam Brief Desain, untuk
mempengaruhi keputusan yang diambil dalam
proses desain.

28 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
4. Proses Desain Terintegrasi (Integrated Design Process/IDP)
4.1 Definisi Proses Desain Terintegrasi mungkinkan adanya pengambllan keputusan
lintas disiplin yang berhubungan dengan
Proses Desain Terintegrasi (Integrated Design orientasi bangunan, konfigurasi, selubung
Process/IDP) merupakan suatu pendekatan bangunan, dan keseluruhan sistem.
desain “baru” yang berbeda dari cara “lama”
yang konvensional (atau desain linear). Proses Komunikasi lintas disiplni ini sangat penting dan
desain terintegrasi memperlakukan bangunan harus dimulai seawal mungkin dalam proses
dan sekelilingnya sebagai satu entitas penuh, desain. Makin awal interaksi antara perencanaan
yang terdiri dari berbagai sistem berbeda yang sistem dan efisiensi energi dimulai, makin sedikit
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai biaya yang akan dikeluarkan dalam proyek
kinerja optimal di berbagai hal. Pada dasarnya, memungkinkan pencapaian sasaran-sasaran
IDP merupakan pendekatan holistik terhadap proyek.
desain, konstruksi, operasi, dan penonaktifan
bangunan.
4.2 Manfaat IDP
IDP membutuhkan kolaborasi antara para IDP menumbuhkan pemahaman bahwa suatu
pemangku kepentingan inti dan profesional bangunan merupakan seperangkat sistem yang
desain dari perencanaan hingga penyelesaian saling berkaitan dan saling bergantung satu
proyek. Pendekatan kolaboratif ini me- sama lain (interdependen) di mana sebuah solusi

Proses Desain Terintegrasi Proses Desain Konvensional


Inklusif dari awal Melibatkan anggota tim hanya bila dianggap penting
Front-loaded - waktu dan energi ang Kurang waktu, energi, dan kolaborasi
diinvestasikan dari awal dipamerkan di tahap awal
Keputusan dipengaruhi oleh tim yang Keputusan dibuat oleh beberapah orag saja
melibatkan banyak orang
Proses holistik secara berulang-ulang Proses sekuensial
Konsep pemikiran yang menyeluruh Sistem sering dipertimbangkan dalam
tim yang terkotak-kotak
Memungkinkan untuk optimasi secara penuh Terbatas untuk melakukan optimasi
Mencari sinergi Berkurang kesempatan untuk melakukan sinergi
Biaya siklus hidup Penekanan pada biaya awal
Proses berlanjut melalui evaluasi hunian Biasanya selesai ketika konstruksi selesai

Tabel 6. Perbandingan Proses Desain Terintegrasi dan Konvensional

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 29
Proses Desain Terintegrasi menghasilkan proses desain di mana seluruh
aspek bangunan dioptimalkan demi kinerja
terbaik selama proses desain, serta memiliki
seperangkat parameter yang dapat digunakan
untuk mengukur desain selama siklus hidup
Orientasi bangunan.
dan Pentuk
Bila dijalankan secara layak, maka proses ini akan
Material
Desain Lahan menggunakan sinergi yang dihasilkan dari kinerja
Pemilihan
bangunan yang meningkat.

4.3 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam IDP


Lampu, IDP secara langsung berpengaruh pada pemilik
Pemanasan Pencahayaan dan pengelola bangunan, penyewa utama,
dan Pendinginan Alami dan penghuni bangunan, serta seluruh tim desain dan
Elektrikal konstruksi.
Ventilasi
Penting untuk melibatkan sebanyak mungkin
seluruh anggota tim desain dalam IDP dari awal
proyek. Profesional desain dan konstruksi, seperti
arsitek; insinyur struktural, mekanik, dan listrik;
desainer interior; arsitek lansekap; desainer
Gambar 14.Desain Hemat Energi melalui IDP pencahayaan; konsultan energi; spesialis muka
bangunan (façade specialist); manajer proyek;
tunggal dapat mendorong perbaikan di beberapa dan kontraktor umum dan spesialis, semuanya
sistem bangunan pada saat yang bersamaan. memiliki pengaruh terhadap efisiensi energi
bangunan. Setidaknya disiplin-disiplin desain
Pada tahap dimulainya pendekatan terintegrasi bangunan utama harus dilibatkan dari hari
ini dalam tahap desain awal, sasaran spesifik pertama (Arsitek; Insinyur Mekanik, Listrik, Sipil,
(yang dapat diukur dan divalidasi) disetujui dan dan Struktural).
ditetapkan di antara disiplin-disiplin desain
yang berbeda. Sebelum ada desain yang dicoba
atau konsep yang dibangun, strategi desain
4.4 Ciri Khas IDP
lintas disiplin ini dikembangkan dan didesain Cara desain yang konvensional mengikuti proses
untuk mencapai sasaran-sasaran ini. Hal ini akan yang linear: desain proyek, rencana konstruksi,
Konsep proses penawaran (bidding), konstruksi,
Pembiayaan commissioning, serah terima, dan operasi. Arsitek
Konsep Desain mengembangkan konsep desain keseluruhan,
Konsep Desain Lansekap dan
Struktural Lingkugan insinyur mengambil konsep tersebut,
mengerjakannya, dan memastikan bahwa hal
ini dimungkinkan secara struktural. Lalu sistem
HVAC, pencahayaan, dan lainnya didesain dan
dipasang pada bangunan seefisien mungkin.

Prinsip-Prinsip Desain Efisien Konsep Desain Dalam proses ini, seluruh spesialis biasanya
Operasi dan Terintegrasi Arsitektural bekerja sendiri-sendiri. Masing-masing pihak
Pemeliharaan
fokus pada area keahlian mereka dalam proyek
dan berinteraksi HANYA ketika sangat diperlukan.

Proses Desain Terintegrasi (IDP) merupakan


Konsep Desain Konsep Desain pendekatan kolaboratif dan berulang yang
Mekanik Kenyamanan
Manusia mengikuti langkah-langkah berikut.
Konsep Desain
Listrik dan • Menentukan sasaran-sasaran spesifik
Pencahayaan
bangunan,,
• Menentukan sasaran-sasaran yang dapat
Gambar 15. Desain Hemat Energi melalui IDP dicapai

30 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
Proses Desain Konvensional

Penrograman Konsep Desain Desain Terinci


Konstruksi Operasional
Klien Arsitek Arsitek
Kontraktor Pengunna
Arsitek Tim Teknis

Proses Desain Terintegrasi

Penrograman Konsep Desain Desain Terinci Konstruksi Operasional


Tim Desain Tim Desain Tim Desain Tim Desain Pengguna

Gambar 16. Proses Design Konvensional dan Proses Desain Terintegrasi

• Bertemu dengan SELURUH anggota tim, • Terdapat peluang besar bahwa hal ini
• Mengkomunikasikan rencana dan sasaran, akan menghemat waktu, upaya, dan biaya
• Memilih teknologi dan pendekatan yang konstruksi awal.
cocok (konsep desain),
• Mendesain proyek dengan memikirkan Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 16,
SELURUH sasaran (pendekatan tim terdapat 4 tahap utama dari proses desain yang
kolaboratif), secara jeas membedakan antara pendekatan
• Rencana konstruksi, IDP dan desain konvensional. Hal ini meliputi
• Proses penawaran, tanggung jawab setiap pihak di setiap tahap,
• Konstruksi, interaksi dengan pihak lain, pemilihan peralatan,
• Commissioning dan serah terima, dan peluang penghematan energi. Pengulangan
• Pemeliharaan bangunan. dari proses desain di dalam tiap tahap dan antar-
tahap juga dapat ditandai.
Proses ini akan meningkatkan desain keseluruhan
karena: Harus dipahami pula bahwa terdapat
korelasi langsung antara peluang untuk
• Tidak ada keputusan untuk “melanjutkan mengimplementasikan sebuah strategi efisiensi
proyek tanpa mempertanyakan asumsi energi, upaya untuk mengimplementasikan
kita,” sehingga tidak ada peluang yang strategi, biaya yang diperlukan untuk
terlewatkan. mengimplementasikan strategi, dan peran tim
• Terdapat pemahaman mengenai desain dalam proses yang ditunjukkan dalam
hubungan lintas disiplin, sehingga Gambar 17.
menciptakan lebih banyak peluang.
• Terdapat visi dan tujuan bersama.

Potensi Penghematan Energi Tingkat Usaha

Gambar 17.Penghematan Energi Potensial di Setiap Tahap

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 31
5. Analisis Biaya Siklus Hidup
5.1 Gambaran Umum prinsip analisis biaya siklus hidup. Terdapat dua
cara untuk menunjukkan rasio keuntungan-
Analisis biaya siklus hidup (Lifecycle Cost Analysis/ terhadap-biaya dari penghematan energi:
LCCA) pada dasarnya merupakan proses
desain untuk mengontrol biaya kepemilikan • Cara pertama dengan menggunakan
properti awal dan di masa depan. LCCA dapat rasio nilai total British thermal units (BTUs)
diimplementasikan dalam berbagai level proses atau kilowatt hours (kWh) yang telah
desain dan dapat menjadi alat yang efektif untuk dihemat selama masa hidup sistem
mengevaluasi sistem bangunan yang ada. LCCA dibandingkan pada biaya sistem total
dapat digunakan untuk mengevaluasi biaya dari (biaya awal, operasi, pemeliharaan dan
seluruh rangkaian proyek, mulai dari kompleks perbaikan, dan biaya penggantian).
situs keseluruhan hingga komponen sistem • Cara kedua dengan menggunakan
bangunan yang spesifik. nilai dari penghematan energi bersih
(net) tahunan (yaitu, perbedaan antara
Pentingnya efisiensi energi sebagai komponen energi yang dihemat dengan energi
biaya siklus hidup suatu bangunan jelas tampak yang digunakan untuk operasi dan
ketika biaya energi bangunan dihitung dengan pemeliharaan) dibagi dengan biaya
peralatan modal tahunan yang setara.
Contingency Renovation
Insurance/
Interest Residual Singapura telah mendukung desain bangunan
Architectural Art/Décor/Equipt.
Systems Interest/Taxes hijau sejak 1993. Pada saat ini, terdapat lebih
(about 40%) Admin/Legal
Survey
dari 1.000 bangunan yang bersertifikasi
(Site Invest.) Maintenance Greenmark di Singapura. BCA Singapura telah
Prof. Fee & Repair
(CM, Tech.) mengembangkan panduan untuk payback
Structural
Systems Land Acquisition tahunan dari investasi yang meningkat untuk
(about 25 %)
Operational
beberapa kategori Greenmark berdasarkan
contoh yang sudah ada.
Mechanical & Construction Other Costs
Electrical
Systems
(about 35 %)
Costs
5.2 Keuntungan dan Penggunaan Analisis
Construction
Costs
Biaya Siklus Hidup
Construction Costs Investment Costs Life-Cycle Costs
Keuntungan utama LCCA adalah karena
proses analisis ini dapat digunakan untuk
Gambar 18. LCCA untuk Bangunan
memahami dampak ekonomi dari keputusan

32 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
Conventional Building’s Life-Cycle Costs
16,00

Building Value (in million rupiahs) per m2 floor area


Operation & Maintenance Cost of
Conventional Building

10,50

Green Building’s Life-Cycle Costs

Operation & Maintenance Cost of


Green Building
Initial Cost of Green Building
5,50

Initial Cost of Conventional Building


3,00

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Building Age (in years)

Gambar 19. Perbandingan Biaya Siklus Hidup Bangunan Konvensional dan Hijau

desain bangunan di awal terhadap masa hidup proyek. Biaya investasi awal merupakan biaya
keseluruhan bangunan. Dengan kata lain, yang akan dibebankan sebelum fasilitas mulai
keputusan yang diimplementasikan sekarang dihuni. Seluruh biaya awal akan ditambahkan
akan menentukan biaya yang harus ditanggung dalam total LCCA pada nilai penuhnya dan
oleh pemilik bangunan selama 30 tahun meliputi:
operasi bangunan. Penggunaan LCCA telah
diimplementasikan secara luas dalam industri 1. Manajemen Konstruksi
konstruksi dan manufaktur produk. 2. Pembebasan Lahan
3. Investigasi Situs
Gambar 19 menunjukkan perbandingan antara 4. Desain dan Konstruksi
bangunan konvensional dan bangunan hijau 5. Peralatan
yang melibatkan efisiensi energi sebagai salah 6. Teknologi
satu pertimbangannya dalam siklus hidup 7. Administrasi
bangunan. 8. Seni/Dekorasi

5.3 Elemen-Elemen Analisis Biaya Siklus 5.3.2 Biaya masa depan


Hidup 1) Biaya Operasional (biaya tahunan)

Elemen paling penting dalam LCCA adalah Langkah kedua dalam penyelesaian LCCA
pemilihan material atau peralatan yang memiliki adalah menentukan seluruh biaya operasional
kualitas, ketahanan, dan efisiensi operasi yang proyek di masa depan. Biaya operasional adalah
lebih baik serta membutuhkan pemeliharaan biaya tahunan, selain biaya pemeliharaan
yang lebih rendah. Peralatan ini mungkin lebih dan perbaikan, yang diperlukan untuk
mahal dan meningkatkan biaya awal, namun mengoperasikan fasilitas. Sebagian besar dari
penggunaan material dan peralatan ini juga akan biaya ini berhubungan dengan utilitas bangunan
menghasilkan efisiensi jangka panjang untuk dan jasa kustodian . Seluruh biaya operasional Elemen paling penting
operasi dan pemeliharaan. Oleh karena itu, LCCA akan dipotong ke nilai sekarang sebelum dalam LCCA adalah
digunakan untuk menghitung dampak jangka ditambahkan ke total LCCA. pemilihan material
panjang dari pilhan desain yang berbeda, dengan atau peralatan yang
membandingkan biaya mereka terhadap siklus Biaya operasional yang tidak berhubungan memiliki kualitas,
hidup keseluruhan bangunan. langsung dengan bangunan harus ditiadakan dari ketahanan, dan efisiensi
LCCA, seperti biaya material kantor. Meskipun hal operasi yang lebih baik
5.3.1 Biaya Awal ini merupakan pengeluaran operasional tahunan, serta membutuhkan
namun tidak berhubungan dengan operasi pemeliharaan yang
Langkah pertama dalam penyelesaian LCCA bangunan dan merupakan fungsi dari pengguna lebih rendah.
adalah menentukan seluruh biaya investasi awal bangunan.

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 33
OPERASIONAL
DESAIN KONSTRUKSI
DAN PERAWATAN

CPR
ADMINISTRASI
KONTRAK
COMMISSIONING
KONSEP DESAIN

PENGEMBANGAN OPERASIONAL
MATERIAL DAN PERAWATAN
DESAIN AWAL BANGUNAN

ENERGI
DOKUMENTASI
TEKNIS
DESAIN KONSTRUKSI
PENGEMBANGAN AUDIT

DESAIN QUALITY KOMISIONING


CONTROL LANJUT
TEKNIS
TERINCI

RETROFIT DAN
PERBAIKAN
MODEL DAN
SIMULASI BANGUNAN

$$$ $$ $
Biaya operasi dapat dihemat hanya
dengan komisioning

Gambar 20. Biaya Siklus Hidup Bangunan (tim experts)

2) Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan (biaya perawatan nilai sekarang sebelum ditambahkan ke total
terjadwal dan tidak terjadwal) LCCA.

Biaya pemeliharaan merupakan biaya terjadwal Penting untuk dicatat bahwa seluruh pilihan
yang berkaitan dengan perawatan fasilitas. tidak diciptakan setara. Pada saat awal, biaya
Contoh dari biaya pemeliharaan adalah biaya pemeliharaan dan perbaikan dapat dinilai
inspeksi atap tahunan dan pendempulan setara untuk seluruh alternatif. Namun, harus
penetrasi atap bangunan. Tugas ini merupakan dipertanyakan apakah mungkin satu alternatif
kegiatan terjadwal yang dimaksudkan untuk lebih rentan terhadap kerusakan dibanding yang
menjaga bangunan agar tetap dalam kondisi lain. Lokasi fasilitas, umur sistem bangunan, dan
baik. Biaya perbaikan adalah pengeluaran tak variasi di area selubung eksterior merupakan
terduga yang diperlukan untuk memperpanjang beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
umur sistem bangunan tanpa harus mengganti ketika memperkirakan biaya pemeliharaan dan
sistem. Contohnya adalah memperbaiki jendela perbaikan untuk alternatif proyek. Penjelasan
yang rusak. Hal ini tidak terjadwal dan tidak asumsi evaluasi yang kredibel harus dimasukkan
membutuhkan penggantian seluruh unit jendela, dalam LCCA.
hanya penggantian panel yang rusak.
3) Biaya penggantian (penggantian komponen sistem
Beberapa biaya pemeliharaan dibebankan bangunan yang terjadwal)
secara tahunan sementara yang lain lebih jarang.
Biaya perbaikan pada dasarnya tidak terduga Langkah ketiga dalam penyelesaian LCCA untuk
jadi tidak mungkin untuk memprediksi kapan alternatif proyek adalah menentukan seluruh
akan harus ditanggung. Secara sederhana, biaya penggantian alternatif di masa depan.
biaya pemeliharaan dan perbaikan harus Biaya penggantian merupakan pengeluaran
dilihat sebagai biaya tahunan. Seluruh biaya yang diantisipasi bagi komponen sistem
pemeliharaan dan perbaikan akan dipotong ke bangunan yang diperlukan untuk memelihara

34 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
operasi fasilitas. Seluruh biaya penggantian akan Nilai residual dari alternatif proyek dapat
dipotong ke nilai sekarang sebelum ditambahkan ditetapkan dalam beberapa cara tergantung Nilai residual suatu
ke total LCCA. Biaya penggantian umumnya pada tingkat detail yang tersedia. Meskipun fasilitas atau sistem
disebabkan oleh penggantian sistem bangunan demikian, solusi proyek yang lebih memilih untuk bangunan sangat
atau komponen yang telah mencapai akhir mendirikan fasilitas pengganti baru dibandingkan penting ketika
masa pakainya. Contoh dari biaya penggantian renovasi atau penambahan pada fasilitas yang mengevaluasi alternatif
adalah penggantian boler. Boiler memiliki masa sudah berdiri harus menetapkan nilai residual proyek yang memiliki
pakai lebih pendek dibandingkan fasilitas yang dengan dasar sistem bangunan. jangka hidup yang
dilayaninya. Pada titik tertentu, peralatan tersebut berbeda. Contohnya
akan gagal dan membutuhkan pengganti untuk
meneruskan operasi fasilitas.
5.4 Biaya vs. Penghematan dalam Upaya adalah evaluasi dua
alternatif atap, atap
Efisiensi Energi logam dan atap
4) Nilai Residual (nilai fasilitas di akhir periode proyek) sirap komposisi.
Untuk mencapai penghematan dalam upaya
Langkah keempat dalam penyelesaian LCCA efisiensi energi, diperlukan pendekatan dengan
adalah menentukan nilai residual dari alternatif. tiga cabang, seperti ditunjukkan diagram Gambar
Nilai residual merupakan nilai bersih dari 21.
bangunan atau sistem bangunan pada akhir
periode LCCA bangunan. Hal ini merupakan a. Organisasi ulang rumah tangga: tanpa
kategori biaya dalam LCCA di mana nilai negatif, tambahan investasi, mengubah perilaku staf
yang mengurangi biaya, dapat diterima. dan penghuni dapat menghemat 5-10% biaya
energi.
Nilai residual suatu fasilitas atau sistem bangunan b. Mengubah peralatan: dengan investasi kecil
sangat penting ketika mengevaluasi alternatif seperti key tags (di hotel) atau sensor suhu/
proyek yang memiliki jangka hidup yang berbeda. gerakan dan sinar matahari, biaya energi
Contohnya adalah evaluasi dua alternatif atap, dapat dihemat hingga sekitar 7-15%.
atap logam dan atap sirap komposisi. Atap sirap c. Mengubah proses: dengan investasi besar
memiliki rentang hidup 20 tahun sementara atap dalam proses dan modifikasi pabrik, seperti
logam dapat bertahan hingga 40 tahun. Dalam pendingin penyerap gas, penyimpanan
LCCA, dalam periode hidup bangunan selama es, atau bank kapasitor, biaya energi dapat
30 tahun, atap sirap harus diganti, sehingga dihemat hingga sekitar 15-30%.
membebankan biaya penggantian. Atap logam
tidak membutuhkan pengganti; sehingga biaya Tabel 7 di halaman 36 menunjukkan peluang
penggantian tidak akan dibebankan. Nilai residual penghematan energi pada sejumlah komponen
dari setiap pilihan dapat dihitung sebagai berikut: bangunan berdasarkan pengalaman di lapangan.
Tabel ini diambil dari Manual Teknis yang
Nilai Residual Atap Logam = menjelaskan SNI – Prosedur Audit Energi pada
(Biaya Awal) x (Umur Atap Logam/Jangka Hidup Atap Sirap - 1) Bangunan (2000). Buku pegangan ini tidak pernah
diperbarui namun masih dianggap relevan,
Nilai Residual Atap Sirap = terutama untuk bangunan-bangunan yang
(Biaya Awal) x (Umur Atap Sirap/Jangka Hidup Atap Logam - 1) sudah berdiri. Oleh karena itu, tabel di bawah
telah ditambahkan dengan beberapa daftar yang

3
Biaya Pen 0%
hem
e atan
yang nergi
tela
ada h
Hou
Biay se k
a eepi
mas energi Mod ng
a de if
pan pera ikasi
latan

P ro
Mod se s
ifika
si

Gambar 21. Fase Penghematan Energi. (Industrial Sector Energy Audit DJLEB, Jakarta 1986)

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 35
HAL Penghematan
Rata-Rata (% )

I. Sistem Listrik:

1 Meningkatkan faktor daya 5.1

2 Mengurangi kapasitas transformer berlebih 3.3

3 Memasang motor dengan efisiensi ekonomi tertinggi*) 0.1-0.5

II. Sistem AC

4 Memasang pendingin bebas gesekan (Frictionless Chiller)**) 24.3

5 Memasang kontrol VAV 12.6

6 Memasang pertukaran pipa udara masuk 12.0

7 Memasang pendingin dengan efisiensi tinggi 9.6

8 Memelihara pembersih filter, AHU, dan gulungan pendingin 7.2

9 Meminimalisasi aliran udara dari luar 6.0

10 Memasang penyimpanan suhu pendingin**) 0.5-5.0

11 Mengoptimalisasi lebih dari satu pendingin 4.9

12 Meningkatkan suhu condenser 4.1

13 Mengganti motor listrik yang terlalu besar 3.8

14 Meningkatkan suhu standar menjadi 250C 3.6

15 Menilai ulang lokasi bangunan untuk engurangi beban pendinginan 3.0

16 Mengubah aliran udara ke condenser 2.8

17 Mengurangi jam kerja AC 2.3

18 Memasang pompa dengan kecepatan yang beragam 1.6

19 Memasang kapasitas AC lebih kecil untuk ruang yang terpisah 1.3

20 Memasang pompa dengan efisiensi tinggi 1.3

III. Sistem Pencahayaan

21 Mengurangi lumen lampu 5.1

22 Mengganti bola lampu fluoresen dengan yang lebih efisien**) 05-5.0

23 Mengurangi jam kerja sistem pencahayaan 2.8

24 Mengurangi pencahayaan berlebihan**) 0.1

25 Memasang lampu yang lebih efisien pada sistem penncahayaan yang sudah ada**) 0.1

36 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
HAL Penghematan
Rata-Rata (% )

IV. Perubahan Selubung Bangunan

26 Mengurangi rasio antara bukaan dan dinding 12.7

27 Memasang glasur berefisiensi tinggi dan glasur pelengkap**) 05-5.0

28 Mengurangi bidang glasur dan memasang thermal shutter**) 0.5-5.0

29 Memasang kaca ganda (double glass) di jendela 2.1

30 Insulasi, infiltrasi, dan penyerap atap 0.8

V. Control and use of sunlight

31 Memasang perangkat peneduh eksternal yang sesuai 0.5-5.0


untuk setiap paparan dari glasur**)

32 Memasang perangkat peneduh internal**) 0.5-5.0

33 Memasang skylight atau pipa cahaya 0.5-5.0

34 Menggunakan cat, lapisan, atau selubung yang akan 1.0-5.0


mengurangi serapan sinar matahari**)

35 Memasang sistem rak cahaya dan peneduh. Menggunakan 0.1


warna interior yang ringan atau permukaan cermin**)

VI. Lifts

36 Mengurangi lalu lintas satu lantai 0.2

37 Memasang lift hidrolik***) 0.10

38 Memasang lift regerator***) 0.12

39 Memasang teknologi VVVF***) 0.15

*) Referensi: Steve Dotty; 2009


**) Referensi: Paul Kistler, PE, CEM, 2009
***) Referensi: Energy Efficient Elevators And Escalators; 2010

Tabel 7. Peluang Konservasi Energi

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 37
Alat-alat ini
berhubungan dengan perkembangan teknologi
yang lebih mutakhir. Dari tabel 7 dapat dilihat
5.5 Kesimpulan
memungkinkan bahwa efisiensi energi yang lebih baik dapat Dengan menggunakan LCCA, pemilik dan
pengambilan keputusan dicapai di kebanyakan bangunan dengan: pengembang bangunan memiliki kesempatan
yang lebih baik dalam untuk menilai manfaat serta dampak finansial
pendirian bangunan. • Meningkatkan suhu ruangan dari 22oC dari fitting, penggantian, retrofit, dan perubahan
Dengan menggunakan ke 25oC untuk mengurangi beban material bangunan, komponen bangunan, dan
pendekatan ini, pendinginan. komponen mekanik dan listrik untuk solusi hemat
maka pemahaman • Mengoperasikan kipas di AHU (Air energi sebelum keputusan lain diambil. Hal ini
serta kepastian akan Handling Unit) dari 10 menjadi 9,5 jam juga memungkinkan perbandingan yang adil
penghematan potensial untuk menghemat konsumsi energi. mengenai dampak finansial penuh dari sistem-
proyek yang lebih • Mengganti bola lampu biasa dengan sistem yang berbeda sepanjang hidup bangunan.
baik dimungkinkan. yang hemat energi untuk meningkatkan
lumen dan mengurangi konsumsi energi. 5.5.1 Rangkuman
• Mengurangi kebocoran udara untuk
mencegah kehilangan udara dingin dan Terdapat manfaat baik bagi pemilik maupun
infliltrasi udara panas. pengembang bangunan yang menggunakan
alat-alat yang tersedia bagi mereka, seperti LCCA,
Tindakan-tindakan ini dapat menghemat sekitar untuk memaksimalkan peluang konservasi energi
3,2-14,1 % biaya energi pada bangunan. Selain itu, yang tersedia untuk bangunan mereka. Alat-
menggunakan tipe-tipe sistem AC yang berbeda alat ini memungkinkan pengambilan keputusan
dapat berdampak pada biaya energi (lihat tabel di yang lebih baik dalam pendirian bangunan.
bawah): Dengan menggunakan pendekatan ini, maka
pemahaman serta kepastian akan penghematan
potensial proyek yang lebih baik dimungkinkan.
Tipe Pendingin % Penghematan Biaya Operasional
(contoh) Jelas bahwa standar, kode, dan regulasi Indonesia
- Air cooled gas tidak berkembang seiring perkembangan
absorption chiller 38% Rp. 23.864.040, persyaratan dan teknologi bangunan dan
- Air cooled efisiensi energi. Alhasil, sejumlah peraturan
reciprocating chiller 50% Rp. 31.315.200, ini harus direvisi dan diperbarui. Mengadopsi
- Water cooled gas praktik terbaik internasional dapat mempercepat
absorption chiller 74% Rp. 46.190.400,- proses ini dengan menutup kesenjangan antara
persyaratan teknis akan standar efisiensi energi
- untuk bangunan.
Tabel 8. Saving Cost on Chiller
5.5.2 Tren Efisiensi Energi internasional
Dibandingkan pendingin berbasis air
konvensional yang digunakan di kebanyakan Banyak standar efisiensi energi yang
konstruksi, penghematan berikut dapat dicapai telah diaplikasikan di seluruh dunia dapat
melalui penggantian sistem ini dengan teknologi diimplementasikan di Indonesia dengan sedikit
berbeda. modifikasi dan pengaturan, terutama metode
yang digunakan untuk mengurangi jejak karbon
Kebanyakan dari biaya modal tambahan untuk bangunan.
bangunan yang sudah berdiri umumnya
disebabkan oleh persyaratan untuk menyediakan Kode dan regulasi baru terkait energi terbarukan
sistem bangunan terintegrasi yang memenuhi juga dapat menjadi pertimbangan yang penting
regulasi, kode dan standar teknis, serta dalam desain hemat energi dan bangunan hijau.
persyaratan lain yang diperlukan untuk mencapai
bangunan hemat energi.

Selama tahap operasional bangunan dapat


direalisasikan secara baik, peluang untuk
penghematan energi dengan mengganti atau
melalui retrofit sistem konvensional dapat
dijalankan untuk sistem bangunan hemat energi
yang terintegrasi.

38 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
6. Operasi dan Pemeliharaan
6.1 Tanda-Tanda Peringatan Inefisiensi parameter sederhana ini dan menangani isu-isu
lebih awal akan meningkatkan penghematan
Energi dalam Bangunan yang Sudah biaya.
Berdiri
6.2 Memahani Bangunan yang Sudah
Sejumlah tanda peringatan inefisiensi energi
dalam bangunan yang dapat diperhatikan oleh Berdiri
pengelola dan pemilik bangunan adalah:
Memahami Bangunan yang Sudah Berdiri
• Peningkatan penggunaan listrik/energi dan
Modelling Audit Energi Sistem Perilaku
air di dalam bangunan, Bangunan Manajemen Manusia
• Keluhan penyewa mengenai suhu dan Energi
kelembaban yang tidak nyaman, suara bising Pertimbangan - Persyaratan - Sejarah - HVAC - Kebijakan
dari diffuser udara (kenyamanan penghuni Proyek Pemilik Konsumsi Energi - Sistem bangunan
- Parameter - Data Cuaca Pencahayaan untuk peralatan
yang tidak baik biasanya disebabkan oleh Desain - Lalu Lintas - Pemeliharaan hemat energi
sistem AC yang tidak efisien, namun juga - Beban Penghuni/Orang Sensor Layak - Observasi
Pendinginan - Breakdown - Kontrol prosedur operasi
dapat disebabkan oleh faktor lain seperti - Suhu Bola Penggunaan yang Layak sebenarnya
beban suhu dari sinar matahari atau peralatan Lampu Kering/ energi - Commissioning - Observasi
Basah - Simulasi yang Layak prosedur
yang lebih tinggi dari apa yang bisa diatasi - Temperatur Per Jam - Rekalibrasi pemeliharaan
dengan AC; sementara suara bising dari dan Kelembaban berkala untuk sebenarnya
Relatif Dalam kinerja yang - Perilaku yang
diffuser udara dapat berarti unit pengendalian Ruangan Target optimal memungkinkan
udara yang tidak efisien). - Pencahayaan infiltrasi
Buatan udara luar
• Untuk bangunan yang menggunakan - Mengedukasi
pendingin, awasi suhu pendekatan pada penyewa akan
efisiensi energi
kondensor dan sisi operator dan awasi
perubahannya. Goals To understand To compare To automate To understand
energy actual energy control and impact human
• Bandingkan konsumsi energi sebenarnya consumption consumptions monitoring of on energy use
dari bangunan terhadap parameter desain according to design and find lectromechanical
design opportunities to equipments
atau data standar yang tersedia untuk tipe be more efficient
bangunan yang serupa.
Result Documentation Audit report on Lower energy - Update
on building energy use and use of building building policy
Tanda-tanda peringatan ini dapat dilacak dengan model suggestions on - Education
energy saving campaign
mudah melalui pengukuran dan pencatatan measures for tenants
penggunaan listrik/energi, penggunaan air,
temperatur, dan kelembaban relatif. Melacak
Tabel 9. Memahami Bangunan yang Sudah Berdiri

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 39
6.2.1 Modelling Bangunan yang Sudah Berdiri

Mengetahui apakah efisiensi suatu alat dapat Peralatan Kanter

dilakukan dengan membandingkan dengan Lampu Penghuni


Lampu Ruang Umum
standar (baseline). Sama halnya dengan efisiensi Tata Udara
bangunan yang dapat dibandingkan dengan Lift
suatu standar dan umumnya dilakukan dalam Air Panas
fase desain. Ketika bangunan telah dioperasikan,
maka standar awalnya adalah desain bangunan.
Untuk mengetahui tingkat efisiensinya, bangunan
harus dibandingkan dengan desainnya sebelum Gambar 23. Penggunaan Listrik Umum Bangunan
perbaikan atau peningkatan dalam hal apapun
dimulai. Meskipun pengeluaran karbon di banyak
kasus merupakan fungsi dari konsumsi energi,
kalkulator karbon hanya menghitung jejak
karbon dari bangunan dengan menggunakan
data penggunaan energi sebenarnya seperti
konsumsi listrik dan penggunaan bahan bakar
atau gas, tetapi tidak menunjukkan apakah
bangunan tersebut efisien atau tidak.

Pematokan energi (energy benchmarking)


dilakukan berdasarkan konsumsi energi
bangunan sebenarnya dan membandingkannya
dengan bangunan serupa (atau dengan
bangunan itu sendiri). Dengan pematokan
ini, efisiensi bangunan dapat dibandingkan;
meskipun demikian, tidak terdapat patokan
penggunaan energi yang detail dan diperbarui
Gambar 22. Modelling Energi Bangunan dibandingkan metode lain (Sumber: secara berkala yang tersedia sekarang untuk
http://images.autodesk.com/adsk/files/rem_icf_report.pdf) Indonesia.

Modelling suatu bangunan atau desain akan Modelling energi bangunan akan menghasilkan
menghasilkan penggunaan energi yang perkiraan konsumsi listrik, dan juga simulasi dari
diperkirakan melalui simulasi perangkat lunak. pola penggunaan energi. Teknologi ini dapat
Inefisiensi kemudian dapat dideteksi dengan digunakan untuk membantu pengambilan
membandingkan penggunaan energi sebenarnya keputusan mengenai penggantian dan retrofit
dengan penggunaan energi yang diperkirakan sistem bangunan melalui modelling penggunaan
menggunakan data simulasi bangunan hasil energi dari peralatan yang akan dipasang.
modelling.

Gambar 24. Contoh simulasi penggunaan energi bangunan – garis merah menunjukkan yang sebenarnya,
garis hitam menunjukkan yang disimulasi. (Sumber: Calibration of a detailed simulation model to energy
monitoring system data: a methodology and case study, Raftery et al, 2009)

40 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
6.2.2 Audit Energi
Audit Awal - menggunakan analisa
Pada dasarnya, audit energi merupakan proses -Perhitungan kBtu/m2
-Menbandingham bangunan
untuk mengevaluasi penggunaan energi sejenis
bangunan serta mengidentifikasi peluang
untuk mengurangi pemborosan. Audit energi Level 1: Walk-through
berdasarkan instrumen yang dijalankan -Biaya dan penhematan untuk ECM’s
-Mengidentifikasi Modal dari proyek
oleh teknisi yang bersertifikasi, ahli, dan
berpengalaman seringkali menunjukkan kondisi-
Level 2: Survei energi dan analisis
kondisi bangunan yang unik. Hal ini terutama -Rincian penggenam energi
-Analisa terinci
terjadi pada bangunan yang lebih tua yang -Biaya dan Penghematan untuk ECM’s
seringkali telah mengalami modifikasi seiring -Perubshsn Operasional dan Perawatan
waktu.
Level 3: Survei Terenci
- Analisa Terinci
Dalam setiap proyek, tujuan auditor adalah - Tambahan Pengukuran
mengidentifikasi masalah kesehatan, keamanan, - Simulasi jam-jaman

dan energi dan mencari cara terbaik untuk


menyelesaikan masalah-masalah ini secara efektif
Gambar 25. Hubungan Level 1, 2, dan 3 dari Audit Energi ASHRAE. (Procedures for
secara biaya. Cakupan audit energi, kompleksitas
Commercial Building Energy Audits, 2nd Edition. 2011)
penghitungan, dan evaluasi ekonomi tergantung
dari audit masing-masing dan harus didiskusikan
secara menyeluruh dengan auditor energi. selama fase benchmarking. Proyek model
Indonesia juga memiliki Prosedur Audit Energi juga dapat diidentifikasi sebagai bagian
pada Bangunan (SNI 6196:2011). Terdapat empat dari ECMs/ECOs.
level audit berdasarkan tujuannya: pematokan • Level II– Audit Energi Rinci/Umum:
(benchmarking), walk-through, awal, dan rinci. Tipe audit energi ini didasarkan pada
Pada umumnya, audit energi dibagi ke dalam hasil audit walk-through dan terdiri dari
empat level: survei penggunaan energi dalam rangka
menyediakan analisis bangunan yang
(ASHRAE - Procedures for Commercial Building komprehensif, analisis fasilitas yang lebih
Energy Audits, Second Edition) mendetail, breakdown penggunaan
energi, dan evaluasi ekonomi kuantitative
• Level 0 – Pematokan (Benchmarking): pertama dari ECOs/ECMs yang dipilih
Audit ini terdiri dari analisis awal untuk memperbaiki kecacatan atau
Penggunaan Energi Bangunan meningkatkan instalasi yang sudah
Keseluruhan (Whole Building Energy Use/ ada. Level analisis ini dapat melibatkan
WBEU) yang didasarkan pada analisis pengukuran on-site yang maju dan alat
penggunaan dan biaya utilitas di masa simulasi berbasis komputer yang canggih
lalu serta perbandingan kinerja bangunan untuk mengevaluasi retrofit energi yang
dengan bangunan serupa. Pematokan dipilih secara akurat. Perubahan Operasi
ini akan membantu menentukan apakah dan Pemeliharaan juga dapat menjadi
analisis lanjutan dibutuhkan. ASHRAE bagian dari rekomendasi.
mengkategorikan level ini sebagai • Level III – Audit Tingkat Investasi: Survei
Analisis Penggunaan Energi Awal. dan Analisis Modifikasi dengan Modal
• Level I – Walk-through: Audit ini Intensif yang mendetail berfokus pada
menilai efisiensi energi bangunan untuk ECMs/ECOs yang berpotensi memakan
mengidentifikasi tidak hanya peningkatan banyak biaya membutuhkan penelitian
sederhana dan berbiaya rendah namun teknik menyeluruh yang menekankan
juga serangkaian langkah-langkah adanya laba atas investasi (return of
konservasi energi (energy conservation investment/ROI) dari modifikasi yang
measures/ECMs), ataupun peluang dilaksanakan. Pengukuran tambahan Sistem manajemen
konservasi energi (energy conservation seperti simulasi setiap jam juga dapat energi secara
opportunities/ECOs), untuk mengarahkan menjadi bagian dari audit. sistematis merekam
audit mendetail di masa depan. Audit penggunaan energi
ini didasarkan pada verifikasi visual, 6.2.3 Sistem manajemen energi dan menjadi dasar
penelitian peralatan yang dipasang dan untuk investasi dalam
data operasional, dan analisis mendetail “Penggunaan energi yang bijakasana dan meningkatkan efisiensi
mengenai konsumsi energi yang direkam efektif untuk memaksimalkan keuntungan

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 41
Gambar 26. Pengurangan biaya berkelanjutan dengan manajemen energi (Sumber: DIN EN 160001: EMS in Practice,
Federal Ministry for the Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety, Germany, 2010)

Gambar 27. Siklus Plan-Do-Act-Check (Sumber: DIN EN 160001: EMS in Practice, Federal Ministry for the Environment,
Nature Conservation and Nuclear Safety, Germany, 2010)

42 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
(meminimalisasi biaya) dan meningkatkan posisi emisi gas rumah kaca.
daya saing” (Capehart et al. Guide to Energy • Transparansi dan komunikasi mengenai Total penggunaan
Management, 2nd Edition. 1997) merupakan manajemen sumber daya energi. energi bangunan
definisi dari Sistem Manajemen Energi (Energy • Praktik terbaik manajemen energi dan dapat dihemat hingga
Management System/EMS) yang terdiri dari perilaku manajemen energi yang baik. 5% sebagai hasil dari
sejumlah prinsip utama. • Mengevaluasi dan memprioritaskan edukasi yang diberikan
imple-mentasi teknologi baru yang hemat kepada penyewa agar
ISO 50001 menggunakan definisi berikut energi. mengubah perilaku
untuk EMS: “Seperangkat elemen yang saling • Kerangka kerja untuk mendukung yang boros energi
berhubungan atau saling berinteraksi untuk efisiensi energi di seluruh rantai menjadi hemat energi.
menetapkan kebijakan energi dan tujuan energi persediaan.
serta proses dan prosedur untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut.” Sistem manajemen energi dalam ISO 50001
mengikuti siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act).
Manajemen energi dapat dilakukan dengan Siklus PDCA ini menyediakan kerangka kerja
beragam cara, dari kegiatan operasional dan untuk perbaikan proses atau sistem yang
pemeliharaan yang sederhana untuk memastikan berkelanjutan. Siklus ini merupakan model
penggunaan peralatan dan sistem dilaksanakan yang dinamis—hasil dari satu siklus menjadi
secara efisien dan efektif hingga instalasi dasar bagi siklus selanjutnya. Struktur ini
teknologi baru yang lebih efisien dan intensif memungkinkan kemampuan untuk menilai ulang
modal. dan mengoptimalkan konsumsi energi sekarang
secara terus menurus dan mengurangi biaya
Sistem manajemen energi secara sistematis secara bertahap
merekam penggunaan energi dan menjadi dasar
untuk investasi dalam meningkatkan efisiensi. Dengan fokus yang lebih besar pada efisiensi
Sistem manajemen energi yang berfungsi energi dari pemerintahan di Indonesia, bangunan
memungkinkan organisasi untuk meningkatkan komersial yang menggunakan daya 6.000 kVA
kinerja energinya secara berkelanjutan dan atau lebih akan diharuskan untuk memiliki
sistematis. manajer energi dalam tahun-tahun mendatang.

Menyusun sistem manajemen energi yang 6.2.4 Perilaku manusia


efektif dalam suatu perusahaan merupakan
proses top-to-bottom. Struktur perusahaan dan Perilaku manusia juga dapat berdampak secara
kebijakan yang mendukung aktivitas manajemen besar terhadap efisiensi energi. Perilaku seperti
energi merupakan komponen terpenting untuk mematikan peralatan yang tidak sedang
menjamin kesuksesan sistem manajemen digunakan, memilih peralatan yang hemat energi,
energi. Komponen penting lainnya adalah posisi dan mengubah perilaku yang meningkatkan
manajer energi di dalam struktur perusahaan beban energi, seperti membuka jendela untuk
yang berperan untuk menggerakkan proses membiarkan udara keluar masuk, membuka pintu
pencapaian tujuan manajemen energi. atau pembatas kepada area yang tidak ber-AC,
dan sebagainya, akan berdampak pada efisiensi
Standar ISO 50001 didasarkan pada elemen bangunan secara keseluruhan.
umum yang ditemui pada standar sistem
manajemen ISO untuk memastikan adanya Pendidikan, insentif, dan kebijakan dapat
kompatibilitas level tinggi dengan ISO 9001 menginspirasi penyewa dan staf untuk
(manajemen kualitas) dan ISO 14001 (manajemen menghemat energi. Total penggunaan energi
lingkungan). ISO 50001 menetapkan proses- bangunan dapat dihemat hingga 5% sebagai hasil
proses berikut: dari edukasi yang diberikan kepada penyewa agar
mengubah perilaku yang boros energi menjadi
• Kerangka kerja untuk mengintegrasikan hemat energi.
efisiensi energi ke dalam praktik
manajemen. Untuk mendorong perubahan perilaku, manajer
• Penggunaan aset yang mengkonsumsi bangunan harus memasukkan kebijakan hemat
energi yang sudah ada dengan lebih baik energi dalam perjanjian penyewaan. Satu
• Pematokan (benchmarking), pengukuran, contoh adalah memiliki kebijakan yang hanya
dokumentasi, dan pelaporan perbaikan membolehkan peralatan yang memenuhi energy
inten-sitas energi dan dampak yang star rating minimal untuk digunakan dalam
diproyeksikan terhadap pengurangan bangunan.

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 43
No Item Unit Jan Feb March April
1 Rooms sold room 2410 2160 2805 2715

2 Occupant rate % 77 70 93 96

3 Electrical consumption/Mo kWh 381.000 288.000 348.000 306.000

4 Electrical Cost/Mo Rp/Bl 242.328.744 195.679.632 268.366.400 158.652.000

5 Electrical Consumption / room kWh/Kmr 158 133 124 113

6 Total Revenue Rp 1.268.000.000 1165.000.000 1.489.000.000 1.454.000.000

7 % Electrical vs Revenue % 19 17 18 11

Tabel 10. Pengaruh hasil pelatihan kesadaran efisiensi energi terhadap konsumsi energi dan pendapatan

Tabel 10 menunjukkan hasil dari pelatihan dengan pompa besar untuk aliran air dinginnya.
kesadaran efisiensi energi yang diberikan kepada Sebelum commissioning, pompa yang diukur
sebuah hotel di Jakarta. menggunakan 75 kWh energi untuk operasinya.
Setelah commissioning yang layak, pompa
6.3 Commissioning dan Tuning Bangunan yang sama diukur dan hanya menggunakan
15 kWh energi tanpa pengurangan kinerja
“Commissioning merupakan proses yang pada bangunan. Langkah commissioning yang
berorientasi pada pemastian kualitas sederhana TIDAK membutuhkan investasi modal
untuk mencapai, memverifikasi, dan tambahan, namun dapat menghemat 60 kWh
mendokumentasi bahwa performa fasilitas, dalam biaya operasi pompa seumur hidup
sistem, dan rakitan yang direncanakan, bangunan. Catatan: Oversizing merupakan praktik yang
didesain, dipasang, diuji, dioperasikan, dan umum dalam industri sehinga marjin keselamatan bagi
dipelihara mencapai tujuan dan kriteria persyaratan yang dihitung dapat disediakan. Meskipun
yang ditetapkan.” (ASHRAE Guideline O). demikian, pompa dalam contoh di atas mengalami
oversize secara signifikan.
6.3.1 Mengapa commissioning dan tuning yang
layak penting untuk dilakukan? 6.4 Apakah Commissioning?
Contoh nyata akan bagaimana commissioning Rencana commissioning terdiri dari:
dapat memberikan keuntungan dampak pada
bangunan komersial di Jakarta yang beroperasi • Prosedur commissioning

Desain Operation
Construction
Concept and Manual

Expected Performance Actual Performance

Proper O&M
Test and Commissioning not as BAU
Design Verification

Gambar 28. Langkah commissioning yang layak

44 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
• Lembar dan formulir checklist • Commissioning
• Commissioning • Pelatihan
• Jadwal commissioning • Pengawasan
• Data yang akan direkam • Tuning

Istilah commissioning diadopsi dari pemban- Umumnya tim commissioning awal dan pemimpin
gunan kapal. Kapal yang telah mengalami tim (atau disebut sebagai otoritas commissioning)
commissioning adalah yang sudah siap untuk terlibat dari awal proyek sampai satu tahun
berlayar. Meskipun demikian, sebelum dapat bangunan dihuni. Walaupun metodologi
mulai dioperasikan, kapal tersebut harus yang dipakai dapat berbeda-beda tergantung
melewati beberapa tahap kunci. pemilik dan proyek, formula dasar untuk proses
commissioning bangunan yang sukses meliputi
Peralatan dipasang dan diuji, masalah diiden- sinergi tim dari tim pre-desain hingga tim operasi
tifikasi dan dibenahi, dan calon awak kapal dan pemeliharaan yang menjalankan pengujian,
dilatih secara menyeluruh. Kapal yang telah lolos commissioning, pengawasan, dan tuning dari sub-
commissioning memiliki material, sistem, dan staf sistem dan peralatan.
yang telah melewati proses pemastian kualitas
secara sukses. Realisasi dari kinerja jangka panjang dalam suatu
bangunan tergantung pada operasi berbagai
Commissioning untuk bangunan merupakan sistem yang sukses secara berkelanjutan. Oleh
proses verifikasi bahwa seluruh subsistem seperti karena itu, sangatlah esensial bahwa operator
listrik, kebakaran/keselamatan, HVAC, saluran dari sistem bangunan memiliki pemahaman
air, selubung bangunan, sistem interior, sistem menyeluruh akan aspek-aspek yang relevan bagi
backup, pencahayaan, air buangan, kontrol, dan sistem di mana mereka bertanggung jawab. Hal
keamanan bangunan telah mencapai persyaratan ini dapat dicapai melalui proses commissioning
proyek seperti dimaksud oleh pemilik bangunan yang komprehensif.
dan didesain oleh arsitek dan insinyur bangunan.
Walaupun proses commissioning bangunan masih
Proses commissioning terdiri dari 5 komponen: terbilang baru dalam industri konstruksi, hal ini
dengan cepat menjadi praktik yang umum karena
• Pengujian pemilik dan pengembang bangunan mencoba

Commisioning

Pengujian Commisioning Pelatihan Pengawasan Tuning


Tujuan -Peralatan bekerja -Konfigurasi -Transfer pengetahuan -Mengumpulkan -Rightsizing peralatan
seperti yang dirancang pengaturan & -Melatih untuk data kinerja -Optimum-hasil
- Tes simulasi mengoptimalkan beroperasi -Uji sistem berulang dengan energi
(uji asap, dll) -Bandingkan dengan dengan benar terpilih minimum
-Interoperabilitas dari desain & OPR -Melatih untuk -Tinjauan tagihan
peralatan memecahkan masalah energi

Akibat -Uji-dokumen -Laporan-Commisioning -Operasi dan Panduan -Laporan Monitoring -Laporan sistem tuning
(Checklist tes, hasil, dll) -Laporan-kekurangan Pemeliharaan -Laporan-kekurangan -Sistem laporan kinerja
Dokumen sistem & tindakan -Pelatihan-dokumen sistem & tindakan - Laporan-kekurangan
-QA Simulasi-laporan korektif -Daftar-pembanding korektif sistem & tindakan
tes -Sistem laporan kinerja -Sistem laporan kinerja korektif
- Laporan tindakan
korektif

Keterlibatan -Tim teknis -Tim teknis -Tim teknis -Tim teknis -Tim teknis
-Operasi-Staf -Operasi-Staf -Operasi-Staf -Operasi-Staf -Operasi-Staf
-Vendor -Vendor -Vendor -Agen-Commisioning -Vendor
-Builder -Builder -Builder -Perwakilan Arsitek -Agen-Commisioning
-Agen-Commisioning -Agen-Commisioning -Agen-Commisioning -Perwakilan Arsitek
-Perwakilan Arsitek -Perwakilan Arsitek -Perwakilan Arsitek

Tabel 11 Bangudan commissioning proses

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 45
mendapatkan lebih banyak keuntungan dari 6.4.4 Pengawasan
investasi mereka.
Selama masa garansi, agen commissioning,
6.4.1 Percobaan staf, dan perwakilan arsitek, insinyur, dan tim
kontraktor harus memverifikasi kinerja sistem
Langkah pertama dari commissioning adalah yang sedang berjalan dengan mengulangi tes
menguji apakah peralatan dan subsistem kinerja sistem terpilih dan dengan mengkaji
berfungsi sesuai apa yang telah didesain. tagihan energi dan dokumentasi lain yang
Pengujian juga melibatkan inter-operabilitas berkaitan dengan kinerja. Agen commissioning
dari peralatan dan subsistem dan pengujian harus menyiapkan laporan untuk manajer
EMS/BMS untuk kontrol. Simulasi juga dapat bangunan menetapkan segala isu dengan
dijalankan untuk menguji sistem di bawah kondisi kinerja sistem yang sedang berjalan dan/atau
operasi tertentu, yang biasanya dijalankan untuk mengkonfirmasi bahwa sistem berfungsi seperti
sistem kebakaran/keselamatan. Hasil utama dari didesain.
pengujian adalah checklist dan pemastian kualitas
bahwa seluruh peralatan dan sub-sistem bekerja 6.4.5 Tuning
sesuai desain.
Bila peralatan dan subsistem tidak bekerja
6.4.2 Commissioning seperti didesain selama tes-tes ini, tuning harus
dilakukan, umumnya dengan mengkonfigurasi
Commissioning meliputi konfigurasi, penentuan, pengaturan atau mengubah prosedur operasi
dan optimalisasi seluruh peralatan dan subsistem dan pemeliharaan. Tujuan ini adalah untuk
dari suatu bangunan. Laporan mengenai mengoptimalkan peralatan dan subsistem untuk
kecacatan sistem masa lalu yang diidentifikasi beroperasi agar efisien seperti didesain. Dalam
dan bagaimana hal ini diselesaikan, termasuk kebanyakan kasus, sistem yang dipasang oversize
segala isu yang beredar atau pengujian musiman (pompa, kipas, AHU), sehingga penyesuaian
yang dijadwalkan untuk kemudian hari ketika ukuran dari operasi seluruh peralatan yang boros
fase garansi, umumnya dikeluarkan. Sama energi dapat mengurangi konsumsi energi secara
halnya dengan laporan mengenai hasil dan signifikan.
evaluasi pengujian kinerja sistem. Terdapat
pula konfirmasi dari Agen Commissioning yang 6.5 Retro-commissioning, Retrofit &
menginformasikan apakah sistem individual telah
memenuhi persyaratan proyek pemilik (Owner’s Pembaharuan (Refurbishment)
Project Requirements/OPR) dan desain.
Retro-commissioning adalah eksekusi proses
6.4.3 Pelatihan commissioning terhadap bangunan yang sudah
berdiri. Retro-commissioning terdiri proses untuk
Pengujian dan Commissioning mengorganisasi meningkatkan kinerja peralatan bangunan,
pelatihan untuk seluruh operator (pendingin, kinerja sistem, dan inter-operabilitas. Bergantung
pompa, menara pendingin, lift, generator) dalam pada umur bangunan, retro-commissioning
tahapan yang layak untuk memungkinkan seringkali dapat menyelesaikan masalah yang
operator mendapatkan gambaran umum yang terjadi ketika fase desain atau konstruksi,
lengkap dan logis dan memahami bagaimana atau menyelesaikan masalah yang muncul
Testing and mengoperasikan utilitas secara benar, aman, dan selama masa hidupnya. Secara sederhana,
Commissioning efisien. Hal ini harus dilakukan setelah pertemuan retro-commissioning pada suatu bangunan
organizes the training evaluasi pasca-konstruksi, yang dihadiri oleh akan memperbaiki prosedur operasi dan
for all operators (chiller, perwakilan dari MK, Pensurvei Kuantitas, Arsitek, pemeliharaannya (operation and maintenance/
pump, cooling tower, Insinyur Pemilik, Insinyur mekanikal, serta O&M) dalam rangka meningkatkan kinerja
elevator, generator) Operasi & Pemeliharaan. bangunan secara keseluruhan.
in a proper sequence
to allow the operators Dalam pertemuan, daftar aset diserahterimakan Untuk bangunan yang lebih tua, audit energi atau
to get a complete and dan jadwal pelatihan disusun beserta dengan retro-commissioning dapat merekomendasikan
logical overview and diskusi mengenai pembandingan bangunan retrofit dan pembaharuan (refurbishment) sistem
understand how to dengan OPR dan konsep bangunan. Diskusi atau peralatan. Meskipun sejumlah retrofit/
operate the utilities konsep bangunan juga dapat membicarakan refurbishment seringkali dihubungkan dengan
properly, safely hal-hal lain, contohnya apakah lantai 9 dapat biaya tinggi, hal ini juga dapat menyediakan
and efficiently. diubah dari ruangan kantor menjadi restoran. penghematan yang signifikan. Oleh karena itu,
terdapat kebutuhan untuk mengevaluasi biaya vs.

46 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
penghematan dan keuntungan dari retrofit dan 6.5.2 Keuntungan retrofit dan pembaharuan
refurbishment. (refurbishment) untuk efisiensi energi

Kelemahan energi dari bangunan berumur 20 Faktor lainnya untuk dipertimbangkan adalah
tahun dapat meliputi: keuntungan dari proses retrofit dan refurbishment
untuk mengurangi biaya operasional dan
• Keausan pada peralatan, terutama motor, pemeliharaan. Contoh dari hal ini adalah
yang mengurangi efisiensi energi dari mengganti sistem pencahayaan dengan
perangkat, sehingga meningkatkan biaya teknologi LED untuk mengurangi konsumsi
operasional. energi, yang juga akan mengurangi biaya
• Insulasi kemungkinan besar butuh pemeliharaan dan operasional karena lebih tahan
diperbaiki atau diperbaharui sepenuhnya, lama daripada bola lampu tradisional.
terutama untuk riser air dingin.
• Peralatan canggih dapat berjalan secara 6.5.3 Pemeliharaan dan tuning sistem
efisien hanya dengan 30% penggunaan
energi dari peralatan yang lebih Pemeliharaan peralatan dan tuning sistem yang
tua, sehingga menghemat 70% dari dapat menghasilkan penghematan tanpa retrofit
biaya operasional peralatan. (Contoh: atau refurbishment juga harus dipertimbangkan.
kebanyakan pendingin berumur 20 tahun Sejumlah pemeliharaan dan tuning sistem dapat
di pasaran dapat berjalan pada 1,5kW/TR, mengurangi penggunaan energi sistem dan juga
namun sekarang tersedia pendingin yang mengoptimalkan sistem kinerja. Pemeliharaan
berjalan pada 0,5kW/TR. dan tuning sistem juga dapat memperpanjang
masa hidup peralatan, selayaknya bagaimana
Menjalankan audit energi atau retro- mobil dipelihara.
commissioning pada bangunan dapat
memberikan evaluasi mengenai perlu atau 6.6 Peralatan Hemat Energi
tidaknya investasi modal dilakukan. Terkadang,
retro-commissioning sederhana dapat menun- Seiring waktu, peralatan dan alat yang
jukkan cara-cara optimalisasi peralatan, sehingga dipasang dalam bangunan oleh penyewa dapat
mengurangi biaya operasional tanpa investasi berkontribusi pada penggunaan energi yang
modal tambahan. signifikan bila mereka tidak efisien. Selain itu,
penyewa harus diedukasi akan alat yang hemat
6.5.1 Biaya vs. penghematan energi dan dampaknya pada biaya operasional
bangunan secara keseluruhan. Penyewa harus
Faktor paling penting dari semua pengeluaran mematuhi kebijakan bangunan yang hanya
modal adalah biaya yang dibandingkan terhadap membolehkan peralatan dan alat dengan rating
penghematan nyata, yang dihitung sebagai efisiensi energi minimal dalam bangunan.
laba atas investasi (return on investment/
ROI). Beberapa retrofit dapat menyediakan Contoh
penghematan yang signifikan, seperti mengganti
pendingin lama yang menggunakan teknologi
tua dengan pendingin baru yang lebih efisien. CRT Monitor LCD Monitor
Hal ini juga dapat menyediakan peluang untuk 17 inch 15 inch ((area tampilan ekuivalen)
menggantikan pendingin oversize yang lama 80W 25W (operasional) Pemeliharaan peralatan
dengan pendingin berkapasitas lebih kecil yang dan tuning sistem yang
baru. Ini merupakan penghematan sebesar 55 Watt dapat menghasilkan
per monitor atau 68% penggunaan energi yang penghematan
Penilaiain lebih akurat akan ukuran apa yang lebih rendah. Bila terdapat 1.000 monitor dalam tanpa retrofit atau
sebenarnya diperlukan dapat dihitung dengan satu bangunan, maka akan terjadi penghematan refurbishment juga
menganalisis log-sheet dan hasil dari audit energi. sebesar 55 kW. harus dipertimbangkan.
Analisis biaya siklus hidup peralatan juga dapat Sejumlah pemeliharaan
menawarkan wawasan baru mengenai apakah dan tuning sistem
investasi untuk peralatan baru merupakan pilihan dapat mengurangi
yang tepat. penggunaan energi
sistem dan juga
mengoptimalkan
sistem kinerja.

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 47
7. Rangkuman Panduan Teknis
Dalam rangka mendorong dan mempromosikan desain hemat energi pada bangunan serta jasa-jasa yang disediakan, berikut
adalah faktor-faktor utama yang perlu dipertimbangkan.

Aspek Penjelasan Dampak terhadap Dampak terhadap Pertimbangan Catatan Merujuk pada
Biaya Modal Biaya Operasional Praktik Terbaik

Iklim Suhu Biaya lebih tinggu bila Biaya lebih tinggi bila - 34oC DB and Bag 2 Bab 3
suhu lebih tinggi suhu lebih tinggi 28oC WB Buku 3

Kelembaban Relatif Biaya lebih tinggi Biaya lebih tinggi bila - 55% - 97%
bila kelembaban kelembaban lebih tinggi
lebih tinggi

Radiasi Biaya lebih tinggi bila Biaya operasional menjadi Peneduh (kanopi, -
radiasi lebih tinggi lebih rendah dengan bangunan, lansekap)
peneduh (shadowing)

Aliran Angin Tidak ada biaya Biaya menjadi lebih rendah - - Bag. 2 Bab 4 & 5
dengan integrasi aliran angin

Kenyamanan Suhu Makin rendah Peningkatan sebesar 10C 25,5 + 1,5 oC SNI 6390 - 2011 Bag 2 Bab 4
kapasitas pendingin, = mengurangi konsumsi
Suhu maka makin rendah energi total sebesar 5%
biaya modal

Kelembaban Relatif Makin rendah Meningkatkan kelembababn 60 + 5% SNI 6390 -2011 Bag 2 Bab 4
kapasitas pendingin, relatif akan mengurangi and Bag 3
maka makin rendah biaya operasional
biaya modal

Pergerakan Udara Diperlukan sejumlah Meningkatkan pergerakan Kombinasi sistem AC 0, 25 m/sec Bag 2 Bab 4 & 5
biaya tambahan untuk udara dari 0,25 m/detik ke 0,8 dan kipas langit-langit (ASHRAE)
kipas langit-langit m/detik dapat meningkatkan
suhu ruangan dari 250C ke
270C à mengurangi konsumsi
energi total sebesar 10%

Tingkat Ventilasi Biaya lebih tinggi Biaya lebih tinggi untuk 2.5 L/s/orang ASHRAE Bag 2 Chapter 4
untuk tingkat ventilasi tingkat ventilasi lebih tinggi 0.3 L/s/m2 dari
lebih tinggi udara di luar

48 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
Aspek Penjelasan Dampak terhadap Dampak terhadap Pertimbangan Catatan Merujuk pada
Biaya Modal Biaya Operasional Praktik Terbaik
Sinar Matahari Tidak ada biaya Menghemat biaya 300 lux GBCI Bag 2 Bab 4&5
Pencahayaan energi pencahayaan (kedalaman ruangan
hingga lebih dari 50% sama dengan dua
kali tinggi jendela)

Kepadatan Pemasangan lampu Mengganti bola lampu biasa 8-12 Watt/m2 SNI 6197-2011 Bag 2 Bab 4.8.1
Daya Cahaya T5 tidak menimbulkan dengan T5 mengurangi
biaya tambahan konsumsi energi
untuk bangunan pencahayaan hingga 30%
baru; potensi tinggi
untuk retrofit dalam
2 tahun PP

Pemansangan lampu Mengganti bola lampu 8-12 Watt/m2 SNI 6197-2011 Bag 2 Bab 4.8.1
LED menimbulkan biasa dengan LED
biaya tambahan mengurangi konsumsi energi
untuk bangunan baru; pencahayaan hingga 50%
periode payback
maksimal 2 tahun.

Pendinginan Situs - - - - Bag 2 Bab 5.2

Pasif Lokasi Tidak ada biaya Jauh lebih rendah dibanding Dinding pembuka di - Bag 2 Bab 5.3
arah Barat-Timur arah Utara-Selatan

Orientasi Tidak ada biaya - - - Bag 2 Bab 5.2

Bentuk Bangunan Lebih pendek Makin rendah WWR, makin *) Bangunan perkiraan - Bag 2 Bab 6.1, 6.2
dinding parameter, rendah konsumsi energi di Singapura
lebih rendah biaya

Selubung Lebih rendah biaya Biaya insulasi yang lebih Mengurangi SNI 6389-2011 Bag 2 Bab 6.1, 6.2
Bangunan -WWR WWR, lebih rendah tinggi akan mengurangi kenaikan panas
biaya konstruksi konsumsi energi dengan menghitung
OTTV 35 W/m2

Selubung Bangunan Biaya insulasi yang Secara signifikan Area pembukaan Cocok untuk Bag 2 Bab 4.4, 5.6
- Insulasi lebih tinggi akan mengurangi biaya 5-10% dari area lantai bangunan
menghemat investasi operasional rendah saja
pendingin ruangan

Simulasi Energi Modelling untuk Biaya konsultan Secara signifikan Melibatkan ahli energi EEI 250 kWh/ Bag 2 Bab 7.1, 7.2
Optimalisasi mengurangi konsumsi dari tahap awal desain m2/tahun
energi sekitar 50%

Pendekatan Biaya ahli Secara signifikan Melibatkan ahli energi EEI 250 kWh/ Bag 2 Bab 8, 9
Sistem terintegrasi untuk mengurangi konsumsi dari tahap awal desain m2/tahun
mencapai sistem energi sekitar 50%
Bangunan bangunan yang
hemat energi

Pengadaan Analisis LCC Biaya lebih tinggi Pemeliharaan dan perbaikan Jaminan kualitas Pendekatan NPV Bag 2, Bab 10
untuk material dan operasional lebih rendah dan sertifikasi
peralatan dengan
kualitas lebih tinggi

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 49
8. Kesimpulan
Dengan mempertimbangkan berbagai aspek Lebih lanjut lagi, mengganti tipe lampu akan
yang mempengaruhi desain, konstruksi, dan berdampak pada kepadatan daya cahaya dan
operasi bangunan seperti iklim, kenyamanan memberikan peluang untuk mengurangi beban
suhu, pendinginan pasif, simulasi energi, sistem steker listrik.
bangunan, dan pengadaan, target dari bangunan
hemat energi dapat dicapai. c. Pendinginan pasif
Lokasi dan orientasi bangunan di mana
8.1 Rangkuman pembukaan dinding mengarah pada arah Utara-
Selatan tidak akan menambah biaya modal dan
Berbagai parameter yang mempengaruhi akan memberikan penghematan substansial
penggunaan energi bangunan adalah sebagai bagi biaya operasional. Selain itu, bentuk dan
berikut: konfigurasi bangunan yang memiliki lebih sedikit
dinding parameter akan menghasilkan biaya
a.Iklim modal yang lebih rendah.
Lokasi bangunan dengan suhu, kelembaban
relatif, dan radiasi yang cukup tinggi akan Selubung bangunan yang menutupi rasio
berdampak pada biaya modal. Meskipun jendela-dinding (window - wall - ratio / WWR)
demikian, aliran angin tidak memiliki efek apapun dan insulasi dinding akan berdampak pada
pada biaya awal dan justru dapat mengurangi konsumsi energi, sementara ventilasi silang dapat
biaya operasional melalui sejumlah modifikasi mengurangi biaya operasional secara signifikan.
pada desain bangunan.
d. Simulasi energi
b. Kenyamanan suhu Menggunakan simulasi modelling dengan meli-
Lingkungan internal bangunan, di mana suhu batkan ahli dan perangkat lunak komputer di
dan kelembaban relatif dapat dikontrol, dapat tahap awal desain tidak hanya akan memberikan
memberikan peluang untuk mengurangi solusi desain bangunan yang lebih baik, namun
biaya modal dan operasional. Meskipun demi- juga peluang untuk mengurangi konsumsi energi
kian, mengontrol pergerakan udara dapat selama bangunan dihuni.
menghasilkan biaya modal yang lebih besar
namun akan tetap mengurangi konsumsi e. Sistem bangunan
energi total, sehingga biaya operasional dapat Penggunaan pendekatan sistem bangunan
berkurang. Tingkat ventilasi akan menghasilkan terintegrasi dengan melibatkan ahli dari tahap
biaya modal dan operasional; dan sinar matahari desain awal akan menciptakan sistem bangunan
akan berdampak pada biaya modal dan peluang yang lebih hemat energi.
penghematan untuk biaya energi pencahayaan.

50 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
f. Pengadaan
Pemilik bangunan harus lebih mempertim-
bangkan biaya siklus hidup daripada biaya
awal. Biaya awal yang lebih rendah umumnya
akan menghasilkan biaya operasional dan
pemeliharaan yang lebih tinggi.

8.2 Standar, Regulasi, dan Kode Indonesia



Dalam mendirikan bangunan hemat energi,
pemilik dan pengembang bangunan harus selalu
mencoba untuk melampaui berbagai persyaratan
yang tercantum dalam regulasi yang telah
ada, standar dan persyaratan teknis, dan kode
bangunan lainnya yang berhubungan dengan
efisiensi energi.

Dalam kasus-kasus di mana ketersediaan regulasi


nasional atau lokal tidak mencukupi, maka praktik
terbaik internasional dapat diaplikasikan ke setiap
tahap desain.

8.3 Tren Efisiensi Energi Internasional


Di berbagai belahan dunia saat ini, mulai
tumbuh kepedulian akan konsumsi energi dan
hubungannya dengan persyaratan produksi
energi, terutama karena kebanyakan negara
masih menggunakan pembangkit listrik dengan
tenaga bahan bakar fosil.

Seiring berkurangnya sumber daya bahan bakar


fosil, desakan untuk mengurangi konsumsi
energi dan membangun sumber-sumber energi
alternatif makin berkembang.

Mengingat potensi krisis energi serta biaya energi


yang semakin meningkat, banyak negara yang
telah meningkatkan regulasi, standar teknis, dan
kode praktis dalam menghadapi tren baru dalam
desain, operasi, dan pemeliharaan bangunan
hemat energi, seperti ASHREA, Uniform Building
Code, dan lain-lain.

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 51
9. Referensi
a. ASHRAE; Handbook - Fundamentals. k. Endro, Herman; Lighting System –
USA, 2009. Training for Energy Auditor; EINCOPS-
Danida, Jakarta. Indonesia, 2011.
b. ASHRAE; ASHRAE Standard 90.1; USA.
l. Energy Efficient Elevators And Escalators;
c. ASHRAE; ASHRAE Journal. USA, August, 2004; Inteligent Energy Europe. 2010.

d. ASHRAE; ASHRAE Guideline 0 - The m. Gevorkian, P. ; Alternative Energy Systems in


Commissioning Process; USA, 2005. Building Design; McGraw-Hill Co. USA, 2010

e. Birkeland, J. ; Design for Sustainability n. Gevorkian, P.; 2006; Sustainable Energy


- A Sourcebook of Integrated Ecological Systems in Architectural Design - A Blueprint
Solutions; Earthscan. UK, 2002. for Green B uilding; McGraw-Hill. USA, 2006.

f. Burke, Bill and Keller, Marian; Fundamentals o. Groth, Agas; Energy Efficiency Building
of Integrated Design for Sustainable Building; Design Guidelines for Botswana.
John Willey and Sons, Inc. USA, 2009. Danish Energy Management A/S and the
Government of Botswana. Botswana, 2007.
g. Carlsen, Robert D. and McHugh, James F;
Handbook of Construction Operation Forms p. Hawaii Commercial Building Guidelines
and Formats; Prentice Hall, Inc. USA,1978. for Energy Efficiency. USA 2004.

h. Danish Energy Management A/S; Passive q. Holtz , Michael J, A.I.A. ; Passive Solar Handbook
Solar Design Guidelines. UNDP, 2010. Volume I – Introduction to Passive Solar
Concepts, United States Air Force. USA, 1980.
i. DIN EN 16001: EMS in Practice, Federal
Ministry for the Environment, Nature r. IESNA; IESNA Lighting Handbook
Conservation and Nuclear Safety. 9th edition; IESNA. USA.
Germany, 2010.
s. International Energy Agency: Task 23
j. Doty, Steve; PE, CEM; Commercial Energy Integrated Design Process. Germany, 2003.
Auditing Reference Handbook. 2009.
t. International Energy Agency: Energy
Efficiency Requirements In Building

52 Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung
Codes, Energy Efficiency Policies For New hh. Satwiko, Prasasto and Istiadji, Djoko;
Buildings, OECD/IEA. France, 2008. Computer Simulation of Low Energy Building
Case Studies, Launching Week EINCOPS-
u. Jayamaha, Lal Dr. ; Energy-Efficient Danida, Jakarta. Indonesia, 2011.
Building Systems: Green Strategies for
Operation and Maintenance; McGraw- ii. Satwiko, Prasasto and Istiadji, Djoko;
Hill Professional. New York, USA, 2007. Architecture: Computer Simulation of Low
Energy Building- Case studies , Atma Jaya
v. Kotz, Philip; Clean System Approach Yogyakarta University. Indonesia, 2010.
to Air Conditioning Heating, Piping
and Air Conditioning Journal. jj. SNI (Indonesia National Standardization
Agency) 6197-2011 Konservasi Energi
w. Liska, Roger W. and Morrison Liska, Judith; pada Sistem Pendahayaan.
Building Maintenance – Forms, Checklists
and Procedures; Prentice Hall. USA, 2001. kk. SNI (Indonesia National Standardization
Agency) 6390 – 2011 Konservasi
x. Low, Kenny; United World College South East Energi pada Sistem Tata Udara.
Asia (East Campus) - A High Performance Building
Case Study; Presentation. Singapore; 2012. ll. SNI (Indonesia National Standardization
Agency) 03-6572-2001 Tata Cara Perancangan
y. Mariager, Kirsten; Duct and Piping Sistem Ventilasi Dan pengkondisian
Guideline; Danida. Vietnam, 2011. Udara Pada Bangunan Gedung.

z. Mariager, Kirsten; Energy Management mm. SNI (Indonesia National Standardization


Handbook for Key Energy Buildings in Agency) 6389:2011 :Konservasi Energi Selubung
Vietnam, Danida. Vietnam, 2012. Bangunan Pada Bangunan Gedung.

aa. Mendler ,Sandra; Odell, William and nn. Statistics book of Electricity and
Lazarus, Mary Ann; 2006; The HOK Guidebook Energy Number 22 – 2011.
to Sustainable Design; Second Edition;
John Willey & Sons, Inc.. USA, 2006. oo. Sulistiyanto, Totok; 2009; Overview of EE
and Green Programs in Indonesia; APEC Expert
bb. Nasir, Rana Yusuf Ir., Proper Testing & Group on Energy Efficiency & Conservation
Commissioning Presentation. Indonesia, 2012. Meeting No. 34. Taipei, China, 2009.

cc. Nasir, Rana Yusuf and Sulistiyanto, Totok; pp. Sulistiyanto, Totok; Capacity Development
Achieving High Performance Building Through Plan for Energy Efficiency and Conservation in
Green Building Rating Tools in Indonesia; Green Buildings, Green Buildings and Green Growth:
Buildings and Green Growth - The Enabling The Enabling Role of Standards and Trade, 37th
Role of Standards and Trade. USA. 2011 Meeting of the APEC Expert Group on Energy
Efficiency and Conservation (EGEE&C 37) &
dd. Osso, Annetto and all; Sustainable - Associated Meetings”. Washington DC., USA, 2012.
Building Technical Manual – Green Building
Design, Construction, and Operations; qq. Tetlow, Karin; New Elevator Technology:
Produced by Public Technology Inc. US The Machine Room-Less Elevator.
Green Building Council. USA, 1996.
rr. Wordsworth, P. ; Lee’s Building
ee. Raftery et all; Calibration of a Detailed Maintenance Management - 4th Edition;
simulation model to Energy Monitoring System Blackwell Science. Australia, 2011.
Data: A Methodology and Case Study; 2009.

ff. Sander, John; Lowering Energy


Consumption using Lubricants;
http://www.worldcement.com, 2010.

gg. Santanamouris, M. at all; Energy and


Climate in the Urban Built Environment; James
& James (Schinece Publishers) Ltd. UK 2001.

Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 53
Dicetak di Jakarta, Indonesia
Energy Efficiency and Conservation
Clearing House Indonesia

Anda mungkin juga menyukai