Anda di halaman 1dari 78

Buku Pedoman Energi Efisiensi

untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia

3 Studi Kasus

Energy Efficiency and Conservation


Clearing House Indonesia
Buku Pedoman Energi Efisiensi
untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia
3 Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Edisi Pertama 2012
Buku Pedoman Energi Efisiensi
untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia

3 Studi Kasus dan Informasi Tambahan

Edisi Pertama 2012

Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral
Penulis:
• Billy Gunawan, ASHRAE Indonesia Chapter, PT. GLWCA
• Budihardjo, Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia
• Jimmy S. Juwana, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN)
• Jimmy Priatman, Universitas Petra Surabaya, Archi Metric, Surabaya
• Wahyu Sujatmiko, Kementerian Pekerjaan Umum, Kandidat PhD di Institut Teknologi Bandung
• Totok Sulistiyanto, Konsultan Teknik Mesin, Listrik, dan Energi, (EINCOPS) -koordinator tim editor

Ucapan Terima Kasih:


• Ibu Maryam Ayuni yang telah memberikan dukungan bagi dokumen ini atas nama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia.
• Jesper Vauvert dari Danish Energy Management A/S yang telah menjadi ketua tim ESP2 component 2 (EINCOPS) untuk proyek ini.
• Mogens Krighaar dari Danish Energy Management A/S yang telah menjadi ketua tim ESP2 component 2 (EINCOPS) proyek ini.
• Floris Van der Walt yang telah menyiapkan daftar isi serta memeriksa hasil kerja para penulis.
• Kirsten Mariager yang telah memeriksa dan memberikan komentar selama penyusunan buku pedoman ini.
• Totok Sulistiyanto yang telah memimpin kelompok penulis buku pedoman ini.
• Lestari Suryandari dan Yodi Danusastro dari GBCI, yang telah menyiapkan data untuk Studi Kasus.
• Billy Gunawan yang telah menulis sebagian besar Bab 6 pada Bagian 1 dan Bab 6 dan 8 dalam Bagian 2, Budihardjo yang telah menulis Bab 3 pada
Bagian 1 dan Bab 5 dan 9 pada Bagian 2, Jimmy S. Juwana yang telah menulis sebagian besar Bab 1, 2, 5, 8 pada Bagian 1 dan Bab 2, 7, 9 pada
Bagian 2, Jimmy Priatman yang telah menulis sebagian besar Bab 7 pada Bagian 1 dan Bab 3, 4 6 pada Bagian 2, serta seluruh penulis yang telah
memberikan komentar pada bab-bab lain. Jatmika Adi Suryabrata, Herman Endro, M. Idrus Alhamid, Ignesjz Kemalawarta, dan Rana Yusuf Nasir
yang telah menjadi panelis ahli yang telah berbagi ide, keahlian, serta pemahanman teori efisiensi energi dalam bidang masing-masing.
• Wahyu Sujatmiko yang telah menyiapkan lampiran laporan iklim.
• Sinarmas Land Plaza, ITSB Deltamas, Kementerian Pekerjaan Umum, PT. Dahana, and BCA Tower Grand Indonesia yang telah memberikan materi
untuk Studi Kasus.
• Steven Ellis (EINCOPS) yang telah memeriksa versi Bahasa Inggris.
• Ivan Ismed (EINCOPS) yang telah memeriksa terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia.

Satuan Tugas (Task Force) sebagai wakil pemangku kepentingan, yang telah memeriksa Buku Pedoman ini selama proses penyusunan. Berikut adalah
anggota-anggota dari Satuan Tugas ini:

Jatmika Adi Suryabrata, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta; Herman Endro, HTII – ALKI (Asosiasi Industri Luminer dan Kelistrikan
Indonesia); M. Idrus Alhamid, Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia; Ignesjz Kemalawarta, Sinarmas Land - BSD City; Rana Yusuf Nasir, GBCI
- Direktur Teknologi dan Rating; Jimmy S. Juwana, LPJKN - Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN); Jesper Vauvert - Danish Energy
Management A/S; Totok Sulistiyanto - (EINCOPS); Floris Van Der Walt - Stategic Environmental Focus S. A. ; Kirsten Mariager - Danish Energy Mangement A/S;
Mogens Krighaar - Danish Energy Mangement A/S.

Tim untuk proyek ini: Energy Efficiency in Industrial, Commercial and Public Sector (EINCOPS) dan staf Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan,
dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia telah memberikan dukungan dan dorongan penuh dalam penyusunan
dokumen ini. DANIDA telah mendanai proyek ini. (kontrak no.: 104.INDO.1.MFS.4).
Komentar dan perbaikan dapat dikirim kepada:

Direktorat Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Indonesia. Annex Building Lt. 5, Jl. H. R. Rasuna Said Blok X-2, Kav 07-08. Kuningan, Jakarta 12950. Tel: +62 21 5225180 ext. 2514, Tel/Fax: +62 21
5224483, email: harrisyh@yahoo.com atau rahadian.arafat@gmail.com, website: www.konservasienergiindonesia.info

atau kepada koordinator tim editor:


Totok Sulistiyanto email: totok.sulis@cbn.net.id

Edisi Pertama diterbitkan oleh Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia di bawah Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan
Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia

© Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Indonesia, Danish Energy Management A/S, dan seluruh penulis. All rights reserved, 2012

ISBN: 978-602-17264-0-2 (no. jil. lengkap)


978-602-17264-3-3 (jil. 3)

Desain Grafis dan Produksi: Kira Kariakin, Danish Energy Management A/S
Box Breaker.

Fotografi: ©istockphoto.com (content); GBCI (cover)

Dicetak di Jakarta, Indonesia


Prakata
Buku Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia merupakan output
dari program Efisiensi Energi di Sektor Industri, Komersial, dan Publik (EINCOPS/Energy Efficiency in
Industrial, Commercial and Public Sector). Program ini didukung oleh Pemerintahan Denmark kepada
Pemerintahan Indonesia dalam bidang Efisiensi Energi melalui program pendanaan yang disebut
dengan Danish International Development Assistance – Environmental Support Programme II (DANIDA –
ESP II), Component 2. Tujuan dari aktivitas EINCOPS ini adalah untuk mempromosikan program efisiensi
energi di seluruh Indonesia melalui berbagai aktivitas, yang sejalan dengan upaya pengurangan dampak
perubahan iklim.

Buku Pedoman Efisiensi Energi ini menyajikan gambaran umum yang menyeluruh, saran dan referensi
yang mutakhir, serta panduan praktis yang ditujukan kepada pemilik/pengembang bangunan. Buku
pedoman ini berisi cara-cara mendesain bangunan untuk meminimalisasi penggunaan energi dan pada
saat yang bersamaan masih memenuhi kebutuhan kenyamanan, kesehatan, dan keamanan di dalam
bangunan.

Program efisiensi dan konservasi energi di tingkat nasional bertujuan untuk mengurangi subsidi energi,
kesenjangan antara persediaan dan permintaan energi, emisi gas rumah kaca yang mempengaruhi
pemanasan global dan perubahan iklim, serta meningkatkan daya saing nasional. Konservasi energi
harus menjadi bagian dari seluruh tahap manajemen energi, mulai dari energi berkelanjutan di sisi
hulu (eksplorasi, eksploitasi, pengilangan, tenaga listrik, dan lain-lain) hingga penggunaan energi di sisi
hilir pada seluruh sektor seperti yang ditetapkan dalam UU No. 30/2007 tentang Energi dan Peraturan
Pemerintah No. 70/2009 yang mengatur pelaksanaan konservasi energi. Pada saat ini, persentase
konsumsi energi nasional dalam sektor komersial dan bangunan hanya sekitar 4% (industri 39,4%;
transportasi 32,2%; penggunaan non-energi 10,5%; rumah tangga 10,2%; lain-lain 3,4%), tapi dalam
20 tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi dalam sektor komersial dan bangunan mencapai
persentase tertinggi pada 8,58% (industri 5,1%; transportasi 6,4%; penggunaan non-energi 5,4%; rumah
tangga 3,1%, lain-lain 0,03%).

Buku Pedoman Efisiensi Enegi terbagi dalam tiga bagian: 1) untuk pemilik, pengembang, dan investor
bangunan; 2) untuk desainer profesional; dan 3) studi kasus efisiensi energi. Buku 1 dapat digunakan
oleh pemilik, pengembang, dan investor bangunan untuk memandu tim pengembangan proyek dalam
mempertimbangkan analisis biaya untuk memastikan konsumsi energi yang rendah, dan pada saat yang
bersamaan berusaha mencapai konsep desain yang lebih baik dan membangun secara lebih efisien
dengan cara-cara yang lebih ramah lingkungan. Buku 2 ditujukan untuk para desainer profesional,
arsitek, dan insinyur di bidang mekanik, listrik, struktur, dan lansekap untuk memandu desain mereka
agar memaksimalkan pencapaian efisiensi energi baik untuk membangun bangunan baru maupun
me-retrofit bangunan yang sudah ada. Sebagai panduan tambahan, Buku 2 juga berisikan pedoman
teknis yang komprehensif yang dapat digunakan sebagai persiapan untuk pengembangan standar
(SNI) dan kode untuk bangunan di masa depan. Standar-standar serta kode-kode ini akan menjadi dasar
acuan mendesain bangunan dengan mempertimbangkan masalah biaya, efisiensi, lingkungan, serta
kesehatan.

Akhir kata, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada para penulis, tim ahli, pemangku kepentingan,
dan semua pihak yang terlibat dalam persiapan dan pengembangan Buku Pedoman Energi Efisiensi
untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia.

Maryam Ayuni
Direktor Konservasi Energi
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 5
Daftar Isi
Prakata 5
1 Pendahuluan 8
2 Studi Kasus Efisiensi Energi dan Bangunan Bersertifikasi Hijau 9
2.1 Renovasi Efisiensi Energi Kantor EECCHI di Kementerian ESDM, Jakarta 11
2.2 Kampus ITSB, Kota Deltamas – Bekasi 14
2.3 Kantor Sinarmas Land Plaza, BSD - Serpong 17
2.4 Menara BCA - Grand Indonesia, Jakarta 20
2.5 Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta 23
2.6 PT. Dahana, Kantor Manajemen Pusat, Subang, Jawa Barat 25
2.7 Rangkuman Pelajaran yang Didapatkan 28

3 Informasi Tambahan 29
3.1 Instrumen Kebijakan yang Berhubungan dengan Efisiensi Energi Bangunan 29
3.2 Standar Nasional Indonesia (SNI) yang Berhubungan dengan Bangunan 30
3.3 Pilihan Teknologi untuk Mencapai Bangunan yang Hemat Energi 32
3.3.1 Konstruksi Baru Desain/Selubung Bangunan 32
3.3.2 Retrofit Desain/Selubung Bangunan 33
3.3.3 Pencahayaan 34
3.3.4 Alat-Alat Elektronik 35
3.3.5 Pemanasan, Ventilasi, dan AC 36
3.3.6 Sensor, Meteran, dan Sistem Manajemen Energi 37

4. Analisa Data Iklim Indonesia 38


4.1 Pendahuluan 38
4.2 Ulasan Literatur 38
4.3 Data Iklim Indonesia 41
4.4 PULAU SUMATRA 42
4.4.1 Medan 43
4.4.2 Jambi 44
4.4.3 Padang 45
4.4.4 Palembang 45

6 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.4.5 Bengkulu 46
4.4.6 Kerinci 46
4.5 PULAU JAWA 47
4.5.1 Jakarta 48
4.5.2 Bandung 49
4.5.3 Kalijati Subang 50
4.5.4 Semarang 50
4.5.5 Surabaya 51
4.5.6 Malang 52
4.5.7 Madiun 52
4.6 PULAU KALIMANTAN 53
4.6.1 Pontianak 54
4.6.2 Samarinda 55
4.6.3 Banjarmasin 55
4.6.4 Palangkaraya 56
4.6.5 Balikpapan 57
4.7 SULAWESI 58
4.7.1 Manado 59
4.7.2 Makassar 60
4.7.3 Palu 62
4.8 BALI DAN NUSA TENGGARA 62
4.8.1 Denpasar 63
4.8.2 Bima 65
4.8.3 Kupang 66
4.8.4 Mataram 67
4.8.5 Ruteng 68
4.9 MALUKU DAN PAPUA 69
4.9.1 Ambon 69
4.9.2 Jayapura 71
4.10 Referensi Data Iklim 74

5. Referensi 75

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 7
1. Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir ini telah mulai dan mendokumentasikan teknologi, proses,
disadari bahwa, persyaratan konstruksi untuk dan metode yang digunakan untuk mencapai
bangunan baru atau renovasi gedung yang telah bangunan berkinerja tinggi. Deskripsi, dokumentasi,
ada diharapkan dapat memberi manfaat yang dan evaluasi kinerja energi dari 6 bangunan yang
baik terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi dijadikan studi kasus disajikan secara rinci. Selain
dari peningkatan kinerja energi bangunan. Hal ini itu juga diharapakan dapat dijadikan pelajaran dari
merupakan bagian penting dari pengurangan jejak masing-masing kasus bangunan tersebut dalam
karbon yang berhubungan dengan desain, lokasi, hal desain, operasional dan evaluasi bangunan. Dari
dan operasi bangunan. Dengan segala masalah setiap studi kasus dirangkum pengalaman yang
lingkungan yang disebabkan oleh emisi CO2, baik yang dapat dicontoh dan direkomendaikan
penghematan energi menjadi topik yang penting terhadap bangunan-bangunan sejenis.
pada saat ini. Sektor bangunan menghasilkan
jumlah konsumsi energi listrik yang signifikan, Studi kasus ini menggabungkan seluruh pelajaran
namun pada saat yang bersamaan juga memiliki yang didapatkan secara komprehensif. Studi
potensi untuk dilakukan penghematan energi. kasus ini mewakili berbagai jenis desain dan
penggunaan gedung, hal ini dijadikan acuan untuk
Namun seberapa besar pengurangan energi memahami kesuksesan yang dialami setiap jenis
yang dapat dicapai? Bagaimana pendekatan bangunan. Kemudian kesuksesan ini ditujukan
dapat dilakukan untuk menjalankan langkah- sebagai rekomendasi, memberikan inspirasi untuk
langkah efisiensi energi? Teknologi apa yang dapat mengubah bangunan-bangunan sejenis maupun
digunakan? Bagaimana kontribusi Perangkat konsep yang akan diterapkan pada generasi
Sertifikasi Bangunan Hijau (Green Building bangunan hemat energi selanjutnya. Para pelaku
Certification Tools) dapat berdampak dalam proyek bangunan di masa depan dapat mengingat
penurunan Indeks Konsumsi Energi (IKE). Dan pelajaran-pelajaran ini dan menyadari bahwa
seberapa besar emisi CO2 yang dapat dihindari? aplikasi dari studi kasus ini dapat membantu
Dokumen ini akan menyajikan jawaban terhadap pencapaian sasaran penghematan energi. Pelajaran
pertanyaan-pertanyaan seperti ini, yang didasarkan yang didapatkan dari studi kasus ini diharapkan
pada metode yang secara umum telah terbukti menjadi pengalaman yang dapat dicontoh, dan
keberhasilannya dalam upaya penghematan dapat membantu tim desain dalam mencegah
energi. Melalui beberapa studi kasus yang dibahas pengulangan masalah serta mengidentifikasi
secara rinci berbagai cara juga telah dilakukan letak-letak proses konstruksi bangunan yang
untuk melakukan penghematan energi. EINCOPS harus diubah untuk mendukung dan mencapai
bekerja sama dengan Green Building Council bangunan yang hemat energi dan zero-energy.
Indonesia (GBCI) telah mendokumentasikan 6 Kemudian, studi kasus ini juga dapat dijadikan
(enam) bangunan yang dijadikan studi kasus tantangan dan pelajaran agar dapat mendorong
mulai dari proses desain sampai dengan hasil para pemangku kepentingan di bangunan
akhir pencapaian kinerja bangunan yang mengidentifikasi dan menetapkan teknologi terbaik
optimal. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk untuk mencapai bangunan hemat energi yang akan
mengembangkan, menganalisis, mengevaluasi, diterapkan bagi bangunan-bangunan masa depan
di Indonesia.

8 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
2. Brief
3. StudiDesain
Kasus Efisiensi Energi dan Bangunan
Bersertifikat Gedung Hijau
Brief desain merupakan lini pertahanan pertama dokumen yang selalu dapat direvisi bila
bagi pemilk/pengembang bangunan terhadap dibutuhkan agar dapat merefleksikan segala
Masalah yang muncul dalam memperkenalkan studi kasus serta merangkum pelajaran yang
biaya investasi modal yang meningkat maupun perubahan dalam kriteria, persyaratan, dan/atau
bangunan berkinerja tinggi ke pasar adalah didapatkan ini akan mendorong pihak-pihak
memastikan bahwa dirinya akan mendapatkan tujuan desain.
keengganan pemilik bangunan dan desainer lain untuk membangun gedung hemat energi
keuntungan secara menyeluruh dari biaya
dalam mencoba teknologi dan proses inovasi baru dan dapat membantu mencegah pengulangan
operasional yang lebih rendah melalui bangunan STRUKTUR BRIEF DESAIN UMUM
yang belum dipakai secara meluas (mainstream). kesalahan. Selain itu, proses testing and
hemat energi yang didesain dengan baik.
Pemilik bangunan umumnya tidak yakin bahwa commissioning merupakan evaluasi awal yang
Latar Belakang Proyek dan Informasi Fisik
potensi-potensi penghematan energi dapat diterapkan secara nyata agar efisiensi energi
Brief desain pada dasarnya terdiri dari deskripsi Tujuan Proyek
dicapai. Oleh karena itu, harus ada orang yang dapat terukur dan terdokumentasi.
pilihan-pilihan proyek yang telah disetujui dan Persyaratan Proyek
berani memulai menggunakan teknologi yang
berisi rincian mengenai tujuan dan parameter • Jadwal akomodasi
akan membantu pencapaian sasaran tersebut. EINCOPS dan GBCI menganalisis kinerja energi
untuk dipertimbangkan oleh konsultan proyek • Persyaratan lingkungan dalam ruangan
Sejumlah pemilik dan desainer bangunan telah dari 6 (enam) bangunan komersial yang dibangun
ketika mendesain proyek tersebut. Brief desain • Pertimbangan estetika
memulai langkah besar untuk mengubah cara pada tahun ini untuk memahami cara kinerja
harus disusun untuk konsultan proyek sebagai Peluang dan Kendala
mendesain dan merencanakan bangunan mereka serta memverifikasi sasaran desain yang
Kerangka Acuan (Terms of Reference) dalam • Situs
komersial mereka agar mencapai target bangunan ada. Tim desain setiap bangunan menetapkan
rangka menetapkan tujuan, persyaratan, batasan, • Iklim
hemat energi. Mereka telah mendokumentasikan konsep (sustainability) sebagai salah satu sasaran
target, dan pendekatan desain klien untuk • Keuangan
kinerja bangunan yang berkelanjutan dalam hal dan sejak awal dimulai proyek telah menetapkan
diimplementasikan pada bangunan baru atau • Waktu
energi serta mengidentifikasi pelajaran yang sasaran meminilapisasi dampak penggunaan
proyek renovasi bangunan berskala besar. Target Kinerj
didapat dari pengalaman mereka. energi dan lingkungan yang diakibatkan
• Keuangan
oleh proyek tersebut. Dari awal, tim desain
Sebagai persyaratan minimal, brief desain harus • Energi
Untuk mengoptimalkan efisiensi bangunan, menetapkan sasaran penghematan energi yang
dapat membantu klien dan konsultan untuk Pendekatan Desain dan Konstruksi
dibutuhkan pemahaman akan desain teknis yang agresif yang berkisar antara 30%-40% lebih baik
memahami peluang dan manfaat potensial • Strategi pengadaan
akan memproduksi hasil terbaik, persyaratan dibanding keadaan awal (baseline) yang dihitung
terkait dalam proyek yang dapat meningkatkan • Pendekatan desain terintegrasi
kinerja bangunan secara keseluruhan, serta berdasarkan persyaratan minimal SNI (untuk
efisiensi bangunan. Selain itu, brief juga harus • Perencanaan dan lansekap
sasaran dan kebutuhan penghuni bangunan. bangunan baru), sedangkan untuk bangunan
dapat memberikan latar belakang akan isu- • Desain selubung dan struktural
Proses desain terintegrasi dapat menggabungkan yang telah ada dengan cara membandingkan
isu kunci untuk diatasi selama desain dan • Desain pencahayaan dan listrik
elemen-elemen ini, mengoptimalkan kinerja kinerja sebelum dan sesudah retrofit bangunan.
implementasi bagi seluruh pihak yang terlibat • Desain HVAC
energi, sehingga bangunan hijau dan hemat Beberapa tim juga memiliki sasaran yang ambisius
dalam proyek. • Persyaratan operasi dan pemeliharaan
energi yang diinginkan dapat dicapai. Efisiensi di aspek lingkungan/keberlanjutan yang lain,
• Pertimbangan decommissioning
merupakan kata kunci agar bangunan hijau dapat seperti manajemen air, pilihan material bangunan,
Brief desain yang dipersiapkan dengan baik
diwujudkan dengan waktu tercepat, termurah atau pencapaian skor Greenship yang tinggi
dapat digunakan selama proyek sebagai referensi Bila proses pengadaan bagi konsultan, kontraktor,
dan penurunan konsumsi energi yang signifikan. (Platinum dan Gold) serta skor Green Mark.
untuk memastikan bahwa persyaratan awal dan penyedia material makin kompetitif, maka
dan tujuan pengembang dapat tercapai. Juga tekanan bagi mereka untuk mengurangi biaya
Studi-studi kasus dalam buku pedoman ini Dalam fase Pengenalan Desain (Design
harus dipahami bahwa brief desain merupakan menjadi semakin besar, sehingga diperlukan
menggambarkan pemilik dan desainer bangunan Recognition), semua gedung dalam studi kasus ini
yang telah menjadi pelopor keberadaan gedung yang mengikuti sertifikasi New Building Greenship
hemat energi di Indonesia. Dengan menerbitkan memiliki nilai termal selubung bangunan di
Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 19

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 9
bawah persyaratan SNI. Selain itu, beragam • Menara BCA – Grand Indonesia, Jakarta
strategi penghematan energi lainnya juga
digunakan, seperti pencahayaan alami, sensor
penghunian (occupancy sensor), pencahayaan
yang efisien, ventilasi alami, double glazing,
low e-glass, desain peneduh, sistem tata udara
dengan teknologi VRF (Variable Refrigerant Flow),
VSD (variable speed drive), lift dengan teknologi
VVVF (variable voltage and variable frequency),
kekedapan udara ruangan, dan atap hijau.

Bangunan-bangunan yang menjadi studi kasus


termasuk: • Kantor Kementerian Pekerjaan Umum,
Jakarta
• Renovasi Efisiensi Energi di Kantor EECCHI
Kementerian ESDM - Jakarta

• PT. Dahana, Kantor Manajemen Pusat,


• Kampus Institut Teknologi dan Sains Subang, Jawa Barat
Bandung (ITSB), Kota Deltamas – Bekasi

• Kantor Sinarmas Land Plaza, BSD


- Serpong

10 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
2.1 Renovasi Efisiensi Energi di Kantor
  Retrofitted   a rea  
EECCHI Kementerian ESDM,
Jakarta
I. PENDAHULUAN

Pada bulan Agustus 2009, Kementerian Energi


dan Sumber Daya Mineral Indonesia dan Danish
International Development Assitance, melalui
program EINCOPS, menyetujui untuk melakukan
retrofit kantor Energy Efficiency Conservation
Clearing House Indonesia (EECCHI). Retrofit ini
merupakan bagian dari kontribusi EECCHI dalam
meningkatkan kepedulian dan pengetahuan
mengenai efisiensi energi. Satu tahun dan enam
bulan kemudian, dengan proyek yang meliputi
seluruh lantai 5 Gedung Annex dari Gedung DJEBTKE, Gedung Annex
Direktorat Jenderal Kelistrikan, EECCHI memiliki
kantor yang tidak hanya mencapai target yang SASARAN PROYEK
diinginkan, bahkan melebihi target pengurangan HAL KONDISI YANG LEVEL YANG
energinya sebesar 40%. Kantor ini kemudian SUDAH ADA DIREKOMENDASIKAN
melanjutkan operasinya sebagai model dan
percontohan untuk meningkatkan efisiensi energi GFA (Luas Lantai Bruto) 432 m2 432 m2
bagi perkantoran dan bangunan di Indonesia.
Indeks Efisiensi Energi (EEI) 170 kWh/m2/tahun 100 kWh/m2/tahun
II. MOTIVASI PROJECT Suhu Rata-Rata:
Pukul 9 pagi– 3 sore 26oC 24 – 26oC
Proyek retrofit, meskipun tidak semewah sebelum 9 pagi & setelah 3 sore 28 – 31oC 24 – 26oC
bangunan baru, tetap menyediakan ruang untuk Kelembaban Relatif Rata-Rata
kreativitas serta dampak penghematan yang Pukul 9 pagi– 3 sore 65% 55%
besar. Perubahan kecil seperti menutup celah di sebelum 9 pagi & setelah 3 sore 75% 55%
fasat bangunan (façade) dan bingkai jendela, serta Tingkat Kebisingan Rata-Rata 57 dB 46 dB
menambah isolasi dapat menghasilkan dampak
yang signifikan bagi efisiensi energi untuk sebuah kenyamanan dan suasana, dan pada saat yang
proyek retrofit. Retrofit juga lebih bermanfaat bersamaan, menambahkan elemen-elemen
dari perspektif keberlanjutan karena struktur berkelanjutan. Meskipun tidak berhubungan
yang sudah ada digunakan kembali, terdapat secara langsung dengan peningkatan efisiensi
kesempatan untuk menggunakan kembali energi, peningkatan kenyamanan dapat
barang-barang yang sudah ada, serta jejak karbon meningkatkan kenyamanan dan produktivitas
dan polusi CO2 yang dihasilkan lebih sedikit pekerja, dan sebagai kantor percontohan, perlu
dibandingkan konstruksi bangunan baru. ditunjukkan contoh nyata agar dapat mendorong
penggunaan material berkelanjutan.
Retrofit akan membutuhkan tantangan pemikiran
dan kreatifitas untuk memecahkan masalah- Organisasi Ruangan
masalah agar dapat memberikan solusi terhadap
fitur-fitur unik dari bangunan yang sudah Menekankan gaya yang komunal, tata ruang
ada. Salah satu tantangan dalam retrofit ini yang terbuka (open layout) dilihat awalnya
adalah jendela yang sudah ada, yang memiliki sebagai hal yang tidak wajar sebagai kantor
bingkai tidak standar sehingga membatasi ide pemerintahan, namun Kementerian Energi dan
untuk mengganti bingkai dan memasang kaca Sumber Daya Mineral memahami tujuan kantor
double-glazed. sebagai percontohan dan setuju untuk mengubah
tata ruang yang lebih modern. Tata ruang yang
III. DESAIN INTERIOR terbuka ini berhubungan dengan fungsi kantor
sebagai kantor berbasis proyek, sehingga akan
Sebagai kantor percontohan, EINCOPS mendorong partisipasi tim. Gaya tata ruang ini
menginginkan keseluruhan desain untuk tidak juga lebih baik dalam mendistribusikan sinar
hanya mendemonstrasikan efisiensi energi, matahari ke dalam kantor, sehingga mengurangi
namun juga fitur-fitur untuk meningkatkan kebutuhan pencahayaan buatan.

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 11
Pencahayaan Alami e-glass, sedangkan di ruangan kementerian
menggunakan jenis kaca laminasi yang lebih
Dalam rangka meningkatkan penetrasi sinar murah yaitu terdiri dari dua lapisan kaca (5 mm
matahari ke dalam interior bangunan, tinggi + 3 mm) yang disatukan ke dalam konfigurasi
langit-langit (dengan batasan yang dibuka) sandwich dengan lapisan PVB (Polyvinyl butyral)
ditinggikan dari 2,4 m menjadi 4,0 m di plastik berpermukaan penuh diantaranya. Kaca
tengah-tengah ruangan kantor. Hal ini juga yang dilaminasi ini juga memastikan keamanan
meningkatkan kenyamanan visual dan suasana tambahan bila kaca pecah.
kantor, serta memungkinkan sirkulasi sistem tata
udara lebih baik. Di luar jendela pada ambang Pengurangan Kebisingan
jendela, terdapat reflector plat baja anti karat
yang membantu mengarahkan lebih banyak Dengan menggunakan dua lapisan kaca
sinar matahari ke dalam interior kantor. Hal ini dengan rongga udara di antaranya membantu
dilakukan setelah memastikan bahwa cahaya meningkatkan isolasi suhu dan melindungi
akan direfleksikan ke langit-langit dan tidak ruangan dari kebocoran udara dan kebisingan.
pada bagian yang akan mengganggu pengguna Proteksi kebisingan dicapai tidah hanya
ruangan karena silau. Cahaya alami yang masuk penggunaan kaca dobel tapi juga dengan dua
kemudian diatur dengan menggunakan tirai panel yang memiliki ketebalan yang berbeda
berlubang (perforated blinds). Ketika dibutuhkan, yang dipasangkan di atas plafon dan partisi-partisi
tirai ini dapat mencegah sinar matahari yang yang membatasi ruang kerja dengan luar gedung
tajam dan pada saat yang bersamaan juga tetap maupun ruang koridor. Sedangkan prinsip
memungkinkan sejumlah cahaya masuk ke dalam kaca ganda adalah adanya lapisan kaca kedua
ruangan dan mencegah perasaan klaustrofobia ditambahkan di dalam jendela yang sudah ada
dari ruangan yang benar-benar digelapkan. Tirai dengan rongga 50 mm.
vertikal, yang cukup umum dan telah dipasang
sebelumnya, tidak akan merefleksikan cahaya Material Berkelanjutan
kembali ke ruang dengan mudah dan kurang
fleksibel. Meskipun tidak berkaitan langsung dengan
efisiensi energi, penggunaan material
Jendela berkelanjutan (sustainable materials)
meningkatkan suasana kantor dan berguna
Meskipun kaca ganda berbingkai (prefabricated untuk mempromosikan konstruksi berkelanjutan
double-glazed glass) yang awalnya akan lainnya. Cat yang dipakai di kantor adalah Low-
diterapkan di kantor ini tidak digunakan VOC, yang memiliki kandungan toksin yang
karena pertimbangan biaya, tim EINCOPS tetap lebih rendah dibandingkan cat tradisional
menggunakan peluang ini untuk memperbaiki dan menggunakan produk yang proses
radiasi sinar matahari dan isolasi suhu dengan pembuatannya tidak menyebabkan emisi
menggunakan kaca yang lebih baik untuk karbon tinggi dibandingkan cat tradisional atau
jendela. Di kantor utama EECCHI, semua kaca wallpaper. Lantai yang digunakan terbuat dari
luar digunakan kembali karena jenis kaca sudah parket bambu yang menambahkan kehangatan
masuk kategori dengan koefisien peneduh dan artistik bagi kantor. Bambu merupakan
di kelas menengah, ruang clearing house tanaman yang tumbuh dengan cepat dan
kaca sisi dalam menggunakan kaca jenis low membutuhkan area yang lebih sedikit sehingga
mengurangi dampak lingkungan dari perkebunan
dan penggunaan lahan, sehingga lebih
bersifat produk yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Material lokal, seperti meja dan kursi
kantor, digunakan ketika memungkinkan untuk
mengurangi jejak karbon akibat transportasi
material.

Skema Warna

Warna cat yang lembut dipilih untuk mengurangi


suhu psikologis ruangan dan pada saat yang
bersamaan membuatnya lebih menarik.
Sementara itu, warna yang lebih cerah pada kursi
yang disenadakan dengan furnitur berwarna lebih
lembut membantu refleksi cahaya secara alami.
Kantor EECHI yang telah di-retrofit

12 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Lighting

Pencahayaan di kantor merupakan area lain di


mana intensitas cahaya dapat diatur lebih rendah
dibanding aturan konvensional.

Lampu fluoresen T5 (lampu Philips dengan


2 TLS yang masing-masing 24W), yang pada
saat itu merupakan lampu fluoresen paling
efisien yang tersedia, dipilih untuk kantor
EECCHI sementara LED smart downlight (Philips
Fitur-fitur proses retrofit pada saat konstruksi LED Smart Downlight 18W) digunakan untuk
koridor. Kedua sistem pencahayaan memiliki
kontrol penghunian, sementara lampu T5 juga
IV. DESAIN MEKANIS DAN LISTRIK
memiliki sensor sinar matahari yang terintegrasi.
AC Pencahayaan dikelompokkan secara paralel
terhadap fasat bangunan (façade) tiap ruangan
Sistem AC yang dipilih adalah sistem multi-split dikelompokkan dalam dua baris. Dengan sistem
VRF (variable refrigerant flow). Sistem ini memiliki ini memungkinkan tiap baris untuk diaktifkan
satu unit Kondensor luar ruangan dan beberapa on/off secara terpisah karena lebih banyak
unit evaporator dalam ruangan di atas langit- sinar matahari yang tersedia di dekat jendela.
langit. Sistem VRF memodulasi aliran refrigeran Saklar lampu diletakkan dekat pintu sehingga
yang disirkulasi di dalam sistem sesuai dengan lebih mudah untuk dicapai, dengan posisi
permintaan pendinginan (di dalam ruangan yang lebih baik dibandingkan pemasangan
dikontrol oleh thermostat). Secara keseluruhan sebelumnya. Pencahayaan umum bekerja dengan
sistem ini 30-40% lebih efisien dibandingkan prinsip: Menyalakan (ON) secara manual dan
sistem AC konvensional. mematikan (OFF) secara otomatis. Meskipun
sistem memiliki kemampuan untuk mematikan
Beberapa fitur sistem AC ini: lampu ketika tidak ada penghuni ruangan,
lampu masih dapat dinyalakan secara manual.
• Unit dalam ruangan dan tombol kontrol Hal ini diterapkan di gedung tersebut untuk
memiliki sensor untuk mendeteksi suhu tidak memanjakan pengguna gedung serba
ruangan dan mengendalikan unit dalam otomatis, dan memberikan fungsi edukasi bagi
dan luar ruangan untuk menyesuaikan yang perlu lampu dia harus menyalakan secara
kecepatan fan sesuai dengan yang manual, namun kalau lupa tidak ada satupun
dibutuhkan, yang berarti sistem ini ini yang mematikan lampu sementara ruangan telah
memiliki efisiensi beban parsial yang lebih kosong, sistem akan otomatis mematikan lampu.
tinggi.
• Produk LG Multi V III yang memiliki V. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET
rating Koefisien Kinerja (Coefficient of
Performance/COP) sebesar 4,27 dan
sebuah kompresor inverter BLDC yang Penghematan Energi > 50%
hemat listrik yang dapat secara otomatis
mendeteksi kecacatan dan kesalahan Penghematan per Rp.22.302.000
(fungsi diagnostik sendiri) pada sistem Tahun (1 Lantai)
kontrol dalam dan luar ruangan.
• Menggantikan fungsi refrigeran R-22 Pengurangan Emisi CO2 22,45 ton
yang dinilai menyebabkan pemanasan
global, sistem menggunakan refirgeran Pengurangan Kebisingan 19%
R410A yang bebas dari Ozone Depletion
Substance (ODS) dan memiliki Global
Warming Potential (GWP) yang rendah.
• Pemasukan udara segar dikontrol
dengan sebuah Variable Speed Drive yang
menyesuaikan kecepatan rotasi kipas dan
dengan demikian jumlah udara segar
yang dihasilkan sesuai dengan faktor
beban dari kompresor yang diletakkan di
atap.

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 13
2.2 Kampus ITSB, Kota Deltamas - Bekasi
I. PENDAHULUAN
ITSB (Institut Teknologi dan Sains Bandung)
yang didirikan di Kampus Kota Deltamas
Bekasi merupakan hasil dari kerja sama antara
pemerintahan kabupaten Bekasi dan Institut
Teknologi Bandung (ITB), salah satu institut
terkemuka di Bandung. ITSB memiliki dukungan
penuh dari ITB dalam implementasi dan
pengembangan standar akademik yang disetujui
dalam perjanjian bertanggal 27 Januari 2010. ITSB
dengan visi Universitas Berorientasi Eco-Industry,
diprogram untuk menghasilkan lulusan yang
kompeten di bidangnya dan dapat menjawab
kebutuhan masyarakat di era industrialisasi,
Gedung ITSB, Cikarang yang telah mendapat Sertifikasi Greenship level Emas globalisasi, desentralisasi, dan pembangunan
nasional ini.

KONSEP BANGUNAN HIJAU ITSB II. KAMPUS HIJAU

Desain Kampus ITSB didasarkan pada konsep


Luas Situs Fase 1: 16.000 m2; Fase 2: 24.000 m2; Fase 3: 14.000 m2
ramah lingkungan sesuai dengan prinsip ekologi
dengan ruang terbuka hijau yang cukup untuk
Rasio Cakupan Bangunan Maksimal 30%
menyediakan kenyamanan bagi aktivitas kampus.
GFA (Luas Lantai Bruto) / 4.200 m2 / 4 lantai Bangunan kampus didesain sebagai persyaratan
Tinggi Bangunan rating Bangunan Hijau dan akan diformulasikan
Energi Langkah-langkah penghematan energi (44,2%); kombinasi sistem Split dan VRF berdasarkan alat rating Greenship GBCI.
untuk HVAC; pencahayaan alami; selubung bangunan mengalami optimalisasi Perusahaan yang menjalankan konstruksi Kampus
OTTV; peralatan yang efisien
ITSB adalah PT. INTI TEKNO SUKSES BERSAMA,
yang berlokasi di Cikarang dan berpusat di
Lahan Area penghijauan dan pengurangan dampak pemanasan lahan dengan Jalan Tol Jakarta-Cikampek Km. 37 Hegarmukti,
pengaturan albedo; manajemen storm water; jalur sepeda, parkir, dan kamar
Cikarang Center.
mandi (shower) untuk pengguna sepeda

Setelah bangunan didirikan, prosedur


Air Mengukur konsumsi energi; efisiensi air dengan menggunakan psaniter
yang ramah lingkungan (menghemat 18,06%) & penampungan air hujan commissioning yang layak telah dijalankan
(menghemat 48,53%) oleh PT. Narama Mandiri. Commissioning yang
layak dan evaluasi utilisasi energi merupakan
Material Menggunakan material: ISO 14001 atau setara (27%); material lokal yang
diproduksi dalam radius 1.000 km (87%); penggunaan refrigeran dan non-ODS
studi kuantitiatif rinci akan sistem elektrikal,
dasar (100%) mekanikaldan HVAC, untuk mengidentifikasi
status kinerja atau efisiensi sistem. Hasilnya
digunakan untuk menghitung konsumsi energi
Kesehatan & Kenyamanan Memonitor kadar CO2 dan tingkat udara segar (100% sesuai dengan SNI); cat
tahunan sesuai dengan aturan yang ditetapkan
Dalam Ruangan rendah VOC, tidak menggunakan material yang mengandung formaldehida, oleh GBCI untuk mencapai persyaratan sertifikasi
asbes, merkuri, dan styrofoam. Greenship New Building.

Manajemen Bangunan Commisioning yang layak; manajemen limbah (3r untuk limbah padat) III. PENDEKATAN
Analisis Biaya Analisis biaya antara bangunan hijau vs bangunan standar (biaya tambahan 8%); Area Hijau
analisis masa pengembalian = 7,7 tahun

Area bervegetasi ini mengikuti Permendagri No. 1


Tahun 2007 dengan komposisi 60,7% area tanah
ditutupi dengan pohon berukuran kecil, sedang,
besar; tanaman dan pepohonan dengan jenis
tanaman sesuai dengan Permen PU 5/PRT/M/2008
tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH). Membuka
lantai dasar bangunan sehingga dapat menjadi
akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama

14 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
minimal 10 jam dalam satu hari; menyediakan bus Sumber Daya dan Siklus Material
jemputan, fasilitas pejalan kaki, parkir sepeda dan
kamar mandi (shower) untuk pengguna sepeda. Tidak menggunakan CFC (chloro fluoro carbon)
sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan
Efisiensi Energi dan Konservasi pemadam kebakaran. Menggunakan material
kayu tersertifikasi secara legal sesuai dengan
Memasang meteran kWh untuk mengukur Peraturan Pemerintah tentang asal kayu.
konsumsi listrik dalam empat kelompok beban
sistem; menjalankan penghitungan OTTV Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruangan
berdasarkan SNI 03-6389-2000; Memasang
kisi-kisi cahaya eksternal: untuk memantulkan Mendesain ruangan dengan menjamin
cahaya matahari ke zona sinar matahari dalam. tercukupinya kebutuhan udara segar kepada
Reflektor eksternal dengan sirip GRC dan cat seluruh penghuni bangunan, setidaknya sesuai
elastomeric akan memperluas zona sinar matahari, dengan SNI 03-6572-2001; Dua ruangan dengan
pemantulan difusi cahaya min 80% (menurut kepadatan tinggi, yaitu ruangan rapat umum dan
standar DIN 5036). Metode penghitungan cahaya kantor umum yang dilengkapi dengan sensor
matahari selama matahari bersinar adalah karbon dioksida (CO2), yang memiliki mekanisme
dengan membagi zona sinar matahari ke dalam 3 untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar
bagian: zona luar, dalam, dan pencahayaan listrik. ruangan sehingga konsentrasi CO2 dalam ruangan
Menggunakan unit VRF dan split untuk sistem tidak lebih dari 1.000 ppm. Sensor ini diletakkan
HVAC dengan COP terbaik dalam kisaran 3,5-4,2.

Konservasi Air

ITSB menggunakan air ledeng sebagai sumber


air utama. Meteran air dipasang di 4 area: input
dari PDAM, tempat pengolahan air (water
treatment plant/WTP), di atas pompa kolam,
dan satu lagi untuk mengukur output air dari
sistem penampungan air hujan. Runoff dari air
hujan yang jatuh ke bangunan sebanyak 91%
dihitung oleh GBCI sebagai poin penampungan
air hujan dan digunakan untuk mengairi lansekap.
Penggunaan saniter air (water fixture) sesuai
dengan kapasitas buangan sub-standar mencapai
setidaknya 75% dari total unit saniter air yang Lansekap vegetasi (softscape) sekitar 60% dari total lahan
terpasang.

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 15
1,5 m dari lantai di dekat return air grill. 75% dari IV. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET
area disewakan bersih (net lettable area/NLA)
langsung menghadap pemandangan di luar. Penghematan Energi 44.01%

Manajemen Lingkungan Bangunan Penghematan per Tahun Rp. 237.472.785

Mendirikan fasilitas untuk memilah dan Pengurangan Emisi CO2 349,73 ton
mengumpulkan berdasarkan tipe organik atau
tidak organik; melibatkan Professional Greenship Penghematan Air 19%
(GP), yang bertanggung jawab untuk jalur
langsung proyek dari tahap perencanaan dan
desain sebelum sertifikasi partisipasi; ketersediaan
pabrik kompos sampah pada lokasi situs
bangunan.

Keberadaan kolam mengurangi beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota.

Sistem manajemen pengelolaan sampah.

16 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
2.3 Sinarmas Land Plaza Office,
BSD - Serpong
I. PENDAHULUAN

Sebagai bagian dari komitmen mereka akan


kepedulian lingkungan, Sinarmas Land Plaza
telah menerapkan rsitektur hijau pada bangunan
ramah lingkungan yang berlokasi di BSD Green
Office Park. Bangunan ini telah menerima
berbagai sertifikasi dan penghargaan seperti Gold BSD Green Office Park
Certification dari Green Mark Singapore, Best Office
Building (Bangunan Perkantoran Terbaik) dari Asia penting bagi pengembangan hijau di Indonesia.
Pacific Property Awards, dan Finalis dalam Hong Dari sini diharapkan para pengembang lain
Kong Green Building Award. akan terinspirasi dan melakukan hal yang sama
untuk memelihara dan melestarikan lingkungan
Sinarmas Land Plaza didesain dengan konsep bersama.
hijau, seperti dalam hal penghematan energi
dan air, pengurangan emisi karbon, dan daur Proyek yang dijalankan di lahan seluas 28,8 ha
ulang air sebelum pembuangan drainase. Hal ini didedikasikan untuk Distrik Hijau pertama
ini berarti menjaga dan memelihara lingkungan di Indonesia bernama BSD Green Office Park di
dan bumi sehingga memberikan kontribusi BSD City, Tangerang, Banten, Indonesia. Proyek
yang dimulai berjalan selama (kuartal 1, 2, 3 & 4)
RANGKUMAN DATA MASTERPLAN (2010) tahun 2009 dan mengalami proses commissioning
kemudian di tahun 2011 seluruh sistem mulai
Luas lahan 282.220 sq.m dioperasikan. Proyek ini dimiliki sepenuhnya
oleh PT. Bumi Serpong Damai Tbk, anggota
Rasio Cakupan Bangunan 25% - 35% Sinarmas Land Group, salah satu perusahaan
pengembangan properti terbesar di Indonesia.
GFA (Luas Lantai 183.300 m2
Bruto) Maksimum II. MOTIVASI PROYEK
Tinggi Bangunan 5 lantai
1. Untuk berpartisipasi pada upaya gerakan
Jumlah Bangunan 10 Blok Perkantoran, Kantor hijau dunia untuk mengurangi dampak
Pemasaran, Mall F&B pemanasan global
2. Untuk berpartisipasi dalam inisiatif
GFA (Luas Lantai Bruto) Blok Perkantoran : 15.000 penghematan energi dan program
per Blok Bangunan m2 termasuk 1.200 pengurangan emisi CO2
lantai bawah tanah 3. Untuk mengimplementasi fasilitas
Pemasaran: 3.000 m2 lingkungan yang bersih, hijau, dan sehat
untuk mendukung produktivitas para
The Breeze Mall: 30.000 m2 pekerja
4. Untuk secara sadar menjalankan
program pelestarian lingkungan dengan
GFA (Luas Lantai Bruto) Total 183.300 m2 menghemat air, memasang sistem drainase
yang layak, memilih material bangunan
Persyaratan Parkir Mobil (1:60) 2000 yang berlabel hijau, menjamin kualitas
udara dalam ruangan, dan memiliki sistem
Parkir mobil bawah tanah manajemen bangunan yang cermat
untuk mencegah lalu lintas
tinggi di permukaan III. PENDEKATAN
Persayaratan Area Parkir Mobil 48.000 m2
Proses desain rinci yang komprehensif disusun
Konsep Pengembangan Keamanan jaringan jalan oleh para konsultan yang mengintegrasikan
terpadu, properti kriteria bangunan hijau dan parameter dalam hal
Arsitektur, Struktur, M&E, dan Efisiensi Operasi
Manajemen dan Bangunan.
infrastruktur

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 17
IV. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB atap hijau akan mengurangi dampak
radiasi panas ke dalam bangunan, sehingga
Secara umum seorang Greenship Professional menyediakan pendinginan yang nyaman
(GP) bertindak sebagai penasehat bagi Dewan pada lobi dekat pintu masuk utama dan
Komite Proyek. GP pada dasarnya menekankan pendinginan pasif pada atrium
pentingnya dan menjalankan proses program
bagi pemilik bangunan dan seluruh tim ahli, VI. PERANGKAT YANG DIGUNAKAN
seperti Arsitek, Insinyur Sipil, Insinyur M&E,
Lansekap, dan desainer infrastruktur. 1. Simulasi cahaya matahari
2. Simulasi aliran angin
GP juga memvalidasi input desain bangunan 3. Perhitungan ETTV 42w/m2
vs. output operasi sebenarnya yang diinginkan 4. Photovoltaic digunakan pada lampu jalan
(matriks efisiensi daya, air, IAQ, dll.) dengan lux yang lebih tinggi dan konsumsi
energi rendah
V. TEKNIK STRATEGI PASIF 5. Sistem Manajemen Bangunan (Building
Management System/BMS) bagi seluruh
1. Terdapat total sebelas (11) bangunan bangunan untuk memonitor dan
dengan tinggi maksimal lima (5) lantai, yang mengontrol penggunaan energi di seluruh
diposisikan secara strategis (U-S) untuk fasilitas yang ada
memitigasi penyerapan sinar ultraviolet dari 6. Tipe teknologi pencahayaan yang
panasnya matahari. digunakan di bangunan adalah LED
2. Tata letak dan orientasi bangunan yang (Light Emitting Diode), lampu Fluoresen T5
layak, pembatasan struktur tinggi, dengan ballast elektronik & pengontrol,
diasosiasikan dengan desain pola lansekap dan CFL (Compact Fluorescent Lamp/CFL).
hijau akan mengurangi “Dampak Lahan Penggunaan sinar matahari merupakan
Panas” (Heat Island Effect) sehingga tersedia faktor tambahan di seluruh area bangunan
ruang sirkulasi udara dan tingkat suasana 7. Ventilasi udara alami memungkinkan aliran
yang nyaman udara melintas dalam ruangan gedung
3. Menggunakan fasat bangunan dan aplikasi (pendinginan pasif)

Analisis orientasi bangunan dan pergerakan angin.

18 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Orientasi bangunan terhadap lintasan matahari dan aliran angin
Transportasi hijau dalam kawasan antar-jemput

VII. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET

Penghematan Energi 31%

Penghematan per Tahun Rp.542.000.000

Pengurangan Emisi CO2 600 ton

Penghematan Air 23%

Daerah umum yang mendapat pencahayaan alami.

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 19
2.4 Menara BCA - Grand Indonesia, Bangunan memiliki kepercayaan untuk secara
langsung mengikuti sistem asesmen rating
Jakarta GREENSHIP EB 1.0 dengan target Platinum.
Pada bulan Oktober 2010 akhirnya Management
I. PENDAHULUAN Menara BCA bersama GBCI bersepakat untuk
Menara BCA (Grand IndonesiaI), yang mulai meng”hijau”kan bangunan mereka.
beroperasi sejak tahun 2009, merupakan bagian
kantor prestisius dari Mega Projects Grand Menara BCA Grand Indonesia menggunakan
Indonesia yang menggabungkan Perkantoran, kaca ganda pada seluruh fasat bangunan agar
Mall Perbelanjaan, Apartemen, dan Hotel dicapai penggunaan AC yang efisien. Bangunan
berbintang lima. Bangunan inin memiliki 54 ini, yang dikembangkan sejak 2008, memiliki
lantai dan luas sebesar sekitar 250.000 m2 dan tingkat keberhasilan 35% untuk penghematan
penghunian sekitar ± 85%, memiliki Indeks energi. Selain itu, air limbah per orang per hari
Konsumsi Energi (IKE) awal sebesar 250 kWh/ dikurangi menjadi 40 liter dari yang biasanya
m2.tahun (2010). Angka ini merupakan IKE rata- sebesar 50 liter. Kemudian area lahan terhitung
rata bangunan perkantoran di Jakarta. Desain 100% dijadikan lahan serapan air hujan yang akan
bangunan cukup baik dan modern, dengan fasat dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan air di
bangunan yang menggunakan kaca low-e double dalam gedung.
glazing dan berbagai fitur listrik dan mekanis
yang mendukung Sistem Manajemen (BMS - II. MOTIVASI PROYEK
Building Management System), lift/eskalator
menggunakan sistem kontrol canggih sehingga Berdasarkan visi (“To be The Shopping Land Mark
mereka yakin akan mendapatkan poin yang of Indonesia”) dan misi perusahaan (“Inspiring Life
tinggi di GBCI untuk perolehan di kategori EEC Style”) maka 8 motivasi proyek ditetapkan, yaitu:
(Energy Efficiency and Conservation). Manajemen

KONSEP MENARA BCA UNTUK MEMATUHI GREENSHIP EB 1.O

GFA 250.000 m2
(Luas Lantai Bruto)

Tata Guna Lahan Memenuhi persyaratan 1&2 untuk kebijakan tata guna lahan dan kebijakan pengurangan kendaraan bermotor; aksesibilitas
komunitas; pengurangan kendaraan bermotor; parkir sepeda dan kamar mandi (shower); hanya memenuhi satu dari tiga
poin lansekap; hanya memenuhi satu dari dua poin heat island effect; memenuhi persyaratan manajemen limpasan air
hujan; hanya memenuhi satu dari dua poin manajemen lahan; dan memenuhi persyaratan manajemen kawasan

Efisiensi Energi dan Memenuhi kedua syarat kebijakan dan rencana manajemen energi serta kinerja energi bangunan minimal; seluruh poin
Konservasi efisiensi kinerja energi bangunan dapat dipenuhi secara dioptimalkan; hanya memenuhi satu dari dua syarat testing,
recommissioning, atau retrocomissioning; memenuhi seluruh kinerja energi sistem; seluruh pengawasan & kontrol energi;
serta operasi dan pemeliharaan. Tapi tidak memenuhi persyaratan menggunakan energi baru terbarukan di lahan bangunan

Konservasi Air Memenuhi persyaratan kebijakan manajemen air; kontrol pengawasan air; memenuhi enam dari delapan poin efisiensi air
bersih; kualitas air; memenuhi satu dari lima poin air daur ulang; mendapat poin seluruh pengurangan air bawah tanah.
Tidak memenuhi syarat air daur ulang yang dapat diminum

Sumber Daya dan Memenuhi seluruh tiga persyaratan refrigeran dasar, kebijakan pembelian material, dan kebijakan manajemen limbah;
Siklus Material seluruh poin penggunaan non-ODS; seluruh poin praktik pembelian material; tiga dari empat poin praktik manajemen
limbah; dan seluruh manajemen limbah berbahaya. Tidak memenuhi syarat manajemen limbah berbahaya

Kesehatan dan Memenuhi persyaratan kampanya larangan merokok; seluruh poin untuk kontrol asap tembakau dan dampaknya pada
Kenyamanan lingkungan; seluruh pengawasan CO2 dan CO; hanya dua dari enam poin polusi fisik dan kimia; hanya satu dari tiga polusi
Dalam Ruangan biologis; seluruh poin untuk kenyamanan visual; level akustik; dan survei pengguna bangunan

Manajemen Memenuhi persyaratan kebijakan operasi dan pemeliharaan; tiga dari lima poin inovasi; hanya satu dari dua poin tujuan
Lingkungan desain & persyaratan proyek; seluruh poin untuk tim operasi dan pemeliharaan hijau; seluruh poin untuk penghunian/
Bangunan penyewaan hijau; seluruh poin untuk pelatihan operasi dan pemeliharaan

20 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
a. Peningkatan Kualitas Jasa (Kenyamanan
dan Keamanan)
b. Peningkatan Kesadaran Pegawai akan
Pentingnya Perilaku Hijau
c. Peningkatan Lingkungan Kerja yang Sehat
d. Peningkatan Kesadaran Lingkungan
e. Pengurangan Risiko
f. Penghematan Biaya
g. Pencapaian Visi dan Misi Perusahaan
h. Peningkatan Pangsa Pasar

III. STRATEGI UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN


EFISIENSI ENERGI DAN BANGUNAN HIJAU

a. Memperkenalkan konsep bangunan hijau


kepada Dewan Direktur (BOD) dan Pemilik.
b. Komitmen BOD & Pemilik untuk
mengimplementasikan konsep bangunan
hijau di seluruh divisi (divisi keuangan,
pemasaran, hubungan penyewa,
pembelian, fit-out, operasi, dan teknik)
c. Menetapkan tim bangunan hijau dan
melatih tim mengenai konsep bangunan
hijau secara berkala
d. Memetakan kondisi yang sudah ada dan
menetapkan target
e. Konsultasi dengan GBCI secara berkala

IV. PENDEKATAN
Menara BCA, PT. Grand Indonesia
Aksesibilitas

Setidaknya terdapat 5 tipe fasilitas umum dengan Manajemen Storm Water dan Pencapaian Konservasi Air
pencapaian pada jalan utama dengan radius
sebesar 1.500 m dari lokasi gedung. Keberadaan prosedur operasi standar dan
implementasi pemeliharaan dan inspeksi sistem
Menyediakan fasilitas pejalan kaki yang aman, pipa secara berkala untuk mencegah kebocoran
nyaman dan bebas dari akses kendaraan dan keborosan air dengan menunjukkan
bermotor; persimpangan untuk menghubungkan keseimbangan air dalam 6 bulan terakhir
setidaknya 3 fasilitas umum di atas dan/atau untuk sertifikasi awal. Pengurangan efisiensi air
stasiun kendaraan umum. sebesar 28% dibandingkan dengan baseline SNI.
Menggunakan air daur ulang dengan kapasitas
Pengurangan Kendaraan Bermotor (Sepeda & Bus cukup untuk kebutuhan air pengganti pada
Feeder) menara pendingin. 80% dari total unit air keran di
area umum menggunakan auto stop.
Pengurangan penggunaan kendaraan bermotor
prubadi dengan implementasi pilihan- Pencapaian Indeks Energi Bangunan dan Energi (EEC)
pilihan berikut: car pooling, bus feeder, voucher
transportasi umum, atau diskriminasi harga parkir. Indeks Efisiensi Energi selama 6 bulan terakhir dari
bangunan ini di bawah nilai dari referensi standar
Terdapat parkir sepeda yang aman sebanyak SNI (250 kWh/m2.tahun) dengan pengurangan
1 unit per 30 pengguna bangunan, dan juga total sebesar 48%. Bangunan telah menjalankan
tempat mengganti baju dan kamar mandi spesial commissioning atau retrocommissioning dengan
untuk setiap 25 pengguna sepeda yang parkir di sasaran untuk meningkatkan kinerja (KW/TR)
bangunan ini. pada peralatan MVAC (Mechanical Ventilation and
Air Conditioning/Ventilasi Mekanis dan AC) utama
dalam 1 tahun.

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 21
Keberadaan SOP dan laporan pada distribusi
barang bekas yang masih dapat dipakai dalam
bentuk furnitur, alat elektronik, dan spare part
melalui donasi atau pasar barang bekas dalam 6
bulan terakhir untuk sertifikasi awal.

V. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET

Penghematan Energi 18%

Penghematan per Tahun Rp.5.596.250.000

Pengurangan Emisi CO2 4.986 ton

IKE selama 6 bulan terakhir dibandingkan dengan standar


perkantoran (kWh/m2/tahun) Pengurangan Konsumsi Air 28%

Proporsi dari pengguna energi di dalam gedung

Telah menghemat konsumsi energi pada


pencahayaan listrik, lebih dari 20% daya untuk
pencahayaan sesuai daftar SNI 036197-2000.
Menggunakan minimal 50% ballast listrik
berfrekuensi tinggi pada area kerja bersama.

Menjalankan peningkatan efisiensi sistem AC


untuk pendingin sentrifugal sebesar 0,15 kW/TR di
bawah efisiensi pendingin minimal sebesar 0,656
kW/TR

Praktik Manajemen Limbah dan Manajemen Limbah


Berbahaya

Keberadaan Prosedur Operasi Standar (SOP),


Pelatihan, dan Pelaporan untuk mengumpulkan
dan memilah sampah berdasarkan tipe organik
dan an organik dalam 6 bulan terakhir untuk
sertifikasi awal, keberadaan SOP, Pelatihan, dan
Pelaporan untuk manajemen limbah berbahaya,
seperti bola lampu, batere, tinta printer, dan
material pembungkus cairan pembersih dalam 6
bulan terakhir untuk sertifikasi awal.

22 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
2.5 Kantor Kementerian Pekerjaan
Umum, Jakarta
I. PENDAHULUAN
Tujuan utama dari konstruksi bangunan
berkinerja tinggi di Kementerian Pekerjaan
Umum adalah untuk gedung ramah lingkungan
kebanggaan nasional dan sebagai bangunan
contoh di Republik Indonesia. Bangunan PU
merupakan proyek pilot bangunan GREENSHIP NB Gedung Utama Kantor Kementerian PU
1.0 yang didirikan seiring persiapan Alat Rating
GREENSHIP.

Proses penerapan Desain Terintegrasi menjadi


tonggak sejarah yang sangat penting dan simbol
bangkitnya industri bangunan di Indonesia.
Bangunan ini memiliki 18 lantai dan sebuah
plaza parkir. Tim desain gedung ini memiliki
ambisi awal untuk mencapai level Platinum dari
rating Greenship dengan Indeks Efisiensi Energi Bentuk dan orientasi bangunan desain awal yang tidak menguntungkan.
sebesar 200 kWh/m2 dan menghemat 30% dari
baseline. Untuk mencapai prinsip-prinsip yang
ditetapkan digunakan OTTV rendah, desain KONSEP KANTOR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
pasif, pencahayaan alami dengan pemasangan
rak cahaya, dan penggunaan sistem AC dengan Luas Situs 28.957 m2
pendingin berefisiensi tinggi. Pada sistem HVAC, Rasio Cakupan Maksimal 36,82%
digunakan 3 chiller berpendingin air 3 (2 berjalan Bangunan
dan 1 standby) dan 2 menara pendingin dengan GFA (Luas Lantai Lantai dasar: 1.761 m2; Lantai biasa (Lantai 5-14): 1.353 m2;
beban pendinginan sebesar 0,540 kW/TR. Bruto)/Tinggi Lantai atas (15-17): 1.518 m2/17 lantai + 1 lantai semi-bawah
Bangunan tanah
II. DESAIN SITUS HIJAU Orientasi Bangunan Utara – Selatan, untuk mengurangi terpaan matahari pada
area kerja pada bagian timur dan barat bangunan sehingga
Sejak awal perencanaan, konstruksi, operasi, dimodifikasi ke dalam bentuk yang lebih halus, sehingga
dan pemeliharaan, perhatian diberikan pada meningkatkan utilisasi “pencahayaan siang hari”
aspek operasional untuk menjaga, memelihara, Zero run off Mengurangi run-off hujan di luar daerah, membuat kolam
mengurangi penggunaan sumber daya alam, penahanan/swale, membuat infiltrasi lokal, optimalisasi
menjaga kualiitas udara dalam ruangan, dan jaringan drainase di sekeliling bangunan
memberikan perhatian kepada penghuninya yang Kontrol suhu Pencapaian iklim mikro dengan: menyusun struktur, pola, dan
mematuhi peraturan yang ada. pemilihan vegetasi; membentuk sirkulasi udara agar mengalir
ke atas; manajemen O2 dan CO2 dengan menamam tumbuhan
Bentuk dan Orientasi Bangunan. Bentuk padat dan berdaun lebar
bangunan telah mengalami banyak perubahan Ramah Lingkungan Pemilihan material yang layak: meminimalisasi penggunaan
karena desain asli bangunan yang menyebabkan material alami; memilih produk dengan finishing berpori;
sisi timur-barat akan selalu terkena cahaya menyediakan dan melengkapi fasilitas untuk pejalan kaki
matahari langsung yang kemudian dilakukan (termasuk yang mengalami disabilitas)
dimodifikasi menyebabkan dinding bangunan Recycle Reduce Implementasi sistem tempat manajemen sampah; aplikasi
yang menghadap timur dan barat lebih kecil Reuse (Daur Ulang, tanah dengan manajemen air yang layak; mengurangi
dari bentuk awal. Oleh karena itu, peningkatan Mengurangi, penggunaan air dengan meminimalisasi flush; penggunaan
panas dari sinar matahari dapat dikurangi secara Menggunakan daya listrik yang efisien untuk pencahayaan luar ruangan
signifikan. Bentuk dari bangunan yang sudah Kembali) dengan pilihan lampu dan sensor
ada juga menyebabkan banyak ruang kerja akan
bangunan sehingga yang berada di bawah dapat
mendapatkan sinar matahari dan pemandangan
menjadi lebih sejuk. Dalam desain, bangunan ini
dua sisi dinding yang menghadap utara dan
memiliki area terbuka lebih banyak di sisi timur.
selatan. Bangunan PU memiliki bentuk massa
Hal ini dikarenakan cahaya di siang hari (matahari
bangunan yang tipis, baik secara horizontal
berada di sisi barat) lebih panas dan terik.
maupun vertikal. Sisi yang tipis di atas bangunan
didesain untuk dapat menjadi peneduh sisi

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 23
akan terlalu terang namun masih menyediakan
cahaya yang cukup.

Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan bangunan menggunakan


sistem pencahayaan pintar yang dikontrol
oleh panel kontrol utama sehingga cahaya
dapat dimatikan secara otomatis oleh sensor
gerakan dan sensor tingkat pencahayaan (lux).
Fungsi peneduh dan lidah pemantul untuk Dengan demikian, penghematan energi dari
memperkaya pencahayaan alami pencahayaan ruangan akan mudah untuk dicapai.
Sistem kontrol pencahayaan yang pandai dalam
bangunan dapat menetapkan status ON, OFF, dan
peredupan untuk setiap kelompok lampu. Sistem
ini merupakan implementasi penghematan
energi listrik untuk pencahayaan buatan dalam
bangunan. Sistem ini disebut MESL (Multi Channel
Energy Saved Load Control System) dan diproduksi
oleh Toshiba.

Sistem Daur Ulang Air

Sistem daur ulang air bekerja untuk mengolah


air kotor dan air yang telah digunakan sehingga
dapat digunakan kembali untuk menyiram toilet
atau menyiram tanaman. Dengan sistem ini,
penggunaan air dapat dihemat dan menjadi
salah satu aspek penting dalam mendukung
Kontribusi pencahayaan alami dan kontrol otomatis konsep bangunan hijau. Air buangan diolah
lampu.memperkaya pencahayaan alami di STP (sewage treatment plant) lalu kemudian
diproses dan dibuang pada saluran kota
(mengikuti regulasi pengolahan air limbah). Air ini
kemudian mengalir pada sistem daur ulang lalu
diproses dan ditransfer ke tangki daur ulang di
bangunan utama dan tempat parkir. Hasil proses
pengolahan air dapat langsung digunakan untuk
menyiram toilet, menyiram tanaman, dan air
pengganti pada menara pendingin.

III. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET


Penghematan Energi 56%
Instalasi Pengolahan Air (STP) dari limbah dan air
Penghematan Rp.642.800.000
hujan
per Tahun

Peneduh dan Reflektor/Pemantul Pengurangan Emisi CO2 947 ton

Lidah pemantul cahaya sekaligus berfungsi Penghematan Air 17,72%


sebagai peneduh akan mengurangi panas
yang memasuki bangunan namun masih
menggabungkan cahaya dengan efisien.
Dengan lidah pemantul cahaya, cahaya yang
memasuki bangunan dipantulkan pada langit-
langit. Bayangan cahaya panjang pada lidah sisi
luar ditetapkan agar matahari tidak terlalu terik
bagi aktivitas manusia di dalamnya. Cahaya yang
masuk dan direfleksikan pada langit-langit tidak

24 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
PT. Dahana yang berada di Pusat Material Energetic (EMC)

2.6 PT. Dahana, Kantor Manajemen KONSEP KAMPUS DAHANA

Pusat, Subang, Jawa Barat Luas Tanah 24.800 m2

I. PENDAHULUAN Rasio Cakupan Maksimal 40,55%


Proyek kampus Dahana merupakan bagian dari Bangunan
Energetic Materials Center (EMC), yang dimiliki Luas Lahan Luas situs bangunan: 2.536 m2; Luas softscape: 14.744 m2;
oleh PT DAHANA (Persero). Berlokasi di atas tanah Luas parkir dan jalan: 7.520 m2; area lantai yang dikondisikan
seluas hampir 600 (242 hektar), sebagai pusat seluas 5.108,81 m2 terdiri dari 2 lantai kantor, 4 lantai bangunan
penelitian dan pengembangan, produksi, dan multi-fungsi
penyimpanan material energi tinggi (yang paling Tata Guna Lahan Memenuhi seluruh persyaratan manajemen lahan hijau,
lengkap di ASEAN) untuk kebutuhan komersial transportasi umum, sepeda, lansekap situs, mikroiklim dan
dan pertahanan. Kampus Dahana merupakan manajemen storm water. Namun tidak memenuhi pilihan lahan,
bangunan pertama di Indonesia mencapai rating dan hanya satu yang memenuhi aksesibilitas komunitas
tertinggi yaitu 83 poin untuk kategori Bangunan Efisiensi Energi Memenuhi seluruh kriteria submeter listrik, kalkulasi OTTV,
Baru untuk Sertifikasi Greenship dari GBCI. dan Konservasi pencahayaan alami, ventilasi, dampak perubahan iklim, dan
mencapai 10 dari 20 poin untuk langkah-langkah efisiensi energi
Pengembangan EMC merupakan hasil dari kerja
sama antara PT DAHANA (Persero) dengan PT PP Konservasi Air Memenuhi seluruh kriteria meteran air, pengurangan
(Persero) sebagai kontraktor, sebagai hasil dari penggunaan air, peralatan air, daur ulang air, sumber air alternatif,
sinergi antara beberapa BUMN, dengan dukungan penampungan air hujan, dan efisiensi lansekap air
Kementerian BUMN. PT BNI, PT Telkom, PT
Binakarya, dan Jasindo juga terlibat dalam proyek Sumber Daya Memenuhi seluruh kriteria refrigeran dasar, produk yang
ini. dan Siklus diproses secara ramah lingkungan, penggunaan non-ODS,
Material kayu bersertifikasi, desain modular, material lokal. Namun tidak
Dalam rangka mencapai sertifikasi ini, kampus memenuhi syarat penggunaan bahan daur ulang bangunan dan
Dahana telah melewati beberapa tahap yang material
telah ditentukan oleh tim asesmen. Pada 17 Juni Kesehatan dan Memenuhi syarat masuknya udara luar ruangan, pengawasan CO2,
2011, kampus Dahana secara resmi didaftarkan Kenyamanan kontrol asap tembakau di lingkungan, polusi kimia, pemandangan
di GBCI. Setelah melewati serangkaian pengujian, Dalam Ruangan luar, kenyamanan suhu. Namun tidak memenuhi kenyamanan
pada 10 Oktober 2011, GBCI mengeluarkan visual dan tingkat kebisingan
Pernyataan Status sebagai Proyek yang Terdaftar. Manajemen Memenuhi manajemen air dasar, GP sebagai anggota tim proyek,
Lalu, pada 20 Desember 2011, tahap asesmen Lingkungan polusi aktivitas konstruksi, manajemen limbah yang maju,
final dilakukan dan PT Management DAHANA Bangunan commissioning yang layak, memasukkan data implementasi
menerima sertifikat pada 20 Januari 2012. bangunan hijau pada database, panduan fit-out, dan survei
penghuni
II. DESAIN LAHAN HIJAU

Sejak awal dalam perencanaan, konstruksi,


operasi, dan pemeliharaan, perhatian diberikan
pada aspek operasional untuk menjaga,
memelihara, mengurangi penggunaan sumber

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 25
Fasilitas daur ulang air dan kapasitas pengolahan

daya alam, menjaga kualiitas udara dalam Perangkat Lunak Modeling Energi
ruangan, dan memberikan perhatian kepada
penghuninya yang mematuhi peraturan yang ada. Menggunakan perangkat lunak modeling energi
untuk menghitung konsumsi energi dasar
100% Penghematan Air (baseline) di bangunan dan bangunan yang
didesain. Setiap penghematan sebesar 2,5%
Konsumsi air dengan pengurangan konsumsi air dimulai pada pengurangan energi 10% dari
dari sumber primer, di mana 100% dari seluruh bangunan baseline, lalu mendapatkan 1 poin
air diambil dari sumber, alternatif: sungai, hujan & dari maksimal 20 poin (dibutuhkan untuk level
kondensat AC. Platinum).

Irigasi Lansekap Pencahayaan Alami

Pemasangan sistem daur ulang air dengan Penggunaan cahaya alami yang optimal sehingga
kapasitas yang cukup untuk keseluruhan setidaknya 30% lantai mendapatkan minimal
sistem untuk betutuhan flushing, irigasi, dan air intensitas alami sebesar 300 lux. Digabungkan
pengganti untuk menara pendingin. dengan sensor lux otomatis untuk pencahayaan
buatan ketika cahaya alami kurang dari 300 lux,
maka 2 poin tambahan didapatkan.

Dengan perhitungan simulasi komputer Indeks Konsumsi Energi turun menjadi 135.77 kWh/m2.year

26 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Ventilasi

Tidak menggunakan AC pada ruang-ruang toilet,


tangga, koridor, dan lobi lift, serta elevator.

Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan pada bangunan


menggunakan sistem pencahayaan yang
dikontrol oleh panel kontrol utama sehingga
bagian ruangan dibagi ke dalam 3 zona, di mana
setiap zona menggunakan sensor cahaya dan
gerakan.

Commissioning yang Layak

Menjalankan prosedur testing and commissioning


sesuai dengan instruksi GBCI, termasuk pelatihan
Hasil perhitungan beban pendinginan
yang berhubungan dengan fungsi pemenuhan
dan optimalisasi kinerja peralatan/sistem dengan
perencanaan dan acuannya.

III. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET

Penghematan Energi 35%

Penghematan per Tahun Rp. 210.176.443 Sistem otomatisasi pada sistem tata cahaya

Pengurangan Emisi CO2 310 ton

Penghematan Air 100%

Penggunaan sistem kombinasi sensor gerak dan sensor cahaya di area


perkantoran

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 27
2.7 Rangkuman Pelajaran yang Didapatkan

Berikut adalah daftar rangkuman pelajaran yang didapatkan yang berlaku bagi seluruh enam bangunan
yang menjadi studi kasus:

Pemilik bangunan menjadi motivator utama bagi bangunan hemat energi. Pemilik merupakan
kekuatan penggerak di setiap kasus. Pemilik bangunan menentukan sasaran dan mengambil
keputusan untuk menjaga agar proyek tetap berjalan dengan benar. Para arsitek dan insinyur
kemudian berusaha untuk mencapai sasaran sesuai keinginan dan keputusan pemilik bangunan,
sehingga dibutuhkan proses desain bangunan secara menyeluruh.

Menentukan sasaran penghematan energi yang dapat diukur pada permulaan proyek adalah hal
yang sangat penting dalam mencapai bangunan hemat energi. Dalam studi kasus, seluruh pemilik
bangunan dan tim desain menentukan sasaran penghematan energi yang agresif dari awal. Sasaran-
sasran ini contohnya seperti 40% lebih baik dibanding kinerja minimal SNI. Secara umum, yang paling
baik memutuskan sasaran kinerja energi yang paling optimal adalah hasil kesepakatan tim. dan
menggunakan simulasi energi untuk memahami dampak energi dari keputusan desain menghasilkan
kinerja energi yang terbaik.

Banyak keputusan yang tidak dimotivasi oleh biaya. Pemilik bangunan mengambil keputusan
berdasarkan nilai. Seringkali, pemilik akan mengeluarkan uang untuk fitur yang mereka sangat
inginkan pada bangunan mereka—terutama fitur-fitur arsitektur. Sebaliknya, bila seorang pemilik
tidak menginginkan sebuah fitur terntentu, biaya menjadi alasan untuk menghilangkannya.

Teknologi yang tersedia pada saat ini dapat mengubah kinerja bangunan secara substansial. Teknologi
yang sudah tersedia (off-the-shelf) maupun yang terbaik (state-of-the-shelf) melalui penerapan yang
layak dapat digunakan untuk mencapai bangunan hemat energi. Meskipun demikian, strategi-strategi
ini harus diterapkan bersama dan diintegrasikan dalam desain, instalasi, dan operasi secara layak
dalam rangka menghemat energi. Tidak ada ukuran efisiensi tunggal atau daftar langkah-langkah
pencapaian bangunan hemat energi yang tersedia.

Pendekatan desain keseluruhan bangunan merupakan cara yang baik untuk menurunkan
penggunaan dan biaya energi. Pendekatan keseluruhan bangunan yang terpadu dimulai dengan
tim desain yang memiliki komitmen terhadap sasaran energi. Bangunan harus didirikan sebagai
suatu sistem bila teknologi akan diintegrasikan dalam desain dan operasinya. Hal ini meliputi
penggunaan simulasi komputer untuk membantu memandu proses desain—simulasi-simulasi
ini dapat menjalankan analisis trade-off untuk menilai dampak energi dari pilihan arsitektur serta
desain HVAC&L (heating, ventilation, air-conditioning, and lighting/pemanasan, ventilasi, AC, dan
pencahayaan).

28 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
3. Informasi Tambahan
3.1 Instrumen Kebijakan yang 2012 tentang Penghematan Pemakaian
Berhubungan dengan Efisiensi Tenaga Listrik
• Peraturan Mentari ESDM No. 14 tahun 2012
Energi Bangunan tentang Manajemen Energi
2. Kementerian Lingkungan Hidup (termasuk
A. Instrumen Hukum: mitigasi perubahan iklim)

1. Undang-undang Republik Indonesia No. 28 • Peraturan Menteri LH No 08 tahun 2010


Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung tentang Kriteria dan Sertifikasi bangunan
2. Undang-undang Republik Indonesia No. Ramah Lingkungan
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan 3. Kementerian Pekerjaan Umum
Pengelolaan Lingkungan Hidup • Peraturan Menteri PU No 45/PRT/M/2007
3. Undang-undang Republik Indonesia No. 30 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Tahun 2007 tentang Energi
Bangunan Gedung Negara
4. Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi
Gas Rumah Kaca (Draft Peraturan Presiden • Peraturan Menteri PU No 30/PRT/M/2006
tentang RAN-GRK) tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
5. Nationally Appropriate Mitigation Actions/ Aksesibilitas pada bangunan Gedung dan
NAMAs di Sektor Energi Lingkungan
• Peraturan Menteri PU No. 16/PRT/M/2010
B. Instrumen Fiskal: tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala
Bangunan Gedung
1. Insentif untuk implementasi program 4. Institusi-institusi terkait
konservasi energi (Peraturan Pemerintah No. • Inpres No. 013 Tahun 2011
70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi)
• Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
2. Pembebasan pajak impor, harga set-up
dan alokasi subsidi dari energi fosil menuju Ibukota Jakarta No. 38 tahun 2012 tentang
energi baru dan terbarukan (berdasarkan Bangunan Gedung Hijau
Green Paper yang dikembangkan oleh 5. Otoritas Pasar Karbon
Kementerian Keuangan)
D. Instrumen Keuangan:
C. Instrumen Institusional:
1. Unilateral (Anggaran pemerintahan nasional/
1. Kementerian ESDM sebagai Otoritas Energi, daerah, aktivitas CSR sektor swasta)
2. Dukungan negara donor (Bilateral/Multilateral)
• Peraturan Menteri ESDM No 12 tahun 3. Pasar Karbon (seperti CDM)
2012 tentang Pengendalian Penggunaan 4. Pembiayaan Hijau (Green Financing)
Bhan Bakar Minyak
• Peraturan Menteri ESDM No 13 tahun

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 29
3.2 Standar Nasional Indonesia (SNI) yang Berhubungan dengan Bangunan
1 SNI 02-2406-1991 Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan

2 SNI 03-1726-1989 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa


untuk Rumah dan Gedung

3 SNI 03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan


Gempa untuk Bangunan Gedung

4 SNI 03-1728-1987 Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung

5 SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan


Perumahan di Perkotaan

Tata Cara Perencanaan Bangunan dan


6 SNI 03-1735-1993 Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Rumah dan Gedung

7 SNI 03-2396-1991 Penerangan alami siang hari untuk rumah


dan gedung. Tata cara perancangan

8 SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan


alami pada bangunan gedung

9 SNI 03-2846-1992 Tata Cara Perencanaan Kepadatan Bangunan


Lingkungan, Bangunan Rumah Susun Hunian

10 SNI 03-3242-1994 Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman

Tata Cara Perencanaan Pemasangan Sistem Deteksi


11 SNI 03-3985-1995 Alarm Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Rumah dan Gedung

12 SNI 03-6196-2011 Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung

13 SNI 03-6197-2011 Konservasi Energi Sistem Pencahayaan


Pada Bangunan Gedung

14 SNI 03-6389-2011 Konservasi Energi Selubung Bangunan


Pada Bangunan Gedung

15 SNI 03-6390-2011 Konservasi Energi Sistem Tata Udara


Pada Bangunan Gedung

16 SNI 03-6575-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan


Buatan pada Bangunan Gedung

17 SNI 03-6572-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan


Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung

18 SNI 03-6573-2001 Transportasi Vertikal

19 SNI 03-6759-2002 Tata Cara Perancangan Konservasi


Energi pada Bangunan Gedung

30 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
20 SNI 04-0133-1987 Starter lampu fluoresen

21 SNI 04-0225-1987 Peraturan Umum Instalasi Listrik 1987 (PUIL 1987)

22 SNI 04-0225-2000 Persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000)

23 SNI 04-0227-1994 Tegangan standar

Keamanan pemanfaat listrik untuk rumah


24 SNI 04-1921.2-1995 tangga dan sejenis. Bagian 2.41 : Persyaratan
khusus pompa listrik untuk cairan dengan
suhu tidak lebih dari 35 derajat Celcius

25 SNI 04-1925-2000 Instalasi dan sambungan rumah/


bangunan listrik pedesaan.

26 SNI 19-2454-1991 Tata Cara Pengolahan Teknik Sampah Perkotaan

27 SNI 04-3236-1992 Kawat fleksibel berisolasi PVC tegangan


nominal 1000 V (NYAF)

Kabel fleksibel kembar dua dan kembar


28 SNI 04-3237-1992 tiga berisolasi PVC untuk tegangan kerja
sampai dengan 380 V (NYY/NYD)

Kabel fleksibel kembar dua sampai dengan


29 SNI 04-3238-1992 kembar lima berisolasi, berselubung PVC
tegangan nominal 380 V (NYIFY)

30 SNI 04-3593-1994 Instalasi listrik bangunan. Bagian 2 : Prinsip dasar

31 SNI 04-3559-1994 Mutu dan cara uji lampu flouresen


untuk penggunaan umum

32 SNI 04-3561-1994 Balast untuk lampu flouresen arus bolak balik

34 SNI 04-6507-2001 Lengkapan listrik - Pemutus-tenaga untuk proteksi


arus-lebih pada instalasi rumah tangga dan sejenisnya.

35 SNI 04-6973.1-2005 Luminer-Bagian 1: Persyaratan umum pengujian

36 SNI 04-6973.2.2-2005 Luminer-Bagian 2.2: Persyaratan khusus-Luminer tanam

37 SNI 04-6973.2.5-2005 Luminer-Bagian 2.5: Persyaratan


khusus-Luminer lampu sorot

38 SNI T-14-1993-03 Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi


Energi Pada Bangunan Gedung

39 Juknis Konservasi Energi 1992 Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung

40 Juklak Konservasi Energi 1992 Sistem Pencahayaan Pada Bangunan Gedung

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 31
3.3 Pilihan Teknologi untuk Mencapai Bangunan yang Hemat
Energi
3.3.1 Konstruksi Baru Desain/Selubung Bangunan
Teknologi Net
• Desain yang efektif dan terpadu oleh arsitek, insinyur, pemasang
Zero Energy
peralatan, kode/manufaktur yang sesuai untuk peruntukan gedung
• Peralatan dan teknologi yang mudah digunakan dan memberi
kontribusi efisiensi energi dan energi terbarukan
• Perangkat simulasi dan analisis yang dapat mengintegrasikan semua
komponen bangunan dan memprediksi kinerja energi keseluruhan
sistem
• Peralatan elektrikal mutakhir seperti kotak kontak pintar, alat-alat kotrol
yang programmable dan addressable, alat-lalat listrik yang berlabel
hemat energi, alat-alat yang dapat menghindari konsumsi listrik
berlebihan (vampire loads)
• Meminimalisasi kehilangan konversi daya karena pemilahan grup beban
dan karena perbedaan zona beban

• Menentukan jenis label energi dan mewajibkan penghuni gedung Teknologi Label
mengunakan produk berlabel hemat energi untuk mencapai zero
energy
• Memasang sistem monitor penggunaan energi dan menentukan
batasan penggunaan energi (benchmarking)
• Sistem informasi energi, Sistem agregasi data energi

• Mengisolasi panel-panel struktur, mengoptimasi penggunaan isolasi Teknologi Insulasi


dengan pengujian Infra Red dan perangkat menganalisa kebocoran Konstruksi Baru
panas.
• Memilih jenis material konstruksi yang terjangkau dan tersedia luas
dengan karakteristik insulasi yang baik
• Memilih material yang lebih baik dengan nilai efisiensi energi yang lebih
tinggi, material modular
• Melakukan modeling dan membuat mock-up untuk teknologi yang
belum umum terpasang sebelum diimplementasi secara luas, memilih
material yang mempunyai kinerja yang lebih baik, lebih mudah untuk
dipasang, material modular

• Mengembangkan model pencahayaan alami yang lebih mudah dan Teknologi Dinding
terjangkau yang menetapkan keuntungan penghematan energi Pencahayaan
• Alat modeling untuk memanfaatkan cahaya alami dipilih yang lebih Sinar Matahari
mudah dan terjangkau, dapat diukur, dengan dukungan desain yang
lebih baik
• Peneduh jendela eksterior yang dapat di-retrofit

Teknologi
• Unit dinding, lantai, dan langit-langit dipilih yang tipe modular dan Penghunian yang
sudah diinsulasi Dimanufaktur
• Konstruksi dan instalasi yang dimanufaktur sedemikian rupa
sehingga memberi dampak hemat energi, terjangkau, dan mudah
pemasangannya
• Panel yang dengan mudah dapat dicat secara--spray on, pemasangan
struktural, dipilih teknologi atau bahan pipa, duct, saluran yang bisa
mengeliminasi pekerjaan dilapangan

32 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
3.3.2 Retrofit Desain/Selubung Bangunan
Retrofit Mendalam untuk
• Kesadaran/pelatihan/teknologi/perangkat lunak modeling energi
Bangunan Komersial
• Fasilitas testing and comissioning untuk diterapkan di bangunan yang
sudah ada
• Perangkat pengawasan bangunan, penghematan energi dan bisa
mengestimasi penggunaan energi
• Memilih teknologi untuk pemanfaatan panas buang di bangunan
komersial
• Menentukan metode lebih mudah untuk menetapkan kebutuhan,
pembiayaan

Teknologi Label • Memasang alat pematokan (benchmarking) energi


• Aplikasi yang mempermudah pengujian sistem mekanikal elektrikal
• Sistem agregasi data untuk dijadikan database bangunan
• Punya kesepakatan atau kewajiban menggunakan produk berlabel
energi atau memenuhi persyaratan energi minimal

• Jendela berglasur, kaca ganda vakum berisi 1 panel, low-E


Retrofit dan Teknologi
• Jendela kedap udara dan berisolasi sempurna
Jendela Konstruksi Baru
• Pelatihan pendidikan desain
• Jendela low-E dan PV yang terintegrasi, memastikan integrasi PV yang
mulus pada fenestrasi
• Konsep untuk menerapkan dinding kaca dengan “nilai-R sama dengan
dinding” selanjutnya atau jendela ZNE (Zero Net Energy Window)
• Memilih bahan dengan biaya lebih rendah & teknologi lebih baik

Teknologi Material • Mengembangkan material eksterior bangunan terisolasi


Bangunan Transformatif • Desain selubung bangunan transitif
• Unit dinding, lantai, dan langit-langit modular dan telah diisolasi.
• Komponen prefabricated untuk konstruksi ZNE rendah biaya
• Mengurangi jejak karbon dari material yang umum digunakan

Teknologi Atap Tenaga • Lapisan atap tenaga surya yang efisien dan kompetitif secara biaya
Surya/Pandai • Atap pendingin/PV/pemanas air tenaga surya surya
• AC tenaga surya
• Mementukan teknologi/harga/standar

Teknologi Insulasi Retrofit • Memilih material baru, lebih murah, dan lebih mudah dpasang
• Perangkat atau metode untuk mengisolasi dinding lebih baik
• Optimalisasi sistem isolasi melalui scanning IR & perangkat lunak analisis

Retrofit & Teknologi • Tingkat kekedapan udara bangunan seringkali dilakukan dengan buruk
Penyegelan Udara oleh kontraktor
Konstruksi Baru • Metode membuat ruangan kedap udara terlalu rumit dan tidak
dipahami oleh banyak praktisi
• Pengujian pintu blower--murah & mudah

Teknologi Scanning • Membutuhkan kapabilitas fotografi IR untuk mengevaluasi sebaran


Infra-merah termal di bangunan dengan biaya yang terjangkau dan tersedia luas
• Optimalisasi isolasi melalui scanning inframerah & perangkat lunak
analisis

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 33
3.3.3 Pencahayaan
Teknologi
• Optimalisasi penggunaan teknologi fluoresen, SSL, halogen IR melalui
Pencahayaan
pengalaman aplikasi
(Umum)
• Optimalisasi desain lampu, ballast/driver, luminaire, kontrol untuk
kemudahan instalasi, operasi, pemeliharaan
• Kombinasi sumber cahaya yang lebih efisien, luminaire yang lebih
efisien, kontrol dan aplikasi lebih baik, dan penggunaan cahaya alami
yang lebih banyak
• Integrasi penggunaan lampu LED ke dalam DCL untuk CRI yang
ditingkatkan
• Dipilih rumah lampu tipe optik luminaire untuk cahaya plasma,
luminaire yang dapat membersihkan sendiri
Teknologi Pencahayaan
• Pemahaman lebih baik oleh ahli pencahayaan dalam Keadaan Solid
• Peningkatan efisiensi, peningkatan stabilitas seiring waktu, peningkatan
pemeliharaan lumen
• Peredupan total sementara seluruh kualitas pencahayaan dijaga
• Komponen SSL yang terstandardisasi, terjangkau, dan handal
memungkinkan desainer perlengkapan (fixture) memiliki kebebasan
untuk berinovasi dan memenuhi kebutuhan konsumen

Aplikasi Lampu
• Kontrol lampu kerja yang lebih baik oleh pengguna, termasuk lampu Kerja/Suasana dan
yang dapat dipindahkan Teknologi Kontrol
• Kemampuan untuk memiliki lampu kerja (Task light) yang dapat
dikuantifikasi untuk mengurangi tingkat cahaya dan konsumsi energi
cahaya keseluruhan
• Desain luminaire untuk keperluan kerja dan renderasi untuk
menyediakan fungsi kedua pencahayaan secara sinergis

Teknologi Kontrol
• Interface manusia dan peralatan yang lebih baik, kontrol yang lebih Pencahayaan
murah dan handal. Mudah untuk mengubah pengaturan pada sensor. (Peredupan, Sensor
Kalibrasi sendiri yang lebih murah dan sederhana Penghunian)
• Mengatur level pencahayaan sesuai jam, sensor yang tidak mematikan
cahaya ketika ada penghuninya, sensor tidak menyalakan cahaya pada
ruangan yang kosong
• Sambungan ke HVAC dan kontrol beban kotak kontak, lokasi sensor
hunian yang lebih baik, perlengkapan (fixture) pengguna di seluruh
bangunan

Teknologi Luminaire
• Kualitas cahaya lebih baik bagi pengguna, Menggunakan standar
mesopic lighting yang dapat diakses oleh pengguna
• Kebutuhan pasar untuk dihargai untuk luminaire yang efisien

• Sistem pencahayaan alami utama, sensor sinar matahari, desain skylight Teknologi Pencahayaan
• Kontrol peredupan yang lebih murah, lebih sederhana, dan dapat Sinar Matahari
mengkalibrasi sendiri
• Kontrol untuk pencahayaan sinar matahari vertikal yang lebih responsif,
handal, dan berumur panjang

34 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
3.3.4 Alat-Alat Elektronik

Teknologi Sleep Mode


• Dipilih peralatan yang resposif terhadap kebutuhan dan keinginan yang
mudah oleh pengguna, interaksi penggunan
• Dipilih peralatan yang ada konfigurasi sleep mode dan standby yang
terintegrasi baik dalam perangkat lunak atau perangkat keras.
• Dipilih peralatan elektronik pintar, mempunyai kapabilitas untuk
memulihkan fungsionalitas penuh

Teknologi Sumber • Dipilih dengan sumber listrik DC yang memiliki keuntungan


Daya DC penghematan energi yang dapat diprediksi dibandingkan AC, dalam
kondisi tertentu
• Dipilih peralatan dengan perangkat keras yang hemat biaya dan
teknologi yang implementatif
• Perlu pelatihan dari sisi keamanan dan pelatihan untuk desainer,
pemasang, petugas kode, dan pengguna akhir
• Produk sistem DC memudahkan konversi tegangan, cara
pendistribusian beban dan koneksi peralatan.

Teknologi Penggunaan • Data mengenai potensi penghematan energi untuk perangkat


dan Virtualisasi lunak dan sistem yang secara otomatis merangkum informasi untuk
pengguna yang kemudian bisa ditransmisikan, di terima dan dicetak
untuk bisa menrangkum fluktuasi penggunaan energi
• Pendekatan optimal untuk menyampaikan tiga media: cable, TV, dan
telepon
• Pengalaman visual optimal untuk pengguna TV dan komputer dengan
konsumsi energi display

Teknologi Efisiensi
• Pengetahuan akan kinerja energi dan interakasi setiap komponen
Level Komponen
pengguna energi
• Optimalisasi penggunaan energi pada tingkat ketersediaan daya dan
komponen listrik lain sebelum optimalisasi efisiensi seluruh perangkat
• Pengetahuan kinerja energi yang dapat disimpan dalam memory chip
mutakhir dan dan interaksi terhadap komponen pengguna energi
lainnya

Teknologi Sistem • Mematikan seluruh perangkat elektronik rumah tanpa menggangu


Elektronik Lengkap fungsionalitas--perangkat lunak atau chip strip yang pandai yang dapat
dipasang di produk apapun
• Optimalisasi perangkat lunak untuk menggerakkan efisiensi sistem:
server yang super-efisien, TV/display super-efisien, desktop komputer
pribadi super-efisien
• Produk dengan patokan kinerja tinggi (energi dan pengalaman
pengguna) di setiap kategori--contohnya TV, video game, DVR, dll.

Peralatan Interlock
untuk Mengelola • Pengawasan daya terstandardisasi dan kontrol perangkat keras,
Teknologi lunak, dan protokol untuk memungkinkan sleep/standby mode pada
Penggunaan Energi perangkat
• Sistem interlock standar & komponen yang tersedia pada OEM untuk
produk mereka
• Pengawasan dan kontrol perangkat dan sistem

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 35
3.3.5 Pemanasan, Ventilasi, dan AC

Deteksi Kesalahan dan


• Perangkat keras tersedia; membutuhkan deteksi kesalahan dan kontrol Pemeliharaan Prediktif
diagnostik yang lebih handal pada skala yang lebih kecil
• Kontrol yang mudah untuk pengguna dan dapat mendiagnosis sendiri
untuk unit HVAC
• Kontrol dan sistem economizer yang handal dan efektif
• Pengaturan ventilasi/suhu/kelembaban sesuai dengan level granular
sebenarnya sehingga kontrol dapat didesain secara layak
• Penggunaan energi prediktif; peringatan ketika target tidak dicapai

Pemulihan Panas
• Studi kasus untuk memvalidasi penghematan dan kehandalan energi dan Economizer
sistem
• Penggunaan energi tinggi saat ini untuk distribusi panas dan pendingin
di atas kebutuhan ventilasi sebenarnya
• Pertukaran dan kontrol pemulihan panas modular
• Pemulihan panas buangan dari supermarket dan toserba yang
dimodular untuk pemanasan air domestik dan ruang

Aliran Refrigeran Variabel


• Informasi mengenai praktik terbaik kinerja energi, optimalisasi, dan (Variable Refrigerant Flow)
sistem kontrol mini-split
• Sistem dan kontrol VRF untuk AC mini-split dan aplikasi pompa panas
• Kecepatan variabel untuk segala hal dengan biaya rendah, kehandalan
tinggi, kontrol yang cepat dan akurat untuk enthalpy dan aliran udara,
kontrol yang dapat mengoptimalisasi sendiri

Motor dan
• Standar teknologi, studi kasus, pendidikan, dan aplikasi yang efektif Penggerak HVAC
biaya
• Kecepatan variabel untuk segala hal dengan biaya rendah, kehandalan
tinggi
• Kontrol kecepatan variable pada SELURUH sistem, kipas, kompresor,
pompa

• Melakukan tes lapangan untuk membandingkan model bangunan Modeling, Pengujian


dengan penggunaan energi sebenarnya untuk menyediakan feedback Lab dan Lapangan
dalam rangka mengembangkan simulasi bangunan yang lebih akurat
• Celah baru yang tidak diberi skor, Celah baru tanpa kuantifikasi, dan
pencapaian penghematan energi yang diprediksi dari sistem kontrol
zona distribusi HVAC
• Kontrol untuk memenuhi kebutuhan udara dalam ruangan--tidak ada
udara ventilasi yang melebihi kebutuhan penghuni, mencapai apa yang
ruang penghuni butuhkan, distribusi HVAC efisien maksimal (jangan
gunakan pipa bila tidak dibutuhkan)
• Meningkatkan pernagkat lunak simulasi energi bangunan dengan
kemampuan analisis parametrik agar dapat memberikan model variasi
di kondisi operasi nyata dengan lebih baik

36 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
3.3.6 Sensor, Meteran, dan Sistem Manajemen Energi

Perangkat Pandai,
Perangkat Pandai- • Paket sensor kontrol generik modular merespon terhadap suhu
-Kontrol Tingkatan penghunian, tingkat cahaya, kualitas udara, dan input pengguna
Responsif terhadap • Praktik standar untuk seluruh perangkat listrik yang secara langsung
Pengguna dan melayani pengguna termasuk logika kontrol pandai dan sensor untuk
Teknologi Lingkungan memodulasi penggunaan energi agar kebutuhan pengguna dapat
dipenuhi secara optimal
• Paket sensor/kontrol generik modular juga tersedia pada biaya yang
rendah
• Sensor penghunian diintegrasikan pada perlengkapan cahaya (tangga,
garasi parkir, parkir luar ruangan, kantor pribadi)
• Sensor yang mengintegrasikan sistem kontrol lain (pencahayaan, HVAC)
• Solusi yang berorientasi pada konsumen yang mengkombinasikan
berbagai kebutuhan, penghematan energi dan kemaanan, kenyamanan,
dan penggunaaan konsumen lain

Teknologi Kontrol
Interface Mudah/ • Sistem manajemen kontrol harus diimplementasikan di tempat yang
Sederhana layak serta merefleksikan pilihan pengguna/penghuni yang diketahui
• Mendukung proyek demosntrasi, interface harus memungkinkan level
kemutakhiran pengguna yang berbeda-beda
• Membutuhkan standardisasi protokol komunikasi/kontrol untuk
memungkinkan berbagai perangkat dan pendekatan interface
(telepon, kartu RFID, komputer pribadi, perangkat kontrol kemudahan
terintegrasi, dll.)
Teknologi Jasa
• Jasa manajemen energi bundel agar efektif biaya
Manajemen Energi
• Paket kontrol modular yang murah terstandardisasi dan mudah
Konsumen
digunakan pengguna yang merespon suhu penghunian, tingkat cahaya,
kualitas udara, dan input pengguna
• Sistem penagihan utilitas baru untuk menggabungkan informasi
konsumen dari sisi permintaan ke dalam rekening konsumen
• Kurangnya keahlian manajemen energi
Teknologi Teknik
Verifikasi Penghematan • Harus mampu untuk mengatribusikan peningkatan dan dampak kinerja
Rendah Biaya energi
• Mengubah data mentah menjadi informasi yang dapat ditindaklanjuti,
lingkaran feedback untuk desain sistem dan keputusan operasi yang
berkaitan dengan energi
• Pengawasan verifikasi penghematan, koleksi data, dan perangkat
pengiriman pada chip yang murah dan dapat dipasang pada produk
apapun
Teknolgi Fasilitas
Pengukuran Daya Listrik • Mengubah data mentah menjadi informasi yang dapat ditindaklanjuti,
Pandai Real-time pengetahuan konsumen
• Panel distribusi yang didesain lebih baik, pematokan dan perbandingan
standar untuk menginformasikan keputusan
• Meraup keseluruhan penghematan yang tersedia secara teori dengan
economizer HVAC air-side
• Meteran beban efektif biaya dan akurat untuk menggerakkan peluang
penghematan energi instan dan jangka panjang
• Pengumpulan data, analisis, dan feedback pelanggan

Teknologi Sistem • Integrasi manajemen energi ke dalam layanan konsumen


Manajemen Energi dan • Perangkat lunak manajemen energi usaha
Pemeliharaan Usaha • Proses, sintesis, dan penyimpanan data

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 37
4. Analisa Data Iklim Indonesia
4.1 Pendahuluan Tekanan Rendah Doldrums sepanjang tahun, oleh
sebab itu tidak mengalami perubahan musim.
Iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca B. Iklim monsun tropis (Am), dan C. Iklim basah
selama kurun waktu yang panjang, yang secara dan kering atau sabana tropis (Aw). Indonesia
statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan termasuk iklim hutan hujan tropis.
nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada
setiap saatnya (World Climate Conference, 1979). Menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-
Ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang iklim tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D. Af dan Am =
disebut klimatologi. terdapat di daerah Indonesia bagian barat,
tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera,
Terkait dengan perencanaan kenyamanan termal Kalimantan dan Sulawesi Utara. Aw = terdapat
hunian, data iklim yang dibutuhkan adalah di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua
data radiasi matahari, temperatur, kelembaban, Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara,
kecepatan angin dan curah hujan. Di Indonesia, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan. C =
salah satu sumber data adalah BMKG. terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan. D =
terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.
Pada penelitian ini disampaikan hasil analisis
statistik terkait data iklim untuk perencanaan Kriteria utama iklim A,B,C,D,E
bangunan yang diambil dari sejumlah sumber,
yakni BMKG, dll. Jenis Iklim Ciri-ciri iklim
A Suhu rata-rata bulan terdingin
4.2 Ulasan Literatur minimal 18oC, curah hujan tahunan >
evapotranspirasi tahunan.
Menurut sistem klasifikasi Köppen–Geiger, B Evapotranspirasi potensial tahunan rata-
Indonesia berada pada kelompok A (Iklim tropis/ rata > curahan tahunan rata-rata. Tidak
megatermal). Iklim tropis berkarakter temperatur ada kelebihan air.
tinggi (pada permukaan laut atau ketinggian C Suhu rata-rata bulan terdingin -3 s.d 18oC .
rendah) — dua belas bulan memiliki temperatur Bulan terpanas > 10oC.
rata-rata 18°C (64.4oF) atau lebih tinggi. Terbagi D Suhu rata-rata bulan terdingin < 10oC,
menjadi: a. Iklim hutan hujan tropis (Af):[3] bulan terpanas >10oC.
Mengalami kelembaban 60 mm (2.4 in) ke atas E Suhu rata-rata bulan terpanas < 10oC,
sepanjang 12 bulan. Iklim ini terjadi pada garis untuk daerah tundra 0 s.d 10oC, untuk
lintang 5-10° dari khatulistiwa. Di beberapa daerah salju abadi < 10oC.
wilayah pantai timur, dapat pula mencapai 25°
dari khatulistiwa. Iklim ini didominasi oleh Sistem

38 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Gambar 1. Klasifikasi Iklim menurut Koppen

Kriteria tambahan Iklim Koppen: Tiga jenis iklim yang mempengaruhi Indonesia
adalah:

Jenis Iklim Ciri-ciri iklim


1. Iklim Musim (Iklim Muson)
f Tidak ada musim kering,basah
sepanjang tahun.
Dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-
ubah (biasanya 6 bulan), terdiri atas angin musim
m Monsoon,dengan musim kering
barat daya (Muson Barat) dan angin musim timur
pendek,dan sisanya hujan lebat
laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup
sepanjang tahun.
sekitar bulan Oktober hingga April yang basah
w Hujan musim panas
sehingga membawa musim hujan/penghujan.
S Kondisi kering pada musim panas
Angin muson timur bertiup sekitar bulan April
W Kondisis kering pada musim dingin
hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang
Jenis Iklim Ciri-ciri iklim mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami
a Musim panas terik, suhu rata-rata musim kering/kemarau.
bulan terpanas > 22oC
b 2. Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas)
Musim panas yang panas, suhu
rata-rata bulan terpanas <22oC
Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa
c Musim panas yang sejuk dan otomatis akan mengalami iklim tropis yang
pendek, rata-rata kurang dari 4
bersifat panas dan hanya memiliki dua musim
bulan memiliki suhu > 10oC
yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim
d Musim dingin yang sangat dingin, tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia
suhu rata-rata bulan terdingin < panas yang mengundang banyak curah hujan
-3oC atau Hujan Naik Tropika. Wilayah Indonesia
h Terik, suhu tahunan rata-rata > terletak di daerah tropis yang dilintasi oleh garis
18oC Khatulistiwa, sehingga dalam setahun matahari
k Sejuk, suhu tahunan rata-rata < melintasi ekuator sebanyak dua kali. Matahari
18oC tepat berada di ekuator setiap tanggal 23 Maret

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 39
Gambar 2 : Tiga daerah iklim menggunakan metoda korelasi ganda, yang membagi Indonesia menjadi
daerah A (garis tegas), daerah monsun selatan; daerah B (titik garis putus-putus), daerah semi-monsun;
dan daerah C (garis putus-putus), daerah anti monsun. (Sumber: http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.
php?option=com_content&view=article&id=85&Itemid=78)

Gambar 3. Curah hujan rata-rata Indonesia


(sumber: https://docs.google.com/present/view?id=dgnjdcv4_1084fdpr4wd3)

dan 22 September. Sekitar April-September, Edvin Aldrian, membagi Indonesia terbagi


matahari berada di utara ekuator dan pada menjadi 3 (tiga) daerah iklim (Gambar 2), yaitu
Oktober-Maret matahari berada di selatan. daerah Selatan A, daerah Utara – Barat B dan
Pergeseran posisi matahari setiap tahunnya daerah Moluccan C.
menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia
mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan Unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji
musim kemarau. Pada saat matahari berada di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak
di utara ekuator, sebagian wilayah Indonesia semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan
mengalami musim kemarau, sedangkan saat yang sama. Diantaranya ada yang mempunyai
matahari ada di selatan, sebagaian besar wilayah pola munsonal, ekuatorial dan lokal. Pola hujan
Indonesia mengalami musim penghujan. tersebut dapat diuraikan berdasarkan pola
masing-masing. Distribusi hujan bulanan dengan
3. Iklim Laut pola monsun adalah adanya satu kali hujan
minimum. Hujan minimum terjadi saat monsun
Indonesia yang merupakan negara timur sedangkan saat monsun barat terjadi hujan
kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut yang berlimpah. Monsun timur terjadi pada bulan
mengakibatkan penguapan air laut menjadi Juni, Juli dan Agustus yaitu saat matahari berada
udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.

40 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Gambar 4. Perubahan curah hujan rata-rata (Sumber: http://kadarsah.wordpress.com/2007/11/30/
mengenal-iklim-indonesia/)

di garis balik utara. Oleh karena matahari berada daerah selatan adalah berkurang atau menurun
di garis balik utara maka udara di atas benua Asia sedangkan dibagian Utara adalah bertambah.
mengalami pemanasan yang intensif sehingga
Asia mengalami tekanan rendah. Berkebalikan Hal lain yang patut dicatat adalah bawah iklim
dengan kondisi tersebut di belahan selatan tidak di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama
mengalami pemanasan intensif sehingga udara abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat
di atas benua Australia mengalami tekanan sekiitar 0,3oC sejak 1900 dengan suhu tahun 1990-
tinggi. Akibat perbedaan tekanan di kedua an merupakan dekade terhangat dalam abad
benua tersebut maka angin bertiup dari tekanan ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat,
tinggi (Australia) ke tekanan rendah (Asia) yaitu hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961-1990.
udara bergerak di atas laut yang jaraknya pendek Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua
sehingga uap air yang dibawanyapun sedikit. musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah
turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah
Dapat diamati bahwa hujan maksimum terjadi Indonesia di abad ini dengan pengurangan
antara bulan Desember, Januari dan Februari. tertinggi terjadi selama perioda Desember-
Pada kondisi ini matahari berada di garis Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam
balik selatan sehingga udara di atas Australia setahun. Curah hujan di beberapa bagian di
mengalami tekanan rendah sedangkan di Asia Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino
mengalami tekanan tinggi. Akibat dari hal dan kekeringan umumnya telah terjadi selama
ini udara bergerak di atas laut dengan jarak kejadian El Nino terakhir dalam tahun 1082/1983,
yang cukup jauh sehingga arus udara mampu 1986/1987 dan 1997/1998.
membawa uap air yang banyak (monsun barat
atau barat laut). Akibat dari hal ini wilayah yang 3. Data Iklim Indonesia
dilalui oleh munson barat akan mengalami
hujan yang tinggi. Atas dasar sebab terjadinya Bersumberkan dari sejumlah data cuaca yang
angin munson barat ataupun timur yang diukur dari stasiun cuaca di Indonesia, berikut
mempengaruhi terbentuknya pola hujan disampaikan data rata-rata statistik iklim untuk
munsonal di beberapa wilayah Indonesia dapat 29 kota di Indonesia dalam 62 tabel. Kota-kota
dikatakan wilayah yang terkena relatif tetap tersebut tersebut berada dalam ragam elevasi,
selama posisi pergeseran semu matahari juga dengan kota-kota utama umumnya adalah
tetap. Namun, perubahan diperkirakan akan daerah pantai, kecuali Bandung.
terjadi terhadap jumlah, intensitas dan durasi
hujannya. Untuk mempelajari hal ini diperlukan
data curah hujan dalam seri yang panjang.
Kaimuddin (2000) dengan analisa spasial bahwa
curah hujan rata-rata tahunan kebanyakan di

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 41
4.4 PULAU SUMATRA
Hasil perhitungan rata-rata statistik kota-kota pantai pulau Sumatera menunjukkan bahwa kota-
kota tersebut memiliki rata-rata temperatur dan kelembaban udara yang hampir sama. Untuk kota
pengunungan, seperti Kerinci memiliki besar temperatur relatif lebih rendah sebagaimana tertera pada
data berikut:

Gambar 5. Topografi pulau Sumatra

42 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
City Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)

Medan 27.84 32.09 23.39 90.92 4.29 13.61 43.54

Jambi 27.28 31.21 23.10 91.61 3.30 11.23 103.04

Padang 27.98 30.01 24.54 91.43 7.56 13.90 28.90

Palembang 27.07 31.33 23.21 91.37 4.84 11.61 40.27

Bengkulu 26.70 30.61 23.14 91.14 5.72 15.91 163.22

Kerinci 23.00 27.72 17.97 90.04 3.36 14.56 2.17

Data untuk radiasi matahari total tahunan adalah hampir sama, berikut untuk dua
kota di Sumatera:

Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal Radiation


City Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] [kWh/m2]

Medan 1548 925 889

Palembang 1596 948 912

Selanjutnya disampaikan rincian data untuk masing-masing kota di Pulau


Sumatera sebagai berikut.

4.4.1 Medan

Polonia Airport (altitude 25 m)

Tabel 1
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
1973-2009 Jan 26.63 30.79 22.93 91.50 4.46 13.15 50.67
Feb 27.29 31.87 23.19 90.74 4.66 14.21 31.22
Mar 27.46 32.17 23.33 90.69 4.64 14.39 37.85
Apr 26.90 32.29 23.09 88.99 4.24 13.66 51.20
May 27.74 32.39 23.90 91.50 4.20 14.02 44.85
Jun 27.73 32.44 23.61 90.69 4.15 13.99 49.51
Jul 27.34 32.18 23.26 90.56 4.30 14.11 34.37
Aug 26.56 31.28 22.66 88.22 4.27 13.92 65.62
Sep 26.76 31.36 23.28 92.31 4.17 13.72 39.42
Oct 26.75 31.17 23.37 92.68 4.04 13.26 38.86
Nov 25.87 30.00 22.71 90.50 3.90 12.24 45.77
Dec 26.39 30.44 23.13 92.70 4.50 12.64 33.14
Average 26.95 31.53 23.20 90.92 4.29 13.61 43.54

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 43
Tabel 2
Years Bulan Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg

2005-2011 Jan 31.20 27.21 23.03 94.84 80.21 55.34 21.65 3.69
Feb 32.02 27.72 23.10 94.16 78.06 51.18 21.51 3.43
Mar 32.50 28.02 23.38 94.56 77.97 50.31 24.44 3.79
Apr 32.70 28.35 23.81 94.60 78.38 50.77 22.29 3.45
May 32.93 28.47 23.94 95.10 79.26 50.74 20.85 3.44
Jun 32.84 28.28 23.61 94.79 78.03 49.79 20.91 3.47
Jul 32.66 28.12 23.38 95.14 78.44 49.50 23.90 3.48
Aug 32.44 27.95 23.32 95.44 78.84 50.46 21.99 3.44
Sep 32.15 27.80 23.26 95.83 80.17 52.49 20.74 3.26
Oct 31.66 27.63 23.23 95.96 81.16 54.33 20.59 3.12
Nov 31.22 27.46 23.36 95.74 81.90 56.58 21.62 3.21
Dec 30.72 27.12 23.29 95.44 82.21 58.76 20.85 3.36
Average 32.09 27.84 23.39 95.13 79.55 52.52 21.78 3.43

Tabel 3
Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Periods Months Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 124 68 86


Feb 122 78 63
Mar 143 84 81
Apr 135 78 77
May 141 79 87
Jun 131 73 83
Jul 135 81 77
Aug 137 79 81
Sep 123 80 58
Oct 123 81 60
Nov 113 71 63
Dec 121 73 74
YEARS 1548 925 889

4.4.2 Jambi
Sultan Taha Airport (altitude 25 m)

Tabel 4
Years Month Tmean ( C)
o
Tmax ( C)
o
Tmin ( C)
o
RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)

2001-2009 Jan 26.79 30.24 23.37 92.32 3.90 11.06 283.45


Feb 27.14 30.92 22.98 91.76 2.83 10.40 161.04
Mar 27.18 31.09 22.91 91.92 2.30 214.98
Apr 27.41 31.50 23.20 92.25 2.38 10.33 5.04
May 27.83 31.72 23.65 92.37 3.67 11.26 4.04
Jun 27.51 31.53 23.10 91.41 3.55 11.57 144.08
Jul 27.36 31.19 22.88 90.71 4.33 11.96 21.79
Aug 27.32 31.46 22.73 90.24 4.02 12.18 97.50
Sep 27.77 31.57 23.10 89.60 4.18 12.53 3.65
Oct 27.25 31.56 23.04 91.31 3.03 11.59 5.06
Nov 26.97 31.21 23.12 92.72 2.33 9.81 125.85
Dec 26.85 30.53 23.09 92.69 3.11 10.85 169.97
Average 27.28 31.21 23.10 91.61 3.30 11.23 103.04

44 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.4.3 Padang

Tabing Airport (altitude 3 m)


Tabel 5
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)

1960-2009 Jan 26.51 28.10 24.23 92.80 11.51 17.78 51.96


Feb 27.33 29.21 24.31 92.25 8.23 14.47 22.81
Mar 27.67 29.71 24.34 92.14 6.79 12.91 22.67
Apr 28.51 30.64 24.69 91.63 5.45 11.17 19.38
May 29.08 31.22 25.01 90.95 6.28 12.20 10.69
Jun 29.06 31.13 25.05 90.39 7.14 13.21 33.46
Jul 28.73 30.93 24.67 90.31 7.60 14.12 22.55
Aug 28.90 30.99 25.06 89.88 8.35 15.36 29.33
Sep 28.53 30.73 24.88 90.78 7.55 13.89 34.49
Oct 27.99 30.15 24.52 92.17 6.70 13.24 47.81
Nov 26.49 28.59 23.42 90.48 5.89 12.39 26.02
Dec 26.92 28.69 24.27 93.43 9.24 16.05 25.62
Average 27.98 30.01 24.54 91.43 7.56 13.90 28.90

4.4.4 Palembang
Sultan Mahmud Airport (altitude 10 m)
Tabel 6
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
1973-2009 Jan 26.47 30.23 23.25 93.44 5.85 12.88 62.23
Feb 26.87 31.00 23.29 93.06 5.14 12.02 55.89
Mar 26.22 30.28 22.62 90.30 4.43 10.97 51.86
Apr 27.48 31.57 23.69 92.97 3.76 10.48 59.21
May 26.97 31.79 23.27 89.73 3.97 10.49 18.38
Jun 27.56 31.61 23.52 91.71 4.42 11.04 48.87
Jul 27.15 31.45 23.03 90.92 5.14 12.00 22.88
Aug 27.43 31.86 22.97 89.15 5.98 12.74 15.52
Sep 27.36 32.10 23.02 89.13 5.73 12.73 14.45
Oct 27.45 32.03 23.17 90.30 4.57 11.46 29.80
Nov 27.09 31.48 23.35 92.44 4.03 10.68 55.50
Dec 26.73 30.55 23.31 93.27 5.00 11.84 48.65
Average 27.07 31.33 23.21 91.37 4.84 11.61 40.27

Tabel 7
Years Months Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max (%) RH Avg (%) RH Min (%) Wind Max Win Avg
(oC) (oC) (oC) (km/h) (km/h)
2005-2011 Jan 30.65 26.85 22.87 96.11 80.94 59.34 16.98 4.89
Feb 31.26 27.21 22.96 95.81 80.03 56.36 19.93 4.68
Mar 31.71 27.39 22.86 96.01 79.58 56.45 16.13 3.69
Apr 32.11 27.78 23.18 95.91 78.92 54.96 15.85 2.99
May 32.45 28.13 23.62 95.41 77.23 53.68 15.16 3.47
Jun 31.88 27.67 23.21 95.75 77.10 53.32 15.81 4.07
Jul 31.86 27.49 22.78 94.76 75.45 51.16 19.86 5.19
Aug 32.43 27.60 22.55 94.04 72.49 45.97 19.14 5.88
Sep 32.85 28.00 22.93 93.20 71.05 45.22 17.13 5.40
Oct 32.63 27.94 23.04 94.32 74.91 48.62 17.19 4.04
Nov 31.76 27.60 23.17 96.00 78.61 54.87 14.54 2.98
Dec 31.04 27.21 23.20 95.90 80.45 59.50 17.35 4.12
Average 31.89 27.57 23.03 95.27 77.23 53.29 17.09 4.28

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 45
Tabel 8
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 124 75 71


Feb 121 78 61
Mar 147 82 88
Apr 132 81 70
May 142 72 97
Jun 147 72 109
Jul 119 75 66
Aug 127 77 70
Sep 139 86 71
Oct 140 91 66
Nov 129 85 62
Dec 130 74 62
YEARS 1596 948 912

4.4.5 Bengkulu

Bengkulu Airport (altitude 16 m)


Tabel 9
Wind_ave Wind_max
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)

2000-2009 Jan 26.76 30.65 23.35 92.29 5.08 14.38 152.59


Feb 26.99 30.88 23.55 91.54 5.21 15.34 204.45
Mar 27.03 30.89 23.58 91.72 5.19 15.52 235.11
Apr 27.33 31.15 23.73 92.33 4.64 14.21 291.80
May 27.48 31.42 23.45 91.77 4.48 13.88 67.88
Jun 27.24 31.10 23.43 91.17 5.38 15.66 98.85
Jul 26.91 30.91 23.02 91.11 6.02 15.90 171.55
Aug 24.07 27.75 20.33 81.13 6.82 17.13 130.12
Sep 26.99 30.82 23.16 91.16 8.56 20.61 99.54
Oct 26.46 30.59 23.27 93.05 6.58 17.16 92.46
Nov 26.58 30.70 23.44 93.16 5.92 16.34 216.56
Dec 26.52 30.39 23.41 93.26 4.78 14.77 197.75
Average 26.70 30.61 23.14 91.14 5.72 15.91 163.22

4.4.6 Kerinci

Kerinci Airport (altitude 782 m)


Tabel 10
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)

1994-2009 Jan 22.87 27.23 17.59 91.70 3.46 13.67 2.47


Feb 22.97 27.44 17.89 90.40 3.09 14.26 2.00
Mar 23.03 27.50 18.23 90.25 2.91 13.18 6.88
Apr 23.33 27.68 18.56 91.55 2.53 12.59 1.47
May 23.51 27.80 17.59 89.61 2.57 14.15 0.82
Jun 23.84 27.52 19.83 87.70 3.53 14.62 1.75
Jul 22.67 27.25 16.94 88.96 3.45 14.97 0.58
Aug 22.77 27.28 17.71 89.53 3.56 15.50 1.10
Sep 22.57 27.34 17.56 89.74 2.71 14.53 1.28
Oct 22.78 27.28 18.09 89.22 4.14 15.92 3.23
Nov 22.91 27.46 17.76 90.23 4.67 16.38 1.03
Dec 22.76 30.82 17.91 91.58 3.71 15.00 3.36
Average 23.00 27.72 17.97 90.04 3.36 14.56 2.17

46 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.5 PULAU JAWA
Daerah Jawa untuk kota tepi pantai seperti Jakarta, Semarang, Surabaya adalah tipikal daerah tropis
panas. Sedangkan untuk lebih rendah karena lokasi lebih tinggi adalah Madiun, Kalijati, daln lebih
rendah lagi Bandung dan Malang. Hujan di Jawa cukup tinggi. Beberapa daerah merupakan kota hujan
seperti Bogor dan Malang. Topografi lokasi tertera pada Gambar berikut:

Gambar 6. Topografi pulau Jawa

Hasil rata-rata statistik menunjukkan bahwa kota daerah pantai seperti Jakarta, Semarang, Surabaya
memiliki temperatur yang lebih tinggi dari daerah pegunungan seperti Bandung dan Malang sebagai
berikut:

City Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave (m/s) Wind_max (m/s) Rain (mm)

Jakarta 27.78 31.73 23.62 78.13 7.92 24.50 155.57


Bandung 23.44 28.98 19.31 77.92 2.27 180.08
Kalijati 27.94 30.45 22.51 80.85 6.05 11.68 8.50
Semarang 27.54 31.77 24.13 75.30 0.57 184.13
Surabaya 27.58 33.83 22.17 75.90 3.20 174.81
Malang 24.22 28.96 19.41 86.02 8.94 18.63 3.71
Madiun 26.57 30.79 23.89 89.33 12.54 19.86 0.12

Jumlah radiasi tahunan cukup tinggi sebagai berikut:

CIty Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal Radiation


Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] [kWh/m2]

Jakarta - Kemayoran 1713 933 1108


Jakarta – Halim 1693 929 1084
Bandung 1685 873 1174
Semarang 1860 943 1311
Surabaya 1882 967 1297

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 47
4.5.1 Jakarta
Kemayoran / North Jakarta (altitude 5 m)

Tabel 11
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(m/s) (m/s)
2001-2005 Jan 27.72 29.10 25.92 79.36 1.41 349.02
Feb 26.46 28.78 24.90 77.72 1.43 434.32
Mar 27.88 29.58 26.14 78.52 1.33 236.22
Apr 28.14 29.78 26.92 76.66 1.16 144.54
May 28.52 29.56 26.60 75.00 1.24 83.62
Jun 27.92 29.26 26.20 72.74 1.15 67.18
Jul 27.88 28.96 26.50 73.46 1.17 71.98
Agt 27.90 29.04 26.34 71.84 1.20 29.54
Sep 28.28 29.66 27.04 69.14 1.30 22.62
Oct 28.26 29.54 26.80 72.90 1.27 112.02
Nov 27.74 29.80 26.04 75.52 1.26 111.60
Dec 27.72 29.24 25.58 76.68 1.35 204.18
Average 27.87 29.36 26.25 74.96 1.27 155.57

Tabel 12
Years Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg

2005-2011 Jan 30.60 27.25 23.58 94.83 80.63 58.24 25.81 9.67
Feb 30.48 27.20 23.62 96.68 82.40 56.43 26.01 8.01
Mar 31.46 27.76 23.84 95.07 80.39 55.28 27.52 9.13
Apr 32.13 28.16 24.05 95.36 79.22 54.71 24.49 7.52
May 32.10 28.09 23.94 96.15 79.39 52.27 23.68 6.89
Jun 31.74 27.71 23.55 96.06 79.38 50.87 22.60 6.79
Jul 31.64 27.45 23.12 96.07 77.98 49.41 24.90 6.94
Aug 31.81 27.54 23.00 94.91 76.09 49.35 23.09 7.24
Sep 32.44 27.96 23.22 92.94 73.22 46.31 23.55 7.45
Oct 32.78 28.30 23.64 92.37 73.23 45.74 23.60 7.69
Nov 32.23 28.18 23.96 93.18 75.86 49.31 24.43 8.16
Dec 31.32 27.71 23.97 94.36 79.83 55.06 24.35 9.53
Average 31.73 27.78 23.62 94.83 78.13 51.92 24.50 7.92

Tabel 13
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 138 71 96


Feb 124 73 71
Mar 157 77 107
Apr 138 80 82
May 147 78 104
Jun 147 64 124
Jul 129 72 85
Aug 141 75 94
Sep 154 81 101
Oct 166 93 98
Nov 144 93 70
Dec 128 76 75
YEARS 1713 933 1108

48 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Jakarta Halim Airport (altitude 30 m)

Tabel 14
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
1986-2005 Jan 136 80 84
Feb 123 74 67
Mar 156 76 110
Apr 137 78 85
May 146 68 116
Jun 146 64 122
Jul 128 70 85
Aug 139 74 90
Sep 152 77 102
Oct 163 94 92
Nov 140 90 70
Dec 126 83 61
YEARS 1693 929 1084

4.5.2 Bandung

Husein Sastranegrara Airport climatic station (altitude 791 m)


Tabel 15
Wind_ave Wind_max
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (m/s) (m/s) Rain (mm)

2001-2005 Jan 23.28 28.42 19.82 80.60 2.63 174.78


Feb 23.02 27.38 19.98 81.80 2.75 337.24
Mar 23.48 28.74 19.84 81.20 2.37 293.12
Apr 23.74 29.08 19.64 80.80 1.77 207.02
May 24.00 29.36 19.46 78.40 1.95 145.38
Jun 23.14 29.10 18.50 75.80 1.95 91.36
Jul 22.84 28.94 18.30 75.20 2.16 92.04
Agt 23.20 29.50 18.18 71.00 2.06 48.10
Sep 23.64 29.72 18.80 73.40 2.35 84.72
Oct 23.86 30.04 19.26 75.80 2.66 188.66
Nov 23.68 29.10 20.00 80.60 2.16 263.74
Dec 23.38 28.38 19.90 80.40 2.37 234.80
Average 23.44 28.98 19.31 77.92 2.27 180.08

Tabel 16
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 139 70 103


Feb 121 67 77
Mar 154 74 113
Apr 141 71 101
May 145 67 119
Jun 148 56 140
Jul 128 69 90
Aug 140 83 81
Sep 149 77 99
Oct 159 81 107
Nov 140 76 88
Dec 121 81 56
YEARS 1685 873 1174

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 49
4.5.3 Kalijati Subang

Kalijati airport (altitude 110 m)


Tabel 17
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(m/s) (m/s)
1963.00 Jan 25.52 28.14 22.88 93.48 10.78 16.61 23.94
Feb 26.01 29.02 22.59 92.21 9.28 16.93 18.31
Mar 26.54 29.58 22.65 91.01 9.42 17.56 15.40
Apr 27.82 30.64 23.07 89.53 3.21 7.50 4.49
May 28.49 31.04 22.93 85.67 2.90 7.25 0.82
Jun 28.32 30.94 22.00 79.70 4.10 9.21 0.44
Jul 28.01 31.10 20.46 72.78 5.16 10.54 0.00
Aug 28.58 30.52 20.68 72.98 5.15 10.50 0.00
Sep 29.09 30.99 22.22 64.22 4.87 10.59 0.00
Oct 29.98 31.51 23.48 66.93 4.63 9.58 0.47
Nov 29.72 31.50 24.24 73.49 6.08 11.55 2.88
Dec 27.17 30.45 22.88 88.23 6.98 12.38 35.27
Average 27.94 30.45 22.51 80.85 6.05 11.68 8.50

4.5.4 Semarang
Semarang climatic station (altitude 3 m)
Tabel 18
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(m/s) (m/s)
2001-2005 Jan 27.14 30.32 24.38 83.40 0.34 294.60
Feb 26.42 29.60 24.08 83.80 0.57 423.80
Mar 27.72 30.62 24.46 82.60 0.44 214.20
Apr 27.94 32.06 24.82 74.80 0.61 251.00
May 28.04 32.22 24.70 73.20 0.75 126.20
Jun 27.46 31.98 23.46 71.60 0.62 127.00
Jul 27.38 32.52 23.64 69.60 0.80 34.40
Agt 26.78 32.46 22.52 66.80 0.67 21.20
Sep 27.70 33.20 23.84 68.00 0.76 108.40
Oct 28.48 33.42 24.58 71.60 0.46 169.20
Nov 28.04 32.16 24.52 76.00 0.41 232.00
Dec 27.36 30.70 24.60 82.20 0.35 207.60
Average 27.54 31.77 24.13 75.30 0.57 184.13

Tabel 19
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 152 88 90


Feb 124 78 63
Mar 161 84 103
Apr 157 81 108
May 156 75 122
Jun 160 59 159
Jul 144 66 120
Aug 161 73 128
Sep 174 79 129
Oct 180 89 121
Nov 164 85 107
Dec 128 85 60
YEARS 1860 943 1311

50 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.5.5 Surabaya

Juanda Surabaya airport (altitude 5 m)

Tabel 20
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(m/s) (m/s)

2001-2005 Jan 27.40 34.24 22.62 82.44 3.15 443.34


Feb 27.24 34.16 22.74 81.94 3.50 395.86
Mar 27.50 33.98 22.96 82.52 2.82 410.06
Apr 28.12 33.34 23.50 77.86 3.05 147.80
May 28.10 33.10 21.56 76.66 3.12 137.42
Jun 27.02 33.14 21.58 71.38 3.93 96.58
Jul 26.68 32.52 19.76 74.52 3.33 49.32
Agt 26.66 32.64 19.64 71.38 3.32 0.90
Sep 27.62 33.98 20.70 69.84 3.26 3.04
Oct 28.32 35.42 23.06 69.08 3.08 34.88
Nov 28.68 35.22 25.12 73.38 2.87 114.86
Dec 27.56 34.24 22.74 79.78 2.99 263.70
Average 27.58 33.83 22.17 75.90 3.20 174.81

Tabel 21
Years Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg

2005- Jan 31.58 27.95 24.66 90.84 76.77 59.31 25.23 11.54
2011
Feb 31.27 27.74 24.38 93.82 79.43 60.99 27.06 10.83
Mar 31.31 27.89 24.67 93.39 78.13 61.22 22.68 8.48
Apr 31.08 28.00 25.17 91.47 77.33 62.00 19.83 8.21
May 30.86 27.82 24.99 90.97 75.09 61.07 21.93 9.23
Jun 30.53 27.21 24.10 89.88 72.79 58.07 21.94 9.83
Jul 30.38 26.74 23.20 88.29 69.88 53.57 23.63 10.41
Aug 30.61 26.72 23.03 85.58 66.56 49.81 26.55 11.34
Sep 31.86 27.51 23.57 85.22 64.04 45.24 25.19 10.38
Oct 32.72 28.58 24.92 84.87 65.07 46.15 25.15 10.96
Nov 32.59 28.78 25.39 87.46 69.03 51.25 21.26 9.06
Dec 31.61 28.07 24.81 91.52 75.91 58.32 21.30 8.47
Average 31.37 27.75 24.41 89.44 72.50 55.58 23.48 9.90

Tabel 22
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
1986-2005 Jan 162 93 95
Feb 133 83 67
Mar 163 86 130
Apr 149 80 97
May 151 74 117
Jun 158 59 157
Jul 138 73 101
Aug 156 83 104
Sep 173 76 131
Oct 188 91 128
Nov 175 83 124
Dec 138 87 71
YEARS 1882 967 1297

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 51
4.5.6 Malang

Abdul Rahman Saleh Airport (altitude 526 m)


Tabel 23
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)

1994-1995 Jan 23.85 28.40 20.47 92.92 8.59 18.28 11.07


Feb 24.13 28.73 20.44 91.99 8.40 16.94 7.69
Mar 23.61 28.74 20.45 94.14 7.91 17.52 11.72
Apr 24.68 28.85 20.17 89.13 9.14 18.15 1.61
May 24.32 28.91 18.92 88.89 8.09 17.95 1.11
Jun 24.06 28.68 18.53 85.53 9.68 19.76 0.24
Jul 23.59 28.65 17.63 79.27 9.33 17.54 0.00
Aug 23.05 28.59 17.55 79.99 9.35 17.69 0.00
Sep 24.63 29.68 18.28 73.39 9.47 19.37 0.00
Oct 25.42 30.15 19.64 78.58 9.96 21.72 2.60
Nov 25.01 29.47 20.60 88.83 6.87 17.65 1.46
Dec 24.33 28.66 20.19 89.56 10.54 20.99 6.99
Average 24.22 28.96 19.41 86.02 8.94 18.63 3.71

4.5.7 Madiun
Iswahyudi Airport (Altitude 110 m)
Wind_ave Wind_max Tabel 24
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)

1978 Jan 25.87 29.61 23.86 94.09 15.64 24.11 0.17


Feb 26.23 30.51 23.84 94.14 12.41 21.49 0.09
Mar 26.28 30.68 24.18 94.80 12.24 22.49 0.00
Apr 26.95 31.17 23.85 90.87 10.71 18.16 0.83
May 27.04 31.06 24.42 90.58 8.79 13.77 0.00
Jun 25.96 30.17 23.38 92.37 8.82 15.63 0.00
Jul 26.00 30.39 23.14 86.59 14.64 21.40 0.00
Aug 26.91 30.84 23.56 81.95 15.10 20.82 0.33
Sep 26.46 31.30 23.83 81.81 17.49 22.77 0.00
Oct 27.79 31.94 24.79 85.09 13.93 21.79 0.00
Nov 26.95 31.30 23.71 86.52 13.14 20.76 0.00
Dec 26.45 30.52 24.15 93.19 7.62 15.08 0.00
Average 26.57 30.79 23.89 89.33 12.54 19.86 0.12

52 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.6 PULAU KALIMANTAN
Daerah Kalimantan merupakan daerah curah hujan cukup tinggi. Hutan dan sungai yang cukup
menyebar di pulau membuat kelembaban rrlatif tinggi. Daerah tepi pantai relatif panas, terutama
Pontianak yang dilalui garis 0 derajat katulistiwa. Topografi lokasi tertera pada Gambar berikut:

Gambar 7. Topografi Pulau Kalimantan

Rata-rata data iklim kota-kota di Pulau Kalimantan hampir sama sebagai berikut:

Wind_ave Wind_max
Years Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)

Pontianak 27.82 32.19 23.23 81.21 3.77 17.92


Samarinda 27.62 32.39 24.34 92.08 4.61 12.08 5.07
Banjarmasin 27.59 32.84 23.51 90.11 4.45 12.44 4.22
Palangkaraya 27.29 32.91 23.17 91.05 4.90 11.82 5.02
Balikpapan 27.60

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 53
Radiasi matahari cukup tinggi, seperti kota-kota lain di Indonesia:

Periods Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal Radiation


Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] [kWh/m2]

Pontianak 1638 947 984


Banjarmasin 1806 936 1240
Balikpapan 1623 921 1003

Rincian data adalah sebagai berikut.

4.6.1 Pontianak

Supadio Airport station (altitude 3 m)

Tabel 25
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)

2000-2009 Jan 26,7 1,1


Feb 27 1,2
Mar 27,2 1
Apr 27,1 0,9
May 27,7 0,8
Jun 27,4 0,9
Jul 27,3 1,1
Aug 27,6 1,2
Sep 27,2 1,1
Oct 26,9 1
Nov 26,7 1,1
Dec 26,6 1,1
YEARS 27,1 1

Years Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg Tabel 26

2007-2011 Jan 31.57 27.39 22.94 98.47 83.03 59.53 19.10 4.09
Feb 32.06 27.62 22.96 97.85 81.19 56.67 16.89 3.79
Mar 32.28 27.81 23.08 98.10 81.85 57T.11 19.71 3.59
Apr 32.74 28.23 23.55 97.72 81.45 57.87 16.71 3.59
May 32.99 28.38 23.63 97.58 80.74 55.78 15.47 3.26
Jun 32.53 28.09 23.35 96.97 79.25 54.13 15.12 3.39
Jul 32.36 27.74 23.03 97.27 78.92 52.81 17.63 3.77
Aug 32.42 27.94 23.25 96.39 77.50 52.39 15.78 3.95
Sep 32.54 28.07 23.35 97.11 79.33 53.60 17.19 3.68
Oct 32.13 27.72 23.11 98.28 83.05 58.61 20.85 3.70
Nov 31.50 27.55 23.33 98.41 83.82 61.99 19.09 3.95
Dec 31.18 27.23 23.24 98.76 84.41 63.67 21.56 4.47
Average 32.19 27.82 23.23 97.74 81.21 57.01 17.92 3.77

54 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Tabel 27
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 144 78 97


Feb 128 73 77
Mar 148 78 95
Apr 133 74 82
May 138 85 77
Jun 134 69 96
Jul 143 79 93
Aug 158 87 99
Sep 130 83 63
Oct 130 77 74
Nov 124 79 64
Dec 129 83 67
YEARS 1638 947 984

4.6.2 Samarinda

Samarinda station (altitude 230 m)


Tabel 28
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
2001-2009 Jan 26.99 31.51 24.25 93.38 3.45 10.30 4.16
Feb 27.13 31.95 23.93 93.72 3.29 11.73 7.74
Mar 27.12 32.21 23.91 93.44 3.43 11.48 8.39
Apr 27.55 32.20 24.40 93.30 4.37 11.86 8.81
May 27.86 32.32 24.51 92.85 4.40 14.05 4.69
Jun 27.77 32.04 24.42 91.54 4.92 12.62 1.49
Jul 27.32 32.05 23.97 90.66 4.95 12.33 3.38
Aug 27.91 32.52 24.60 90.86 5.63 12.12 3.00
Sep 28.62 33.88 24.65 88.64 7.08 15.09 2.46
Oct 27.55 32.39 24.04 91.89 4.03 10.41 7.81
Nov 27.79 32.69 24.69 92.27 5.02 12.11 4.25
Dec 27.83 32.91 24.65 92.37 4.72 10.93 4.73
Average 27.62 32.39 24.34 92.08 4.61 12.08 5.07

4.6.3 Banjarmasin

Samsudin Airport station (altitude 20 m)

Tabel 29
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)

2000-2009 Jan 26.45 30.34 23.66 94.40 4.54 12.21 7.24


Feb 27.09 31.76 23.73 92.67 4.62 11.07 6.20
Mar 27.37 32.34 23.85 91.85 4.61 10.95 4.60
Apr 28.07 32.89 24.53 91.61 3.99 9.65 5.38
May 27.47 33.37 24.30 92.41 3.63 10.37 5.76
Jun 27.86 32.98 23.55 88.89 3.65 9.56 1.83
Jul 26.95 32.76 22.17 87.68 4.19 12.03 1.64
Aug 27.75 34.10 22.49 84.70 4.68 13.95 0.84
Sep 28.76 35.31 22.73 83.53 6.25 16.95 0.69
Oct 28.01 33.82 23.29 88.72 4.52 15.34 3.76
Nov 27.91 32.85 23.87 91.40 4.51 13.39 5.05
Dec 27.42 31.51 23.94 93.51 4.27 13.85 7.63
Average 27.59 32.84 23.51 90.11 4.45 12.44 4.22

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 55
Tabel 30
Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Periods Months Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 139 89 71


Feb 126 76 68
Mar 165 92 99
Apr 154 72 114
May 162 73 130
Jun 168 63 160
Jul 138 74 95
Aug 157 79 111
Sep 165 78 118
Oct 162 89 99
Nov 145 77 97
Dec 127 74 78
YEARS 1806 936 1240

Tabel 31
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)

2000-2009 Jan 26,9 1,3


Feb 27,1 1,4
Mar 27,3 1,4
Apr 27,5 1,3
May 27,8 1,2
Jun 27,3 1,2
Jul 27,1 1,3
Aug 27,4 1,6
Sep 28,1 1,7
Oct 27,9 1,5
Nov 27,4 1,4
Dec 27,1 1,5
YEARS 27,4 1,4

4.6.4 Palangkaraya

Tjilik Riwut Airport (Altitude 27 m)

Wind_ave Wind_max Tabel 32


Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)

2000-2009 Jan 26.63 31.29 23.04 92.72 4.84 12.69 5.31


Feb 26.86 31.97 23.27 92.41 4.67 12.01 6.97
Mar 26.71 31.96 22.97 93.11 4.24 10.73 8.55
Apr 27.84 32.94 24.26 92.27 4.24 10.53 6.13
May 27.83 33.56 24.26 91.80 4.03 10.42 6.99
Jun 27.34 32.65 23.27 90.97 3.71 9.48 0.67
Jul 26.65 32.56 21.81 89.65 4.70 11.18 0.39
Aug 27.60 33.87 22.53 87.57 5.74 13.79 0.20
Sep 28.15 34.64 23.08 86.82 6.81 14.61 0.50
Oct 27.25 33.55 23.01 90.78 4.79 11.49 5.31
Nov 27.36 33.61 23.35 91.94 5.84 13.98 6.40
Dec 27.21 32.35 23.14 92.51 5.13 10.93 12.85
Average 27.29 32.91 23.17 91.05 4.90 11.82 5.02

56 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.6.5 Balikpapan

Sepinggan Airport location (altitude 3 m)

Tabel 33 Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal


Periods Months Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 129 80 72


Feb 132 74 80
Mar 155 88 91
Apr 128 77 72
May 138 76 92
Jun 143 64 119
Jul 110 65 67
Aug 124 74 70
Sep 148 76 101
Oct 144 87 77
Nov 142 80 89
Dec 128 80 73
YEARS 1623 921 1003

Tabel 34 Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)

2000-2009 Jan 27,2 2,8


Feb 27,3 3,1
Mar 27,3 2,8
Apr 27,5 2,6
May 28 2,8
Jun 27,7 3,2
Jul 27,4 3,6
Aug 27,6 4
Sep 28,1 3,8
Oct 28,1 3,1
Nov 27,7 2,6
Dec 27,5 2,6
YEARS 27,6 3,1

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 57
4.7 PULAU SULAWESI
Sulawesi dikelilingi pengunungan sepanjang pulau sehingga relatif basah. Topografi Sulawesi di
sampaikan pada Gambar berikut:

Gambar 8. Topografi pulau Sulawesi

58 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Rata-rata temperatur dan kelembaban adalah berikut ini:

City Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)

Manado 26.93 31.90 22.43 88.81 5.43 12.87 7.46


Makassar 26.90 34.33 20.88 80.00 5.04 15.91 6.13
Palu 27.72 33.54 23.38 86.66 7.22 21.64 1.43

Jumlah total radiasi global tahunan adalah berikut ini:

City Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal Radiation


Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] [kWh/m2]

Menado 1993 853 1622

Makassar 1638 947 984

Dengan rincian data statistik sebagai berikut:

4.7.1 Manado

Sam Ratulangi Airport (altitude 80 m)


Tabel 35
Wind_ave Wind_max
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)

2000-2009 Jan 26.05 30.29 22.95 93.68 4.11 9.96 15.68


Feb 26.17 30.75 22.66 92.66 4.15 10.07 7.65
Mar 26.39 31.03 22.38 92.11 4.09 10.06 7.93
Apr 26.82 31.56 23.10 92.18 3.82 9.31 10.98
May 27.22 32.51 22.78 90.46 3.96 10.72 6.27
Jun 27.27 32.30 22.39 87.38 5.94 14.79 4.67
Jul 26.99 32.04 22.35 85.11 8.22 17.53 4.54
Aug 27.67 33.02 22.45 82.55 9.26 17.16 3.92
Sep 28.21 33.81 21.05 80.11 7.64 16.94 1.02
Oct 27.33 33.10 21.94 86.56 4.97 14.45 4.12
Nov 26.85 31.78 22.63 90.48 4.80 12.84 11.61
Dec 26.24 30.57 22.52 92.46 4.14 10.63 11.10
Average 26.93 31.90 22.43 88.81 5.43 12.87 7.46

Tabel 36
Year Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg

2005-2011 Jan 29.82 26.49 22.77 93.40 81.51 63.49 12.47 3.91
Feb 30.02 26.46 22.52 93.37 80.78 61.97 15.91 4.78
Mar 30.64 26.72 22.63 93.45 79.62 59.73 15.36 4.26
Apr 31.00 27.05 22.81 93.37 79.33 58.48 13.72 3.91
May 31.74 27.38 22.72 93.29 77.65 55.00 13.82 4.08
Jun 31.42 27.20 22.62 92.48 76.25 54.01 15.68 5.10
Jul 31.60 27.10 22.18 89.53 70.29 48.73 19.47 7.71
Aug 32.13 27.35 22.34 85.18 66.86 45.06 21.75 9.61
Sep 32.27 27.25 21.93 89.40 69.74 46.15 15.56 6.01
Oct 32.27 27.33 22.19 91.55 73.59 49.00 14.22 4.52

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 59
Nov 31.37 27.05 22.59 93.23 79.03 56.93 13.65 3.90
Dec 30.53 26.84 22.82 93.49 80.64 61.81 12.12 3.65
Average 31.23 27.02 22.51 91.81 76.27 55.03 15.31 5.12

Interpolated (Altitude 381 m)


Tabel 37
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)

2000-2009 Jan 25,1 1,1

Feb 24,9 1,4


Mar 25,2 1,4
Apr 25,4 1,1
May 25,6 1,3
Jun 25,4 1,3
Jul 25,4 2
Aug 25,6 2,5
Sep 25,6 1,6
Oct 25,5 1,3
Nov 25,4 1,1
Dec 25,4 1,2
YEARS 25,4 1,4

Tabel 38
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 146 77 103


Feb 141 71 100
Mar 177 81 132
Apr 165 80 119
May 165 68 137
Jun 188 53 195
Jul 144 74 102
Aug 178 69 153
Sep 177 68 149
Oct 183 82 138
Nov 178 59 171
Dec 151 70 121
YEARS 1993 853 1622

4.7.2 Makassar
Sultan Hasanuddin airport location (altitude 14 m)
Tabel 39
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
2000-2011 Jan 26.10 33.90 21.60 88.00 4.86 14.36 24.24
Feb 26.10 33.60 21.60 87.00 5.24 13.68 10.93
Mar 26.00 32.80 21.70 90.00 5.08 12.65 4.17
Apr 28.10 34.40 23.80 66.00 4.90 14.52 5.91
May 27.40 34.20 21.80 84.00 4.89 13.39 3.18
Jun 26.40 33.50 17.60 81.00 4.99 12.25 0.92
Jul 26.20 34.40 17.90 77.00 5.24 12.77 0.98
Aug 26.80 35.90 17.90 67.00 5.19 15.88 0.00
Sep 27.80 35.90 19.60 65.00 3.39 21.96 2.72
Oct 28.00 36.60 21.40 78.00 4.90 20.74 1.13

60 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Nov 27.40 34.00 22.70 85.00 5.30 20.38 4.72
Dec 26.50 32.70 23.00 92.00 6.47 18.32 14.67
Average 26.90 34.33 20.88 80.00 5.04 15.91 6.13

Tabel 40
Year Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg

2005- Jan 30.39 26.97 23.33 99.79 87.27 46.26 19.73 6.29
2011
Feb 30.81 27.24 23.34 99.71 85.49 42.36 18.55 6.29
Mar 31.56 27.55 23.30 99.12 84.18 41.93 19.34 6.10
Apr 32.04 27.81 23.42 99.10 83.44 40.00 17.20 5.68
May 32.83 28.24 23.47 98.07 80.66 38.64 15.32 5.34
Jun 32.57 27.75 22.70 98.20 79.50 38.40 13.97 4.88
Jul 32.70 27.29 21.73 95.88 74.40 36.44 16.96 5.43
Aug 33.59 27.82 21.86 88.13 64.89 31.51 18.05 6.29
Sep 33.91 28.07 22.01 85.97 63.54 32.34 24.38 6.10
Oct 33.81 28.37 22.82 92.39 71.30 35.15 19.75 5.71
Nov 32.77 28.17 23.48 97.58 80.00 40.29 19.19 5.40
Dec 30.91 27.33 23.47 99.74 86.47 42.94 18.46 5.78
Average 32.32 27.72 22.91 96.14 78.43 38.85 18.41 5.77

Interpolated (altitude 0 m)

Tabel 41
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)

2000-2009 Jan 26,7 2.1


Feb 27 2.1
Mar 27,2 2.1
Apr 27,1 2
May 27,7 2.1
Jun 27,4 2.4
Jul 27,3 2.7
Aug 27,6 2.9
Sep 27,2 2.7
Oct 26,9 2.2
Nov 26,7 2
Dec 26,6 2.1
YEARS 27,1 2.3

Tabel 42
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 144 78 97


Feb 128 73 77
Mar 148 78 95
Apr 133 74 82
May 138 85 77
Jun 134 69 96
Jul 143 79 93
Aug 158 87 99
Sep 130 83 63
Oct 130 77 74
Nov 124 79 64
Dec 129 83 67
YEARS 1638 947 984

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 61
4.7.3 Palu

Mutiara airport (altitude 6 m)


Tabel 43
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
2000-2009 Jan 27.11 32.55 22.84 87.35 7.06 19.81 0.35
Feb 27.19 32.89 23.00 88.20 6.91 20.84 1.95
Mar 27.30 32.84 23.07 88.26 7.10 21.87 2.26
Apr 27.15 32.43 23.05 89.84 6.08 18.51 5.16
May 27.76 33.81 23.53 87.81 6.06 19.82 0.93
Jun 27.63 33.69 23.38 87.23 6.33 19.13 1.06
Jul 27.00 32.96 22.47 86.17 6.74 21.81 1.24
Aug 28.56 34.54 23.78 84.50 8.29 23.13 0.07
Sep 29.08 35.71 23.97 82.63 9.11 25.31 0.37
Oct 28.22 34.46 23.75 84.34 8.25 25.68 0.19
Nov 28.10 33.78 24.29 86.49 7.62 22.44 1.88
Dec 27.57 32.84 23.44 87.14 7.14 21.32 1.69
Average 27.72 33.54 23.38 86.66 7.22 21.64 1.43

4.8 BALI DAN NUSA TENGGARA


Kota-kota utama Bali dan Nusatenggara adalah tipikal kota-kota pantai dengan temteratur udara rata-rata
tahunan yang cukup tinggi, seperti Denpasar, Bima, Kupang, dan Mataram. Adapun kota pegunungannya
memiliki temperatur yang lebih rendah seperti Ruteng di Pulau Flores. Berikut rata-rata temperatur tahunan:

Years Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
Denpasar 27.06 30.02 24.32 92.04 9.95 16.34 2.63
Bima 27.13 32.71 23.14 88.73 6.64 18.17 3.13
Kupang 27.31 32.77 22.20 86.98 8.13 17.68 4.23
Mataram 27.25 31.52 22.93 88.41 5.98 15.03 3.16
Ruteng 21.68 25.32 15.20 83.90 5.28 10.90 7.40

Radiasi total tahunan cukup tinggi untuk beberapa kota pantai sebagai berikut:

Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal Radiation


Periods Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] [kWh/m2]

Denpasar 2064 861 1730


Bima 1782 882 1288
Kupang 1864 850 1473

62 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.8.1 Denpasar

Bali dikelilingi pengunungan dengan kota utama Denpasar di daerah pantai yang cukup panas. Hujan masih
relatif banyak.

Gambar 9. Tofografi pulau Bali

Berikut data iklim untuk Ngurah Rai Airport (elevation 1 m)


Tabel 44 Wind_ave Wind_max
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)

2000-2009 Jan 27.53 30.41 24.70 92.92 12.23 19.22 5.58


Feb 27.24 30.35 24.24 93.11 9.20 16.96 8.18
Mar 27.15 30.48 24.21 93.56 5.95 12.73 6.81
Apr 27.54 30.35 24.19 92.45 9.44 16.26 1.46
May 27.23 29.81 24.39 92.33 11.89 18.14 0.61
Jun 26.45 29.05 23.55 92.04 11.24 16.77 0.00
Jul 25.77 28.43 23.60 89.06 13.18 18.42 0.29
Aug 26.04 28.74 24.50 90.47 14.33 18.32 0.00
Sep 26.71 30.23 23.41 90.07 7.91 13.68 0.47
Oct 27.78 31.10 24.98 92.52 8.14 14.48 1.36
Nov 27.75 30.92 25.00 93.85 6.37 13.59 1.42
Dec 27.49 30.40 25.04 92.07 9.46 17.51 5.36
Average 27.06 30.02 24.32 92.04 9.95 16.34 2.63

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 63
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal Tabel 45
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 187 78 148


Feb 153 80 97
Mar 186 80 144
Apr 174 69 153
May 164 59 161
Jun 162 49 181
Jul 137 67 112
Aug 156 67 132
Sep 185 69 162
Oct 201 77 170
Nov 197 78 166
Dec 160 87 104
YEARS 2064 861 1730

Tabel 46
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)

2000-2009 Jan 27,7 3,3


Feb 27,8 3,5
Mar 27,8 2,5
Apr 28 2,5
May 27,6 2,8
Jun 26,9 3,4
Jul 26,3 3,7
Aug 26,1 3,6
Sep 26,6 2,8
Oct 27,5 2,4
Nov 28,1 2,2
Dec 27,9 2,8
YEARS 27,4 3

64 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.8.2 Bima

Kota Bima berada di sebuah teluk dan cukup panas karena berada di daerah pantai. Namun secara
keseluruhan sepanjang pulau Sumbawa tersusun atas pegunungan yang cukup dingin. Hujan mulai sedikit
di bandingkan Bali dan Lombok.

Gambar 10 Tofografi Pulau Sumbawa dengan Kota Bima berada di dataran pantai

Data iklim diperoleh dari Mohammad Salah Airport (elevation 2 m)

Tabel 47 Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)

2000-2009 Jan 27.46 32.51 24.06 91.91 3.65 14.89 5.35


Feb 26.93 31.92 23.97 93.24 3.48 14.46 7.61
Mar 26.78 32.34 23.54 93.87 3.07 13.85 10.31
Apr 27.11 32.60 23.12 91.16 3.82 15.76 0.50
May 26.90 32.23 22.67 87.84 6.94 20.71 0.26
Jun 26.03 31.51 21.43 87.78 7.22 19.24 0.17
Jul 25.44 31.28 20.61 83.95 10.30 23.54 0.00
Aug 26.46 32.31 21.85 82.96 11.67 25.08 0.00
Sep 28.10 34.32 23.32 81.98 12.60 25.14 0.30
Oct 29.25 35.44 24.58 84.64 9.41 20.58 1.15
Nov 27.92 33.48 24.44 92.22 4.11 12.62 4.57
Dec 27.19 32.55 24.15 93.23 3.44 12.23 7.36
Average 27.13 32.71 23.14 88.73 6.64 18.17 3.13

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 65
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal Tabel 48
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 149 87 87


Feb 131 79 71
Mar 158 73 118
Apr 139 72 96
May 136 59 114
Jun 137 61 115
Jul 129 61 104
Aug 140 77 95
Sep 164 71 128
Oct 180 84 134
Nov 171 83 122
Dec 148 77 103
YEARS 1782 882 1288

Tabel 49
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)

2000-2009 Jan 27,6 1,1


Feb 27,4 1,2
Mar 27,4 1,2
Apr 27,6 1,5
May 27,4 2
Jun 26,5 2,7
Jul 26,2 3,1
Aug 26,6 3,5
Sep 27,9 3,7
Oct 29,1 3,4
Nov 29 2,2
Dec 28 1,2
YEARS 27,6 2,2

4.8.3 Kupang
Daerah Kupang relatif kering kurang hujan. Data iklim dari El Tari Airport (elevation 102 m).

Tabel 50
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)

2000-2009 Jan 26.88 30.59 23.99 95.12 5.28 13.26 17.28


Feb 26.76 31.44 23.08 93.40 4.48 12.64 11.44
Mar 26.95 32.48 22.53 91.85 3.77 11.88 2.44
Apr 28.16 34.05 22.65 87.33 7.09 16.35 0.41
May 27.57 32.93 22.57 84.71 11.84 19.49 0.66
Jun 25.80 32.35 19.80 79.91 9.02 18.93 0.00
Jul 26.15 32.08 20.22 75.90 12.58 26.14 0.02
Aug 26.77 32.50 21.23 82.38 12.46 22.11 0.00
Sep 27.91 34.18 21.56 87.26 10.08 19.93 0.00
Oct 28.25 34.67 21.84 85.48 7.91 18.56 0.00
Nov 28.87 34.25 23.08 85.31 8.06 18.62 2.82
Dec 27.63 31.69 23.87 95.15 5.02 14.32 15.76
Average 27.31 32.77 22.20 86.98 8.13 17.68 4.23

66 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Tabel 51
Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Periods Months Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 145 73 105


Feb 132 68 93
Mar 147 77 99
Apr 167 63 154
May 145 58 137
Jun 132 55 121
Jul 139 60 120
Aug 159 70 131
Sep 170 71 140
Oct 189 82 143
Nov 181 84 131
Dec 158 89 98
YEARS 1864 850 1473

Tabel 52 Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)

2000-2009 Jan 27,5 1,6


Feb 27,2 1,6
Mar 27,1 1,7
Apr 27,3 2
May 26,7 2,3
Jun 25,8 2,6
Jul 25,4 2,7
Aug 25,6 2,7
Sep 26,7 2,6
Oct 28 2,4
Nov 28,5 2,3
Dec 27,9 1,9
YEARS 27 2,2

4.8.4 Mataram

Curah hujan masih cukup dengan adanya gunung Rinjani yang cukup tinggi di dekat Mataram Pulau
Lombok. Data iklim dari Selaparang Airport (elevation 3 m)
Tabel 53
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
2000-2009 Jan 27.39 31.48 24.04 91.02 5.21 13.44 4.95
Feb 27.23 31.44 23.58 91.47 7.28 17.77 2.58
Mar 27.06 31.51 23.22 91.68 4.64 15.07 2.18
Apr 27.14 31.94 22.77 89.54 4.22 12.85 2.02
May 27.30 31.73 22.25 86.56 6.13 15.53 3.35
Jun 26.85 31.22 21.45 86.87 5.96 16.28 1.98
Jul 26.28 30.45 21.17 83.19 7.04 15.70 0.00
Aug 26.47 30.81 21.46 85.11 7.79 15.68 1.29
Sep 27.50 31.87 22.85 84.97 7.78 15.45 1.57
Oct 28.11 32.55 23.93 89.03 6.00 15.59 4.12
Nov 27.60 31.70 23.84 91.97 4.35 13.23 11.78
Dec 28.11 31.51 24.65 89.52 5.35 13.74 2.05
Average 27.25 31.52 22.93 88.41 5.98 15.03 3.16

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 67
4.8.5 Ruteng
Ruteng merupakan kota pengunungan di Kab Manggrai barat Pulau Flores. Udara cukup dingin. Namun
curah hujan sedikit.

Gambar 11 Tofografi Pulau Flores dengan Kota Ruteng di pegunungan Manggarai Barat

Data iklim dari Satar Tacik Airport (elevation 1170 m).

Tabel 54
Wind_ave Wind_max
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)

2005-2009 Jan 21.57 24.63 17.48 91.14 7.77 14.17 5.26


Feb 21.02 24.23 16.79 91.30 6.74 12.73 12.63
Mar 21.34 24.94 15.97 89.18 3.73 9.79 14.24
Apr 22.06 25.70 15.42 87.01 4.24 9.84 10.12
May 21.41 24.99 15.49 90.02 3.88 10.05 10.64
Jun 21.28 24.70 12.82 78.32 5.24 9.84 0.87
Jul 21.03 24.75 13.21 72.42 6.05 11.52 0.20
Aug 21.46 25.60 12.97 75.12 5.70 10.70 0.36
Sep 22.18 26.19 14.43 76.74 6.16 12.21 8.05
Oct 22.38 26.08 15.37 79.19 5.05 10.65 5.57
Nov 22.39 26.51 16.10 85.93 4.91 10.27 9.32
Dec 22.02 25.57 16.33 90.47 3.90 8.98 11.59
Average 21.68 25.32 15.20 83.90 5.28 10.90 7.40

68 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.9 MALUKU DAN PAPUA
Daerah Maluku dan Papua termasuk daerah yang tidak seperti Nusa Tenggara Timur, daerah Papua dan
Maluku relatif lebih mendapatkan hujan. Rata-rata temperatur untuk dua buah kota utama, yakni Ambon
dan Jayapura adalah hampir sama sebagai berikut:

Wind_ave Wind_max
Years Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)

Ambon 26.60 30.07 23.58 92.87 6.14 12.10 4.15


Jayapura 26.99 31.70 23.46 93.78 7.33 21.32 5.11

Adapun data jumlah total radiasi matahari sebagai berikut:

Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal Radiation


Periods Horizontal [kWh/m2] horizontal [kWh/m2] [kWh/m2]

Ambon 2091 858 1731


Jayapura 1735 943 1115

Rincian data iklim diuraikan berikut ini.

4.9.1 Ambon

Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak pulau Ambon di kelilinggi oleh
laut. Oleh karena itu iklim di sini sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim
musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh
musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung
dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi ke
musim Timur dan musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober disusul oleh masa
pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat. Curah hujan cukup.

Data iklim dari Pattimura Airport (elevation 3 m).

Tabel 55a
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)

2004-2009 Jan 27.29 30.83 23.75 92.28 6.05 11.75 3.44


Feb 26.92 30.97 23.51 92.02 5.99 12.53 2.75
Mar 26.76 30.84 23.38 92.02 6.10 12.82 2.57
Apr 27.18 30.99 24.12 92.95 6.16 12.82 4.08
May 26.91 30.19 24.19 94.28 5.82 10.66 9.56
Jun 25.66 28.88 23.20 94.30 5.22 10.46 6.07
Jul 25.36 27.99 23.25 94.14 6.45 11.60 8.86
Aug 25.51 28.34 22.95 93.09 6.38 12.37 2.34
Sep 26.19 29.04 23.31 93.38 6.77 12.37 1.70
Oct 26.61 29.94 23.65 92.79 6.17 12.11 3.43
Nov 27.27 30.78 23.89 92.38 6.22 11.78 2.37
Dec 27.58 32.04 23.81 90.85 6.32 13.92 2.63
Average 26.60 30.07 23.58 92.87 6.14 12.10 4.15

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 69
Monthly Rainfalls and Rainy Day in Ambon City
2001-2005

Tabel 55b
Month 2001 2002 2003 2004 2005
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Rainfalls Rainy Rainfalls Rainy Rainfalls Rainy Rainfalls Rainy Rainfalls Rainy
(Mm) Days (Mm) Days (Mm) Days (Mm) Days (Mm Days

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Jan 194 20 103 12 97 16 79,0 17 152,6 21


Feb 93 16 127 14 115 19 68,8 16 95,1 13
Mar 112 21 122 13 85 14 120,0 13 2001,1 11
Apr 182 18 195 18 243 16 230,0 18 273,7 20
May 608 16 256 17 244 16 275,0 15 540,3 25
Jun 989 26 451 24 244 18 480,0 26 164,1 23
Jul 523 17 110 21 210 17 187,1 25 534,5 26
Aug 14 9 35 12 215 15 29,2 10 233 16
Sep 662 23 72 5 180 14 192,4 22 107,2 15
Oct 24 4 18 6 34 8 129,3 5 201 31
Nov 126 17 26 9 66 8 28,0 6 144,6 9
Dec 147 21 68 15 60 8 23,0 4 207,3 21

Total 3.674 208 1.583 166 1.773 169 1.841 177 2853.5 231

Tabel 56
Years Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg

2005- Jan 31.17 27.43 23.75 91.95 76.25 58.01 14.35 6.43
2011
Feb 31.19 27.31 23.56 91.34 76.14 58.30 18.58 6.55
Mar 31.23 27.49 23.73 90.76 75.48 57.61 16.35 6.84
Apr 30.51 27.18 23.82 92.15 79.14 63.56 15.28 6.31
May 29.28 26.57 23.76 92.85 82.71 70.30 14.84 6.72
Jun 28.27 25.86 23.44 93.86 84.56 72.92 16.07 7.29
Jul 27.53 25.35 23.22 92.44 82.99 72.67 16.69 8.16
Aug 27.55 25.14 22.82 92.29 81.66 68.74 15.27 7.50
Sep 28.32 25.64 22.95 93.98 82.94 69.97 14.11 6.77
Oct 29.83 26.65 23.35 93.32 80.35 64.64 13.97 6.54
Nov 30.73 27.35 23.85 91.37 78.30 62.19 16.54 7.29
Dec 31.01 27.43 23.77 92.41 78.19 60.45 15.65 6.54
Average 29.72 26.62 23.50 92.39 79.89 64.95 15.64 6.91

Tabel 57
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 190 77 158


Feb 161 76 115
Mar 185 76 148
Apr 171 75 134
May 165 73 136
Jun 161 53 163
Jul 124 67 86
Aug 165 78 122
Sep 172 76 131
Oct 205 70 184
Nov 209 61 206
Dec 182 76 148
YEARS 2091 858 1731

70 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Tabel 58 Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)

2000-2009 Jan 28,3 2


Feb 28,2 2,2
Mar 28,1 2
Apr 27,7 1,8
May 27,1 1,8
Jun 26 2
Jul 25,4 2,3
Aug 25,6 2,4
Sep 26,4 2,1
Oct 27,3 1,8
Nov 28,2 1,9
Dec 28,3 1,9
YEARS 27,2 2

4.9.2 Jayapura
Pulau Papua dikelilingi pengunungan dengan iklim tipikal seperti Maluku. Cukup hujan.

Gambar 12 Iklim lokal setempat Pulau Papua

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 71
Gambar 13 Tofografi local setempat Pulau Papua

Data yang disampaikan di sini adalah data kota utama Sentani Airport (elevation 99 m).

Wind_ave Wind_max Tabel 59


Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)

2000-2009 Jan 27.26 32.06 23.16 92.88 9.38 25.51 1.98


Feb 26.53 30.97 23.56 94.00 12.05 32.05 10.48
Mar 26.62 31.06 23.51 93.72 14.32 35.24 11.10
Apr 27.34 32.06 23.73 93.61 7.52 23.86 5.97
May 27.40 32.19 23.71 93.44 7.63 23.11 1.47
Jun 26.35 30.93 22.95 94.81 5.29 18.84 2.35
Jul 26.36 30.72 23.02 95.06 4.92 18.45 2.90
Aug 26.85 31.48 23.37 94.17 6.40 18.96 3.19
Sep 27.21 32.20 23.41 93.41 4.42 14.06 10.40
Oct 27.13 32.13 23.35 93.36 4.62 14.67 3.51
Nov 27.69 32.92 23.85 93.20 3.73 12.29 2.70
Dec 27.15 31.63 23.90 93.68 7.63 18.74 5.32
Average 26.99 31.70 23.46 93.78 7.33 21.32 5.11

72 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Tabel 60 Years Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg

2008- Jan 31.84 27.30 23.35 92.98 78.48 58.85 29.48 9.27
2011
Feb 31.56 27.21 23.32 94.43 80.45 59.80 26.07 6.54
Mar 31.60 27.38 23.47 93.43 79.59 59.35 23.83 6.94
Apr 31.69 27.47 23.52 93.89 80.80 61.22 22.15 5.18
May 31.65 27.52 23.67 94.29 81.11 61.61 19.82 4.56
Jun 31.22 27.03 23.10 94.98 82.12 62.53 18.43 3.99
Jul 31.10 27.02 23.04 93.47 79.53 60.83 18.94 4.81
Aug 31.51 26.98 22.98 93.33 78.73 58.70 20.13 5.38
Sep 31.94 27.46 23.16 92.88 77.38 56.79 24.13 5.58
Oct 32.19 27.56 23.27 92.88 77.73 57.02 18.30 4.48
Nov 32.44 27.81 23.58 92.34 78.66 58.06 18.31 4.11
Dec 31.90 27.88 24.19 91.94 78.84 60.60 21.43 6.17
Average 31.72 27.38 23.39 93.40 79.45 59.61 21.75 5.58

Tabel 61 Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal


Periods Months Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]

1986-2005 Jan 139 68 102


Feb 135 73 85
Mar 157 93 86
Apr 143 75 94
May 143 84 84
Jun 150 70 119
Jul 127 71 84
Aug 134 81 75
Sep 149 86 87
Oct 163 75 119
Nov 152 86 93
Dec 144 81 88
YEARS 1735 943 1115

Tabel 62
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)

2000-2009 Jan 27,7 2,1


Feb 27,6 2
Mar 27,5 1,8
Apr 27,5 1,4
May 27,8 1,4
Jun 27,6 1,5
Jul 27,3 2,2
Aug 27,7 2,5
Sep 27,6 1,8
Oct 27,9 1,4
Nov 27,7 1,3
Dec 27,6 1,6
YEARS 27,6 1,7

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 73
4.10 Referensi Data Iklim
1. Data-data cuaca yang diperoleh dari sejumlah stasiun cuaca BMKG di Indonesia
2. www.wunderground.com
3. www.meteoronome.com
4. http://www7.ncdc.noaa.gov/CDO/cdodata.cmd
5. https://docs.google.com/present/view?id=dgnjdcv4_1046fp9k6qc6
6. http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_iklim_K%C3%B6ppen
8. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/32/World_Koppen_Map.
png/800px-World_Koppen_Map.png
9. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera
10. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Java_Topography.
png&filetimestamp=20070830184506
11. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/28/Borneo_Topography.png
12. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/3/3c/Peta_Sulawesi.jpg
13. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Bali_Labeled.
png&filetimestamp=20061013085256
14. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/18/Sumbawa_Topography.png
15. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Flores_Topography.png
16. http://ambon.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4&Itemid=10
17. http://www.papua.go.id/view-detail-peta-14/iklim-daerah-pertanian.html
18. http://www.papua.go.id/view-detail-peta-21/topografi.html
19. http://kadarsah.wordpress.com/2007/11/30/mengenal-iklim-indonesia/
20. https://docs.google.com/present/view?id=dgnjdcv4_1084fdpr4wd3

74 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
5. References
a. Groth, Agas; Energy Efficiency Building m. Energy Efficient Elevators And Escalators;
Design Guidelines for Botswana. Danish Energy Inteligent Energy Europe. 2010.
Management A/S and the Government of
Botswana. Botswana, 2007. n. Gevorkian, P. ; Alternative Energy Systems in
Building Design; McGraw-Hill Co. USA, 2010
b. ASHRAE; Handbook - Fundamentals. USA,
2009. o. Gevorkian, P.; 2006; Sustainable Energy Systems
in Architectural Design - A Blueprint for Green B
c. ASHRAE; ASHRAE Standard 90.1; USA. uilding; McGraw-Hill. USA, 2006.

d. ASHRAE; ASHRAE Journal. USA, August, 2004; p. Hawaii Commercial Building Guidelines for
Energy Efficiency. USA 2004.
e. ASHRAE; ASHRAE Guideline 0 - The
Commissioning Process; USA, 2005. q. Holtz , Michael J, A.I.A. ; Passive Solar Handbook
Volume I – Introduction to Passive Solar Concepts,
f. Birkeland, J. ; Design for Sustainability - A United States Air Force. USA, 1980.
Sourcebook of Integrated Ecological Solutions;
Earthscan. UK, 2002. r. IESNA; IESNA Lighting Handbook 9th edition;
IESNA. USA.
g. Burke, Bill and Keller, Marian; Fundamentals of
Integrated Design for Sustainable Building; John s. International Energy Agency: Task 23 Integrated
Willey and Sons, Inc. USA, 2009. Design Process. Germany, 2003.

h. Carlsen, Robert D. and McHugh, James F; t. International Energy Agency: Energy Efficiency
Handbook of Construction Operation Forms and Requirements In Building Codes, Energy
Formats; Prentice Hall, Inc. USA,1978. Efficiency Policies For New Buildings, OECD/IEA.
France, 2008.
i. Danish Energy Management A/S; Passive Solar
Design Guidelines. UNDP, 2010. u. Jayamaha, Lal Dr. ; Energy-Efficient Building
Systems: Green Strategies for Operation and
j. DIN EN 16001: EMS in Practice, Federal Ministry Maintenance; McGraw-Hill Professional. New
for the Environment, Nature Conservation and York, USA, 2007.
Nuclear Safety. Germany, 2010.
v. Kotz, Philip; Clean System Approach to
k. Doty, Steve; PE, CEM; Commercial Energy Air Conditioning Heating, Piping and Air
Auditing Reference Handbook. 2009. Conditioning Journal.

l. Endro, Herman; Lighting System – Training w. Liska, Roger W. and Morrison Liska, Judith;
for Energy Auditor; EINCOPS-Danida, Jakarta. Building Maintenance – Forms, Checklists and
Indonesia, 2011. Procedures; Prentice Hall. USA, 2001.

Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 75
x. Low, Kenny; United World College South East Agency) 6389:2011 :Konservasi Energi Selubung
Asia (East Campus) - A High Performance Building Bangunan Pada Bangunan Gedung.
Case Study; Presentation. Singapore; 2012.
nn. Statistics book of Electricity and Energy
y. Mariager, Kirsten; Duct and Piping Guideline; Number 22 – 2011.
Danida. Vietnam, 2011.
oo. Sulistiyanto, Totok; 2009; Overview of EE and
z. Mariager, Kirsten; Energy Management Green Programs in Indonesia; APEC Expert Group
Handbook for Key Energy Buildings in Vietnam, on Energy Efficiency & Conservation Meeting No.
Danida. Vietnam, 2012. 34. Taipei, China, 2009.

aa. Mendler ,Sandra; Odell, William and Lazarus, pp. Sulistiyanto, Totok; Capacity Development
Mary Ann; 2006; The HOK Guidebook to Plan for Energy Efficiency and Conservation in
Sustainable Design; Second Edition; John Willey & Buildings, Green Buildings and Green Growth:
Sons, Inc.. USA, 2006. The Enabling Role of Standards and Trade, 37th
Meeting of the APEC Expert Group on Energy
bb. Nasir, Rana Yusuf Ir., Proper Testing & Efficiency and Conservation (EGEE&C 37) &
Commissioning Presentation. Indonesia, 2012. Associated Meetings”. Washington DC., USA,
2012.
cc. Nasir, Rana Yusuf and Sulistiyanto, Totok;
Achieving High Performance Building Through qq. Tetlow, Karin; New Elevator Technology: The
Green Building Rating Tools in Indonesia; Green Machine Room-Less Elevator.
Buildings and Green Growth - The Enabling Role
of Standards and Trade. USA. 2011 rr. Wordsworth, P. ; Lee’s Building Maintenance
Management - 4th Edition; Blackwell Science.
dd. Osso, Annetto and all; Sustainable - Building Australia, 2011.
Technical Manual – Green Building Design,
Construction, and Operations; Produced by
Public Technology Inc. US Green Building Council.
USA, 1996.

ee. Raftery et all; Calibration of a Detailed


simulation model to Energy Monitoring System
Data: A Methodology and Case Study; 2009.

ff. Sander, John; Lowering Energy Consumption


using Lubricants; http://www.worldcement.com,
2010.

gg. Santanamouris, M. at all; Energy and Climate


in the Urban Built Environment; James & James
(Schinece Publishers) Ltd. UK 2001.

hh. Satwiko, Prasasto and Istiadji, Djoko;


Computer Simulation of Low Energy Building
Case Studies, Launching Week EINCOPS-Danida,
Jakarta. Indonesia, 2011.

ii. Satwiko, Prasasto and Istiadji, Djoko;


Architecture: Computer Simulation of Low Energy
Building- Case studies , Atma Jaya Yogyakarta
University. Indonesia, 2010.

jj. SNI (Indonesia National Standardization


Agency) 6197-2011 Konservasi Energi pada
Sistem Pendahayaan.

kk. SNI (Indonesia National Standardization


Agency) 6390 – 2011 Konservasi Energi pada
Sistem Tata Udara.

ll. SNI (Indonesia National Standardization


Agency) 03-6572-2001 Tata Cara Perancangan
Sistem Ventilasi Dan pengkondisian Udara Pada
Bangunan Gedung.

mm. SNI (Indonesia National Standardization

76 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Energy Efficiency and Conservation
Clearing House Indonesia

Anda mungkin juga menyukai