3 Studi Kasus
Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral
Penulis:
• Billy Gunawan, ASHRAE Indonesia Chapter, PT. GLWCA
• Budihardjo, Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia
• Jimmy S. Juwana, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN)
• Jimmy Priatman, Universitas Petra Surabaya, Archi Metric, Surabaya
• Wahyu Sujatmiko, Kementerian Pekerjaan Umum, Kandidat PhD di Institut Teknologi Bandung
• Totok Sulistiyanto, Konsultan Teknik Mesin, Listrik, dan Energi, (EINCOPS) -koordinator tim editor
Satuan Tugas (Task Force) sebagai wakil pemangku kepentingan, yang telah memeriksa Buku Pedoman ini selama proses penyusunan. Berikut adalah
anggota-anggota dari Satuan Tugas ini:
Jatmika Adi Suryabrata, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta; Herman Endro, HTII – ALKI (Asosiasi Industri Luminer dan Kelistrikan
Indonesia); M. Idrus Alhamid, Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia; Ignesjz Kemalawarta, Sinarmas Land - BSD City; Rana Yusuf Nasir, GBCI
- Direktur Teknologi dan Rating; Jimmy S. Juwana, LPJKN - Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN); Jesper Vauvert - Danish Energy
Management A/S; Totok Sulistiyanto - (EINCOPS); Floris Van Der Walt - Stategic Environmental Focus S. A. ; Kirsten Mariager - Danish Energy Mangement A/S;
Mogens Krighaar - Danish Energy Mangement A/S.
Tim untuk proyek ini: Energy Efficiency in Industrial, Commercial and Public Sector (EINCOPS) dan staf Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan,
dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia telah memberikan dukungan dan dorongan penuh dalam penyusunan
dokumen ini. DANIDA telah mendanai proyek ini. (kontrak no.: 104.INDO.1.MFS.4).
Komentar dan perbaikan dapat dikirim kepada:
Direktorat Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Indonesia. Annex Building Lt. 5, Jl. H. R. Rasuna Said Blok X-2, Kav 07-08. Kuningan, Jakarta 12950. Tel: +62 21 5225180 ext. 2514, Tel/Fax: +62 21
5224483, email: harrisyh@yahoo.com atau rahadian.arafat@gmail.com, website: www.konservasienergiindonesia.info
Edisi Pertama diterbitkan oleh Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia di bawah Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan
Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia
© Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Indonesia, Danish Energy Management A/S, dan seluruh penulis. All rights reserved, 2012
Desain Grafis dan Produksi: Kira Kariakin, Danish Energy Management A/S
Box Breaker.
Buku Pedoman Efisiensi Energi ini menyajikan gambaran umum yang menyeluruh, saran dan referensi
yang mutakhir, serta panduan praktis yang ditujukan kepada pemilik/pengembang bangunan. Buku
pedoman ini berisi cara-cara mendesain bangunan untuk meminimalisasi penggunaan energi dan pada
saat yang bersamaan masih memenuhi kebutuhan kenyamanan, kesehatan, dan keamanan di dalam
bangunan.
Program efisiensi dan konservasi energi di tingkat nasional bertujuan untuk mengurangi subsidi energi,
kesenjangan antara persediaan dan permintaan energi, emisi gas rumah kaca yang mempengaruhi
pemanasan global dan perubahan iklim, serta meningkatkan daya saing nasional. Konservasi energi
harus menjadi bagian dari seluruh tahap manajemen energi, mulai dari energi berkelanjutan di sisi
hulu (eksplorasi, eksploitasi, pengilangan, tenaga listrik, dan lain-lain) hingga penggunaan energi di sisi
hilir pada seluruh sektor seperti yang ditetapkan dalam UU No. 30/2007 tentang Energi dan Peraturan
Pemerintah No. 70/2009 yang mengatur pelaksanaan konservasi energi. Pada saat ini, persentase
konsumsi energi nasional dalam sektor komersial dan bangunan hanya sekitar 4% (industri 39,4%;
transportasi 32,2%; penggunaan non-energi 10,5%; rumah tangga 10,2%; lain-lain 3,4%), tapi dalam
20 tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi dalam sektor komersial dan bangunan mencapai
persentase tertinggi pada 8,58% (industri 5,1%; transportasi 6,4%; penggunaan non-energi 5,4%; rumah
tangga 3,1%, lain-lain 0,03%).
Buku Pedoman Efisiensi Enegi terbagi dalam tiga bagian: 1) untuk pemilik, pengembang, dan investor
bangunan; 2) untuk desainer profesional; dan 3) studi kasus efisiensi energi. Buku 1 dapat digunakan
oleh pemilik, pengembang, dan investor bangunan untuk memandu tim pengembangan proyek dalam
mempertimbangkan analisis biaya untuk memastikan konsumsi energi yang rendah, dan pada saat yang
bersamaan berusaha mencapai konsep desain yang lebih baik dan membangun secara lebih efisien
dengan cara-cara yang lebih ramah lingkungan. Buku 2 ditujukan untuk para desainer profesional,
arsitek, dan insinyur di bidang mekanik, listrik, struktur, dan lansekap untuk memandu desain mereka
agar memaksimalkan pencapaian efisiensi energi baik untuk membangun bangunan baru maupun
me-retrofit bangunan yang sudah ada. Sebagai panduan tambahan, Buku 2 juga berisikan pedoman
teknis yang komprehensif yang dapat digunakan sebagai persiapan untuk pengembangan standar
(SNI) dan kode untuk bangunan di masa depan. Standar-standar serta kode-kode ini akan menjadi dasar
acuan mendesain bangunan dengan mempertimbangkan masalah biaya, efisiensi, lingkungan, serta
kesehatan.
Akhir kata, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada para penulis, tim ahli, pemangku kepentingan,
dan semua pihak yang terlibat dalam persiapan dan pengembangan Buku Pedoman Energi Efisiensi
untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia.
Maryam Ayuni
Direktor Konservasi Energi
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 5
Daftar Isi
Prakata 5
1 Pendahuluan 8
2 Studi Kasus Efisiensi Energi dan Bangunan Bersertifikasi Hijau 9
2.1 Renovasi Efisiensi Energi Kantor EECCHI di Kementerian ESDM, Jakarta 11
2.2 Kampus ITSB, Kota Deltamas – Bekasi 14
2.3 Kantor Sinarmas Land Plaza, BSD - Serpong 17
2.4 Menara BCA - Grand Indonesia, Jakarta 20
2.5 Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta 23
2.6 PT. Dahana, Kantor Manajemen Pusat, Subang, Jawa Barat 25
2.7 Rangkuman Pelajaran yang Didapatkan 28
3 Informasi Tambahan 29
3.1 Instrumen Kebijakan yang Berhubungan dengan Efisiensi Energi Bangunan 29
3.2 Standar Nasional Indonesia (SNI) yang Berhubungan dengan Bangunan 30
3.3 Pilihan Teknologi untuk Mencapai Bangunan yang Hemat Energi 32
3.3.1 Konstruksi Baru Desain/Selubung Bangunan 32
3.3.2 Retrofit Desain/Selubung Bangunan 33
3.3.3 Pencahayaan 34
3.3.4 Alat-Alat Elektronik 35
3.3.5 Pemanasan, Ventilasi, dan AC 36
3.3.6 Sensor, Meteran, dan Sistem Manajemen Energi 37
6 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.4.5 Bengkulu 46
4.4.6 Kerinci 46
4.5 PULAU JAWA 47
4.5.1 Jakarta 48
4.5.2 Bandung 49
4.5.3 Kalijati Subang 50
4.5.4 Semarang 50
4.5.5 Surabaya 51
4.5.6 Malang 52
4.5.7 Madiun 52
4.6 PULAU KALIMANTAN 53
4.6.1 Pontianak 54
4.6.2 Samarinda 55
4.6.3 Banjarmasin 55
4.6.4 Palangkaraya 56
4.6.5 Balikpapan 57
4.7 SULAWESI 58
4.7.1 Manado 59
4.7.2 Makassar 60
4.7.3 Palu 62
4.8 BALI DAN NUSA TENGGARA 62
4.8.1 Denpasar 63
4.8.2 Bima 65
4.8.3 Kupang 66
4.8.4 Mataram 67
4.8.5 Ruteng 68
4.9 MALUKU DAN PAPUA 69
4.9.1 Ambon 69
4.9.2 Jayapura 71
4.10 Referensi Data Iklim 74
5. Referensi 75
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 7
1. Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir ini telah mulai dan mendokumentasikan teknologi, proses,
disadari bahwa, persyaratan konstruksi untuk dan metode yang digunakan untuk mencapai
bangunan baru atau renovasi gedung yang telah bangunan berkinerja tinggi. Deskripsi, dokumentasi,
ada diharapkan dapat memberi manfaat yang dan evaluasi kinerja energi dari 6 bangunan yang
baik terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi dijadikan studi kasus disajikan secara rinci. Selain
dari peningkatan kinerja energi bangunan. Hal ini itu juga diharapakan dapat dijadikan pelajaran dari
merupakan bagian penting dari pengurangan jejak masing-masing kasus bangunan tersebut dalam
karbon yang berhubungan dengan desain, lokasi, hal desain, operasional dan evaluasi bangunan. Dari
dan operasi bangunan. Dengan segala masalah setiap studi kasus dirangkum pengalaman yang
lingkungan yang disebabkan oleh emisi CO2, baik yang dapat dicontoh dan direkomendaikan
penghematan energi menjadi topik yang penting terhadap bangunan-bangunan sejenis.
pada saat ini. Sektor bangunan menghasilkan
jumlah konsumsi energi listrik yang signifikan, Studi kasus ini menggabungkan seluruh pelajaran
namun pada saat yang bersamaan juga memiliki yang didapatkan secara komprehensif. Studi
potensi untuk dilakukan penghematan energi. kasus ini mewakili berbagai jenis desain dan
penggunaan gedung, hal ini dijadikan acuan untuk
Namun seberapa besar pengurangan energi memahami kesuksesan yang dialami setiap jenis
yang dapat dicapai? Bagaimana pendekatan bangunan. Kemudian kesuksesan ini ditujukan
dapat dilakukan untuk menjalankan langkah- sebagai rekomendasi, memberikan inspirasi untuk
langkah efisiensi energi? Teknologi apa yang dapat mengubah bangunan-bangunan sejenis maupun
digunakan? Bagaimana kontribusi Perangkat konsep yang akan diterapkan pada generasi
Sertifikasi Bangunan Hijau (Green Building bangunan hemat energi selanjutnya. Para pelaku
Certification Tools) dapat berdampak dalam proyek bangunan di masa depan dapat mengingat
penurunan Indeks Konsumsi Energi (IKE). Dan pelajaran-pelajaran ini dan menyadari bahwa
seberapa besar emisi CO2 yang dapat dihindari? aplikasi dari studi kasus ini dapat membantu
Dokumen ini akan menyajikan jawaban terhadap pencapaian sasaran penghematan energi. Pelajaran
pertanyaan-pertanyaan seperti ini, yang didasarkan yang didapatkan dari studi kasus ini diharapkan
pada metode yang secara umum telah terbukti menjadi pengalaman yang dapat dicontoh, dan
keberhasilannya dalam upaya penghematan dapat membantu tim desain dalam mencegah
energi. Melalui beberapa studi kasus yang dibahas pengulangan masalah serta mengidentifikasi
secara rinci berbagai cara juga telah dilakukan letak-letak proses konstruksi bangunan yang
untuk melakukan penghematan energi. EINCOPS harus diubah untuk mendukung dan mencapai
bekerja sama dengan Green Building Council bangunan yang hemat energi dan zero-energy.
Indonesia (GBCI) telah mendokumentasikan 6 Kemudian, studi kasus ini juga dapat dijadikan
(enam) bangunan yang dijadikan studi kasus tantangan dan pelajaran agar dapat mendorong
mulai dari proses desain sampai dengan hasil para pemangku kepentingan di bangunan
akhir pencapaian kinerja bangunan yang mengidentifikasi dan menetapkan teknologi terbaik
optimal. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk untuk mencapai bangunan hemat energi yang akan
mengembangkan, menganalisis, mengevaluasi, diterapkan bagi bangunan-bangunan masa depan
di Indonesia.
8 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
2. Brief
3. StudiDesain
Kasus Efisiensi Energi dan Bangunan
Bersertifikat Gedung Hijau
Brief desain merupakan lini pertahanan pertama dokumen yang selalu dapat direvisi bila
bagi pemilk/pengembang bangunan terhadap dibutuhkan agar dapat merefleksikan segala
Masalah yang muncul dalam memperkenalkan studi kasus serta merangkum pelajaran yang
biaya investasi modal yang meningkat maupun perubahan dalam kriteria, persyaratan, dan/atau
bangunan berkinerja tinggi ke pasar adalah didapatkan ini akan mendorong pihak-pihak
memastikan bahwa dirinya akan mendapatkan tujuan desain.
keengganan pemilik bangunan dan desainer lain untuk membangun gedung hemat energi
keuntungan secara menyeluruh dari biaya
dalam mencoba teknologi dan proses inovasi baru dan dapat membantu mencegah pengulangan
operasional yang lebih rendah melalui bangunan STRUKTUR BRIEF DESAIN UMUM
yang belum dipakai secara meluas (mainstream). kesalahan. Selain itu, proses testing and
hemat energi yang didesain dengan baik.
Pemilik bangunan umumnya tidak yakin bahwa commissioning merupakan evaluasi awal yang
Latar Belakang Proyek dan Informasi Fisik
potensi-potensi penghematan energi dapat diterapkan secara nyata agar efisiensi energi
Brief desain pada dasarnya terdiri dari deskripsi Tujuan Proyek
dicapai. Oleh karena itu, harus ada orang yang dapat terukur dan terdokumentasi.
pilihan-pilihan proyek yang telah disetujui dan Persyaratan Proyek
berani memulai menggunakan teknologi yang
berisi rincian mengenai tujuan dan parameter • Jadwal akomodasi
akan membantu pencapaian sasaran tersebut. EINCOPS dan GBCI menganalisis kinerja energi
untuk dipertimbangkan oleh konsultan proyek • Persyaratan lingkungan dalam ruangan
Sejumlah pemilik dan desainer bangunan telah dari 6 (enam) bangunan komersial yang dibangun
ketika mendesain proyek tersebut. Brief desain • Pertimbangan estetika
memulai langkah besar untuk mengubah cara pada tahun ini untuk memahami cara kinerja
harus disusun untuk konsultan proyek sebagai Peluang dan Kendala
mendesain dan merencanakan bangunan mereka serta memverifikasi sasaran desain yang
Kerangka Acuan (Terms of Reference) dalam • Situs
komersial mereka agar mencapai target bangunan ada. Tim desain setiap bangunan menetapkan
rangka menetapkan tujuan, persyaratan, batasan, • Iklim
hemat energi. Mereka telah mendokumentasikan konsep (sustainability) sebagai salah satu sasaran
target, dan pendekatan desain klien untuk • Keuangan
kinerja bangunan yang berkelanjutan dalam hal dan sejak awal dimulai proyek telah menetapkan
diimplementasikan pada bangunan baru atau • Waktu
energi serta mengidentifikasi pelajaran yang sasaran meminilapisasi dampak penggunaan
proyek renovasi bangunan berskala besar. Target Kinerj
didapat dari pengalaman mereka. energi dan lingkungan yang diakibatkan
• Keuangan
oleh proyek tersebut. Dari awal, tim desain
Sebagai persyaratan minimal, brief desain harus • Energi
Untuk mengoptimalkan efisiensi bangunan, menetapkan sasaran penghematan energi yang
dapat membantu klien dan konsultan untuk Pendekatan Desain dan Konstruksi
dibutuhkan pemahaman akan desain teknis yang agresif yang berkisar antara 30%-40% lebih baik
memahami peluang dan manfaat potensial • Strategi pengadaan
akan memproduksi hasil terbaik, persyaratan dibanding keadaan awal (baseline) yang dihitung
terkait dalam proyek yang dapat meningkatkan • Pendekatan desain terintegrasi
kinerja bangunan secara keseluruhan, serta berdasarkan persyaratan minimal SNI (untuk
efisiensi bangunan. Selain itu, brief juga harus • Perencanaan dan lansekap
sasaran dan kebutuhan penghuni bangunan. bangunan baru), sedangkan untuk bangunan
dapat memberikan latar belakang akan isu- • Desain selubung dan struktural
Proses desain terintegrasi dapat menggabungkan yang telah ada dengan cara membandingkan
isu kunci untuk diatasi selama desain dan • Desain pencahayaan dan listrik
elemen-elemen ini, mengoptimalkan kinerja kinerja sebelum dan sesudah retrofit bangunan.
implementasi bagi seluruh pihak yang terlibat • Desain HVAC
energi, sehingga bangunan hijau dan hemat Beberapa tim juga memiliki sasaran yang ambisius
dalam proyek. • Persyaratan operasi dan pemeliharaan
energi yang diinginkan dapat dicapai. Efisiensi di aspek lingkungan/keberlanjutan yang lain,
• Pertimbangan decommissioning
merupakan kata kunci agar bangunan hijau dapat seperti manajemen air, pilihan material bangunan,
Brief desain yang dipersiapkan dengan baik
diwujudkan dengan waktu tercepat, termurah atau pencapaian skor Greenship yang tinggi
dapat digunakan selama proyek sebagai referensi Bila proses pengadaan bagi konsultan, kontraktor,
dan penurunan konsumsi energi yang signifikan. (Platinum dan Gold) serta skor Green Mark.
untuk memastikan bahwa persyaratan awal dan penyedia material makin kompetitif, maka
dan tujuan pengembang dapat tercapai. Juga tekanan bagi mereka untuk mengurangi biaya
Studi-studi kasus dalam buku pedoman ini Dalam fase Pengenalan Desain (Design
harus dipahami bahwa brief desain merupakan menjadi semakin besar, sehingga diperlukan
menggambarkan pemilik dan desainer bangunan Recognition), semua gedung dalam studi kasus ini
yang telah menjadi pelopor keberadaan gedung yang mengikuti sertifikasi New Building Greenship
hemat energi di Indonesia. Dengan menerbitkan memiliki nilai termal selubung bangunan di
Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia - 1 Pengembang dan Pemilik Bangunan Gedung 19
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 9
bawah persyaratan SNI. Selain itu, beragam • Menara BCA – Grand Indonesia, Jakarta
strategi penghematan energi lainnya juga
digunakan, seperti pencahayaan alami, sensor
penghunian (occupancy sensor), pencahayaan
yang efisien, ventilasi alami, double glazing,
low e-glass, desain peneduh, sistem tata udara
dengan teknologi VRF (Variable Refrigerant Flow),
VSD (variable speed drive), lift dengan teknologi
VVVF (variable voltage and variable frequency),
kekedapan udara ruangan, dan atap hijau.
10 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
2.1 Renovasi Efisiensi Energi di Kantor
Retrofitted
a rea
EECCHI Kementerian ESDM,
Jakarta
I. PENDAHULUAN
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 11
Pencahayaan Alami e-glass, sedangkan di ruangan kementerian
menggunakan jenis kaca laminasi yang lebih
Dalam rangka meningkatkan penetrasi sinar murah yaitu terdiri dari dua lapisan kaca (5 mm
matahari ke dalam interior bangunan, tinggi + 3 mm) yang disatukan ke dalam konfigurasi
langit-langit (dengan batasan yang dibuka) sandwich dengan lapisan PVB (Polyvinyl butyral)
ditinggikan dari 2,4 m menjadi 4,0 m di plastik berpermukaan penuh diantaranya. Kaca
tengah-tengah ruangan kantor. Hal ini juga yang dilaminasi ini juga memastikan keamanan
meningkatkan kenyamanan visual dan suasana tambahan bila kaca pecah.
kantor, serta memungkinkan sirkulasi sistem tata
udara lebih baik. Di luar jendela pada ambang Pengurangan Kebisingan
jendela, terdapat reflector plat baja anti karat
yang membantu mengarahkan lebih banyak Dengan menggunakan dua lapisan kaca
sinar matahari ke dalam interior kantor. Hal ini dengan rongga udara di antaranya membantu
dilakukan setelah memastikan bahwa cahaya meningkatkan isolasi suhu dan melindungi
akan direfleksikan ke langit-langit dan tidak ruangan dari kebocoran udara dan kebisingan.
pada bagian yang akan mengganggu pengguna Proteksi kebisingan dicapai tidah hanya
ruangan karena silau. Cahaya alami yang masuk penggunaan kaca dobel tapi juga dengan dua
kemudian diatur dengan menggunakan tirai panel yang memiliki ketebalan yang berbeda
berlubang (perforated blinds). Ketika dibutuhkan, yang dipasangkan di atas plafon dan partisi-partisi
tirai ini dapat mencegah sinar matahari yang yang membatasi ruang kerja dengan luar gedung
tajam dan pada saat yang bersamaan juga tetap maupun ruang koridor. Sedangkan prinsip
memungkinkan sejumlah cahaya masuk ke dalam kaca ganda adalah adanya lapisan kaca kedua
ruangan dan mencegah perasaan klaustrofobia ditambahkan di dalam jendela yang sudah ada
dari ruangan yang benar-benar digelapkan. Tirai dengan rongga 50 mm.
vertikal, yang cukup umum dan telah dipasang
sebelumnya, tidak akan merefleksikan cahaya Material Berkelanjutan
kembali ke ruang dengan mudah dan kurang
fleksibel. Meskipun tidak berkaitan langsung dengan
efisiensi energi, penggunaan material
Jendela berkelanjutan (sustainable materials)
meningkatkan suasana kantor dan berguna
Meskipun kaca ganda berbingkai (prefabricated untuk mempromosikan konstruksi berkelanjutan
double-glazed glass) yang awalnya akan lainnya. Cat yang dipakai di kantor adalah Low-
diterapkan di kantor ini tidak digunakan VOC, yang memiliki kandungan toksin yang
karena pertimbangan biaya, tim EINCOPS tetap lebih rendah dibandingkan cat tradisional
menggunakan peluang ini untuk memperbaiki dan menggunakan produk yang proses
radiasi sinar matahari dan isolasi suhu dengan pembuatannya tidak menyebabkan emisi
menggunakan kaca yang lebih baik untuk karbon tinggi dibandingkan cat tradisional atau
jendela. Di kantor utama EECCHI, semua kaca wallpaper. Lantai yang digunakan terbuat dari
luar digunakan kembali karena jenis kaca sudah parket bambu yang menambahkan kehangatan
masuk kategori dengan koefisien peneduh dan artistik bagi kantor. Bambu merupakan
di kelas menengah, ruang clearing house tanaman yang tumbuh dengan cepat dan
kaca sisi dalam menggunakan kaca jenis low membutuhkan area yang lebih sedikit sehingga
mengurangi dampak lingkungan dari perkebunan
dan penggunaan lahan, sehingga lebih
bersifat produk yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Material lokal, seperti meja dan kursi
kantor, digunakan ketika memungkinkan untuk
mengurangi jejak karbon akibat transportasi
material.
Skema Warna
12 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Lighting
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 13
2.2 Kampus ITSB, Kota Deltamas - Bekasi
I. PENDAHULUAN
ITSB (Institut Teknologi dan Sains Bandung)
yang didirikan di Kampus Kota Deltamas
Bekasi merupakan hasil dari kerja sama antara
pemerintahan kabupaten Bekasi dan Institut
Teknologi Bandung (ITB), salah satu institut
terkemuka di Bandung. ITSB memiliki dukungan
penuh dari ITB dalam implementasi dan
pengembangan standar akademik yang disetujui
dalam perjanjian bertanggal 27 Januari 2010. ITSB
dengan visi Universitas Berorientasi Eco-Industry,
diprogram untuk menghasilkan lulusan yang
kompeten di bidangnya dan dapat menjawab
kebutuhan masyarakat di era industrialisasi,
Gedung ITSB, Cikarang yang telah mendapat Sertifikasi Greenship level Emas globalisasi, desentralisasi, dan pembangunan
nasional ini.
Manajemen Bangunan Commisioning yang layak; manajemen limbah (3r untuk limbah padat) III. PENDEKATAN
Analisis Biaya Analisis biaya antara bangunan hijau vs bangunan standar (biaya tambahan 8%); Area Hijau
analisis masa pengembalian = 7,7 tahun
14 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
minimal 10 jam dalam satu hari; menyediakan bus Sumber Daya dan Siklus Material
jemputan, fasilitas pejalan kaki, parkir sepeda dan
kamar mandi (shower) untuk pengguna sepeda. Tidak menggunakan CFC (chloro fluoro carbon)
sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan
Efisiensi Energi dan Konservasi pemadam kebakaran. Menggunakan material
kayu tersertifikasi secara legal sesuai dengan
Memasang meteran kWh untuk mengukur Peraturan Pemerintah tentang asal kayu.
konsumsi listrik dalam empat kelompok beban
sistem; menjalankan penghitungan OTTV Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruangan
berdasarkan SNI 03-6389-2000; Memasang
kisi-kisi cahaya eksternal: untuk memantulkan Mendesain ruangan dengan menjamin
cahaya matahari ke zona sinar matahari dalam. tercukupinya kebutuhan udara segar kepada
Reflektor eksternal dengan sirip GRC dan cat seluruh penghuni bangunan, setidaknya sesuai
elastomeric akan memperluas zona sinar matahari, dengan SNI 03-6572-2001; Dua ruangan dengan
pemantulan difusi cahaya min 80% (menurut kepadatan tinggi, yaitu ruangan rapat umum dan
standar DIN 5036). Metode penghitungan cahaya kantor umum yang dilengkapi dengan sensor
matahari selama matahari bersinar adalah karbon dioksida (CO2), yang memiliki mekanisme
dengan membagi zona sinar matahari ke dalam 3 untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar
bagian: zona luar, dalam, dan pencahayaan listrik. ruangan sehingga konsentrasi CO2 dalam ruangan
Menggunakan unit VRF dan split untuk sistem tidak lebih dari 1.000 ppm. Sensor ini diletakkan
HVAC dengan COP terbaik dalam kisaran 3,5-4,2.
Konservasi Air
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 15
1,5 m dari lantai di dekat return air grill. 75% dari IV. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET
area disewakan bersih (net lettable area/NLA)
langsung menghadap pemandangan di luar. Penghematan Energi 44.01%
Mendirikan fasilitas untuk memilah dan Pengurangan Emisi CO2 349,73 ton
mengumpulkan berdasarkan tipe organik atau
tidak organik; melibatkan Professional Greenship Penghematan Air 19%
(GP), yang bertanggung jawab untuk jalur
langsung proyek dari tahap perencanaan dan
desain sebelum sertifikasi partisipasi; ketersediaan
pabrik kompos sampah pada lokasi situs
bangunan.
Keberadaan kolam mengurangi beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota.
16 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
2.3 Sinarmas Land Plaza Office,
BSD - Serpong
I. PENDAHULUAN
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 17
IV. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB atap hijau akan mengurangi dampak
radiasi panas ke dalam bangunan, sehingga
Secara umum seorang Greenship Professional menyediakan pendinginan yang nyaman
(GP) bertindak sebagai penasehat bagi Dewan pada lobi dekat pintu masuk utama dan
Komite Proyek. GP pada dasarnya menekankan pendinginan pasif pada atrium
pentingnya dan menjalankan proses program
bagi pemilik bangunan dan seluruh tim ahli, VI. PERANGKAT YANG DIGUNAKAN
seperti Arsitek, Insinyur Sipil, Insinyur M&E,
Lansekap, dan desainer infrastruktur. 1. Simulasi cahaya matahari
2. Simulasi aliran angin
GP juga memvalidasi input desain bangunan 3. Perhitungan ETTV 42w/m2
vs. output operasi sebenarnya yang diinginkan 4. Photovoltaic digunakan pada lampu jalan
(matriks efisiensi daya, air, IAQ, dll.) dengan lux yang lebih tinggi dan konsumsi
energi rendah
V. TEKNIK STRATEGI PASIF 5. Sistem Manajemen Bangunan (Building
Management System/BMS) bagi seluruh
1. Terdapat total sebelas (11) bangunan bangunan untuk memonitor dan
dengan tinggi maksimal lima (5) lantai, yang mengontrol penggunaan energi di seluruh
diposisikan secara strategis (U-S) untuk fasilitas yang ada
memitigasi penyerapan sinar ultraviolet dari 6. Tipe teknologi pencahayaan yang
panasnya matahari. digunakan di bangunan adalah LED
2. Tata letak dan orientasi bangunan yang (Light Emitting Diode), lampu Fluoresen T5
layak, pembatasan struktur tinggi, dengan ballast elektronik & pengontrol,
diasosiasikan dengan desain pola lansekap dan CFL (Compact Fluorescent Lamp/CFL).
hijau akan mengurangi “Dampak Lahan Penggunaan sinar matahari merupakan
Panas” (Heat Island Effect) sehingga tersedia faktor tambahan di seluruh area bangunan
ruang sirkulasi udara dan tingkat suasana 7. Ventilasi udara alami memungkinkan aliran
yang nyaman udara melintas dalam ruangan gedung
3. Menggunakan fasat bangunan dan aplikasi (pendinginan pasif)
18 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Orientasi bangunan terhadap lintasan matahari dan aliran angin
Transportasi hijau dalam kawasan antar-jemput
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 19
2.4 Menara BCA - Grand Indonesia, Bangunan memiliki kepercayaan untuk secara
langsung mengikuti sistem asesmen rating
Jakarta GREENSHIP EB 1.0 dengan target Platinum.
Pada bulan Oktober 2010 akhirnya Management
I. PENDAHULUAN Menara BCA bersama GBCI bersepakat untuk
Menara BCA (Grand IndonesiaI), yang mulai meng”hijau”kan bangunan mereka.
beroperasi sejak tahun 2009, merupakan bagian
kantor prestisius dari Mega Projects Grand Menara BCA Grand Indonesia menggunakan
Indonesia yang menggabungkan Perkantoran, kaca ganda pada seluruh fasat bangunan agar
Mall Perbelanjaan, Apartemen, dan Hotel dicapai penggunaan AC yang efisien. Bangunan
berbintang lima. Bangunan inin memiliki 54 ini, yang dikembangkan sejak 2008, memiliki
lantai dan luas sebesar sekitar 250.000 m2 dan tingkat keberhasilan 35% untuk penghematan
penghunian sekitar ± 85%, memiliki Indeks energi. Selain itu, air limbah per orang per hari
Konsumsi Energi (IKE) awal sebesar 250 kWh/ dikurangi menjadi 40 liter dari yang biasanya
m2.tahun (2010). Angka ini merupakan IKE rata- sebesar 50 liter. Kemudian area lahan terhitung
rata bangunan perkantoran di Jakarta. Desain 100% dijadikan lahan serapan air hujan yang akan
bangunan cukup baik dan modern, dengan fasat dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan air di
bangunan yang menggunakan kaca low-e double dalam gedung.
glazing dan berbagai fitur listrik dan mekanis
yang mendukung Sistem Manajemen (BMS - II. MOTIVASI PROYEK
Building Management System), lift/eskalator
menggunakan sistem kontrol canggih sehingga Berdasarkan visi (“To be The Shopping Land Mark
mereka yakin akan mendapatkan poin yang of Indonesia”) dan misi perusahaan (“Inspiring Life
tinggi di GBCI untuk perolehan di kategori EEC Style”) maka 8 motivasi proyek ditetapkan, yaitu:
(Energy Efficiency and Conservation). Manajemen
GFA 250.000 m2
(Luas Lantai Bruto)
Tata Guna Lahan Memenuhi persyaratan 1&2 untuk kebijakan tata guna lahan dan kebijakan pengurangan kendaraan bermotor; aksesibilitas
komunitas; pengurangan kendaraan bermotor; parkir sepeda dan kamar mandi (shower); hanya memenuhi satu dari tiga
poin lansekap; hanya memenuhi satu dari dua poin heat island effect; memenuhi persyaratan manajemen limpasan air
hujan; hanya memenuhi satu dari dua poin manajemen lahan; dan memenuhi persyaratan manajemen kawasan
Efisiensi Energi dan Memenuhi kedua syarat kebijakan dan rencana manajemen energi serta kinerja energi bangunan minimal; seluruh poin
Konservasi efisiensi kinerja energi bangunan dapat dipenuhi secara dioptimalkan; hanya memenuhi satu dari dua syarat testing,
recommissioning, atau retrocomissioning; memenuhi seluruh kinerja energi sistem; seluruh pengawasan & kontrol energi;
serta operasi dan pemeliharaan. Tapi tidak memenuhi persyaratan menggunakan energi baru terbarukan di lahan bangunan
Konservasi Air Memenuhi persyaratan kebijakan manajemen air; kontrol pengawasan air; memenuhi enam dari delapan poin efisiensi air
bersih; kualitas air; memenuhi satu dari lima poin air daur ulang; mendapat poin seluruh pengurangan air bawah tanah.
Tidak memenuhi syarat air daur ulang yang dapat diminum
Sumber Daya dan Memenuhi seluruh tiga persyaratan refrigeran dasar, kebijakan pembelian material, dan kebijakan manajemen limbah;
Siklus Material seluruh poin penggunaan non-ODS; seluruh poin praktik pembelian material; tiga dari empat poin praktik manajemen
limbah; dan seluruh manajemen limbah berbahaya. Tidak memenuhi syarat manajemen limbah berbahaya
Kesehatan dan Memenuhi persyaratan kampanya larangan merokok; seluruh poin untuk kontrol asap tembakau dan dampaknya pada
Kenyamanan lingkungan; seluruh pengawasan CO2 dan CO; hanya dua dari enam poin polusi fisik dan kimia; hanya satu dari tiga polusi
Dalam Ruangan biologis; seluruh poin untuk kenyamanan visual; level akustik; dan survei pengguna bangunan
Manajemen Memenuhi persyaratan kebijakan operasi dan pemeliharaan; tiga dari lima poin inovasi; hanya satu dari dua poin tujuan
Lingkungan desain & persyaratan proyek; seluruh poin untuk tim operasi dan pemeliharaan hijau; seluruh poin untuk penghunian/
Bangunan penyewaan hijau; seluruh poin untuk pelatihan operasi dan pemeliharaan
20 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
a. Peningkatan Kualitas Jasa (Kenyamanan
dan Keamanan)
b. Peningkatan Kesadaran Pegawai akan
Pentingnya Perilaku Hijau
c. Peningkatan Lingkungan Kerja yang Sehat
d. Peningkatan Kesadaran Lingkungan
e. Pengurangan Risiko
f. Penghematan Biaya
g. Pencapaian Visi dan Misi Perusahaan
h. Peningkatan Pangsa Pasar
IV. PENDEKATAN
Menara BCA, PT. Grand Indonesia
Aksesibilitas
Setidaknya terdapat 5 tipe fasilitas umum dengan Manajemen Storm Water dan Pencapaian Konservasi Air
pencapaian pada jalan utama dengan radius
sebesar 1.500 m dari lokasi gedung. Keberadaan prosedur operasi standar dan
implementasi pemeliharaan dan inspeksi sistem
Menyediakan fasilitas pejalan kaki yang aman, pipa secara berkala untuk mencegah kebocoran
nyaman dan bebas dari akses kendaraan dan keborosan air dengan menunjukkan
bermotor; persimpangan untuk menghubungkan keseimbangan air dalam 6 bulan terakhir
setidaknya 3 fasilitas umum di atas dan/atau untuk sertifikasi awal. Pengurangan efisiensi air
stasiun kendaraan umum. sebesar 28% dibandingkan dengan baseline SNI.
Menggunakan air daur ulang dengan kapasitas
Pengurangan Kendaraan Bermotor (Sepeda & Bus cukup untuk kebutuhan air pengganti pada
Feeder) menara pendingin. 80% dari total unit air keran di
area umum menggunakan auto stop.
Pengurangan penggunaan kendaraan bermotor
prubadi dengan implementasi pilihan- Pencapaian Indeks Energi Bangunan dan Energi (EEC)
pilihan berikut: car pooling, bus feeder, voucher
transportasi umum, atau diskriminasi harga parkir. Indeks Efisiensi Energi selama 6 bulan terakhir dari
bangunan ini di bawah nilai dari referensi standar
Terdapat parkir sepeda yang aman sebanyak SNI (250 kWh/m2.tahun) dengan pengurangan
1 unit per 30 pengguna bangunan, dan juga total sebesar 48%. Bangunan telah menjalankan
tempat mengganti baju dan kamar mandi spesial commissioning atau retrocommissioning dengan
untuk setiap 25 pengguna sepeda yang parkir di sasaran untuk meningkatkan kinerja (KW/TR)
bangunan ini. pada peralatan MVAC (Mechanical Ventilation and
Air Conditioning/Ventilasi Mekanis dan AC) utama
dalam 1 tahun.
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 21
Keberadaan SOP dan laporan pada distribusi
barang bekas yang masih dapat dipakai dalam
bentuk furnitur, alat elektronik, dan spare part
melalui donasi atau pasar barang bekas dalam 6
bulan terakhir untuk sertifikasi awal.
22 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
2.5 Kantor Kementerian Pekerjaan
Umum, Jakarta
I. PENDAHULUAN
Tujuan utama dari konstruksi bangunan
berkinerja tinggi di Kementerian Pekerjaan
Umum adalah untuk gedung ramah lingkungan
kebanggaan nasional dan sebagai bangunan
contoh di Republik Indonesia. Bangunan PU
merupakan proyek pilot bangunan GREENSHIP NB Gedung Utama Kantor Kementerian PU
1.0 yang didirikan seiring persiapan Alat Rating
GREENSHIP.
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 23
akan terlalu terang namun masih menyediakan
cahaya yang cukup.
Sistem Pencahayaan
24 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
PT. Dahana yang berada di Pusat Material Energetic (EMC)
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 25
Fasilitas daur ulang air dan kapasitas pengolahan
daya alam, menjaga kualiitas udara dalam Perangkat Lunak Modeling Energi
ruangan, dan memberikan perhatian kepada
penghuninya yang mematuhi peraturan yang ada. Menggunakan perangkat lunak modeling energi
untuk menghitung konsumsi energi dasar
100% Penghematan Air (baseline) di bangunan dan bangunan yang
didesain. Setiap penghematan sebesar 2,5%
Konsumsi air dengan pengurangan konsumsi air dimulai pada pengurangan energi 10% dari
dari sumber primer, di mana 100% dari seluruh bangunan baseline, lalu mendapatkan 1 poin
air diambil dari sumber, alternatif: sungai, hujan & dari maksimal 20 poin (dibutuhkan untuk level
kondensat AC. Platinum).
Pemasangan sistem daur ulang air dengan Penggunaan cahaya alami yang optimal sehingga
kapasitas yang cukup untuk keseluruhan setidaknya 30% lantai mendapatkan minimal
sistem untuk betutuhan flushing, irigasi, dan air intensitas alami sebesar 300 lux. Digabungkan
pengganti untuk menara pendingin. dengan sensor lux otomatis untuk pencahayaan
buatan ketika cahaya alami kurang dari 300 lux,
maka 2 poin tambahan didapatkan.
Dengan perhitungan simulasi komputer Indeks Konsumsi Energi turun menjadi 135.77 kWh/m2.year
26 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Ventilasi
Sistem Pencahayaan
Penghematan per Tahun Rp. 210.176.443 Sistem otomatisasi pada sistem tata cahaya
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 27
2.7 Rangkuman Pelajaran yang Didapatkan
Berikut adalah daftar rangkuman pelajaran yang didapatkan yang berlaku bagi seluruh enam bangunan
yang menjadi studi kasus:
Pemilik bangunan menjadi motivator utama bagi bangunan hemat energi. Pemilik merupakan
kekuatan penggerak di setiap kasus. Pemilik bangunan menentukan sasaran dan mengambil
keputusan untuk menjaga agar proyek tetap berjalan dengan benar. Para arsitek dan insinyur
kemudian berusaha untuk mencapai sasaran sesuai keinginan dan keputusan pemilik bangunan,
sehingga dibutuhkan proses desain bangunan secara menyeluruh.
Menentukan sasaran penghematan energi yang dapat diukur pada permulaan proyek adalah hal
yang sangat penting dalam mencapai bangunan hemat energi. Dalam studi kasus, seluruh pemilik
bangunan dan tim desain menentukan sasaran penghematan energi yang agresif dari awal. Sasaran-
sasran ini contohnya seperti 40% lebih baik dibanding kinerja minimal SNI. Secara umum, yang paling
baik memutuskan sasaran kinerja energi yang paling optimal adalah hasil kesepakatan tim. dan
menggunakan simulasi energi untuk memahami dampak energi dari keputusan desain menghasilkan
kinerja energi yang terbaik.
Banyak keputusan yang tidak dimotivasi oleh biaya. Pemilik bangunan mengambil keputusan
berdasarkan nilai. Seringkali, pemilik akan mengeluarkan uang untuk fitur yang mereka sangat
inginkan pada bangunan mereka—terutama fitur-fitur arsitektur. Sebaliknya, bila seorang pemilik
tidak menginginkan sebuah fitur terntentu, biaya menjadi alasan untuk menghilangkannya.
Teknologi yang tersedia pada saat ini dapat mengubah kinerja bangunan secara substansial. Teknologi
yang sudah tersedia (off-the-shelf) maupun yang terbaik (state-of-the-shelf) melalui penerapan yang
layak dapat digunakan untuk mencapai bangunan hemat energi. Meskipun demikian, strategi-strategi
ini harus diterapkan bersama dan diintegrasikan dalam desain, instalasi, dan operasi secara layak
dalam rangka menghemat energi. Tidak ada ukuran efisiensi tunggal atau daftar langkah-langkah
pencapaian bangunan hemat energi yang tersedia.
Pendekatan desain keseluruhan bangunan merupakan cara yang baik untuk menurunkan
penggunaan dan biaya energi. Pendekatan keseluruhan bangunan yang terpadu dimulai dengan
tim desain yang memiliki komitmen terhadap sasaran energi. Bangunan harus didirikan sebagai
suatu sistem bila teknologi akan diintegrasikan dalam desain dan operasinya. Hal ini meliputi
penggunaan simulasi komputer untuk membantu memandu proses desain—simulasi-simulasi
ini dapat menjalankan analisis trade-off untuk menilai dampak energi dari pilihan arsitektur serta
desain HVAC&L (heating, ventilation, air-conditioning, and lighting/pemanasan, ventilasi, AC, dan
pencahayaan).
28 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
3. Informasi Tambahan
3.1 Instrumen Kebijakan yang 2012 tentang Penghematan Pemakaian
Berhubungan dengan Efisiensi Tenaga Listrik
• Peraturan Mentari ESDM No. 14 tahun 2012
Energi Bangunan tentang Manajemen Energi
2. Kementerian Lingkungan Hidup (termasuk
A. Instrumen Hukum: mitigasi perubahan iklim)
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 29
3.2 Standar Nasional Indonesia (SNI) yang Berhubungan dengan Bangunan
1 SNI 02-2406-1991 Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
30 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
20 SNI 04-0133-1987 Starter lampu fluoresen
39 Juknis Konservasi Energi 1992 Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 31
3.3 Pilihan Teknologi untuk Mencapai Bangunan yang Hemat
Energi
3.3.1 Konstruksi Baru Desain/Selubung Bangunan
Teknologi Net
• Desain yang efektif dan terpadu oleh arsitek, insinyur, pemasang
Zero Energy
peralatan, kode/manufaktur yang sesuai untuk peruntukan gedung
• Peralatan dan teknologi yang mudah digunakan dan memberi
kontribusi efisiensi energi dan energi terbarukan
• Perangkat simulasi dan analisis yang dapat mengintegrasikan semua
komponen bangunan dan memprediksi kinerja energi keseluruhan
sistem
• Peralatan elektrikal mutakhir seperti kotak kontak pintar, alat-alat kotrol
yang programmable dan addressable, alat-lalat listrik yang berlabel
hemat energi, alat-alat yang dapat menghindari konsumsi listrik
berlebihan (vampire loads)
• Meminimalisasi kehilangan konversi daya karena pemilahan grup beban
dan karena perbedaan zona beban
• Menentukan jenis label energi dan mewajibkan penghuni gedung Teknologi Label
mengunakan produk berlabel hemat energi untuk mencapai zero
energy
• Memasang sistem monitor penggunaan energi dan menentukan
batasan penggunaan energi (benchmarking)
• Sistem informasi energi, Sistem agregasi data energi
• Mengembangkan model pencahayaan alami yang lebih mudah dan Teknologi Dinding
terjangkau yang menetapkan keuntungan penghematan energi Pencahayaan
• Alat modeling untuk memanfaatkan cahaya alami dipilih yang lebih Sinar Matahari
mudah dan terjangkau, dapat diukur, dengan dukungan desain yang
lebih baik
• Peneduh jendela eksterior yang dapat di-retrofit
Teknologi
• Unit dinding, lantai, dan langit-langit dipilih yang tipe modular dan Penghunian yang
sudah diinsulasi Dimanufaktur
• Konstruksi dan instalasi yang dimanufaktur sedemikian rupa
sehingga memberi dampak hemat energi, terjangkau, dan mudah
pemasangannya
• Panel yang dengan mudah dapat dicat secara--spray on, pemasangan
struktural, dipilih teknologi atau bahan pipa, duct, saluran yang bisa
mengeliminasi pekerjaan dilapangan
32 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
3.3.2 Retrofit Desain/Selubung Bangunan
Retrofit Mendalam untuk
• Kesadaran/pelatihan/teknologi/perangkat lunak modeling energi
Bangunan Komersial
• Fasilitas testing and comissioning untuk diterapkan di bangunan yang
sudah ada
• Perangkat pengawasan bangunan, penghematan energi dan bisa
mengestimasi penggunaan energi
• Memilih teknologi untuk pemanfaatan panas buang di bangunan
komersial
• Menentukan metode lebih mudah untuk menetapkan kebutuhan,
pembiayaan
Teknologi Atap Tenaga • Lapisan atap tenaga surya yang efisien dan kompetitif secara biaya
Surya/Pandai • Atap pendingin/PV/pemanas air tenaga surya surya
• AC tenaga surya
• Mementukan teknologi/harga/standar
Teknologi Insulasi Retrofit • Memilih material baru, lebih murah, dan lebih mudah dpasang
• Perangkat atau metode untuk mengisolasi dinding lebih baik
• Optimalisasi sistem isolasi melalui scanning IR & perangkat lunak analisis
Retrofit & Teknologi • Tingkat kekedapan udara bangunan seringkali dilakukan dengan buruk
Penyegelan Udara oleh kontraktor
Konstruksi Baru • Metode membuat ruangan kedap udara terlalu rumit dan tidak
dipahami oleh banyak praktisi
• Pengujian pintu blower--murah & mudah
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 33
3.3.3 Pencahayaan
Teknologi
• Optimalisasi penggunaan teknologi fluoresen, SSL, halogen IR melalui
Pencahayaan
pengalaman aplikasi
(Umum)
• Optimalisasi desain lampu, ballast/driver, luminaire, kontrol untuk
kemudahan instalasi, operasi, pemeliharaan
• Kombinasi sumber cahaya yang lebih efisien, luminaire yang lebih
efisien, kontrol dan aplikasi lebih baik, dan penggunaan cahaya alami
yang lebih banyak
• Integrasi penggunaan lampu LED ke dalam DCL untuk CRI yang
ditingkatkan
• Dipilih rumah lampu tipe optik luminaire untuk cahaya plasma,
luminaire yang dapat membersihkan sendiri
Teknologi Pencahayaan
• Pemahaman lebih baik oleh ahli pencahayaan dalam Keadaan Solid
• Peningkatan efisiensi, peningkatan stabilitas seiring waktu, peningkatan
pemeliharaan lumen
• Peredupan total sementara seluruh kualitas pencahayaan dijaga
• Komponen SSL yang terstandardisasi, terjangkau, dan handal
memungkinkan desainer perlengkapan (fixture) memiliki kebebasan
untuk berinovasi dan memenuhi kebutuhan konsumen
Aplikasi Lampu
• Kontrol lampu kerja yang lebih baik oleh pengguna, termasuk lampu Kerja/Suasana dan
yang dapat dipindahkan Teknologi Kontrol
• Kemampuan untuk memiliki lampu kerja (Task light) yang dapat
dikuantifikasi untuk mengurangi tingkat cahaya dan konsumsi energi
cahaya keseluruhan
• Desain luminaire untuk keperluan kerja dan renderasi untuk
menyediakan fungsi kedua pencahayaan secara sinergis
Teknologi Kontrol
• Interface manusia dan peralatan yang lebih baik, kontrol yang lebih Pencahayaan
murah dan handal. Mudah untuk mengubah pengaturan pada sensor. (Peredupan, Sensor
Kalibrasi sendiri yang lebih murah dan sederhana Penghunian)
• Mengatur level pencahayaan sesuai jam, sensor yang tidak mematikan
cahaya ketika ada penghuninya, sensor tidak menyalakan cahaya pada
ruangan yang kosong
• Sambungan ke HVAC dan kontrol beban kotak kontak, lokasi sensor
hunian yang lebih baik, perlengkapan (fixture) pengguna di seluruh
bangunan
Teknologi Luminaire
• Kualitas cahaya lebih baik bagi pengguna, Menggunakan standar
mesopic lighting yang dapat diakses oleh pengguna
• Kebutuhan pasar untuk dihargai untuk luminaire yang efisien
• Sistem pencahayaan alami utama, sensor sinar matahari, desain skylight Teknologi Pencahayaan
• Kontrol peredupan yang lebih murah, lebih sederhana, dan dapat Sinar Matahari
mengkalibrasi sendiri
• Kontrol untuk pencahayaan sinar matahari vertikal yang lebih responsif,
handal, dan berumur panjang
34 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
3.3.4 Alat-Alat Elektronik
Teknologi Efisiensi
• Pengetahuan akan kinerja energi dan interakasi setiap komponen
Level Komponen
pengguna energi
• Optimalisasi penggunaan energi pada tingkat ketersediaan daya dan
komponen listrik lain sebelum optimalisasi efisiensi seluruh perangkat
• Pengetahuan kinerja energi yang dapat disimpan dalam memory chip
mutakhir dan dan interaksi terhadap komponen pengguna energi
lainnya
Peralatan Interlock
untuk Mengelola • Pengawasan daya terstandardisasi dan kontrol perangkat keras,
Teknologi lunak, dan protokol untuk memungkinkan sleep/standby mode pada
Penggunaan Energi perangkat
• Sistem interlock standar & komponen yang tersedia pada OEM untuk
produk mereka
• Pengawasan dan kontrol perangkat dan sistem
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 35
3.3.5 Pemanasan, Ventilasi, dan AC
Pemulihan Panas
• Studi kasus untuk memvalidasi penghematan dan kehandalan energi dan Economizer
sistem
• Penggunaan energi tinggi saat ini untuk distribusi panas dan pendingin
di atas kebutuhan ventilasi sebenarnya
• Pertukaran dan kontrol pemulihan panas modular
• Pemulihan panas buangan dari supermarket dan toserba yang
dimodular untuk pemanasan air domestik dan ruang
Motor dan
• Standar teknologi, studi kasus, pendidikan, dan aplikasi yang efektif Penggerak HVAC
biaya
• Kecepatan variabel untuk segala hal dengan biaya rendah, kehandalan
tinggi
• Kontrol kecepatan variable pada SELURUH sistem, kipas, kompresor,
pompa
36 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
3.3.6 Sensor, Meteran, dan Sistem Manajemen Energi
Perangkat Pandai,
Perangkat Pandai- • Paket sensor kontrol generik modular merespon terhadap suhu
-Kontrol Tingkatan penghunian, tingkat cahaya, kualitas udara, dan input pengguna
Responsif terhadap • Praktik standar untuk seluruh perangkat listrik yang secara langsung
Pengguna dan melayani pengguna termasuk logika kontrol pandai dan sensor untuk
Teknologi Lingkungan memodulasi penggunaan energi agar kebutuhan pengguna dapat
dipenuhi secara optimal
• Paket sensor/kontrol generik modular juga tersedia pada biaya yang
rendah
• Sensor penghunian diintegrasikan pada perlengkapan cahaya (tangga,
garasi parkir, parkir luar ruangan, kantor pribadi)
• Sensor yang mengintegrasikan sistem kontrol lain (pencahayaan, HVAC)
• Solusi yang berorientasi pada konsumen yang mengkombinasikan
berbagai kebutuhan, penghematan energi dan kemaanan, kenyamanan,
dan penggunaaan konsumen lain
Teknologi Kontrol
Interface Mudah/ • Sistem manajemen kontrol harus diimplementasikan di tempat yang
Sederhana layak serta merefleksikan pilihan pengguna/penghuni yang diketahui
• Mendukung proyek demosntrasi, interface harus memungkinkan level
kemutakhiran pengguna yang berbeda-beda
• Membutuhkan standardisasi protokol komunikasi/kontrol untuk
memungkinkan berbagai perangkat dan pendekatan interface
(telepon, kartu RFID, komputer pribadi, perangkat kontrol kemudahan
terintegrasi, dll.)
Teknologi Jasa
• Jasa manajemen energi bundel agar efektif biaya
Manajemen Energi
• Paket kontrol modular yang murah terstandardisasi dan mudah
Konsumen
digunakan pengguna yang merespon suhu penghunian, tingkat cahaya,
kualitas udara, dan input pengguna
• Sistem penagihan utilitas baru untuk menggabungkan informasi
konsumen dari sisi permintaan ke dalam rekening konsumen
• Kurangnya keahlian manajemen energi
Teknologi Teknik
Verifikasi Penghematan • Harus mampu untuk mengatribusikan peningkatan dan dampak kinerja
Rendah Biaya energi
• Mengubah data mentah menjadi informasi yang dapat ditindaklanjuti,
lingkaran feedback untuk desain sistem dan keputusan operasi yang
berkaitan dengan energi
• Pengawasan verifikasi penghematan, koleksi data, dan perangkat
pengiriman pada chip yang murah dan dapat dipasang pada produk
apapun
Teknolgi Fasilitas
Pengukuran Daya Listrik • Mengubah data mentah menjadi informasi yang dapat ditindaklanjuti,
Pandai Real-time pengetahuan konsumen
• Panel distribusi yang didesain lebih baik, pematokan dan perbandingan
standar untuk menginformasikan keputusan
• Meraup keseluruhan penghematan yang tersedia secara teori dengan
economizer HVAC air-side
• Meteran beban efektif biaya dan akurat untuk menggerakkan peluang
penghematan energi instan dan jangka panjang
• Pengumpulan data, analisis, dan feedback pelanggan
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 37
4. Analisa Data Iklim Indonesia
4.1 Pendahuluan Tekanan Rendah Doldrums sepanjang tahun, oleh
sebab itu tidak mengalami perubahan musim.
Iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca B. Iklim monsun tropis (Am), dan C. Iklim basah
selama kurun waktu yang panjang, yang secara dan kering atau sabana tropis (Aw). Indonesia
statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan termasuk iklim hutan hujan tropis.
nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada
setiap saatnya (World Climate Conference, 1979). Menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-
Ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang iklim tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D. Af dan Am =
disebut klimatologi. terdapat di daerah Indonesia bagian barat,
tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera,
Terkait dengan perencanaan kenyamanan termal Kalimantan dan Sulawesi Utara. Aw = terdapat
hunian, data iklim yang dibutuhkan adalah di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua
data radiasi matahari, temperatur, kelembaban, Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara,
kecepatan angin dan curah hujan. Di Indonesia, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan. C =
salah satu sumber data adalah BMKG. terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan. D =
terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.
Pada penelitian ini disampaikan hasil analisis
statistik terkait data iklim untuk perencanaan Kriteria utama iklim A,B,C,D,E
bangunan yang diambil dari sejumlah sumber,
yakni BMKG, dll. Jenis Iklim Ciri-ciri iklim
A Suhu rata-rata bulan terdingin
4.2 Ulasan Literatur minimal 18oC, curah hujan tahunan >
evapotranspirasi tahunan.
Menurut sistem klasifikasi Köppen–Geiger, B Evapotranspirasi potensial tahunan rata-
Indonesia berada pada kelompok A (Iklim tropis/ rata > curahan tahunan rata-rata. Tidak
megatermal). Iklim tropis berkarakter temperatur ada kelebihan air.
tinggi (pada permukaan laut atau ketinggian C Suhu rata-rata bulan terdingin -3 s.d 18oC .
rendah) — dua belas bulan memiliki temperatur Bulan terpanas > 10oC.
rata-rata 18°C (64.4oF) atau lebih tinggi. Terbagi D Suhu rata-rata bulan terdingin < 10oC,
menjadi: a. Iklim hutan hujan tropis (Af):[3] bulan terpanas >10oC.
Mengalami kelembaban 60 mm (2.4 in) ke atas E Suhu rata-rata bulan terpanas < 10oC,
sepanjang 12 bulan. Iklim ini terjadi pada garis untuk daerah tundra 0 s.d 10oC, untuk
lintang 5-10° dari khatulistiwa. Di beberapa daerah salju abadi < 10oC.
wilayah pantai timur, dapat pula mencapai 25°
dari khatulistiwa. Iklim ini didominasi oleh Sistem
38 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Gambar 1. Klasifikasi Iklim menurut Koppen
Kriteria tambahan Iklim Koppen: Tiga jenis iklim yang mempengaruhi Indonesia
adalah:
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 39
Gambar 2 : Tiga daerah iklim menggunakan metoda korelasi ganda, yang membagi Indonesia menjadi
daerah A (garis tegas), daerah monsun selatan; daerah B (titik garis putus-putus), daerah semi-monsun;
dan daerah C (garis putus-putus), daerah anti monsun. (Sumber: http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.
php?option=com_content&view=article&id=85&Itemid=78)
40 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Gambar 4. Perubahan curah hujan rata-rata (Sumber: http://kadarsah.wordpress.com/2007/11/30/
mengenal-iklim-indonesia/)
di garis balik utara. Oleh karena matahari berada daerah selatan adalah berkurang atau menurun
di garis balik utara maka udara di atas benua Asia sedangkan dibagian Utara adalah bertambah.
mengalami pemanasan yang intensif sehingga
Asia mengalami tekanan rendah. Berkebalikan Hal lain yang patut dicatat adalah bawah iklim
dengan kondisi tersebut di belahan selatan tidak di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama
mengalami pemanasan intensif sehingga udara abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat
di atas benua Australia mengalami tekanan sekiitar 0,3oC sejak 1900 dengan suhu tahun 1990-
tinggi. Akibat perbedaan tekanan di kedua an merupakan dekade terhangat dalam abad
benua tersebut maka angin bertiup dari tekanan ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat,
tinggi (Australia) ke tekanan rendah (Asia) yaitu hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961-1990.
udara bergerak di atas laut yang jaraknya pendek Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua
sehingga uap air yang dibawanyapun sedikit. musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah
turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah
Dapat diamati bahwa hujan maksimum terjadi Indonesia di abad ini dengan pengurangan
antara bulan Desember, Januari dan Februari. tertinggi terjadi selama perioda Desember-
Pada kondisi ini matahari berada di garis Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam
balik selatan sehingga udara di atas Australia setahun. Curah hujan di beberapa bagian di
mengalami tekanan rendah sedangkan di Asia Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino
mengalami tekanan tinggi. Akibat dari hal dan kekeringan umumnya telah terjadi selama
ini udara bergerak di atas laut dengan jarak kejadian El Nino terakhir dalam tahun 1082/1983,
yang cukup jauh sehingga arus udara mampu 1986/1987 dan 1997/1998.
membawa uap air yang banyak (monsun barat
atau barat laut). Akibat dari hal ini wilayah yang 3. Data Iklim Indonesia
dilalui oleh munson barat akan mengalami
hujan yang tinggi. Atas dasar sebab terjadinya Bersumberkan dari sejumlah data cuaca yang
angin munson barat ataupun timur yang diukur dari stasiun cuaca di Indonesia, berikut
mempengaruhi terbentuknya pola hujan disampaikan data rata-rata statistik iklim untuk
munsonal di beberapa wilayah Indonesia dapat 29 kota di Indonesia dalam 62 tabel. Kota-kota
dikatakan wilayah yang terkena relatif tetap tersebut tersebut berada dalam ragam elevasi,
selama posisi pergeseran semu matahari juga dengan kota-kota utama umumnya adalah
tetap. Namun, perubahan diperkirakan akan daerah pantai, kecuali Bandung.
terjadi terhadap jumlah, intensitas dan durasi
hujannya. Untuk mempelajari hal ini diperlukan
data curah hujan dalam seri yang panjang.
Kaimuddin (2000) dengan analisa spasial bahwa
curah hujan rata-rata tahunan kebanyakan di
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 41
4.4 PULAU SUMATRA
Hasil perhitungan rata-rata statistik kota-kota pantai pulau Sumatera menunjukkan bahwa kota-
kota tersebut memiliki rata-rata temperatur dan kelembaban udara yang hampir sama. Untuk kota
pengunungan, seperti Kerinci memiliki besar temperatur relatif lebih rendah sebagaimana tertera pada
data berikut:
42 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
City Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
Data untuk radiasi matahari total tahunan adalah hampir sama, berikut untuk dua
kota di Sumatera:
4.4.1 Medan
Tabel 1
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
1973-2009 Jan 26.63 30.79 22.93 91.50 4.46 13.15 50.67
Feb 27.29 31.87 23.19 90.74 4.66 14.21 31.22
Mar 27.46 32.17 23.33 90.69 4.64 14.39 37.85
Apr 26.90 32.29 23.09 88.99 4.24 13.66 51.20
May 27.74 32.39 23.90 91.50 4.20 14.02 44.85
Jun 27.73 32.44 23.61 90.69 4.15 13.99 49.51
Jul 27.34 32.18 23.26 90.56 4.30 14.11 34.37
Aug 26.56 31.28 22.66 88.22 4.27 13.92 65.62
Sep 26.76 31.36 23.28 92.31 4.17 13.72 39.42
Oct 26.75 31.17 23.37 92.68 4.04 13.26 38.86
Nov 25.87 30.00 22.71 90.50 3.90 12.24 45.77
Dec 26.39 30.44 23.13 92.70 4.50 12.64 33.14
Average 26.95 31.53 23.20 90.92 4.29 13.61 43.54
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 43
Tabel 2
Years Bulan Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg
2005-2011 Jan 31.20 27.21 23.03 94.84 80.21 55.34 21.65 3.69
Feb 32.02 27.72 23.10 94.16 78.06 51.18 21.51 3.43
Mar 32.50 28.02 23.38 94.56 77.97 50.31 24.44 3.79
Apr 32.70 28.35 23.81 94.60 78.38 50.77 22.29 3.45
May 32.93 28.47 23.94 95.10 79.26 50.74 20.85 3.44
Jun 32.84 28.28 23.61 94.79 78.03 49.79 20.91 3.47
Jul 32.66 28.12 23.38 95.14 78.44 49.50 23.90 3.48
Aug 32.44 27.95 23.32 95.44 78.84 50.46 21.99 3.44
Sep 32.15 27.80 23.26 95.83 80.17 52.49 20.74 3.26
Oct 31.66 27.63 23.23 95.96 81.16 54.33 20.59 3.12
Nov 31.22 27.46 23.36 95.74 81.90 56.58 21.62 3.21
Dec 30.72 27.12 23.29 95.44 82.21 58.76 20.85 3.36
Average 32.09 27.84 23.39 95.13 79.55 52.52 21.78 3.43
Tabel 3
Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Periods Months Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
4.4.2 Jambi
Sultan Taha Airport (altitude 25 m)
Tabel 4
Years Month Tmean ( C)
o
Tmax ( C)
o
Tmin ( C)
o
RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
44 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.4.3 Padang
4.4.4 Palembang
Sultan Mahmud Airport (altitude 10 m)
Tabel 6
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
1973-2009 Jan 26.47 30.23 23.25 93.44 5.85 12.88 62.23
Feb 26.87 31.00 23.29 93.06 5.14 12.02 55.89
Mar 26.22 30.28 22.62 90.30 4.43 10.97 51.86
Apr 27.48 31.57 23.69 92.97 3.76 10.48 59.21
May 26.97 31.79 23.27 89.73 3.97 10.49 18.38
Jun 27.56 31.61 23.52 91.71 4.42 11.04 48.87
Jul 27.15 31.45 23.03 90.92 5.14 12.00 22.88
Aug 27.43 31.86 22.97 89.15 5.98 12.74 15.52
Sep 27.36 32.10 23.02 89.13 5.73 12.73 14.45
Oct 27.45 32.03 23.17 90.30 4.57 11.46 29.80
Nov 27.09 31.48 23.35 92.44 4.03 10.68 55.50
Dec 26.73 30.55 23.31 93.27 5.00 11.84 48.65
Average 27.07 31.33 23.21 91.37 4.84 11.61 40.27
Tabel 7
Years Months Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max (%) RH Avg (%) RH Min (%) Wind Max Win Avg
(oC) (oC) (oC) (km/h) (km/h)
2005-2011 Jan 30.65 26.85 22.87 96.11 80.94 59.34 16.98 4.89
Feb 31.26 27.21 22.96 95.81 80.03 56.36 19.93 4.68
Mar 31.71 27.39 22.86 96.01 79.58 56.45 16.13 3.69
Apr 32.11 27.78 23.18 95.91 78.92 54.96 15.85 2.99
May 32.45 28.13 23.62 95.41 77.23 53.68 15.16 3.47
Jun 31.88 27.67 23.21 95.75 77.10 53.32 15.81 4.07
Jul 31.86 27.49 22.78 94.76 75.45 51.16 19.86 5.19
Aug 32.43 27.60 22.55 94.04 72.49 45.97 19.14 5.88
Sep 32.85 28.00 22.93 93.20 71.05 45.22 17.13 5.40
Oct 32.63 27.94 23.04 94.32 74.91 48.62 17.19 4.04
Nov 31.76 27.60 23.17 96.00 78.61 54.87 14.54 2.98
Dec 31.04 27.21 23.20 95.90 80.45 59.50 17.35 4.12
Average 31.89 27.57 23.03 95.27 77.23 53.29 17.09 4.28
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 45
Tabel 8
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
4.4.5 Bengkulu
4.4.6 Kerinci
46 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.5 PULAU JAWA
Daerah Jawa untuk kota tepi pantai seperti Jakarta, Semarang, Surabaya adalah tipikal daerah tropis
panas. Sedangkan untuk lebih rendah karena lokasi lebih tinggi adalah Madiun, Kalijati, daln lebih
rendah lagi Bandung dan Malang. Hujan di Jawa cukup tinggi. Beberapa daerah merupakan kota hujan
seperti Bogor dan Malang. Topografi lokasi tertera pada Gambar berikut:
Hasil rata-rata statistik menunjukkan bahwa kota daerah pantai seperti Jakarta, Semarang, Surabaya
memiliki temperatur yang lebih tinggi dari daerah pegunungan seperti Bandung dan Malang sebagai
berikut:
City Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave (m/s) Wind_max (m/s) Rain (mm)
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 47
4.5.1 Jakarta
Kemayoran / North Jakarta (altitude 5 m)
Tabel 11
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(m/s) (m/s)
2001-2005 Jan 27.72 29.10 25.92 79.36 1.41 349.02
Feb 26.46 28.78 24.90 77.72 1.43 434.32
Mar 27.88 29.58 26.14 78.52 1.33 236.22
Apr 28.14 29.78 26.92 76.66 1.16 144.54
May 28.52 29.56 26.60 75.00 1.24 83.62
Jun 27.92 29.26 26.20 72.74 1.15 67.18
Jul 27.88 28.96 26.50 73.46 1.17 71.98
Agt 27.90 29.04 26.34 71.84 1.20 29.54
Sep 28.28 29.66 27.04 69.14 1.30 22.62
Oct 28.26 29.54 26.80 72.90 1.27 112.02
Nov 27.74 29.80 26.04 75.52 1.26 111.60
Dec 27.72 29.24 25.58 76.68 1.35 204.18
Average 27.87 29.36 26.25 74.96 1.27 155.57
Tabel 12
Years Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg
2005-2011 Jan 30.60 27.25 23.58 94.83 80.63 58.24 25.81 9.67
Feb 30.48 27.20 23.62 96.68 82.40 56.43 26.01 8.01
Mar 31.46 27.76 23.84 95.07 80.39 55.28 27.52 9.13
Apr 32.13 28.16 24.05 95.36 79.22 54.71 24.49 7.52
May 32.10 28.09 23.94 96.15 79.39 52.27 23.68 6.89
Jun 31.74 27.71 23.55 96.06 79.38 50.87 22.60 6.79
Jul 31.64 27.45 23.12 96.07 77.98 49.41 24.90 6.94
Aug 31.81 27.54 23.00 94.91 76.09 49.35 23.09 7.24
Sep 32.44 27.96 23.22 92.94 73.22 46.31 23.55 7.45
Oct 32.78 28.30 23.64 92.37 73.23 45.74 23.60 7.69
Nov 32.23 28.18 23.96 93.18 75.86 49.31 24.43 8.16
Dec 31.32 27.71 23.97 94.36 79.83 55.06 24.35 9.53
Average 31.73 27.78 23.62 94.83 78.13 51.92 24.50 7.92
Tabel 13
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
48 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Jakarta Halim Airport (altitude 30 m)
Tabel 14
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
1986-2005 Jan 136 80 84
Feb 123 74 67
Mar 156 76 110
Apr 137 78 85
May 146 68 116
Jun 146 64 122
Jul 128 70 85
Aug 139 74 90
Sep 152 77 102
Oct 163 94 92
Nov 140 90 70
Dec 126 83 61
YEARS 1693 929 1084
4.5.2 Bandung
Tabel 16
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 49
4.5.3 Kalijati Subang
4.5.4 Semarang
Semarang climatic station (altitude 3 m)
Tabel 18
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(m/s) (m/s)
2001-2005 Jan 27.14 30.32 24.38 83.40 0.34 294.60
Feb 26.42 29.60 24.08 83.80 0.57 423.80
Mar 27.72 30.62 24.46 82.60 0.44 214.20
Apr 27.94 32.06 24.82 74.80 0.61 251.00
May 28.04 32.22 24.70 73.20 0.75 126.20
Jun 27.46 31.98 23.46 71.60 0.62 127.00
Jul 27.38 32.52 23.64 69.60 0.80 34.40
Agt 26.78 32.46 22.52 66.80 0.67 21.20
Sep 27.70 33.20 23.84 68.00 0.76 108.40
Oct 28.48 33.42 24.58 71.60 0.46 169.20
Nov 28.04 32.16 24.52 76.00 0.41 232.00
Dec 27.36 30.70 24.60 82.20 0.35 207.60
Average 27.54 31.77 24.13 75.30 0.57 184.13
Tabel 19
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
50 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.5.5 Surabaya
Tabel 20
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(m/s) (m/s)
Tabel 21
Years Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg
2005- Jan 31.58 27.95 24.66 90.84 76.77 59.31 25.23 11.54
2011
Feb 31.27 27.74 24.38 93.82 79.43 60.99 27.06 10.83
Mar 31.31 27.89 24.67 93.39 78.13 61.22 22.68 8.48
Apr 31.08 28.00 25.17 91.47 77.33 62.00 19.83 8.21
May 30.86 27.82 24.99 90.97 75.09 61.07 21.93 9.23
Jun 30.53 27.21 24.10 89.88 72.79 58.07 21.94 9.83
Jul 30.38 26.74 23.20 88.29 69.88 53.57 23.63 10.41
Aug 30.61 26.72 23.03 85.58 66.56 49.81 26.55 11.34
Sep 31.86 27.51 23.57 85.22 64.04 45.24 25.19 10.38
Oct 32.72 28.58 24.92 84.87 65.07 46.15 25.15 10.96
Nov 32.59 28.78 25.39 87.46 69.03 51.25 21.26 9.06
Dec 31.61 28.07 24.81 91.52 75.91 58.32 21.30 8.47
Average 31.37 27.75 24.41 89.44 72.50 55.58 23.48 9.90
Tabel 22
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
1986-2005 Jan 162 93 95
Feb 133 83 67
Mar 163 86 130
Apr 149 80 97
May 151 74 117
Jun 158 59 157
Jul 138 73 101
Aug 156 83 104
Sep 173 76 131
Oct 188 91 128
Nov 175 83 124
Dec 138 87 71
YEARS 1882 967 1297
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 51
4.5.6 Malang
4.5.7 Madiun
Iswahyudi Airport (Altitude 110 m)
Wind_ave Wind_max Tabel 24
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)
52 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.6 PULAU KALIMANTAN
Daerah Kalimantan merupakan daerah curah hujan cukup tinggi. Hutan dan sungai yang cukup
menyebar di pulau membuat kelembaban rrlatif tinggi. Daerah tepi pantai relatif panas, terutama
Pontianak yang dilalui garis 0 derajat katulistiwa. Topografi lokasi tertera pada Gambar berikut:
Rata-rata data iklim kota-kota di Pulau Kalimantan hampir sama sebagai berikut:
Wind_ave Wind_max
Years Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 53
Radiasi matahari cukup tinggi, seperti kota-kota lain di Indonesia:
4.6.1 Pontianak
Tabel 25
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)
Years Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg Tabel 26
2007-2011 Jan 31.57 27.39 22.94 98.47 83.03 59.53 19.10 4.09
Feb 32.06 27.62 22.96 97.85 81.19 56.67 16.89 3.79
Mar 32.28 27.81 23.08 98.10 81.85 57T.11 19.71 3.59
Apr 32.74 28.23 23.55 97.72 81.45 57.87 16.71 3.59
May 32.99 28.38 23.63 97.58 80.74 55.78 15.47 3.26
Jun 32.53 28.09 23.35 96.97 79.25 54.13 15.12 3.39
Jul 32.36 27.74 23.03 97.27 78.92 52.81 17.63 3.77
Aug 32.42 27.94 23.25 96.39 77.50 52.39 15.78 3.95
Sep 32.54 28.07 23.35 97.11 79.33 53.60 17.19 3.68
Oct 32.13 27.72 23.11 98.28 83.05 58.61 20.85 3.70
Nov 31.50 27.55 23.33 98.41 83.82 61.99 19.09 3.95
Dec 31.18 27.23 23.24 98.76 84.41 63.67 21.56 4.47
Average 32.19 27.82 23.23 97.74 81.21 57.01 17.92 3.77
54 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Tabel 27
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
4.6.2 Samarinda
4.6.3 Banjarmasin
Tabel 29
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 55
Tabel 30
Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Periods Months Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
Tabel 31
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)
4.6.4 Palangkaraya
56 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.6.5 Balikpapan
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 57
4.7 PULAU SULAWESI
Sulawesi dikelilingi pengunungan sepanjang pulau sehingga relatif basah. Topografi Sulawesi di
sampaikan pada Gambar berikut:
58 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Rata-rata temperatur dan kelembaban adalah berikut ini:
City Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
4.7.1 Manado
Tabel 36
Year Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg
2005-2011 Jan 29.82 26.49 22.77 93.40 81.51 63.49 12.47 3.91
Feb 30.02 26.46 22.52 93.37 80.78 61.97 15.91 4.78
Mar 30.64 26.72 22.63 93.45 79.62 59.73 15.36 4.26
Apr 31.00 27.05 22.81 93.37 79.33 58.48 13.72 3.91
May 31.74 27.38 22.72 93.29 77.65 55.00 13.82 4.08
Jun 31.42 27.20 22.62 92.48 76.25 54.01 15.68 5.10
Jul 31.60 27.10 22.18 89.53 70.29 48.73 19.47 7.71
Aug 32.13 27.35 22.34 85.18 66.86 45.06 21.75 9.61
Sep 32.27 27.25 21.93 89.40 69.74 46.15 15.56 6.01
Oct 32.27 27.33 22.19 91.55 73.59 49.00 14.22 4.52
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 59
Nov 31.37 27.05 22.59 93.23 79.03 56.93 13.65 3.90
Dec 30.53 26.84 22.82 93.49 80.64 61.81 12.12 3.65
Average 31.23 27.02 22.51 91.81 76.27 55.03 15.31 5.12
Tabel 38
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
4.7.2 Makassar
Sultan Hasanuddin airport location (altitude 14 m)
Tabel 39
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
2000-2011 Jan 26.10 33.90 21.60 88.00 4.86 14.36 24.24
Feb 26.10 33.60 21.60 87.00 5.24 13.68 10.93
Mar 26.00 32.80 21.70 90.00 5.08 12.65 4.17
Apr 28.10 34.40 23.80 66.00 4.90 14.52 5.91
May 27.40 34.20 21.80 84.00 4.89 13.39 3.18
Jun 26.40 33.50 17.60 81.00 4.99 12.25 0.92
Jul 26.20 34.40 17.90 77.00 5.24 12.77 0.98
Aug 26.80 35.90 17.90 67.00 5.19 15.88 0.00
Sep 27.80 35.90 19.60 65.00 3.39 21.96 2.72
Oct 28.00 36.60 21.40 78.00 4.90 20.74 1.13
60 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Nov 27.40 34.00 22.70 85.00 5.30 20.38 4.72
Dec 26.50 32.70 23.00 92.00 6.47 18.32 14.67
Average 26.90 34.33 20.88 80.00 5.04 15.91 6.13
Tabel 40
Year Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg
2005- Jan 30.39 26.97 23.33 99.79 87.27 46.26 19.73 6.29
2011
Feb 30.81 27.24 23.34 99.71 85.49 42.36 18.55 6.29
Mar 31.56 27.55 23.30 99.12 84.18 41.93 19.34 6.10
Apr 32.04 27.81 23.42 99.10 83.44 40.00 17.20 5.68
May 32.83 28.24 23.47 98.07 80.66 38.64 15.32 5.34
Jun 32.57 27.75 22.70 98.20 79.50 38.40 13.97 4.88
Jul 32.70 27.29 21.73 95.88 74.40 36.44 16.96 5.43
Aug 33.59 27.82 21.86 88.13 64.89 31.51 18.05 6.29
Sep 33.91 28.07 22.01 85.97 63.54 32.34 24.38 6.10
Oct 33.81 28.37 22.82 92.39 71.30 35.15 19.75 5.71
Nov 32.77 28.17 23.48 97.58 80.00 40.29 19.19 5.40
Dec 30.91 27.33 23.47 99.74 86.47 42.94 18.46 5.78
Average 32.32 27.72 22.91 96.14 78.43 38.85 18.41 5.77
Interpolated (altitude 0 m)
Tabel 41
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)
Tabel 42
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 61
4.7.3 Palu
Years Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
Denpasar 27.06 30.02 24.32 92.04 9.95 16.34 2.63
Bima 27.13 32.71 23.14 88.73 6.64 18.17 3.13
Kupang 27.31 32.77 22.20 86.98 8.13 17.68 4.23
Mataram 27.25 31.52 22.93 88.41 5.98 15.03 3.16
Ruteng 21.68 25.32 15.20 83.90 5.28 10.90 7.40
Radiasi total tahunan cukup tinggi untuk beberapa kota pantai sebagai berikut:
62 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.8.1 Denpasar
Bali dikelilingi pengunungan dengan kota utama Denpasar di daerah pantai yang cukup panas. Hujan masih
relatif banyak.
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 63
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal Tabel 45
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
Tabel 46
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)
64 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.8.2 Bima
Kota Bima berada di sebuah teluk dan cukup panas karena berada di daerah pantai. Namun secara
keseluruhan sepanjang pulau Sumbawa tersusun atas pegunungan yang cukup dingin. Hujan mulai sedikit
di bandingkan Bali dan Lombok.
Gambar 10 Tofografi Pulau Sumbawa dengan Kota Bima berada di dataran pantai
Tabel 47 Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 65
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal Tabel 48
Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
Tabel 49
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)
4.8.3 Kupang
Daerah Kupang relatif kering kurang hujan. Data iklim dari El Tari Airport (elevation 102 m).
Tabel 50
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
66 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Tabel 51
Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Periods Months Horizontal [kWh/m2] Horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
4.8.4 Mataram
Curah hujan masih cukup dengan adanya gunung Rinjani yang cukup tinggi di dekat Mataram Pulau
Lombok. Data iklim dari Selaparang Airport (elevation 3 m)
Tabel 53
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
2000-2009 Jan 27.39 31.48 24.04 91.02 5.21 13.44 4.95
Feb 27.23 31.44 23.58 91.47 7.28 17.77 2.58
Mar 27.06 31.51 23.22 91.68 4.64 15.07 2.18
Apr 27.14 31.94 22.77 89.54 4.22 12.85 2.02
May 27.30 31.73 22.25 86.56 6.13 15.53 3.35
Jun 26.85 31.22 21.45 86.87 5.96 16.28 1.98
Jul 26.28 30.45 21.17 83.19 7.04 15.70 0.00
Aug 26.47 30.81 21.46 85.11 7.79 15.68 1.29
Sep 27.50 31.87 22.85 84.97 7.78 15.45 1.57
Oct 28.11 32.55 23.93 89.03 6.00 15.59 4.12
Nov 27.60 31.70 23.84 91.97 4.35 13.23 11.78
Dec 28.11 31.51 24.65 89.52 5.35 13.74 2.05
Average 27.25 31.52 22.93 88.41 5.98 15.03 3.16
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 67
4.8.5 Ruteng
Ruteng merupakan kota pengunungan di Kab Manggrai barat Pulau Flores. Udara cukup dingin. Namun
curah hujan sedikit.
Gambar 11 Tofografi Pulau Flores dengan Kota Ruteng di pegunungan Manggarai Barat
Tabel 54
Wind_ave Wind_max
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)
68 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
4.9 MALUKU DAN PAPUA
Daerah Maluku dan Papua termasuk daerah yang tidak seperti Nusa Tenggara Timur, daerah Papua dan
Maluku relatif lebih mendapatkan hujan. Rata-rata temperatur untuk dua buah kota utama, yakni Ambon
dan Jayapura adalah hampir sama sebagai berikut:
Wind_ave Wind_max
Years Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% (km/h) (km/h) Rain (mm)
4.9.1 Ambon
Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak pulau Ambon di kelilinggi oleh
laut. Oleh karena itu iklim di sini sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim
musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh
musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung
dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi ke
musim Timur dan musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober disusul oleh masa
pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat. Curah hujan cukup.
Tabel 55a
Years Month Tmean (oC) Tmax (oC) Tmin (oC) RH% Wind_ave Wind_max Rain (mm)
(km/h) (km/h)
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 69
Monthly Rainfalls and Rainy Day in Ambon City
2001-2005
Tabel 55b
Month 2001 2002 2003 2004 2005
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Rainfalls Rainy Rainfalls Rainy Rainfalls Rainy Rainfalls Rainy Rainfalls Rainy
(Mm) Days (Mm) Days (Mm) Days (Mm) Days (Mm Days
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Total 3.674 208 1.583 166 1.773 169 1.841 177 2853.5 231
Tabel 56
Years Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg
2005- Jan 31.17 27.43 23.75 91.95 76.25 58.01 14.35 6.43
2011
Feb 31.19 27.31 23.56 91.34 76.14 58.30 18.58 6.55
Mar 31.23 27.49 23.73 90.76 75.48 57.61 16.35 6.84
Apr 30.51 27.18 23.82 92.15 79.14 63.56 15.28 6.31
May 29.28 26.57 23.76 92.85 82.71 70.30 14.84 6.72
Jun 28.27 25.86 23.44 93.86 84.56 72.92 16.07 7.29
Jul 27.53 25.35 23.22 92.44 82.99 72.67 16.69 8.16
Aug 27.55 25.14 22.82 92.29 81.66 68.74 15.27 7.50
Sep 28.32 25.64 22.95 93.98 82.94 69.97 14.11 6.77
Oct 29.83 26.65 23.35 93.32 80.35 64.64 13.97 6.54
Nov 30.73 27.35 23.85 91.37 78.30 62.19 16.54 7.29
Dec 31.01 27.43 23.77 92.41 78.19 60.45 15.65 6.54
Average 29.72 26.62 23.50 92.39 79.89 64.95 15.64 6.91
Tabel 57
Periods Months Global Radiation Diffuse Radiation Direct Normal
Horizontal [kWh/m2] horizontal [kWh/m2] Radiation [kWh/m2]
70 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Tabel 58 Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)
4.9.2 Jayapura
Pulau Papua dikelilingi pengunungan dengan iklim tipikal seperti Maluku. Cukup hujan.
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 71
Gambar 13 Tofografi local setempat Pulau Papua
Data yang disampaikan di sini adalah data kota utama Sentani Airport (elevation 99 m).
72 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Tabel 60 Years Month Temp Max Temp Avrg Temp Min RH Max RH Avg RH Min Wind Max Win Avg
2008- Jan 31.84 27.30 23.35 92.98 78.48 58.85 29.48 9.27
2011
Feb 31.56 27.21 23.32 94.43 80.45 59.80 26.07 6.54
Mar 31.60 27.38 23.47 93.43 79.59 59.35 23.83 6.94
Apr 31.69 27.47 23.52 93.89 80.80 61.22 22.15 5.18
May 31.65 27.52 23.67 94.29 81.11 61.61 19.82 4.56
Jun 31.22 27.03 23.10 94.98 82.12 62.53 18.43 3.99
Jul 31.10 27.02 23.04 93.47 79.53 60.83 18.94 4.81
Aug 31.51 26.98 22.98 93.33 78.73 58.70 20.13 5.38
Sep 31.94 27.46 23.16 92.88 77.38 56.79 24.13 5.58
Oct 32.19 27.56 23.27 92.88 77.73 57.02 18.30 4.48
Nov 32.44 27.81 23.58 92.34 78.66 58.06 18.31 4.11
Dec 31.90 27.88 24.19 91.94 78.84 60.60 21.43 6.17
Average 31.72 27.38 23.39 93.40 79.45 59.61 21.75 5.58
Tabel 62
Periods Months Air Temp (oC) Wind speed (m/s)
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 73
4.10 Referensi Data Iklim
1. Data-data cuaca yang diperoleh dari sejumlah stasiun cuaca BMKG di Indonesia
2. www.wunderground.com
3. www.meteoronome.com
4. http://www7.ncdc.noaa.gov/CDO/cdodata.cmd
5. https://docs.google.com/present/view?id=dgnjdcv4_1046fp9k6qc6
6. http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_iklim_K%C3%B6ppen
8. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/32/World_Koppen_Map.
png/800px-World_Koppen_Map.png
9. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera
10. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Java_Topography.
png&filetimestamp=20070830184506
11. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/28/Borneo_Topography.png
12. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/3/3c/Peta_Sulawesi.jpg
13. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Bali_Labeled.
png&filetimestamp=20061013085256
14. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/18/Sumbawa_Topography.png
15. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Flores_Topography.png
16. http://ambon.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4&Itemid=10
17. http://www.papua.go.id/view-detail-peta-14/iklim-daerah-pertanian.html
18. http://www.papua.go.id/view-detail-peta-21/topografi.html
19. http://kadarsah.wordpress.com/2007/11/30/mengenal-iklim-indonesia/
20. https://docs.google.com/present/view?id=dgnjdcv4_1084fdpr4wd3
74 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
5. References
a. Groth, Agas; Energy Efficiency Building m. Energy Efficient Elevators And Escalators;
Design Guidelines for Botswana. Danish Energy Inteligent Energy Europe. 2010.
Management A/S and the Government of
Botswana. Botswana, 2007. n. Gevorkian, P. ; Alternative Energy Systems in
Building Design; McGraw-Hill Co. USA, 2010
b. ASHRAE; Handbook - Fundamentals. USA,
2009. o. Gevorkian, P.; 2006; Sustainable Energy Systems
in Architectural Design - A Blueprint for Green B
c. ASHRAE; ASHRAE Standard 90.1; USA. uilding; McGraw-Hill. USA, 2006.
d. ASHRAE; ASHRAE Journal. USA, August, 2004; p. Hawaii Commercial Building Guidelines for
Energy Efficiency. USA 2004.
e. ASHRAE; ASHRAE Guideline 0 - The
Commissioning Process; USA, 2005. q. Holtz , Michael J, A.I.A. ; Passive Solar Handbook
Volume I – Introduction to Passive Solar Concepts,
f. Birkeland, J. ; Design for Sustainability - A United States Air Force. USA, 1980.
Sourcebook of Integrated Ecological Solutions;
Earthscan. UK, 2002. r. IESNA; IESNA Lighting Handbook 9th edition;
IESNA. USA.
g. Burke, Bill and Keller, Marian; Fundamentals of
Integrated Design for Sustainable Building; John s. International Energy Agency: Task 23 Integrated
Willey and Sons, Inc. USA, 2009. Design Process. Germany, 2003.
h. Carlsen, Robert D. and McHugh, James F; t. International Energy Agency: Energy Efficiency
Handbook of Construction Operation Forms and Requirements In Building Codes, Energy
Formats; Prentice Hall, Inc. USA,1978. Efficiency Policies For New Buildings, OECD/IEA.
France, 2008.
i. Danish Energy Management A/S; Passive Solar
Design Guidelines. UNDP, 2010. u. Jayamaha, Lal Dr. ; Energy-Efficient Building
Systems: Green Strategies for Operation and
j. DIN EN 16001: EMS in Practice, Federal Ministry Maintenance; McGraw-Hill Professional. New
for the Environment, Nature Conservation and York, USA, 2007.
Nuclear Safety. Germany, 2010.
v. Kotz, Philip; Clean System Approach to
k. Doty, Steve; PE, CEM; Commercial Energy Air Conditioning Heating, Piping and Air
Auditing Reference Handbook. 2009. Conditioning Journal.
l. Endro, Herman; Lighting System – Training w. Liska, Roger W. and Morrison Liska, Judith;
for Energy Auditor; EINCOPS-Danida, Jakarta. Building Maintenance – Forms, Checklists and
Indonesia, 2011. Procedures; Prentice Hall. USA, 2001.
Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan 75
x. Low, Kenny; United World College South East Agency) 6389:2011 :Konservasi Energi Selubung
Asia (East Campus) - A High Performance Building Bangunan Pada Bangunan Gedung.
Case Study; Presentation. Singapore; 2012.
nn. Statistics book of Electricity and Energy
y. Mariager, Kirsten; Duct and Piping Guideline; Number 22 – 2011.
Danida. Vietnam, 2011.
oo. Sulistiyanto, Totok; 2009; Overview of EE and
z. Mariager, Kirsten; Energy Management Green Programs in Indonesia; APEC Expert Group
Handbook for Key Energy Buildings in Vietnam, on Energy Efficiency & Conservation Meeting No.
Danida. Vietnam, 2012. 34. Taipei, China, 2009.
aa. Mendler ,Sandra; Odell, William and Lazarus, pp. Sulistiyanto, Totok; Capacity Development
Mary Ann; 2006; The HOK Guidebook to Plan for Energy Efficiency and Conservation in
Sustainable Design; Second Edition; John Willey & Buildings, Green Buildings and Green Growth:
Sons, Inc.. USA, 2006. The Enabling Role of Standards and Trade, 37th
Meeting of the APEC Expert Group on Energy
bb. Nasir, Rana Yusuf Ir., Proper Testing & Efficiency and Conservation (EGEE&C 37) &
Commissioning Presentation. Indonesia, 2012. Associated Meetings”. Washington DC., USA,
2012.
cc. Nasir, Rana Yusuf and Sulistiyanto, Totok;
Achieving High Performance Building Through qq. Tetlow, Karin; New Elevator Technology: The
Green Building Rating Tools in Indonesia; Green Machine Room-Less Elevator.
Buildings and Green Growth - The Enabling Role
of Standards and Trade. USA. 2011 rr. Wordsworth, P. ; Lee’s Building Maintenance
Management - 4th Edition; Blackwell Science.
dd. Osso, Annetto and all; Sustainable - Building Australia, 2011.
Technical Manual – Green Building Design,
Construction, and Operations; Produced by
Public Technology Inc. US Green Building Council.
USA, 1996.
76 Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia 3 - Studi Kasus dan Informasi Tambahan
Energy Efficiency and Conservation
Clearing House Indonesia