Anda di halaman 1dari 91

ANALISIS INTENSITAS KONSUMSI ENERGI PADA RUANG SORTASI

DAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA MESIN


PENGOLAHAN KOPI (STUDI KASUS DI PDP KAHYANGAN KEBUN
SUMBERWADUNG)

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)

oleh

Diana Ifan Kaputri


NIM H41181975

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
ANALISIS INTENSITAS KONSUMSI ENERGI PADA RUANG SORTASI
DAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA MESIN
PENGOLAHAN KOPI (STUDI KASUS DI PDP KAHYANGAN KEBUN
SUMBERWADUNG)

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi D-IV Teknik Energi Terbarukan

Jurusan Teknik

Oleh :

DIANA IFAN KAPUTRI

H41181975

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN

JURUSAN TEKNIK

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2022

i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS INTENSITAS KONSUMSI ENERGI PADA RUANG SORTASI


DAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA MESIN
PENGOLAHAN KOPI (STUDI KASUS DI PDP KAHYANGAN KEBUN
SUMBERWADUNG)

DIANA IFAN KAPUTRI


(NIM H41181975)

Telah Melaksanakan Praktek Kerja Lapang dan dinyatakan Lulus

Pada tanggal :

Tim Penilai

Penguji I (Pembimbing PKL) Penguji II (Pembimbing Lapang)

Dafit Ari Prasetyo, S.T., M.T. Imam Bushairi


NIP.199004272019031014

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik

Mochammad Nuruddin, S.T, M.Si


NIP. 1976111112001121001

i
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berjudul
“Analisis Intensitas Konsumsi Energi Pada Ruang Sortasi Dan Optimalisasi
Penggunaan Energi Listrik Pada Mesin Pengolahan Kopi (Studi Kasus Di Pdp
Kahyangan Kebun Sumberwadung)” dapat diselesaikan dengan baik. Laporan
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh
pendidikan D4 Program Studi Teknik Energi Terbarukan di Politeknik Negeri
Jember. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya disampaikan kepada :

1. Orangtua dan kakak tercinta yang telah menjadi motivator utama


saya.
2. Bapak Saiful Anwar, S.TP., M.P. Direktur Politeknik Negeri Jember.
3. Bapak Mochammad Nuruddin, S.T., M.Si selaku Ketua Jurusan
Teknik Politeknik Negeri Jember.
4. Bapak Yuli Hananto, S.Tp., M.Si selaku Ketua Program Studi Teknik
Energi Terbarukan.
5. Bapak Dafit Ari Prasetyo S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing PKL.

6. Bapak Ahmad Fahriannur S.T, M.T. selaku Koordinator Praktek Kerja


Lapang (PKL) an Dosen Penguji 1.

7. Ibu Zeni Ulma S.ST., M.Eng. selaku Dosen Penguji 2.


8. Bapak Anang selaku Administratur dan Bapak Babun selaku Kepala
Kantor
9. Bapak Imam selaku Pembimbing Lapang yang telah membimbing
dalam proses pelaksanaan PKL selama 4 bulan ini.
10. Bapak Khaliq selaku orang yang merawat dan menjaga kami selama
di mess.
11. Bapak Ilyas, Hari, dan Saiful selaku keamanan di mess.
12. Seluruh Mandor dan Teknisi yang ada di PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung.
13. Teman-teman PKL di PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung.

ii
14. Rekan-rekanku dan semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan maupun penulisan laporan ini.

Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini masih banyak terdapat


kekurangan, untuk ini adanya saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan. Akhir kata semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.

Jember, 31 Desember 2021

Penulis

iii
RINGKASAN

Analisis Intensitas Konsumsi Energi Pada Ruang Sortasi Dan Optimalisasi


Penggunaan Energi Listrik Pada Mesin Pengolahan Kopi (Studi Kasus Di
Pdp Kahyangan Kebun Sumberwadung), Diana Ifan Kaputri, NIM
H41181975, Tahun 2021, 91 halaman, Jurusan Teknik, Program Studi Teknik
Energi Terbarukan, Politeknik Negeri Jember, Dafit Ari Prasetyo, S.T., M.T.
(Dosen Pembimbing) dan Imam Bushairi (Pembimbing Lapang)

Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Kahyangan Kebun Sumberwadung


merupakan Perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berada di
Kabupaten Jember. Komoditi yang dihasilkan berupa kopi dan karet. Di PDP
Kahyangan Kebun Sumberwadung terdapat mesin-mesin yang dapat dipelajari
dalam hal kelistrikan yang berhubungan dengan salah satu mata kuliah Teknik
Energi Terbarukan. Energi sangatlah penting didunia industri, khususnya dalam
penggunaan energi listrik. Dalam hal ini dapat dilihat dari semua peralatan
produksi di PDP Kahyangan seperti sistem pencahayaan/ lampu, air, alat produksi,
dan lainnya menggunakan energi listrik.
Industri perlu melakukan konservasi energi untuk mengetahui konsumsi
energi yang digunakan. Konservasi energi yang dapat dilakukan melalui audit
energi, yakni metode untuk menghitung konsumsi energi yang digunakan suatu
gedung atau bangunan sudah sesuai dengan standar baku yang ada, jika melebihi
dari batas konsumsi energi maka akan dilakukan penghematan energi sebagai
solusinya. Audit energi yang dilakukan pada sistem pencahayaan dan kebutuhan
listrik mesin pengolahan kopi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui taraf
pencahayaan pada setiap titik lampu di ruang sortasi, temperatur warna lampu di
ruang sortasi, Intensitas Konsumsi Energi (IKE) di ruang sortasi, dan konsumsi
energi listrik pada mesin-mesin pengolahan kopi. Praktek Kerja Lapng (PKL)
dilaksanakan pada tanggal 1 September-31 Desember 2021 di PDP Kahyangan
Kebun Sumberwadung Desa Harjomulyuo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai taraf pencahayaan semua titik lampu pada
ruang sortasi kopi masih belum sesuai SNI 6197-2011, temperatur warna lampu
pada ruang sortasi kopi jenis cool daylight sudah sesuai SNI 6197-2011, dan nilai

iv
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pada gedung sortasi sudah memenuhi Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.13 Tahun 2012
yaitu sebesar 0,295 kWh/bulan sudah dikatakan sangat efisien. Namun hasil
pengukuran tingkat pencahayaan pada gedung sortasi tidak memenuhi SNI 6127-
2011 sebesar 1000 lux. Konsumsi energi listrik pada mesin pengolahan kopi
17.301,41 kWh dengan biaya tagihan listrik sebesar Rp. 24.926.13 sehingga perlu
dilakukan penghematan energi agar pembayaran tagihan listrik semakin kecil.

v
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

PRAKATA .............................................................................................................. ii

RINGKASAN ........................................................................................................ iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................................x

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1

1.2 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................2

1.2.1 Tujuan Umum PKL ............................................................................2

1.2.2 Tujuan Khusus PKL ...........................................................................3

1.3 Manfaat PKL .............................................................................................3

1.4 Lokasi dan Waktu ......................................................................................4

1.4.1 Lokasi .................................................................................................4

1.4.2 Waktu .................................................................................................4

1.5 Metode Pelaksanaan ..................................................................................5

BAB 2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN .......................................................6

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan .......................................................................6

2.2 Indentitas Perusahaan ................................................................................7

2.3 Visi, Misi, Motto dan Nilai Perusahaan ....................................................7

2.3.1 Visi Perusahaan ..................................................................................7

2.3.2 Misi Perusahaan .................................................................................7

2.3.3 Motto Perusahaan ...............................................................................8

2.3.4 Nilai Perusahaan.................................................................................8

2.3.5 Struktur Organisasi ............................................................................8

vi
2.4 Kondisi Lingkungan ..................................................................................8

2.4.1 Lingkungan Fisik ...............................................................................9

2.4.2 Lingkungan Non Fisik .....................................................................11

BAB 3. KEGIATAN UMUM LOKASI PKL ........................................................12

3.1 Pengenalan Perusahaan ...........................................................................12

3.2 Pengamatan Pompa Air ...........................................................................12

3.3 Pengamatan Mesin Diesel Genset ...........................................................13

3.4 Pengamatan Motor Listrik AC 3 Phase...................................................14

3.5 Pengolahan Kopi .....................................................................................15

3.5.1 Pengumpulan Kopi di Bak Gelondong ............................................18

3.5.2 Menaikkan Kopi Menggunakan Elevator ........................................18

3.5.3 Pemecah Biji Kulit Kopi di Vispulper .............................................19

3.5.4 Pemecah Biji Kulit Kopi di Knesyer ................................................20

3.5.5 Pencucian Kopi oleh Raungwasher .................................................20

3.5.7 Pengeringan Kopi .............................................................................21

3.5.8 Pemisahan Kulit Ari Menggunakan Huler .......................................24

3.5.9 Pemilahan Ukuran Kopi Menggunakan Mesin Sortasi/Grader .......24

3.5.10 Sortasi Mutu Kopi ............................................................................25

3.5.11 Limbah Kulit Kopi ...........................................................................26

3.6 Kegiatan Pengolahan Karet .....................................................................27

3.6.1 Sadap ................................................................................................28

3.6.2 Pengumpulan hasil sadapan .............................................................28

3.6.3 Kegiatan Pengolahan Karet Sheet ....................................................29

3.6.3.1 Kegiatan Penerimaan Lateks di Pabrik.........................................29

3.6.3.2 Kegiatan Pengenceran dan Pembekuan Lateks ............................30

3.6.3.3 Kegiatan Penggilingan .................................................................31

vii
3.6.3.4 Kegiatan Penirisan Lembaran Sheet .............................................32

3.6.3.5 Kegiatan Pengasapan Lembar Sheet .............................................33

3.6.3.6 Kegiatan Sortasi ...........................................................................34

3.6.3.7 Kegiatan Pengepresan ..................................................................35

3.6.3.8 Kegiatan Pengemasan dan Pelaburan ...........................................36

3.6.4 Kegiatan Pengolahan Karet Brown Crepe .......................................37

3.6.4.1 Proses Penerimaan Lump ..............................................................37

3.6.4.2 Proses penghancuran Lump ..........................................................37

3.6.4.3 Proses penyambungan Lump ........................................................38

3.6.4.4 Proses Penghalusan Lump ............................................................39

3.6.4.5 Proses Pengeringan .......................................................................39

3.6.4.6 Sortasi ...........................................................................................40

3.6.4.7 Proses Pengepresan ......................................................................40

BAB 4. Kegiatan Khusus PKL Analisis Intensitas Konsumsi Energi Pada Ruang
Sortasi Dan Optimalisasi Penggunaan Energi Listrik Pada Mesin Pengolahan Kopi
(Studi Kasus Di PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung) ...................................42

4.1 Tahapan Pelaksanaan Audit Energi .........................................................42

4.2 Studi Literatur ..........................................................................................43

4.2.1 Energi Listrik ...................................................................................43

4.2.2 Konservasi Energi ............................................................................43

4.2.3 Audit Energi .....................................................................................44

4.2.4 Motor Induksi 3 Fasa .......................................................................44

4.3 Persiapan Alat dan Bahan........................................................................47

4.4 Observasi Data PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung .......................47

4.5 Audit Energi Sistem Pencahayaan dan Mesin Pengolahan Kopi ............48

4.5.1 Konsumsi Energi Sistem Pencahayaan dan Mesin Pengolahan Kopi


48

viii
4.5.2 Denah Lokasi Sitem Pencahayaan ...................................................49

4.5.3 Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi Dan Konsumsi Energi Pada


Mesin Pengolahan Kopi ..................................................................................50

4.5.3.1 Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi .....................................50

4.5.3.2 Perhitungan Konsumsi Energi Pada Mesin-Mesin Pengolahan


Kopi 53

4.5.3.3 Solusi Penghematan Sistem Pencahayaan dan Mesin Pengolahan


Kopi 58

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................61

5.1 Kesimpulan ..............................................................................................61

5.2 Saran ........................................................................................................61

LAMPIRAN ...........................................................................................................64

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai PKL dari Perusahaan ............................64

Lampiran 2. Rangkuman Kegiatan Harian PKL (Logbook kegiatan) ................65

Lampiran 3. Lembar Penilaian Pembimbing PKL .............................................69

Lampiran 4. Data Pendukung Yang Diperlukan Sesuai Kebutuhan Kompetensi


Prodi ...................................................................................................................70

Lampiran 5. Foto/Dokumentasi Rangkaian Kegiatan selama PKL....................73

Lampiran 6. Denah Lokasi PKL.........................................................................75

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jadwal PDP Kahyangn Kebun Sumberwadung .......................................4


Tabel 2.1 Tanaman Pokok Kebun Sumberwadung ................................................10
Tabel 2.2 Tanaman Sengon dan Lada Kebun Sumberwadung ..............................10
Tabel 3.1 Pengaturan Suhu pada Masondryer........................................................23
Tabel 4.1 SNI 6197-2000 Pencahayaan Ruangan ..................................................50
Tabel 4.2 Data Pengukuran Taraf pencahayaan Lampu ........................................51
Tabel 4.3 IKE Bangunan Gedung Tidak ber-AC ...................................................53
Tabel 4.4 Data Tegangan pada Mesin Pengolahan Kopi .......................................53
Tabel 4.5 Data Arus pada Mesin Pengolahan Kopi ...............................................53
Tabel 4.6 Perhitungan Konsumsi Energi Hari ke-1 pada Mesin Pengolahan Kopi
................................................................................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.7 Perhitungan Konsumsi Energi Hari ke-2 pada Mesin Pengolahan Kopi
................................................................................................................................55
Tabel 4.8 Perhitungan Konsumsi Energi Hari ke-3 pada Mesin Pengolahan Kopi
................................................................................................................................56

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan ......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.1 Pompa Air untuk Pabrik PDP Kahyangan .........................................13
Gambar 3.2 Generator set ......................................................................................14
Gambar 3.3 Motor Listrik AC 3 Phase ..................................................................15
Gambar 3.4 Biji Kopi Gelondong PDP Kahyangan ..............................................16
Gambar 3.5 Diagram Alir Pengolahan Kopi .......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.6 Bak Penampung Biji Kopi..................................................................18
Gambar 3.7 Elevator ..............................................................................................19
Gambar 3.8 Vispulper ............................................................................................20
Gambar 3.9 Kneyser...............................................................................................20
Gambar 3.10 Raungwasher ....................................................................................21
Gambar 3.11 Bak Fermentasi.................................................................................21
Gambar 3.12 Tungku Pembakaran dan Vis Dryer . Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.13 Tungku Pembakaran dan Masondryer ........... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 3.14 Blower ..............................................................................................23
Gambar 3.15 Masondryer ......................................................................................24
Gambar 3.16 Huler (Pemisah Kulit Ari Kopi) .......................................................24
Gambar 3.17 Mesin Garbus ...................................................................................25
Gambar 3.18 Mutu Kopi 1,2, dan 3 ....................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.19 Limbah Kulit Luar dan Kulit Ari ..... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.20 Diagram Alir Pengolahan Karet .......................................................27
Gambar 3.21 Pengumpulan Lateks di Anglot ........................................................29
Gambar 3.22 Tempat Penimbangan Lateks di Pabrik ............................................30
Gambar 3.23 Jeding (Bak Koagulasi) ....................................................................31
Gambar 3.24 Alat Penggiling Sheet .......................................................................32
Gambar 3.25 Lori dan Glantang untuk Tempat Penirisan Lembar Sheet ..............33
Gambar 3.26 Proses Pengasapan di Ruang Pengasapan ........................................34
Gambar 3.27 Proses Sortasi Lembar Sheet ............................................................35

xi
Gambar 3.28 Proses Pelipatan Lembar Sheet kedalam Metal Box ................ Error!
Bookmark not defined.
Gambar 3.29 Proses Pengepresan Lembaran Sheet ...............................................36
Gambar 3.30 Hasil Lembaran Sheet yang Sudah Melalui Proses Pengepresan dan
Pelaburan ................................................................................................................36
Gambar 3.31 Mesin Penghancur Lump ..................................................................38
Gambar 3.32 Mesin Crepe Mangel (Penyambung) ...............................................38
Gambar 3.33 Mesin Crepe Mangel (Penghalus) ....................................................39
Gambar 3.34 Proses Pengeringan Brown Crepe ....................................................40
Gambar 3.35 Proses Sortasi Brown Crepe ............................................................40
Gambar 3.36 Proses Pelipatan Lembaran Brown Crepe ........................................41
Gambar 3.37 Proses Penimbangan Lembaran Brown Crepe ................................41
Gambar 3.38 Proses Pengepresan Lembaran Brown Crepe...................................41
Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian .....................................................................42
Gambar 4.2 Kontruksi Motor AC 3 fasa ................................................................45
Gambar 4.3 Instalasi Lampu di Ruang Sortasi ......................................................49
Gambar 4.4 Jenis Lampu yang Digunakan di Ruang Sortasi.................................52

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai PKL dari Perusahaan .................................64
Lampiran 2 Rangkuman Kegiatan Harian PKL (Logbook kegiatan) ....................65
Lampiran 3 Lembar Penilaian Pembimbing PKL ..................................................69
Lampiran 4 Data Pendukung Yang Diperlukan Sesuai Kebutuhan Kompetensi
Prodi .......................................................................................................................70
Lampiran 5 Foto/Dokumentasi Rangkaian Kegiatan selama PKL ........................73
Lampiran 6 Denah Lokasi PKL .............................................................................75

xiii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Politeknik Negeri Jember merupakan perguruan tinggi negeri vokasi, yaitu
pendidikan yang mengarah pada penguasaan keahlian tertentu meliputi program
studi diploma (diploma 3 dan diploma 4). Sistem pendidikan yang digunakan
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa yang memiliki ilmu
pengetahuan dan keterampilan dasar yang kuat, sehingga dapat mengembangkan
diri dalam menghadapi perubahan lingkungan. Demi tercapainya tujuan itu, Polije
mengadakan kegiatan akademik Praktik Kerja Lapang (PKL) agar pendidikan
akademik dapat direalisasikan secara berkualitas dan relevan dengan kebutuhan
industri. Pelaksanaan PKL adalah suatu kegiatan yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa siap untuk memasuki dunia kerja.
Teknik energi terbarukan merupakan prodi yang mempelajari energi
terbarukan yang berasal dari bahan bakar nabati (biofuel), biomassa, biogas,
surya, angin. Salah satu tempat yang dapat dijadikan PKL adalah PDP Kahyangan
Kebun Sumberwadung. Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Kahyangan Kebun
Sumberwadung merupakan Perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang
berada di Kabupaten Jember. Komoditi yang dihasilkan berupa kopi dan karet. Di
PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung terdapat mesin-mesin yang dapat
dipelajari dalam hal kelistrikan yang berhubungan dengan salah satu mata kuliah
Teknik Energi Terbarukan.
Energi sangatlah penting didunia industri, khususnya dalam penggunaan
energi listrik. Dalam hal ini dapat dilihat dari semua peralatan produksi di PDP
Kahyangan seperti sistem pencahayaan/ lampu, air, alat produksi, dan lainnya
menggunakan energi listrik. Menurut Peraturan Pemerintah No.70 Tahun 2009
pasal 10 ayat 1 Menyatakan bahwa perseorangan, badan usaha, dan bentuk usaha
tetap dalam kegiatan persediaan energi harus melakukan konservasi energi.
Konservasi energi adalah kegiatan dalam penggunaan energi secara efisiensi dan
rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang benar-benar diperlukan
(Sasongko, 2005). Konservasi energi yang dapat dilakukan melalui audit energi,
yakni metode untuk menghitung konsumsi energi yang digunakan suatu gedung

1
2

atau bangunan sudah sesuai dengan standar baku yang ada, jika melebihi dari
batas konsumsi energi maka akan dilakukan penghematan energi sebagai
solusinya.
Menurut penanggung jawab di Pabrik PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung, belum pernah dilakukan penelitian mengenai audit energi sistem
pencahayaan dan kebutuhan listrik pada alat-mesin pengolahan kopi, agar dapat
dilakukan peluang penghematan energi pada sistem pencahayaan dan mesin
pengolahan kopi di PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung.
Sistem pencahayaan yang baik sangat diperlukan pada proses pengolahan
kopi khususnya para pekerja. Sistem penerangan dan jenis lampu yang dipakai
akan berpengaruh terhadap kemampuan pekerja dan dapat meningkatkan
konsentrasi pekerja. Mesin pengolahan kopi sangat berpengaruh terhadap kualitas
kopi yang dihasilkan, kinerja mesin yang bagus akan berpengaruh terhadap proses
pengolahan sehingga menghasilkan kualitas kopi sesuai dengan standart pabrik.
Konsumsi energi listrik yang dibutuhkan pada mesin pengolahan kopi
menunjukkan kinerja dari mesin. Apabila kinerja mesin menurun dapat
menyebabkan konsumsi energi meningkat hal tersebut dikarenakan tegangan dan
arus yang dihasilkan oleh mesin tidak optimal sehingga kebutuhan energi listrik
meningkat.
Oleh karena itu, perlu adanya audit energi untuk mengetahui efisien atau
tidaknya konsumsi energi yang digunakan di PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung dengan menganalisa pemanfaatan dan peluang penghematan
energi khususnya penggunaan energi listrik pada sistem pencahayaan dan mesin
pengolahan kopi di pabrik.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Umum PKL


Tujuan umum kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai
berikut ini.

1. Mendapatkan pengalaman kerja serta meningkatkan pengetahuan


mengenai kegiatan industri.
3

2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan melalui praktik


kerja lapang dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di
perkuliahan ke dalam dunia industri.
3. Mampu mengamati dan menganalisis proses produksi karet secara
langsung sehingga mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi di pabrik PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung.
4. Mampu mengaitkan mengenai pengetahuan teori dan pengetahuan
praktis serta mampu mengumpulkan data mengenai suatu kajian
pokok dalam bidang keahlian mahasiswa.
5. Melatih mahasiswa dilapangan untuk bekerjasama dan bersosialisasi
dalam suatu kelompok, serta meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan mengakses berbagai informasi.

1.2.2 Tujuan Khusus PKL

Tujuan khusus kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai


berikut ini.
1. Mengetahui taraf pencahayaan pada ruang sortasi kopi sesuai SNI
6197-2011.
2. Mengetahui temperatur cahaya warna lampu pada ruang sortasi kopi
sesuai SNI 6197-2011
3. Mengetahui intensitas konsumsi energi sistem pencahayaan di sortasi
kopi.
4. Mengetahui konsumsi energi yang digunakan pada mesin pengolahan
kopi.
5. Mengetahui peluang penghematan energi yang dapat dilakukan pada
sistem pencahayaan dan mesin pengolahan kopi.

1.3 Manfaat PKL


Manfaat Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dpat menambah pengetahuan mengenai intensitas
konsumsi energi sistem pencahayaan di sortasi kopi PDP Kahyangan
4

Kebun Sumberwadung.
2. Mahasiswa terlatih untuk mengerjakan pekerjaan lapangan dan
meningkatkan keterampilan yang sesuai dengan keahlian.
3. Mahasiswa terlatih untuk berfikir kritis dan menggunakan daya
nalarnya dalam menghadapi permasalahan di industri.
4. Melatih mahasiswa dilapangan untuk bekerjasama dan bersosialisasi
dalam suatu kelompok, serta meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan mengakses berbagai informasi.

1.4 Lokasi dan Waktu


1.4.1 Lokasi
Kegiatan praktik kerja lapang dilaksanakan di Perusahaan Daerah
Perkebunan (PDP) Khayangan Kebun Sumberwadung Desa Harjomulyo
Kecamatan Silo Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.

1.4.2 Waktu
Waktu kegiatan praktek kerja lapang dilaksanakan di Perusahaan Daerah
Perkebunan (PDP) Khayangan Kebun Sumberwadung dilaksanakan pada 14
September–31 Desember 2021. Jam kerja pada kegiatan praktek kerja lapang PDP
Kahyangan Kebun Sumberwadung disajikan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jadwal PDP Kahyangn Kebun Sumberwadung

Hari Waktu Kerja


Senin 08.00 – 14.00
Selasa 10.00 – 14.00
Rabu 08.00 – 14.00
Kamis 08.00 – 14.00
Jum’at 08.00 – 11.00
Sumber : PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung (2021)
5

1.5 Metode Pelaksanaan


Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini meliputi beberapa metode adalah
sebagai berikut:

1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari buku, jurnal, dan
dokumen yang berkaitan dengan judul laporan Praktek Kerja Lapang
(PKL). Peneliti juga mempelajari spesifikasi mesin yang diamati di
PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung di tempat praktek
kerja lapang (PKL). Tujuan observasi ini untuk melihat proses
produksi dan mengamati mesin pada PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan sesi tanya jawab langsung dengan
pembimbing lapang. Diskusi mengenai kondisi mesin produksi dan
instalasi listrik dengan pembimbing lapang, mandor, maupun
karyawan di PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung.
4. Latihan Kerja
Latihan ini dilakukan di pabrik PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung dengan pemberian materi oleh pembimbing lapang,
mandor, dan juga diskusi. Selain itu pembimbing lapang juga
menjelaskan tentang setiap bagian produksi dari pengumpulan lateks
sampai pengemasan.
BAB 2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan


Riwayat perkebunan sumberwadung pada dasarnya dibagi menjadi 3
periode yaitu:

1. Periode Keemasan
Periode keemasan ini berlangsung pada saat Perkebunan Sumberwadung
dikuasai pemilik berkebangsaan Belgia. Perkebunan Sumberwadung mengalami
zaman keemasan (kebesaran) dimana Kebun Sumberwadung merupakan kebun
yang terkelola secara baik dengan seluruh area tertanami dengan 3 komoditi
andalan yaitu karet, kopi, dan kakao. Produksi pada saat itu cukup besar, dan
perkebunan Sumberwadung menjadi pusat (induk dari kebun Silosanen, Kebun
Malangsari, Kebun Kali sepanjang sekarang PTPN XII. Tetapi zaman keemasan
ini mulai terlihat merosot tajam setelah adanya peristiwa politis, yaitu Kebun
Sumberwadung diambil alih oleh masa buruh tahun 1963.

2. Periode dikuasai Panca Tunggal (Periode Ketidak Teraturan tahun 1963 –


1968)
Sebelum pecah peristiwa G.30.S/PKI masa buruh mengambil Perkebunan
Sumberwadung dan diserahkan kepada Panca Tunggal Kabupaten Jember. Dan
pada masa ini Kebun Sumberwadung dikelola secara kurang baik, sehingga
peremajaan-peremajaan tanaman tua tidak diperhatikan, dan tanaman dibiarkan
tetep tua, sehingga produksinya mulai merosot tajam, pengawasan management
tidak ada.
3. Periode dimasa PDP (Perusahaan Daerah Perkebunan ) KabupatenJember
Dengan adanya Perda No. 1 Tahun 1969 dan berdasarkan surat keputusan
Direktorat Jendral Agraria No. 144/HGU/1968 tertanggal 13 Agustus 1968
mempunyai luas 1.050,8275 Ha. Maka oleh Panca Tunggal Perkebunan
Sumberwadung diserahkan ke Pemerintah Daerah dan dijadikan Perusahaan
Daerah Perkebunan Kabupaten Dati II Jember, dan pada periode ini kebun
Sumberwadung dikelola secara profesional. Program pengeloolaan setiap tahun
direncanakan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) tahunan. Masa expirasi Hak

6
7

Guna Usaha (HGU) tahun 1968 habis diperpanjang kembali pada tanggal 9 Juni
1998. Dengan surat keputusan No. 20 HGU/BPN/1998. Serta surat Ijin Usaha
Tetap pada tanggal 11 Maret 1998. No. 67/KB/20/SK/D.J.BUN/03.98, maka
Perusahaan Daerah Perkebunan atau PDP kabupaten Jember secara bertahap harus
dikelola dengan tertib secara swadaya murni hingga sekarang.

2.2 Indentitas Perusahaan


Bentuk perusahaan adalah Perusahaan Daerah Perkebunan. Perkebunan
Sumberwadung merupakan bagian dari Direksi Perusahaan Daerah Perkebunan
Kabupaten Jember dan mempunyai kebun bagian yaitu Perkebunan Kalimrawan
dengan luas 385,263 Ha. Letak perkebunan Sumberwadung di desa Harjomulyo
Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Luas perkebunan Sumberwadung 1.050,8275
Ha terbagi menjadi 3 afdeling yaitu afdeling Wadung, afdeling Lanas, dan
afdeling Pakem Tiap afdeling terbagi menjadi blok-blok. Perkebunan
Sumberwadung berada pada ketinggian 325-425 meter diatas permukaan laut.
Jenis tanah di perkebunan sumberwadung yaitu latosol, dan berdasarkan
klasifikasi tanah Perkebunan Sumberwadung termasuk sandy loam (pasir
berlempung dengan kadar pasir cukup tinggi antara 50-60%). Berdasarkan Smiet
dan Ferguson type iklim Perkebunan Sumberwadung termasuk type C menuju D
dengan curah hujan antara 1500 mm sampai dengan 2500 mm, dengan bulan
terang rata-rata 3-4 bulan.

2.3 Visi, Misi, Motto dan Nilai Perusahaan

2.3.1 Visi Perusahaan


Menjadikan Perusahaan Perkebunan Kebanggaan Daerah

2.3.2 Misi Perusahaan


Sejalan dengan visi tersebut, maka Misi PDP Kahyangan Jember adalah
menggali potensi dan sumberdaya kebun secara profesional, efektif,
efisien, ramah lingkungan melalui kebijakan tehnis dan program.
8

2.3.3 Motto Perusahaan


Kerja Keras - Kerja Cerdas - Kerja Ikhlas.

2.3.4 Nilai Perusahaan


Kebersamaan, Integritas, Loyalitas, Kejujuran, Bijaksana, Disiplin, dan
Tanggung Jawab.

2.3.5 Struktur Organisasi


Perusahaan untuk dapat mencapai tujuannya harus memiliki struktur
organisasi yang jelas. Adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab
yang jelas dalam suatu perusahaan bertujuan agar tujuan perusahan dapat berjalan
sesuai rencana. Struktur organisasi pada PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung
dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan

2.4 Kondisi Lingkungan


Kondisi lingkungan yang ada di PDP kahyangan kebun sumberwadung
diantaranya:
9

2.4.1 Lingkungan Fisik


a. Nama Perkebunan : Sumberwadung
b. Letak Kebun
Tertinggi : 425 mtr dpl
Terendah : 275 mtr dpl
c. Alamat Pos : Desa Harjomulyo Kec.Silo, Jember – 68184
d. Kabupaten : Jember
Dengan pembagian areal sebagai berikut:
a. LUAS AREAL
a. Menurut HGU : 1.050,8275 Ha
b. SK HGU : Tanggal : 09 Juni 1998
Nomor : 20/HGU/BPN/1998
Berakhir : 30 Juni 2023
b. PEMBAGIAN AREAL
Menurut pokok seluruhnya (sebutkan tanaman pokok atau catcrop) termasuk:
a. Karet : 0.802,1600 Ha
b. Kopi : 0.222,9800 Ha
c. Coklat : -- Ha
d. Cengkeh : -- Ha
e. Kelapa : -- Ha
f. Cassianvera : -- Ha
g. Bongkoran : -- Ha
h. Hutan/tanah cadangan : -- Ha
i. Curah/kali : 0.003,6800 Ha
j. Jalan kebun : 0.007,5400 Ha
k. Emplasemen dll : 0.014,4675 Ha
Jumlah : 1.050,8275 Ha
c. AREAL TANAMAN
A. Tanaman Pokok
Tanaman pokok yang berada di PDP Kahyangan Sumberwadung meliputi:
10

Tabel 2.1 Tanaman Pokok Kebun Sumberwadung

Berhasil Blm Berhasil Peremajaan Bedengan Jumlah


Jenis
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
Karet 629,5400 95,3200 73,4600 3,8400 802,1600
Kopi 222,9800 -- -- -- 222,9800
Coklat -- -- -- -- --
Cengkeh -- -- -- -- --
Kelapa -- -- -- -- --
Cassiavera -- -- -- -- --
Jumlah 852,5200 95,3200 73,4600 3,8400 1.025,1400
Sumber: PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung (2007)

A. Tanaman Sela
Tanaman sela yang ada di PDP Kahyangan Sumberwadung meliputi, tanaman
sengon dan tanaman lada dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tanaman Sengon dan Lada Kebun Sumberwadung

Afdeling Jumlah Pohon Keterangan


Sumber Lanas 61.137
Tanaman Sengon
Sumber Wadung 44.618
Sumber Pakem 69.735
Jumlah 175.490

Afdeling Jumlah Pohon Keterangan


Sumber Lanas 1.396
Tanaman Lada
Sumber Wadung 2.054
Sumber Pakem 1.050
Jumlah 4.500
Sumber: PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung (2007)
11

2.4.2 Lingkungan Non Fisik


Kondisi lingkungan non fisik yang ada di PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung Meliputi keadaan sarana, Perburuhan dan Umum dengan rincian
sebagai berikut:
A. Keadaan Sarana
Berikut ini adalah keadaan saran yang tersedia di perusahaan:
1. Jalan besar perkebunan : Cukup baik, pemeliharaan / perbaikan selektif
2. Jalan kecil perkebunan : Cukup baik, pemeliharaan / perbaikan selektif
3. Bangunan pabrik : Cukup baik
4. Alat – alat perlengkapan : Cukup sesuai kebutuhan
5. Kendaraan : 4 buah Truck Colt Diesel cukup baik, 1
buah Jeep, 1 Taft cukup baik, 1 buah Pick
Up Hiline cukup baik, 1 buah Truck
Tangki latek tidak jalan, 1 buah sepeda
motor Honda CS. One cukup baik.
B. Perburuhan
Berikut ini adalah klasifikasi perburuhan yang ada di perusahan:
Pegawai Staf / Non Staf = 7 orang
Pegawai bulanan = 18 orang
Karyawan harian = 59 orang
Karyawan los / lepas = 525 orang
Jumlah = 609 orang
B. Umum
Adapun keadaan umum di perusahaan sebagai berikut:
1. Pendidikan : Banyaknya sekolah yang ada; 1 SDN, 1 TK, dan 1 PAUD
Tenaga pengajar: SDN 10 orang, TK 2 orang, dan PAUD 1 orang
Jumlah murid SD: 217 murid
Jumlah murid TK: 67 murid
Jumlah murid PAUD: 15 anak
2. Kesehatan : Umum : Cukup baik
KB : Aseptor KB 179 orang
BAB 3. KEGIATAN UMUM LOKASI PKL

3.1 Pengenalan Perusahaan


Pengenalan perusahaan merupakan kegiatan PKL berupa pengenalan
lokasi perusahaan, gambaran umum perusahaan, dan pengenalan kepada
karyawan PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung yang dipandu oleh bapak Imam
Bushairi selaku kabag pabrik yang bertanggung jawab dalam kegiatan proses
produksi pengolahan karet dan pengolahan kopi. Bapak Imam Bushairi juga
sebagai pembimbing lapang mahasiswa/i PKL. PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung memiliki 2 komoditas yaitu karet dan kopi.

3.2 Pengamatan Pompa Air


Kegiatan ini didampingi oleh pak ann selaku teknisi mesin di PDP
Kahyangan Kebun Sumberwadung yang menjelaskan mengenai pompa air yang
digunakan dalam produksi pengolahan kopi dan karet. Pompa air merupakan alat
yang berfungsi untuk menyuplai air dengan menggunakan mesin sebagai penyedot
dari sumber mata air ketempat lainnya. Pompa air ini memiliki penggerak utama
berupa motor listrik 3 phase. Motor 3 phase tersebut menggerakkan impeller
untuk menghisap air dari sumber air dan mendorong air menuju kran air. Air yang
dihisap akan memenuhi ruang pompa, maka akan terjadi tekanan fluida untuk
menarik air dari sumber air menuju kran-kran. Pompa air dapat dilihat dari
gambar 3.1.

12
13

Gambar 3.1 Pompa Air untuk Pabrik PDP Kahyangan

3.3 Pengamatan Mesin Diesel Genset


Pengamatan mesin diesel genset didampingi oleh pak ann selaku teknisi
mesin di PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung yang menjelaskan mengenai
cara kerja dan kegunaan dari genset atau kepanjangan dari generator set.
Generator set sendiri merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk
menghasilkan daya listrik dengan mengubah energy mekanik menjadi energi
listrik. Disebut generator set dikarenakan terdiri dari dua perangkat berbeda yaitu
engine dan generator atau dengan nama lain alternator yang digabung menjadi
satu set peralatan. Mesin engine di peralatan ini berfungsi sebagai pemutar rotor
dalam sebuah generator yang nantinya dapat menimbulkan medan magnet, mesin
engine ini memiliki bahan bakar berupa solar (mesin diesel) maupun berupa
bensin, sedangkan generator merupakan gulungan kawat tembaga yang terdiri atas
stator dan rotor yang berfungsi sebagai perangkat peralatan listrik. Genset dapat
dibedakan menurut mesin engine penggeraknya yaitu mesin engine diesel dan
mesin engine non diesel. Mesin engine diesel dapat dikenali dari jenis bahan
bakarnya berupa solar, sedangkan mesin engine non diesel dapat dikenali dari
bahan bakar bensin. Pabrik produksi karet dan kopi PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung memiliki genset dengan mesin engine diesel yaitu berbahan bakar
solar. Genset pada Pabrik PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung dapat
menghasilkan tegangan sebesar 150 kVA yang dapat memenuhi kebutuhan listrik
pabrik. Genset yang ada di Pabrik PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung dapat
dilihat pada gambar 3.2
14

Gambar 3.2 Generator set

3.4 Pengamatan Motor Listrik AC 3 Phase


Kegiatan pengamatan motor listrik AC 3 phase didampingi oleh pak ann
dan dijelaskan mengenai kegunaan motor listrik AC 3 phase dalam menggerakkan
mesin di pabrik PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung. Motor listrik AC 3
phase memiliki keunggulan berupa kemampuan daya yang tinggi, jenis rotor
lilitan, penyalaan sendiri, konstruksi yang sangat sederhana, harganya murah,
mempunyai efisiensi yang tinggi, dan tidak menggunakan sikat sehingga faktor
gesekan dapat dihindari serta perawatan yang lebih mudah. Adapun kelemahan
yang dimiliki oleh motor listrik AC 3 phase yaitu putaran motor akan turun
seiring dengan meningkatnya beban yang diberikan dan memiliki arus start yang
besar. Diperkirakan 70 % di industri menggunakan motor AC 3 phase sebagai
contoh mesin di PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung yaitu elevator, pompa,
tromelmason, blower, vispulper, knesyer, huler, mesin sortasi, mesin giling, mesin
press. Motor listrik AC 3 phase dapat dilihat pada gambar 3.3.
15

Gambar 3.3 Motor Listrik AC 3 Phase

3.5 Pengolahan Kopi


Ada empat jenis kelompok kopi yang dikenal yaitu kopi arabika, robusta,
ekselsa dan liberika. Kopi arabika dan robusta memasok sebagian besar
perdagangan kopi dunia karena kelompok kopi ini memiliki nilai ekonomis dan
diperdagangkan secara komersial. Sementara kopi ekselsa dan liberika kurang
ekonomis dan kurang komersial. Oleh karena itu, luas areal tanaman kopi robusta
Indonesia lebih besar dari luas areal tanaman arabika sehingga produksi kopi
robusta lebih banyak. Meskipun kualitas dari kopi arabika lebih memiliki cita rasa
yang tinggi dan kadar kafein rendah namun harganya yang mahal juga menjadi
pertimbangan konsumen dan kopi arabika lebih rentan terkena hama dan penyakit.
PDP Kahyangan memiliki luas areal sekitar 800 Ha tanaman kopi yang
didominasi oleh kopi jenis robusta dan terdapat pula tanaman kopi jenis ekselsa
meskipun jumlahnya tak banyak.
16

Gambar 3.4 Biji Kopi Gelonong PDP Kahyangan


Tanaman kopi membutuhkan waktu 3 tahun dari saat perkecambahan
sampai menjadi tanaman berbunga dan menghasilkan buah kopi. Semua spesies
kopi berbunga berwarna putih yang beraroma wangi. Bunga tersebut muncul pada
ketiak daun. Adapun buah kopi tersusun atas kulit buah (epicarp), daging buah
(mesocarp) dikenal dengan sebutan pulp dan kulit tanduk (mesocap). Buah yang
terbentuk akan matang dalam 7-12 bulan. Diagram alir proses pengolahan kopi
mulai awal hingga akhir dapat dilihat pada gambar 3.5.
17

Gambar 3.5 Diagram Alir Pengolahan Kopi


18

3.5.1 Pengumpulan Kopi di Bak Gelondong


Panen raya kopi di PDP Kahyangan biasanya terjadi pada sekitar bulan
Juni hingga September. Para pemanen kopi berangkat pagi untuk mulai memetik
kopi berbekal sepatu boot, pakaian yang tertutup, hingga sarung tangan menjadi
peralatan yang wajib agar proses pemanenan tetap berjalan dengan safety karena
di kebun banyak dijumpai tanaman yang berduri, tanaman yang membuat gatal,
nyamuk, serta semut yang menempel pada kumpulan kopi pada proses pemetikan.
Proses pengolahan kopi pertama kali diawali dengan penerimaan kopi di bak
penampung, pada proses ini para pemetik kopi menyetorkan kopi yang mereka
petik untuk ditimbang kemudian ditampung di bak penampung. Kapasitas bak
penampung dapat menampung hingga “200 ton” biji kopi. Pada satu tempat atau
satu areal yang sama bak penampung dipadukan dengan alat elevator.

Gambar 3.6 Bak Penampung Biji Kopi

3.5.2 Menaikkan Kopi Menggunakan Elevator


Elevator adalah alat transportasi vertikal yang biasa digunakan pada
bangunan tinggi, berupa box/cabinet yang dapat digerakkan naik turun perlantai
sesuai kehendak dengan cara elektromagnetik. Menurut Poerbo (2012)
menjelaskan, elevator berdasarkan fungsinnya dibedakan: elevator penumpang,
elevator barang, dan elevator service. Menurut pengamatan penulis elevator di
PDP Kahyangan yaitu alat bantu dengan prinsip kerja seperti katrol yang
digunakan untuk menaikkan muatan biji kopi dari bawah menuju keatas untuk
selanjutnya di proses menggunakan alat vispulper. Elevator di PDP Kahyangan
19

Kebun Sumberwadung untuk penggeraknya menggunakan motor listrik 3 fasa


dengan tegangan 380 Volt. Elevator dapat dilihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Elevator

3.5.3 Pemecah Biji Kulit Kopi di Vispulper


Vispulper adalah alat pemecah kulit kopi atau nama lain dari prosesnya
adalah pulping. Pulping bertujuan untuk memisahkan biji kopi (daging buah) dari
kulit tanduk dengan cara menekan biji kopi sampai keping biji kopi (daging buah)
terpisah dari kulit tanduknya. Vispulper yang berada di PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung berkapasitas 3 ton/jam untuk memecah kulit kop biji bagus. Ada
beberapa jenis pulper yang paling sering digunakan yaitu vispulper dan
raungpulper. Perbedaannya adalah vispulper hanya sebagai pemecah atau
pengupas kulit saja sehingga harus difermentasi dan dicuci lagi. Sementara
raungpulper berfungsi sebagai pencuci sehingga tidak perlu difermentasi dan
dicuci lagi, tetapi langsung masuk ke tahap pengeringan (Rahmawati, 2017). Di
PDP Kahyangan terdapat vispulper yang dipadukan dengan raungwasher.
Elevator dapat dilihat pada gambar 3.8.
20

Gambar 3.8 Vispulper

3.5.4 Pemecah Biji Kulit Kopi di Knesyer


Sama seperti Vispulper, Knesyer berfungsi sebagai pemecah kulit kopi. Di
PDP Kahyangan Knesyer digunakan sebagai pemecah kulit kopi mutu rendah
karena biaya produksi yang lebih murah. Kneyser dapat dilihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9 Kneyser

3.5.5 Pencucian Kopi oleh Raungwasher


Raungwasher adalah alat pencuci kopi bertujuan untuk menghilangkan
sisa-sisa lendir yang masih menempel pada kulit ari kopi (Tello dkk, 2011). Untuk
produksi skala besar seperti yang dilakukan oleh PDP Kahyangan ini memang
sangat diperlukan raungwasher untuk meningkatkan efisiensi dan efiktifitas
produksi karena ada cara lain untuk mencuci kopi secara sederhana yaitu dengan
merendam biji kopi dengan air dalam bak atau ember kemudian segera diaduk-
aduk atau diinjak-injak dengan kaki dan biasanya proses mencuci kopi secara
21

sederhana ini dilakukan oleh pihak pengelola kopi berskala kecil seperti petani itu
sendiri. Raungwasher dapat dilihat pada gambar 3.10.

Gambar 3.10 Raungwasher

3.5.6 Proses Fermentasi di Bak Penampun


Tahap selanjutnya setelah proses pencucian kopi dari raungwasher, biji
kopi yang sudah bersih difermentasi dalam bak penampung dengan waktu
maksimal 1x24 jam tujuannya adalah untuk membentuk aroma dan warna pada
biji kopi. Setelah proses fermentasi selesai biji kopi dialirkan ke alat pengeringan
melalui pipa dan pompa bertekanan tinggi dengan air.

Gambar 3.11 Bak Fermentasi

3.5.7 Pengeringan Kopi


Alat pengeringan biji kopi di PDP Kahyangan terbagi menjadi 2 yaitu
tromol masondryer dan “penggorengan”. Perbedaannya adalah tromol
masondryer berfungsi sebagai pengering biji kopi mutu bagus sedangkan
penggorengan digunakan sebagai pengering biji kopi mutu rendah/jelek.
22

Penggorengan yaitu sebuah bangunan yang diatasnya terdapat tempat untuk


meletakkan kopi mutu rendah yang diangin-anginkan atau diasapkan.

Gambar 3.12 Tungku Pembakaran dan Visdryer

Terdapat 3 rangkaian alat pada tromol masondryer yang terdiri dari :


a. Tungku Pembakaran, berfungsi untuk melakukan pembakaran kayu yang
dimana nantinya panas dari pembakaran tersebut disalurkan oleh blower
menuju tromol masondryer

Gambar 3.12 Tungku Pembakaran dan Masondryer

b. Blower, berfungsi sebagai alat penghisap udara panas dari tungku


pembakaran menuju tromol masondryer. Blower sebagai penghubung
antara tungku pembakaran dengan tromol masondryer. Blower dapat
dilihat pada gambar 3.14.
23

Gambar 3. 13 Blower

c. Tromol masondryer, merupakan alat pengering dengan media pemanas


berupa udara kering. Di PDP Kahyangan masondryer dikombinasikan
dengan tungku pembakaran untuk mengeringkan kopi dengan kapasitas
15-18 ton dalam waktu 15-18 jam dengan pengaturan suhu yang berbeda-
beda seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 Pengaturan Suhu pada Masondryer

No Tahap Lama waktu (jam) Suhu (°C)


1 Pertama 5 130
2 Kedua 3 120
3 Ketiga 10 80

Fungsi dari pengaturan suhu pada pengeringan biji kopi di tromol


masondryer adalah untuk mendapatkan kadar air yang sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu sebesar 12%-12,5% sekaligus agar
mutu kopi tetap terjaga dan tidak rusak karena terlalu panas. Indikator
mengetahui biji kopi di dalam tromol masondryer sudah kering atau tidak
dapat ditester kadar airnya jika didapat 12%-12,5% artinya kopi sudah siap
untuk diangkat. Atau juga bisa diketahui dengan suara gemerisik kopi di
dalam tromol masondryer dan juga jika ada kulit ari yang keluar tandanya
kopi sudah kering dan dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu
pengupasan kulit ari serta sortasi ukuran biji kopi. Masondryer dapat
dilihat pada gambar 3.15.
24

Gambar 3.14 Masondryer

3.5.8 Pemisahan Kulit Ari Menggunakan Huler


Proses selanjutnya yaitu pemisahan kulit ari kopi dengan daging buahnya
menggunakan alat yang bernama Huler. Kopi yang sudah kering dari tromol
masondryer dibawa secara manual menggunakan karung kemudian dimasukkan
kedalam Huler. Prinsip kerja dari alat ini memutar silinder pengupas untuk
memisahkan kulit ari dengan daging buahnya. Setelah itu daging buah yang sudah
terpisah dari kulit arinya akan dihisap oleh blower dan disalurkan menuju mesin
sortasi. Mesin Huler dan mesin sortasi merupakan satu rangkaian proses untuk
memisah dan menentukan grade dari kopi.

Gambar 3.15 Huler (Pemisah Kulit Ari Kopi)

3.5.9 Pemilahan Ukuran Kopi Menggunakan Mesin Sortasi/Grader


Mesin sortasi kopi berfungsi sebagai grader/ayakan atau memilah ukuran
kopi dari ukuran L, M, S, dan K dimana terdapat 3 tingkatan agar kopi dapat
terpilah sesuai dengan ukurannya. Prinsip kerja alat ini yaitu bergetar kemudian
25

kopi terdorong menuju grader/ayakan kopi yang berukuran besar atau L akan
lolos dari ayakan tingkat 1 dan langsung menuju karung untuk ukuran L.
kemudian untuk kopi yang berukuran sedang atau M akan lolos dari ayakan
tingkat 1 dan jatuh menuju karung untuk ukuran M. Untuk yang kopi yang
berukuran S akan lolos dari ayakan tingkat 1 dan 2 kemudian jatuh menuju karung
ukuran S sedangkan untuk kopi ukuran K yaitu berupa serpihan kopi yang hancur
atau rusak dimana untuk kopi ukuran K ini akan lolos dari 3 tingkatan tersebut
dan langsung menuju karung ukuran K.

Gambar 3.16 Mesin Garbus

3.5.10 Sortasi Mutu Kopi


Proses selanjutnya yaitu sortasi mutu dari biji kopi. Biji kopi yang sudah
tersaring sesuai ukuran kemudian ditentukan kualitas mutunya secara manual oleh
karyawan PDP Kahyangan. Untuk kualitas mutu dari biji kopi terdapat 3 tolak
ukur yaitu kualitas 1, kualitas 2, kualitas 3. Kualitas 1 ditandai dengan biji kopi
yang berwarna hijau, tidak pecah, dan bentuknya sempurna. Kualitas 2 ditandai
dengan biji kopi yang berwarna hijau dengan sedikit bercak, sedikit pecah, dan
bentuknya sedikit kurang sempurna. Sedangkan untuk kualitas 3 yaitu berwarna
coklat/hitam, pecah, bentuknya tidak sempurna. Proses sortasi biji kopi perharinya
dapat mencapai 60kg/orang.
26

Gambar 3.17 Mutu Kopi 1, 2, dan 3

3.5.11 Limbah Kulit Kopi


Terdapat 2 jenis limbah kulit kopi di PDP Kahyangan yaitu limbah kulit
tanduk/luar kopi dan limbah kulit ari kopi. Limbah kulit tanduk dihasilkan dari
proses pulping oleh alat vispulper dan raungwasher. Tempat Pengolahan limbah
kulit tanduk kopi di PDP Kahyangan terletak disebelah utara pabrik dimana
terdapat tempat penampungan limbah kulit tanduk kopi kurang lebih seluas 200
m2. Pimpinan dari PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung memanfaatkan
kembali limbah kulit tanduk tersebut untuk dijadikan pupuk untuk tanaman kopi
dan sebagian diletakkan di rumah dinas untuk dimanfaatkan jamurnya ketika
musim hujan tiba sedangkan untuk limbah kulit ari kopi biasanya dijual kepada
peternak untuk dijadikan pakan ternak ataupun sebagai media tanam.

Gambar 3.18 Limbah Kulit Luar dan Kulit Ari


27

3.6 Kegiatan Pengolahan Karet


Proses pengolahan karet di PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung
dibedakan menjadi 2 yaitu pengolahan karet sheet dan pengolahan karet crepe.
Terdapat beberapa perbedaan dalam proses pengolahan sheet dan crape.
Perbedaan proses pengolahan sheet dan crape ditunjukkan pada gambar 3.20.

Mulai

Lateks Lump ( kualitas jelek )

Penghancuran lump
Pembekuan mengunakan mesin crepe
mangel penghancur

Penggilingan menggunkan Penyambungan


mesin mangel sheet menggunakan mesin crepe
mangel penyambung

Penirisan

Penghalusan menggunkan
mesin crepe mangel
Pengasapan
penghalus

Sortasi Pengeringan

Pengepresan Sortasi

Pengemasan dan pelaburan Pengemasan dan pelaburan

Ready stock Ready stock

Pemasaran

Selesai

Gambar 3.19 Diagram Alir Pengolahan Karet


28

3.6.1 Sadap
Sadap adalah suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang
terdapat di dalam tanaman karet keluar. Tindakan ini merupakan cara pemanenan
karet yang sering digunakan para pekerja kebun. Kulit pohon karet sebagai modal
utama dan sumber potensi penghasil lateks, Adapun kriteria untuk menentukan
matang sadap karet adalah dengan melihat ukuran lilit batang. Lilit batang dinilai
bisa memberi informasi ketebalan kulit untuk menghasilkan lateks dalam jangka
waktu lama. Maka diperlukan perawatan dan pemeliharaan yang baik untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dalam jangka waktu lama. Teknik
penyadapan yang benar dan tepat mempengaruhi hasil lateks yang dihasilkan juga
mempengaruhi kualitas pohon karet. Adapun urutan pekerjaan dalam menyadap
pohon karet yaitu :
1) Membuat talang lateks dan menempatkannya 10 cm dibawah alur sadapan
terendah.
2) Membuat garis sadapan sesudah sadapan sebelumnya dengan alat sadap.
3) Memasang mangkok dibawah talang lateks sebagai tempat penampungan
lateks.
Kegiatan menyadap dilakukan pada pohon karet yang berumur minimal 5
tahun, sementara untuk waktu penyadapan dimulai pukul 02.00-05.00 WIB ketika
tidak ada sinar matahari yang akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis
pohon karet. Ketika pohon karet melakukan proses fotosintesis maka hasil
produksi lateks dari pohon karet berkurang.

3.6.2 Pengumpulan hasil sadapan


Lateks dari hasil penyadapan yang telah ditampung di mangkok
selanjutnya dikumpulkan menjadi satu dan dibawah ke tempat pengumpulan hasil
sadapan yang dikenal dengan nama anglot atau TPH (Tempat Pengumpulan
Hasil). Proses yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pengukuran jumlah liter
hasil sadapan dan pengambilan sampel getah karet sebanyak 100 ml yang akan
diberikan asam semut untuk mengetahui kualitas lateks yang dihasilkan.
29

Gambar 3.20 Pengumpulan Lateks di Anglot

3.6.3 Kegiatan Pengolahan Karet Sheet


Sheet adalah hasil akhir dar pengolahan karet berupa lembaran yang
berasal dari lateks.

3.6.3.1 Kegiatan Penerimaan Lateks di Pabrik


Lateks sebagai bahan baku pembuatan karet diperoleh dari kebun karet
dengan pengumpulan per mandor yang bertanggung jawab terhadap suatu
wilayah. Tahapan ini menjadi cara untuk mengetahui mutu dan jumlah lateks yang
diterima dipabrik. Adapun tahapan penerimaan sebagai berikut :
a) Proses penimbangan lateks dari hasil sadapan di kebun
b) Memisahkan lump (lateks prakoagulasi) dengan cairan lateks yang
bagus (lateks stabil).
c) Mengambil sampel lateks sebanyak 100 ml dan ditambahkan asam
semut untuk mengetahui KKK (Kadar Karet Kering) yang berguna
untuk penentu upah para pekerja kebun.
d) Mengumpulkan lateks yang sudah di ambil sampelnya ke dalam truk
tangki dan selanjutnya dibawa ke pabrik.
e) Sesampainya dipabrik cairan lateks disaring menggunakan saringan 30
mesh sebelum dimasukkan ke bak penampungan produksi.
30

Gambar 3.21 Tempat Penimbangan Lateks di Pabrik

3.6.3.2 Kegiatan Pengenceran dan Pembekuan Lateks


Pengenceran lateks merupakan proses menurunkan kadar karet yang
terkandung dalam lateks. Proses ini bertujuan untuk memperoleh kadar karet baku
yang sesuai dengan pembuatan sheet. Berikut ini tahapan pengenceran dan
pembekuan lateks antara lain :
a) Mengalirkan cairan lateks dari bak penampung produksi ke dalam
jading (bak koagulasi) melalui saluran lateks.
b) Pengisian air bersih ke dalam jeding (bak koagulasi) sebanyak yang
diperlukan, tidak boleh terlalu encer dan tidak boleh terlalu kental.
c) Menambahkan asam semut encer ke dalam jeding (bak koagulasi) dan
diaduk agar tercampur rata.
d) Pembersihan gelembung di permukaan lateks dengan alat pengambil
busa.
e) Pemberian sekat berupa plat besi dengan jarak 3 cm antar sekat
lainnya.
f) Lateks yang sudah dibekukan 2 jam ditambahkan air kedalam jeding
(bak koagulasi) dengan tujuan menjadikan lembaran lateks tidak
lengket dengan yang lain dan memudahkan melepas sekat.
31

Gambar 3.22 Jeding (Bak Koagulasi)

3.6.3.3 Kegiatan Penggilingan


Lateks mengalami penggumpalan, setelah itu melewati proses
penggilingan. Penggilingan lateks yang sudah beku terdiri dari beberapa proses,
antara lain sebagai berikut :
a) Lateks yang sudah membeku dipindah pada talang berisi air yang
berhubungan dengan mesin penggiling.
b) Melalui talang berisi air ini lateks dimasukkan kedalam celah roll
silinder mesin penggiling dengan enam roll penggiling mangel six on
one. Mekanisme kerja alat ini yaitu semakin maju roll penggiling
maka akan semakin menghasilkan penggilingan sheet yang lebih tipis
dari roll sebelumnya.
c) Lembaran sheet yang keluar dari mesin penggiling mangel dicuci di
bak air yang selalu mengalir dengan tujuan membersihkan kotoran
yang ada pada lembaran sheet.
Mesin sheet ini terdiri dari 6 silinder roll berkapasitas 250-300 kg karet
kering per jam, dan untuk penggeraknya menggunakan motor listrik 3 phase,
Bertegangan 380 V, 15 PK. Untuk ukuran celah roll dan kecepatan putaran
silinder ditunjukan pada tabel 3.24 dan untuk mesin penggiling sheet pengolahan
karet ditunjukkan pada gambar 3.24.
32

Gambar 3.23 Alat Penggiling Sheet

3.6.3.4 Kegiatan Penirisan Lembaran Sheet


Proses ini dilakukan setelah proses penggilingan, penirisan merupakan
proses penjemuran lembaran sheet pada lori dengan menggunakan glantang yang
terbuat dari bambu. Pastikan glantang dan lori yang digunakan dalam keadaan
bersih sebelum dipakai. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang
terkandung pada lembaran sheet. Penjemuran pada lori dengan menggunakan
glantang harus dilakukan dengan rapi, teratur dan tidak boleh terlalu rapat atau
saling tumpuk untuk menghindari terjadinya perekatan antar lembaran sheet.
Proses penirisan lembaran sheet yang berada di lori dilakukan minimal 4 jam
sebelum masuk keruang pengasapan.
33

Gambar 3.24 Lori dan Glantang untuk Tempat Penirisan Lembar Sheet

3.6.3.5 Kegiatan Pengasapan Lembar Sheet


Kegiatan pengasapan merupakan suatu proses yang dilakukan saat proses
pengeringan dan pemasakan lembaran sheet , kegiatan ini merupakan proses
terakhir pengolahan karet dari lateks hingga menjadi lembaran sheet. Pada
kegiatan pengasapan terjadi perubahan warna lembaran sheet, yang semula
berwarna putih menjadi warna coklat akibat dari penggunaan asap. Asap ini
diperoleh dari hasil pembakaran kayu melalui tungku bakar kemudian dilewatkan
melalui ventilasi–ventilasi asap. Proses pengasapan dilakukan selama 4 hari
dengan memperhatikan suhu yang digunakan untuk pengasapan lembaran sheet.
Pengasapan yang dilakukan di pabrik PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung menggunakan pengasapan dengan sistem lori. Lori yang sudah
diisi dengan lembaran sheet selanjutnya dimasukkan ke ruang pengasapan. Alat
ukur suhu yang digunakan pada ruang pengasapan adalah termometer.
Alat ini digunakan untuk mengecek suhu ruangan per jam. Jika suhu tidak
tepat, maka akan menimbulkan penurunan mutu pada sheet. Suhu yang tinggi
menyebabkan sheet menjadi molor dan lengket, sedangkan jika suhu terlalu
rendah, maka sheet akan berjamur. Oleh karena itu, Pabrik PDP Kahyangan
Kebun Sumberwadung memiliki ketetapan suhu sesuai SOP pengasapan, berikut
merupakan SOP yang sudah ditetapkan.
34

Gambar 3.25 Proses Pengasapan di Ruang Pengasapan

3.6.3.6 Kegiatan Sortasi

Sortasi merupakan proses pemisahan karet (sheet) berdasarkan mutu atau


kualitasnya. Mutu yang terdapat pada lembaran sheet yaitu mutu RSS 1, RSS 2,
RSS 3, dan cutting. RSS memiliki ketentuan utama mutu yaitu karet harus benar-
benar kering, bersih, kuat, warna merata, tidak ditentukan noda pada karet (sheet).
Cutting merupakan bagian karet (sheet) yang masih mentah sehingga harus
dihilangkan untuk mendapatkan mutu RSS yang diinginkan. Alat-alat yang
digunakan dalam proses sortasi meliputi; meja sortasi, gunting, sikat ijuk,
pengerok, lap, timbangan, kotak tempat hasil cutting, kotak standar contoh mutu
dan metal box tempat pengepresan big bale dengan berat 113 kg.
Pada proses sortasi terdapat beberapa tahapan, antara lain sebagai berikut :
a) Lembaran sheet yang sudah diasapkan di sortir disesuaikan mutu
dengan cara digunting bagian yang belum matang. Proses sortasi
lembar sheet dapat dilihat pada gambar 3.27.
35

Gambar 3.26 Proses Sortasi Lembar Sheet

b) Selanjutnya lipatan lembaran sheet dimasukkan kedalam metal box


(kotak pengepakan) sesuai mutu untuk dilakukan pengepakan dengan
cara ditata sehingga memiliki ketinggian dan lebar yang ditetapkan
dan memudahkan pada saat proses pengepresan. Proses Pelipatan
Lembaran Sheet kedalam metal box dapat dilihat pada gambar 3.28.

Gambar 3.27 Proses Pelipatan Lembar Sheet kedalam Metal Box

c) Hasil dari pengepakan kemudian ditimbang dengan ketentuan berat


113 kg.

3.6.3.7 Kegiatan Pengepresan


Setelah dilakukan proses pengepakan selanjutnya adalah proses
pengepresan. Pengepresan dilakukan dengan menggunakan mesin hidrolis agar
lebih rapi dan padat saat dikemas. Mesin hidrolis ini memiliki kapasitas 6
bale/jam. Pengepresan dilakukan selama kurang lebih 5 menit, 1 bale sheet
dengan berat 113 kg. Sebelum dilakukan pengepresan karet dilumuri tepung
36

terlebih dahulu agar tidak lengket pada alat pengepres Untuk alat press
pengolahan karet ditunjukkan pada gambar 3.29.

Gambar 3.28 Proses Pengepresan Lembaran Sheet

3.6.3.8 Kegiatan Pengemasan dan Pelaburan


Pengemasan dan pelaburan merupakan proses pengamanan mutu sheet
karet agar tidak terkontaminasi dengan kotoran ataupun material lainnya. Pabrik
PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung memiliki 1 jenis berat kemasan yaitu
jenis big bale, kemasan big bale memiliki berat 113 kg. Big bale dikemas dengan
menggunakan lembaran karet yang direkatkan dengan alat penusuk. Pada proses
ini memiliki beberapa tahapan, antara lain :
a) Lembaran karet yang sudah dipress sesuai mutu dikemas
menggunakan sheet karet sebagai bungkusnya.
b) Pelaburan karet yang sudah dikemas menggunakan lateks dan minyak
tanah yang sudah dicampur rata untuk menghindari jamur.

Gambar 3.29 Hasil Lembaran Sheet yang Sudah Melalui Proses Pengepresan dan Pelaburan
37

3.6.4 Kegiatan Pengolahan Karet Brown Crepe


Brown crepe adalah hasil pengolahan karet berupa lembaran yang berasal
dari gumpalan lateks (lump).

3.6.4.1 Proses Penerimaan Lump


Lump merupakan bahan olahan karet yang berasal dari gumpalan lateks di
kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkok penampung. Penerimaan lump
dilakukan bersamaan dengan penerimaan lateks di anglot atau TPH (Tempat
Pengumpulan Hasil), alat yang digunakan dalam proses ini adalah timbangan
gantung dan bak penampungan lump. Adapun tahapan yang dilakukan dalam
proses ini antara lain :
a) Pemisahan lateks dan lump hasil sadapan pekerja kebun.
b) Penimbangan lump dengan menggunakan timbangan gantung yang
dilakukan oleh mandor kebun.
c) Lump yang telah ditimbang selanjutnya dikumpulkan jadi satu
sehingga membentuk bongkahan lump.
d) Pemindahan bongkahan lump ke tempat penampungan.

3.6.4.2 Proses penghancuran Lump


Tujuan penghancuran lump yaitu untuk menghancurkan gumpalan-
gumpalan lump. Tahapan yang dilakukan dalam proses pengahancuran lump
adalah sebagai berikut:
a) Masukkan bongkahan lump ke mesin pengancur lump kemudian
didorong
b) Lakukan tiga kali langkah a sehingga menjadi lembaran lump sesuai
dengan ukuran bongkahan lump yang dimasukkan ke mesin
penghancur lump.
Mesin pengahancur lump digerakkan oleh motor listrik AC 3 phase
dengan tegangan 380 volt yang memiliki kapasitas 15 KP. Mesin penghancur
lump dapat dilihat pada gambar 3.31.
38

Gambar 3.30 Mesin Penghancur Lump

3.6.4.3 Proses penyambungan Lump


Tujuan proses penyambungan lump yaitu menyambungkan lembaran-
lenmbaran lump yang sudah melalui proses penghancuran lump sehingga menjadi
ukuran standrat yang diinginkan. Tahapan yang dilakukan dalam proses ini adalah
sebagai berikut:
a) Masukkan hasil lembaran lump yang sudah melalui tahapa pengacuran
lump ke dalam mesin penyambung.
b) Kemudian masukkan lembaran lump kedua setelah lembaran lump
pertama dengan antar lembaran bertindihan.
c) Selanjutnya lembaran crepe akan keluar dari mesin penyambung
dengan ukuran yang lebih panjang.
Mesin pengahancur lump digerakan oleh motor listrik AC 3 phase dengan
tegangan 380 volt yang memiliki kapasitas 15 KP.

Gambar 3.31 Mesin Crepe Mangel (Penyambung)


39

3.6.4.4 Proses Penghalusan Lump


Tujuan proses penghalusan lump yaitu untuk memperkecil ketebalan crepe
dari hasil proses penyambungan. Tahapan yang dilakukan pada proses
penghalusan lump adalah sebagai berikut:
a) Masukkan lembaran crepe yang sudah melalui proses penyambungan
ke dalam mesin crepe mangel (penghalus)
b) Lembaran crepe yang keluar dari mesin mangel akan menjadi
lembaran crepe dengan ketebalan yang lebih kecil.
Mesin pengahancur lump digerakan oleh motor listrik AC 3 phase dengan
tegangan 380 volt yang memiliki kapasitas 15 KP.

Gambar 3.32 Mesin Crepe Mangel (Penghalus)

3.6.4.5 Proses Pengeringan


Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada lembaran brown
crepe dengan kurun waktu selama 30 hari di rumah pengering Tahapan yang
dilakukan pada proses pengeringan brown crepe adalah sebagai berikut:
a) Gantung lembaran brown crepe pada bambu di rumah pengering.
b) Angkat brown crepe yang sudah kering, pastikan lembaran brown
crepe sudah tidak ada garis putih pada bagian tengahnya dengan cara
dipotong.
40

Gambar 3.33 Proses Pengeringan Brown Crepe

3.6.4.6 Sortasi
Sortasi adalah memisahkan karet jenis brown crepe berdasarkan mutu atau
kualitasnya. Brown crepe berdasarkan kualitasnya dibagi menjadi tiga kelas yaitu
brown crepe I, brown crepe II, dan brown crepe III. Tahapan yang dilakukan pada
proses sortasi brown crepe adalah sebagai berikut:
a) Lembaran brown crepe yang sudah kering dibawa ke ruang sortasi.
b) Pisahkan lembaran brown crepe berdasarkan mutu atau kualitasnya.

Gambar 3.34 Proses Sortasi Brown Crepe

3.6.4.7 Proses Pengepresan


Proses pengepresan bertujuan agar tumpukan brown crepe lebih rata dan
rapi. Proses ini dilakukan setelah proses pelipatan lembaran brown crepe ke dalam
box sortasi dan proses penimbangan brown crepe seberat 80 kg dengan
menggunakan alat pengepres hidrolis. Selanjutnya melalui tahap pengepakan,
41

pada proses pengemasan dilakukan pelaburan yang bertujuan untuk melindungi


crepe dari jamur, benda asing dari luar, dan kotoran.

Gambar 3.35 Proses Pelipatan Lembaran Brown Crepe

Gambar 3.36 Proses Penimbangan Lembaran Brown Crepe sebesar 80kg

Gambar 3.37 Proses Pengepresan Lembaran Brown Crepe


BAB 4. Kegiatan Khusus PKL Analisis Intensitas Konsumsi
Energi Pada Ruang Sortasi Dan Optimalisasi Penggunaan Energi
Listrik Pada Mesin Pengolahan Kopi (Studi Kasus Di PDP
Kahyangan Kebun Sumberwadung)

4.1 Tahapan Pelaksanaan Audit Energi


Tahapan pelaksaan audit energi pada sistem pencahaayan di gedung sortasi
dan mesin-mesin pengolahan kopi di PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung
terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan yang dapat dilihat pada gambar 4.1.

Mulai

Studi Literatur

Observasi Data

Pengolahan Data
1. Perhitungan Nilai IKE
2. Perhitungan Konsumsi Energi
Mesin Pengolahan Kopi

< Target
EFISIEN

Tidak
Ya
Rekomendasi PHE

Selesai

Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian

42
43
4.2 Studi Literatur
Studi literatur merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
mencari informasi teori sesuai dengan topik yang akan dibahas. Tahap ini
bertujuan agar gagasan dan ide yang kita dapat dari sumber literasi dapat
digunakan untuk mencari informasi dan data-data sekunder yang relevan dengan
peneletian yang akan dilakukan. Studi literatur didapatkan dari beberapa sumber
seperti buku, jurnal, dan penelitian sebelumnya. Studi literatur yang diperoleh
tentang definisi energi listrik, konservasi energi, dan audit energi.

4.2.1 Energi Listrik


Energi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan kerja. Energi
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu energi mekanis, energi listrik, energi
kimia, energi panas, energi cahaya, dan lain-lain. Hukum kekekalan energi
mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, energi
hanya dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk lainnya. Energi menurut satuan
internasional adalah Joule. Energi juga dinyatakan dalam bentuk kalori, Watt
hour, dan BTU.

Energi listrik adalah suatu bentuk energi yang berasal dari sumber arus
dinyatakan dalam satuan Watt hour. Berikut ini merupakan rumus energi yang
digunakan oleh peralatan listrik adalah sebagai berikut:

………………………………………………………4.1

Dimana : P = daya peralatan listrik (Watt)

t = waktu saat peralatan digunakan (jam/hour)

4.2.2 Konservasi Energi


Konservasi energi merupakan suatu strategi dalam manajemen energi
dalam mengendalikan pertumbuhan permintaan tenaga listrik konsumen.
Konservasi energi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai efisiensi
penggunaan energi dan meminimalisir terjadinya pemborosan.
44
4.2.3 Audit Energi
Besarnya konsumsi energi listrik pada bangunan dapat dihitung dengan
mengetahui langkah-langkah dalam menghemat energi sehingga efisiensi
pemakaian energi listrik dapat tercapai melalui kegiatan audit energi. Audit energi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa
banyak energi yang digunakan dan langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
rangka konservasi energi pada suatu fasilitas penggunaan energi. Audit energi
dimulai dari menyurvei sampai pengujian data secara rinci. Melalui kegiatan audit
energi, kita dapat mengetahui konsumsi energi pada sebuah gedung yaitu
peralatan energi, total penggunaan energi, intensitas energi,dan data-data lainnya
(Fery dan Amir, 2016).

4.2.4 Motor Induksi 3 Fasa


Motor induksi tiga fasa merupakan motor listrik yang bekerja berdasarkan
perputaran medan elektromagnetik yang diinduksikan dari kumparan stator ke
rotornya. Motor induksi tiga fasa adalah jenis motor yang paling umum dijumpai
dan digunakan di industri. Motor ini mempunyai kontruksi yang sederhana, kuat,
harganya relatif murah dan mudah pemeliharaannya. Motor induksi terdiri atas
dua bagian, yaitu bagian stator dan bagian rotor. Stator adalah bagian motor yang
diam dan terdiri atas badan motor, inti stator, belitan stator, bearing, dan terminal
box. Bagian rotor adalah bagian motor yang berputar dan terdiri atas rotor sangkar
dan poros rotor. Pada motor induksi tidak ada bagian rotor yang bersentuhan
dengan bagian stator. Stator dan rotor dipisahkan oleh air gap.
45

Gambar 4.2 Kontruksi Motor AC 3 fasa

Prinsip kerja motor induksi tiga fasa didasarkan pada Hukum Faraday.
Rumus hukum Faraday sebagai berikut.
 = B x l x v…………………………………………………….4.2

Dimana :
 = Tegangan induksi (V)

B = Medan magnet (T)


l = Panjang konduktor (m)
v = Kecepatan medan magnet menginduksi konduktor (m/s)
Hukum lain yang mendasari prinsip kerja dari motor induksi adalah Hukum
Lorentz (Apabila konduktor yang teraliri arus berada pada medan magnet, maka
akan timbul gaya yang disebut gaya elektromagnet atau gaya Lorentz).
…………………………………………………4.3

Dimana :
F = Gaya Lorentz (N)
B = Medan magnet (T)
46
i = Arus yang mengalir pada konduktor (A)
l = Panjang konduktor (m)
Belitan stator diberi tegangan tiga fasa maka akan mengalir arus dan
menimbulkan medan magnet. Belitan tiga fasa pada stator dililit dengan jarak
antar belitan sebesar 120°.jika belitan diberi tegangan tiga fasa maka akan
mengalir arus dan menimbulkan medan magnet. Medan magnet pada suatu
luasan belitan akan menimbulkan fluks pada masing–masing fasa. Ketiga fluks
tersebut bergabung membentuk fluks secara vektor yang bergerak mengelilingi
permukaan stator pada kecepatan konstan yang disebut medan magnet putar.
Medan magnet putar akan menyebabkan rotor berputar dengan arah yang sama
dengan fluks putar.
Prinsip dasarnya adalah tegangan induksi akan timbul pada setiap
konduktor yang diakibatkan oleh medan magnet yang memotong konduktor
(Hukum Faraday). Konduktor dihubungkan menjadi satu atau dihubung singkat
pada ujung belitan, maka tegangan induksi akan menyebabkan arus mengalir dari
satu konduktor ke konduktor lain. Arus pada suatu medan magnet akan mengalir
sehingga menimbulkan gaya (Hukum Lorentz). Gaya akan selalu menarik
konduktor (rotor) agar bergerak sepanjang medan magnet berputar
(Devianto,2021).
47

4.3 Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut:

a. Lux meter
Lux meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.
b. Roll meter
Roll meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur luas pada ruang
sortasi.
c. Tang ampere digital (Clamp meter)
Clamp meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur arus listrik pada
kabel konduktor dengan menggunakan dua rahang penjepitnya. Selain itu,
tang ampere juga terdapat dua lubang probe yang digunakan untuk
mengukur DC, AC, hambatan, bahkan ada clamp meter yang dapat
mengukur arus listrik DC, frekuensi, suhu, dan kapasitansi (Dickson Kho)
d. Buku catatan
Buku catatan digunakan untuk mencatat data pada saat penelitiaan.
e. Laptop
Laptop digunakan untuk mengolah data dan membuat laporan.

4.4 Observasi Data PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung


Tahap audit energi awal dengan melakukan observasi wawancara kepada
pihak teknisi engineering dalam pendistribusian energi listrik, sistem instalasi,
dan konsumsi energi yang dipakai. Data yang harus diperoleh dalam meriset audit
energi listrik awal di PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung adalah sebagai
berikut:

a. Tata letak lampu, daya lampu yang digunakan, dan luas ruangan di
gedung sortasi

b. Spesifikasi nameplate motor listrik 3 phase yang digunakan pada


pengolahan kopi.
48
c. Sistem Pendistribusian Energi Listrik
Konsumsi energi listrik PDP Kahyangan Kebun Sumberwadung tidak
hanya memanfaatkan energi listrik dari satu sumber. Perusahaan ini
menggunakan dua supply yaitu supply dari PLN dan genset. Supply
dari PLN merupakan tenaga listrik sumber utama yang digunakan
dengan kapasitas power sebesar 197 kVA. Selain itu, energi listrik
juga di supply dari generator set dengan kapasitas power sebesar 150
kVA. Generator set digunakan ketika terjadi pemadaman listrik secara
tiba-tiba dari PLN.

4.5 Audit Energi Sistem Pencahayaan dan Mesin Pengolahan Kopi


4.5.1 Konsumsi Energi Sistem Pencahayaan dan Mesin Pengolahan Kopi
Ketersediaan jaringan listrik sangat berpengaruh terhadap kegiatan industri
karena proses produksi kegiatan industri memanfaatakan energi yang bersumber
dari listrik untuk kebutuhan pencahayaan maupun mengoperasikan alat-alat
produksi. Standar pelayanan listrik dalam kegiatan industri berbeda dengan
kegiatan domestik dimana terdapat syarat mutlak untuk kestabilan tegangan
maupun daya. Prinsip penghematan energi yang dapat dilakukan dalam
pengoperasian bangunan dengan meminimalisir penggunaan bahan bakar maupun
energi listrik. Bangunan dikatakan baik jika dalam menampung aktivitas manusia
dan energi yang dikonsumsi rendah, sementara kenyaman fisik manusia seperti
kenyamanan visual, sasial, dan thermal dapat dipenuhi (Karyono,2010).
Penghematan yang bisa dilakukan yaitu penghematan sistem pencahayaan
Penghematan pencahayaan dapat dilakukan secara alami pada pagi hingga siang
hari untuk mengurangi bahkan meniadakan pencahayaan buatan sehingga dapat
mengurangi konsumsi energi listrik(Amin dkk, 2016).

Gedung sortasi merupakan gedung yang memakai pencahayaan buatan


yang beroperasi 8 jam dalam sehari. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui sistem pencahayaan yang ada di ruang sortasi sudah sesuai
dengan standar SNI-03-6197-2011 atau belum dan rekomendasi peluang
49
penghematan yang dapat dilakukan.

4.5.2 Denah Lokasi Sitem Pencahayaan


Pengamatan sistem pencahayaan dilakukan di gedung sortasi PDP
Kahyangan Kebun Sumberwadung. Ruang ini dilengkapi dengan ventilasi alami
berupa jendela Selain pencahayaan berasal dari lampu, penambahan atap
fiberglass sebagai pecahayaan alami juga digunakan untuk membantu pekerja saat
penyortiran kualitas kopi. Denah ruang sortasi dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.3 Instalasi Lampu di Ruang Sortasi

Taraf pencahayaan diukur dibeberapa titik tepat dibawah lampu. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah setiap pekerja mendapat taraf pencahayaan
yang baik. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menganalisa
taraf pecahayaan pada ruang sortasi. Data pengukuran besarnya taraf pencahayaan
dan luas bangunan menggunakan lux meter dan roll meter untuk mengetahui
besarnya intensitas konsumsi energi yang digunakan. Hasil intensitas konsumsi
energi tersebut kemudian akan dibandingkan dengan standar Permen No.13 Tahun
2012.
50
Tabel 4. 1 SNI-03-6197-2011 Pencahayaan Ruangan

4.5.3 Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi Dan Konsumsi Energi Pada


Mesin Pengolahan Kopi
4.5.3.1 Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi
Intensitas pencahayaan merupakan aspek terpenting di industri khususnya
di tempat produksi. Sistem pencahayaan yang memiliki kualitas yang baik atau
sesuai dengan standar akan mempengaruhi pula terhadap produk yang dihasilkan,
begitupun sebaliknya. Selain itu, konsentrasi pegawai akan meningkat jika disertai
dengan pencahayaan yang baik. Pemilihan jenis lampu dan besar daya yang
51
digunakan akan berpengaruh terhadap peningkatan proses produksi. Konsumsi
daya yang tinggi pada lampu akan berpengaruh terhadap besarnya konsumsi
energi listrik yang dihasilkan pada setiap ruangan sehingga perlu adanya
perhitungan untuk mengetahui boros atau tidaknya kebutuhan listrik yang
digunakan.

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) adalah besarnya penggunaan energi


setiap meter kuadrat luas kotor (gross) bangunan dalam kurun waktu tertentu.
Satuan nilai intensitas konsumsi energi dalam standar nasional Indonesia
dinyatakan dalam kWh/m2.

Tabel 4. 2 Data Pengukuran Taraf pencahayaan Lampu

Taraf
Titik Daya Waktu Konsumsi
Pencahayaan
ke- (Watt) (hour) Energi (Wh)
(lux)
1 23 923 8 184
2 23 864 8 184
3 23 658 8 184
4 23 526 8 184
5 23 425 8 184
6 23 365 8 184
7 23 475 8 184
8 23 457 8 184
9 23 455 8 184
10 23 424 8 184
11 23 582 8 184
12 23 529 8 184
Jumlah 2208
52

Gambar 4.4 Jenis Lampu yang Digunakan di Ruang Sortasi

Berdasarkan tabel 4.2 pengukuran dilakukan di 12 titik didapatkan hasil


pengukuran taraf pencahayaan rata-rata sebesar 365-923 lux. Hasil pengukuran
disetiap titik lampu rata-rata besarnya sama dikarenakan semua lampu yang
digunakan yaitu jenis lampu philips LED dengan daya 23 W penggunaan 8 jam
dalam sehari. Semua titik lampu tidak memenuhi standar SNI 6197-2011 sebesar
1000 lux. Hal ini dikarenakan semua daya lampu yang digunakan kurang besar.
Berdasarkan gambar 4.3 jenis temperatur warna yang digunakan pada
ruang sortasi yaitu coolday light sehingga sudah sesuai dengan standar SNI 6197-
2011 untuk gedung industri pada pekerjaan halus. Perhitungan intensitas
konsumsi energi dapat dihitung menggunakan rumus :

……………4.4

Berdasarkan rumus diatas nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada


ruang sortasi adalah sebagai berikut:

= 0,295 kWh/m2

Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik


Indonesia No.13 Tahun 2012 telah memutuskan tentang standar IKE untuk
bangunan dalam suatu negara, khususnya Indonesia.
53
Tabel 4.3 IKE Bangunan Gedung Tidak ber-AC

KonsumsiEnergi
Kriteria
(kWh/m2/bulan)
Sangat Efisien 0-3,4
Efisien 3,4-5,6
Cukup Efisien 5,6-7,4
Boros 7,4-~
Sumber : Permen ESDM No.13 Tahun 2012

Berdasarkan perhitungan nilai IKE pada ruang sortasi untuk gedung yang
tidak ber-AC sudah memenuhi kriteria Permen ESDM No.13 Tahun 2012 dapat
dikatakan sangat efisien.

4.5.3.2 Perhitungan Konsumsi Energi Pada Mesin-Mesin Pengolahan Kopi


Berdasarkan pengukuran arus dan tegangan dapat dihitung besar daya
yang digunakan oleh motor AC 3 phase menggunakan rumus sebagai berikut:
√ ……………………………………4.5
Keterangan :
P = daya motor listrik (Watt)
V = Tegangan input motor (Volt)
I = Arus yang mengalir pada motor (Ampere)
= nameplate pada motor 3 phase
Nilai konsumsi energi pada tabel 4.6 dapat dihitung berdasarkan rumus
sebagai berikut:

………………………………………………4.6
Keterangan :
P = daya motor listrik (Watt)
t = waktu penggunaan (jam/hour)
Tabel 4. 4 Data Tegangan pada Mesin Pengolahan Kopi
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
No Mesin Yang Digunakan Tegangan (V) Tegangan (V) Tegangan (V)
RS ST TR RS ST TR RS ST TR
1 Pompa Bak Pencucian 369,50 373,10 363,80 369,40 372,80 363,10 364,10 368,80 358,50
Elevator, Vispulper,
2 373,60 366,10 375,40 374,80 358,70 349,80 370,40 363,40 372,40
Pencacah
3 Raung Washer 1 367,10 375,60 375,10 367,10 375,10 374,40 363,40 371,30 370,60
4 Raung Washer 2 367,10 375,60 375,10 367,10 371,10 370,40 363,40 371,30 371,40

53
5 Pompa Bak Fermentasi 369,50 373,10 363,80 369,40 372,80 363,10 364,10 368,80 358,50
Pompa Menuju Mason
6 368,00 373,60 375,00 371,00 375,90 377,60 367,30 372,40 373,80
dan Penggorengan
7 Mason 376,30 377,20 369,60 378,20 380,20 373,00 376,10 377,40 370,20
8 Blower pada Mason 371,90 372,40 365,40 373,10 374,00 366,70 372,30 373,00 366,60
9 Garbus 371,10 374,60 376,70 371,90 375,90 377,80 372,60 376,40 379,00
10 Blower pada Garbus 376,80 378,20 369,20 374,10 375,70 366,50 373,80 375,50 366,70
11 Ayakan 375,80 376,50 368,70 375,60 376,50 368,40 374,70 375,60 368,10
12 Pompa limbah karet 371,00 371,50 370,70 367,90 369,20 371,40 370,60 373,00 373,40
54

Tabel 4.5 Data Arus pada Mesin Pengolahan Kopi


Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
No Mesin Yang Digunakan Arus (A) Arus (A) Arus (A)
R S T R S T R S T
1 Pompa Bak Pencucian 21,30 24,80 19,40 21,10 24,30 19,40 22,90 26,70 21,30
Elevator, Vispulper,
2 27,50 23,00 23,90 27,00 22,30 23,40 28,70 24,70 25,80
Pencacah
3 Raung Washer 1 17,40 14,30 12,90 18,80 15,90 14,30 18,70 15,80 14,60
4 Raung Washer 2 17,40 14,30 12,90 18,80 16,00 14,40 18,70 15,80 14,60
5 Pompa Bak Fermentasi 21,30 24,80 19,40 21,10 24,30 19,40 22,90 26,70 21,30
Pompa Menuju Mason dan
6 20,80 18,80 23,50 19,50 17,30 21,80 21,20 19,30 23,70
Penggorengan
7 Mason 2,60 2,50 3,10 1,80 1,50 2,30 2,70 2,40 3,20
8 Blower pada Mason 23,70 24,40 21,70 23,20 24,10 21,70 23,50 24,30 22,00
9 Garbus 6,50 7,60 8,80 6,10 7,40 8,40 5,80 7,30 8,30
10 Blower pada Garbus 6,40 7,50 6,80 7,40 8,70 7,90 7,60 8,60 7,90
11 Ayakan 6,20 7,40 6,70 7,10 8,60 7,80 7,10 8,50 7,70
12 Pompa limbah karet 7,40 6,50 6,30 7,50 6,30 6,20 7,30 6,30 6,20
55

Tabel 4.6 Perhitungan Konsumsi Energi Hari ke-1 pada Mesin Pengolahan Kopi
Hari ke-1
Mesin Yang cos Waktu
No V rata- I rata- Daya Konsumsi
Digunakan φ penggunaan
rata(V) rata (A) (watt) Energi (Wh)
(h)
11017,9
1 Pompa Bak Pencucian 0,79 368,8 21,83 5,00 55089,48
0
Elevator, Vispulper, 13731,0
2 0,86 371,7 24,80 5,00 68655,18
Pencacah 4
3 Raung Washer 1 0,86 372,6 14,87 8251,17 5,00 41255,85
Raung Washer 2 0,86 372,6 14,87 8251,17 5,00 41255,85
11017,9
5 Pompa Bak Fermentasi 0,79 368,8 21,83 5,00 55089,48
0
Pompa Menuju Mason 11254,4
6 0,83 372,2 21,03 2,00 22508,84
dan Penggorengan 2
7 Mason 0,84 374,4 2,73 1488,78 15,00 22331,66
12521,5
8 Blower Mason 0,84 369,9 23,27 15,00 187823,39
6
9 Garbus 0,86 374,1 7,63 4254,02 5,00 21270,11
10 Blower Garbus 0,82 374,7 6,90 3672,37 5,00 18361,83
11 Ayakan 0,73 373,7 6,77 3197,00 5,00 15985,00
12 Pompa limbah Karet 0,85 371,1 6,73 3678,42 5,50 20231,32
Jumlah 569857,99
56

Tabel 4.7 Perhitungan Konsumsi Energi Hari ke-2 pada Mesin Pengolahan Kopi
Hari ke-2
Mesin Yang
No cos φ V rata- I rata- Daya Waktu Konsumsi Energi
Digunakan
rata(V) rata (A) (watt) penggunaan (h) (Wh)
Pompa Bak
1 0,79 368,43 21,60 10889,31 5,00 54446,55
Pencucian
Elevator,
2 Vispulper, 0,86 361,10 24,23 13034,66 5,00 65173,30
Pencacah
3 Raung Washer 1 0,86 372,20 16,33 9055,45 5,00 45277,27
4 Raung Washer 2 0,86 369,53 16,40 9027,27 5,00 45136,36
Pompa Bak
5 0,79 368,43 21,60 10889,31 5,00 54446,55
Fermentasi
Pompa Menuju
6 Mason dan 0,83 374,83 19,53 10525,76 2,00 21051,51
Penggorengan
7 Mason 0,84 377,13 1,87 1024,24 15,00 15363,60
8 Blower Mason 0,84 371,27 23,00 12423,78 15,00 186356,68
9 Garbus 0,86 375,20 7,30 4079,86 5,00 20399,28
10 Blower Garbus 0,82 372,10 8,00 4227,89 5,00 21139,47
11 Ayakan 0,73 373,50 7,83 3699,31 5,00 18496,55
Pompa limbah
12 0,85 369,50 6,67 3626,63 5,50 19946,44
Karet
Jumlah 567233,57
57

Tabel 4.8 Perhitungan Konsumsi Energi Hari ke-1 pada Mesin Pengolahan Kopi
Hari ke-3
Waktu
No Mesin Yang Digunakan cos φ V rata- I rata- Daya Konsumsi
penggunaan
rata(V) rata (A) (watt) Energi (Wh)
(h)
11764,5
1 Pompa Bak Pencucian 0,79 363,80 23,63 5,00 58822,76
5
Elevator, Vispulper, 14500,2
2 0,86 368,73 26,40 5,00 72501,24
Pencacah 5
3 Raung Washer 1 0,86 368,43 16,37 8982,11 5,00 44910,54
4 Raung Washer 2 0,86 368,70 16,37 8988,61 5,00 44943,04
11764,5
5 Pompa Bak Fermentasi 0,79 363,80 23,63 5,00 58822,76
5
Pompa Menuju Mason dan 11418,8
6 0,83 371,17 21,40 2,00 22837,65
Penggorengan 3
7 Mason 0,84 374,57 2,77 1507,74 15,00 22616,07
12546,3
8 Blower Mason 0,84 370,63 23,27 15,00 188195,75
8
9 Garbus 0,86 376,00 7,13 3995,21 5,00 19976,04
10 Blower Garbus 0,82 372,00 8,03 4244,37 5,00 21221,85
11 Ayakan 0,73 372,80 7,77 3660,95 5,00 18304,76
12 Pompa limbah Karet 0,85 372,33 6,60 3617,89 5,50 19898,40
Jumlah 593050,86
58

Konsumsi energi rata-rata =

= 576,714 kWh

Konsumsi energi selama sebulan = Konsumsi energi rata-rata x 30 hari

= 576,714 kWh x 30 hari

= 17.301,41 kWh/bulan

Biaya konsumsi energi per bulan= Konsumsi energi selama sebulan x

Rupiah/kWh

= 17.301,41 Kwh x Rp. 1.440,70

= Rp. 24.926.13

Konsumsi energi mesin kopi selama sebulan sangat besar yaitu 17.301,41
kWh dengan biaya tagihan listrik sebesar Rp. 24.926.13 sehingga perlu dilakukan
penghematan energi agar pembayaran tagihan listrik semakin kecil.

4.5.3.3 Solusi Penghematan Sistem Pencahayaan dan Mesin Pengolahan Kopi


Menurut Ricky Salpanio (2007), langkah-langkah yang dapat dilakukan
untuk mengurangi konsumsi energi listrik pada sistem pencahayaan seperti
memanfaatkan pencahaayan alami pada siang hari dengan sebaik-baiknya,
mematikan lampu ketika tidak digunakan, dan menghidupkan lampu taman atau
halaman ketika hari benar- benar mulai gelap.
Upaya peluang penghematan energi yang dapat dilakukan dengan
mengganti jenis lampu yang sudah ada dengan jenis lampu yang memiliki
efisiensi lebih tinggi sehingga dapat menghemat konsumsi energi listrik yang
digunakan. Lampu yang digunakan diruang sortasi PDP Kahyangan Kebun
Sumberwadung adalah lampu Philips bohlam jenis LED. 23 W.
59
Menurut Amin & Emidiana (2021) Lampu LED adalah lampu yang paling
hemat energi dengan kuat pencahayaan 108 lux, sedangkan lampu pijar 12,15 lux,
dan lampu SL 51,48 lux. Lampu LED sudah sangat efisien untuk digunakan
sehingga penghematan tidak perlu dilakukan karena intensitas konsumsi energi
pada ruang sortasi sudah dikatakan sangat efisien. Namun semua titik lampu bisa
ditambah dayanya untuk memenuhi taraf pencahaayan SNI 6127-2011 pada
ruangan dengan penggantian daya 23 W diubah ke 27 W.
Penggunaan motor induksi di PDP Kahyangan masih menggunakan cara
konvensional yaitu menggunakan starting secara langsung atau dihubungkan
dengan sumber listrik. Upaya peluang penghematan yang dapat dilakukan pada
mesin pengolahan kopi dengan melakukan perawatan secara berkala. Selain itu,
cara yang dapat dilakukan untuk menghemat konsumsi mesin dengan
menggunakan VSD. Variabel Speed Drive (VSD) adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengendalikan kecepatan putaran pada motor AC dengan
mengatur frekuensi dari daya listrik yang dipasok ke motor. Menurut Atmam dkk,
(2018) motor induksi tiga phase menggunakan VSD didapatkan daya sebesar
0,479 kW namun motor induksi tanpa menggunakan VSD didapatkan daya
sebesar 0,330 kW dengan penghematan listrik sebesar 31,10% dalam satu bulan.

Menurut Multi & Febriane (2012) motor induksi tiga phase yang tidak
menggunakan VSD konsumsi energi listriknya sebesar 1.825.824 kWh dengan
pembayaran tagihan listriknya sebesar Rp 1.332.851.520 sedangkan jika
menggunakan VSD konsumsi energi listriknya lebih kecil daripada tanpa VSD
menjadi 821.839,2 kWh/ tahun dengan pembayaran tagihan listrik Rp.
599.942.616
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang dilakukan, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:

1. Taraf pencahayaan semua titik lampu pada ruang sortasi kopi sebesar
365-923 lux masih belum sesuai SNI 6197-2011 yang seharusnya
sebesar 1000 lux. Hal ini dikarenakan daya lampu yang digunakan
masih sebesar 23 W.

2. Temperatur warna lampu pada ruang sortasi kopi jenis cool daylight
sudah sesuai SNI 6197-2011.

3. Nilai intensitas konsumsi energi listrik pada ruang sortasi yaitu 0,295
kWh/m2/bulan untuk ruangan non AC dalam kategori sangat efisien
berdasarkan standar Permen ESDM No.13 Tahun 2012.

4. Nilai konsumsi energi listrik pada mesin pengolahan kopi sebesar


17.301,41 kWh/bulan dengan tagihan listrik sebesar Rp. 24.926.13
perlu dilakukan penghematan.

5. Peluang penghematan energi pada sistem pencahayaan di ruang sortasi


tidak perlu dilakukan karena nilai intensitas konsumsi energi sudah
memenuhi standar Permen ESDM No.13 Tahun 2012. Namun untuk
memenuhi taraf pencahayaannya perlu menambahkan daya lampu
yang digunakan yaitu 27 W. Peluang penghematan energi pada mesin
pengolahan kopi perlu dilakukan penghematan dengan menambahkan
Variabel Speed Drive (VSD) pada setiap mesin.

5.2 Saran
Rekomendasi penghematan lain yang dapat dilakukan yaitu menggunakan
sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan seperti cahaya matahari yang

61
62
dijadikan sebagai pembangkit tenaga surya untuk memenuhi konsumsi listrik pada
sitem pencahayaan dan mesin pengolahan kopi.
DAFTAR PUSTAKA

Al Amin, MS, & Emidiana, E. (2021). Lampu Led Sebagai Alternatif Penghemat
Energi Listrik Rumah Tangga. Teknika: Jurnal Teknik, 8 (1), 92-98.

Amin, S., Jamala, N., & Luizjaya, J. (2016). Analisis Pencahayaan Alami pada
Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Jurnal
Lingkungan Binaan Indonesia, 6 (1), 33-38.

Bernadiktus, F., & Hamzah, A. (2016). Analisa Evaluasi Intensitas Konsumsi


Energi melalui Audit Energi Listrik di Gedung Rektorat Universitas
Riau (Doctoral dissertation, Riau University).

Devianto (2021) .Analisi Pengaruh Pembebanan Terhadap Parameter Listrik dan


Harmonisasi Motor Induksi Tiga Fasa Sebagai Peneggerak Elevator
Gedung Kasuari PT. Multi Prada Mandiri. Skripsi. Semarang: Universitas
Semarang.

Hakim, RR (2019). Terminal Penumpang Pelabuhan Luwu Timur di Kabupaten


Luwu Timur dengan Pendekatan Arsitektur Hemat Energi (Disertasi
Doktor, Fakultas Sains dan Teknologi).

Idris, M. (November 13). Berapa Tarif Listrik Per kWh PLN Saat Ini?. Diakses
dari https://money.kompas.com/read/2021/11/13/200015726/berapa-tarif-
listrik-per-kwh-pln-saat
ini?page=all&jxconn=1*ta732q*other_jxampid*U2VpSXR0QmEwcnhFX
01mYzNTM1p0aE9hZGVwWFk3bEFMd0NkWkNKd1oybG1WX0xjUW
1GTGlKRUloX0RFeTdCMA..#page2.

Istiqlaliyah, H. (2017). Analisis Pengaruh Penggunaan Sistem Star Delta Dengan


Rangkaian Manual dan PLC Pada Motor Listrik 3 Phasa. Al-Jazari: Jurnal
Teknik Mesin, 2(2), 16-22.

Milenia, A. (2021). Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi dan Peluang


Penghematan Energi Penerangan Gedung Teaching Factory (Tefa)
Pengalengan Polije.

62
63
Multi, A., & Febryane, E. (2012). Penggunaan Variable Speed Drive Pada Motor
Induksi Untuk Penghematan Konsumsi Energi Listrik. Sainstech: Jurnal
Penelitian Dan Pengkajian Sains Dan Teknologi, 22(2),30-37.

Peraturan Menteri (Permen) Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik


Indonesia (ESDM). 2012. Undangundang No. 13 Tahun 2012 tentang nilai
standar IKE untuk bangunan di Indonesia. Sekretariat Negara. Jakarta

Pratama, F. (2018). Audit Energi Untuk Pencapaian Efisiensi Energi Listrik


PT. Intan Pariwara Klaten.

Raharjo, MA (2017). Audit Konsumsi Energi Untuk Mengetahui Peluang


Penghematan Energi Pada Gedung PT Indonesia Caps And Closures
(Disertasi Doktor, Universitas Mercu Buana).

Salpanio,R. (2007). Audit Energi Listrik pada Gedung Kampus UNDIP Pleburan
Semarang, Semarang: Universitas Diponogoro.

Tanjung, A. (2018). Analisis Penggunaan Energi Listrik Motor Induksi Tiga Fase
Menggunakan Variable Speed Drive (VSD). SainETIn: Jurnal Sains,
Energi, Teknologi, dan Industri, 2(2), 52-59.

Trigunadi, E. (2017). Audit Energi Untuk Mencapai Peluang Penghematan


Energi Pada PT XYZ (Disertasi Doktor, Universitas Mercu Buana).
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai PKL dari Perusahaan

64
65
Lampiran 2. Rangkuman Kegiatan Harian PKL (Logbook kegiatan)
66
67
68
69
Lampiran 3. Lembar Penilaian Pembimbing PKL
70
Lampiran 4. Data Pendukung Yang Diperlukan Sesuai Kebutuhan Kompetensi
Prodi

Pengambilan data arus dan tegangan Wawancara dengan teknisi

Nameplate blower Pengukuran luas ruang sortasi

Nameplate Motor AC 3 Phase (Elevator, Nameplate mesin pompa menuju mason


Vispulper, Pencacah)
71

Nameplate blower mason Nameplate ayakan

Pengambilan data tegangan Pengambilan data arus


72

Pengambilan data menggunakan luxmeter Pengambilan data menggunakan luxmeter

Ruang sortasi Nameplate raungwasher

Pengukuran taraf pencahayaan Nameplate pompa limba karet


73
Lampiran 5 Foto/Dokumentasi Rangkaian Kegiatan selama PKL

Pengamatan pada pengasapan sheet Belajar penyadapan

Penakaran sampel mangkok Kunjungan supervisi oleh dosen pembimbing

Pengamatan di visdryer Penyortiran kopi


74

Sebelum kegiatan pemasangan label Proses cutting pada karet sheet

Lepas Pisah dengan karyawan PDP Kahyangan


Wawancara dengan kabag Kantor
Kebun Sumberwadung

Proses pengolahan karet sheet


75
Lampiran 6. Denah Lokasi PKL

Anda mungkin juga menyukai