Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Konferensi Nasional Engineering Perhotelan X - 2019 (021-024) ISSN 2338-414X

Karakteristik Fisik Dan Mekanik Pine Resin Sebagai Matriks Dengan


Variasi Aditif MEKPO

CIPK Kencanawati*1 , NPG Suardana2, I Ketut Gede Sugita3 dan I Wayan Budiasa
Suyasa4
1,2,3)Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana
4)Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Abstrak

Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin
dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis jarum tersayat atau pecah.
Penamaan oleoresin ini dipakai untuk membedakan getah pinus dari getah alamiah (natural resin) yang muncul pada
kulit atau terdapat dalam rongga-rongga jaringan kayu. Getah pinus berwarna kuning pekat dan lengket, yang terdiri
dari asam terpen dan asam abietic, dari hasil penyulingan getah Pinus Merkusii rata-rata dihasilkan 64% gondorukem,
22,5% terpentin, dan 12,5% kotoran.

Melalui penelitian ini dilakukan pengujian density dengan variasi penambahan zat aditif MEKPO pada getah pinus yang
temperatur dan waktu pemanasan berbeda, selanjutnya akan dilakukan pengujian density, kekerasan, kekuatan
bending dan pengamatan morfologynya.

Dari hasil pengujian karakteristik fisik diperoleh densitas bioresin getah pinus berkisar antara 1,06 gr/cm 3 sampai
dengan 1,08 gr/cm3. Dengan tegangan bending dan regangan bending maksimumnya 0,75 MPa dan 0,03. Sedangkan
nilai kekerasan maksimumnya sebesar 8,13 VHN.

Kata kunci : getah pinus, densitas, karakteristik mekanik

Abstract

The pine resin produced by Pinus merkusii tree is classified as oleoresin which is a liquid resin acid in turpentine which
drips out when the resin channel in the wood or needle tree type is cut or broken. The naming of this oleoresin is used
to distinguish pine resin from natural resin that appears on the skin or is present in the cavities of wood tissue. The pine
resin is deep yellow and sticky, which consists of terpene acid and abietic acid, from the result of distillation of the
Pinus Merkusii sap on average produced 64% Gondorukem, 22.5% turpentine, and 12.5% impurity.

Through this research, density testing was carried out with variations in the addition of MEKPO additives on pine resin
which had different temperatures and heating times, then the density, hardness, bending strength and morphological
observations were carried out.

From the results of testing the physical characteristics obtained pine resin bioresin density ranged from 1.06 gr/cm3 to
1.08 gr/cm3. With a bending stress and bending strain the maximum is 0.75 MPa and 0.03. While the maximum
hardness value is 8.13 VHN.

Keywords: pine resin, density, mechanical characteristics

*Korespondensi: Tel./Fax.: +628124627633


E-mail: cok_putrikusuma@yahoo.com
Teknik Mesin Universitas Udayana 2019
CIPK Kencanawati et al.  Prosiding KNEP X – 2019  ISSN 2338-414X 22

1. Pendahuluan pemanasan, maka kandungan Terpentin yang ada


Pemanfaatan bahan-bahan alami sebagai suatu dalam getah akan menguap sehingga nantinya akan
upaya untuk mengembangkan matrial yang ramah tersisa berupa ampas getah yang biasanya disebut
lingkungan, sudah banyak dilakukan. Bahan alami dengan Gondorukem. Getah Pinus memiliki
adalah bahan-bahan yang berasal dari alam yang karakteristik hydrophobic (tidak suka air), dapat larut
diproduksi oleh mikro organisme hidup. dalam pelarut netral atau pelarut organik non polar
Peningkatan pemilihan dan penggunaan bahan- (etil eter, hexan, dan pelarut minyak). Getah Pinus
bahan alami dalam rekayasa material sedikit banyak termasuk jenis oleoresin (perpaduan resin dan minyak
disebabkan oleh issu dampak mengenai lingkungan pohon) yang mengandung senyawa terpenoid,
serta keberlanjutan dari sumber serat. Keberadaan hidrokarbon dan senyawa netral bila didestilasikan
bahan alam (filler dan matrik) sebagai bahan alternatif akan menghasilkan 15-25 % terpentin (C10H16) dan
pengganti bahan sintetik, memberi harapan untuk 70-80 % gondorukem dan 5-10 % kotoran (Riwayati
menurunnya tingkat CO2 di udara, kemampuan serat 2005). Warna getah pucat, jernih dan lengket serta
untuk dapat terurai oleh bakteri (biodegradability) dan apabila diuapkan berubah menjadi rapuh. Sugiyono et
sifat mekanik yang dapat disandingkan dengan serat al. (2001), menyatakan getah pinus tersusun atas 66
gelas. Dengan berbagai perlakuan terhadap (filler dan % asam resin (resin), 25 % terpentin (monoterpene),
matrik) alami, menyebabkan bahan alam tersebut 7 % bahan netral yang tidak mudah menguap dan 2%
dapat digunakan untuk memperkuat berbagai jenis air.
polimer, menjadi jenis material komposit yang dikenal Tabel 2.1 Sifat Fisik Getah Pinus
sebagai eco-composites atau greencomposite. No Karakteristik Getah pinus (27°C)
Dalam bidang rekayasa bahan terutama dalam 1 Bentuk Cairan
rekayasa komposit, penggunaan serat alam sudah 2 Warna Putih/kuning pucat
berkembang sangat pesat. Penggunaan serat alam 3 Kelarutan Hidrophobic
sebagai penguat/reinforced berasal dari serat tumbuh- 4 Softening Point 65°C - 75°C
tumbuhan, serat hewan dan serta mineral. Seiring 5 Karakteristik lain Lengket
berkembangnya ilmu pengetahuan penggunaan
bahan alam tidak saja sebagai penguat tetapi juga Sumber : Kencanawati et al, 2017
berkembang penggunaan bahan alam sebagai matrik Karakteristik mekanik yaitu kekuatan tarik getah
komposit. material komposit terdapat dua komponen pinus dengan pemanasan sampai 1700C adalah
utama penyusunnya yaitu penguat/filler dan matriks. sebesar 0,077 Mpa, elengation 0,710 % dan Modulus
Penguat seperti sudah dijelaskan diawal paragraf Elastisitas 0,489 Mpa, serta densitasnya sebesar 1,1
merupa komponen yang berfungsi untuk menahan gr/cm3. Selanjutnya pada penelitian dilakukan
sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan treatment terhadap getah pinus dengan
komposit. Sedangkan matrik sendiri untuk melindungi menambahankan hardener mekpo untuk
dan mengikat filler agar dapat bekerja dengan baik meningkatkan karakteristik mekanik dan fisiknya.
terhadap gaya-gaya yang terjadi. Penelitian ini akan mengembangkan pemanfaatan
Fungsi matriks dalam komposit antara lain: (1) getah pinus sebagai bioresin dengan penambahan
mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur, (2) hardener MEKPO. Kualitas dan karakteristik dari
melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi bahan dapat diamati dengan melakukan pengujian.
lingkungan, (3) mentransfer dan mendistribusikan Pada penelitian ini dilakukan pengujian bending dan
beban ke serat, dan (4) menyumbangkan beberapa pengujian densitas untuk mengamati sifat mekanik
sifat seperti, kekakuan, ketangguhan dan tahanan dan fisik dari bioresin getah pinus. Modifikasi
listrik (Gibson 1994). Saat ini masih dijumpai penambahan mekpo pada matriks alam getah pinus
beberapa keterbatasan sifat matriks alam sehingga diharapkan dapat menurunkan densitas getah pinus
menyulitkan penggunaan matrik alam sebagai resin sehingga dapat memperbaiki sifat mekanik bioresin
dalam komposit. getah pinus. mekpo yang memiliki massa molekul
Beberapa penelitian yang dilakukan dalam upaya lebih rendah diharapkan mampu meningkatkan
untuk mengkarakterisasi resin alam sebagai matrik kestabilan termal bioresin getah pinus.
komposit antara lain karet alam, sari pati kedelai, sari Katalis yang digunakan adalah katalis Methyl
pati singkong, dan sekresi kutu lak. Dari penelitian- Ethyl Keton Peroksida (MEKPO) dengan bentuk cair,
penelitian tersebut secara umum resin alam tersebut berwarna bening. Fungsi dari katalis adalah
dapat dipergunakan sebagai matrik komposit. mempercepat proses pengeringan (curring) pada
Salah satu bahan alam yang belum bahan matriks suatu komposit tetapi hal tersebut
dikarakterisasi untuk dapat digunakan sebagai resin berbeda pada bioresin getah pinus. Penggunaan
pengganti polimer sintetis adalah getah pinus merkusii katalis sebaiknya diatur berdasarkan kebutuhannya.
(pine resin). Getah pinus (colophony) merupakan Pada bioresin getah pinus, semakin banyak katalis
substansi yang transparan, kental dan memiliki daya yang dicampurkan pada bioresin akan memperlambat
rekat yang cukup tinggi. proses laju pengeringan. Pemakaian katalis dibatasi
Getah Pinus dihasilkan dari penyadapan batang sampai dengan 5% dari volume bioresin, jika lebih
pohon pinus, getah pinus ini bila dilakukan dari batas akan menyebabkan tidak adanya
CIPK Kencanawati et al.  Prosiding KNEP X – 2019  ISSN 2338-414X 23

peningkatan laju pengeringan atau bioresin tetap


pada bentuk cair. (Najib, 2010) 0,8
No Sifat dan Wujud Keterangan

Kekuatan bending (MPa)


0,7
Cairan bening dan sedikit 0,6
1 Wujud dan bau
berbau tajam 0,5
2 Titik leleh Cair pada suhu normal 0,4
3 Titik nyala 82oC 0,3
4 Massa jenis 1.11 g/ml 0,2
Kelarutan dalam 0,1
5 Kurang dari 1% pada 25oC
air 0
6 Sifat korosif Tidak korosif 1% 2% Persentasi
3% mekpo 4% 5%

Gambar 1. Kekuatan bending


2. Metode Penelitian
9
Matriks alam bioresin getah pinus dibuat dengan 8
pemanasan sampai temperatur 1800C selama 60 7

Kekerasan (HVN)
menit dan kemudian dicampurkan mekpo dengan
6
perbandingan 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%, dan diaduk
5
hingga homogen, kemudian dicetak sesuai dengan
4
ASTM pengujian dan dilakukan pengujian bending, uji
3
kekerasan dan pengujian densitas.
2
1
2.1. Alat Penelitian
0
Adapaun alat-alat penelitian yang digunakan 1% 2% 3% 4% 5%
Persentasi mekpo
antara lain :
1. Alat uji bending tensilon RTG 1310 dengan Gambar 2. Grafik hasil pengujian kekerasan
menggunakan ASTM D790 dan timbangan uji
densitas 1,085

2. Alat cetak menggunakan cetakan kayu dengan 1,08


ukuran yang sesuai dengan ASTM kemudian
density (gr/cm3)

1,075
dilapisi aluminium foil
3. Alat ukur: becker, thermometer, stopwatch, 1,07

timbangan digital 1,065


4. Alat K3: masker, sarung tangan karet 1,06
5. Alat bantu: magnetic heated stirrer, besi
pengaduk, kuas, lapmtangan, alumuniumnfoil, 1,055

plastik,nobeng, selotip, kawat tembaga 1,05


6. Alat pembersih: lap tangan, tisu, minyak goreng, 1% 2% 3% 4% 5%
Persentasi mekpo
kuas
Gambar 3. Grafik pengujian kekerasan
2.2. Bahan Penelitian Hasil uji bending terlihat bahwa kekuatan bending
Pada penelitian ini menggunakan bahan-bahan yaitu maksimumnya sebesar 0,752 MPa pada variasi
getah pinus yang didapat dari hasilnpenyadapan pada bioresin-mekpo 4%, hal ini disebabkan karena pada
pohon pinus (Pinus Merkusii Jungh. et deVries) dan bioresin dengan penambahan hardener sebanyak 4%
hardener jenis MEKPO. sudah terjadi ikatan yang homogen antara hardener
dengan bioresin getah pinus sehingga ketika
3. Hasil dan Pembahasan spesimen diberikan beban, spesimen mampu
menerima beban secara merata. Pada spesimen
Pengujian kekuatan bending pada bioresin getah dengan penambahan hardener terbanyak yaitu 5%
pinus dilakukan di Lab. Fisika Universitas Mataram. spesimen dapat menahan beban bending sebesar
Alat yang digunakan untuk uji bending yaitu alat uji 0,335 MPa. Pada spesimen bioresin dengan
mekanik tensilon RTG 1310 sesuai ASTM D790. penambahan hardener sebanyak 5%, ikatan antara
bioresin dengan hardener menjadi ikatan jenuh. Ini
menyebabkan ketika spesimen diberikan beban,
maka distribusi tegangan menjadi tidak merata.
Sedangkan bioresin yang memiliki tegangan bending
paling rendah terdapat pada spesimen bioresin
dengan penambahan hardener sebanyak 1% yaitu
sebesar 0,156 MPa. Hal ini disebabkan karena
CIPK Kencanawati et al.  Prosiding KNEP X – 2019  ISSN 2338-414X 24

ketidak homogenan ikatan antara hardener dengan Daftar Pustaka


bioresin sehingga diperediksi terbentuknya void di
dalam spesimen. Sedangkan kekerasan [1] John, M. J. and Anandjiwala, R. D. (2008)
maksimumnyanya sebesar 8,13 HVN pada komposisi ‘Recent Developments in Chemical Modification
mekpo 4% dan minimum sebesar 3,26 HVN pada and Characterization of Natural Fiber-Reinforced
penambahan mekpo 1%. Berdasarkan uji densitas Composites’. doi: 10.1002/pc.
rat-rata densitas getah pinus-mekpo berkisar antara [2] Kencanawati, C. et al. (2017) ‘Characterization
1,062 gr/cm3 sampai dengan 1,080 gr/cm 3. physical, mechanical, thermal and morphological
4. Simpulan properties of Colophony’, International Journal of
Engineering and Emerging Technology, 2(2), pp.
Hasil pengujian kekuatan bending dan densitas 17–19.
pada bioresin getah pinus (pinus merkusii) dengan [3] Kencanawati, C. I. P. K. et al. (2017) ‘A study on
variasi persentase penambahan hardener MEKPO biocomposite from local balinese areca catechu l.
menunjukkan bahwa bioresin getah pinus dengan husk fibers as reinforced material’, in IOP
variasi persentase penambahan hardener sebanyak Conference Series: Materials Science and
4% memiliki nilai kekuatan bending paling tinggi. Engineering. doi: 10.1088/1757-
Dimana nilai tegangan bending sebesar 0,752 MPa. 899X/201/1/012002.
Pada hasil uji densitas menunjukkan bahwa bioresin [4] Suardana, N. P. G. et al. (2010) ‘Mechanical
dengan variasi penambahan hardener sebanyak 5% properties and biodegradability of Green
memiliki nilai densitas paling tinggi yaitu sebesar composites based on polylactic-acid polymer
1,0720 gr/cm3 sedangkan bioresin dengan variasi Mechanical properties and biodegradability of
penambahan hardener sebanyak 1% memiliki nilai Green composites on polylactic-acid polymer’,
densitas paling rendah yaitu 1,0621 gr/cm3 dan pp. 1–6.
penambahan mekpo 5% densitasnya sebesar 1,080 [5] Toldy, A. et al. (2005) ‘Flame retardancy of
gr/cm3. biodegradable polymers and biocomposites’, 88,
pp. 138–145. doi:
Ucapan Terima Kasih 10.1016/j.polymdegradstab.2004.02.023
Ucapan terima kasih atau penghargaan bisa
disampaikan kepada Fakultas Teknik, dan LPPM
Universitas Udayana yang telah membantu
pendanaan dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai