Anda di halaman 1dari 4

HASIL DISKUSI

1. Dahak yang berwarna putih itu menandakan ada apa?


2. Pemeriksaan lebih lanjut tentang PPOK?
3. Menurut literatur mana tekanan darah 140/90 itu normal?
4. Penggunaan salbutamol apakah sebelum pemeriksaan atau setelah. Dan
apakah salbutamol tersebut berhubungan dengan kenaikan tekanan darah
yang dialami pasien mengingat salah satu efek samping samping salbutamol
bisa menaikkan tekanan darah?
5. Apakah tidak tidak ada pengobatan yang lain selain salbutamol?
6. Apa yang menyebabkan nyeri dada bagian kanan?
7. Apakah tidak ada terapi untuk batuk? Dan jika ada terapi apa yang dilakukan?
8. Pengobatan untuk dahak yang berwarna putih?
9. Mana yang paling bisa disembukan antara PPOK atau asma?
10. Mengapa memilih PCT untuk analgesik dari pada obat ibu profen yang efek
analgesiknya lebih efektif.

JAWABAN
1. Dahak yang berwarna putih biasanya menandakan bahwa saluran pernafasan
telah terjadi infeksi oleh bakteri yang biasanya di sebabkan oleh brongkitis
virus. Menurut Kusumaa (2018), yang menyatakan bahwa dahak berwarna
putih bisa disebabkan oleh bronkitis virus, penyakit asam lambung, gagal
jantung kongestif, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
2. Pemeriksaan lebih lanjut tentang PPOK adalah uji faal paru dengan
spirometri dan bronkodilator, analisa gas darah, pemeriksaan sputum dan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti CT-scan paru dan foto rontgen.
Menurut Lindayani (2017), yang menyatakan bahwa pemeriksaan lebih lanjut
tentang PPOK adalah pemerikasaan fisik, dan pemeriksaan penunnjang
seperti tes darah, tes fungsi paru, foto rongseng, dan CT-scan paru paru agar
dapat membantu para dokter dalam penegakan diagnose.
3. Tekanan darah untuk usia lansia yaitu umur 60 tahun ke atas adalah 130
mmhg – 140mmhg. Menurut KEMENKES RI (2016), yang menyatakan
tekanan darah normal untuk usia diatas 60thn dengan tekanan darah normal
yaitu 130-140 mmhg dan dianggap hipertensi jika melepati 140 mmhg
4. Pemberian obat salbutamol jika di tinjau dari kasus diketahui bahwa obat
salbutamol di berikan saat setelah pasien terdiagnosa PPOK sehingga tidak
ada kaitannya dengan efek samping obat salbutamol dengan menaiknya
tekanan darah pasien. Menurut Indun (2017), pemberian obat salbutamol
diberikan selesai pasier terdiagnosa penyakit PPOK dikarenakan obat
salbutamol merupakan obat keras yang harus dengan resep dokter.
5. Ada, salah satunya adalah golongan obat kartikosteroid, jenis kortikosteroid
yang digunakan adalah glukokortikoid yang digunakan dalam bentuk inhaler
maupun diminum secara oral. Glukokortikoid yang digunakan diantaranya
adalah beklometason, budesonid, dan futikason. Sedangkan dalam bentuk
sediaan peroral digunakan Prednisone dan metilprednisone namun golongan
obat ini memiliki efek samping yang lebih beresiko. Seperti menurut Li, j,
dkk (2015), golongan obat kortikosteroid memiliki efek samping yang lebih
beresiko dari golongan obat brongkodilator yakni meningkatnya kadar gula
darah, mempercepat timbulnya katak pelemahan fungsi otot dan sebagainya.
6. Penyebab dari nyeri dada bagian kanan adalah ketika kita batuk yang terlalu
keras atau batuk kering bisa menyebabkan sakit di dada bagian kanan.
Apalagi pada kasus ini penderita tersebut sedang batuk. Menurut Setiati
(2014), Penyebab nyeri pada dada bagian kanan karena kondisi penderita
ppok batuk maka tulang iga kanan yang patah akibat cedera juga bisa memicu
dada sebelah kanan terasa sakit, terutama saat bernafas dan batuk. Otot dan
tendon yang berada diantara tulang rusuk kanan juga bisa mengalami cedera
karena batuk yang terlalu keras atau karena pergerakkan tubuh sehingga
menyebabkan nyeri/sakit pada dada sebelah kanan.
7. Pada kasus tidak diberikan terapi batuk untuk pasien dikarenakan salbutamol
merupakan salah satu jenis obat yang digunakan untuk meredakan batuk,
mengi, dan kesulitan bernapas yang disebabkan oleh masalah pernapasan,
seperti asma dan PPOK. Menurut indun (2017), pada penelian yang sama
persis juga tidak diberikan terapi batuk dikarenakan salah satu manfaat dari
obat salbutamol adalah meredakan batuk.
8. Pada dasarnya dahak yang berwarna kunig sering disebabkan karena telah
terjadi infeksi bakteri pada saluran pernafasan dan pengobatan yang biasa
dilakukan adalah dengan pemberian antibiotik yang bisanya berasal dari
golongan antibiotik penisilin. Menurut Kusuma (2018), Jenis antibiotik yang
digunakan untuk terapi infeksi saluran pernafasan akut yaitu golongan
penisilin seperti amoksisilin, amoksisilin– klavulanat.
9. Penyakit asma adalah penyakit yang dapat disembukan karena saluran
pernafaran dan paru patu ridak terjadi kerusakan jaringan sdangkan PPOK
adalah penyakit yang sudah tidak dapat disembukan karena pada saluran
pernafasan ataupun paru paru sudah terjadi inflamasi sampai dengan
kerusakan jaringan pada organ. Menurut Lindayani (2017) Asma dapat
disembuhkan karena fungsi paru pada penderita asma dapat kembali seperti
semula, itulah sebabnya ada anak-anak berpenyakit asma yang hampir tidak
mengalami gejala lagi saat sudah dewasa. Sedangkan PPOK fungsi paru pada
penderitanya masih lebih rendah dari asma, tidak bisa sembuh secara total hal
ini karena saluran pernafasan penderita PPOK tidak bisa mengembang secara
sempurna seperti pada penderita asma.
10. Obat ibuprofen tidak bisa diberikan kepada penderita asma dan PPOK
dikarenakan ibu profen tergolong dalam obat obatan NSAID yang dimana
kerjanya akan menghambat prostaglandin sehingga akan memicu reaksi
alergi. Menurut Dewoto (2018), Obat golongan NSAID, seperti ibuprofen,
aspirin, serta naproxen tidak dianjurkan untuk pengidap asma dan PPOK.
Kebanyakan penderita asma dan PPOK diperbolehkan mengonsumsi
acetaminophen (parasetamol) untuk mengobati demam atau rasa sakit dan
nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Dewoto, H. R. 2018. Analgesik opioid dan Antagonis dalam, farmakogoli dan
therapi 5th edn. Edited by S. G. Gunawan. Fakulttas kedokteran.
Kemenrtian Kesehatan RI. 2016. Buku Kesehatan Lanjut Usia. Kementrian
Kesehatan RI. ISBN 978-602-416-086-9
Kusuma, 2018. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) Diagnosis dan
Penatalaksanaan. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Lindayani and Theodore 2017. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS
(PPOK). Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Li, J. & Fan Wang 2015. Corticosteroid Therapy in Ulcerative Colitis. Clinical
responden and predictotrs. World journal of Gastroentelogy, 21(10). Pp.
3005-3015
Setiati, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid 1. Jakarta :
Interna Publishing. Hal 869

Anda mungkin juga menyukai