Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL SKRIPSI

Pengaruh Berkumur dengan Larutan Teh Putih (Camellia sinensis L) dalam

Menurunkan Akumulasi Plak Gigi Pada Mahasiswa Jurursan Keperawatan

Gigi Prodi D3

Oleh :

ISHAQ IBRAHIM

PO.71.4.261.16.1.062

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat merupakan suatu kondisi yang sempurna, baik secara fisik,

mental, sosial, maupun bebas dari penyakit dan kecacatan. Tujuh kondisi

kesehatan gigi dan mulut yang di hitung sebagai pokok dari penyakit gigi

dan mulut. Itu termasuk karies gigi (gigi berlubang), penyakit periodontal

(gusi), kanker mulut, manifestasi HIV di mulut, trauma odo-dental, bibir

sumbing dan noma. Hampir semua kondisi dan penyakit dapat di cegah atau

dapat di atasi pada tahapan awal penyakit.1

Masalah gigi dan mulut di Indonesia sampai saat ini masih

memerlukan perhatian yang cukup besar, berdasarkan hasil Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, penyakit karies gigi dan

periodontal telah dialami oleh sekitar 90% masyarakat. Penyakit tersebut

memiliki hubungan erat dengan keadaan kebersihan mulut yang terabaikan

sebagai akibat terbentuknya lapisan yang melekat erat pada permukaan gigi

yang mengandung bakteri dan di sebut sebagai plak.2

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS)

tahun 2018 di bidang kesehatan gigi dan mulut, prevelensi penduduk yang

mempunyai masalah gigi dan mulut adalah 57,6%. Sebanyak 21 provinsi

memiliki prevelensi diatas prevelensi nasional. Data Riset Kesehatan Dasar

1
provinsi Sulawesi selatan tahun 2018, prevelensi penduduk yang mempunyai

masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir adalah 70,05%.3

Dari hasil penelitian yang telah di lakukan oleh Wiwik Sepriyani,

Suryani dan Ishaq Ibrahim di Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes

Kemenkes Makassar pada tahun 2019 menunjukkan bahwa pada

pemeriksaan awal plak gigi sebelum di lakukan perlakuan berkumur dengan

larutan teh hijau yaitu indeks plak gigi sampel menunjukkan kategori buruk

dan sedang, tidak ada sampel yang memilki indeks plak dengan kategori baik

dan sangat baik. Hal ini di karenakan masih kurangnya kesadaran mahasiswa

untuk mejaga kesehatan gigi dan mulut.4

Plak adalah lapisan lunak dan lengket yang melekat pada gigi. Plak

terdiri dari protein dan bakteri. 70% dari bakteri itu berasal dari air liur, plak

terbentuk segera setelah selesai menyikat gigi.5 Cara preventif yang paling

dikenal untuk mengurangi masalah kesehatan gigi dan mulut selain menyikat

gigi ialah berkumur. Menurut Rawlinson, penggunaan obat kumur praktis

digunakan dan dapat menghilangkan bakteri maupun plak di sela-sela gigi

yang tidak terjangkau oleh sikat gigi. Berkumur dengan obat kumur juga

dapat mencapai lebih banyak permukaan-permukaan rongga mulut, sehingga

efektivitas kontrol plak meningkat. Seiring berjalannya waktu muncul obat

herbal yang dapat menghilangkan plak gigi.6

Minuman dari pucuk daun teh (Camellia sinensis) ini dapat

memperkuat gigi, melawan bakteri dalam mulut, dan mencegah terbentuknya

plak gigi. Teh memiliki kandungan kaya sumber polifenol (katekin) yang

2
merupakan bagian dari flafonoid yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri.7

Teh putih merupakan produk olahan teh (camellia sinensis linn).

Yang spesifik anatara lain bahan baku berasal dari pucuk daun teh yang

menggulung (kuncup). Diolah minimal meliputi pelayuan (steaming) dan

pengeringan saja tanpa melalui proses fermentasi serta warna seduhannya

putih keperakan. Hal ini berbeda dengan proses pembuatan teh hitam dan teh

hijau. Menurut Rai et al. (2012) kandungan katekin pada teh putih mencapai

20-30% dari berat kering, jauh lebih tinggi di bandingkan teh hijau. Senyawa

fenolik yang utama adalah epicatechin (EC), epigallocatechin (EGC),

epicatechin-3-gallate (ECG) dan epigallocatechin-3-gallate ( EGCG) yang

merupakan turunan katekin.8

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah ada pengaruh berkumur dengan larutan teh putih dalam

menurunkan akumulasi plak gigi?

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh berkumur dengan larutan teh putih

dalam menurunkan akumulasi plak gigi.

2. Tujuan Khusus

3
a. Untuk mengetahui skor plak gigi sebelum berkumur dengan larutan

teh putih.

b. Untuk mengetahui skor plak gigi sesudah berkumur dengan larutan

teh putih.

c. Untuk menganalisa perbedaan skor plak gigi sebelum dan sesudah

berkumur dengan larutan teh putih.

C. Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi ilmiah khususnya dibidang kesehatan gigi

mengenai efek berkumur dengan larutan teh putih terhadap akumulasi

plak gigi.

b. Menjadi sumber informasi mengenai khasiat teh putih dan mint terhadap

penurunan akumulasi plak gigi.

c. Memperluas pemanfaatan bahan herbal dibidang kesehatan khususnya

kesehatan gigi dan mulut.

d. Sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.

D. Keaslian Skripsi

a. Penelitian yang dilakukan oleh Anindita Angela pada tahun 2019,

berdasarkan hasil penelitain akumulasi plak setelah berkumur larutan teh

putih dari 0 mejadi 0,9, sedangkan setelah berkumur dengan air mineral

terjadi akumulasi dari 0 mejadi 3,24. Dan sesuai pendapat octavina

manfaat teh putih untuk kesehatan mulut mengandung senyawa polifenol

dan tannin yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan berbagai

macam bakteri yang ada di dalm mulut. Setelah berkumur dengan larutan

4
teh putih terjadi akumulasi plak lebih sedikit di bandingkan yang

berkumur dengan air mineral.

b.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teh

1. Teh

Teh dalah jenis tanaman yang sangat di kenal di nusantara,

tanaman ini tunbuh dengan baik di daerah daerah pegunungan yang

berhawa sejuk atau dingin. Teh sudah sejak lama sebagai bahan minuman

yang terkenal, selain digunakan untuk minuman, teh juga di gunakan

untuk kepentingan pengobatan (Suparmi dan Ari, 2017). Teh merupakan

jenis tanaman yang dikomsumsi bagian daunnya. Berbagai jenis teh

tersebar di dunia mulai dari teh hitam, teh merah, teh hijau sampai teh

putih. Setiap hari pucuk daunt eh dipanen untuk kemudian diproses

menjadi berbagai jenis minuman teh, mulai dari teh kering, teh celup,

sampai dengan teh instan dan teh botol (Afin, 2013).

Pusat penelitian teh dan kina (PPTK) gambung-jawa barat

Indonesia telah melakukan penelitian dan hasilnya menunjukan bahwa

kandungan folifenol pada teh Indonesia yang merupakan komponen aktif

untuk kesehatan kurang lebih 1,34 kali lebih tinggi di banding teh dari

Negara lain. Katekin merupakan senyawa folifenol utama pada teh

sebesar 90% dari total kadungan folifenol. Rata-rata katekin pada teh

Indonesia berkisar antara 7,02-11,60% b.k., sedangkan pada Negara lain

berkisar antara 5.06-7,47% (Tanti setiawati, 2007).

6
Teh selain mengandung polifenol hingga 25-35%, juga

mengandung komponen lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Teh banyak

mengandung banyak zat-zat yang penting untuk kesehatan tubuh seperti

antioksidan, kafein tea, vitamin B kompleks, vitamin A, vitamin C,

vitamin E, katekin, flavanol, memonocitrat, fluoride, manganese, dan zinc

(Suparni dan Ari, 2017).

2. Sejarah Teh di Indonesia

Ara Rossi (2010), tanaman teh di perkenalkan di Indonesia pada

tahun 1686 oleh seorang ahli botanical sekaligus dokter dari belanda

bernama andreas clayer di perkebunan Batavia. Negara Indonesia pernah

Berjaya sebagai salah satu produsen the terbesar di dunia. Indonesia

memiliki banyak perkebunan the di jawa dan Sumatra. Namun, sayangnya

sekarang ini hasil produksi terus mengalami kemunduran.

Perkebunan teh (tea garden) di Indonesia banyak di buka pada

masa hindia belanda. Pada mulanya bibit the berasal dari cina namun

setelah datang bibit the dari india (assam) pada tahun 1872 maka banyak

perkebunan the memakai bibit assam karena ternyata lebih cocok dengan

iklim Indonesia.

Indonesia mempunyai cukup banyak kebun the terkenal, bahkan di

antaranya ada yang termasuk perkebunan teh terluas no 1 dan tertinggi ke

2 di dunia. Perkebunan the tersebut terbesar di Indonesia seperti di jawa

barat (bogor, sukabumi, garut), jawa tengah (pegunungan dieng,

7
wonosobo, temanggung, pekalongan), sumatera utara (pematangan

siantar), dan sumatera barat.

3. Teh putih

(sumber : geogle.com)

Teh putih adalah teh yang di produksi paling sedikit, teh ini yang sangat

langkah dan mahal. Meski namanya teh putih, teh ini tidak berwarna putih

melainkan kuning muda. Pengolahan teh ini tidak melalui proses oksidasi.

Saat di pohon, daun teh juga terlindung dari sinar matahari agar tidak

menghasilkan klorofil. Teh jenis ini di klaim dapat menghambat pertumbuhan

bakteri staphylococcus, streptococcus, pneumonia, dan karies gigi,

menurunkan tekanan darah dan kolestrol, melindungi jantung, menagkal

kanker, mencegah tanda-tanda penuaan, membersihkan kulit serta

meningkatkan daya tahan tubuh (Dini, 2017).

Lelita El Al (2018) , mengatakan bahwa aktivitas antioksidan teh putih

relative lebih tinggi yakni 92,91/0,08% di banding dengan jenis teh yang lain,

teh oolong 87,20/0,217%, teh hijau (green tea) yakni 86,32/0,10%, dan teh

8
hitam (black tea) yakni 55,48/0,68% (Lelita, 2018). Setyopratomo (2014)

mengatakan ekstrak etanol 20% teh putih pada berbagai suhu ekstraksi (40-

60%) mengandung total fenolik 21-25%. Senyawa biotik utama yang terdapat

pada ekstrak teh putih anrata lain katekin (C), epikatekin (EC), egigalokatekin

(EGC), epikatekin galat (ECG), dan epigalokatekin-3-galat (EGCG) (Rai et

al, 2012).

Menurut Kementrian Pertanian (2013) khasiat yang dimiliki oleh teh putih

dalam menjaga kesehatan yaitu :

a. sangat kaya anti oksidan yang 100 kali lebih efektif dari vitamin C dan

25 kali lebih efektif dari vitamin E, sehingga sangat baik untuk mencegah

penuaan dini.

b. Mencegah pengerutan pada wajah, mencegah keriput, membuat kulit

menjadi sehat,cerah dan memutihkan secara alami.

c. Mencegah pengerasan dan penyempitan pembuluh darah. Polifenol pada

teh putih menunjukan efek yang bagus pada zat pembeku darah dan anti

pengumpulan darah, terutama katekin yang dapat mencegah sel darah

merah menggumpal.

d. Melancarkan aliran darah pada pembuluh darah, meningkatkan

ketahanan pembuluh darah, serta mencegah terjadinya stroke.

e. Mengurangi tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner.

f. Menurunkan tekanan darah, dimana beberapa penelitian membuktikan

teh putih dapat mengencerkan darah dan memperbaiki fungsi arteri

sehingga menurunkan tekanan darah.

9
g. Anti karsinogenik, menolak zat nitrosoamine yang merupakan zat

pembentuk karsinogen (penyebab kanker) dalam makanan.

h. Teh putih menguatkan system kekebalan tubuh.

i. Mengeluarkan racun (toksin) dalam tubuh dan anti radiasi sinar ultra

violet, karena polifenol dalam teh putih adalah filter alami terhadap

radiasi sinar ultra violet.

j. Menyehatkan gigi dan gusi, sekaligus mematikan kuman penyebab bau

nafas tak sedap, anti gigi berlubang dan anti bakteri.

k. Mencegah kelebihan berat bada atau obesitas, dimana ekstrak teh putih

dapat mencegah jaringan lemak sehingga menghambat potensi

kegemukan dan membantu membakar lemak.

l. Ekstrak teh putih mampu menaikan metabolisme dan membuat tubuh

menjadi langsing.

m. Mencegah kanker, dengan kandungan antioksidan polifenol yang

terdapat dalam teh putih dapat mencegah dan melawan berbagai jenis

kanker sekaligus menghentikan penyebarannya.

n. Menetralisir radikal bebas dan mengurangi serta mencegah kerusakan

yang ditimbulkan oleh radikal bebas.

o. Menurunkan kolestrol, antioksidan dalam teh putih dapat menurnkan

kolestrol jahat LDL (low density lipoprotein) sekaligus meningkatkan

kolestrol baik HDL (high density lipoprotein) dalam darah.

p. Melindungi jantung dan seluruh sistem peredaran darah.

10
q. Menurunkan kadar gula darah, serta mencegah dan mengurangi gejalah

diabetes mellitus.

r. Menenangkan, mengurangi stress dan menambah energi, dimana L-

theanine yang di kandungnya merupakan asam amino yang menurut riset

terkini dapat menstimulusi gelombang otak alfa untuk meningkatkan efek

menangkan.

B. Plak Gigi
1. Pengertian plak gigi

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat pada permukaan

gigi, terdiri atas mokroorganisme yang berkembang biak dalam suatu

matriks intraseluler jika seseorang malalikan kebersihan gigi dan

mulutnya (Megananda, dkk, 2013). Plak gigi merupakam lapisan bakteri

yang lunak, tidak terkalsifikasi, menumpuk dan melekat pada gigi geligi

dan objek lain di dalam mulut, misalnya restorasi, gigi tiruan, dan

kalkulus. dalam bentuk lapisan tipis plak umumnya tidak terlihat dan

hanya dapat terlihat dengan bantuan bahan disclosing. Dalam bentuk

lapisan yang tebal plak terlihat sebagai deposit kekuningan atau ke abu-

abuan yang tidak dapat dilepas dengan kumur-kumur atau irigasi tetapi

dapat di hilangkan dengan penyikatan. plak jarang terletak pada permkaan

oklusal gigi kecuali bila gigi tersebut sudah tidak berfungsi, sehingga

dapat terbentuk deposit yang luas (Manson dan elley, 1993) .

2. Komposisi plak gigi

11
Plak gigi sebagian besar terdiri atas air dan berbagai macam

mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks intraseluler

yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler dan protein saliva. Sekitar

80% dari berat plak adalah air, sementara jumlah mikroorganisme kurang

lebih 250 juta per mg berat basah. Selain terdiri atas mikroorganisme,

juga terdapat sel-sel epitel lepas, leukosit, partikel-partikel sisa makanan,

garam anorganik ya g terutama terdiri atas kalsium, fosfat dan flour.

3. proses terbentuknya plak

mekanis pembentukan plak melalui suatu pembelahan internal dan

deposit permukaan. Berbagai varietas bakteri akan melekatpada kolum ini

dan berlipat ganda sehingga 3-4 minggu akan terbentuk flora mirobia yang

mencerminkan adanya keseimbanga ekosistem organisme atau microbial

pada permukaan gigi.

Plak gigi terlihat 1-2 hari tanpa adanya tindakan oral hygiene. Plak

bisa berwarna putih, keabu-abuan atau kuning dan memiliki tampilan yang

bulat. Sejumlah kecil plak yang tidak dapat terlihat pada permukaan gigi

dideteksi dengan probe periodontal sepanjang bagian sepertiga gigi bagian

atas. Metode lain yang di gunakan yaitu dengan menggunakan disclosing

solution. Tanpa adanya tindakan oral hygiene, plak bisa berlanjut dan terus

berakumulasi sampai sebuah keseimbangan tercapai antara penghapusan

plak dengan pembentukan plak. proses pembentukan plak bisa di bagi

menjadi tiga fase yaitu (Carranza, dkk, 2002) :

1. Pembentukan dental pellicle

12
Pembentukan dental pellicle adalah fase awal dari pembentukan

lak. Beberapa detik setelah penyikatan gigi, akan terbentuk deposit

selapis tipis dari protein saliva yang terutama terdiri dari glikoprotein

pada permukaan gigi (serta ada restorasi dan geligi tiruan). Lapisan ini

tipis, translusen, halus dan tidak berwarna. Lapisan ini melekat erat

pada permukaan gigi (manson dan elley, 1993).

2. Kolonisasi awal pada permukaan gigi

Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya partikel,

partikel ini akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit

langsung pada email, tapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada

pelikel dan bakteri dapat menyelubungi glikoprotein saliva. Bakteri

awal yang berkolonisasi dengan partikel pada permukaan gigi sebagian

besar adalah bakteri grampositif fakultatif seperti actinomynces

viscosus dan streptococcus sanguis (Carranza, dkk, 2002).

3. Kolonisasi kedua dan maturasi plak gigi

Koloni kedua adalah mikroorganisme yang pada awalnya tidak

berkolonisasi pada permukaan gigi termasuk propotella intermedia,

provotella loescheii, capnocytophaga spp. Fusobacterium nucleatum

dan porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme ini melekat pada sel

bakteri yang telah berapa pada dalam plak (Carranza, dkk, 2002).

selama kondisi ini kondisi lingkngan perlahan lahan kan berubah dan

menyebabkan terjadinya pertumbuhan selektif. Keadaan ini akan

menyebabkan perubahan komposisi bakteri, dan setelah 2-3 minggu

13
akan terjadi pertumbuhan flora kompleks, termasuk bakteri anaerob

gram negative, bakteri motil dan spirochaeta (manson dan elley, 1993).

14
4. Potensi Patologis Plak Terhadap Terjadinya Penyakit Jaringan Keras Gigi

dan Jaringan Lunak

Plak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva berpotensi

cukup besar untuk menimbukan penyakit jaringan keras gigi maupun

jaringan pendukungnya. Keadaan ini disebabkan karena plak mengandung

berbagai macam bakteri dengan berbagai macam metabolismenya. Penyakit

yang di timbulkan bakteri pada jaringan keras maupun jaringan

pendukungnya bergantung pada umur dan ketebalan plak (yang akan

mememngaruhi pH, komposisis organik dan anorganik, serta macam dan

jumlah bakteri), jenis makanan dalam diet dan banyaknya aliran saliva.

Sebagai contoh metabolism karbohidrat oleh bakteri asidogenik akan

menghasilkan pembentukan dan penimbunan asam. Asam ini dapat

mengakibatkan terjadinya dekalsifikasi dan dekstruksi permukaan gigi

sehingga terjadinya karies, sedangkan metabolism protein akan

menghasilkan bahan tostik terhadap jaringan lunak, selain itu juga

menghasilkanproduksi basa seperti NH, yang dapat meningkatkan pH dan

merangsang deposisi dan penimbunan garan kalsium dan fosfat yang

menyebabkan terjadinya kalkulus (Megananda, dkk, 2013).

5. Pengontrolan Plak Gigi

Menurut Preazy, dkk (2015) Terdapat beberapa cara yang di

gunakan untuk control plak yaitu mekanik, kimia, dan alamiah :

15
a. Secara mekanik

Sampai saat ini, control plak masih mengandalkan pembersihan secara

mekanik. Control plak secara mekanik adalah dengan cara menyikat

gigi. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan

factor yang cukup penting untuk memelihara kesehatan gigi dan

mulut. Untuk mencapai keberhasilan dalam memelihara kesehatan

gigi dan mulut, juga di pengaruhi oleh factor penggunaan alat, metode

penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatanyang tepat. Jika

semua ini dapat di lakukan secara terus menerus, keberhasilan dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat tercapai dan keinginan

memiliki gigi dan mulut yang sehat dan senyum yang indah dapat

terwujud.

b. Secara kimiawi

Control plak secara kimiawi adalah dengan cara berkumur dengan

cara anti bakteri. Berkumur menggunakan cairan anti bakteri dapat

membunuh bakteri yang menempel pada permukaan gigi.

c. Secara alamiah

Control plak secara alamiah adalah dengan cara mengunyah

makanan berserat. Kebiasaan makan makanan berserat bersifat

sebagai pengendali plak secara alamiah. Makanan padat dan berserat

secara fisiologis akan meningkatkan intensitas pengunayahan dalam

mulut. Proses pengunyahan makanan ini akan meningkatkan produksi

saliva. Saliva akan membantu membilas gigi dari partikel-partikel

16
makanan yang melekat pada gigi dan juga melarutkan komponen gula

dari sisa makanan yang terperangkap dalam sela-sela vit dan vissure

permukaan gigi.

6. Plak Indeks

Penilaian plak indeks menurut Loe and Silness dilakukan dengan

melakukan pemberian disclosing solution dan dicocokkan dengan tabel

scoring.

Jumlah kategori plak pada seluruh permukaan

Indeks Plak = gigi yang diperiksa


Jumlah gigi yang diperiksa

Skor penilaian untuk indeks plak :

Kriteria Skor
Tidak ada plak 0
Selapis tipis plak yang melekat pada tepi gingiva 1
Pengumpulan deposit lunak yang disertai pocket gingival, 2

pada tepi gingival dan berdekatan dengan permukaan gigi


Banyak deposit lunak yang disertai pocket gingiva pada tepi 3

gingiva dan berdekatan dengan permukaan gigi


Tabel 1.1: Skor penilaian ideks plak

Skor Penilaian Plak Indeks

17
Nilai Kriteria
0 Sangat baik
0,1 - 0,9 Baik
1,0 – 1,9 Sedang
2,0 - 3,0 Buruk
Tabel 1.2 : Skor penilaian plak

Unsur yang diteliti yaitu :

1. Unsur 16 (molar kanan rahang atas)

2. Unsur 12 (incisivus kanan rahang atas)

3. Unsur 24 (premolar kiri rahang atas)

4. Unsur 46 (molar kiri rahang bawah)

5. Unsur 42 (incisivus kiri rahang bawah)

6. Unsur 34 (incisivus kanan rahang bawah)

C. Berkumur Dengan Larutan Teh Putih

Obat kumur herbal terbukti memiliki efek samping yang berhubungan

dengan pengobatan konvensional dan menjadi alternative yang aman dan

efektif untuk pengobatan konvensional yang berkembang saat ini. Penelitian

yang luas mengenai teh selama ini beberapa waktu telah mengungkapkan

bahwa berkumur dengan larutan teh dapat menurunkan indeks plak.

Penelitian yang dilakukan oleh Anindita (2019) dengan judul gambaran efek

berkumur larutan teh putih terhadap akumulasi plak pada mahasiswa jurusan

keperawatan gigi RI medan mengungkapkan bahwa berkumur dengan

larutan teh putih dapat menurunkan akumulasi plak gigi. Sesuai pendapat

octaviana manfaat teh putih untuk kesehatan gigi dan mulut, mengandung

18
senyawa polifenol dan tannin yang berfungsi untuk menghambat

pertumbuhan berbagai macam bakteri yang ada di mulut.

D. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan antara konsep-konsep

atau variable-varaibel yang akan di amati (diukur) melalui penelitian yang

dilakukan.

Larutan
Berkumur Akumulasi Plak
Teh Putih

Variable indevenden : Larutan Teh Putih

Variabel devenden : Akumulasi Plak

E. Hipotesis

Berkumur dengan larutan teh putih dapat menrunkan akumulasi plak gigi.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian 

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental, yaitu

kegiatan penelitian yang ditandai dengan adanya percobaan atau trial yaitu

berupa perlakuan atau intervensi terhadap variabel pengaruh, kemudian

mengukur akibat atau pengaruhnya.

Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan pretest-

posttest design, yaitu hal yang pertama dilakukan adalah pemeriksaan, lalu

dikenakan perlakuan dalam jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan

pemeriksaan untuk kedua kalinya.

Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pretest Treatment Posttest


O1 X O2

Keterangan :

O1 : pemeriksaan plak gigi sebelum berkumur dengan larutan teh putih

X : perlakuan dengan berkumur dengan larutan teh putih

O2 : pemeriksaan plak gigi setelah berkumur dengan larutan teh putih

20
B. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa D.III Jurusan Keperawatan

Gigi Poltekkes Kemenkes Makassar yaitu tingka I berjumlah 48 orang,

tingkat II berjumlah 49 orang dan tingkat III berjumlah 47 orang jadi total

keseluruhan adalah 144 orang.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Adapun teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah quota sampling. rumus

yang di gunakan untuk menetukan besar sampel yang di gunakan adalah

rumus Slovin dengan rumus :

N
n=
1+N (d)2

Ket : N = jumlah populasi


n = jumlah sampel
d = batas toleransi kesalahan = 10%

Dik N = 144 orang


Maka :
N
n=
1+N (d)2

21
144
n=
1+144 (10)2

144
n=
1+144 (0,01)

144
n=
2,44

n =59,01 (dibulatkan menjadi 59 orang)

Sampel pada penelitian ini sebanyak 59 orang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes

Kemenkes Makassar.

2. Waktu penelitian

Penelitian di lakukan pada bulan januari sampai dengan bulan juli 2020.

D. Variable Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent)

Variable yang akan menentukan atau berpengaruh terhadap

variable terikat (dependen). Dalam variable independen penelitian ini

adalah larutan teh putih.

22
2. Variable Terikat (Dependen)

Variable yang nilai atau kondisinya dipengaruhi oleh variable

bebas (independent). Dalam variable dependen penelitian ini adalah

akumulasi plak gigi.

E. Defenisi Operasional

1. Larutan teh putih merupakan pucuk daun teh yang diolah minimal meliputi

pelayuan dan pengeringan saja tanpa melalui proses fermentasi, kemudian

diolah menjadi sebuah produk dan di kemas dalam bentuk saset dan siap

untuk disajikan secara langsung. Adapun merk produk yang digunakan

adalah organic white tea. 1 saset diseduhkan dengan air hangat sebanyak

240 ml dengan waktu 3-4 menit.

2. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang

berkembang biak di atas suatu matriks jika seseorang melalaikan

kebersihan gigi dan mulutnya.

F. Jenis Dan Teknik Pengumulan Data

1. Data primer yaitu data yang di ambil secara langsung dari subjek yang

akan di teliti yaitu dengan pemeriksaan langsung dan pemberian lembar

observasi.

2. Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari pihak Kampus Jurusan

Kerawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Makassar yang berupa lembar

absensi kelas.

G. Instrumen, Alat dan Bahan Penelitian

23
1. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan lembar

observasi yaitu untuk Plak indeks.

2. Alat penelitian yang digunakan yaitu :

a. Oral diagnostik

b. Nierbeken

c. Handscoon

d. Masker

e. Gelas kumur

f. Cotton Pelet

g. Alat tulis

h. Form penelitian

i. Informed consent

3. Bahan penelitian yang digunakan yaitu :

a. Disclosing sollution

b. Teh Putih

c. Kapas

d. Air

e. Alkohol

H. Prosedur Kerja

1. Tahap Persiapan:

a. Menyiapkan sampel yang dibutuhkan yaitu mahasiswa D.III jurusan

keperawatan gigi sebanyak 59 orang.

24
b. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

c. Menjelaskan terlebih dahulu mengenai tujuan, prosedur dan manfaat

penelitian.

d. Mahasiswa (sampel) diminta untuk menandatangani lembar

informed concern.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memeriksa plaque score subjek sebelum berkumur larutan teh putih

kemudian mencatatnya dalam lembar observasi.

b. Berkumur menggunakan lautan teh putih selama 30 detik.

c. Memeriksa kembali plaque score subjek setelah berkumur larutan

teh putih kemudian mencatatnya dalam lembar observasi.

I. Data Penelitian

1. Data didapatkan dari hasil penilaian skor plak sebelum dan sesudah

berkumur dengan larutan teh putih berdasarkan jumlah sampel yang di

teliti dan memuat uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian

kemudian di distribusikan kedalam bentuk tabel.

2. Data mentah yang telah di dapatkan selanjutnya diolah dengan

menggunakan SPSS (Statistik Package Social Scince) yang pada umumnya

digunakan untuk menganalisis data.

3. Uji statistik yang digunakan adalah Uji T untuk melihat perbedaan

sebelum dan setelah berkumur menggunakan larutan teh putih dalam

menurunkan akumulasi plak gigi.

25
26
DAFTAR PUSTAKA

Ajisaka. 2012. Teh Dahsyat Khasiatnya. Surabaya : Stomata.

Amalia N. Perbandingan Efektivitas Berkumur Larutan Teh Putih (Camellia


Sinensis I.) seduh konsentrasi 100. Dentino. 2014. II(1):30.

4. Arif MS. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta:


Kaninus.
Dewi, JK. 2016. Kualitas Teh Celup denagn Kombinasi The Oolong dan daun
Stevia (Stevia rebauduana Bert). Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Dyah, Roro. 10 Manfaat Teh Hijau Kepala Jenggot Untuk Diet dan Kesehatan
Tubuh. Avaliable from : https://manfaat.co.id/manfaat-teh-hijau-kepala-
jenggot [6 Desember 2018]

Hartoyo, A. 2007. Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.

Kamusbesar. 2017. Arti Kata Berkumur. Avaliable from:


https://www.kamusbesar.com/berkumur [14 Desember 2018]

Kusnaedi. 2009. Terapi Teh Cara Ampuh dan Mudah Mencegah dan
Mengobati Kolesterol, Diabetes, Darah Tinggi, Kanker, Sariawan, Sakit
Perut, Sakit Gigi dan Flu. Bekasi Utara: Duta Media Tama.

Machfoedz, Ircham. 2005. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak dan
Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitrimaya.

Manson, J.D dan Eley, B.M. 2004. Buku Ajar Periodonti, Ed. Ke-2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Muin AI, dan Munandar S. Pengaruh Pemberian Teh Hijau (Camellia sinensis)
terhadap Pembentukan Plak Gigi [Karya Ilmiah]. Media Medika Muda.
Semarang: Universitas Diponegoro; 2006. Avaliable from ::
http://eprints.undip.ac.id/1489/1/artikel_01.html [14 November 2018]

Naland H. 2008. Kombucha Teh Dengan Seribu Khasiat. Jakarta: Agromedia


Pustaka.

27
Patabang WA, Leman MA, Maryono J. Perbedaan jumlah pertumbuhan koloni
bakteri rongga mulut sebelum dan sesudah menggunakan obat kumur
yang mengandung chlorheksidine. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2016;5(1):26-
31.

Poernomo, R.S.D. dan Soebroto, R. 2007; 4 (2): 65-69. Metode Pendidikan


Kesehatan Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi UPDM (B). Jakarta. Jurnal
Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi.

Prayitno A. 2008. Kelainan Gigi dan Jaringan Pendukung Gigi yang Sering
Ditemui. Avaliable from : http://eprints.uns.ac.id/ [14 November 2018]

Putri, M.H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N. 2012. Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Rawlinson A, Pollington S, Walsh TF, Lamb DJ, Marlow I, Haywood J, Wright P.


Efficacy of two alcohol-free cetylpyridinium chloride mouthwashes – a
randomized double blind crossover study. J Clin Periodontol.
2008;35:230-5.

Roeslan, B.O. 2002. Imunologi Oral:Kelainan di dalam Rongga Mulut.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Rose dan Mealey. 2004. Plak Gigi. Available from:


http://luphlytraitor.blogspot.com/2013/02/plak-gigi.html [14 November
2018].

Saputri, SW. 2015. Gambaran Siswa dalam Perawatan Gigi. Avaliable From :
http://eprints.umm.ac.id/23950/1/jiptummpp-gdl-septianawa-41494-2-
babi.pdf [ 14 November 2018]

Soendoro T. 2013. Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS)


nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Somantri, R., dan Tanti K. 2011. Kisah dan Khasiat Teh. Jakarta:PT Gramedia
Pustaka Utama.

28
Soraya, N. 2007. Sehat dan Cantik berkat Teh Hijau. Depok: Swadaya.

Wirayuni, K.A. 2003. Plaque control. J.Kedokteran Gigi Mahasaraswati. vol.1,


hal 17-22.

29
1

Anda mungkin juga menyukai