PENDAHULUAN
1
1920-an, terbukti dengan penetapan ordonansi rabies – Hondsdolheids (Staatsblad
1926 No. 451 yo Staatblad 1926 No. 452) oleh pemerintah colonial Belanda. Dalam
sejarah pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia, walaupun ada wilayah
yang berhasil dibebaskan, namun Indonesia tidak berhasil menghentikan perluasan
daerah tertular rabies di Indonesia.
2
BAB II
ISI
3
bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan
non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies
jinak/ tenang.Pada rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif,
menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung
gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang
terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di
tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan.
4
2.3 Cara Penularan Tidak Langsung Dari Penyakit Rabies
Penularan secara tidak langsung Contoh lain adalah meliputi transplantasi
organ, menghirup sejumlah besar kotoran kelelawar di udara dari sebuah gua, dan
menghirup sejumlah virus pada pekerja laboratorium yang meneliti rabies.
Penularan rabies dari manusia ke manusia melalui transplantasi kornea atau
organ lainnya jarang terjadi namun dimungkinkan. Penularan seperti ini pernah
terjadi pada penerima transplantasi kornea dan baru-baru ini pada penerima organ
padat (solid) dan jaringan pembuluh darah. Karena itu kornea atau organ tidak boleh
diambil dari seorang pasien yang meninggal karena rabies ensefalitis atau penyakit
saraf terkait persarafan yang tidak dapat terdiagnosis dengan pasti. Meskipun pasien
rabies tidak mungkin menggigit orang lain, pemberi perawatan harus berhati-hati dan
waspada saat merawat mereka, dan menghindari kontak dengan air liur pasien.
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan
udara yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi
hal ini setelah mereka terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun
1950, dilaporkan dua kasus rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas
yang menghirup udara di mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut.
Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak ditemukan sama sekali adanya
tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
5
keliru mengira rabies sebagai penyakit mulut dan kuku, haemorrhagic septicaemia
atau tersedak dan mencoba untuk memberikan obat dengan menggunakan tangan,
dan karena itu terinfeksi virus rabies.
Tidak ada laporan berdasarkan-bukti mengenai rabies pada manusia yang
terjadi akibat mengonsumsi susu. Individu atau pekerja profesional yang
menyembelih hewan yang terinfeksi rabies dan menangani otak serta materi lain
yang terinfeksi dapat berisiko tertular rabies, namun tidak ada kasus manusia yang
terjadi akibat mengonsumsi daging yang telah dimasak.
Penularan rabies dari manusia ke manusia melalui transplantasi kornea atau
organ lainnya jarang terjadi namun dimungkinkan. Penularan seperti ini pernah
terjadi pada penerima transplantasi kornea dan baru-baru ini pada penerima organ
padat (solid) dan jaringan pembuluh darah. Karena itu kornea atau organ tidak boleh
diambil dari seorang pasien yang meninggal karena rabies ensefalitis atau penyakit
saraf terkait persarafan yang tidak dapat terdiagnosis dengan pasti. Meskipun pasien
rabies tidak mungkin menggigit orang lain, pemberi perawatan harus berhati-hati dan
waspada saat merawat mereka dan menghindari kontak dengan air liur pasien.
6
partikel berbentuk peluru mendapatkan selubung melalui pertunasan yang
melewati selaput plasma. Protein matriks virus membentuk lapisan pada sisi
dalam selubung, sementara glikoprotein virus berada pada selaput luar dan
membentuk duri.Setelah bagian-bagian sel lengkap, sel virus tadi menyatukan
diri kembali dan membentuk virus yang baru.
Setelah itu virus keluar dari sel inang dan menginfeksi sel inang yang
lainnya. Keseluruhan proses dalam siklus hidup virus rabies ini terjadi dalam
sitoplasma.Virus rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada
tempat inokulasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan
neuromuskuler dan menyebar sampai ke susunan saraf pusat. Virus membelah
diri disini dan kemudian menyebar melalui saraf tepi ke kelenjar ludah dan
jaringan lain. Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasinya bergantung
pada latar belakang genetik inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi
reseptor virus pada sel inang, jumlah inokulum, beratnya laserasi, dan jarak
yang harus ditempuh virus untuk bergerak dari titik masuk ke susunan saraf
pusat. Terdapat angka serangan yang lebih tinggi dan masa inkubasi yang lebih
pendek pada orang yang digigit pada wajah atau kepala.
Virus rabies menghasilkan inklusi sitoplasma eosinofilik spesifik, badan
Negri, dalam sel saraf yang terinfeksi.Adanya inklusi seperti ini bersifat
patognomonik rabies tetapi tidak terlihat pada sedikitnya 20% kasus.Karena
itu, tidak adanya badan Negri tidak menyingkirkan diagnosis rabies. Virus
rabies memperbanyak diri diluar susunan saraf pusat dan dapat menimbulkan
infiltrat dan nekrosis seluler dalam kelenjar lain, dalam kornea, dan di tempat
lain.
7
B. Siklus Penularan
Rabies ditularkan kepada manusia melalui gigitan anjing pembawa virus
rabies. Di Kanada, Amerika Serikat, dan kawasan Eropa Barat, virus rabies
yang dibawa oleh anjing dan kucing dapat dikendalikan. Namun manusia dapat
tertular melalui gigitan hewan liar, khususnya sigung, rubah, dan kelelawar. Di
Amerika Latin, rabies khususnya ditularkan melalui kelelawar vampir yang
secara normal menghisap darah ternak, tetapi juga dapat menggigit manusia.
Peningkatan rabies hewan liar di AS dan beberapa negara maju lain memberi
risiko yang jauh lebih besar bagi manusia dibandingkan pada anjing atau
kucing. Hewan liar yang diperangkap dan dijual sebagai binatang peliharaan
dapat menjadi sumber pamaparan manusia. Rakun telah menjadi reservoir
penting untuk rabies di daerah timur AS dan pada saat ini merupakan lebih dari
setengah kasus rabies hewan yang dilaporkan.Telah diyakini bahwa rabies
racoon masuk ke daerah Atlantik tengah pada tahun 1970, ketika rakun yang
terinfeksi dibawa ke daerah tersebut dari AS bagian tengara untuk memenuhi
persediaan pemburu. Pada tahun 1981, lebih dari 7000 kasus rabies hewan
yang dipastikan secara laboratorium telah dilaporkan di AS dan sekitarnya.
Tujuh jenis hewan yang terkena pada 97% kasus : sigung (62%), kelelawar
(12%), rakun (7%), sapi (6%), kucing (4%), anjing (3%), dan rubah (3%). Dari
kasus-kasus ini, 85% kasus terjadi pada hewan liar dan 15% pada hewan
peliharaan.
Gambar 1.Hewan-hewan yang terkena virus rabies akan mengeluarkan air liur secara berlebihan
8
Kelelawar menimbulkan masalah khusus karena mereka dapat membawa
virus rabies sementara mereka tampak sehat, mengeluarkan rabies dalam liur,
dan menularkannya Ke hewan lain, termasuk kelelawar lain dan ke manusia.
Kelelawar vampir Amerika Selatan dapat menularkan rabies ke kelelawar
insektivora yang hidup dalam gua-gua. Kelelawar ini pada gilirannya, dapat
menularkan rabies pada kelelawar pemakan buah yang mengunjungi gua-gua
ini dan bermigrasi ke tempat lain. Kelelawar gua dapat mengandung aerosol
virus rabies dan merupakan risiko bagi penelusur gua.Infeksi rabies dari
manusia ke manusia sangat jarang.Kasus rabies yang ditularkan melalui
transplan kornea hanya merupakan kasus tercatat.Kornea yang berasal dari
donor yang meninggal dengan penyakit susunan saraf pusat yang tidak
terdiagnosis, dan resipien meninggal akibat rabies 50-80 hari kemudian. Secara
teoritis, rabies dapat berasal dari air liur pasien yang menderita rabies. Tetapi
penularan semacam ini tidak pernah tercatat.
Klasifikasi Rhabdovirus
Ordo : Mononegavirales
Famili : Rhabdoviridae
Genus : Lyssavirus
Spesies : Rhabdovirus
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies (Rhabdovirus). Penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu
penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.Rabies merupakan salah satu
penyakit di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan
9
saraf pusat.Rabies yang menginfeksi kucing, anjing,rakun,kelelawar atau kera dapat
menular ke manusia melalui kontak dengan kelenjar saliva (air liur) hewan yang
terinfeksi. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
2.7 Patogenesis
Rabies adalah penyakit zoonosis dimana manusia terinfeksi melalui jilatan
atau gigitan hewan yang terjangkit rabies seperti anjing, kucing, kera, musang,
serigala, raccoon, kelelawar. Virus masuk melalui kulit yang terluka atau melalui
mukosa utuh seperti konjungtiva mata, mulut, anus, genitalia eksterna, atau
transplantasi kornea.
Infeksi melalui inhalasi virus sangat jarang ditemukan. Setelah virus rabies
masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat
masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf
posterior tanpa menunjukkan perubahan - perubahan fungsinya.
Masa inkubasi virus rabies sangat bervariasi, mulai dari 7 hari sampai lebih
dari 1 tahun, rata-rata 1-2 bulan, tergantung jumlah virus yang masuk, berat dan
luasnya kerusakan jaringan tempat gigitan, jauh dekatnya lokasi gigitan ke sistem
saraf pusat, persarafan daerah luka E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan
62 Volume 1 Nomor 1 Mei 2014 Kunadi Tanzil, 61 – 67 gigitan dan sistem
kekebalan tubuh. Pada gigitan di kepala, muka dan leher 30 hari,gigitan di lengan,
tangan, jari tangan 40 hari, gigitan di tungkai, kaki, jari kaki 60 hari, gigitan di badan
rata-rata 45 hari. Asumsi lain menyatakan bahwa masa inkubasi tidak ditentukan dari
jarak saraf yang ditempuh , melainkan tergantung dari luasnya persarafan pada tiap
bagian tubuh, contohnya gigitan pada jari dan alat kelamin akan mempunyai masa
inkubasi yang lebih cepat.
Tingkat infeksi dari kematian paling tinggi pada gigitan daerah wajah,
menengah pada gigitan daerah lengan dan tangan,paling rendah bila gigitan ditungkai
dan kaki. (Jackson,2003. WHO,2010). Sesampainya di otak virus kemudian
memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama
predileksi terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah
memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian ke arah perifer
10
dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan
demikian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh, dan
berkembang biak dalam jaringan, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
2.8 Epidemiologi
Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup
banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa
setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal
karena rabies. Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim, dan kepekaan terhadap
rabies kelihatannya tidak berkaitan dengan usia, seks atau ras. Di Amerika Serikat
rabies terutama terjadi pada musang, raccoon, serigala dan kelelawar. Rabies serigala
terdapat di Kanada, Alaska dan New York. Kelelawar penghisap darah (vampir),
yang menggigit ternak merupakan bagian penting siklus rabies di Amerika latin.
Eropa mempunyai rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah utamanya adalah
anjing gila.
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16
propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,
Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau
Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan
Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan
Pulau Seram). Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat telah dinyatakan bebas
dari rabies melalui SK Menteri Pertanian No. 566 Tahun 2004, Banten sejak tahun
1996, dan provinsi Jawa Barat sejak tahun 2001. Dengan diterbitkannya SK Mentan
bebas rabies ini, maka seluruh pulau Jawa telah bebas rabies karena Jawa Timur,
Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta telah lebih dahulu dibebaskan berdasarkan SK
Mentan No. 897 Tahun 1997.
Manusia yang menderita rabies selalu berakhir dengan kematian (100% Case
Fatality Rate), gigitan oleh anjing menempati persentase tertinggi (99,4%) diikuti
kucing (0,29%) dan hewan lain, kera dan hewan piaraan atau liar lainnya (0,31%).
11
Bagian tubuh manusia yang digigit meliputi kepala (5%), tangan (28%), kaki (57%),
lain-lain (10%).
2.9 Pencegahan
A. Pencegahan Primer Rabies
a. Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing,
kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.
b. Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk
tanpa izin ke daerah bebas rabies.
c. Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies kedaerah-
daerah bebas rabies.
d. Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera, 70%
populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus.
e. Pemberian tanda bukti atau pening terhadap setiap kera, anjing, kucing yang
telah divaksinasi.
f. Mengurangi jumlah populasi anjing liar atan anjing tak bertuan dengan jalan
pembunuhan dan pencegahan perkembangbiakan.
g. Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus
didaftarkan ke Kantor Kepala Desa/Kelurahan atau Petugas Dinas
Peternakan setempat.
h. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2
meter.
i. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai tidak
lebih dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan berangus
(beronsong).
j. Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita rabies,
selama 10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati selama observasi atau
yang dibunuh, maka harus diambil spesimen untuk dikirimkan ke
laboratorium terdekat untuk diagnosa.
k. Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan
sebangsanya yang bertempat sehalaman dengan hewan tersangka rabies.
12
l. Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena rabies sekurang-
kurangnya 1 meter.
B. Pencegahan Sekunder
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko
tertularnya rabies adalah mencuci luka gigitan dengan sabun atau dengan
deterjen selama 5-10 menit dibawah air mengalir/diguyur. Kemudian luka diberi
alkohol 70% atau Yodium tincture. Setelah itu pergi secepatnya ke Puskesmas
atau Dokter yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara sambil
menunggu hasil dari rumah observasi hewan. Resiko yang dihadapi oleh orang
yang mengidap rabies sangat besar. Oleh karena itu, setiap orang digigit oleh
hewan tersangka rabies atau digigit oleh anjing di daerah endemic rabies harus
sedini mungkin mendapat pertolongan setelah terjadinya gigitan sampai dapat
dibuktikan bahwa tidak benar adanya infeksi rabies.
C. Pencegahan Tersier
Tujuan dari tiga tahapan pencegahan adalah membatasi atau menghalangi
perkembangan ketidakmampuan, kondisi, atau gangguan sehingga tidak
berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif yang
mencakup pembatasan terhadap ketidakmampuan dengan menyediakan
rehabilitasi. Apabila hewan yang dimaksud ternyata menderita rabies
berdasarkan pemeriksaan klinis atau laboratorium dari Dinas Perternakan, maka
orang yang digigit atau dijilat tersebut harus segera mendapatkan pengobatan
khusus (Pasteur Treatment) di Unit Kesehatan yang mempunyai fasilitas
pengobatan Anti Rabies dengan lengkap vaksin antirabies (VAR), sekaligus
serum anti rabies (SAR).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang system saraf pusat (SSP)
manusia dan mamalia dengan mortalitas 100%. Penyebabnya adalah virus rabies
yang termasuk genus Lyssa virus, family Rhabdovirida. virus rabies terdapat dalam
air liur heman yang terinfeksi. Virus masuk melalui kulit yang terluka atau melalui
mukosa utuh seperti konjungtiva mata, mulut, anus, genitalia eksterna, atau
transplantasi kornea.
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16
propinsi. Penceghan yang perlu dilakukan antara lain mengawasi dengan ketat lalu
lintas anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya yang bertempat sehalaman
dengan hewan tersangka rabies. Menangkap dan melaksanakan observasi hewan
tersangka menderita rabies, selama 10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati
selama observasi atau yang dibunuh, maka harus diambil spesimen untuk dikirimkan
ke laboratorium terdekat untuk diagnosa.
3.2 Saran
Saran penulis terhadap pembaca khususnya yang memiliki hewan peliharaan
yakni kucing, anjing, kera dan hewan lainnya yang rentan terkena virus rabies agar
dapat menjadi seorang pemelihara yang baik dengan selalu melakukan pemeriksakan
hewan peliharaan dan memberikan vaksin secara teratur. Selain itu apabila terdapat
kasus gigitan dari hewan yang diduga terjangkit rabies, secepatnya di laporkan ke
dinas kesehatan atau pihak terkait agar dapat meminimalisir terjadinya wabah dari
penyakit tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/36792-ID-penyakit-rabies-dan
penatalaksanaannya.pdf
https://rabiesalliance.org/resource/faqs-rabies-bahasa
file://C:/Users/U%20S%20E%20R/Downloads/makalahrabieskelompok8-
160128132356.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16929/Chapter%20II.pdf;jses
sionid=CC7C22F106B1773D7538859172880561?sequence=4
15