Anda di halaman 1dari 28

Kelompok 7

1. Ayu Arliyani (1613353005)


2. Ainun rahmadani (1613353012)
3. Mei Rina Wahyuningsih (1613353033)
4. Beta lutfi ayu nastiti (1613353004)
5. Dedek saputra (1613353044)
6. Rizka dwi angginita (1613353041)
Quality Control kegiatan laboratorium analitik
dan pasca analitik
Pengertian
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah
semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan
ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium (Depkes, 1997).

Kegiatan ini terdiri atas empat komponen penting, yaitu :


pemantapan mutu internal (PMI), pemantapan mutu eksternal
(PME), verifikasi, validasi, audit, dan pendidikan dan
pelatihan.

Pada makalah ini yang dibahas adalah pemantapan mutu


laboratorium internal (PMI).
A. Pemantapan Mutu Internal

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan


pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing
laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau
mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh
hasil pemeriksaan yang tepat
Tujuan Pemantapan Mutu Internal:
a. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.

b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang


salah tidak terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan
segera.

c. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,


pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen
sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan
benar.

d. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.

e. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)


Ketepatan dan Ketelitian
 Akurasi / Ketepatan

Akurasi adalah kemampuan untuk mengukur


dengan tepat sesuai dengan nilai yang benar
(true value). Secara kuantitatif, akurasi
diekspresikan dalam ukuran inakurasi. Inakurasi
alat dapat diukur dengan melakukan pengukuran
terhadap bahan kontrol yang telah diketahui
kadarnya.
Perbedaan antara hasil pengukuran yang dilakukan
dengan nilai target bahan kontrol merupakan indikator
inakurasi pemeriksaan yang dilakukan. Perbedaan ini
disebut sebagai bias dan dinyatakan dalam satuan
persen. Semakin kecil bias, semakin tinggi akurasi
pemeriksaan
 Presisi (ketelitian)

Presisi adalah kemampuan untuk memberikan


hasil yang sama pada setiap pengulangan
pemeriksaan. Secara kuantitatif, presisi disajikan
dalam bentuk impresisi yang diekspresikan
dalam ukuran koefisien variasi.
Dalam praktek sehari-hari kadang-kadang klinisi
meminta suatu pemeriksaan diulang karena tidak
yakin dengan hasilnya. Jika, memiliki presisi
yang tinggi, pengulangan pemeriksaan terhadap
sampel yang sama akan memberikan hasil yang
tidak jauh berbeda.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketelitian yaitu
:

 Alat
 Metode pemeriksaan
 Volume / kadar bahan yang diperiksa
 waktu pengulangan
 Tenaga pemeriksa
Presisi dan Akurasi
Kapan kita melakukan QC ?
1. Setiap hari sebelum sampel pasien
2. Menggunakan alat, reagen & metode baru
3. Tergantung kestabilan reagen
4. Setelah melakukan preventive maintenance
5. Ada masalah dalam aplikasi klinik dari hasil pasien
6. Tindakan koreksi terhadap “error”
7. Pelatihan & kompetensi terhadap operator
Jenis Kesalahan
Kontrol kualitas bertujuan mendeteksi kesalahan
analitik di laboratorium.
Kesalahan analitik di laboratorium terdiri atas dua jenis
yaitu kesalahan acak (random error) dan kesalahan
sistematik (systematic error). Kesalahan acak
menandakan tingkat presisi, sementara kesalahan
sistematik menandakan tingkat akurasi suatu metode
atau alat (Sukorini dkk, 2010)
1) Kesalahan acak

Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh


hal berikut :

 Instrumen yang tidak stabil


 Variasi temperature
 Variasi reagen dan kalibrasi
 Variasi teknik prosedur pemeriksaan (pipetasi,
pencampuran, waktu inkubasi),
 Variasi operator/analis.
2) Kesalahan sistematik

Kesalahan sistematik umumnya disebabkan hal-hal sebagai


berikut :

 Spesifitas reagen/metode pemeriksaan rendah (mutu reagen)


 Blanko sampel dan blanko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi
tidak linear)
 Mutu reagen kalibrasi kurang baik
 Alat bantu (pipet) yang kurang akurat
 Panjang gelombang yang dipakai
 Salah cara melarutkan reagen.
Tahap-tahap pemantapan mutu internal
(PMI)
1. Tahap pra analitik

Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar


representatif sesuai dengan keadaan pasien, tidak
terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan mencegah
tertukarnya spesimen- spesimen pasien satu sama
lainnya
Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah
yang terbesar, yaitu dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini
dapat disebabkan dari spesimen yang diterima
laboratorium tidak memenuhi syarat yang ditentukan
Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan
laboratorium sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi :

1. Persiapan pasien
2. Pemberian identitas spesimen
3. Pengambilan dan penampungan spesimen
4. Penanganan spesimen
5. Pengiriman spesimen
6. Pengolahan dan penyiapan spesimen
2. Tahap Analitik

Tujuan pengendalian tahap analitik yaitu untuk


menjamin bahwa hasil pemeriksaan spesimen dari
pasien dapat dipercaya/ valid, sehingga klinisi dapat
menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut
untuk menegakkan diagnosis terhadap pasiennya.
 Walaupun tingkat kesalahan tahap analitik (sekitar
10% - 15%) tidak sebesar tahap pra analitik,
laboratorium tetap harus memperhatikan kegiatan
pada tahap ini. Kegiatan tahap analitik ini lebih
mudah dikontrol atau dikendalikan dibandingkan
tahap pra analitik, karena semua kegiatannya berada
dalam laboratorium.
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik
meliputi :

1. Pemeriksaan spesimen
2. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
3. Uji kualitas reagen
4. Uji Ketelitian - Ketepatan
3. Tahap Pasca Analitik

Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca analitik


hanya sekitar 15% -20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih
kecil jika dibandingkan kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi
tetap memegang peranan yang penting. Kesalahan penulisan hasil
pemeriksaan pasien dapat membuat klinisi salah memberikan
diagnosis terhadap pasiennya
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca
analitik yaitu sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien,
meliputi:

1. Penulisan hasil
2. interpretasi hasil
3. Pelaporan Hasil
Untuk mendapatkan mutu pemeriksaan laboratorium,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Validasi Analitik
Faktor yang dapat menimbulkan variasi analitik ialah
peralatan, metode, bahan pemeriksaan dan reagen.

2. Validasi non-Analitik
Faktor yang dapat menimbulkan variasi non analitik
terbagi tiga, yaitu pra analitik, analitik dan pasca analitik
Variasi non analitik yang dapat timbul rinciannya sebagai berikut:

Preanalitik
1. Ketatausahaan (clerical)
2. Persiapan penderita (patient Preparation)
3. Pengumpulan spesimen (specimen Collection)
4. Penanganan sampel (sampling handling)

Analitik
1. Reagen (reagents)
2. Peralatan (instruments)
3. Kontrol & bakuan (control & standard)
4. Metode analitik (analytical method)
5. Ahli Teknologi (Technologist)

Pascaanalitik
1. Perhitungan (calculation)
2. Cara menilai (method evaluation)
3. Ketatausahaan (clerical)
4. Penanganan informasi (information handling)
Kesimpulan
Didalam suatu laboratorium perlu dilakukan quality control baik
untuk petugas laboratorium maupun terhadap alat dan di dalamnya.

Quality control yang dilakukkan diantarnya ialah dengan


melakukan pemantapan mutu. Semuanya dilakukan agar
laboratorium sesuai dengan standar mutu yang sudah berlaku dan
kecil kemungkinan terjadinya kesalahan.

Dengan melakukan quality control hasil akhir yang didapatkan


oleh sebuah laboratorium yaitu akreditasi atau pengakuan yang
diberikan oleh badan yang berwenang, karena laboratorium sudah
sesuai dengan standar akreditasi yang ditentukan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai