A. OVERVIEW
Syariat Islam kini dihadapkan pada dinamika zaman yang ditandai
dengan berbagai tantangan dan tuntutan. Modernisasi, globalisasi, liberalisasi
dan digitalisasi adalah sebagian dari tantangan tersebut. Secara lebih fokus
Syariat dan dunia Islam menghadapi masalah yang tidak sederhana termasuk
di dalamnya ialah modernisasi, sivilisasi dan liberalisasi ekonomi. Karena itu
bagaimana upaya kita menyelaraskan tiga problema utama tersebut dengan
Syariat Islam yang pasti, mudah dan sesuai dengan dinamika kehidupan umat
manusia secara luas dan menyeluruh.
Melihat begitu luasnya area permasalahan tersebut penulis membatasi
diri pada tiga fokus konsep syariat Islam ketika dihadapkan pada modernisasi
dan digitalisasi, sivilisasi serta liberalisaasi ekonomi. Sehingga ada kesesuaian,
keselarasan dan simetrikalitas ketiga masalah diatas dengan ajaran Sang
Kholiq dan tuntunan Baginda Rasul Muhammad SAW, yang kemudian
diarahkan dan dialurutamakan bagi kaum milenial di era digital yang tak
terhindarkan dari lingkungan umat Islam, dan juga bangsa Indonesia pada
saat ini.
Tantangan bagi umat Islam khususnya bagi generasi muslim milenial di
era digital dalam menerapkan syariat Islam pada tataran kehidupan modern
yang diwarnai dengan globalisasi dan digitalisasi, terjadinya dinamika
sivilisasi dan liberalisasi ekonomi dan yang tidak kalah dahsyatnya adalah
turbulensi dan kompetisi di pelbagai aspek kehidupan. Tantangan internal
umat Islam terlebih bagi generasi muslim mileneal era digital lebih kompleks
lagi. Secara internal umat Islam dihadapkan pada gesekan antar aliran, di
antaranya ahlussunnah waljamaah, syiah dengan cabang-cabangnya,
khowarij, wahabiyah, salafiyah dan masih banyak lagi. Disamping mereka
juga dihadapkan pada kemiskinan, keterbelakangan dan kian memudarnya
penghayatan dan penerapan nilai-nilai keislaman. Secara eksternal mereka
juga berhadapan dengan pergolakan ideologi non-Islam, seperti materialisme,
kapitalisme, komunisme, hedonisme, liberalisme dan sebagainya.
1
C. ISLAM DAN MODERNISASI
1. Memahami Modernisasi
Modern secara lughawi dipahami sebagai sesuatu yang terbaru, terkini,
terakhir atau mutaakhir. Secara lebih terurai dan selaras dengan definisi yang
lengkap modern merujuk pada sesuatu yang terkini, terbaru, terakhir atau
mutaakhir tentang sikap dan cara berpikir serta cara tindak sesuai tuntutan
jaman. Abad modern sebagai suatu masa atau jaman yang ditandai dengan
kemajuan teknologi canggih;
Modernisasi juga merupakah transformasi peradaban manusia
(penemuan baru bidang teknologi dsb); Sementara itu masyarakat modern
juga dikenal dengan masyarakat yang perekonomiannya berdasarkan pasar
secara luas, spesialisasi di bidang industri, dan pemakaian kehidupan manusia
yang meningkat dari adanya pengaruh perubahan sosial dan globalisasi yang
tinggi, sehingga hal ini memberikan efek dalam penciptaan sistem sosial baru
dalam masyarakat, yang sampai saat ini menjadi karakteristik negara
berkembang.
2
sedikitpun sehingga pengelompokan lapisan sosial terlihat pudar.
c. Mobilitas Masyarakat Tinggi dimana tingkat pergerakan penduduk sangat
tinggi. Pergerakan ini bisa dari kota ke desa atau sebaliknya, dengan tujuan
mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
d. Tindakan Manusia Rasional yang telah mengalami modernisasi paling
mencolok ialah tindakan rasionalnya tinggi, sehingga segala tingkah
laku dan kegiatan keseharian didasarkan pada nilai pemikiran logis dan
rasional
e. Tidak terikat pada Adat, timbulnya kepercayaan terhadap adat-adat di
dalam masyarakat berkurang, lantaran masyarakat sudah bisa
membedakan mana adat yang membawa pada kemajuan dan mana yang
membawa kemunduran.
f. Lebih tinggi kepentingan sendiri, orientasi kehidupan yang ada di
dalam masyarakat modern lebih mengutamakan kepentingan dirinya
sendiri. Sehingga kepentingan ini pun membuat manusia selalu berpikir
individualis bahkan terkesan materialistis dan kapitalis dalam segala
tindakan sosial yang dilakukan.
g. Pemikiran Yang Objektif sifat yang terjadi pada masyarakat modernisasi
lebih universal terhadap beragam bentuk perbedaan yang ada,
alasannya tak lain lantaran masyarakat lebih menerima segala sesuatu
dengan obyektif berdasar pada nilai-nilai sosial yang sudah mengalami
perubahan
h. Mengejar Prestasi Kehidupan yang menjadi ciri khas pada masyarakat
modern ialah lebih banyak mengejar prestasi. Yaitu penghargaan yang
diberikan kepada kelompok atau masyarakat dalam beragam tindakan
yang bermanfaat
i. Spesifikasi, artinya berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu
yang mempengaruhi kehidupannya. untuk kepentingan kelompoknya.
j. Menerima Pembaharuan Masyarakat dengan ciri menerima keadaan
yang menyangkut pembaharuan, realitas sosial ini dianggapnya layak
untuk dipakai dengan berbagai cara, dengan asimilasi, difusi, ataupun
dengan akulturasi.
k. Menghargai Waktu ini menjadi simbol bahwa masyarakat modern disiplin
dalam bertingkah laku, seperti dalam pekerjaan, berlibur, dan lain
sebagainya.
l. Menghargai HAM yang sejatinya setiap diri mempunyai dan
menghargai harkat hidup orang lain, dengan penghargaan inilah sikap
saling menghormati akan tercipta dengan sendirinya.
3
4. Modernisasi Dalam Persepektif Syariat Islam
Modernisasi adalah satu kata magis yang gaung dan getarannya tidak
bisa dihindari oleh setiap orang, masyarakat dan negara Islam yang
disyariatkan kepada Nabi Muhammad saw dan umat manusia terakhir dari
rangkaian risalah kenabian, secara filosofis dan normatif mempunyai solusi
atas segala permasalahan kehidupan umat manusia hingga akhir zaman.
Apalagi Islam yang dikenal dengan ajarannya yang kaaffah, kaamilah, syamilah
dan rahmatan lil ‘alamien. Tentu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa apa pun
yang terjadi di dunia ini tak lepas dari izin dan sepengatahuan Sang Kholiq,
karenanya hiruk-pikuk kehidupan umat lengkap diatur melalui ikitab suci
dan sunah Nabi.
Namun tidak berarti situasi dan kondisi modernisasi yang melanda
umat manusia otomatis selaras atau sesuai dengan syariat Islam, karena
konsep modernisasi itu tidak muncul dari dunia Islam. Atau sebaliknya tidak
seluruh ayat Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi serta-merta bisa diterima oleh segala
bangsa di segala jaman. Meskipun diakui secara potensial syariat Islam
mampu mengatasi seluruh tuntutan dan tantangan kehidupan, dengan
berbagai sebab dan alasan. Di satu sisi terdapat situasi dan kondisi kehidupan
modern ini secara konseptual dan aktual telah diatur dan sesuai dengan ajaran
Islam, namun di pihak lain tidak selaras atau bahkan bertentangan dengan
syariat islam.
Manusia modern yang dicirikan dengan selalu berpikir positif dan
konstruktif sejalan dengan itu Islam mengajarkan manusia untuk selalu
khusnudhhan serta bermanfaat bagi sesama Dalam kasus ini sangatlah mudah
menyelaraskan kehidupan modern dengan ajaran Islam. Demikian halnya rasa
bertanggung jawab atas amanah dan tugas-kewajiban sebagai ciri manusia
modern tak mengalami kesulitan jika disesuaikan dengan ajaran Islam karena
secara tersurat dalam firman Allah, bahwa seseorang hanya bertanggung
jawab atas apa yang dikerjakan, dan tidak menanggung dosa perbuatan orang
lain.
Berpikir terbuka yang juga menjadi salah satu ciri manusia modern
yang tidak berkiblat ke barat atau timur yang bermakna tidak sektarian, tidak
tribalistik, ataupun fanatisme golongan sangat sesuai dengan prinsip ajaran
Islam yang tidak memandang kiblat pemikirian dari mana saja yang penting
adalah memegangi kerangka monoteistik, berlandaskan etik, dan kepedulian
sosial. Ciri dialogis bagi manusia modern diwadahi di dalam bejana
musyawarah.
Terbukanya lebar-lebar pintu komunikasi bagi manusia modern yang
4
memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah bahkan multidialogis yang
diwadahi di dalam konsep musyawarah yang sangat dijunjung tinggi ci dalam
Islam Demikian halnya ciri kerja sama bagi manusia modern diberikan tempat
bernama musyarakah, sehingga memunculkan berbagai macam lembaga
maupun organisasi, yang tentu bisa diterima oleh syariat Islam.
Gampang memperoleh sahabat karena media maupun sarana
komunikasi tersedia sedemikian luas. yang dikuatkan dengan perintah untuk
hidup bersaudara, baik saudara seagama atau saudara sesama manusia. Ciri
kreatif, cara pikir bagi manusia modern tidak terhalang oleh ajaran Islam
selama hal itu tidak terkait dengan ibadah mahdlah, cara pandang dan cara kerja
yang tidak semata mengandalkan pengalaman selama ini, melainkan ada kreasi
atau inovasi baru. Terlebih dengan peran manusia sebagai kholifatullah filardli,
yang menuntut kreasi dan inovasi terus- menerus, agar umat Islam tidak
tertinggal umat lainnya.
Karakterisitik pada diri manusia modern, tidaklah menjadi masalah
bagi penyelarasannya dengan ajaran Islam. Namun dalam masyarakat agak
sedikit berbeda permasalahannya. Sebagaimana yang telah kupas sebelumnya
bahwa ada 12 ciri utama masyarakat modern, yaitu:
1. Heteroginitas masyarakat modern sebagai sebuah realitas sosial dimana situasi
dan kondisi yang ada di dalam masyarakat modern relatif lebih beraneka
ragam. Realitas ini tak dinegasikan oleh ajaran Islam, karena memang kodrat
dan fitrah manusia itu berbeda, baik secara individual, rasial, tribalitas,
nasionalitas, dan berbagai perbedaan lainnya. Di sini Islam meletakkan segala
macam perbedaan itu bukan sebagai titik nyala pertentangan atau pergolakan
antar perbedaan itu, melainkan untuk saling memahami, saling toleransi dan
saling bantu-membantu. Puncak capaian hiteroginitas ini adalah
kemulyaan, yang diukur dari segi ketakwaannya.
2. Sistem Pelapisan Terbuka dengan perubahan zaman, kondisi ini
dipengaruhi besar oleh adanya globalisasi yang tidak bisa dihindari.
Stratifikasi ini tidak berarti persekatan sosial, melainkan peluang untuk
melakukan amal ibadah. Bagi yang berlebih, kesempatan beribadah dengan
kelebihannya, bagi yang kurang beruntung tetap bersabar dan selalu berupaya
untuk memperbaiki diri yang sering disebut amal sholih. Dengan kata lain
yang kaya, beramal dengan kekayaannya, sedangkan yang kurang mamu
dengan kesabaran dan usaha kerasnya.
3. Mobilitas MasyarakatTinggi dimana tingkat pergerakan penduduk sangat
tinggi, hal ini tidak bisa diklaim sebagai keselarasan modernisasi dengan ajaran
Islam. Sebab peristiwa serupa itu telah berlangsung lama, baik di jaman
Rasulullah saw atau sebelumnya. Tingginya mobilitas itu nampaknya
5
sejalan dengan pasang-surutnya sarana transformasi, sarana komunikasi,
serta teknologi informasi. Karena itu Islam memberikan ajang seluas-luasnya
atas mobilitas yang terjadi di era modern ini, yang perlu di antisipasi adalah
rekonstruksi dan reaktualisasi akan konsep ajaran, seperti bagaimana hukum
sholat safar (jamak dan qoshor), bagaimana tolok ukurnya apakah tetap jarak
atau tingkat kesulitannya.
4. Tindakan Manusia Rasional yang telah mengalami modernisasi paling
mencolok ialah tindakan rasional yang tinggi. Terlepas dari apakah logika dan
rasio itu menjadi ciri masyarakat modern atau tidak, Islam sangat
menghargai dan menjunjung tinggi logika dan rasio yang dilambangkan
oleh al-Qur‟an dengan akal dan pikir. Bahkan agama hanya dieruntukkan
bagi mereka yang berakal, yang tidak berakal sehat tidak dikenai kewajiban
menjalankan agama. Addinu huwal aqlu laa diina liman laa aqla lahu.
5. Masyarakat modern idak terikat pada Adat, dalam konsep Islam ada adat yang
bisa dipertahankan ada adat atau tradisi yang baik, bahkan bisa dijadikan
salah satu metode untuk beristinbath hukum Al-aadah muhakkamah dan Al-
Muhaafadhatu alal qadiimissholih wal-akhdzu bil-jadidil ashlah. Memelihara
tradisi lama yang baik, dan engambil yang baru yang lebih baik. Dengan kata
lain selama trdisi itu selaras dengan syariat Islam, maka Islam itu identik
dengan tradisi. Demikian halnya jika modernisasi itu membawa kebaikan dan
tidak bertentangan dengan syariat Islam, maka modernisasi itu adalah sesuatu
yang baik dan selaras dengan ajaran Islam. (Q.S. Al-Mulk : 3)
6. Masyarakat modern yang lebih tinggi kepentingan sendiri, jika tanpa
perimbangan sosilisme maka individualitas ini tak bisa dibenarkan oleh
Islam. Namun individu sebagai tanggung jawab yang bersifat pribadi selama
diimbangi dengan tanggung jawab social, nampaknya hal ini yang memang
dikehendaki oleh syariat Islam, yaitu keseimbangan antara kepentingan
individu san sosial. Tawazun, tawassutuh antara dua kutub.
7. Pemikiran Yang Objektif yang menjadi ciri masyarakat modern nampaknya
cukup selaras dengan prinsip syariat Islam yang ditegakkan di atas kebenaran
dan keadilan, tidak membedakan ras, suku, bangsa, bahkan negara. Yang
membedakan hanya nilai instrinsik dari obyektivitas itu yang berbeda.
Obyektivitas di dalam Islam hanya bisa diterima selama tidak bertentangan
dengan qur‟an dan hadits, serta hasil ijtihad. Mengejar Prestasi Kehidupan,
masyarakat modern yang juga ditandai dengan berkompetisi terlebih untuk
mengejar prestasi yang lebih baik, bahkan yang terbaik sering melahirkan
kompetisi. Tentunya kompetisi secara fair dan obyektif adalah suatu kebaikan
(fastabiqul khoiraat), tentu hal ini selaras dengan ajaran Islam yang juga
mengajarkan agar menjadi umat yang terbaik (khoira ummah).
6
8. Spesialitas,, artinya berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu
yang mempengaruhi kehidupan, untuk kepentingan kelompok. Spesialitas jika
diartikan sebagai keahlian khusus, maka hal ini dianjurkan oleh Al-Qur‟an
dan hadits. Bekerjalah kalian sesuai dengan bidangnya. Dan jika suatu perkara
diberikan kepad bukan ahlinya, maka akan menemui kehancuran.
9. Perubahan risalah nabi selalu membawa pada perubahan yang mendasar,
dalam arti teologis-ideologis, etis-sosiologis Yang menjadi masalah ialah setelah
ditinggal (wafat) oleh Nabi Muhammad saw. Dengan kata lain perubahan
yang terjadi pada masyarakat modern yang Menerima Pembaharuan
Masyarakat tanpa filter nilai reliji,
10. Masyarakat modern ditandai dengan disiplin, menjadi simbul bahwa
masyarakat modern menghargai kedisiplinan dalam bertingkah laku, seperti
dalam pekerjaan dalam mengelola waktu ,yang biasanya diiringi dengan
tanggung jawab. Islam sangat menghargai kedisiplinan ini, terutama disiplin
waktu dan disiplin beramal, sebagaimana yang diajarkan di dalam berbagai
ibadah yang diharapkan juga berdampak di dalam berbagai kegiatan
lainnya.
11. Menghargai HAM yang sejatinya mempunyai menghargai harkat hidup
orang lain, dengan penghargaan inilah sikap saling menghormati akan
tercipta dengan sendirinya/ Bisa dikatakan bahwa syariah islamlah yang
paling menghargai Hak Azasi Manusia (HAM) hidup, hak berpencaharian,
hak berilmu, hak individual dan hak sosial. Bahkan barang siapa
menghilangkan nyawa sesorang tanpa alasan yang bisa dibenarkan oleh
syari‟at, maka sanksinya adalah qishshs atau hukum bunuh. Karena hanya
Allah yang berhak untuk mengambil nyawa sesorang.
7
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunitas.
2. Wujud dan Fungsi Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigmen ada tiga wujud kebudayaan (1) Wujud ideal
dari kebudayaan adalah berupa gagasan, ide-ide, nilai, norma yang bersifat
abstrak dan terletak di pemikiran masyarakat. (2) Budaya juga berwujud
aktivitas atau tindakan dari masyarakat itu sendiri. Hal ini juga sering disebut
sebagai sistem sosial. (3) Budaya juga berwujud fisik atau materi yang disebut
sebagai artefak yang merupakan karya dari manusia.. Sementara itu
kebudayaan befungsi untuk menjadi pedoman hidup berperilaku. Hal ini
diwujudkan dalam bentuk nilai, norma, ataupun hukum. Oleh sebab itu
maka kebudayaan seperti ini terus diturunkan dari generasi ke generasi
(shared cultural).
3. Karakteristik Kebudayaan
Untuk lebih mendalami konsep, hakekat dan esensi kebudayaan kita
dituntut untuk mengetahui pula karakteristis atau ciri-ciri bahwa sesuatu itu
masuk di dalam sosok budaya atau tidak.
Di antara karakteristik yang mesti ada di dalam kebudayaan itu ialah :
a) Budaya mempelajari perilaku manusia
b) Budaya terkadang bersifat abstrak, berupa ide, gagasan, ataupun
keyakinan
c) Budaya merupakan produk manusia, oleh individu atau kelompok.
d) Budaya meliputi sikap, nilai, dan pengetahuan
e) Budaya meliputi objek materi, yang diwujudkan dalam teknologi
f) Budaya dibagikan dan diteruskan oleh anggota masyarakat.
g) Budaya merupakan cara hidup.
h) Budaya seringkali menghadapi perubahan atau dinamis
i) Kebudayaan bersifat universal, namun perwujudan kebudayaan
mempunyai ciri khusus sesuai situasi maupun lokasinya
j) Kebudayaan bersifat stabil, tetapi juga dinamis
k) Kebudayaan mengisi dan menentukan jalan kehidupan manusia
8
a) Pembangunan suatu kota baru dengan tata ruang yang baik, indah,
dan modern
b) Menggunakan Sistem pemerintahan yang tertib hukum dan peraturan.
c) Berkembangnya Iptek yang lebih maju seperti astronomi, dan kesehatan
d) Masyarakat yang lebih kompleks dalam berbagai jenis pekerjaan,
keahlian
5. Unsur Kebudayaan
Menurut Kluckhohn, tujuh unsur budaya disebut cultural universals
Sementara itu Soekamto Soerjono (152, 2017) memaparkan unsur kebudayaan
sebagai berikut:
a) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, tempat tinggal,
alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, transportasi, alat berburu,
dan sebagainya.
b) Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (sistem pertanian,
peternakan, produksi, perdagangan distribusi, usaha bidang jasa dan
sebagainya )
c) Sistem kemasyarakatan (Sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan, dan sebagainya).
d) Bahasa (lisan dan tulisan), dengan berbagai tagam dan style bahasa
yang digunakan oleh berbagai suku, bangsa, ras, negara dan sebagainya.
e) Kesenian (seni rupa, seni suara, seni music, seni gerak, seni lukis , dan
sebagainya)
f) Sistem pengetahuann ( ilmu alam, ilmu sosial, humaniora, bahkan ilmu
ghaib)
g) Religi atau sistem kepercayaan, yang mengatur cara beriman, cara
beribadah, cara berperilaku yang tak lepas dari aspek kemanusiaan.
Jika tujuh cultural universals ini merupakan unsur-unsur utama di dalam
kebudayaan, maka pada “break-down berikutnya disebut dengan “traits, dan
dari traits itu menelorkan apa yang disebut item, dari item melahirkan sub-
item dan seterusnya. Contohnya, sistem ekonomi melahirkan sub-sistemnya
misalnya perdagangan, dari sub-sistem perdagangan melahirkan traits
misalnya perdagangan mikro, dari perdagangan mikro melahirkan
perdagangan sembako yang disebut item, dari item melahirkan sub item
misalnya perdagangan palawija dan begitu seterusnya.
9
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
1. Invention, yaitu penemuan atau penciptaan hal baru umumnya
berupa
teknologi misalnya penemuan telepon dan komputer.
2. Discovery, yaitu penemuan terhadap suatu benda atau fenomena yang
sudah ada sebelumnya misalnya penemuan Benua Amerika oleh
Colombus. Colombus hanya menemukan Benua Amerika, bukan
menciptakan.
3. Difusi, yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan misalnya
penyebaran budaya ke seluruh penjuru dunia.
4. Perubahan budaya juga bisa terjadi melalui akulturasi, asimilasi,
difusi,
osmose kultural.
E. KEBUDAYAAN ISLAM
Secara umum kebudayaan Islam mempunyai ciri-ciri seperti
kebudayaan pada umumnya, namun demikian ada beberapa karakteristik
yang bersifat spesisifik (Kekhususan) Kebudayaan dan juga peradaban
Isammempunyai ciri sebagai berikut (Dr. Husni Assiba‘I, 70 : 1986) :
1. Tauhidullah, kebudayaan dan/atau peradaban Is;lam didasarkan
pada tauhidullah karenanya menolak setiap karya budaya yang merusak
tauhid, apa pun bentuknya. Sehingga kebudayaan atau peradaban yang
bertentangan dengan prinsip tauhidulaah akan ditolak, dan tidak berkembang
di duniaIslam,
2. Kemanusiaan (humanity), bahwa karya budaya atau peradaban
yangmdihasilkan oleh budi dan daya manusia tidak bertentangan atau tidak
menghancurkan bangunan nilai-kemanusiaa secara universal. Kebudyaan dan
peradaban islam diperuntukkan bagi kepentingan hidup manusia.
3. Kebenaran, baik nilai, pola laku/sikap maupun karya budaya
ini berlandaskan pada kebenaran yang bersumber Al-Qur‘an, Al-Hadits.
Sepadan dengan nilai kebenaran tersebut adalah nilai-nilai etika yang
bersumber dari ajaran Qur‘an dan haeits. Sementara Keindahan yang juga
merupakan sudut utama kebudayaan diberikan kebebasan, karena Sang
Khiliuq adalah Sang Maha Indah yang mencintai keindahan. Selama keinahan
itu tidak merongrong keimanan.
4. Logik dan Rasional, kebudayaan dan peradaban Islam memberikan
yang luas bagi aktuasi dan aktualisasi potensi logika dan rasio. Karena
memang syariat Islam itu adalah logis dan rasional
5. Universal, dimana kebudayaan dan peradaban Islam tidak terikat oleh
ruang, waktu. Sejalan dengan konsep rahmatan lil ‘alamien.
10
tiga nilai utama, yaitu :
1. Prinsip tauhidullah, sebagai landasan yang sangat fundamental bagi
tumbuh
dan perkembangan kebudayaan serta peradaban Islam.
2. Prinsip Duality, yaitu prinsip Creator yaitu Sang Kholiq yang
menciptakan segala sesuatu dan Creature yaitu alam semesta, termasuk
di dalamnya adalah manusia.
3. Universality, bahwa kebudayaan dan peradaban Islam berlaku
dan diperuntkkan bagi segala bangsa di segala jaman di seantero dunia. Tidak
untuk suatu nation tertentu.
11
roda usaha :
a. Keinginan manusia
Setiap manusia pasti memiliki keinginan yang diwujudkannya.
Keinginan ini menjadi sifat dasar yang dimiliki manusia, yang
mendorong mereka untuk berusaha keras memenuhi apa yang menjadi
keinginannya.
b. Sumber daya
Sumber daya merupakan hal yang penting dalam aktivitas ekonomi.
Keberadaan sumber daya ini akan menentukan sukses tidaknya usaha
yang dijalankan seseorang.
c. Cara produksi
Seorang pelaku usaha sudah seharusnya mengetahui dengan detil cara
pembuatan barang atau jasa yang dikerjakannya. Pelaku usaha harus
tahu dengan pasti barang atau jasa apa yang diproduksi, jumlah barang
yang diproduksi dan bagaimana memproduksinya serta pembiayaan.
12
dengan cepat dan akan memberikan hasil yang berkualitas tinggi.
Teknologi yang semakin berkembang sangat mempengaruhi efektivitas
dan efisiensi.
13
para pelaku ekonomi tentu dengan cara syar‘iy. Karena Allah dan Rasul
memerintah untuk itu, yang pasti tidak bertentangan dengan ajaran Quran
dan hadits. Misalnya dierolehnya harta secara halal dan thoyyib,
digunakannya pada jalan yang diridlai tidak melanggar hukum syar‘iy.
Bahkan Allah anjurkan usai sholat segera bertebaran di atas bumi Tuhan
untuk memeroleh fadliah rizki yang dihamparkannya di atas bumi. Tentu
di situ ada nilai tambah secara ekonomis yang harus diperjuangkan,
bahkan Rasulullah wanti-wanti agar harta kalian tidak habis begitu saja
karena terkurangi dengan pengeluaran zakat. Artinya harus senantiasa
berkembang untuk lebih mendukung pada perjuangan di jalan Allah, dan
ada keuntungan secara ekonomis, supaya umat Islam tidak jatuh di dalam
kelemahan dan kemiskinan.
14
dan/atau merugi. Karena itu di dalam ajaran zakat diambilkan dari orang
kaya diantara mereka, lalu dikembalikan kepada kaum fakir di antara
mereka. Lebih lanjut tidak kata monopoli maupun oligopoly di dalam
kepemilikan harta melainkan equlity dan equilibrium ( sama rata dalam
keseimbangan)
f. Harta sebagai sarana sabilillaah, di satu sisi sebagai ujian bagi manusia,di
sisi lain harta bermakna bagi perolehan pahala dari Allah, yaitu dengan
menjadikannya perangkat atau bekal berjuang di jalan Allah. Harta sebagai
hiasan dan kebanggaan bagi manusia, sejauh tidak memenjarakan dirinya
dalam kehidupan duniawi saja, melainkan sebagai persiapan kehidupan
ukhrowi dan beribadah kepada Allah swt.
15
Pembangunan pribadi yang berakahlaq karimah (akhlaq mulia), baik hubungan
manusia dengan Sang Kholiq, manusia dengan sesama, manusia dengan alam dan
manusia dengan dirinya sendiri, yang diwaranai dengan akhlaq mahmudah
(akhlaq terpuji).
3. Penguasaan Literasi dan Permbekalan Kompetensi, Di samping keyakinan
yang kokoh dan pribadi tabg saleh, generasi milineal harus dibekali dengan :
Liteasi dan kompetensi saintifik, melek ilmu pengetahuan dan
teknoloogi sebagai sebuah keinscayaan yang mesti dikuasai oleh
generasi muslim milenial. Penguasaan ulumuddin dan uluuddunyaa
menjadi kebutuhan generasi muslim milenial, demikian halnya
teknologi terutama teknologi informasi, komunikasi dan transportasi
yang membuat mobilitas manusia demikian tinggi. Teknologi digital
menjadi kebutuhan bagi dunia perdagangan, pendidikan, dan
kegiatan ekonomi digital.
Literasi dan kompetensi social-budaya, dengan memahami perubahan
social yagterjadi, serta mewaspadai budaya asing yang
membahayakan budaya Islam dan budaya Nusantara. Karena itu
diperlukan pengokohan atas budaya sendiri, dengan memfilter
budaya asing yang masuk dan mengganggu budaya serta peradaban
bangsa dan umat Islam.
Penguasaan kompetensi bidang ekonomi dan moneter, berikut
kecederungan eknomi digital dan fluktuasi moneter, yang
memberlukan ketahanan baik ekonomi mikro maupun ekonomi
makro. Generasi milineal mesti melatig diri di bidang usaha danb
kjegiatanb ekonomi digital serta penguasaan terhada fluktuasi
moneter
4. Binaul Ijtimaiyyah wal hadlarah membangun kehiduan social islamiy yang
merijek semua bentuk kethaghutan, dan menebarkan warana tawazun
(keseimbangan), tasamuh (toleransi), tawassuth (moderat), takafu
(sepenanggungan), tadlamun (solidaritas) , tarahum (kasih sayang) , taawun
(gotong-royong), musawah (sama rata/rasa), musawarah (demokratis). Tugas
generasi muslim milenial adalah menginternalisasikan ciri-ciri masyarakat
Islam tersebut di tengah-tengah masyarakat yang mengarah pada
individualism, fandalisme, sekularisme dan kapitalisme.
5. Hadlarah Islamiyah, mengembangkan nilai-niai, pola piker dan karya
budaya yang islami, tidak larut pada budaya orang lain, serta menjunjung
nilai multikulturalisme tanpa harus mengorbankan identitas budaya Islam
yang pernah dibagun oleh Rasulullah di Madinah dan peradaban Islam
diberkembang dari sejak abad peertengahan sampai kini.
16
F. PENUTUP
1. Rangkuman perkuliahan
Dari paparan modul terebut bisa dirangkum butir-butir penting sebagai
berikut :
a. Dunia modern dengan karakteristik selalu berubah yang diwarnai
dengan globalisasi, digitalisasi, liberalisasi, turbulensi, kompetisi
menyebabkan perubahan fundamental di hampir segala aspek
kehidupan yang menuntut umat Islam untuk menyelaraskan dinamika
dan perubahan itu dengan syariat Islam.
b. Peradaban sebagai produk dari budi dan daya manusia dengan
menggunakan cipta, rasam karsa dan karya guna memenuhi kebutuhan
manusia di dalam kelompok yang diperoleh melalu belajar. Sedangkan
posisi Saintek merupakan modal utama dalam mengaktualisasi sainteks
dengan kinerja terbaik sehinga menghasilkan puncak-puncak
kebudayaan, yang kemudian disebut peradaban.
c. Da;am kerangka menselaraskan modernisasi, peradaban dan kegiatan
ekonomi dengan syariat Islam, perlu (1) pembangunan akidah yang kuat,
(2) kepribadian yang tangguh dengan amal sholih dan akhlaq terpuji, (3)
membangun literasi dan koetensi bidang saintek, (4) membangun literasi
dan kompetensi social-budaya serta (5) membangun literasi dan
penguasaan kompetensi di bidang ekonomi dan moneter.
G. Daftar Pustaka
Abdul Ghofur, (2018), Falsafah Ekonomi Syariah, Rajawali Pers, Depok.
Alex Inelas, (1980) Modernisasi Modernisasi Manusia dalam Dinamika Pertumbuhan,
Gajah Mada University Press, Yogjakarta.
As-Syarqowi (1988),, Filsafat Kebudayaan Islam, Mizan, Bandung.
As-Sibai Mustofa (1986. terj), Kebangkitan Kebudayaan Islam, Jakarta Faruqi R. Ismail
(1984). Terj), Islam dan kebudayaan, Mizan, Bandung.
Jauharudin & Bambang Sutrisno, (2019), Pengantar Ekonomi Islam, Jakarta. Soerjono.
Soekanto, (2019), Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Depok Umer Chapra,
(2000), Islam dan Pembangunan Ekonomi, Gema Insani, Jakarta.
17