Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Menguasai konsep Islam menghadapi tantangan Modernisasi

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Nurhayati, S. Th. I. Ag

Disusun Oleh :
Dzahra Aprilia Mahendra (231030590390)
Sa’adatud Daroin (231030590410)
KELOMPOK 10

Stikes Widya Dharma Husada Tangerang


Jl. Pajajaran No.1, Pamulang Barat., Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang
Selatan , Banten 15417
Menguasai konsep Islam menghadapi
tantangan Modernisasi

Abstract
Modernity is something that exists together with the dynamics of human life.
Therefore, to refuse modernity is impossible, since modernity has something positive for
Moslems, although it also has something negative on the other hand. In such positive side,
Islamic education should find a space as the answer of the appearance of modernity so that
Islamic education will be always in accordance with the development of era and condition.
The step to take, therefore, is using the approach of theology paradigm that lealds to
cognitive, affective, and psychomotor areas, by paying attention to the areas of soul, mind
and body.6

Keywords : Modernity

6
Syamsul Huda, PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS, Kediri ; Syamsul Huda, 1993.
Abstrak
Modernitas merupakan sesuatu yang hadir seiring dengan dinamika kehidupan
manusia. Oleh karena itu, menolak modernitas adalah hal yang mustahil, karena modernitas
mempunyai sisi positif bagi umat Islam, meski disisi lain ada sisi negatifnya. Dalam sisi
positif tersebut, pendidikan Islam hendaknya mendapat ruang sebagai jawaban atas
munculnya modernitas agar pendidikan Islam senantiasa sesuai dengan perkembangan jaman
dan kondisi. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan
paradigma teologi yang mengarah pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, dengan
memperhatikan ranah jiwa, pikiran, dan raga.1

Kata Kunci : Modernitas,

Pendahuluan
Modernisasi merupakan gejala sosial yang terjadi di masyarakat dunia, maupun di Indonesia
bahkan umat Islam. Umat Islam tidak bisa mengelak dari pasangnya arus modernisasi yang
semakin merata baik di negara-negara besar maupun negara kecil sekalipun, negara kaya
maupun negara miskin, negara yang terletak di jalur lalu lintas internasional maupun
regional. Dewasa ini manusia semakin mengalami perubahan sosial yang sangat cepat.
Perubahan yang hampir merambah berbagai sektor kehidupan. Mulai dari bidang ekonomi,
hukum, politik dan bahkan agama.7 Perubahan pada masyarakat di dunia ini merupakan
gejala yang normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian - bagian lain dari
dunia, antara lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan - penemuan baru di bidang
teknologi, terjadinya revolusi, modernisasi dan seterusnya yang terjadi di suatu tempat,
dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang letaknya jauh dari tempat tersebut.
Pandangan sebagian masyarakat mengenai masyarakat pedesaan yang masih primitif atau
tertinggal itu adalah masyarakat yang statis, tidak maju, dan tidak berubah adalah pandangan

7
yang kurang tepat. Pandangan tersebut muncul akibat pengamatan yang dilakukan hanya
sepintas saja, kurang mendalam, dan kurang meneliti, karena tidak mungkin ada suatu
masyarakat yang tidak mengalami perubahan, hanya saja mungkin perubahan yang berjalan
relatif lambat atau mungkin sangat lambat. Intinya bahwa tidak ada suatu masyarakat pun
yang tidak mengalami perubahan. Perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat mengenai
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi
sosial dan lain sebagainya.8 Modernisasi pun pada hakikatnya merupakan suatu proses
perubahan atau pembaharuan. Pembaharuan mencakup bidang-bidang yang sangat banyak,
tergantung dari bidang mana yang akan diutamakan oleh penguasa. Jika individu atau
masyarakat terbuka terhadap hal-hal baru, maka ada kecenderungan proses modernisasi itu
akan berjalan dengan cepat. Proses kehidupan masyarakat modren sangat luas yang kadang-
kadang tidak dapat di tetapkan batas-batasnya secara mutlak. Namun dalam kehidupan
masyarakat Barat kemoderenan itu mencakup pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
merubah paham-paham, adat-istiadat, institusi-institusi lama dengan susunan baru yang
ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.9 Dalam pandangan
Islam kehidupan masyarakat modern harus di sesuaikan dengan Al-Qur’an dan Hadis yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi kepercayaan, peribadatan dan
pergaulan antara manusia.10 Dalam kehidupan masyarakat modern, Islam telah memberikan
kebebasan tetapi tidak di biarkan liar, nilai-nilai harga diri dan kehormatan yang harus di
junjung tinggi dan tidak dapat di rendahkan oleh siapapun.

Firman Allah Subhanahu Subhanahu Wa Ta’ala dalam Surat Al Isra ayat 70 :

ٰ ِ َ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْلنَاهُ ْم فِي ْٱلبَ ِّر َو ْٱلبَحْ ِر َو َر َز ْق ٰنَهُم ِّمنَ ٱلطَّيِّ ٰب‬
ٍ ِ‫ت َوفَض َّْلنَهُ ْم َعلَ ٰى َكث‬
ِ ‫ير ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف‬
‫ضياًل‬

Artinya : Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Karena itu, kehidupan masyarakat modern di dalam Islam tidak dapat di identikkan dengan
kehidupan masyarakat modern di dunia Barat.

10
1. Konsep Islam menghadapi tantangan Modernisasi

1.1 Arti Modernisasi

Modernisasi beragama adalah kehidupan umat manusia yang terkait dengan perilaku
menjalankan ajaran agamanya dipengaruhi oleh perubahan sistem politik, keagamaan,
ekonomi psikologi, ilmu pegetahuan, kemajuan teknologi dan informasi.

Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk


teknologi canggih seperti radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan barang-barang
mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang. Namun tentunya
alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya. Justru manusia lah
yang akan bertanggung jawab. Sebab manusialah yang mengatur alat tersebut.
Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan
tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia
menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. Produk dari
sains dan teknologi dalam pandangan Islam boleh. Pandangan islam terhadap teknologi
saat ini merupakan sebuah hal yang lumrah, yang sudah ada pada masa-masa dahulu, dan
memang islam mengajarkan kita sebagai umatnya untuk selalu mencari tahu semua
kebenaran yang ada didunia ini sesuai dengan syariat islam yang berlaku.
Dan islam tidak pernah menutup diri untuk menerima modernsiasi dari sebuah
perkembangan jaman. Sehingga dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat
pesat saat ini merupakan hal yang wajar yang dapat kita terima sebagai umat islam,
selama masih sesuai dengan ajaran-ajaran islam yang berlaku.

Dalam bidang ekonomi terdapat riba yang harus di perhatikan oleh masyarakat islam.
Seorang pakar ekonomi islam yaitu Syafi’i Antonio menjelaskan jenis- jenis riba, yaitu:

1. Riba qardh adalah Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan
terhadap yang berutang (muqtaridh).

2. Riba Jāhiliyah adalah utang dibayar lebih dari pokokknya karena si peminjam tidak
mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.

3. Riba Nasī`ah. Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang
dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya

4. Riba dalam nasī`ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan
antara yang diserahkan satu waktu dan yang diserahkan waktu berbeda.11

11
Randy, Konsep Islam menghadapi tantangan Modernisasi, Jakarta ; Randy, 2020
1.2 Konsep islam tentang IPTEK, Ekonomi, Sosial dan Budaya.

IPTEK
Dalam pandangan islam, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sangat urgen bagi
umat manusia. Tanpa menguasai iptek manusia akan tetap dalam lumpur kebodohan,
keterbelakangan dan kemiskinan. Penguasaan manusia terhadap iptek dapat
mengubah eksistensi manusia dari yang semula manusia sebagai abdullah saja
menjadi khalifatullah. Oleh karena itu islam menetapkan bahwa hukum mempelajari
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah wajib.12

Ekonomi
M. Akram Khan mendefinisikan ekonomi Islam secara dimensi normatif dan dimensi
positif. Ia berpendapat bahwa ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian
tentang kebahagian hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber
daya alam atas dasar bekerja sama dan partisipasi. Sedangkan Muhammad Abdul
Manan mendefinisikan ekonomi Islam dengan ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. 13
Manakala Muhammad Nejatullah ash-Sidiqy mendefinisikan ekonomi Islam dengan
respon pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada masa tertentu dengan
berpedoman pada al-Quran, Sunnah, akal (ijtihad), dan pengalaman. Kursyid Ahmad
mendefinisikan ilmu ekonomi Islam dengan sebuah usaha sistematis untuk memahami
masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional dalam
perspektif Islam. Berdasarkan berbagai definisi ekonomi Islam di atas dapat
disimpulkan bahwa ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
muslim (yang beriman) dalam ekonomi yang mengikuti al-Quran, hadis nabi
Muhammad, ijma’ dan qiyas.14

12
Okta Melinda, IPTEK, Jakarta ; Okta Melinda, 2019
13
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah B Jakarta: Bumi Aksara, 2009
14
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah B Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Oleh karena luasnya kaidah ekonomi, pembahasan dalam ilmu ekonomi terbagi pada:
a. Ekonomi sebagai usaha hidup dan pencarian manusia dinamakan economi cal live.
b. Ekonomi dalam rencana suatu pemerintahan dinamakan
political economy.
c. Ekonomi dalam teori dan pengetahuan dinamakan political science.

“ Seseorang yang membawa tali (pada pagi hari) berangkat mencari dan
mengumpulkan kayu bakar ke bukit – bukit, lalu menjualnya, memakannya, dan
menyedekah kan nya lebih baik daripada hidup meminta-minta kepada manusia
lainnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Sosial Budaya
Pendidikan dalam islam bertujuan memanusiakan manusia. Ini berarti, tujuan
pendidikan adalah menjadikan manusia sadar akan eksistensi dirinya sebagai manusia
hamba Allah yang bertugas sebagai‘abdullahdan berfungsi sebagai khalifatullah.
Sebagai abdullahia wajib beribadah hanya kepada Allah, dan sebagai khalifatullahia
harus membangun peradaban yang maju di bumi Allah. Modal dasar agar manusia
dapat memfungsikan dirinya sebagai khalifatullaha dalah iman, ilmu dan amal. Tidak
mungkin peradaban peradaban dibangun di atas dasar kebodohan. Itulah sebabnya
menguasai ilmu menjadi wajib hukumnya bagi setiap muslim.15

15
Selia Putri Ayu, Sosial Budaya, Semarang ; Selia Putri Ayu, 2020
1.3 Kompetibel Islam dan tantangan

Kompatibel Islam dan Tantangan Modernisasi

Modern mengandung arti maju dan berkemajuan dalam segala aspek kehidupan:
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Modern adalah perubahan
sikap dan pandangan dari tradisional ke rasional, dari primordial ke logis dan nalar.
Modernisasi merupakan proses terjadinya pemoderenan untuk kemajuandalam segala
bidang kehidupan melalui akselerasi pendidikan dan aktualisasi teknologi.
Modernisasi telah mengubah wajah dunia dari kusam menjadi bersinar, dari yang
lamban menjadi serba cepat, dari yang tradisional menjadi rasional, dari yang
primordial menjadi nalar. Terdapat beberapa karakteristik dalam ajaran islam, yaitu:

1. Rasional

Ajaran Islam adalah ajaran yang sesuai dengan akal dan nalar manusia. Dalam ajaran
Islam nalar mendapat tempat yang tinggi sehingga salah satu cara untuk mengetahui
sahih atau tidaknya sebuah hadis dari sisi matan dan sanad adalah sesuai dengan akal.
Hadis yang sahih pasti rasional. Sebaliknya, hadis yang tidak rasional itu menjadi
indikator bahwa hadis itu tidak sahih. Betapa banyak ayat-ayat Al-Quran yang
menyuruh kepada kita untuk menggunakan akal dalam sikap beragama. Demikian
pula, hadis nabi menyuruh umat Islam menggunakan akal.

2. Sesuai dengan Fitrah Manusia

Tidak ada satu pun ajaran Islam yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Orang
beragama (ber-Islam) berarti ia hidup sesuai dengan fitrah. Sebaliknya, orang yang
tidak beragama berarti menjalani hidup tidak sesuai dengan fitrah. Orang yang
menjalani hidup tidak sesuai dengan fitrah, maka ia hidup dalam ketakutan,
kegalauan, ketidakpastian, dan kebimbangan. Akhirnya, dalam menjalani hidup tidak
ada kenikmatan dan kenyamanan. Sekadar contoh agar Anda paham. Makrifatullah
dan Tauhidullah adalah fitrah manusia karena sesudah bermakrifat dan bertauhid
kepada Allah, orang akan mengabdi hanya kepada Allah, meminta tolong hanya
kepada Allah, dan memohon perlindungan hanya kepada Allah. Jika orang masih
beribadah kepada selain Allah, minta tolong dan perlindungan kepada selain Allah,
maka akan terjadi kegalauan dalam batinnya, kecemasan, keraguan dan kemunafikan,
dan sakit secara rohani. Orang yang hidup dalam kondisi tidak sehat rohaninya, maka
ia tidak akan mendapatkan ketenangan dan kenikmatan.

3. Tidak Mengandung Kesulitan

Ajaran Islam itu mudah dan masih dalam batas-batas kekuatan kemanusiaan. Tidak
ada aspek ajaran Islam yang dalam pelaksanaannya di luar kemampuan manusia.
Allah sendiri menyatakan, “Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki
kesulitan dalam beragama.” ‫ت ِّمنَ ْٱلهُد َٰى َو ْٱلفُرْ قَا ِن‬ ‫ضانَ ٱلَّ ِذ ٓ ُأ‬
ِ َّ‫نز َل فِي ِه ْٱلقُرْ َءانُ هُ ۭ ًدى لِّلن‬
ٍ ۢ ‫اس َوبَيِّنَ ٰـ‬ ِ ‫ى‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
‫ص ْمهُ ۖ َو َمن َكانَ َم ِريضًا َأوْ َعلَ ٰى َسفَ ۢ ٍر فَ ِع َّد ۭةٌ ِّم ْن َأي ٍَّام ُأخَ َر ۗ ي ُِري ُد ٱهَّلل ُ بِ ُك ُم ْٱليُس َْر َواَل ي ُِريـ ُد بِ ُك ُم‬ ُ َ‫ۚ فَ َمن َش ِه َد ِمن ُك ُم ٱل َّشه َْر فَ ْلي‬
١٨٥ َ‫ُوا ٱهَّلل َ َعلَ ٰى َما هَ َد ٰى ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬ ۟ ‫وا ْٱل ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّر‬ ۟ ُ‫( ْٱل ُع ْس َر َولِتُ ْك ِمل‬QS Al-Baqarah/2: 185).

4. Tidak mengandung banyak Taklif

Ajaran Islam tidak mengandung banyak taklif (beban). Kerangka dasar ajaran Islam
hanya tiga pilar, yaitu: akidah, syariat dan hakikat (atau biasa disebut akhlak).
Landasan ketiga pilar tadi adalah iman, Islam, dan ihsan. Secara keilmuan, ketiga pilar
tadi dapat dipisahkan yaitu dari akidah lahir ilmu akaid, ilmu tauhid atau ilmu kalam.
Dari syariat lahir ilmu syariat atau ilmu fikih (hukum Islam). Adapun dari hakikat
lahir ilmu tasawuf atau disebut juga ilmu hakikat atau ilmu akhlak. Ketiga pilar tadi
dalam aktualisasinya tidak bisa dipisahkan, tetapi harus terintegrasi.

5. Bertahap

Ajaran Islam diturunkan Allah kepada Rasulullah secara bertahap. Demikian juga,
proses pembumiannya di tengah masyarakat pada saat itu juga bertahap.16

16
Indah, Zaida, Sulastri, Kompatibel Islam dan Tantangan Modernisasi, Borneo ; Indah, Zaida, Sulastri, 2017
Daftar Pustaka
http://repository.iainkediri.ac.id/252/1/syamsul-PENDIDIKSN%20%20ISLAM
%20%20DAN%20%20TANTANGAN.pdf

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/almuashirah/

http://repository.iainkediri.ac.id/252/

https://dokumen.tips/documents/bagaimana-islam-menghadapi-tantangan-
modernisasi.html

https://documents.tips/documents/bab-8pdf.html

Anda mungkin juga menyukai