Anda di halaman 1dari 8

Nama : Sindhung Adi Kaloka

NRP : 1303167035
Kelas : 1 D3KPLN B

A.Pengertian Tantangan Zaman

Bila dikaitkan dengan peradaban, maka modern identik dengan barat, karena peradaban modern
terbentuk setelah bangsa-bangsa Eropa melampaui masa abad pertengahan yang dikenal dengan
istilah “Renaissanse” yang artinya kelahiran kembal. Banyak pemikir terkenal seperti Gabriel
Almond, James Coleman, Karl Deutsch, Mc.T. Kahin, kelompok pluralis dan liberalis,
beranggapan bahwa modernisasi identik dengan westernisasi, sekularisasi, demokratisasi, dan
liberalisasi. Pengertian tersebut menghasilkan sebuah hipotesis bahwa religiousitas (sikap
keberagamaan) akan bertentangan dengan modernisasi. Dan mereka mengungkapkan bahwa
bangsa-bangsa yang dianggap modern adalah bagian dari tradisi Eropa (termasuk Amerika
Serikat. Tantangan zaman, dapat diartikan munculnya fakta, keadaan, atau problem baru seiring
dengan perkembangan waktu. Misalnya, dulu tidak ada kloning, bayi tabung, dan transplantasi,
namun kini kemajuan di bidang biologi dan kedokteran itu telah hadir di hadapan kita. Itu
tantangan zaman. Dulu tidak terbayang ada sarana komunikasi dan informasi yang canggih
seperti internet saat ini. Dengan adanya internet, berarti ada tantangan zaman. Penyakit AIDS,
penggunaan narkoba, pergaulan bebas yang liar di kalangan muda-mudi, sekarang makin
menggila. Ini adalah tantangan zaman. Sebelumnya tidak ada negara Israel. Namun sekarang
Israel bercokol dan mengangkangi bumi Palestina yang suci dan diberkahi. Ini tantangan zaman.
Kita umat Islam dulu memiliki sistem Khilafah sebagai institusi yang memungkinkan adanya
kehidupan Islam, tetapi pada tahun 1924 Khilafah diluluhlantakkan oleh Mustafa Kamal yang
murtad. Tiadanya Khilafah, adalah tantangan zaman. Sekarang penguasa negeri-negeri? Islam
telah mencampakkan ideologi Islam, menganut dan menerapkan ideologi Kapitalisme, serta
menjadi agen-agen yang setia bagi negara-negara penjajah yang kafir. Ini betul-betul tantangan
zaman. Demikian seterusnya. Setiap tantangan, pasti butuh jawaban dan penyelesaian. Dalam hal
ini, Islam sebagai ideologi sempurna secara potensial menyediakan jawaban-jawaban bagi segala
masalah atau persoalan yang timbul di tengah manusia.

B.Cara Islam Menjawab Tantangan Zaman

Islam menempuhnya dengan cara beradaptasi, menyesuaikan diri, atau mengubah hukum-
hukumnya agar selaras dengan tuntutan keadaan. Dalihnya, Islam itu luwes, fleksibel, tidak
kaku, tidak ekstrem, tetapi moderat, lunak, dan selalu bersikap kompromistis dengan realitas.
Dalih batil itu kadang juga dilengkapi dengan kaidah ushul fiqih yang fatal kekeliruannya : Laa
yunkaru taghayyurul ahkam bi taghayyuriz zaman wal makan. (Tidak boleh diingkari, adanya
perubahan hukum karena perubahan waktu dan tempat). Setiap tantangan, pasti butuh jawaban
dan penyelesaian. Dalam hal ini, Islam sebagai ideologi sempurna secara potensial menyediakan
jawaban-jawaban bagi segala masalah atau persoalan yang timbul di tengah manusia.
Taqiyyuddin An Nabhani dalam Asy Syakshiyah Al Islamiyah (juz I/303) menguraikan secara
ringkas metode (thariqah) Islam untuk memecahkan masalah, yaitu memahami fakta persoalan
sebagaimana adanya, lalu memberikan solusi padanya. Solusi ini bisa berupa Syariat Islam bila
persoalannya berkaitan dengan hukum-hukum syariat, dan bisa pula berupa cara (uslub) dan
sarana (wasilah) tertentu jika persoalan yang dihadapi tidak secara langsung berhubungan
dengan hukum syariat, misalnya teknik dalam pertanian, kedokteran, kesehatan, dan sebagainya.
Secara lebih khusus, dalam Nizhamul Islam (hal. 69), Taqiyyuddin An Nabhani menjelaskan
metode Islam yang harus ditempuh para mujtahidin untuk memecahkan persoalan. Pertama,
mempelajari dan memahami problem yang ada (fahmul musykilah). Kedua, mengkaji nash-nash
syariat yang bertalian dengan problem tersebut (dirasatun nushush). Ketiga, mengistinbath
hukum syariat dari dalil-dalil syariat untuk menyelesaikan persoalan yang ada (istinbathul
hukmi). Metode itulah yang dapat kita gunakan untuk menjawab setiap tantangan zaman. Secara
ringkas, Islam menjawab tantangan zaman dengan cara memberikan pemecahan terhadap
problem-problem baru yang muncul. Inilah pengertian yang benar mengenai bagaimana Islam
menjawab tantangan zaman yang terjadi. Pergulatan modernitas dan tradisi dalam dunia Islam
melahirkan upaya-upaya pembaharuan terhadap tradisi yang ada. Harun Nasution menyebut
upaya tersebut sebagai gerakan pembaruan Islam, bukan gerakan modernisme Islam.
Menurutnya, modernisme memiliki konteksnya sebagai gerakan yang berawal dari dunia Barat
bertujuan menggantikan ajarannagama Katolik dengan sains dan filsafat modern. Gerakan ini
berpuncak pada proses sekularisasi dunia Barat (Nasution; 1975, 11). Berbeda dengan Nasution,
Azyumardi Azra lebih suka memakai istilah modern dari pada pembaruan. Azra beralasan
penggunaan istilah pembaruan Islam tidak selalu sesuai dengan kenyataan sejarah. Pembaruan
dalam dunia Islam modern tidak selalu mengarah pada reaffirmasi Islam dalam kehidupan
muslim. Sebaliknya, yang sering terjadi adalah westernisasi dan sekularisasi seperti pada kasus
Turki (Azra; 1996, xi) Apa yang disampaikan Azra adalah kenyataan modernisme dalam makna
subyektifnya, sedangkan Nasution mencoba melihat modern dengan makna obyektif. Memang
harus diakui, ekspansi gagasan modern oleh bangsa Barat tidak hanya membawa sains dan
teknologi, tetapi juga tata nilai dan pola hidup mereka yang sering kali berbeda dengan tradisi
yang dianut masyarakat obyek ekspansi. Baik dalam makna obyektif atau subyektifnya,
modernitas yang diimpor dari bangsa Barat membuat perubahan dalam masyarakat muslim, di
segala bidang. Pada titik ini umat Islam dipaksa memikirkan kembali tradisi yang pegangnya
berkaitan dengan perubahan yang sedang terjadi. Respons ini kemudian melahirkan gerakan-
gerakan pembaruan. Tetapi, pembaruan Islam bukan sekedar reaksi muslim atas perubahan
tersebut. Degradasi kehidupan keagamaan masyarakat muslim juga menjadi faktor penting
terjadinya gerakan pembaruan. Banyak tokoh-tokoh umat yang menyerukan revitalisasi
kehidupan keagamaan dan membersihkan praktek-praktek keagamaan dari tradisi-tradisi yang
dianggap tidak islami. Mencermati fenomena peradaban modern yang dikemukakan di atas, kita
harus bersikap arif dalam merespons fenomena-fenomena tersebut. Dalam arti, jangan melihat
peradaban modern dari sisi unsur negatifnya saja, tetapi perlu juga merespons unsur-unsur
positifnya yang banyak memberikan manfaat dan mempengaruhi kehidupan manusia. Maka,
yang perlu diatur adalah produk peradaban modern jangan sampai memperbudak manusia atau
manusia menghambakan produk tersebut, tetapi manusia harus menjadi tuan, mengatur, dan
memanfaatkan produk perabadaban modern tersebut secara maksimal. Untuk menyikapi tentang
tantangan di zaman modern ini dapat dilakukan pula dengan cara : Memasukkan ke Pesantren,
Madrasah, dan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang lain masih menganut sistem lama,
kurikulum ditetapkan merupakan paket yang harus diselesaikan, kurikulum dibuat tanpa atau
sedikit sekali memperhatikan konteks atau relevansi dengan kondisi sosial masyarakat bahkan
sedikit sekali memperhatikan dan mengantisipasi perubahan zaman, sistem pembelajaran
berorientasi atau berpusat pada guru. Reformulasi pendidikan Islam merupakan hal sangat
penting.
M. Amin Abdullah yang mengajukan beberapa alternatif formulasi pendidikan Islam yang dapat
diterapkan, di antaranya :
1. Memperkenalkan kepada para siswa persoalan-persoalan modernitas yang dihadapi umat
Islam saat ini dan mengajarkan pendekatan keilmuan sosial keagamaan yang saat ini
berkembang
2. Pembelajaran ilmu-ilmu keislaman tidak selalu bersifat doktrinal, melainkan disampaikan
melalui pendekatan sejarah dari doktrin-doktrin tersebut sehingga memunculkan tela’ah kritis
yang apresiatif konstruktif terhadap khazanah intelektual klasik sekaligus melatih merumuskan
ulang pokok-pokok rumusan realisasi doktrin agama yang sesuai dengan tantangan dan tuntutan
zaman
3. Pembelajaran yang bertumpu pada teks (nash) perlu diimbangi dengan analisa yang
mendalam dan cerdas terhadap konteks dan realitasnya.
4. Pengajaran tasawuf atau pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual sangat diperlukan
dan pelaksanaan pendidikan Islam tidak terlalu menekankan pada aspek kognitif siswa
(intelektual)
5. Pendidikan agama Islam tidak hanya diarahkan kepada pembentukan “kesalehan individual”
tetapi juga mengembangkan pembentukan “kesalehan sosial” Dalam pada itu, menjawab
tantangan zaman hendaknya disikapi secara positif. Manakala kita berhasil menjawab tantangan
zaman, maka kita akan memperoleh banyak manfaat. Tidak hanya untuk pribadi kita, namun
juga kehidupan masyarakat. Tentunya, dalam menyikapi tantangan zaman kita harus berpedoman
nilai – nilai ajaran agama yang ada dalam Al Qur’an dan Al hadist agar kita tidak akan tersesat
dalam derasnya arus kehidupan.

C.Landasan hukum islam dalam menjawab tantangan zaman

Sebagai agama yang sempurna (QS. Al Maidah 3) Islam mampu menjawab tantangan zaman.
Tidak ada masalah yang muncul dari masa ke masa melainkan para mujtahid akan menjawab
status hukumnya menurut syariah. Dan Al Quran sendiri dinyatakan oleh Allah SWT sebagai
obat, untuk mengatasi segala persoalan. Allah SWT berfirman: “Dan kami turunkan dari Al
Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS.Al Isra82). Oleh
karena itu, tugas para ulama dan penguasa Negara-negara muslim hari ini adalah menumbuhkan
para ulama yang mumpuni dalam ilmu-ilmu syariah dan mampu berijtihad, sehingga dapat
menjawab segala tantangan zaman hari ini, dan tumbuh suatu gerakan kebangkitan umat,
sehingga umat merasa tinggi dengan ilmu-ilmu Allah, dan tidak minder dengan kaum kafir,
sehingga umat mencapai kejayaannnya kembali. Allah SWT berfirman: “Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang
paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran 139). “Hukum
Islam menjawab tantangan zaman”. Ada beberapa hal terkait dan menarik. Yang pertama adalah
bahwa manusia menginginkan suatu kehidupan yang aman, tertib, nyaman, penuh keserasian /
kerukunan, dan suatu hidup yang penuh ketertiban dan seterusnya.Dari kehidupan tersebut telah
memungkinkan manusia dapat beraktivitas dalam seluruh kehidupan¬nya, dalam bidang
ekonomi budaya dan lain sebagainya manusia membutuhkan situasi yang seperti itu. Karena
itulah harus ada aturan, dan aturan itu sifatnya harus kokoh, harus kuat dan harus berasal dari
yang menciptakan manusia, yaitu Allah SWT, yang dielaborasi, diuraikan, dijelaskan oleh
Rasululoh SAW dan kemudian dijabarkan lebih lanjut oleh berbagai peraturan pemerintahan. Di
sinilah Al-Qur’an surat Annisa ayat 59 artinya :
“Wahai orang –orang yang beriman taatlah kamu sekalian kepada Allah (yakni kepada Al
Qur’anulkarim), dan taatlah kamu sekalian kepada Rasul (kepada sunnahnya atau kepada
hadistnya termasuk kepada sunah nabawiyahnya) dan kepada orang yang menguasai perkara…”
(Imam Al Maruki).

A. PENGERTIAN GHAZWUL FIKRI


Ghazwul fikri berasal dari kata ghazwul dan al-fikr, yang secara harfiah dapat diartikan
“Perang Pemikiran”. Maksudnya ialah upaya-upaya gencar pihak musuh-musuh Allah untuk
meracuni pikiran umat Islam agar jauh dari Islamnya, lalu akhirnya membenci Islam, dan pada
tingkat akhir Islam diharapkan habis sampai ke akar-akarnya.
Secara istilah, Ghazwul Fikri adalah penyerangan dengan berbagai cara terhadap
pemikiran umat islam guna merubah apa yang ada didalamnya sehingga tidak lagi bisa
mengeluarkan darinya hal – hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal – hal yang
tidak islami.
B. SEJARAH GHAZWUL FIKRI
Sejarah Ghazwul Fikri (GF) sudah ada setua umur manusia, makhluk yang pertama kali
melakukannya adalah iblis laknatullah ketika berkata kepada Adam as., “ Sesungguhnya Allah
melarang kalian memakan buah ini supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat dan tidak dapat
hidup abadi. “ (Q.S.Al – A’Raaf:20)
Dalam perkataannya ini iblis tidak menyatakan bahwa Allah tidak melarang
kalian…karena itu akan bertentangan dengan informasi yang telah diterima oleh Adam as., tetapi
iblis mengemas dan menyimpangkan makna perintah Allah SWT. Sesuai dengan keinginannya,
yaitu dengan menambahkan alas an pelarangan Allah yang dibuat sendiri. Iblis tahu bahwa
Adam as tidak punya pengetahuan tentang sebab tersebut. Demikianlah para murid–murid iblis
dimasa kini selalu berusaha melakukan ghazwul fikri dengan menyimpangkan fakta dan
informasi yang ada sesuai dengan maksud jahatnya. Setan melakukannya dengan cara yang
sangat halus dan licin. Akibatnya, hanya orang–orang yang dirahmati Allah SWT yang mampu
mengetahuinya.
C. Tujuan ghazwul fikr
Tujuan dilakukan ghazwul fikr agar kaum muslimin menjadi condong sedikit terhadap
gaya, perilaku dan pola pikir barat, seperti dalam Q.S. Al Israa:73 yang artinya “ Dan
sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah kami wahyukan
kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami, dan kalau sudah begitu
tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. “ Q.S. Al Israa:74 yang artinya “ Dan
kalau kami tidak memperkuatkan (hati)mu, niscaya kamu hampir condong sedikit kepada
mereka.” Q.S. Al Israa:75yang artinya “ Kalau terjadi demikian, benar – benarlah kami akan
rasakan kepadamu (siksaan) berlipat – lipat ganda didunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat
ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami.”
Dan Q.S.Al Israa:76 yang artinya “Dan sesungguhnya benar – benar mereka hamper
membuatmu gelisah di negeri (mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi
demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal sebentar saja.”
Setelah kaum muslimin condong sedikit, tahapan selanjutnya adalah agar kaum muslimin
mengikuti sebagian dari gaya, perilaku dan pola pikir mereka. Sebagaimana disebutkan
dalam Q.S.Ad-Dukhan: 25 yang artinya “ Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka
tinggalkan.” Dan Q.S.Ad Dukhan:26 yang artinya “ Dan kebun – kebun serta tempat – tempat
yang indah – indah.”
Pada tahap ini diharapkan kaum muslimin beriman pada sebagiannya ayat – ayat Al –
Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW, tetapi kafir terhadap sebagian yang lainnya. Sebagaimana
dalam Q.S.Al Baqarah: 85 yang artinya “ Kemudian kamu (bani israil) membunuh dirimu
(saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan dari pada kamu dari kampong halaman. Kamu
bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan tetapi jika mereka
dating kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka. Padahal mengusir itu (juga) terlarang
bagimu. Apakah kamu beriman pada sebagian Al Kitab(taurat) dan ingkar terhadap sebagian
yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan
dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat
berat, Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.”
Pada tahap akhir, mereka menginginkan agar generasi kaum muslimin mengikuti syahwat
dan meninggalkan shalat. Sebagaimana dalam Q.S.Maryam:59 yang artinya “ Maka datanglah
sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia – nyiakan shalat dan memperturutkan hawa
nafsu, maka mereka akan menemui kesesatan.”
D. BIDANG-BIDANG YANG DISERANG
1. Pendidikan
Pendidikan adalah aspek penting yang menentukan maju atau mundurnya suatu bangsa.
Oleh sebab itu, bidang pendidikan merupakan target utama dari ghazwul fikri (GF). Ghazwul
fikri (GF) yang dilakukan dibidang pendidikan, diantaranya dengan membuat sedikitnya porsi
pendidikan agama di sekolah – sekolah umum (hanya 2 jam sepekan).
Hal ini berdampak fatal pada fondasi agama yang dimiliki oleh para siswa. Dengan
lemahnya basis agama mereka, maka terjadilah tawuran, seks bebas pelajar yang meningkatkan
AIDS, penyalahgunaan narkoba, vandalism, dan sebagaimananya. Ini adalah dampak jangka
pendek. Sedangkan dampak jangka panjangnya lebih berbahaya, yaitu rendahnya kualitas
pemahaman agama para calon pemimpin bangsa dimasa depan.Ghazwul fikri (GF) lainnya
dibidang ini adalah pada teknis belajarnya yang campur baur antara pria dan wanita yang jelas
tidak sesuai dan banyak menimbulkan pelanggaran terhadap syariat.
2. Sejarah
Sejarah yang diajarkan perlu ditinjau ulang dan disesuaikan dengan semangat islam. Materi
tentang sejarah dunia dan ilmu pengetahuan telah ghazwul fikri (GF) habis–habisan sehingga
egara tidak ditemui sama sekali pemaparan tentang sejarah para ilmuan islam dan sumbangannya
dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah yang dibahas hanyalah ilmuan kafir yang pada akhirnya membuat generasi
muda menjadi silau dengan tokoh – tokoh kafir dan minder terhadap sejarahnya sendiri. Ketika
berbicara tentang sejarah islam, di benak mereka hanyalah terbayang sejarah peperangan dengan
pedang dan darah sebagaimana yang selalu digambarkan dalam kaca mata barat.
Hal ini lebih diperparah dengan sejarah nasional dan penamaan perguruan tinggi, gedung
– gedung, perlambangan, penghargaan dan pusat ilmu lainnya dengan bahasa Hindu Sanksekerta,
sehinga semakin hilanglah mutiara kegemilangan islam dihati para generasi muda.
3. Ekonomi
Ghazwul fikri (GF) yang terjadi dibidang ekonomi adalah konsekuensi dari motto ekonomi
yaitu, mencari keuntungan sebesar – besarnya dengan pengorbanan sekecil – kecilnya. Ketika
motto ini ditelan habis – habisan tanpa dilakukan filterisasi, maka tidak lagi memperhatikan halal
atau haram, yang penting adalah bagaimana supaya untung sebesar – besarnya.
Hal lain yang perlu dicermati dalam system ekonomi kapitalisme, yaitu monopoli, riba
dan pemihakan elit kepada para konglomerat. Mengenai monopoli sudah tidak perlu dibahas lagi,
cukup jika dikatakan bahwa Amerika Serikat sendiri telah diberlakukan UU anti –
trust (bagaimana di Indonesia?). Tentang riba dan haramnya bunga bank rasanya bukan pada
tempatnya jika dibahas disini, cukup dikatakan bahwa munculnya dan berkembangnya bank
tanpa bunga (bagi hasil), fatwa MUI, fatwa Universita Al Azhar Mesir, kesepakatan para ulama
islam dunia membuktikan bahaya bunga bank dan haramnya dalam islam. Tentang keberpihakan
kepada para konglomerat, semoga dengan perkembangan era reformasi saat ini dapat diperbaiki.
4. Ilmu alam dan egara
Ghazwul fikri (GF) yang terjadi dibidang ekonomi adalah konsekuensi dari motto ekonomi
yaitu, mencari keuntungan sebesar – besarnya dengan pengorbanan sekecil – kecilnya. Ketika
motto ini ditelan habis – habisan tanpa dilakukan filterisasi, maka tidak lagi memperhatikan halal
atau haram, yang penting adalah bagaimana supaya untung sebesar – besarnya. Hal lain yang
perlu dicermati dalam system ekonomi kapitalisme, yaitu monopoli, riba dan pemihakan elit
kepada para konglomerat. Mengenai monopoli sudah tidak perlu dibahas lagi, cukup jika
dikatakan bahwa Amerika Serikat sendiri telah diberlakukan UU anti – trust (bagaimana di
Indonesia?). Tentang riba dan haramnya bunga bank rasanya bukan pada tempatnya jika dibahas
disini, cukup dikatakan bahwa munculnya dan berkembangnya bank tanpa bunga (bagi hasil),
fatwa MUI, fatwa Universita Al Azhar Mesir, kesepakatan para ulama islam dunia membuktikan
bahaya bunga bank dan haramnya dalam islam. Tentang keberpihakan kepada para konglomerat,
semoga dengan perkembangan era reformasi saat ini dapat diperbaiki.
5. Bahasa
Ghazwul fikri (GF) dibidang bahasa adalah dengantidak diajarkannya bahasa Al–Qur’an di
sekolah–sekolah karena menganggapnya tidak perlu. Hal yang nampaknya remeh ini sebenarnya
sanagt besar akibatnya dan menjadi bencana bagi kaum muslimin Indonesia secara umum.
Dengan tidak memahami Al–Qur’an, mayoritas kaum muslimin menjadi tidak mengerti apa
kandungan Al–Qur’an, seperti firman Allah dalam surah Al Baqarah: 78 artinya “ Dan diantara
mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al–Kitab (taurat), kecuali dongengan bohong
belaka dan mereka hanya menduga–duga “. Akibatnya, Al–Qur’an menjadi sekedar bacaan tanpa
arti (Al–Qur’an hanya dinikmati iramanya seperti layaknya lagu – lagu dan nyayian belaka, yang
akhirnya ditinggalkan seperti yang disebutkan dalam surah Al Furqaan:30 yang artinya “ Berkata
Rasul: Ya tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al–Qur’an ini suatu yang tidak
diacuhkan “ dan surah Al Furqaan:31 yang artinya “ Dan seperti itulah, setelah kami adakan bagi
tiap–tiap nabi, musuh dari orang–orang yang berdosa dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi
petunjuk dan penolong.“).
Dampak lain dari kebodohan terhadap bahasa Al–Qur’an adalah terputusnya hubungan
kaum muslimin dengan perbendaharaan ilmu–ilmu keislaman yang telah disusun dan dibukukan
selama egara 1000 tahun oleh para pakar dan ilmuwan islam terdahulu yang jumlahnya mencapai
jutaan judul buku, mencakup bidang – bidang akidah, tafsir, hadist, fiqih, sirah, tarikh, ulumul
qur’an, tazkiyyah dan sebagainya.
6. Hukum
Ghazwul fikri (GF) pada aspek egar adalah penggunaan acuannegara warisan negaral yang
masih dipertahankan sebagai egar yang berlaku, reduksi, dan penghapusan egar Allah SWT dan
Rasul–Nya. Rasa takut dan alergi terhadap segala yang berbau syariat islam merupakan
keberhasilanghazwul fikri (GF) dibidang ini. Penggambaran potong tangan bagi pencuri dan
rajam bagi penzina selalu ditonjolkan saat pembicaraan–pembicaraan tentang kemungkinan
adopsi terhadap beberapa egar islam. Mereka melupakan bahwa egar islam berpihak
(melindungi) korban kejahatan, sehingga hukuman keras dijatuhkan kepada pelaku kejahatan
agar perbuatannya tidak terulang dan orang lain takut untuk berbuat yang sama. Sebaliknya, egar
barat berpihak (melindungi) pelaku kejahatan, sehingga dengan hukuman tersebut
memungkinkannya untuk mengulang lagi kejahatannya karena ringannya hukuman tersebut.

7. Pengiriman pelajar dan mahasiswa ke Luar Negeri


Ghazwul fikri (GF) dibidang ini terjadi dalam dua aspek, yaitu : Brain drain dan Brain
Washing. Brain drain adalah pelarian para intelektual dari negara–negara islam ke negara–negara
maju karena insentif yang lebih besar dan fasilitas hidup yang lebih mewah bagi para pekerja
disana. Hal ini menyebabkan lambatnya pembangunan di egara – egara islam dan semakin
cepatnya kemajuan di egara–egara barat.
Data penelitian tahun 1996 menyebutkan bahwa perbandingan SDM bergelar doctor (S3)
di Indonesia baru 60 per sejuta penduduk, di Amerika Serikat dan Eropa antara 2500–3000 orang
per sejuta, dan di Israel mencapai 16.000 per sejuta penduduk. Sementara brain washing (cuci
otak) dialami oleh para intelektual yang sebagian besar berangkat ke egara–egara barat tanpa
dibekali dengan dasar–dasar keislaman yang cukup. Akibatnya, mereka pulang dengan
membawa pola egar dan perilaku yang bertentangan dengan nilai–nilai islam. Bahkan secara
sadar atau tidak, mereka ikut andil dalam membantu melanggengkan kepentingan barat di egara
mereka.
8. Media Massa
Berbicara mengenai ghazwul fikri (GF) yang terjadi dalam media massa, maka dapat dipilah
pada aspek – aspek sebagai berikut :
a. Aspek kehadirannya
Terjadinya perubahan penjadwalan kegiatan sehari – hari dalam keluarga muslim, missal
TV. Dulu selepas maghrib, anak – anak biasanya mengaji dan belajar agama. Sekarang, selepas
maghrib anak – anak menonton acara – acara TV yang kebanyakan merusak dan tidak
bermanfaat. Sementara bagi para remaja dan orang tua dibandingkan dating ke pengajian dan
majlis – majlis taklim, mereka lebih senang menghabiskan waktunya dengan menonton TV.
Sebenarnya TV dapat menjadi srana dakwah yang luar biasa (sesuai dengan teori
komunikasi yang menyatkan bahwa media audio – visual memiliki pengaruh yang tertinggi
dalam membentuk kepribadian baik pada tingkat individu maupun masyarakat) asal dikemas dan
dirancang sesuai dengan nilai – nilai islam.
a. Aspek Isinya
Berbicara mengenai isi yang ditampilkan oleh media massa yang merupakan produkghazwul
fikri (GF) diantaranya adalah mengenai penokohan – penokohan atau orang – orang yang
diidolakan. Media massa yang ada tidak berusaha ikut mendidik bangsa dan masyarakat dengan
menokohkan para ulama, ilmuwan, dan orang – orang yang dapat mendorong membangun
bangsa agar mencapai kemajuan IMTAK dan IPTEK sebagaimana yang digembar–gemborkan.
Tetapi sebaliknya, justru tokoh yang terus menerus diekspos dan ditampilkan adalah para
selebriti yang menjalankan gaya hidup borjuis, menghambur – hamburkan uang (tabdzir), jauh
dari memiliki IPTEK apalagi nilai – nilai agama.
Hal ini jelas besar dampaknya pada generasi muda dalam memilih dan menentukan gaya
hidup, cita – citanya dan tentunya pada kualitas bangsa dan Negara. Rpoduk lain darighazwul
fikri (GF) yang menonjol dalam media TV, misalnya porsi film – film islami yang dapat
dikatakan tidak ada. Film yang diputar 90% adalah film bergaya barat, sisanya adalah film
nasional (yang juga bergaya barat), film – film mandarin, dan film – film india.

Anda mungkin juga menyukai