Anda di halaman 1dari 8

MODUL PERKULIAHAN

Pendidikan
Agama
Islam
Bab: 12
Islam dan Globalisasi

Fakultas
Teknik

Program
Studi

Teknik Elektro

Abstract

ELearning

14

Kode MK

Disusun Oleh

90002

Alimudin, S,Pd.I, M.Si

Kompetensi
Mahasiswa
mampu
memahami
pengertian Globalisasi, juga mampu

Globalisasi adalah hal yang tidak menjelaskan konsep dasar Globalisasi


dapat di hindari dan memang tidak dan dapat memberikan konstribusi yang
berarti bagi masyarakat.
perlu untuk di hindari. Persoalannya
adalah bagaimana menampilkan
Islam dalam kancah global tersebut.
Agar Islam dapat memberikan
konstribusi yang berarti bagi
masyarakat global.

Pengantar
Islam dan Globalisasi
Islam adalah ajaran yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan kita termasuk dari globalisasi,
sebelum membahas mengenai Islam dan globalisasi kita perlu mengetahui pengertian dari
Islam dan Globalisasi itu sendiri.
Pengertian Islam
Menurut bahasa islam berasal dari kata aslama yang berarti tunduk, patuh berserah diri dan
keselamatan, sedangkan menurut istilah islam adalah agama yang di bawa sejak nabi adam
dan diwahyukan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW. Yang berisi aturan - aturan yang
mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia, dan manusia
dengan alam. Dan agama Islam merupakan agama penyempurna dri agama-agama
sebelumnya.
Pengertian Globalisasi
Kata globalisasi berasal dari kata global yang artinya menyeluruh, globalisasi belum memiliki
makna yang mapan, kecuali sekedar depinisi kerja, ( working definition ), sehingga
tergantung dari mana seseorang memandangnya, ada yang memandangnya sebagai suatu
proses social, atau proses sejarah atau proses alamiah yang akan membawa seluruh umat
manusia didunia makin terikat satu sama lain, yang mewujudkan suatu tatanan kehidupan
sosial yang menyingkirkan segala perbedaan

Dewasa ini peradaban dunia secara keseluruhan berada dalam tantangan global yang
secara mendasar ditopang oleh perkembangan teknologi komunikasi, transportasi, dan
informasi. Semuanya ini membuat dunia semakin global dan sempit karena mudahnya di
jangkau. Di sisi lain abad ini disebut sebagai pasca modern, suatu keadaan yang dapat
dipandang sangat demokratis. Disebut sangat demokratis karena abad ini memberikan
kesempatan terhadap semua untuk berbicara membangun suatu peradaban semesta. Inilah
fenomena

globalisasi,

yang

secara

sederhana

dipahami

sebagai

suatu

proses

pengintegrasian budaya, politik, ekonomi dan informasi nasional bangsa bangsa ke ruang
lingkup dan tatanan baru sistem jaringan dunia (global).
201
6

Pendidikan Agama Islam: Modul


Islam dan Globalisasi
Alimudin, S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Meskipun tidak selalu disebutkan secara eksplisit, pernyataan bahwa globalisasi


mempunyai implikasi atau bahkan dampak atas berbagai bangsa, tampaknya didasarkan pada
dua asumsi. Pertama, sekurang kurangnya sampai taraf tertentu, pelaku atau subyek
globalisasi adalah negara negara industri maju. Dengan kata lain, globalisasi sampai
tertentu merupakan kepanjangan tangan (extension) kepentingan negara industri maju.
Kedua, kekhawatiran, kecemasan atau bahkan ketakutan akan pengaruh atau dampak
terutama yang bersifat negatif dari globalisasi umumnya dirasakan oleh bangsa bangsa
dalam negara berkembang, yang lebih merupakan obyek dari pada subyek globalisasi.
Meskipun demikian, baik karena ketergantungan negara berkembang pada negara negara
maju dalam berbagai bidang, keuangan, ekonomi dan teknologi atau karena ingin mengejar
kemajuan, sadar atau tidak, suka atau tidak, negara negara berkembang sebenarnya juga
mendukung proses globalisasi itu. Dalam pengertian ini, negara negara berkembang juga
merupakan subyek atau pelaku globalisasi, kalaupun lebih pasif sifatnya.
Globalisasi bukan hanya gejala abad ke 20 atau abad ke 21. Proses itu sudah mulai
berabad abad yang lalu ketika manusia berhasil mengelilingi dunia oleh para pionir seperti
Marcopolo dan Colombus. Jadi, globalisasi berawal dari transportasi dan komunikasi. tetapi,
dampaknya segera terasa dalam bidang kehidupan manusia, baik ekonomi, politik,
perdagangan, gaya hidup dan bahkan agama.
Apa yang membuat globalisasi suatu kecenderungan yang mencolok sejak menjelang
akhir abad yang lalu, dan yang membedakannya secara tajam dari proses globalisasi dalam
abad abad yang lalu, adalah faktor kecepatan. Ini disebabkan oleh kemajuan yang pesat
dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, khususnya dalam bentuk computer,
faximile, internet, dan e-mail maupun kemajuan yang pesat dalam bidang transportasi,
khususnya penerbangan antar benua.

A. Trend Pergaulan Global


Pada tahun 1990, John Naisbit dan Patricia Aburdene, dalam bukunya yang berjudul
Megatrends 2000, merumuskan sepuluh kecenderungan peralihan yang secara mendasar
mengubah wajah kehidupan dunia global. Kesepuluh kecenderungan tersebut adalah :
Pertama, ledakan ekonomi global dan globalisasi ekonomi
Kedua, kebangkitan kembali seni budaya
Ketiga, munculnya ekonomi pasar bebas sosialis
201
6

Pendidikan Agama Islam: Modul


Islam dan Globalisasi
Alimudin, S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Keempat, berkembangnya gaya hidup global dan nasionalisme cultural


Kelima, swastanisasi negara negara sejahtera
Keenam, bangkitnya wilayah pasifik
Ketujuh, bangkitnya kepemimpinan wanita
Kedelapan, kejayaan era biologi
Kesembilan, kebangkitan kembali agama
Kesepuluh, berjayanya individual.

Kemudian tahun 1996, John Naisbitt kembali mengejutkan dengan ramalannya tentang
fenomena yang akan terjadi di kawasan Asia di era global. Dalam buku Megatrends Asia, ia
mengidentifikasi delapan kecenderungan utama yang sedang dan akan berlangsung di Asia
dan berpengaruh besar pada perkembangan dunia kini dan masa depan. Kedelapan
kecenderungan itu adalah : Pertama, peralihan dari negara bangsa (nation-state) menuju
sistem jaringan. Kedua, peralihan dari tradisi tradisi menuju pilihan pilihan. Ketiga,
peralihan dari orientasi export menuju orientasi konsumen. Keempat, peralihan dari control
pemerintah menuju orientasi pasar. Kelima, peralihan dari pertanian menuju kota super.
Keenam, peralihan dari padat karya menuju teknologi tinggi. Ketujuh, peralihan dari
dominasi laki laki menuju kebangkitan perempuan. Kedelapan, peralihan dari barat menuju
timur.
Setelah beberapa tahun berlalu dari terbitnya kedua buku Naisbitt, kini kita bisa
menyaksikan bahwa sampai tingkat tertentu, prediksi tersebut telah banyak yang menjadi
kenyataan. Sebagian mungkin belum, tapi indikasi dan kecenderungan ke arah itu sudah
mulai terlihat atau semakin jelas penampakannya.
Dari untaian diatas, maka dapat ditarik suatu hipotesis, bahwa secara umum pergaulan
global yang terjadi saat ini dan yang akan datang dapat dirumuskan ciri cirinya sebagai
berikut :
1) Terjadinya pergeseran dari konflik ideologi dan politik kearah persaingan perdagangan,
investasi dan informasi dari keseimbangan kekuatan (balance of power) ke arah
keseimbangan kepentingan (balance of interest).

201
6

Pendidikan Agama Islam: Modul


Islam dan Globalisasi
Alimudin, S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

2)

Hubungan antara negara/bangsa secara struktural berubah dari sifat ketergantungan


(dependency) kearah saling ketergantungan (interdependent), hubungan yang bersifat
primordial berubah menjadi sifat tergantung kepada posisi tawar menawar (bergaining
position).

3)

Batas batas geografis hampir kehilangan arti operasionalnya. Kekuatan suatu negara
ditentukan oleh kemampuannya memanfaatkan keunggulan komparatif (comparative
advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage).

4) Persaingan antar negara sangat diwarnai oleh perang penguasaan teknologi tinggi. Setiap
negara terpaksa menyediakan dana yang besar bagi penelitian dan pengembangan.
5) Terciptanya budaya dunia yang cenderung mekanistik, efisien, tidak menghargai nilai dan
norma yang ekonomi dianggap tidak efisien.

B. Dampak Negatif Pergaulan Global


Pergaulan global dengan cirinya seperti diutarakan di muka di samping mendatangkan
sejumlah kemudahan bagi manusia, juga mendatangkan efek efek negatif tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Pemiskinan nilai spiritual. Tindakan sosial yang tidak mempunyai implikasi materi (tidak
produktif) dianggap sebagai tindakan yang tidak rasional.
2. Kejatuhan manusia dari makhluk spiritual menjadi makhluk material, yang menyebabkan
nafsu hayawaniyyah menjadi pemandu kehidupan manusia.
3. Peran agama digeser menjadi urusan akhirat sedang urusan dunia menjadi wewenang sain
(sekularistik).
4. Tuhan hanya hadir dalam pikiran, lisan, dan tulisan tetapi tidak hadir dalam perilaku dan
tindakan.
5. Gabungan ikatan primordial dengan sistem politik modern melahirkan nepotisme,
birokratisme, dan otoritisme.
6.

Individualistik. Keluarga pada umumnya kehilangan fungsinya sebagai unit terkecil


pengambil keputusan. Seseorang bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, tidak lagi
bertanggung jawab kepada keluarga. Ikatan moral pada keluarga semakin lemah, dan
keluarga dianggap sebagai lembaga teramat tradisional.
201
6

Pendidikan Agama Islam: Modul


Islam dan Globalisasi
Alimudin, S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

7. Terjadinya frustasi eksistensial, dengan ciri cirinya : Pertama, hasrat yang berlebihan untuk
berkuasa (the will to power), bersenang senang untuk berkuasa, bersenang senang
mencari kenikmatan (the will to pleasure), yang biasanya tercermin dalam perilaku yang
berlebihan untuk mengumpulkan uang (the will to money), untuk bekerja (the will to work),
dan kenikmatan seksual (the will to sex). Kedua, kehampaan eksistensial berupa perasaan
serba hampa, hidupnya tidak bermakna, dan lain lain. Ketiga, neuroses noogenik : perasaan
hidup tanpa arti, apatis, bosan, tak mempunya tujuan, dan sebagainya. Keadaan semacam ini
semakin banyak melanda manusia, hari demi hari.
8.

Terjadinya ketegangan ketegangan informasi di kota dan di desa, kaya dan miskin,
konsumeris, kekurangan dan sebagainya.

C. Kiprah Islam di Era Globalisasi


Globalisasi adalah hal yang tidak dapat di hindari dan memang tidak perlu untuk di
hindari. Persoalannya adalah bagaimana menampilkan Islam dalam kancah global tersebut.
Agar Islam dapat memberikan konstribusi yang berarti bagi masyarakat global, maka Islam
diharapkan tampil dengan nuansanya sebagai berikut :
Pertama, menampilkan Islam yang lebih ramah dan sejuk, sekaligus menjadi pelipur
lara bagi kegerahan hidup manusia modern. Tawaran ini mengharuskan umat Islam
menghayati nilai nilai universal yang diajarkan Islam dan teologi inklusif yang diperankan
oleh Nabi Muhammad SAW. Disamping itu, tawaran ini akan menghapus kehampaan
spiritual dan kekosongan sebagai gaya hidup Firaun akibat hiruk pikuk kehidupan global
yang hedonistik dan materialistik.
Kedua, Islam yang toleran terhadap manusia secara keseluruhan agama apapun yang
diaturnya. Sebab Islam adalah rahmatan lil-alamin, mendatangkan kebaikan dan kedamaian
untuk semua. Dengan sikap ini, Islam mengakui tentang pluralisme, baik keberagaman
pendapat, pemahaman, etnis dan agama.
Ketiga, menampilkan visi Islam yang dinamis, kreatif, dan inovatif sehingga bisa
membebaskan umat Islam dari belenggu belenggu dan penjara taqlid, status quo, menyukai
kemapanan, dan alergi terhadap pembaharuan, harus ditinggalkan. Karena sikap sikap
tersebut menyebabkan kreatifitasnya sebagai manusia menjadi hilang.

201
6

Pendidikan Agama Islam: Modul


Islam dan Globalisasi
Alimudin, S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Keempat, menampilkan Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, etos politik,
etos ekonomi, etos ilmu pengetahuan, dan etos ilmu pengetahuan, dan etos pembangunan
karena sepanjang sejarah kelima etos itulah yang dapat mendatangkan kejayaan umat Islam.
Kelima, menampilkan revivalitas Islam, dalam bentuk intensifikasi keislaman lebih
berorientasi kedalam (inward oriented) yakni membangun kesalehan intristik dan esoteris,
daripada intensifikasi diarahkan keluar (outward oriented), yang lebih bersifat ekstrinsik
dan eksoteris, yakni sekedar kesalehan formalitas.
Dari analisis di atas, dapat di tarik pemahaman bahwa peran Islam di era globalisasi
perlu diarahkan pada peningkatan daya jawabnya terhadap problema kehidupan kontemporer,
dan tetap berpegang teguh pada nilai nilai ajaran al-Quran dan al-Sunnah. Salah satu upaya
ke arah itu adalah umat Islam harus mampu mengambil nilai positif dari kemodernan dan
tetap memberi apresiasi yang wajar terhadap khazanah intelektual Islam klasik sesuai dengan
kebutuhan. Sehingga jargon al-islam sholihun li kulli zaman wa makan dapat di
transformasikan sesuai dengan kenyataan empirik yang dihadapi oleh umat Islam, kini dan
yang akan datang.

PENUTUP
Globalisasi bukan hanya gejala abad ke 20 atau abad ke 21. Proses itu sudah mulai
berabad abad yang lalu ketika manusia berhasil mengelilingi dunia oleh para pionir seperti
Marcopolo dan Colombus. Jadi, globalisasi berawal dari transportasi dan komunikasi. tetapi,
dampaknya segera terasa dalam bidang kehidupan manusia, baik ekonomi, politik,
perdagangan, gaya hidup dan bahkan agama.
Apa yang membuat globalisasi suatu kecenderungan yang mencolok sejak menjelang
akhir abad yang lalu, dan yang membedakannya secara tajam dari proses globalisasi dalam
abad abad yang lalu, adalah faktor kecepatan. Ini disebabkan oleh kemajuan yang pesat
dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, khususnya dalam bentuk computer,
faximile, internet, dan e-mail maupun kemajuan yang pesat dalam bidang transportasi,
khususnya penerbangan antar benua.
Globalisasi adalah hal yang tidak dapat di hindari dan memang tidak perlu untuk di
hindari. Persoalannya adalah bagaimana menampilkan Islam dalam kancah global tersebut.

201
6

Pendidikan Agama Islam: Modul


Islam dan Globalisasi
Alimudin, S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

IAIN Sunan Ampel Surabaya, Tim Penyusun. Pengantar Studi Islam. 2004. IAIN SUNAN
AMPEL PRESS

201
6

Pendidikan Agama Islam: Modul


Islam dan Globalisasi
Alimudin, S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai