Anda di halaman 1dari 11

Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan

Islam

Disusun Oleh :
Maulidina Vifiladya

Kelas XII MIPA 9

Tugas Sosiologi
KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Sholawat  dan  salam  kepada  Rasulullah
SAW.  Berkat  limpahan  Rahmat-Nya  penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah 
ini. Agama  sebagai  sistem  kepercayaan  dalam  kehidupan  umat  manusia  dapat  dikaji 
melalui  berbagai  sudut  pandang.  Islam  sebagai  agama  yang  telah  berkembang  selama 
empat  belas  abad  lebih  menyimpan  banyak  masalah  yang  perlu  diteliti,  baik  itu 
menyangkut  ajaran  dan  pemikiran  keagamaan  maupun  realitas  sosial,  politik,  ekonomi 
dan  budaya. 

Dalam  makalah  ini  kami  akan  membahas  tentang dampak globalisasi terhadap
pendidikan Islam. Semoga  makalah  ini  bermanfaat  untuk  memberikan  kita pengetahuan
terhadap dampak glogalisasi.  Dan  tentunya  makalah  ini  masih  sangat  jauh  dari
sempurna. Maka dari itu kami mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

                                                                                             Penyusun

Maulidina vifiladya
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Arus globalisasi saat ini menimbulkan banyak sekali perubahan dari segala aspek
kehidupan. Perubahan ini tidak dapat dihindari akibat ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin canggih. Hal ini menggugah kesadaran masyarakat umum akan pentingnya
pendidikan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kewajiban bagi mereka.
Di era globalisasi ini, Dunia pendidikan mau tak mau harus menerima perkembangan
zaman dan kemajuan teknologi yang sebagian besar bersumber dari negara-negara barat
seperti: televisi, handphone, komputer dan lain-lain, tidak terkecuali pendidikan Islam yang
tidak bisa lepas dari bias fenomena globalisasi ini, karena tidak mungkin pendidikan Islam
hanya melalui cara-cara dasar seperti ceramah dalam menyampaikan materi. Tetapi
pendidikan yang berbasis teknologi juga dapat menyampaikan materi melalui LCD dan
sebaginya.
Walaupun demikian umat Islam harus bisa membentengi pendidikan Islam itu sendiri.
apabila tidak bisa melakukannya maka yang akan terjadi adalah pendidikan Islam akan
melenceng dari ajaran-ajaran Islam Nabi ketika perjalanan hidup tidak lepas dari teknologi
yang berjalan cepat dihadapan umat Islam. maka tidak seharusnya mereka hanya
menyibukkan dirinya dengan kehidupan yang berbau teknologi tetapi yang harus mereka
lakukan yaitu menerima globalisasi tanpa harus melupakan perbuatan dalam ajaran Islam
untuk mendapat kebahagiaan dunia akhirat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Tantangan Globalisasi dalam Pendidikan Islam ?
2. Apa Pengaruh Globalisasi terhadap Pendidikan Islam ?

C. Landasan Teori
Pengertian Pendidikan Islam

Pada saat ini dunia pendidikan memiliki banyak cabang , di antaranya pendidikan
bahasa Inggris, pendidikan Kewarganegaraan, pendidikan Dasar Matematika, pendidikan
Islam dan lain-lain. dalam bab ini yang akan dibahas adalah tentang pendidikan Islam. istilah
pendidikan Islam berasal dari gabungan dua kata yaitu kata “pendidikan” dan “Islam”. dalam
bahasa Arab, pendidikan Islam dikenal dengan At Tarbiyatul Al Islamiyah (‫)التّربيّة االسالمية‬.
Adapun  dalam bahasa Inggris sering disebut Islamic Education.
Kata pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan Islam yaitu agama universal yang Allah perintahkan kepada seluruh manusia dan
imani Rosul-Rosulnya. 
Pendidikan Islam dapat dijumpai di berbagai lembaga-lembaga yang berbasis Islami
mulai dari tingkat rendah sampai tingkat yang paling tinggi, seperti : MI, pondok pesantren,
MTs, MA, IAIN, dan lain-lain. Namun pendidikan Islam juga bisa diperoleh di lembaga-
lembaga umum misalnya : SD, SMP, SMA, SMK, dan lain-lain, sebagai salah satu mata
pelajaran.
Pendidikan Islam dikaitkan dengan konsepsi kejadian manusia yang sejak awal
kejadiannya sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna yang dibekali potensi akal dan
ilmu. Hal ini merupakan sebuah bukti bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling
sempurna harus bisa menjadi khalifah yang berilmu dan bertanggungjawab atas apa yang
telah dipimpinnya.

Pengertian Globalisasi

Pengertian  Globalisasi Menurut bahasa, global ialah seluruhnya, menyeluruh.


Sedangkan globalisasi ialah pengglobalan secara keseluruhan aspek kehidupan, perwujudan
(peningkatan / perubahan) secara menyeluruh disegala aspek kehidupan. Kemudian membaca
pengertian secara luas globalisasi adalah proses pertumbuhan Negara-Negara maju  seperti
halnya Amerika, Eropa dan Jepang, yang telah  melakukan ekspansi besar-besaran.
Kemudian berusaha mendominasi dan merubah  dunia dengan kekuatan teknologi, ilmu
pengetahuan, politik, budaya, militer, ekonomi, dan pendidikan itu sendiri, di Indonesia pada
khususnya.
Menurut David Held dan Anthony Mc Grew tidak ada pengertian globalisasi yang
tepat yang disepakati bersama. Globalisasi dapat saja dipahami sebagai kedekatan jarak,
ruang, waktu yang menyempit, serta pengaruh yang cepat. Dari sudut pandang pengistilahan,
istilah globalisasi sebenarnya masih mengalami problem karena relativitas serta subyektivitas
pemakaian kata tersebut.
David Held dan Anthony Mc Gre dalam The Global Tranformation Reader, Malden:
menjelaskan bahwa globalisasi secara sederhana dapat ditunjukkan dalam bentuk perluasan
skala, pengembangan wilayah, dan percepatan pengaruh dan arus serta pola-pola inter-
regional dalam interaksi sosial. 
Sementara itu menurut sebagian orang, globalisasi adalah menghilangkan dinding dan
jarak antara satu bangsa lain, dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Sehingga semuanya menjadi dekat dengan kebudayaan dunia, pasar dunia dan keluarga
dunia. Sebagian lain mengatakan globalisasi ialah mengubah dunia menjadi perkampungan
dunia. 
Ada juga yang memandang globalisasi adalah kelanjutan dari tren yang telah lama
mapan, yaitu liberarisasi seperti dianut oleh kaum neo-liberal. Namun menurut Paul Rust dan
Graham Thompson seperti dikutip oleh Giddens bahwa globalisasi merupakan kelanjutan
fenomena ekonomi yang kini menuju ke arah global. Tetapi kedua pandangan di atas tidaklah
merepresentasikan globalisasi secara utuh mengingat cakupannya sangat luas dan menggejala
ke dalam berbagai sektor. 
Yusuf Qardhawi dalam buku Islam dan Globalisasi Dunia mengatakan bahwa
globalisasi mengandung arti menghilangkan batas-batas kenasionalan dalam bidang ekonomi
(perdagangan) dan membiarkan sesuatu bebas melintas dunia dan menembus level
internasional, sehingga terancamlah nasib suatu bangsa atau negara. 
Ditegaskan pula Yusuf Qardhawi dalam buku Ummat Islam menyongsong Abad 21,
globalisasi berarti pula eliminasi batas-batas teritorial antara suatu bangsa dengan bangsa
yang lain, antara tanah air yang satu dengan yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan
yang lain.
Kondisi tersebut dikarenakan terjadinya perkembangan pesat dalam teknologi
komunikasi, transformasi, dan informasi. Pada tataran konsep, globalisasi tidak bertentangan
dengan Islam. Bahkan Islam sejalan dengan globalisasi. Ini disebabkan karena Islam bersifat
universal atau “rahmatan lil ’aalamiin”. Namun globalisasi yang terjadi akhir-akhir ini
cenderung mengarah pada pemaksaan hegemoni politik, ekonomi, sosial, dan budaya AS
kepada dunia, khususnya dunia Timur atau dunia ketiga, dan lebih khusus lagi terhadap dunia
Islam. 
Cukup beralasan jika dikatakan bahwa globalisasi dapat bermakna “westernisasi
dunia”. Konsep ini merupakan istilah santun bagi imperialisme gaya baru yang sudah
menanggalkan baju lama dan cara-cara kunonya, untuk memainkan hegemoni baru dengan
payung istilah yang lembut, yakni “globalisasi”.

D. Metode

Metode yang di gunakan adalah metode deskriptif. Alasan memilih metode deskriptif,
yaitu metode ini dapat memberikan paparan yang jelas berdasarkan fakta. Bentuk metode
yang digunakan, yaitu kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2011: 4)
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Dengan demikian,
alasan memilih metode deskriptif kualitatif karena metode ini dipandang dapat memberikan
gambaran objektif mengenai pembahasan ini sehingga dapat memberikan fakta yang sesuai
subjek maupun objeknya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tantangan Globalisasi dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam di zaman ini menghadapi tantangan-tantangan yang serius


untuk  tetap eksis di dunia pendidikan. Adapun tantangannya adalah sebagai berikut:
“Pertama, orientasi dan tujuan pendidikan. Kedua, pengelolaan (manajemen) sistem
manajemen ini yang akan mempengaruhi dan mewarnai keputusan dan kebijakan yang
diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan. Ketiga, hasil (out put). Bagaimana produk
yang dihasilkan dari sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat dari kualitas luaran (out putnya).
Dalam pandangan Haidar Putra Daulay menjelaskan “tantangan globalisasi bagi
pendidikan Islam yaitu masalah kualitas. era global adalah era pesaing bebas. Maka akan
terjadi pertukaran antar negara baik resmi maupun tidak. Pertukaran manusia, barang, jasa,
teknologi dan lain-lain adalah hal yang dipersaingan dalam era global ini. Untuk itu perlu
dibentuk manusia yang unggul jadi kualitas SDM sangat penting untuk menentukan kualitas
lembaga pendidikan, negara dan agama.
Selain tantangan kualitas juga tantangan moral era globalisasi banyak membawa
dampak negatif generasi muda sekarang sudah terpengaruh dengan pergaulan yang global.
Hal-hal yang tidak  semestinya dilakukan oleh generasi muda seperti minum miras,
menggunakan narkoba, melakukan seks bebas malahan menjadi kebiasaan bagi mereka.
moral mereka bisa dikatakan seperti moral syaitan. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu
belaka tanpa memikirkan akibatnya. Berkenaan itu maka pendidikan Islam harus semakin
diefektifkan di lingkungan lembaga pendidikan Islam.

B. Pengaruh Globalisasi terhadap Pendidikan Islam

Globalisasi ini membawa dampak positif dan negatif bagi kepentingan bangsa dan
ummat kita.  Dampak positif, misalnya, makin mudahnya kita memperoleh informasi dari
luar sehingga dapat membantu kita menemukan alternatif-alternatif baru dalam usaha
memecahkan masalah yang kita hadapi.  (Misalnya, melalui internet kini kita dapat mencari
informasi dari seluruh dunia tanpa harus mengeluarkan banyak dana seperti dulu.  Demikian
pula, dalam hal tenaga kerja, dana, maupun barang).  Di bidang ekonomi, perdagangan bebas
antar negara berarti makin terbukanya pasar dunia bagi produk-produk kita, baik yang berupa
barang atau jasa (tenaga kerja).
Globalisasi bagaikan mata pisau yang dapat menghadirkan manfaat jika dipahami
secara benar dan dapat menghadirkan dampak negatif bila tidak dipahami secara
benar. Diantara dampak negatif dari globalisasi adalah sebagai berikut:
1.      Pemiskinan nilai spiritual. Tindakan sosial yang mempunyai nilai materi (tidak
produktif) dianggap sebagai tindakan yang rasional.
2.      Jatuhnya manusia dari makhluk spiritual menjadi makhluk material.
3.      Peran agama digeser menjadi urusan akhirat sedang urusan dunia menjadi wewenang
sains (sekularistik).
4.      Tuhan hanya hadir dalam pikiran, lisan, tetapi tidak hadir dalam perilaku dan tindakan.
5.      Gabungan ikatan primordial dengan sistem politik melahirkan nepotisme, birokratisme,
dan otoriterisme.
6.      Individualistic.
7.      Terjadinya frustasi eksistensial seperti hasrat yang berlebihan untuk berkuasa merasa
hidupnya tidak bermakna.
8.      Terjadinya ketegangan-ketegangan informasi di kota dan di desa, kaya dan miskin, dan
konsumeris.

Dalam kaitannya dengan umat Islam Indonesia, dampak negatif yang paling nyata
adalah perbenturan nilai-nilai asing, yang masuk lewat berbagai cara, dengan nilai-nilai
agama yang dianut oleh sebagian besar bangsa kita.  Mengingat agama Islam adalah agama
yang berdasarkan hukum (syari’ah), maka perbenturan nilai itu akan amat terasa di bidang
syari’ah ini.  Globalisasi informasi telah membuat ummat kita mengetahui praktek hukum
(terutama hukum keluarga) di negeri lain, terutama di negeri maju, yang sebagian sama dan
sebagian lagi berbeda dari hukum Islam.  Keberhasilan negara maju yang sekuler dalam
bidang ekonomi telah membuat segala yang berasal dari negara tersebut tampak baik dan hal
ini dapat menimbulkan keraguan atas praktek yang selama ini kita anut. 
Contoh hukum Islam yang berbeda dari hukum sekuler di negeri maju antara lain:
hukum waris, kedudukan wanita dan pria dalam perkawinan, kedudukan anak pungut/anak
angkat dalam keluarga, hak asasi anak, hak asasi manusia, hukum rajam, hukum potong
tangan, definisi zina, perkawinan campur, dlsb.  Kemajuan teknologi di bidang rekayasa
genetik (cloning), misalnya, juga telah menimbulkan persoalan hukum keluarga (waris dan
perwalian).
Globalisasi juga sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan, baik
tujuan, proses, hubungan guru-murid, etika, metode ataupun yang lainnya. Dalam hal tujuan,
terdapat kecenderungan yang mengarah kepada materialisme. Demikian juga dengan
kurikulumnya, lebih mengarah pada bagaimana hal-hal yang materialistik itu dapat dicapai.
Dalam hal ini belajar lebih terfokus pada aspek penguasaan ilmu (kognitif) belaka ketimbang
bagaimana seorang siswa memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. 
Bila dipelajari lebih jauh, globalisasi membawa pengaruh terhadap negara-negara
berkembang yang baru terlepas dari belenggu penjajahan, baik positif maupun negatif.
Pengaruh positif dari globalisasi yaitu membantu/ mendorong negara-negara baru
berkembang untuk maju secara teknis, serta menjadi lebih sejahtera secara material.
Dengan demikian tidak bisa kita pungkiri,  juga bahwa globalisasi juga memiliki
manfaat  bagi  kehidupan umat manusia kita ketahuai bahwa globalisasi juga erat kaitanya
dengan era informasi dan teknologi canggih.
Era global /informasi menjadikan semua transparan, apa yang terjadi di belahan dunia
yang satu, di belahan dunia yang lain dapat juga dengan cepat di ketahui hubungan seseorang
dengan yang lainya, tehnologi komunikasi menjadi sedemikian dekat gampang dan mudah,
informasi pengetahuan dan lain-lainya  dengan mudah kita dapatkan dari berbagai media,
seperti radio, televisi, internet, koran, majalah dan lain sebagainya dengan demikian banyak
hal yang dapat mendorong pendidikan untuk meningkatkan kualitas dirinya baik dalam hal
kelembagaan, tujuan, kurikulum, metode, dan lain sebagainya.

C. Sikap Menghadapi Globalisasi

Globalisasi yang berkembang saat ini tidak mungkin untuk ditolak eksistensinya,
sebab globalisasi merupakan keniscayaan yang harus dihadapi oleh semua pihak termasuk
pendidikan Islam. Melihat realitas seperti yang tertulis di atas, maka dibutuhkan solusi yang
konstruktif dalam rangka menata kembali seluruh komponen pendidikan Islam. Penataan
kembali sistem pendidikan Islam bukan sekedar  modifikasi atau tambal sulam, tapi
memerlukan rekonstruksi, rekonseptualisasi dan reorientasi, sehingga pendidikan Islam dapat
memberikan  sumbangan besar bagi pencapaian tahap tinggal landas.
Dalam menyikapi isu globalisasi umat islam terbagi kedalam tiga kelompok, yaitu yang
menerima secara mutlak menolak sama sekali, dan pertengahan yakni menyikapinya secara
proposional.
Kelompok pertama, yakni orang yang menerima secara mutlak adalah orang yang di
sebutkan oleh rosulullah dalam hadistnya bahwa mereka adalah mengikuti cara-cara dan
ajaran-ajaran umat lain sejengkal demi sejengkal, sehingga jika umat lain itu masuk ke
lubang biawak mereka akan mengikutinya inilah sikap para penyeru westnerisasi yang
berlebihan didunia arab dan islam.
Kelompok kedua, orang yang menolak sama sekali adalah yang menjahui hal-hal yang
baru tidak peduli dengan dunia pemikiran, ekonomi, politik dan sebagainya, mereka
menyingkir, selain kelompok ini terdapat kelompok lain yang sering di sebut dengan
kelompk fudemintas,  bedanya mereka tidak mengasingkan diri, tetapi malah mengambil
posisi berhadap-hadapan dengan yang mereka tentang atau tolak.
Mereka menganggap bahwa globalisasi akan merusak sendi-sendi budaya islam yang
telah mereka jaga selama-bertahun-tahun, ke khawatiran mereka terletak pada
westernisasi dan pembaratan pada budaya setempat melalui arus globalisasi.
Kelompok ketiga, adalaah kelompok pertengahan yakni yang menyikapinya secara
proposianal, menurut Yusuf Qardhawi  inilah sikap yang baik sebagai cermin sebagai manhaj
islam pertengahan. Inilah sikap orang beriman yang mempunyai wawasan luas dan terbuka
yang bangga dengan identitasnya, faham tentang risalahnya, dan memegang teguh
orisinalitasnya tidak menghindar dari hal-hal yang baru dan tidak menerima secara
berlebihan. Di antara sikap yang tepat menghadapi globalisasi sebagaimana tersebut di atas
adalah sikap proporsional, yakni tidak berlebihan dalam menolak dan menerimanya, kita
tentu dapat memilah milih mana yang di anggap baik dan sesuai dengan ajaran islam dan
mana yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Terhadap pengaruh yang baik, tentu dengan
senang hati dapatkah kita terima dan bahkan jika memungkinkan mengembangkanya untuk
mendapat mamfaat yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Globalisasi dimaknai penyempitan dunia, sebab dunia seakan menjadi satu kesatuan
tanpa batas. Globalisasi mendorong manusia untuk berorientasi dan mentransformasi
peradaban dunia melalui proses modernisasi, industrialisasi dan revolusi informasi.  Secara
lebih jauh akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam struktur kehidupan.
Globalisasi terhadap Pendidikan Islam memiliki dampak yang positif dan juga
dampak negatif. Dampak negatif diantaranya: Pemiskinan nilai spiritual. ,materialisme,
pergeseran peran agama, primordial yang melahirkan nepotisme, birokratisme, dan
otoriterisme, individualistic, terjadinya ketegangan-ketegangan, dan konsumerisme. Dampak
positifnya: Penguasaan berbagi pengetahuan, keterampilan, dan aset intelektual yang
diperlukan untuk beberapa perkembangan pada tingkat yang berbeda, dukungan mutu,
melengkapi dan menguntungkan supaya menghasilkan sinergi untuk pengembangan berbagai
negara, masyarakat, dan individu, menciptakan nilai dan meningkatkan efisiensi melalui
berbagi mobilisasi global atas dan saling mendukung untuk melayani kebutuhan lokal dan
pertumbuhannya, mempromosikan pemahaman internasional, kerjasama, harmoni, dan
penerimaan terhadap keanekaragaman budaya di seluruh negara dan wilayah, dan
memfasilitasi komunikasi, interaksi, dan mendorong multi-budaya kontribusi pada tingkat
yang berbeda antar negara.

B. Daftar Pustaka

https://hasbyeducation.blogspot.co.id/2017/01/globalisasi-dan-pengaruhnya-terhadap.html

http://illsionst.blogspot.co.id/2011/06/pendidikan-islam-di-era-globalisasi.html
http://notduniapendidikan.blogspot.co.id/2013/04/pengaruh-globalisasi-terhadap.html
http://notduniapendidikan.blogspot.co.id/2013/04/pengaruh-globalisasi-terhadap.html

Anda mungkin juga menyukai