Anda di halaman 1dari 9

Membakar Daun yang Berguguran Adalah Hal Berbahaya, ini Alasannya"

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam proses kehidupan tanaman, daun-daun yang berguguran dari
pohon maupun tumbuhan yang ada di sekitaran rumahmu, merupakan hal yang lumrah terjadi. Daun
yang berguguran dan berserakan ke segala penjuru permukaan tanah tentu memberikan kekacauan,
sehingga perlu disingkirkan. Sayangnya, tidak sedikit orang malah memilih membakar daun-daun
yang berguguran, cara ini dipandang lebih efektif untuk memusnahkannya.

Namun, perlu kamu ketahui bahwa membakar daun-daun yang berserakan di tanah merupakan hal
yang buruk dan tidak pernah disarankan. Dilansir dari beberapa sumber, Rabu (3/3/2021), pada
artikel kali ini kita akan membahas mengenai hal buruk yang terjadi saat membakar daun tanaman
dan ada hal yang harus kamu pikirkan sebelum melakukannya.

Jika kamu adalah seorang penghuni rumah yang peduli lingkungan dan kesehatan, makan
ketahuilah bahwa daun yang terbakar melepaskan hidrokarbon, nitrogen oksida, dan karbon
monoksida ke udara. Ketiga senyawa merepotkan tersebut menciptakan tambahan ozon di
permukaan tanah dan di atas permukaan bumi.

Gas beracun tersebut dapat merusak ekosistem sensitif dan berdampak negatif pada tanaman dan
satwa liar di dalamnya. Asap yang dilepaskan oleh daun selama pembakaran juga dapat mengiritasi
mata, hidung, dan tenggorokanmu. Partikel kecil yang terkandung dalam asap dari daun yang
terbakar dapat menumpuk di paru-paru dan tinggal di sana selama bertahun-tahun. Partikel-partikel
ini dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan, serta mengurangi jumlah udara yang
mencapai paru-paru. Bagi mereka yang sudah menderita asma dan gangguan pernapasan lainnya,
daun terbakar bisa sangat berbahaya.

Lalu, jika seseorang terpapar karbon monoksida yang dikeluarkan oleh daun terbakar serta sisa bara
api, itu dapat mengurangi jumlah oksigen dalam darah dan paru-paru. Kondisi tersebut bisa
menyebabkan batuk, mengi, dan kondisi pernapasan lainnya yang terkadang bertahan dalam jangka
waktu panjang. Mengutip laman Purdue, karbon monoksida adalah gas tak terlihat yang dihasilkan
dari pembakaran tidak sempurna, seperti pada tumpukan daun yang membara. Setelah seseorang
menghirup gas karbon monoksida, ia diserap ke dalam darah, di mana ia mengurangi jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh sel darah merah.

Anak-anak, manula, perokok dan orang yang menderita paru-paru kronis dan penyakit jantung lebih
rentan terhadap efek karbon monoksida dibandingkan orang dewasa yang sehat.

Sebagian daun yang terbakar secara bertumpuk berpotensi terjebak dalam embusan angin dan
beterbangan pergi, membawa bara yang membara bersamanya. Jika kamu tinggal di daerah yang
sangat kering, yang diperlukan hanyalah satu percikan kecil untuk menyalakan api yang bisa berubah
menjadi bencana. Daun yang terbakar bukan hanya risiko kebakaran bagimu, tetapi juga berbahaya
bagi seluruh tetanggamu.
Kamu bisa membuat kompos dari daun-daun yang berguguran. Daun yang mengering akan rusak
perlahan seiring waktu, tetapi kamu dapat mempercepat prosesnya dengan mencampurkan daun
dengan bahan tanaman hijau, seperti potongan rumput, sisa-sisa taman dan sebagainya. Atau kamu
bisa menambahkan sumber nitrogen, seperti kotoran ternak atau pupuk komersial. Daun-daun yang
berserakan juga bisa digunakan sebagai mulsa di sekitar taman dan tanaman lanskap. Mulsa
memberikan banyak manfaat, termasuk pembasmi gulma, konservasi kelembapan dan suhu tanah
yang moderat. Namun, jika membakar daun tanaman adalah pilihan satu-satunya, maka bakar di
tong yang tahan api besar atau tong bakar. Bakar daun-daun yang berguguran di dalam tong, lalu
tutup tong untuk meminimalkan asap dan risiko kesehatan yang terkait.

sumber: https://www.kompas.com/homey/read/2021/03/03/155900976/membakar-daun-yang-
berguguran-adalah-hal-berbahaya-ini-alasannya?page=2.
Penulis : Abdul Haris Maulana
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Kualitas Udara Jakarta Buruk

Polusi Asap Rokok Tak Bisa Diabaikan


Reporter : JHON ROY PANGIBULAN SIREGAR
Editor : MUHAMMAD RUSMADI

Rakyat Merdeka - Kualitas udara buruk di Jakarta masih menjadi sorotan


serius. Terus memburuknya kualitas udara akan makin memperparah kondisi
kesehatan masyarakat. Kualitas udara yang terus menerus turun harus
direspons cepat.

Permasalahan ini mesti diselesaikan bersama-sama. Masyarakat Jakarta


memiliki hak untuk menghirup udara yang bebas polusi,” kata Ketua Gerakan
Bebas TAR dan Asap Rokok (GEBRAK!) yang juga Ketua Asosiasi Personal
Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto.

Dalam beberapa bulan terakhir, tingkat polusi di Ibukota sangat tinggi.


Misalnya, pada Minggu (11/8), berdasarkan data AirVisual sekitar pukul 07.00
WIB, indeks kualitas udara. Atau air quality index (AQI) Jakarta sebesar 171.
Yang berarti sangat buruk.

Namun polusi udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor dan asap
pembakaran rokok, juga tidak bisa diremehkan. Hal ini dikarenakan
komponen dari polusi udara ini sangat kecil ukurannya. Sehingga bisa
menembus pembuluh darah.

Dalam jangka panjang, paparan tersebut bisa meningkatkan risiko kanker.


Menurut Aryo, asap pembakaran rokok turut berkontribusi memperparah
kualitas udara di Jakarta. Meski tidak sebesar dari kendaraan bermotor, asap
pembakaran rokok sangat berbahaya bagi kesehatan.

“Tingginya polusi udara di kota-kota besar seperti Jakarta sangat


memprihatinkan. Sekitar 80 persen berasal dari asap kendaraan bermotor.
Tapi polusi asap pembakaran rokok juga tidak bisa diabaikan,” ujar dia.

Aryo mengatakan, hasil pembakaran dari rokok menghasilkan TAR, yang


merupakan zat kimia berbahaya. TAR mengandung berbagai senyawa
karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.
Berdasarkan data National Cancer Institute Amerika Serikat, hampir dari
7.000 bahan kimia yang ada di dalam rokok, 2.000 di antaranya terdapat pada
TAR.
“Fakta ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya. Bahaya yang ditimbulkan dari asap pembakaran rokok
bagi kesehatan sangat besar. Kita bersama-sama harus menyadari
permasalahan ini,” ucap dia.

Sebagai langkah awal, menurut Aryo, pemerintah dan pemangku kepentingan


lainnya dapat memberikan edukasi kepada masyarakat. Dengan memberikan
akses informasi akurat tentang bahaya asap hasil pembakaran terhadap
kualitas udara dan kesehatan diri.

Misalnya, bagi perokok, untuk mengurangi dampak paparan asap


pembakaran rokok, dapat menggunakan produk tembakau alternatif. Seperti
produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik, daripada rokok karena
tidak menghasilkan asap.

“Pada rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan tidak melalui
proses pembakaran. Sehingga yang dihasilkan adalah aerosol. Atau uap
bukan asap. Produk tembakau alternatif dapat digunakan sebagai suatu
solusi dan pemerintah harus terbuka dengan fakta ini,” kata Aryo.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, gambaran


penyakit berhubungan dengan polusi udara di Jakarta menunjukkan, Infeksi
Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pada balita dan asma kambuh menjadi
penyakit yang paling banyak diderita.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan


DKI Jakarta, Dwi Oktavia, mengajak masyarakat melakukan pencegahan dan
pengendalian terhadap aktor penyebab ISPA.

“Hindari asap pembakaran rokok dan jauhkan anak-anak dari paparan asap
pembakaran rokok. Anak-anak berisiko terkena serangan asma yang lebih
sering dan berat, infeksi saluran pernapasan dan sindrom kematian bayi
mendadak atau Sudden Infant Death Syndrome akibat polusi asap
pembakaran rokok,” ujar Dwi.

Sumber : https://rm.id/baca-berita/arus-bawah/15798/kualitas-udara-jakarta-
buruk-polusi-asap-rokok-tak-bisa-diabaikan
Pabrik Tahu yang Menyebabkan Polusi Udara

Polusi udara adalah fenomena pencemaran lingkungan atau kerusakan


lingkungan karena adanya umsur-unsur berbahaya dalam udara atau
atmosfer bumi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Di daerah Kecamatan
Sumobito Kabupaten Jombang ada pabrik yang memproduksi tahu. Pabrik
tahu tersebut saat memproduksi tahu menyebabkan polusi udara yang
menyebar disekitar pabrik tersebut.

Polusi udara atau pencemaran udara ini adalah kejadian buatan yaitu karena
perbuatan manusia. Dalam expositions pembuatan tahu, ada kegiatan
pembakaran yang mana pembakaran tersebut mengandung karbondioksida
yang dapat mengakibatkan pemanasan worldwide, dan gas karbondioksida
tidak baik dihirup dalam jangka panjang dan jumlah banyak.

Pembakaran tersebut mengakibatkan partikel debu yang membawa zat


berbahaya terbang ke udara. Dan mengakibatkan kesehatan memburuk untuk
manusia.

Letak pabrik yang dekat dengan lingkungan masyarakat inilah yang


mengakibatkan banyak dampak-dampak polusi udara kepada orang-orang
sekitarnya. Pabrik yang menghasilkan asap akan memproduksi polutan
misalnya nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan hidrokarbon. Bahan-bahan
kimia tersebut bereaksi dengan sinar matahari untuk menghasilkan kabut
tebal yang menghasilkan kabut polusi udara. 

Kabut yang tebal mengakibatkan orang-orang kesulitan untuk melihat


suasana sekitar pabrik tersebut. Kabut asap bisa berwarna coklat, abu-abuan
tergantung polutan didalamnya.

Asam terjadi karena ketika polutan udara misalnya nitrogen oksida dan sulfur
dioksida hasil asap produksi pabrik bercampur dengan uap air. Kemudian
asam tersebut jatuh kembali ke bumi dan menghasilkan hujan asam. Hujan
asam dapat merusak kualitas danau, sungai dan saluran air yang lain.
Asap yang dihasilkan dari pabrik dapat meningkatkan efek rumah kaca.
Karena gas rumah kaca dihasilkan salah satu dari asap yang dihasilkan
limbah pabrik tahu diperlukan untuk menyerap sinar matahari dan
menahannya di bumi. Jika jumlah lebih tinggi dari sewajarnya, maka efek
rumah kaca akan meningkatkan suhu di permukaan bumi dan terjadi global
warning. Cara mengatasi polusi udara dari pabrik tahu yaitu, mengurangi
penggunaan batu bara.

https://www.kompasiana.com/
rohmatulfaazaaprilia1861/6290c7abce96e50b0334ed62/pabrik-tahu-yang-
menyebabkan-polusi-udara

Kreator: Rohmatul Faaza Aprilia


Ahli: Abu Vulkanik Lebih Berbahaya dari Asap Rokok dan
Polusi
Reporter
Anastasia Pramudita Davies
Editor
Susandijani
Jumat, 11 Mei 2018 14:45 WIB

Material vulkanik erupsi Gunung Sinabung menyembur di udara, Karo, Sumatera Utara, 19 Februari
2018. Gunung Sinabung kembali meletus hebat pada sekitar pukul 09.00 WIB. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Bahaya abu vulkanik tampaknya kini harus diwaspadai oleh


masyarakat di sekitar Gunung Merapi . Seperti diberitakan bahwa pagi tadi, 11 Mei
2018, Gunung Merapi mengalami letusan freatik. Meskipun letusan tersebut tidak
membahayakan, warga sekitar diimbau tetap waspada dan mengenakan masker,
dikarenakan terjadi hujan abu. 

Melihat imbauan yang diberikan untuk selalu mengenakan masker, nampak bahwa
paparan abu vulkanik menjadi perhatian utamanya. Terlebih, dalam kasus gunung
meletus, paparan abu vulkanik sangat diperhatikan. Mengapa demikian?
Abu vulkanik terbuat dari partikel halus batuan vulkanik yang terfragmentasi, seperti
dikutip dari NBC News. Warnanya abu-abu muda sampai hitam dan teksturnya bisa
sehalus bedak. Abu vulkanik dapat dihirup ke dalam paru-paru dan menyebabkan
iritasi bahkan pada orang yang sehat.

Beberapa ahli bahkan mengungkapkan bahwa abu vulkanik jauh lebih berbahaya
daripada asap rokok atau polusi.

Dilansir dari Canada, dampak jangka pendek akibat dari paparan abu vulkanik akan
menyebabkan iritasi mata, hidung dan tenggorokan. Orang yang memiliki masalah
jantung dan paru-paru, mungkin akan paling berisiko terhadap paparan abu vulkanik.
Risiko ini dianggap sama ketika orang tersebut menghirup asap.

Beberapa efek negatif terhadap kesehatan dari menghirup asap adalah terjadinya
masalah pada pernapasan, kemudian penyakit jantung dan paru-paru yang semakin
parah. Bahkan, kemungkinan jika tidak segera diobati bisa mengakibatkan kematian
dini.

Diberitakan NCBI, gas vulkanik yang dikeluarkan selama letusan dapat


sangat beracun bagi manusia jika konsentrasinya tinggi. Seperti
menyebabkan iritasi pada selaput lendir mata, iritasi pada saluran
pernapasan bagian atas, dan juga mempengaruhi kesehatan kulit.
Bahkan, partikel-partikel kecil dari abu vulkanik dapat masuk dan
mencapai daerah paru-paru Anda.

Badan Perlindungan Kesehatan Inggris mengatakan bahwa orang-orang


dengan masalah pernapasan, seperti bronkitis dan asma, mungkin
mengalami lebih banyak gejala saat terpapar abu vulkanik. Yaitu mata
yang gatal, sakit tenggorokan dan juga batuk kering. Ia menyarankan bagi
penderita bronkitis dan asma untuk selalu membawa inhaler atau obat-
obatan mereka.

Sumber : https://gaya.tempo.co/read/1087870/ahli-abu-vulkanik-lebih-
berbahaya-dari-asap-rokok-dan-polusi

Anda mungkin juga menyukai