Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulum al-Quran adalah ilmu-ilmu yang berhubungan dengan al-Quran artinya ilmu yang
membahas hal-hal yang berkaitan dengan kitab al-Quran yang mulia baik dari segi turunnya,
makki dan madaninya, nasikh-mansukhnya, muhkam-mutasyabihnya dan lain-lain
pembahasan yang berhubungan dengan al-Quran. Al-Quran adalah kalamullah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Sebagai risalah yang Universal, dan merupakan
sebuah petunjuk bagi semua manusia yang lengkap dan komprehensif. al-Quran
memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa
ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah swt. dan ia adalah kitab yang
senantiasa dipelihara oleh Allah swt. sampai hari akhir nanti.
Didalam pembahasan Ulum al-Quran ini juga dibahas tentang Ilmu Tafsir karena antara
Ilmu Tafsir dengan Ulum al-Quran sangat mempunyai relasi yang sangat signifikan, baik dari
segi definisi, manfaat maupun urgensinya. Selain itu mempelajari Ulum al-Quran membuat
kita menyadari betapa luar biasanya upaya serta perjuangan yang telah dicurahkan oleh para
ulama untuk mengabdikan diri pada al-Quran. Adapun diantara manfaat dan kegunaan yang
sangat bisa kita rasakan adalah dapat memberikan gambaran secara lengkap dan sempurna
tentang al-Quran dari aspek turunnya ayat, tafsir, pengumpulan serta penulisan al-Quran dan
sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apa Definisi Dari Ulumul al-Quran ?
2. Apa Tujuan Mempelajari Ulumul al-Quran Bagi Keberagaman Modern?
3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Ulumul al-Quran dari Masa ke Masa ?
4. Apa Saja Cabang-Cabang dari Ulumul al-Quran ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain adalah:
1. untuk mengetahui definisi dari ulumul al-quran.
2. untuk mengetahui tujuan mempelajari ulumul al-quran bagi keberagaman modern.
3. untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan ulumul al-quran dari masa ke masa.
4. untuk mengetahui cabang-cabang dari ulumul al-quran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ulumul al-Quran
Pengertian Ulumul Quran dapat dibagi menjadi dua segi, yakni :
a. Dari Segi Bahasa (Etimologis)
Ulumul Quran berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari dua kata, yaitu “ulum” dan “al-
Quran”. Kata “ulum” adalah bentuk jamak dari kata ”ilm” yang berarti ilmu-ilmu atau
pengetahuan. Sementara kata “al-Quran” sendiri adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman hidup manusia. Jadi dapat disimpulkan
Ulumul Quran ialah ilmu-ilmu al-Quran, dengan pengertian bahwa ilmu ini merupakan
kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan al-Quran, baik dari sudut pandang
keberadaannya sebagai kitab suci, maupun pemahamannya terhadap petunjuk yang terkandung
didalamnya. Ungkapan Ulumul Quran sendiri telah menjadi nama bagi suatu disiplin ilmu
dalam kajian Islam.

b. Dari Segi Istilah (Terminologis)


Istilah Ulumul Quran yang dikemukakan oleh beberapa para ahli/ulama, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Imam Al-Zarqoni, menyatakan bahwa :
“Ulumul Quran adalah ilmu-ilmu yang membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan
al-Quranul Karim, yaitu dari aspek turun, susunan, pengumpulan, tulisan, bacaan, penjelasan
(tafsir), mukjizat, nasikh, mansukhnya, serta menolak terhadap hal-hal yang dapat
mendatangkan keraguan terhadapnya (al-Quran).”

2. Imam As-Suyuti, menyatakan bahwa :


“Ulumul Quran merupakan Ilmu yang membahas seluk-beluk al-Quran. Diantaranya yaitu
yang membicarakan aspek turunnya, sanadnya, bacaannya, lafaznya, maknanya yang
berhubungan dengan hukum, dan lain sebagainya.”

3. Muhammad Ali Ash-Sobuni, menyatakan bahwa :


“Ulumul Quran ialah Ilmu-ilmu yang membahas tentang turunnya al-Quran,
pengumpulannya, susunannya, pembukuannya, sebab-sebab turunnya, makkiyah dan
madaniyahnya, serta mengenai nasikh dan mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya, dan
lain-lain sehubungan dengan al-Quran.”

4. Manna Al-Qaththan, menyatakan bahwa :


“Ulumul Quran adalah ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan
dengan al-Quran, dari segi pengetahuan tentang sebab–sebab turunnya, pengumpulan al-Quran
dan urutan-urutannya, pengetahuan mengenai ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, serta hal-
hal lain yang ada hubungannya dengan al-Quran.”
Jadi, dari pengertian di atas ada dua hal penting yang dapat ditangkap. Pertama, bahwa
bicara mengenai Ulumul Quran banyak aspek yang dilihat, yaitu seluruh aspek yang
berhubungan dengan al-Quranul Karim. Kedua, jika diperhatikan dengan teliti dari konsep-
konsep di atas, kelihatan bahwa Ulumul Quran dapat diketahui dengan berpegang pada dua
hal, yaitu Riwayat dan Rasional.

B. Arti Penting Mempelajari Ulumul Quran bagi Keberagaman Modern


Dalam kehidupan keberagaman modern, sudahlah tentu kita butuh untuk mempelajari
Ulumul Quran dimana memiliki arti penting sebagai pondasi dasar agar tidak terjadi
kesalahan dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat al-Quran yang menjadi acuan dan
pedoman hidup dalam rangka meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.
Bagi keberagaman modern, Ulumul Quran sangat penting dipelajari dalam rangka sebagai
pijakan dasar dalam menafsirkan al-Quran oleh para mufassir. Dapat dikatakan bahwa semakin
dikuasainya Ulumul Quran oleh mufassir maka semakin tinggilah kualitas tafsir yang
dibuatnya. Dengan melihat Faedah serta Urgensi mempelajari Ulumul Quran dibawah ini,
mampu mewakilkan sebagaimana pentingnya mempelajari serta mendalami Ulumul Quran
bagi keberagaman modern sekarang ini :
a. Faedah dan Urgensi mempelajari al-Quran
Adapun Tujuan dari mempelajari Ulumul Quran adalah:
1. Agar dapat memahami kalam Allah Aza Wajalla sejalan dengan keterangan yang dikutip
oleh para sahabat dan para tabi’in tentang interprestasi mereka terhadap al-Quran.
2. Agar mengetahui cara dan gaya yang digunakan oleh para mufassir (ahli tafsir) dalam
menafsirkan al-Quran dengan disertai penjelasan tentang tokoh-tokoh ahli tafsir yang
ternama serta kelebihan-kelebihannya.
3. Agar mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan al-Quran.
4. Mengetahui ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan dalam menafsirkan al-Quran.

Hubungan Ulumul Quran dengan Tafsir juga dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:
a. Fungsi Ulumul Quran sebagai alat untuk menafsirkan, yaitu:
1. Ulumul Quran akan menentukan bagi seseorang yang membuat syarah atau menafsirkan
ayat-ayat al-Quran secara tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Maka bagi mafassir
Ulumul Quran secara mutlak merupakan alat yang harus lebih dahulu dikuasai sebelum
menafsirkan ayat-ayat al-Quran.
2. Dengan menguasai Ulumul Quran seseorang baru bisa membuka dan menyelami apa yang
terkandung dalam al-Quran.
3. Ulumul Quran sebagai kunci pembuka dalam menafsirkan ayat al-Quran sesuai dengan
maksud apa yang terkandung di dalamnya dan mempunyai kedudukan sebagai ilmu pokok
dalam menafsirkan al-Quran.

b. Fungsi Ulumul Quran sebagai Standar atau Ukuran Tafsir


Apabila dilihat dari segi ilmu, Ulumul Quran sebagai standar atau ukuran tafsir al-Quran
artinya semakin tinggi dan mendalam Ulumul Quran dikuasai oleh seseorang mufassir maka
tafsir yang diberikan akan semakin mendekati kebenaran, maka dengan Ulumul Quran akan
dapat dibedakan tafsir yang shahih dan tafsir yang tidak shahih.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa adanya Ulumul Quran sangatlah penting untuk
dipelajari dan dikaji secara baik untuk mencegah adanya kesalahan dalam menafsirkan al-
Quran dimana pada Keberagaman Modern saat ini tidak dipungkiri banyak kesalahan-
kesalahan penafsiran yang memang disengaja untuk merubah makna dan ajaran serta perintah
dan pedoman-pedoman yang terkandung didalamnya. Untuk itu sangatlah penting
mempelajarinya bagi keberagaman modern saat ini.

C. Sejarah Perkembangan Ulumul al-Quran


a. Masa Pra Kodifikasi (Qabl al-Tadwin)
Pada masa ini sebenarnya sudah timbul benih kemunculan Ulumul Quran yang dirasakan
semenjak Nabi masih ada. Hal ini ditandai dengan gairah semangat yang terpancar dari sahabat
dalam mempelajari sekaligus mengamalkan al-Quran dengan memahami ayat-ayat yang
terkandung di dalamnya. Jika mereka menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat
tertentu, mereka dapat menanyakannya langsung kepada Nabi. Misalnya ketika mereka
menanyakan Firman Allah dalam Q.S. al-An’am/6: 82 tentang pengertian “zulm”. Nabi
menjawabnya dengan berdasarkan Q.S. Luqman/31: 13 bahwa zulm itu adalah syirik. Dengan
demikian, sangat wajar jika ilmu-ilmu al-Quran pada masa Nabi Muhammad saw. belum
dibukukan mengingat kondisinya belum membutuhkan disebabkan kemampuan para sahabat
yang cukup mapan dalam menghafal memahami al-Quran.
Perkembangan al-Quran pada masa ini hanya sebatas dari mulut ke mulut, belum ada
pembukuan teks al-Quran karena ditakutkan tercampurnya antara Al-Qur'an dengan sesuatu
yang lain selain al-Quran. Di samping itu Rasulullah saw. juga merekomendasikan untuk tidak
menulis al-Quran.

b. Masa Persiapan Kodifikasi


Pada masa pemerintahan Usman bin Affan, Islam telah tersebar luas. Orang-orang Arab
yang turut serta dalam ekspansi wilayah berasimilasi dengan bangsa-bangsa yang tidak
mengenal bahasa Arab. Sehingga dikhawatirkan Arabisitas bangsa itu akan lebur dan al-Quran
itu akan menjadi kabur bagi kaum muslimin bila ia tidak dihimpun dalam sebuah mushaf
sehingga mengakibatkan kerusakan yang besar di dunia ini akibat salah dari penginterpretasian
dalam pemaknaan al-Quran. Maka Usman berinisiatif untuk melakukan penyeragaman tulisan
al-Quran dengan menyalin sebuah Mushaf Al-Imam (induk) yang disalin dari naskah-naskah
aslinya. Keberhasilan Utsman dalam menyalin Mushaf Al-Imam ini berarti ia telah menjadi
peletak pertama bagi tumbuh dan berkembangnya Ulum al-Quran yang kemudian populer pada
hari ini dengan istilah Ilmu Rasm al-Quran atau Ilmu Rasm Ustmani.
Pada masa pemerintahan Ali terjadi banyak penyimpangan dalam membaca bahasa Arab
sehingga beliau khawatir akan kekeliruan dalam membaca terlebih memahami al-Quran. Oleh
karena itu, Ali memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Dualy (w. 691 H) untuk menyusun kaidah-
kaidah Bahasa Arab dalam upaya memelihara bahasa al-Quran. Tindakan Ali ini kemudian
dianggap sebagai perintis lahirnya Ilm Al-Nahw dan Ilm I’rab al-Quran.
Setelah berakhirnya masa pemerintahan Khulafaurrasyidin, pemerintahan Islam
dilanjutkan oleh penguasa Bani Umayyah. Upaya pengembangan dan pemeliharaan Ulumul
Quran dikalangan sahabat dan tabi’in semakin marak, khususnya melalui periwayatan sebagai
awal dari usaha pengkodifikasian.

c. Masa Kodifikasi Ulumul Quran


Pada Abad III H, para ulama mulai menyusun beberapa Ilmu al-Quran, ialah :
1. Ali bin Al-Madini (w. 243 H) menyusun Ilmu Asbabun Al-Nuzul.
2. Abu Ubaid Al-Qasim bin Salman (w. 224 H) menyusun Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh
dan Ilmu Qira’at.
3. Muhammad bin Ayyub Al-Dhirris (w. 294 H) menyusun Ilmu Al-Makki Wa Al-Madani.
4. Muhammad bin Khalaf Al-Marzubzn (w. 309 H) menyusun kitab Al-Hawi Fi Ulum al-
Quran (27 juz).

Pada abad IV H, mulai disusun Ilmu Garib al-Quran dan beberapa kitab Ulumul Quran
dengan memakai istilah. Di antara ulama yang menyusun Ilmu Garib al-Quran dan kitab-kitab
Ulumul Quran pada abad IV ini ialah :
1. Abu Bakar Al-Sijistani (w. 330 H) menyusun Ilmu Garib al-Quran.
2. Abu Bakar Muhammad bin Al-Qasim Al-Anbari (w. 328 H) menyusun kitab Ajaib Ulum
al-Quran. Di dalam kitab ini, ia menjelaskan atas tujuh huruf, tentang penulisan Mushaf,
jumlah bilangan surat-surat, ayat-ayat dan kata-kata dalam al-Quran.
3. Abul Hasan al-Asy’ari (w. 324 H) menyusun kitab Al-Mukhtazan Fi Ulum al-Quran.
4. Muhammad bin Ali Al-Adwafi (w. 338 H) menyusun kitab Al-Istigna’ Fi Ulum al-Quran
(20 jilid).

Pada abad V H, mulai disusun Ilmu I’rabil Quran dalam satu kitab. Di samping itu,
penulisan kitab-kitab dalam Ulumul Quran masih terus dilakukan oleh ulama pada masa ini.
Adapun ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Quran pada abad V ini, antara lain
ialah :
1. Ali bin Ibrahim bin Sa’id Al-Khufi (w. 430 H) Selain mempelopori penyusunan Ilmu I’rab
al-Quran, ia juga menyusun kitab Al-Burhan Fi Ulum al-Quran. Kitab ini selain
menafsirkan al-Quran seluruhnya, juga menerangkan Ilmu-ilmu al-Quran yang ada
hubungannya dengan ayat-ayat al-Quran yang ditafsirkan.
2. Abu 'Amr Al-Dani (w. 444 H) menyusun kitab al-Tafsir Fi Al-Qira‘a Al-Sab’a dan kitab
Al-Muhkam Fi Al-Nuqati.

Pada abad VI H, di samping terdapat ulama yang menerusakan pengembangan Ulumul


Quran, juga terdapat ulama yang mulai menyusun Ilmu Mubhamat al-Quran. Mereka itu antara
lain, ialah :
1. Abul Qasim bin Abdurrahman Al-Suhaili (w. 581 H) menyusun kitab tentang Mubhamat
al-Quran, menjelaskan maksud kata-kata dalam al-Quran yang tidak jelas apa atau siapa
yang dimaksudkan. Misalnya kata rajulun (seorang lelaki) atau malikun (seorang raja).
2. Ibnul Jauzi (w. 597 H) menyusun Kitab Funun Al-Afnan Fi Ajaib al-Quran dan kitab Al-
Mujtaba Fi Ulum Tata'allaqu Bi al-Quran.

Pada abad VII H, Ilmu-ilmu al-Quran terus berkembang dengan mulai tersusunnya Ilmu
Majaz al-Quran dan tersusun pula Ilmu Qira’at. Di antara ulama Abad VII yang besar
perhatiannya terdapat Ilmu al-Quran ialah :
1. Ibnu Abdu Al-Salam yang terkenal dengan nama Al-Izz (w. 660 H) adalah pelopor
penulisan Ilmu Majaz al-Quran dalam satu kitab.
2. Alamudin Al-Sakhawi (w. 643 H) menyusun Ilmu Qira’at dalam kitabnya Jamal Al-
Qurra' Wa Kamal Al-Iqra'
3. Abu Syamah (w. 655 H) menyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz Fi Ma Yata' Allaqu Bi al-
Quran.

Pada Abad VIII H, muncullah beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang al-
Quran masih tetap berjalan terus. Di antara mereka ialah :
1. Ibnu Abil Isba' menyusun Ilmu Bada’i al-Quran, suatu ilmu yang membahas macam-
macam Badi' (keindahan bahasa dan kandungan al-Quran) dalam al-Quran.
2. Ibnu Qayyim (w. 752 H) menyusun Ilmu Aqsam al-Quran, suatu ilmu yang membahas
tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam al-Quran.
3. Najmudin Al-Thufi (w. 716 H) menyusun Ilmu Hujaj al-Quran atau Ilmu Jadal al-Quran,
suatu ilmu yang membahas tentang bukti-bukti atau dalil-dalil (argumentasi-argumentasi)
yang dipakai oleh al-Quran untuk menetapkan sesuatu.
4. Abul Hasan Al-Mawardi menyusun Ilmu Amsal al-Quran, suatu ilmu yang membahas
tentang perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalam al-Quran.

Pada abad IX dan permulaan abad X H, semakin banyak karangan-karangan yang ditulis
oleh para ulama tentang Ilmu-ilmu al-Quran dan pada masa ini perkembangan Ulumul Quran
mencapai kesempurnaannya. Di antara ulama yang menyusun Ulumul Quran pada masa ini
ialah :
1. Jalaludin Al-Bulqini (w. 824 H) menyusun kitab Mawaqi' Al-Ulum Min Mawaqi' Al-
Nujum.
2. Muhammad bin Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H) menyusun kitab Al-Taisir Fi Qawa’id
Al-Tafsir.
3. Al-Suyuti (w. 911 H) menyusun kitab Al-Tahbir Fi Ulum Al-Tafsir.

Pada abad XIV H ini, maka bangkit kembali perhatian ulama dalam menyusun kitab-kitab
yang membahas al-Quran dari berbagai segi dan macam Ilmu al-Quran. Diantaranya mereka
adalah:
1. Thahir Al-Jazairi menyusun kitab Al-Tibyan Fi Ulum al-Quran yang selesai pada tahun
1335 H.
2. Jamaludin Al-Qaim (w. 1332 H) mengarang kitab Mahasin Al-Takwil.
3. Muhammad Abduh Adzim Al-Zarqani menyusun kitab Manahil Al-Irfan Fi Ulum al-
Quran (2 jilid).
4. Muhammad Ali Salamah mengarang kitab Manhaj Al-Furqan Fi Ulum Al-Quran.
5. Tantawi Jauhari mengarang kitab Al-Jawahir Fi Tafsir al-Quran dan kitab al-Quran Wa
Al-Ulum Al-Asriyah.
6. Muhammad Shadiq Al-Rafi'i menyusun kitab I'jaz al-Quran.
7. Mustafa Al-Maraghi menyusun risalah tentang “Boleh menerjemahkan al-Quran”, dan
risalah ini mendapat tanggapan dari para ulama yang pada umumnya menyetujui pendapat
Mustafa Al-Maragi, tetapi ada juga yang menolaknya, seperti Mustafa Sabri seorang ulama
besar dari Turki yang mengarang kitab dengan judul “Risalah Tarjamah al-Quran”.
8. Sayyid Qutub mengarang kitab Al-Taswir Al-Fanni Fi al-Quran dan kitab Fi Dzilal al-
Quran.
9. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mengarang kitab Tafsir Quran Al-Hakim. Kitab ini
selain menafsirkan al-Quran secara ilmiah, juga membahas Ulumul Quran.
10. Dr. Muhammad Abdullah Darraz, seorang Guru Besar Universitas Al-Azhar yang
diperbantukan di Perancis, mengarang kitab Al-Naba' Al-Adzim dan Nazrah Jadidah Fi al-
Quran.
11. Malik bin Nabi mengarang kitab Al-Zahirah al-Quraniyah. Kitab ini membicarakan
masalah wahyu dengan pembahasan yang sangat berharga.
12. Dr. Shubi Al-Salih, Guru Besar Islamic Studies dan Fiqh Al-Lugah pada Fakultas Adab
Universitas Libanon, mengarang kitab Mabahis Fi Ulum al-Quran. Kitab ini selain
membahas Ulumul Quran, juga menanggapi/membantah secara ilmiah pendapat-pendapat
orientalis yang dipandang salah mengenai berbagai masalah yang berhubungan dengan al-
Quran.

D. Cabang-cabang Ulumul Quran


Cabang-cabang dari Ulumul Quran adalah sebagai berikut:
1. Ilmu Mawathin Al-Nuzul yaitu : Ilmu yang menerangkan tempat-tempat turunnya ayat,
masanya, awal dan akhirnya.
2. Ilmu Tawarikh Al-Nuzul yaitu : Ilmu yang menerangkan dan menjelaskan masa turun ayat
dan tertib turunnya, satu demi satu dari awal turun hingga akhirnya, dan tertib turun surat
dengan sempurna.
3. Ilmu Asbab Al-Nuzul yaitu : Ilmu yang menerangkan sebab-sebab turunnya ayat.
4. Ilmu Qira’at yaitu : Ilmu yang menerangkan rupa-rupa Qira’at (bacaan al-Quran yang
diterima dari Rasulullah saw.).
5. Ilmu Tajwid yaitu : Ilmu yang menerangkan cara membaca al-Quran, tempat mulai dan
pemberhentiannya.
6. Ilmu Gharib al-Quran yaitu : Ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang ganjil yang
tidak terdapat dalam kitab-kitab biasa, atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari.
Ilmu ini menerangkan makna-makna kata yang halus, tinggi, dan pelik.
7. Ilmu I’rabil Quran yaitu : Ilmu yang menerangkan baris al-Quran dan kedudukan lafal
dalam Ta’bir (susunan kalimat).
8. Ilmu Wujuh Wa Al-Nazhair yaitu : Ilmu yang menerangkan kata-kata al-Quran yang
banyak arti, menerangkan makna yang dimaksud pada satu-satu tempat.
9. Ilmu Ma’rifat Al-Muhkam Wa Al-Mutasyabih yaitu : Ilmu yang menyatakan ayat-ayat
yang dipandang Muhkam dan ayat-ayat yang dianggap Mutasyabih.
10. Ilmu Al-Nasikh Wa Al-Mansukh yaitu : Ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang dianggap
Mansukh oleh sebagian Mufasir.
11. Ilmu Bada’I al-Quran yaitu : Ilmu yang membahas keindahan-keindahan al-Quran. Ilmu
ini menerangkan kesusastraan al-Quran, kepelikan, dan ketinggian Balaghahnya.
12. Ilmu I’daz al-Quran yaitu : Ilmu yang menerangkan kekuatan susunan tutur al-Quran,
sehingga ia dipandang sebagai mukjizat.
13. Ilmu Tanasub Ayat al-Quran yaitu : Ilmu yang menerangkan persesuaian antara suatu ayat
dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
14. Ilmu Aqsam al-Quran yaitu : Ilmu yang menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah
tuhan atau sumpah-sumpah lainnya yang terdapat di al-Quran.
15. Ilmu Amtsal al-Quran yaitu : Ilmu yang menerangkan segala perumpamaan yang ada di
dalam al-Quran.
16. Ilmu Jidal al-Quran yaitu : Ilmu untuk mengetahui rupa-rupa debat yang dihadapkan al-
Quran kepada kaum Musyrikin dan lainnya.
17. Ilmu Adab Al-Tilawah al-Quran yaitu : Ilmu yang mempelajari segala bentuk aturan yang
harus dipakai dan dilaksanakan didalam membaca al-Quran. Segala kesusilaan,
kesopanan, dan ketentuan yang harus dijaga ketika membaca al-Quran. Dan ilmu-ilmu lain
yang membahas tentang al-Quran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulumul Quran berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari dua kata, yaitu “ulum” dan “al-
Quran”. Kata “ulum” adalah bentuk jamak dari kata ”ilm” yang berarti ilmu-ilmu atau
pengetahuan. Sementara kata “al-Quran” sendiri adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman hidup manusia. Jadi dapat disimpulkan
Ulumul Quran ialah ilmu-ilmu al-Quran, dengan pengertian bahwa ilmu ini merupakan
kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan al-Quran, baik dari sudut pandang
keberadaannya sebagai kitab suci, maupun pemahamannya terhadap petunjuk yang terkandung
didalamnya. Ungkapan Ulumul Quran sendiri telah menjadi nama bagi suatu disiplin ilmu
dalam kajian islam.
Adapun Tujuan dari mempelajari Ulumul Quran adalah :
1. Agar dapat memahami kalam Allah Aza Wajalla sejalan dengan keterangan yang dikutip
oleh para sahabat dan para tabi’in tentang interprestasi mereka terhadap al-Quran.
2. Agar mengetahui cara dan gaya yang digunakan oleh para mufassir (ahli tafsir) dalam
menafsirkan al-Quran dengan disertai penjelasan tentang tokoh-tokoh ahli tafsir yang
ternama serta kelebihan-kelebihannya.
3. Agar mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan al-Quran.
4. Mengetahui ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan dalam menafsirkan al-Quran.

Sejarah Perkembangan Ulumul al-Quran :


1. Masa Pra Kodifikasi (Qabl al-Tadwin)
2. Masa Persiapan Kodifikasi
3. Masa Kodifikasi Ulumul Quran

B. Saran
Demikianlah tugas makalah ini kami persembahkan. Harapan kami dengan adanya tulisan
ini bisa menjadikan kita untuk lebih menyadari bahwa Agama Islam memiliki Khazanah
keilmuan yang sangat baik dalam untuk mengembangkan potensi yang ada di alam ini dan
merupakan langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar kita menjadi seorang
muslim yang bijak sekaligus intelektual. Serta dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa
dipahami oleh para pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca,
khususnya dari Dosen yang telah membimbing kami. Apabila ada kekurangan dalam
penyusunan karya tulis ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Anwar, Ulumul Qur’an, Jakarta: Amzah, 2001.
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2001.
Khalil Manna’, Mabahis Fi ‘Ulumil Qur’an/Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2009, Hlm. 8.
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Beirut: Daar Al-Fikr, 2009, Hlm. 27-30.

Anda mungkin juga menyukai