Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS TIDAR

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK CERITA RORO


JONGGRANG

ARTIKEL

ALDINO DZAKI FAYYAADH


2010301006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
MAGELANG
2021
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK CERITA RORO
JONGGRANG
Oleh:
Aldino Dzaki Fayyaadh, Astuty
Universitas Tidar
E-mail: dzakialdino@gmail.com

Abstrak
Cerita Roro Jonggrang merupakan sebuah cerita rakyat yang populer di Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Cerita tersebut menceritakan tentang kisah Roro Jonggrang dan Bandung
Bondowoso. Selain itu, cerita ini memiliki kaitan dengan legenda Candi Prambanan yang
berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Cerita Roro Jonggrang tersebut
merupakan sebuah karya sastra yang memiliki unsur kebudayaan didalamnya, karena
masih menceritakan mengenai kerajaan pada zaman dahulu dan juga memiliki kaitan
dengan legenda Candi Prambanan yang merupakan sebuah peninggalan budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dari cerita
Roro Jonggrang tersebut. Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun yang terdapat dari
dalam cerita tersebut. Sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur pembangun yang
berasal dari luar karya sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dengan menerapkan teori strukturalisme. Unsur intrinsik yang akan
dianalisis adalah tema, tokoh, watak, alur, latar, dan amanat. Unsur ekstrinsiknya adalah
nilai agama, nilai budaya, dan nilai sosial. Semua itu akan disajikan dan dideskripsikan
dalam jurnal penelitian ini secara detail.
Kata kunci :cerita rakyat, ekstrinsik, intrinsik, Roro Jonggrang, unsur pembangun

Pendahuluan

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragama tradisi dan budaya.
Keanekaragaman tradisi dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia merupakan sebuah
warisan peninggalan nenek moyang yang berupa bahasa, karya sastra tulis dan lisan,
pakaian adat, tarian, upacara adat, dan masih banyak lagi. Beragam warisan tradisi dan
budaya tersebut tersebar ke seluruh wilayah Indonesia. Peninggalan nenek moyang
tersebut merupakan harta yang berharga dan patut untuk dijaga serta dilestarikan. Melalui
warisan tradisi dan budaya tersebut, maka kita dapat mengenali dan mengetahui tentang
jati diri kita sebagai masyarakat Indonesia.
Salah satu warisan tradisi dan budaya tersebut adalah sebuah karya sastra baik lisan
maupun tulisan. Karya sastra berupa lisan biasanya disebarkan dari orang ke orang atau
diceritakan dan diungkapkan oleh orang yang ahli dalam hal tersebut. Sedangkan karya
sastra yang ditulis biasanya dibacakan atau bisa dibaca kembali, yang kemudian disimpan
sebagai warisan budaya. Karya sastra ini banyak diwujudkan dalam cerita rakyat, sajak,
hikayat, babad, dongeng, legenda, tembang, dan masih banyak yang lainnya. Karya sastra
yang bersifat tradisional dan klasik ini biasanya menggunakan bahasa daerah atau bahasa
Melayu. Meskipun pada saat ini sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia.

Salah satu karya sastra yang populer di Indonesia adalah cerita rakyat dan legenda.
Kedua jenis tersebut memang populer di Indonesia dan keduanya bisa saja dituliskan atau
disampaikan secara lisan. Cerita rakyat adalah sebuah cerita yang berasal dari masyarakat
dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadikan ciri khas bagi
suatu masyarakat atau daerah tertentu yang memiliki beraneka budaya yang beragam.
Sedangkan Legenda adalah cerita tradisional yang menceritakan tentang orang atau
tempat tertentu. Dulunya istilah legenda kerap diartikan sebagai dongeng atau cerita
tentang orang suci, makhluk supranatural, elemen mitologi, atau penjelasan mengenai
fenomena alam tetapi mereka terkait dengan lokalitas atau orang tertentu dan diceritakan
sebagai masalah sejarah.

Banyak cerita rakyat dan legenda yang menyebar serta populer di masyarakat, salah
satunya adalah cerita Roro Jonggrang yang merupakan cerita rakyat masyarakat Jawa
Tengah dan Yogyakarta. Roro Jonggrang ini juga memiliki kaitan dengan legenda Candi
Prambanan, dikarenakan keduanya saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Cerita
Roro Jonggrang ini menceritakan tentang Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso,
serta legenda Candi Prambanan. Roro Jonggrang ini merupakan cerita yang menceritakan
perjuangan Bandung Bondowoso dalam mendapatkan cinta Roro Jonggrang, dengan
bukti terbentuknya Candi Prambanan. Selain itu juga menceritakan mengenai kerajaan
dan peperangan, yang menampilkan Bandung Bondowoso dan Prabu Boko yaitu ayah
dari Roro Jonggrang.

Cerita Roro Jonggrang seperti halnya prosa fiksi lainnya, yaitu cerpen, novel, dan
roman, mengandung dua unsur yang membangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun yang berasal dari dalam cerita
atau karya sastra tersebut yang meliputi tema, alur, watak, tokoh, latar, dan amanat.
Sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur pembangun yang datang dari luar cerita
atau karya sastra tersebut, yang meliputi nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat yang ada
dalam karya sastra, seperti nilai agama, nilai sosial, dan nilai budaya. Perpaduan antara
unsur instrnsik dan ekstrinsik dalam sebuah cerita menjadikan cerita tersebut lebih
bermutu.

Untuk mendapatkan unsur intrinsik dan ekstrinsik tersebut menggunakan metode


deskripsi kualitatif dengan teori strukturalisme. Deskripsi kualitatif adalah metode
deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat
postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik
pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (Sugiyono, 2016:9). Teori strukturalisme
merupakan teori yang melakukan pendekatan terhadap objek yang diteliti, contohnya
teori strukturalisme sastra yang melakukan pendekatan terhadap teks-teks sastra.

Sebelum penelitian ini dilakukan, sudah ada artikel ilmiah yang menjelaskan tentang
unsur intrinsik dan unsur intrinsik pada karya sastra dengan metode dan teori yang sama.
Salah satunya adalah pada artikel ilmiah yang berjudul "Analisis Unsur Intrinsik Dan
Ekstrinsik Pada Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2014 Serta Relevansinya Sebagai
Materi Pembelajaran Sastra Di Sekolah Menengah Atas". Artikel.tersebut ditulis oleh Sri
Lestari, Ani Rakhmawati, dan Muhammad Rohmadi dari Universitas Sebelas Maret.

Dalam jurnal penelitian ini, pokok utama yang dikaji adalah kedua unsur pembangun
dalam cerita , yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Maka tujuan dari penelitian dan
penulisan artikel ini adalah untuk mmemperolah dan mendeskripsikan unsur intrinsik dan
usnur ekstrinsik pada cerita Roro Jonggrang. Semoga artikel ini bermanfaat bagi penulis
dan para pembacanya.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif,
karena menggunakan cara pengumpulan data berdasarkan analisis dari cerita Roro
Jonggrang. Analisis data dari cerita Roro Jonggrang dilakukan dengan cara membaca
sambil menggamati isi dari cerita Roro Jonggrang tersebut. Data yang dikumpulkan dari
analisis cerita Roro Jonggrang adalah unsur intrinsik serta unsur ektrinsik dari cerita Roro
Jonggrang.

Setelah data unsur intrinsik dan ekstrinsik terkumpul, maka unsur intrinsik tersebut
akan dilakukan perbandingan dan hubungan dengan unsur ekstrinsik. Selain itu, juga
dilakukan penguraian tentang unsur intrinsik dan ekstrinsik dari cerita Roro Jonggrang.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan teori strukturalisme, yaitu menyampaikan
struktur dari unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang tergantuk dalam cerita tersebut.

Pembahasan

A. Sinopsis
Cerita Roro Jonggrang ini mengisahkan mengenai Roro Jonggrang yang
merupakan putri dari Prabu Baka dan Bandung Bondowoso yang merupakan
putra dari Raja Pengging. Selain itu, cerita ini juga berkaitan dengan asal-usul
atau legenda Candi Prambanan. Cerita ini populer di daerah Jawa Tengah dan
Yogyakarta, dikarenakan cerita tersebut termasuk dalam kategori cerita rakyat.
Dikisahkan pada zaman dahulu bahwa Kerajaan Pengging menyerang
Kerajaan Prambanan atau Kerajaan Baka dengan dipimpin oleh Bandung
Bandawasa yang terkenal sakti. Kerajaan Prambanan atau Kerajaan Baka sendiri
merupakan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh raja yang baik, yaitu Prabu Baka.
Sedangkan Kerajaan Pengging adalah kerajaan yang dikenal arogan dan memiliki
keinginan untuk memperluas kekuasaannya, contohnya dengan menyerang
Kerajaan Baka. Kerajaan Pengging berhasil mengalahkan Kerajaan Baka dan
Bandung Bondowoso sendiri berhasil membunuh Prabu Baka. Bandung
Bondowoso pun berhasil menguasai Keraton Baka.
Bandung Bondowoso tertarik terhadap putri Prabu Baka, yaitu Roro
Jonggrang yang memiliki paras yang cantik. Ia pun melamar Roro Jonggrang,
tetapi malang lamarannya ditolak oleh Roro Jonggrang. Roro Jonggrang tidak
sudi menikah dengan lelaki yang telah tega membunuh ayahnya. Akan tetapi,
Bandung Bondowoso terus membujuk Roro Jonggrang untuk mau menerima
lamarannya. Roro Jonggrang akhirnya mau dinikahi oleh Bandung Bondowoso,
tetapi Ia memberikan dua syarat terlebih dahulu terhadap Bandung Bondowoso.
Syarat yang pertama adalah membuat sumur yang bernama Sumur Jalathunda.
Syarat yang kedua adalah untuk dibangunkan candi yang jumlahnya 1000 buah
candi.
Bandung Bondowoso berhasil memenuhi syarat yang pertama, yaitu berhasil
membangun Sumur Jalathunda. Setelah sumur jadi, Roro Jonggrang berusaha
membujuk Bandung Bondowoso untuk turun ke dalam sumur dan memeriksanya.
Setelah Bandung Bondowoso sampai ke dalam sumur, memerintahkan
pengawalnya, Gupala untuk menimbun sumur menggunakan batu. Akan tetapi,
Bandung Bondowoso berhasil keluar dari dalam sumur yang telah ditimbun batu
dengan menggunakan kesaktiannya. Bandung Bondowoso sempat marah kepada
Roro Jonggrang, tetapi kemarahannya dapat diredam oleh bujuk rayu Roro
Jonggrang.
Untuk memenuhi syarat yang kedua, Bandung Bondowoso meminta bantuan
makhluk halus yang berada di alam bumi ini. Usahanya pun hampir berhasil,
Bandung Bondowoso sudah membuat 999 buah candi dalam satu malam, tinggal
kurang satu buah candi lagi. Mendengar Bandung Bondowoso kurang membuat
satu buah candi lagi, Roro Jonggrang berupaya untuk menggagalkan usaha
Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang membangunkan dayang-dayang istana dan
perempuan-perempuan desa untuk mulai menumbuk padi dengan menggunakan
lesung, serta memerintahkan agar gundukan jerami untuk dibakar disebelah sisi
timur.
Suara padi yang ditumbuk menggunakan lesung menandakan aktivitas pagi
hari sudah dimulai, dan cahaya pembakaran jerami di sebalah sisi timur seolah-
olah matahari sudah mau terbit. Hal ini membuat para makhluk halus yang
membantu Bandung Bondowoso segera kembali ke asalnya, karena hari sudah
pagi. Akibatnya hanya 999 buah candi saja yang berhasil dibangun oleh Bandung
Bondowoso, dan Ia gagal dalam memenuhi syarat yang kedua.
Setelah mengetahui bahwa semua ini adalah ulah dari Roro Jonggrang yang
berbuat curang, maka Bandung Bondowoso sangat marah. Bandung Bondowoso
mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu. Roro Jonggrang pun berubah menjadi
batu arca, untuk menggenapi 999 buah candi yang sudah dibangun oleh Bandung
Bondowoso.

B. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik terdiri atas tema, tokoh, watak, alur, latar, dan amanat.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai unsur intrinsik yang ada di dalam cerita
Roro Jonggrang, sebagai berikut :
1. Tema
Tema dari cerita Roro Jonggrang adalah tentang percintaan dan
penghianatan. Tema tentang percintaan dibuktikan dengan kesungguhan tekat
Bandung Bondowoso dalam memenuhi syarat yang diberikan oleh Roro
Jonggrang, supaya Bandung Bondowoso dapat diterima cintanya oleh Roro
Jonggrang. Untuk tema tentang penghianatan, dibuktikan dengan
penghianatan Roro Jonggrang yang selalu ingin menggagalkan usaha
Bandung Bondowoso. Penghianatan ini dibuktikan dengan tindakan Roro
Jonggrang yang menyuruh Gupala menimbun Bandung Bondowoso di dalam
sumur menggunakan batu dan juga menggagalkan pembangunan candi yang
hanya kurang satu buah candi saja.
2. Tokoh
Terdapat beberapa tokoh yang ada dalam cerita Roro Jonggrang,
diantaranya adalah Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso, Prabu Baka,
Gupala, serta tokoh pelengkap lainnya yang terdiri atas para makhluk halus,
para danyang istana, dan rakyat kerajaan. Akan tetapi, tokoh yang paling
menonjol dan yang kerap muncul dalam cerita adalah Roro Jonggrang dan
Bandung Bondowoso. Karena kedua tokoh itulah yang merupakan inti dari
cerita ini, terutama Roro Jonggrang.
3. Watak
a) Roro Jonggrang
Roro Jonggrang memiliki watak yang cantik jelita. Hal tersebut
dapat dibuktikan dalam kutipan dalam cerita, yaitu "dia melihat seorang
wanita yang sangat cantik jelita". Dalam kutipan tersebut dia adalah
Bandung Bondowoso dan wanita tersebut adalah Roro Jonggrang. Selain
itu, Roro Jonggrang memiliki watak ingkar janji dan berbohong. Watak
ingkar janji dan berbohong ini dibuktikan dalam cerita, ketika Roro
Jonggrang memiliki niat untuk menggagalkan upaya Bandung
Bondowoso dalam membangun candi, padahal candi sudah hampir
sempurna dan sebelumnya Roro Jonggrang sudah berjanji ingin menerima
Bandung Bondowoso menjadi suaminya ketika Bandung Bondowoso
berhasil memenuhi syarat yang Ia berikan.
b) Bandung Bondowoso
Bandung Bondowoso memiliki watak gagah dan sakti. Kegagahan
dan kesaktian Bandung Bondowoso dibuktikan dalam kutipan cerita
tersebut, yaitu "Kerajaan Pengging mempunyai seorang ksatria sakti yang
bernama Bondowoso". Selain itu, kesaktian Bandung Bondowoso dapat
dilihat ketika dirinya membuat Sumur Jalatundha dan ketika Ia memanggil
makhluk halus untuk membantunya dalam membuat candi. Watak
Bandung Bondowoso yang lainnya adalah kejam, kekejamannya ini
dibuktikan ketika Bandung Bondowoso membunuh Prabu Boko dan
ketika Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu arca.
c) Prabu Baka
Dalam cerita ini, Prabu Baka hanya muncul sebentar lantaran Ia
tewas ketika berperang dengan Bandung Bondowoso. Prabu Baka ini
memiliki watak yang baik dan merupakan seorang pemimpin yang
bijaksana. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan cerita, yang berbunyi
"Rakyat Prambanan sangat damai dan makmur di bawah kepemimpinan
raja yang bernama Prabu Baka".
d) Gupala
Gupala ini juga tidak banyak muncul dalam cerita tersebut. Gupala
adalah seorang pengikut setia Prabu Baka yang setia menemani Roro
Jonggrang. Oleh karena itu, Ia memiliki watak setia. Kesetiannya
dibuktikan ketika Roro Jonggrang menyuruh Gupala untuk menimbun
sumur dengan batu, dimana ada Bandung Bondowoso di dalam sumur
tersebut. Jika tidak setia, Gupala mesti akan menolak untuk melakukannya,
lantaran kemungkinan besar Bandung Bondowoso akan marah kepadanya.
4. Alur
a) Perkenalan
Terjadi peperangan antara Bandung Bondowoso dan Prabu Baka
yang menyebabkan Prabu Baka tewas. Kemudian Bandung Bondowoso
tertarik kepada putri Prabu Baka yang bernama Roro Jonggrang. Bandung
Bondowoso pun melamar Roro Jonggrang.
b) Permunculan masalah
Roro Jonggrang menolak lamaran Bandung Bondowoso, terapi
kemudian menerima dengan adanya 2 syarat. Dua syarat tersebut adalah
meminta dibuatkan Sumur Jalatundha dan 1000 candi dalam satu malam.
c) Konflik
Bandung Bondowoso berhasil membuat Sumur Jalatundha, tetapi
berusaha dibunuh saat berada di dalam sumur dengan cara ditimbun batu
oleh Gupala. Kemudian pembuatan 1000 candi yang hampir selesai ketika
waktu menjelang fajar. Roro Jonggrang pun menggagalkan pembuatan
candi menjadi 1000 buah, dan akhirnya hanya terbuat 999 buah candi saja.
d) Klimaks
Roro Jonggrang menolak lamaran Bandung Bondowoso karena
syarat yang diminta tidak dipenuhi dengan sempurna.
e) Anti klimaks
Akhirnya Bandung Bondowoso pun marah, sehingga mengutuk Roro
Jonggrang menjadi batu arca yang untuk menggenapi 999 buah candi yang
sudah jadi.
5. Latar
Dalam bagus latar ini terdiri atas tiga latar, yaitu latar tempat, latar waktu,
dan latar suasana. Yang pertama adalah latar tempat, dimana cerita Roro
Jonggrang ini kebanyakan bertempat di kerajaan. Latar tempat yang berada di
kerajaan dapat dibuktikan dalam kutipan cerita tersebut, yaitu "Setibanya di
Prambanan, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam istana Prambanan".
Yang kedua adalah latar waktu, latar waktu dari cerita Roro Jonggrang
ini adalah pada zaman dahulu. Hal ini dapat dibuktikan pada pembukaan cerita
ini, yaitu "Alkisah pada zaman dahulu kala, berdiri sebuah kerajaan yang
sangat besar yang bernama Prambanan". Selain itu, latar waktu yang lainnya
adalah pagi hari yang dibuktikan oleh kutipan "Keesokan harinya Bandung
Bondowoso memanggil balatentaranya yang berupa jin untuk berkumpul, dan
langsung berangkat ke Kerajaan Prambanan". Serta ada latar waktu malam
hari yang dibuktikan oleh kutipan "Pada malam harinya, Bandung Bandawasa
mulai mengumpulkan bala tentaranya".
Kemudian latar yang ketiga adalah latar suasana. Suasana dalam.cerita
ini adalah mencekam dan tegang. Suasana yang mencekam ini digambarkan
pada peperangan yang terjadi antara Prabu Baka melawan Bandung
Bondowoso, yang mengakibatkan kekalahan Prabu Baka beserta para
prajuritnya. Sedangkan suasana yang tegang tersebut, digambarkan saat Roro
Jonggrang ingin menggagalkan usaha Bandung Bondowoso dalam
membangun candi, dimana ketegangan terjadi supaya usaha Roro Jonggrang
lebih dahulu dilakukan sebelum Bandung Bondowoso selesai membangun
candi.
6. Amanat
Tetaplah memiliki sikap baik dan janganlah berbuat ingkar janji terhadap
siapapun, supaya tetap dipercaya dan disenangi oleh orang lain.

C. Unsur Ekstrinsik
1. Nilai sosial
Nilai sosial dalam cerita tersebut dibuktikan dengan adanya kerja sama
antara Bandung Bondowoso dengan para makhluk halus dalam membangun
candi. Selain itu adanya kerja sama antara Roro Jonggrang dan para wanita
dalam membuat suasana seolah-olah sudah mendekati fajar. Hal tersebut
merupakan nilai sosial, yaitu kerja sama dan gotong royong.
2. Nilai budaya
Nilai budaya dalam cerita Roro Jonggrang adalah masih adanya
peperangan antar kerajaan yang terjadi. Selain itu, dalam cerita tersebut masih
ada kemampuan mengundang makhluk halus yang merupakan peninggalan
budaya pada zaman dahulu. Serta adanya pembangunan candi, yang
merupakan sebuah situs budaya yang berbentuk benda dalam cerita tersebut.
3. Nilai Agama
Nilai agama dari cerita Roro Jonggrang sebenarnya sama dengan amanat
tadi. Seperti berbuat ingkar janji, kejam, dan jahat merupakan berbagai
perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama manapun.

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data, deskripsi analisis data, dan hasil dari pembahasan yang
telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang didapat adalah
hasil analisis dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik berupa tema, tokoh,
watak, alur, latar, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik yang diperoleh adalah nilai
sosial, nilai budaya, dan nilai agama. Unsur intrinsik dan ekstrinsik tersebut diperoleh
dari cerita Roro Jonggrang yang mengisahkan tentang perjuangan Bandung Bondowoso
yang mencintai Roro Jonggrang, tetapi perjuangan tersebut dikhianati oleh Roro Jongrang
sendiri.

Didalam cerita tersebut terdapat unsur intrinsik yang terdiri atas tema, tokoh, watak,
alur, latar, dan amanat. Tema terdiri atas dua, yaitu tema tentang percintaan dan tema
tentang penghianatan. Tokoh tedapat empat tokoh yang mencolok, dengan tokoh yang
paling utama adalah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang. Watak tokoh sangat
bervariasi, berdasarkan watak masing-masing tokoh dalam cerita tersebut. Untuk latar
sendiri, terbagi menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Selanjutnya
untuk alur dimulai dari perkenalan dan diakhiri oleh anti klimaks. Dan yang terakhir
adalah amanat yang merupakan nasihat atau nilai yang dapat dipetik dari cerita tersebut.

Selain unsur intrinsik, juga terdapat unsur ekstrinsik yang terdiri atas tiga unsur
ekstrinsik. Ketiganya adalah nilai sosial, nilai budaya, dan nilai agama. Nilai sosial
merupakan dalam cerita tersebut yang memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai sosial.
Nilai budaya merupakan isi dalam cerita tersebut yang memiliki keterkaitan dengan nilai-
nilai budaya. Serta nilai agama yang merupakan isi dalam cerita tersebut yang memiliki
kaitan dengan nilai-nilai agama.
Daftar Pustaka

Bab III Metode Penelitian. Repository.USM.ac.id. Diunduh Pada 5 November 2021 dari
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan ... - Repository USM

Jen, 2021. Cerita Rakyat Roro Jonggrang Asal Daerah Istimewa Yogyakarta. Tribun
Jateng.com. Diunduh tanggal 5 November 2021 dari
https://jateng.tribunnews.com/2021/09/20/cerita-rakyat-roro-jonggrang-asal-daerah-
istimewa-yogyakarta

Lestari, S., Rakhmawati, A., & Rohmad, M. 2016. ANALISIS UNSUR INTRINSIK
DAN EKSTRINSIK PADA KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 SERTA
RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS. Solo: Universitas Sebelas Maret.

Roro Jonggrang. Cerita Rakyat Nusantara. Diunduh tanggal 5 November 2021 dari
http://kisah-rakyatnusantara.blogspot.com/2013/08/roro-jonggrang.html?m=1

Yulianti, Dwi. 2017. UNSUR CERITA PANJI DALAM PANJI KUDA


NARAWANGSA. SMA Tunas Harapan.

Anda mungkin juga menyukai