‘50-’60AN
Munculnya krisis sastra dapat dilihat dari dua
faktor :
1) Faktor intern:
a. Adanya sikap statis (tidak ada perkembangan)
terhadap diri sastrawan terutama golongan
muda.
b. Adanya kemunduran kualitas dan kuantitas
dalam berkarya
2) Faktor ekstern :
Gagalnya revolusi akibat acuhnya pejabat yang
mengakibatkan adanya krisis ekonomi (banyak
pejabat yang melakukan penyelewengan,
korupsi, manipulasi), sehingga menyebabkan
krisis ekonomi, sosial, politik, dan akhlak.
Perkembangan Sastra Periodisasi Sejarah Periode 1900- Periode 1933-
Sastra Indonesia Sastra Indonesia 1933 1942
Periode 1942- Angkatan 1950- Angkatan 1961-
Angkatan 1945
1945 1960 sekarang
ANGKATAN 1950-1960
ANGKATAN 1950-1960
Pada sekitar persoalan krisis kesusastraan Indonesia diramaikan orang, ada pula
persoalan lain yang menjadi pokok perhatian para peminat sastra. Yaitu persoalan
lahirnya angkatan sesudah Angkatan ’45 atau angkatan sesudah Angkatan Chairil
Anwar. Dalam kongres yang diadakan di Jakarta, Yogyakarta, Solo, dan kota-kota lain
ada kecenderungan pikiran untuk menganggap telah lahir suatu angkatan para
pengarang baru yang terasa tidak tepat lagi digolongkan kepada Angkatan Chairil
Anwar yang populer dengan nama Angkatan’45 itu.
Dalam seminar kesusastraan yang diselenggarakan oleh Fakultas Sastra
Universitas Indonesia tahun 1963, Nugroho Notususanto dalam ceramahnya
mengemukakan bahwa memang ada periode baru sesudah tahun ’50 yang tidak lagi
bisa dimasukkan ke dalam periode sebelumnya.