4 Faktor Regional
Kendaraan (C)
6 ITP LASTON
No Stasioning CBR
1 0 + 000 2.5
2 0 + 100 4
3 0 + 200 5
4 0 + 300 6
5 0 + 400 8
6 0 + 500 9
7 0 + 600 12
8 0 + 700 4
9 0 + 800 5
10 0 + 900 4
11 1 + 000 2.5
12 1 + 100 3
13 1 + 200 4
14 1 + 300 5
15 1 + 400 5
16 1 + 500 3
17 1 + 600 4
18 1 + 700 6
19 1 + 800 7
20 1 + 900 8
Tabel 3.3 Bobot Nilai Data CB
DDT =4.5
Data sekunder mengenai data distribusi kendaraan dan komposisi lalu lintas dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
Berdasarkan tingkat pertumbuhan lalu lintas dan distribusi kendaraan serta komposisi
arus lalu lintas yang terjadi diperoleh hasil analisis lalu lintas harian rata – rata yang
dapat dilihat pada Tabel 3.4. Adapun tahapan dalam analisis lalu lintas harian ialah
sebagai berikut:
Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dan Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
Menentukan nilai LEP dan LEA dengan menggunakan Persamaan2.5 dan 2.6 pada
Tabel 3.7
Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP), yang dihitung dengan rumus:
LEP = LHRj x Cj x Ej
= 1.5460
LEA = LHR25 x Cj x Ej
= 53479.3649 x 0.4 x 0.0005
= 9.6497
Tabel 3.7 Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dan Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
LER = LET X FP
= 10795.417 x 2.5
= 26988.543
% Kendaraan Berat
<=30% >30% <=30% >30% <=30% >30%
Iklim I < 900
0,5 1,0 - 1,5 1,0 1,5 - 2,0 1,5 2,0 - 2,5
mm / th
Iklim II > 900
1,5 2,0 - 2,5 2,0 5,5 - 3, 2,5 3,0 - 3,5
mm / th
Diambil nilai =2
3.5. Indeks Permukaan (IP)
Indeks permukaan menyatakan nilai dari kehalusan serta kekokohan permukaan yang
bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Nilai indeks permukaan
awal (IPo) ditentukan dari jenis lapis permu-kaan dan nilai indeks permukaan akhir (IPt)
ditentukan dari nilai LER.
Jenis Lapis
Permukaan Ipo Roughness ( mm/km )
Laston ≥4 ≤ 1000
3,9 – 3,5 <1000
Lasbutag 3,9 - 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 >2000
HRA 3,9 - 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 >2000
Burda 3,9 - 3,5 ≤ 2000
Burtu 3,4 - 3,0 ≤ 2000
Lapen 3,4 - -3,0 ≤ 3000
2,9 - 2,5 >3000
Latasbum 2,9 - 2,5
Buras 2,9 - 2,5
Latasir 2,9 - 2,5
Jalan Tanah ≤ 2,4
Jalan Kerikil ≤ 2,4
Direncanakan jenis lapisan Laston dengan Roughness > 1000 mm/km, maka
berdasarkan Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987 diperoleh IP0 = ≥ 4.
Tabel 3.10. Indeks Permukaan Akhir Umur Rencana ( IPt )
Klasifikasi Jalan
LER
Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0 - 1,5 1,5 1,5 - 2,0 -
10 - 100 1,5 1,5 - 2,0 2,0 -
100 - 1000 1,5 - 2,0 2,0 2,0 - 2,5 -
> 1000 - 2,0 - 2,5 2,5 2,5
Dari data klasifikasi manfaat Jalan Kolektor dan hasil perhitungan LER yaitu didapat nilai
LER = 26988.543, maka berdasarkan Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987 diperoleh IPt = 2,0 – 2,5
diambil nilai 2,0.
Nilai ITP ditentukan dari nomogram 3 pada Gambar 3.1 berdasarkan data Tabel 3.11.
Data Nilai
IP0 ≥4
IPt 2,0
DDT 3.752
LER 73.941
FR 2
Nilai indeks tebal perkerasan diperoleh dari nomogram dengan mem-pergunakan nilai-
nilai yang telah diketahui sebelumnya, yaitu : LER selama umur rencana, nilai DDT, dan
FR yang diperoleh. Berikut ini adalah gambar grafik nomogram untuk masing-masing
nilai IPt dan IPo.
Gambar 3.1 Nomogram 3 untuk IPt = 2 dan IPo ≥ 4
Dengan nomogram 3, diperoleh nilai ITP sebesar 8.1 Dari nilai ITP dapat direncanakan
susunan lapisan perkerasan sebagai berikut.
Diambil a1 =0.4 a2 =0.26 a3 = 0.13
3.7. Tebal Minimum Lapis Perkerasan
Tebal minimum lapis perkerasan ditentukan dengan tabel batas minimum lapis
permukaan dan lapis pondasi dibawah ini. Sedangkan tabel minimum lapis pondasi
bawah untuk setiap nilai ITP ditentukan sebesar 8.1 cm.
Tebal Lapis Pondasi Minimum adalah 20 cm dengan bahanBatu pecah, stabilisasi tanah
dengan semen,stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,lapen, laston atas
Dengan nomogram 3, diperoleh nilai ITP sebesar 8,1. Dari nilai ITP dapat direncanakan
susunan lapisan perkerasan sebagai berikut :
D1 = 7.5
D2 = 15
a1 =0.4
a2 =0.14
a3 =0.12
Nilai Koefisien Kekuatan Relatif (a) dapat dilihat pada Tabel 3.8 berdasarkan material
lapisan perkerasan, sebagai berikut :
2)Lapis Pondasi Atas digunakan Batu Pecah kelas A CBR 100 % didapat nilai
a2 = 0,12
3)Lapis Pondasi Bawah digunakan Batu Pecah kelas B CBR 50 % didapat nilai
a3 = 0,11.
Dari nilai ITP dan Koefisien Kekuatan Relatif (a) masing-masing lapis perkerasan, maka
dapat dihitung tebal lapis perkerasan. Berikut adalah perhitungan tebal lapis pondasi
bawah berdasarkan nilai ITP dari nomogram 3.
ITP = (a1xD1) + (a2xD2) + (a3xD3)
D3 = 3.3/0.11
D3 = 30 cm = 30 cm
Jadi dari hasil tersebut didapatkan nilai tebal perkerasan dengan metode Bina Marga
1987 dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan Gambar 5.3.
Tabel 5.6 Tebal Perkerasan Tiap Lapisan dengan Metode Bina Marga 1987
Faktor umur rencana dan perkembangan lalu lintas Faktor hubungan umur rencana dan
perkembangan lalu lintas ditentukan menurut
Dengan r = 7.6%
n = 25 Tahun
Didapat N = 66.012
Dengan adanya factor umur rencana maka umur sisa akan didapat dengan perhitungan
dibawah ini
n= Log(2N+2/r+1)-Log(2/r+1)
Log(r+1)
n= Log(266.0112+2/7.6+1)-Log(2/7.6+1)
Log(7.6+1)
n = 2.272 tahun
CESA =∑ mx365xExCx N
dengan pengertian :
CESA = akumulasi ekivalen beban sumbu standar
m = jumlah masing-masing jenis kendaraan
365 = jumlah hari dalam satu tahun
E = ekivalen beban sumbu
C = koefisien distribusi kendaraan
N = Faktor hubungan umur rencana yang sudah disesuaikan dengan
perkembangan lalu lintas
CESA = 448.384.642
Lendutan yang digunakan untuk perencanaan adalah lendutan balik. Nilai lendutan
tersebut harus dikoreksi dengan, faktor muka air tanah (faktor musim) dan koreksi
temperatur serta faktor koreksi beban uji (bila beban uji tidak tepat sebesar 8,16 ton).
Besarnya lendutan balik adalah sesuai Rumus
Lendutan wakil (Dwakil atau Dsbl ov) dengan menggunakan Rumus (untuk
Jalan Kolektor), yaitu:
Menghitung lendutan rencana/Ijin/ (Drencana atau Dstl ov) dapat menggunakan Kurva
atau dengan Rumus sebagai berikut:
Menentukan koreksi tebal lapis tambah (Fo) Lokasi ruas jalan Bandung
Plered pada Tabel A1 (Lampiran A), diperoleh temperatur perkerasan rata
rata tahunan (TPRT) = 30.5 oC.
Dengan menggunakan Gambar atau menggunakan Rumus maka
faktor koreksi tebal lapis tambah (Fo) diperoleh:
= 0.909
Ht kanan =Ho x Fo
=11.29x 0.909
=10.266 cm (Laston dengan Modulus Resilien 2000 MPa
dengan Stabilitas Marshall minimum sebesar 800 kg)
Ht kiri =Ho x Fo
=13.07x 0.909
=11.88 cm (Laston dengan Modulus Resilien 2000 MPa
dengan Stabilitas Marshall minimum sebesar 800 kg)