Anda di halaman 1dari 21

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Tebal Perkerasan dengan Metode Analisa Komponen

dari Bina Marga 1987

3.1. Data Perencanaan Tebal Perkerasan

Tabel 3.1 Data Perencanaan Tebal Perkerasan

No Data – Data Keterangan

1 Jalan dibuka 2018

2 Pertumbuhan lalu lintas (i) 7,6 %

3 Umur Rencana (UR) 25 Tahun

4 Faktor Regional

1. Curah Hujan 800 mm/thn

5 Koefisien Distribusi 3 Lajur 2 Arah

Kendaraan (C)

6 ITP LASTON

7 Evaluasi 55% Tanhun UR

Data perencanaan tebal perkerasan yang digunakan dapat dilihat pada


Tabel3.1.
3.2. CBR dan Daya Dukung Tanah (DDT)

Penentuan DDT berdasarkan data CBR pada Tabel 3.1

Tabel 3.2 Tabel Stasioning Data CBr

No Stasioning CBR
1 0 + 000 2.5
2 0 + 100 4
3 0 + 200 5
4 0 + 300 6
5 0 + 400 8
6 0 + 500 9
7 0 + 600 12
8 0 + 700 4
9 0 + 800 5
10 0 + 900 4
11 1 + 000 2.5
12 1 + 100 3
13 1 + 200 4
14 1 + 300 5
15 1 + 400 5
16 1 + 500 3
17 1 + 600 4
18 1 + 700 6
19 1 + 800 7
20 1 + 900 8
Tabel 3.3 Bobot Nilai Data CB

CBR Banyak Data Jumlah Persentase


2.5 2 20 100.00%
3 2 18 90.00%
4 5 16 80.00%
5 4 11 55.00%
6 2 7 35.00%
7 1 5 25.00%
8 2 4 20.00%
9 1 2 10.00%
12 1 1 5.00%

Gambar 5.1 Korelasi antara CBR dan DDT


sentase nilai CBR 80 % =4

DDT =4.5

3.3 Lalu Lintas Rencana

Data sekunder mengenai data distribusi kendaraan dan komposisi lalu lintas dapat
dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.4.Data Lalu Lintas Rata–rata

Jenis Kendaraan LHR


Gol 2 8568
Gol 3 11680
Gol 4 7685
Gol 5A 9865
Gol 5B 556
Gol 6A 908
Gol 6B 1680
Gol 7A 468
Gol 7B 568
Gol 7C 468
Jumlah 42446

Berdasarkan tingkat pertumbuhan lalu lintas dan distribusi kendaraan serta komposisi
arus lalu lintas yang terjadi diperoleh hasil analisis lalu lintas harian rata – rata yang
dapat dilihat pada Tabel 3.4. Adapun tahapan dalam analisis lalu lintas harian ialah
sebagai berikut:

a. Menghitung Lalu Lintas Harian Rata–Rata pada Umur Rencana


Perhitungan lalu lintas harian rata–rata pada umur rencana diberikan contoh hitungan
pada mobil penumpang menggunakan Persamaan 3.4 sebagai berikut.
LHR25 = LHR0 x (1 + i)ur
= 8568 x (1 + 0.076)25
= 53479.36kendaraan
Hasil hitungan lalu lintas harian rata-rata pada umur rencana untuk semua jenis
kendaraan dapat dilihat pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Lalu Lintas Harian Rata-Rata Selama Umur Rencana

Jenis Kendaraan LHR0 LHR25


Gol 2 8568 53479.3649
Gol 3 11680 72903.70938
Gol 4 7685 47967.8944
Gol 5A 9865 61574.92235
Gol 5B 556 3470.416303
Gol 6A 908 5667.514394
Gol 6B 1680 10486.14998
Gol 7A 468 2921.14178
Gol 7B 568 3545.317374
Gol 7C 468 2921.14178
Jumlah 42446 264937.5726

b. Menghitung Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan


Untuk menghitung Angka Ekivalen kendaraan menggunakan Persamaan 2.1, 2.2 dan 2.3.
Konfigurasi beban sumbu kendaraan berdasarkan Tabel 2.3.

Angka ekuivalen masing-masing golongan beban sumbu untuk setiap ken-daraan


ditentukan dengan rumus:
a. Untuk sumbu tunggal depan
1 4
𝐸= = 0.0023
8.16

Untuk sumbu tunggal Belakang


1 4
𝐸= = 0.0023
8.16
Total Nilai Ekuivalen = 0.0023 + 0.0023 =0.005

Tabel 3.6. Perhitungan Nilai Ekuivalen

Beban Sumbu Ekuivalen


Jenis
depan tengah/belakang belakang depan tengah/belakang belakang Total
Kendaraan
Gol 2 1 1 0.00023 0.00023 0.0005
Gol 3 1 1 0.00023 0.00023 0.0005
Gol 4 1 1 0.00023 0.00023 0.0005
Gol 5A 1 2 0.00023 0.00361 0.0038
Gol 5B 5 8 0.14097 0.92385 1.0648
Gol 6A 5 8 0.14097 0.92385 1.0648
Gol 6B 5 8 0.14097 0.92385 1.0648
Gol 7A 5 15 0.14097 0.98198 1.1229
Gol 7B 4 15 15 0.05774 0.98198 0.60517401 1.6449
Gol 7C 5 15 20 0.14097 0.98198 1.91264873 3.0356

Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dan Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
Menentukan nilai LEP dan LEA dengan menggunakan Persamaan2.5 dan 2.6 pada
Tabel 3.7
Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP), yang dihitung dengan rumus:

LEP = LHRj x Cj x Ej

= 8568 x 0.4 x 0.0005

= 1.5460

Lintas Ekuivalen Akhir (LEA), yang dihitung dengan rumus:

LEA = LHR25 x Cj x Ej
= 53479.3649 x 0.4 x 0.0005

= 9.6497

Tabel 3.7 Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dan Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

Gol Ekuivalen Koef ( C ) LEP LEA


Gol 2 0.0005 0.4 1.5460 9.6497
Gol 3 0.0005 0.4 2.1075 13.1546
Gol 4 0.0005 0.4 1.3867 8.6553
Gol 5A 0.0038 0.475 17.9671 112.1465
Gol 5B 1.0648 0.475 281.2171 1755.2887
Gol 6A 1.0648 0.475 459.2539 2866.5506
Gol 6B 1.0648 0.475 849.7208 5303.7499
Gol 7A 1.1229 0.475 249.6314 1558.1380
Gol 7B 1.6449 0.475 443.7926 2770.0452
Gol 7C 3.0356 0.475 674.8132 4212.0191
Jumlah 2981.4363 18609.3978

Lintas Ekuivalen Tengah, yang dihitung dengan rumus:

LET = LEP + LEA


2
2981.4363 + 18609.3978
𝐿𝐸𝑇 = = 10795.417
2

e. Lintas Ekuivalen Rencana, yang dihitung dengan rumus:

LER = LET X FP

Dimana FP = faktor Penyesuaian


FP = UR /10
= 25 /10
=2.5
LER = LET x FP

= 10795.417 x 2.5

= 26988.543

3.4. Faktor regional

Faktor regional adalah keadaan lapangan yang mencakup permeabilitas tanah,


perlengkapan drainase, bentuk alinyemen, prosentase kendaraan berat dengan MST ≥ 13
ton dan kendaraan yang berhenti, serta iklim. Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan
Raya menentukan bahwa faktor yang menyangkut permeabilitas tanah hanya dipengaruhi
oleh alinyemen, prosentase kendaraan berat dan kendaraan yang berhenti, serta alinyemen.
Untuk kondisi tanah pada daerah rawa-rawa ataupun daerah terendam, nilai FR yang
diperoleh dari tabel 2.2 ditambahkan 1.

Tabel 3.8. Nilai Faktor Regional

Tabel 2.2 : Faktor Regional Kelandaian III ( > 10


Kelandaian II ( 6-10%)
(FR) Kelandaian I ( < 6 % ) %)

% Kendaraan Berat
<=30% >30% <=30% >30% <=30% >30%
Iklim I < 900
0,5 1,0 - 1,5 1,0 1,5 - 2,0 1,5 2,0 - 2,5
mm / th
Iklim II > 900
1,5 2,0 - 2,5 2,0 5,5 - 3, 2,5 3,0 - 3,5
mm / th

Data Kealndaian = Asumsi 6%

% Kendaraan Berat = 34%

Iklim = 800 mm/thn

FR dari tabel =1,5 - 2,0

Diambil nilai =2
3.5. Indeks Permukaan (IP)

Indeks permukaan menyatakan nilai dari kehalusan serta kekokohan permukaan yang
bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Nilai indeks permukaan
awal (IPo) ditentukan dari jenis lapis permu-kaan dan nilai indeks permukaan akhir (IPt)
ditentukan dari nilai LER.

Tabel 3.9. IPo terhadap Jenis Lapis Permukaan

Jenis Lapis
Permukaan Ipo Roughness ( mm/km )
Laston ≥4 ≤ 1000
3,9 – 3,5 <1000
Lasbutag 3,9 - 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 >2000
HRA 3,9 - 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 >2000
Burda 3,9 - 3,5 ≤ 2000
Burtu 3,4 - 3,0 ≤ 2000
Lapen 3,4 - -3,0 ≤ 3000
2,9 - 2,5 >3000
Latasbum 2,9 - 2,5
Buras 2,9 - 2,5
Latasir 2,9 - 2,5
Jalan Tanah ≤ 2,4
Jalan Kerikil ≤ 2,4

Direncanakan jenis lapisan Laston dengan Roughness > 1000 mm/km, maka
berdasarkan Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987 diperoleh IP0 = ≥ 4.
Tabel 3.10. Indeks Permukaan Akhir Umur Rencana ( IPt )

Klasifikasi Jalan
LER
Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0 - 1,5 1,5 1,5 - 2,0 -
10 - 100 1,5 1,5 - 2,0 2,0 -
100 - 1000 1,5 - 2,0 2,0 2,0 - 2,5 -
> 1000 - 2,0 - 2,5 2,5 2,5

Dari data klasifikasi manfaat Jalan Kolektor dan hasil perhitungan LER yaitu didapat nilai
LER = 26988.543, maka berdasarkan Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987 diperoleh IPt = 2,0 – 2,5
diambil nilai 2,0.

3.6. Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

Nilai ITP ditentukan dari nomogram 3 pada Gambar 3.1 berdasarkan data Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Data untuk plot Nomogram 3

Data Nilai
IP0 ≥4
IPt 2,0
DDT 3.752
LER 73.941
FR 2

Nilai indeks tebal perkerasan diperoleh dari nomogram dengan mem-pergunakan nilai-
nilai yang telah diketahui sebelumnya, yaitu : LER selama umur rencana, nilai DDT, dan
FR yang diperoleh. Berikut ini adalah gambar grafik nomogram untuk masing-masing
nilai IPt dan IPo.
Gambar 3.1 Nomogram 3 untuk IPt = 2 dan IPo ≥ 4

Dengan nomogram 3, diperoleh nilai ITP sebesar 8.1 Dari nilai ITP dapat direncanakan
susunan lapisan perkerasan sebagai berikut.
Diambil a1 =0.4 a2 =0.26 a3 = 0.13
3.7. Tebal Minimum Lapis Perkerasan

Tebal minimum lapis perkerasan ditentukan dengan tabel batas minimum lapis
permukaan dan lapis pondasi dibawah ini. Sedangkan tabel minimum lapis pondasi
bawah untuk setiap nilai ITP ditentukan sebesar 8.1 cm.

Tabel 2.6 Tebal Minimum Lapis Perkerasan

ITP Tebal Minimum ( cm ) Bahan


Lapis pelindung ( Buras/
< 3,00 5 Burtu/ Burda )
Laston / Aspal Macadam /
3,00 - 6,70 5 HRA /Lasbutag / Laston
Lapen / Aspal Macadam /
6,71 - 7,49 7,5 HRA / Lasbutag / Laston
7,50 - 9,99 7,5 Lasbutag / laston
> 10,00 10 Laston
Sumber : SKBI – 2.3.23.1987

Tebal minimum adalah 7.5 cm Laston

Tabel 2.7 Batas Minimum Tebal Lapis Pondasi

Tebal Lapis Pondasi Minimum adalah 20 cm dengan bahanBatu pecah, stabilisasi tanah
dengan semen,stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,lapen, laston atas
Dengan nomogram 3, diperoleh nilai ITP sebesar 8,1. Dari nilai ITP dapat direncanakan
susunan lapisan perkerasan sebagai berikut :

D1 = 7.5

D2 = 15

a1 =0.4

a2 =0.14

a3 =0.12

1)Lapis Permukaan digunakan LASTON MS 744, D minimum = 7.5 cm.

2)Lapis Pondasi Atas digunakan Batu Pecah kelas C D minimum = 15 cm.

3)Lapis Pondasi Bawah digunakan Sirtu Kelas C

Nilai Koefisien Kekuatan Relatif (a) dapat dilihat pada Tabel 3.8 berdasarkan material
lapisan perkerasan, sebagai berikut :

1)Lapis Permukaan digunakan LASTON MS 744 didapat nilai a1 = 0,4.

2)Lapis Pondasi Atas digunakan Batu Pecah kelas A CBR 100 % didapat nilai
a2 = 0,12

3)Lapis Pondasi Bawah digunakan Batu Pecah kelas B CBR 50 % didapat nilai
a3 = 0,11.

Dari nilai ITP dan Koefisien Kekuatan Relatif (a) masing-masing lapis perkerasan, maka
dapat dihitung tebal lapis perkerasan. Berikut adalah perhitungan tebal lapis pondasi
bawah berdasarkan nilai ITP dari nomogram 3.
ITP = (a1xD1) + (a2xD2) + (a3xD3)

8,1 = (0,4x7.5) + (0,12x15) + (0,11`xD3)

0,12 x D3 = 8,1 – 3 – 5.2

D3 = 3.3/0.11

D3 = 30 cm = 30 cm

Jadi dari hasil tersebut didapatkan nilai tebal perkerasan dengan metode Bina Marga
1987 dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan Gambar 5.3.

Lapisan Bahan Tebal Lapisan


Lapisan Permukaan Laston MS 744 7.5 cm
Lapis Pondasi Atas Batu Pecah Kelas c 15 cm
Lapis Pondasi Bawah Situs Kelas C 30 cm

Tabel 5.6 Tebal Perkerasan Tiap Lapisan dengan Metode Bina Marga 1987

Lapis Permukaan = 7.5 cm (Laston


MS 744

Lapis Pondasi Atas = 15 cm (Batu


Pecah Kelas c)

Lapis Pondasi Bawah=30 cm (Situs


Kelas C)
Tebal Lapis Ulang (Overlay)

Faktor umur rencana dan perkembangan lalu lintas Faktor hubungan umur rencana dan
perkembangan lalu lintas ditentukan menurut

Rumus dibawah ini.

Dengan r = 7.6%

n = 25 Tahun

Didapat N = 66.012

Dengan adanya factor umur rencana maka umur sisa akan didapat dengan perhitungan
dibawah ini

n= Log(2N+2/r+1)-Log(2/r+1)
Log(r+1)

n= Log(266.0112+2/7.6+1)-Log(2/7.6+1)
Log(7.6+1)

n = 2.272 tahun

Akumulasi ekivalen beban sumbu standar (CESA)


Dalam menentukan akumulasi beban sumbu lalu lintas (CESA) selama umur rencana
ditentukan dengan :.

CESA =∑ mx365xExCx N

dengan pengertian :
CESA = akumulasi ekivalen beban sumbu standar
m = jumlah masing-masing jenis kendaraan
365 = jumlah hari dalam satu tahun
E = ekivalen beban sumbu
C = koefisien distribusi kendaraan
N = Faktor hubungan umur rencana yang sudah disesuaikan dengan
perkembangan lalu lintas

Gol Ekuivalen Koef ( C ) LHR0 CESA


Gol 2 0.0005 0.4000 146.5188 232505.914
Gol 3 0.0005 0.4000 199.7362 316954.84
Gol 4 0.0005 0.4000 131.4189 208544.345
Gol 5A 0.0038 0.4750 168.6984 2702117.18
Gol 5B 1.0648 0.4750 9.50799 42292850.8
Gol 6A 1.0648 0.4750 15.52744 69068180.8
Gol 6B 1.0648 0.4750 28.72918 127791348
Gol 7A 1.1229 0.4750 8.003128 37542599.5
Gol 7B 1.6449 0.4750 9.713198 66742930.8
Gol 7C 3.0356 0.4750 8.003128 101486610
TOTAL 725.8564 448384642

CESA = 448.384.642

Lendutan dengan Benkelman Beam (BB)

Lendutan yang digunakan untuk perencanaan adalah lendutan balik. Nilai lendutan
tersebut harus dikoreksi dengan, faktor muka air tanah (faktor musim) dan koreksi
temperatur serta faktor koreksi beban uji (bila beban uji tidak tepat sebesar 8,16 ton).
Besarnya lendutan balik adalah sesuai Rumus

dB = 2 x (d3 – d1) x Ft x Ca x FKB-BB


dengan pengertian :
dB =lendutan balik (mm)
d1 = lendutan pada saat beban tepat pada titik pengukuran
d3 = lendutan pada saat beban berada pada jarak 6 meter dari titik pengukuran
Ft = faktor penyesuaian lendutan terhadap temperatur standar 350C,
untuk tebal lapis beraspal (HL) lebih kecil 10 cm, untuk tebal lapis
beraspal (HL) lebih besar atau sama dengan 10 cm
TL = temperatur lapis beraspal, diperoleh dari hasil pengukuran langsung
dilapangan atau dapat diprediksi dari temperatur udara,yaitu:

TL = 1/3 (Tp + Tt + Tb)


Tp = temperatur permukaan lapis beraspal
Tt = temperatur tengah lapis beraspal
Tb = temperatur bawah lapis beraspal
Ca = faktor pengaruh muka air tanah (faktor musim)= 1,2 ; bila pemeriksaan
dilakukan pada musim kemarau atau muka air tanahrendah = 0,9 ; bila pemeriksaan
dilakukan pada musim hujan atau muka air tanah tinggi

Grafik Faktor koreksi lendutan terhadap temperatur standar (Ft)


Lendutan Lendutan
Beban Koreksi Terkoreksi Terkoreksi
Lendutan Lendutan
Sta Temperatur (OC) Pada Koreksi Koreksi Kanan Kanan
balik/BB (mm) balik/BB (mm)
Temperatur Musim Beban (mm), dB (mm), dB dB2
Standar (Ca) (FKB-BB) =2(d3-d1) x =2(d3-d1) x
Uji (ton) (Ft) Ft x Ca x Ft x Ca x
FKB-BB FKB-BB
d1 d2 d3 d1 d2 d3 Tu Tp Tt Tb TL
0.32076 0.406296 0.1028 0.165
0+100 8,20 0.12 0.21 0.12 0.24 0.22 0.11 29 46.1 37.3 34.6 39.4 0.9 1.2 0.99
0.171072 0.399168 0.0292 0.159
0+200 8,20 0.05 0.16 0.03 0.24 0.16 0.16 29 44 36.3 33.7 38 0.9 1.2 0.99
0.270864 0.277992 0.07336 0.077
0+300 8,20 0.03 0.25 0.1 0.16 0.15 0.08 29 44.1 36.4 33.7 38.1 0.9 1.2 0.99
0.396 0.34848 0.1568 0.121
0+400 8,20 0.16 0.15 0.19 0.09 0.18 0.17 30 42.6 36.1 33.5 37.4 1 1.2 0.99
0.34848 0.37224 0.1214 0.138
0+500 8,20 0.12 0.08 0.24 0.09 0.16 0.22 31 38.3 34.5 32 34.9 1 1.2 0.99
0.24948 0.470448 0.0622 0.221
0+600 8,20 0.06 0.09 0.2 0.22 0.25 0.19 31 43.7 37.1 34.5 38.4 0.9 1.2 0.99
0.270864 0.384912 0.0733 0.1488
0+700 8,20 0.11 0.03 0.24 0.07 0.23 0.24 31 46.9 38.7 35.9 40.5 0.9 1.2 0.99
0.363528 0.32076 0.1321 0.102
0+800 8,20 0.24 0.09 0.18 0.03 0.23 0.19 32 46.2 38.8 36.1 40.4 0.9 1.2 0.99
0.242352 0.206712 0.0587 0.0481
0+900 8,20 0.07 0.24 0.03 0.06 0.14 0.09 32 46.6 39 36.2 40.6 0.9 1.2 0.99
0.396 0.3168 0.1568 0.100
0+1000 8,20 0.19 0.12 0.19 0.16 0.05 0.19 32 36.5 34.2 31.6 34.1 1 1.2 0.99
3.0294 3.5038 0.9671 1.277
Jumlah
0.30294 0.3503808
Lendutan Rata-rata (dR)
10 10
Jumlah Titik (ns)
0.074055882 0.074148948
Deviasi Standar (s)
Untuk memastikan tingkat keseragaman lendutan dengan menggunakan
rumus yaitu:

FK kiri = (s/dR) x 100% = (0.074055882/0.30294) x 100%


= 24

FK kiri = (s/dR) x 100% = (0.074148948/0.3503808) x 100%


= 21
Jadi; 20 < FK < 30 --> Keseragaman lendutan cukup baik

Lendutan wakil (Dwakil atau Dsbl ov) dengan menggunakan Rumus (untuk
Jalan Kolektor), yaitu:

Dwakil atau Dsbl ov kiri =dR + 1.64 S

=0.302+ 1.64 x 0.0740


=0.424 mm
Dwakil atau Dsbl ov kanan =dR + 1.64 S

=0.350+ 1.64 x 0.0741


=0.472 mm

Menghitung lendutan rencana/Ijin/ (Drencana atau Dstl ov) dapat menggunakan Kurva
atau dengan Rumus sebagai berikut:

Drencana atau Dstl ov =22,208 x CESA-0,2307

=22,208 x448.384.642 -0,2307


=0.2241mm
Menghitung tebal lapis tambah (Ho) sesuai Gambar 5 atau dengan Rumus
25 sebagai berikut:

Ho Kanan = {Ln(1,0364) + Ln(Dsbl ov ) - Ln(Dslt ov)}/0,0597


= {LN(1,0364)+LN(0.424)-LN(0.2241)}/0,0597
= 11.29cm

Ho Kiri = {Ln(1,0364) + Ln(Dsbl ov ) - Ln(Dslt ov)}/0,0597


= {LN(1,0364)+LN(0.472)-LN(0.2241)}/0,0597
= 13.07cm

Menentukan koreksi tebal lapis tambah (Fo) Lokasi ruas jalan Bandung
Plered pada Tabel A1 (Lampiran A), diperoleh temperatur perkerasan rata
rata tahunan (TPRT) = 30.5 oC.
Dengan menggunakan Gambar atau menggunakan Rumus maka
faktor koreksi tebal lapis tambah (Fo) diperoleh:

Fo = 0,5032 x EXP (0,0194 x TPRT)

= 0,5032 x EXP (0,0194 x 30.5)

= 0.909

Menghitung tebal lapis tambah terkoreksi (Ht) dengan menggunakan Rumus,


yaitu:

Ht kanan =Ho x Fo
=11.29x 0.909
=10.266 cm (Laston dengan Modulus Resilien 2000 MPa
dengan Stabilitas Marshall minimum sebesar 800 kg)

Ht kiri =Ho x Fo
=13.07x 0.909
=11.88 cm (Laston dengan Modulus Resilien 2000 MPa
dengan Stabilitas Marshall minimum sebesar 800 kg)

Anda mungkin juga menyukai