Anda di halaman 1dari 88

MAKALAH ASESMEN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN BIOLOGI

Dosen penganpuh : Dr. Abdu Mas’ud S.Pd.M.Pd

Disusn Oleh:

Nama : Mifta Puspita Sari

NPM :03102011022

Semester : VI

Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yangatas rahmatnya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Ada
pun menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas ‘ Asesmen dan
Evaluasi Pembelajaran Biologi’

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran
Biologi telah memberikan tugas terhadap kami.

Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasn waktu dan kemampuan
kami maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya

Ternate, !5, Mei 2002

Tertanda,

Penulis
DAFTAR ISI

MATERI 1-2 MENDESKRIPSIKAN KONSEP UTAMA DAN TUJUAN PRINSIP


PRIPSIN ASESMEN

A. Konsep Dasar Pembelajaran Asesmen


B. Beberapa Regulasi Mengenai Proses Belajar Mengajar
C. Tujuan Asesmen Berbasis kelas
D. Prinsip-prinsip Asesmen Selama Proses Pembelajaran Berlangsung

MATERI 3 MENDESKRIPSIKAN KONSEP UTAMA MANFAAT BENTUK DAN


PROSEDUR PENERAPAN ASESMEN AUTENTIK

A. Pengertian Asesmen Autentik


B. Manfaat Penilaian Autentik
C. Macam-Macam Penilaian Autentik

MATERI 4-5 MEMBEDAKAN ASESMEN ALTERNATIF DAN ASESMEN TRADISIO


NAL SERTA MEMAHAMI ASESMEN AUTENTIK

A. Pengertian Assesmen Alternatif dan Assesmen Tradisional


B. Pengertian Assesmen Alternatif
C. Jenis Assesmen Alternatif
D. Pengertian Assesmen Tradisional
E. Perbedaan antara Assesmen Alternatif dan Assesmen Tradisional
F. Manajemen Assesmen Autentik

MATERI 6 MENDESKRIPSIKAN KONSEP UTAMA TAHAPAN PELAKSANAAN


TEKNIK DAN MENGIDENTIFIKASI BENTUK INSTRUMEN RANA AFEKTIF

A. Tingkatan Ranah Afektif Ranah


B. Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Afektif

Materi 7 MENGIDENTIFIKASI PETUNJUK PENSKORAN,PENULISAN SKOR


PEROLEHAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DENGAN
MENGGUNAKAN PENILAIAN RANA AFEKTIF

A. Pemberian Skor Dan Sistem Penilaian Dalam Pembelajaran


B. Penilian Ranah Efektif dalam Bentuk Penilian Skala Sikap Untuk Menilai
Skala Sikap Umtuk Menilai Hasil Belajar
MATERI 9 MENDESKRIPSIKAN KONSEP DAN CAKUPAN UTAMA RENAH
KONGNTIF KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Tes


B. Pengertian Asesmen Pembelajaran
C. Fungsi, Tujuan, Dan Prinsip Asesmen

MATERI 10 MENGIDENTIFIKASIH DAN MAMPUH MERUMUSKAN INDIKATOR


ASESMEN RANAH KOGNITIF

Materi 11 MENGIDENTIFIKASI TEKNIK DAN BENTUK INSTRUMEN ASESMEN


RANA KOGNITIF SELAMA PEMBELAJARAN

A. Penilain Ranah Kognitif………………………………………………………………


B. Teknik dan Instrumen Ranah
Kognitif………………………………………………….
C. Teknik Non Tes untuk Evaluasi Hasil Belajar
Kognitif…………………………………
D. Teknik penskoran Hasil Belajar Kognitif.

MATERI 12 MEMPERDAYAKAN MAHASISWA UNTUK BERPIKIR KRITIS DALAM


MELAKUKAN ASESMEN RANAH KONGNITIF DAN MENGELOLAHAN HASIL
ASESMEN

A. Berpikir Kritis
B. Ranah Kognitif (cognitive domain)
C. Hasil pembelajaran asesmen

MATERI 13 MEMBERDAYAKAN MAHASISWA UNTUK BERPIKIR KRITIS UNTUK


MEMAHAMI BAGAMANA TEKNIK LANJUT HASIL ASESMEN RANAH KOGNITIF

A. Berpikir kritis
B. Kemampuan Berpikir Kriti

MATERI 14 MENDESKRIPSIKAN KONSEP UTAMA, PROSEDUR DAN CAKUPAN


ASESMEN RANAH PSIKOMOTOR OLEH GURU SERTA MAMPU MERUMUSKAN
INDIKATOR KOMPETENSI PSIKOMOTOR

A. Cakupan Assesmen Ranah Psikomotorik


B. Indikator Kompetensi Psikomotorik
Materi 15 MENGIDENTIFIKASI TEKNIK DAN BENTUK INSTRUMEN ASESMEN
KOMPETENSI KETRAMPILAN SERTA MAMPU MELAKUKAN PELAPORAN HASIL
TES PRAKTIK DAN ACUAN INSTRUMEN TES PRAKTIKTEKNIK DAN BENTUK
INSTRUMEN ASESMENKOMPETENSI KETRAMPILAN

A. Teknik penilaian kompetensi keterampilan


B. Bentuk instrumen penilaian kompetensi keterampilan
Materi 1

KONSEP DAN TUJUAN UTAMA PRINSIP-PRINSIP ASESMEN SELAMA


PEMBELAJARAN BERLANGSUNG DAN BERDASARKAN BEBERAPA REGULASI
SERTA PANDANGAN ANDA

Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan


informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar
pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya,
program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah.
Keputusan tentang siswa ini termasuk bagaimana guru mengelola
pembelajaran di kelas, bagaimana guru menempatkan siswa pada program-
program pembelajaran yang berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing, bimbingan dan
penyuluhan, dan saran untuk studi lanjut. Keputusan tentang kurikulum dan
program sekolah termasuk pengambilan keputusan tentang efektifitas program
dan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan
pengajaran remidi (remidial teaching).

A. Konsep dasar pembelajaran assesmen


Konsep Belajar Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang
memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku baru yang bukan
disebabkan oleh kematangan dan sesuatu hal yang bersifat sementara sebagai
hasil dari terbentuknya respons utama.4 Belajar merupakan aktivitas, baik fisik
maupun psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru pada diri
individu yang belajar dalam bentuk kemampuan yang relatif konstan dan bukan
disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang bersifat sementara.
Perubahan kemampuan yang disebabkan oleh kematangan, pertumbuhan,
dan perkembangan seperti anak yang mampu berdiri dari duduknya atau
perubahan fisik yang disebabkan oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan
sebagai hasil dari perbuatan belajar meskipun perubahan itu berlangsung lama
dan konstan. Menurut Slameto bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.5 Perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari
perbuatan belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat
positif dan aktif, bersifat konstan, bertujuan atau terarah, serta mencakup
seluruh aspek tingkah laku.
B. Beberapa regulasi mengenai proses belajar mengajar
1. Belajar menurut Pandangan B. F. Skinner
Belajar menurut Skinner adalah menciptakan kondisi peluang dengan
penguatan (reinforcement), sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan
lebih giat belajar dengan adanya ganjaran (funnistment) dan pujian (rewards)
dari guru atas hasil belajarnya. Skinner membuat perincian lebih jauh dengan
membedakan adanya dua macam respons. Pertama, respondent response,
yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu yang
disebut eliciting stimuli menimbulkan respons respons yang secara relatif tetap,
misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur.
2. memengaruhi individu sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi
tadi.7 Pandangan Gagne di atas menunjukkan bahwa belajar adalah adanya
stimulus yang secara bersamaan dengan isi ingatan memengaruhi perubahan
tingkah laku dari waktu ke waktu Belajar menurut Pandangan Robert M. Gagne
Gagne sebagai yang dikutip oleh Sagala memandang bahwa belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara
terus-menerus yang bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan.
Karena itu, belajar dipengaruhi oleh faktor internal berupa isi ingatan dan faktor
ekternal berupa stimulus yang bersumber dari luar diri individu yang belajar.
3. Belajar menurut Pandangan Jean Piaget
Piaget adalah seorang psikolog yang fokus mempelajari berpikir pada
anakanak sebab ia yakin dengan cara berpikir anak-anak akan dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi. Piaget berpendapat bahwa
ada dua proses yang terjadi dalam pekembangan kognitif anak, yaitu proses
assimilations dan proses accommodations. 9 Proses assimilations, yaitu
menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang 70 LENTERA
PENDIDIKAN, VOL. 17 NO. 1 JUNI 2014: 66-79 baru diperoleh dengan
informasi yang telah diketahui sebelumnya dan mengubahnya bila perlu.
Adapun proses accommodations, yaitu menyusun dan membangun kembali
atau mengubah informasi yang telah diketahui sebelumnya sehingga
informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik.
4. Belajar menurut Pandangan Carl R. Rogers
Rogers menitikberatkan pada segi pengajaran dibanding siswa yang belajar
dalam praktik pendidikan yang ditandai dengan peran guru yang dominan
dan siswa hanya menghafalkan pelajaran dengan alasan bahwa
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran
adalah:
• manusia memiliki kekuatan wajar untuk belajar sehingga siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak berarti,
• siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya,
• pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa,
5. Belajar menurut Pandangan Benjamin S. Bloom
Penelitian yang dilakukan oleh Bloom dalam mengamati kecerdasan anak
pada rentang waktu tertentu menemukan bahwa pengukuran kecerdasan
anak pada usia 15 tahun merupakan hasil pengembangan dari anak usia
dini. Bloom mengembangkan taksonomi dari tujuan pendidikan dengan
menyusun pengalaman-pengalaman dan pertanyaan-pertanyaan secara
bertingkat dari recall sampai pada terapannya dengan suatu keyakinan
bahwa anak dapat menguasai tugas-tugas yang dihadapkan kepada
mereka di sekolah, tetapi mengakui adanya anak yang yang
membutuhkan waktu lebih lama dan bimbingan yang lebih intensif
dibanding teman seusianya.
6. Belajar menurut Pandangan Jerume S. Bruner
Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-
kategori yang saling berkaitan sedemikian rupa hingga setiap individu
mempunyai model yang unik tentang alam dan pengembangan suatu
sistem pengodean (coding). Sesuai dengan model ini, belajar baru dapat
terjadi dengan mengubah model yang terjadi melalui pengubahan kategori-
kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara baru, atau
dengan menambahkan kategori-kategori baru. 15 Pendidikan menurut
Brunner merupakan usaha yang kompleks untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan
anggotanya dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan.16
Pandangan Bruner tentang belajar dapat diuraikan sebagai pendekatan
kategorisasi. Semua interaksi individu dengan alam akan senantiasa
melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan untuk memfungsikan
manusia. Kategorisasi menyederhanakan kekompleksitas dalam
lingkungan individu.
C. Tujuan Asesmen Berbasis kelas
Secara rinci tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat
mengetahui seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai
kompetensi yang dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran
dan setelah proses pembelajaran berlangsung.
2. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga akan bisa
langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak
pelu lagi menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa
mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi.
3. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus menerus
dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap
peserta didik, sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang
dialami peserta didik sehingga secara tepat dapat menentukan siswa
mana yang perlu pengayaan dan siswa yang perlu pembelajaran remedial
untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan
4. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang
dilakukan terus menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan
balik bagi Anda untuk memperbaiki metode, pendekatan,kegiatan, dan
sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan
juga kebutuhan siswa.
5. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat Anda jadikan sebagai
landasan untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang
tepat untuk digunakan pada materi tertentu dan pada mata pelajaran
tertentu, yang sudah barang tentu akan berbeda. Anda sebagai pendidik
yang tahu persis pertimbangan pemilihannya.
6. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang
tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu
menunggu akhir semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik,
orang tua dan komite harus dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai
kebutuhan.
D. Prinsip-prinsip assesmen selama proses pembelajaran berlangsung (di kelas )
Dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas, guru perlu memperhatikan
prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan, terutama dalam rangka
pencapaian kompetensi. sejumlah prinsip penilaian berbasis kelas yang perlu
diperhatikan oleh guru. Prinsip-prinsip umum penilaian berbasis kelas
meliputi:
1. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Dalam mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, misalnya
kompetensi ”mempraktikkan gerak dasar jalan..”, maka penilaian valid
apabila mengunakan penilaian unjuk kerja. Jika menggunakan tes tertulis
maka penilaian tidak valid.

2. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian.
Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable
dan menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan unjuk kerja,
penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila
unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk
menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan
penskorannya harus jelas.
3. Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh domain
yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus
menggunakan beragam cara dan alat penilaian seperti penilaian tertulis,
penilaian proyek, penilaian portofolio penilaian kinerja, untuk menilai
beragam kompetensi peserta didik, sehingga tergambar profil
kompetensi peserta didik.
4. Berkenambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun
waktu tertentu.

5. Obyektif
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus
adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian
skor.

6. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi,
memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas
belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara
optimal.
Materi 3

KONSEP UTAMA MANFAAT BENTUK DAN PROSEDUR PENERAPAN ASESMEN


AUTENTIK

A. Pengertian Asesmen Autentik

Asesmen autentik adalah suatau metode evaluasi dimana siswa menampilkan


tugastugas nyata untuk mendemosntarsikan kesuaian antara pengetahuan dan
kentrampilan yang dimiliki. Satu asesmen autentik umumnya terdidri atas tugas yang
harus diselesaikan siswa, dan rubrik untuk pedoman asesmen tugas tersebut. Dengan
kata lain, asesmen autentik menilai secara langsung keberhasilan siswa pada
pengetahuan dan kentrampilan tertentu (Mueller, 2003). Asesmen atentik adalah suatu
metode evaluasi yang mengharuskan siswa mengaplikasikan pengetahuan dan
kentrampilan yang dimliki sesuai tugas-tugas dalam kehidupan nyata sehari-hari..

B. Manfaat Penilaian Autentik

Penilaian autentik menekankan pencapain belajar pada kinerja (doing something),


kesiapan belajar untuk berunjuk kinerja seusai kegiatan pembelajaran yang tentu lebih
signifikan. Selain itu ada pendapat dari beberapa ahli terkait manfaat penilaian autentik
seperti yang dikemukakan oleh Mueller yaitu:

1. Memungkinkan adanya penilaian kinerja yang dilakukan secara langsung


untuk mengetahui hasil pencapaian kinerja peserta didik sesuai pelajaran
yang telah diajarkan.

2. Member kesempatan peserta didik untuk mengkontruksikan hasil


belajarnya.
3. Memungkinkan terintegrasikannya dari tahap pengajaran, belajar dan
juga penilaian

4. . Memberi kesempatan kepada siswa untuk menampilkan hasil


belajarnya, unjuk kerjanya yang mereka anggap baik.

Sedangkan menurut Diane Hart, menyatakan beberapa kelebihan dari penilaian


autentik, diantaranya sebagai berikut:

1. Siswa berperan aktif dalam proses penilaian. Pada fase ini mampu
menolong siswa untu mengurangi rasa cemas yang dapat mengganggu
fikirannya dan juga harga dirinya.

2. Tugas yang digunakan dalam penilaian autentik lebih menarik sesuai


dengan kehidupan sehari-hari.

3. Sifat lebih positif terhadap sekolah dan belajar dapat berkembang dengan
baik.

4. Penilaian autentik lebih menekankan siswa untuk belajar mengajar.


5. Penilaian autentik menemukan cara baru bahwa dirinya sedang
dievaluasi dan menyadari tahap perbaikan. 6. Peran guru lebih khusus
untuk memahami pengetahuan dan juga keterampilan yang harus
dipersiapkan dulu diawal.

C. Macam-Macam Penilaian Autentik

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap (afektif), pengetahuan
(kognitif), dan keterampilan (psikomotorik) yang harus dilakukan secara seimbang agar
dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar
yang telah ditetapkan oleh kurikulum.

1. Penilaian Kompetensi Sikap

Menurut olahan dan pendapat Krathwohl 1964 (Dalam Salinan Lampiran


Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
pada jenjang sekolah Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah), sasaran penilaian
autentik oleh pendidik pada ranah sikap spiritual dan sikap social adalah sebagai
berikut:

a. Menerima nilai, yaitu kesediaan menerima suatu nilai dan


memberikan perhatian terhadap nilai tersebut.

b. Menanggapi nilai, yaitu kesediaan menjawab suatu nilai


sehingga muncul rasa puas dalam membicarakan nilai tersebut.
c. Menghargai nilai, yaitu menganggap nilai yang di dapat tersebut
baik, menyukai nilai tersebut, serta komitmen terhadap nilai
tersebut

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Menurut Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl menjelaskan bahwa ada enam
kategori dalam dimensi proses kognitif atau sasaran penilaian pada ranah
pengetahuan, adapun sebagai berikut:

a. Mengingat, yaitu mengambil pengetahuan dari memori jangka


panjang.

b. Memahami, yaitu mengkonstruksi makna dari materi


pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan
digambar oleh guru.

c. Mengaplikasikan, yaitu penerapan atau penggunaan suatu


prosedur ke dalam keadaan tertentu.

d. Menganalisis, yaitu proses memecah suatu materimenjadi


beberapa bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antar
bagian itu dan hubungan antara bagian tersebut dan keseluruhan
struktur atau tujuan.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Berdasarkan pendapat dari olahan Dyers (dalam Salinan Lampiran Permendikbud


Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Pendidik pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah), dimana sasaran penilaian autentik oleh pendidik
pada ranah keterampilan adalah sebagai berikut:

a. Mengamati, yaitu perhatian pada waktu mengamati suatu


objek/membaca tulisan/mendengar dari suatu penjelasan,
catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu
yang digunakan untuk mengamati.

b. Menanya, yaitu jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang


diajukan siswa

c. Mengumpulkan informasi/mencoba, yaitu jumlah dan kualitas


sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitasi
informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data.

d. Menalar/mengasosiasi, yaitu mengembangkan interpretasi,


argumentasi, dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi
dan berdasarkan dari dua fakta/konsep.
Materi 4-5

MEMBEDAKAN ASESMEN ALTERNATIF DAN ASESMEN TRADISOANL SERTA


MEMAHAMI ASESMEN AUTENTIK

PEMBAHASAN

A. Pengertian Assesmen Alternatif dan Assesmen Tradisional


Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan
berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses
dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.
Penilaian tidak sama dengan pengukuran, namun keduanya tidak dapat
dipisahkan, karena kedua kegiatan tersebut saling berhubungan erat. Untuk
dapat mengadakan penilaian perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu.
Pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang didasarkan pada aturan atau formulasi yang jelas.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan
dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi
berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Di bidang pendidikan,
kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan
pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
belajar siswa atau keterca-paian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang siswa.

B. Pengertian Assesmen Alternatif


Hakikat Asesmen Alternatif Menurut Blaustein, D. et al. dalam Sudjana
(2008:45) “Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat
keputusan berdasarkan informasi itu”. Dalam mengumpulkan informasi ini guru
biasanya menggunakan paper and pencil test atau disebut dengan asesmen
formal atau asesmen konvensional. Metode paper and pencil test hanya dapat
mengukur kemampuan kognitif peserta didik namun belum dapat mengukur hasil
belajar peserta didik secara holistik.
Dalam melakukan asesmen guru memerlukan instrumen selain paper and
pencil test, artinya diperlukan asesmen yang lain atau alternatif. Asesmen
alternatif tidak menghilangkan asesmen dengan metode paper and pencil test,
tetapi merupakan bentuk asesmen lain yang dapat mengukur kemampuan
peserta didik yang tidak dapat dijangkau dengan penilaian konvensional.
Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-
tradisional untuk mengases kinerja atau hasil belajar peserta didik. Ada kalanya
asesmen alternatif juga dapat disebut dengan asesmen otentik atau asesmen
kinerja.

C. Jenis Assesmen Alternatif


Menurut Mertler, dalam Classroom Assessment: A Practical Guide for
Educators, bentuk penilaian berdasarkan alat penilaian dalam asesmen
alternative berupa :
• Asesmen Informal (Informal Assessment)
Asesmen informal adalah asesmen yang dilakukan secara spontan atau
tidak direncanakan dan ketika asesmen ini dilakukan, peserta didik tidak
menyadari bahwa mereka sedang dinilai dengan kata lain asesmen
informal dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Ada dua jenis
strategi yang digunakan dalam asesmen informal ini yaitu observasi guru
(teacher observations) dan pertanyaan dari guru (teacher questions).
a. Observasi guru (teacher observations)
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan
buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan
peserta didik selama di sekolah. Salah satu contohnya dengan format
buku catatan harian. Selain bermanfaat untuk merekam dan menilai
perilaku peserta didik sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap
peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian
perkembangan peserta didik secara keseluruhan.
b. Pertanyaan langsung (teacher questions)
Guru juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap
seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana
tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di
sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban". Berdasarkan jawaban
dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami
sikap peserta didik itu terhadap objek sikap.
• Asesmen Unjuk Kerja atau Asesmen Kinerja (Performance Assessment)
Asesmen kinerja disebut juga dengan asesmen perbuatan (unjuk kerja).
Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas-tugas yang dilakukan oleh
peserta didik, sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap
tentang peserta didik. Asesmen unjuk kerja merupakan proses asesmen
yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan sesuatu. Asesmen ini cocok digunakan untuk menilai
ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas
tertentu seperti, praktikum, praktek sholat, praktek olahraga, bermain
peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dll.

D. Pengertian Assesmen Tradisional


Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai
penilaian proses, kemajuan dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu
asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “The process of Collecting data
wich shows the development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar
siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang
dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dari proses belajar siswa,
akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
Salah satu bentuk penilaian adalah asesmen tradisional. Menurut Muller
(2008), asesmen tradisional adalah penilaian yang mengacu pada ukuran tes
pilihan ganda (forced-choice), tes melengkapi (fill-in-the-blanks), tes benar salah
(true-false), menjodohkan dan semacamnya. Siswa secara khas memilih suatu
jawaban atau mengingat informasi untuk melengkapi penilaian.
a. Terdapat beberapa ciri-ciri asesmen tradisional diantaranya adalah :
• Penilaian dilakukan untuk menilai kemampuan siswa dalam memberikan
jawaban yang benar.
• Tes yang diberikan tidak berhubungan dengan realitas kehidupan siswa.
• Tes terpisah dari pembelajaran yang dilakukan siswa.
• Dapat diskor dengan reliabilitas tinggi.
• Hasil tes diberikan dalam bentuk skor.
b. Manfaat dan tujuan Asesmen Tradisional
• Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah
proses pembelajaran berlangsung.
• Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang
dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remidial.
• Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian guru.
• Untuk memberikan informasi kepada orangtua dan komite sekolah
tentang efektivitas pendidikan.

E. Perbedaan antara Assesmen Alternatif dan Assesmen Tradisional


Pada asesmen tradidional siswa diberi sejumlah pilihan (seperti a, b, c, d;
benar-salah) dan hanya mencari jawaban yang benar saja. Berbeda dengan
asesmen autentik yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan apa yang
dipahami baik pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi apapun yang
mereka miliki sehingga lebih aplikatif dan bermakna. Prinsip asesmen ini sangat
tepat digunakan dalam pembelajaraan yang menuntut siswa tidak sekedar
memahai pengetahuan tetapi diharapkan dpat memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari seperti halnya karakter pembelajaran Biologi.
Asesmen autentik mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan
ilmiah pada konteks riil bukan membuat/menyusun sesuatu yang baru dan tidak
dikenal siswa. Asesmen tradisional bersifat hafalan bukan membangun dan
mengaplikasikan konsep yang telah dimiliki siswa.

F. Manajemen Assesmen Autentik


Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip pelaksanaan penilaian yang
dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan
dalam penilaian sehingga keputusan yang diambil memiliki dasar yang objektif.
Penilaian secara autentik dalam pembelajaran dilakukan sebagai upaya
untuk mendapatkan dan memutuskan hasil belajar secara akurat. Hart (1994)
menyatakan asesmen autentik merupakan suatu penilaian yang dilakukan
melalui penyajian atau penampilan oleh siswa dalam bentuk pengerjaan tugas-
tugas atau berbagai aktivitas tertentu yang langsung mempunyai makna
pendidikan.
Menurut Corebima (2004) berbicara tentang asesmen autentik, sebenarnya
juga berbicara tentang asesmen non-autentik, karena “lawan” dari assesmen
autentik adalah asesmen non-autentik, karena sudut pandangnya memang
demikian. Oleh karena itu tidak tepat membayangkan lawan dari asesmen
autentik adalah asesmen yang menggunakan alat paper and pencil test; tidak
semua paper and pencil secara otomatis bersifat non-autentik. Demikian juga
dengan traditional test tidak serta merta menjadi alat ukur pada asesmen non-
autentik, sehingga traditional assessment tidak sekaligus tergolong asesmen
non-autentik.
asesmen autentik harus melibatkan siswa di dalam tugas-tugas autentik
yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Selain itu asesmen autentik
merupakan bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran di dalam kelas,
terintegrasi dalam setiap jenis pembelajaran yang digunakan guru

Materi 6

MENDESKRIPSIKAN KONSEP UTAMA TAHAPAN PELAKSANAAN TEKNIK DAN


MENGIDENTIFIKASI BENTUK INSTRUMEN RANA AFEKTIF

❖ Penilaian ranah afektif bisa diartikan sebagai penilaian terhadap sikap dan nilai yang
lebih sulit diukur daripada ranah lainnya. Penilaian ranah afektif tidak cocok jika diukur
dengan teknik tes karena aspek yang diukur terkait dengan sikap dan nilainilai. Teknik
penilaian yang cocok adalah dengan non tes, ada beberapa bentuk teknik penilaian
non tes yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian ranah afektif antara lain :
teknik observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, jurnal. Adapun skala minat, skala
sikap, wawancara, questioner.

Karakteristik Ranah Afektif Ada lima karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat,
konsep diri, nilai, dan moral.

• Sikap Sikap merupakan kecenderungan merespon secara konsisten tentang


menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Sikap bisa positif atau negatif.
Menurut Secord dan Beckmen yang menyatakan sikap adalah keteraturan
tertentu dalam hal perasaan, pemikiran dan tindakan seseorang terhadap suatu
aspek dilingkungan sekitarnya. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses
pembelajaran, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pndidikan dan lain-lain.
• Minat Menurut Getzel (1966-1998) minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek
khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan pencapaian.
Penilaian minat dapat digunakan untuk mengetahui minat peserta didik sehingga
mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran, mengetahui bakat dan minat
peserta didik yang sebenarnya, pertimbangan penjurusan dan pelayanan
individual peserta didik, menggambarkan keadan langsung dilapangan,
mengelompokan peserta didik yang memiliki minat sama.
• Konsep diri Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Konsep diri ini penting untuk
menentukan jenjang karir peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting
bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
• Nilai Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku
yang dianggap baik atau buruk. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai
dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Definisi lain tentang nilai
disampaikan oleh Tyler dimana nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang
dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Oleh
karena itu suatu pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan
menguatkan nilai yang bermakna.
• Moral Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan
orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya
menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain. Moral juga
sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan atas
perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi, moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang.

Tingkatan Ranah Afektif Ranah


afektif dibagi kedalam lima jenjang yaitu:
• Receiving or attending [menerima atau memperhatikan] Ialah kepekaan
seseorang dalam menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang
kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lainlain. Contohnya :
peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak
berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh
• Responding [menanggapi] Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Contohnya : peserta didik tumbuh
hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi, ajaran-
ajaran islam tentang kedisiplinan.
• Valuing [menilai=menghargai] Menilai atau menghargai artinya memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila suatu
kegiatan atau objek itu tidak dikerjakan, akan membawa kerugian atau
penyesalan. Contohnya : tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik
untuk berlaku disiplin, baik di sekola, maupun ditengah-tengah kehidupan
masyarakat.
• Organization [mengatur atau mengorganisasikan] Artinya mempertemukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang
membawa kepada perbaikan umum. Contohnya : peserta didik mndukung
penegak disiplin Nasional yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Soeharto
pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 1995. Mengatur atau
mengorganisasikan ini merupakan jnjang sikap atau nilai yang lebih tinggi lagi
ketimbang receiving, responding dan valuing.
• Characterization by a value or value complex [karakterisasi dengan suatu nilai
atau kompleks nilai] Yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Contohnya : siswa telah memiliki nilai kebulatan sikap wujudnya peserta didik
menjadikan perintah Allah SWT yang tertera dalam al-qur’an surat al- Ashr
sebagai peganangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan, disekola,
rumah maupun lingkungan masyarakat.

Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Afektif

• Observasi Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan


untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan
proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru
pada waktu mengajar, kegiatan diskusi kelas, partisipasi siswa dalam simulasi,
dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Lembar observasi yang
digunakan untuk mengamati sikap dapat berupa lembar observasi tertutup dan
lembar observasi terbuka.

No Nama Catatan Butir Tanda Tindak lanjut


waktu peserta prilaku sikap tangan
didik

Contoh lembar observasi tertutup:


Nama :
Kelas :
Semester:
Petunjuk: Berilah tanda centang () pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
Aspek pengamatan
Ya
Tidak
1. Berdoa sebelum melakukan aktivitas.
2. Beribadah tepat waktu.
3. Tidak menggangu teman yang beragama lain berdoa sesuai agamanya.
4. Menyelesaikan tugas tepat waktu.
5. Meminta maaf jika melakukan kesalahan.

Contoh lembar observasi terbuka:


Nama sekolah :
Kelas/ semester :
Tahun pelajaran:
Pembinaan :
Pembinaan 1:
Pembinaan 2:
Teruskan 1 :

• Penilaian antarteman Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian yang


dilakukan oleh seseorang peserta didik terhadapat peserta didik yang lain terkait
dengan sikap atau perilaku peserta didik yang dinilai. Sebagaimana penilaian diri, hasil
penilaian antar teman dapat digunakan sebagai data konfirmasi. Selain itu penilaian
antar teman juga dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa nilai seperti
kejujuran, tenggang rasa, dan saling menghargai. Instrumen penilaian antar teman
dapat berupa lembar penilaian diri yang berisi butir-butir pernyataan sikap positif yang
diharapkan dengan kolom YA dan TIDAK .
Contoh 1
Nama penilai
Nama teman yang dinilai
Kelas
Semester
Petunjuk : Berilah tanda centang () pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
Aspek pengamatan
Ya
Tidak
1. Teman saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas.
2. Teman saya beribadah tepat waktu.
3. Teman saya memberi salam pada saat awal dan akhir kegiatan.
4. Teman saya bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan yang Maha Esa.

• Penilaian diri Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri
menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
Contoh lembar penilaian diri
Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti! Berila tanda cek () sesuai
dengan kondisi dan kadaan kalian sehari-hari!

Nama peserta didik:


Kelas :
Materi pokok :
Tanggal :
Petunjuk : Berilah tanda centang () pada kolom TP (tidak pernah), KD (kadang-
kadang), SR (sering), atau SL (selalu) sesuai dengan keadaan teman kalian yang
sebenarnya.
No Pernyataan TP KD SR LS

1. Saya semakin yakin dngan keberadaan tuhan setelah mempelajari ilmu pengtahuan.
2. Saya berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu kegiatan.
3. Saya mengucapkan rasa syukur atas segala karunia tuhan.
4. Saya memberi salam sebelum dan sesudah mengungkapkan pendapat didepan
umum.
5. Saya mengungkapkan keagungan tuhan apabila melihat kebesarannya.

• Skala Minat Yaitu instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk menilai minat
peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu.
Menentukan indikator minat yang akan dinilai. Memilih skala yang akan
digunakan. Menuliskan instrumen. Mendiskusikan dengan teman sejawat
merevisi instrumen hasil diskusi tersebut.

• Skala
sikap Skala sikap adalah kecenderungan berprilaku pada seseorang. Sikap juga dapat
diartikan sebagai reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang pada dirinya.
Cara yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu disebut
dengan skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif),
menolak (negative).
• Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengummpulan dan pencatatan data, informasi,
dan pendapat yang dilakukan melalui pecakapan dan tanya jawab, baik langsung
maupun tidak langsung dengan sumber data. Sebagai teknik penilaian, wawancara
dapat digunakan untuk menilai proses maupun hasil pembelajaran. Menilai proses
pembelajaran misalnya menilai efektifitas penggunaan metode, media pembelajaran
maupun sisteem penilaian yang diterapkan oleh guru. Menilai hasil pembelajaran
misalnya menilai sikap, minat serta kebiasaan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran seperti kebiasaan melaksanakan sholat, bersikap jujur, adil, dan
menjauhi perilaku yang tidak baik.

Langkah-langkah wawancara:
Menentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. Menentukan aspek-aspek
yang akan diungkap dari wawancara tersebut. Menentukan bentuk pertanyaan
yang akan digunakan. Menyusun pertanyaan wawancara.
Contoh
Nama :
Kelas /semester:
Jenis kelamin :

NO Pernyataan guru Jawaban peserta didik Komentar/kesimpulan


• Quesioner
Quesioner disebut angket ialah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada peserta didik
untuk dijawabnya. Kelebihan kuesioner dari wawancara adalah sifatnya yang praktis,
hemat waktu, tenaga, dan biaya. Kelemaannya ialah jawabannya sering tidak objektif

Materi 7

MENGIDENTIFIKASI PETUNJUK PENSKORAN,PENULISAN SKOR PEROLEHAN


SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN
PENILAIAN RANA AFEKTIF

• Pemberian Skor Dan Sistem Penilaian Dalam Pembelajaran


Pemberian skor dan sistem penilaian merupakan proses yang penting dalam
pendidikan, terutama di indonesia, karna dari hasil pemberian skor dan sistem
penilaian itu akan terukur kompetensi, perilaku belajar, danhasil belajar peserta didik
dalam periode waktu tertentu sebagai dasar pertimbangan dan mengetahui kinerja
peserta didik. Artikel ini menjelaskan dengan gamblang dan terperinci mengenai
pemberian skor dan sistem penilaian dalam pendidikan.

Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan


informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai
dengan pengertian

tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang
sengaja

direncanakan untuk memperoleh informasi atau data. Berdasarkan data tersebut


kemudian dicoba

membuat suatu keputusan. Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan
ituharuslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang
direncanakan.Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh
mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai siwa.Dengan kata-kata yang berbeda
evaluasi pendidikan ialah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke
arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum. Dalam
dunia pendidikan pasti dilakukan suatu evaluasi, salah satunya dengan cara tes
dikumpulkan dan kemudian dilakukan penilaian dan pemberian skor. Dan dalam
makalah ini akan membahas sedikit tentang pemeberian skor dan penilaian.

• Teknik Pemberian Skor

Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes.


Penskoran

adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka. Angka-


angka hasil

penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan
tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka,
seperti angka
dengan rentangan 0 – 10, 0 – 100, 0 – 4, dan ada pula yang dengan huruf A, B, C, D,
dan E

(Ngalim Purwanto, 1994:70). Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan
bentuk soalsoal tes yang dipergunakan, apakah tes objektif atau tes essay, atau
dengan bentuk lain.

1) Pemberian skor untuk tes bentuk benar-salah

Dalam menentukan angka atau skor untuk tes bentuk benar-salah ini kita dapat

menggunakan 2 cara, yaitu: (1) Tanpa denda, dan (2) Dengan denda.

Tanpa denda adalah banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang

cocok dengan kunci. Sedangkan dnegan denda (karena diragukan ada unsur tebakan),
digunakan

2) Macam rumus berikut (Zainal Arifin, 2009:225-226).

Pertama, dengan rumus:

S=R-W

S = Score

R = Right

W = Wrong

Skor yang diperoleh siswa sebanyak jumlah soal yang benar dikurangi dengan jumlah

soal yang salah.

Kedua, dengan rumus:

S = T – 2WT

T = Total, artinya jumlah soal dalam tes

3) Pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat (short answer test)

Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk
kata atau kalimat pendek. Maka jawaban untuk tes tersebut tidak boleh berbentuk
kalimat-kalimat panjang, tetapi harus sesingkat mungkin dan mengandung satu
pengertian. Dengan persyaratan
inilah maka bentuk tes ini dpaat digolongkan ke dalam bentuk tes objektif.Dengan
mengingat jawaban yang hanya satu pengertian saja. Maka angka bagi tiap nomor soal
mudah ditebak. usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit daripada
tes bentuk betul-salah atau pilihan ganda. Dalam tes bentuk ini, sebaiknya tiap soal
diberi angka 2 (dua). Tetapi apabila jawabannya bervariasi misalnya lengkap sekali,
lengkap, dan kurang lengkap, maka angkanya dapat dibuat bervariasi pula misalnya 2,
1,5, dan 1 4) Pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching)Pada dasarnya
tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda, dimana jawabanjawaban
dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-pertanyaannya. Karena tes bentuk
menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks. Maka angka yang
diberikan sebagai imbalan juga harus lebih banyak. Sebagai ancar-ancar dapat
ditentukan bahwa angka untuk tiap nomor adalah 2 (dua).5) Pemberian skor untuk tes
bentuk uraian Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih
dahulu pokokpokok jawaban yang kita kehendaki. Dengan demikian, maka akan
mempermudah kita dalam mengoreksi tes itu. Tidak ada jawaban yang pasti terhadap
tes bentuk uraian ini. Jawaban yang kita peroleh akan sangat beraneka ragam, beda
antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.

Langkah-langkah pemberian skornya adalah:

a) Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk memperoleh gambaran mengenai
lengkap

tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.

b) Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. Misalnya jika jawabannya lengkap
diberi

angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, begitu seterusnya.

c) Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya.

d) Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes


bentuk

uraian.

6) Pemberian skor untuk tes bentuk tugas Tolak ukur yang digunakan sebagai ukuran

keberhasilan tugas adalah:

a) Ketepatan waktu
b) Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandkan keseriusan dalam mengerjakan
tugas.

c) Sistematika yang menunjukkan alur keruntutan pikiran.

d) Kelengkapan isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan isi.

e) Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan
oleh guru.

7) Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor

Dalam domain psikomotor, pada umumnya yang diukur adalah penampilan atau
kinerja.

Untuk mengukurnya, guru dapat menggunakan tes tindakan melalui simulasi, unjuk
kerja atau

tes identifikasi. Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah skala penilaian
yang

terentang dari Sangat Baik(5), Baik(4), Cukup(3), Kurang Baik(2), sampai dengan Tidak
Baik(1)

8) Cara Memberi Skor Skala Sikap (Afektif)

Untuk mengukur sikap dan minat belajar siswa, guru dapat menggunakan alat penilaian

model skala, seperti sikap dan skala minat. Skala sikap dapat menggunakan lima
skala, yaitu;

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju

(STS). Skala yang digunakan 5,4,3,2,1 (untuk pernyataan positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk

pernyataan negative). Begitupun dengan skala minat, guru dapat menggunakan lima
skala,

seperti Sangat Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang Berminat (KB),
dan Tidak

Berminat (TB).

• PENILAIAN RANAH AFEKTIF DALAM BENTUK PENILAIAN SKALA


SIKAP UNTUK MENILAI HASIL BELAJAR

Aspek penilaian pada umumnya meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Secara eksplisit, ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam Ranah afektif mencakup penilaian watak perilaku seperti sikap, minat, konsep
diri, nilai, dan moral. Sikap merupakan konsep psikologi yang kompleks sebagai
kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap suatu objek, orang, atau masalah tertentu.
Penilaian skala sikap pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada
ranah afektif. Penilaian ranah afektif dalam bentuk penilaian skala sikap peserta didik
perlu dikembangkan untuk mengetahui perubahan sikap peserta didik pada
pembelajaran tersebut. Cara mengukur sikap peserta didik tersebut menggunakan
instrumen dalam bentuk non tes yaitu berupa angket skala sikap berdasarkan skala
Likert yang terdiri dari 22 butir pertanyaan dengan jawaban pertanyaan antara lain:
Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (K), Jarang (JR), Tidak Pernah (JTP) yang
didasarkan pada kisi-

kisi instrumen skala sikap dalam bentuk checklist. Teknik dan instrumen penilaian yang
digunakan dalam Kurikulum 2013 mencakup penilaian kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Harapan penilaian ranah afektif bentuk skala sikap ini dapat
menunjang keberhasilan peserta didik serta mengetahui apakah kegagalan dalam
proses belajar mengajar berasal dari faktor akademik atau faktor afektif.

Dalam Permendikbud no. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian menjelaskan


bahwa teknik dan instrumen penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013
mencakup penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti
bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik
yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap),kognitif (pengetahuan), dan
psikomotorik (keterampilan).Penilaian ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan
berpikir yang meliputi kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensistesis, dan mengevaluasi. Penilaian ranah psikomotorik meliputi keterampilan
yang berkaitan dengan gerak atau otot seperti menulis, berbicara, dan sebagainya.
Sedangkan penilaian ranah afektifn berhubungan dengan minat dan sikap seperti jujur,
disiplin, percaya diri, dan sebagainya. Secara eksplisit, ketiga ranah tersebut tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih
ditekankan pada kemampuan aspek kognitif. Padahal semua kemampuan pada ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik harus seimbang untuk mencapai tujuan
pembelajaran.Penilaian ranah afektif merupakan hal yang penting karena penilaian
ranah afektif harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun Popham (1995)
dalam Djemari Mardapi (2004) mengemukakan bahwa ranah afektif menentukan
keberhasilan seseorang. Sehingga, pembelajaran perlu memperhatikan pelaksanaan
penilaian ranah afektif. Satuan pendidikan perlu merancang dan mengembangkan
penilaian ranah afektif yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai optimal.

Materi 9

MENDESKRIPSIKAN KONSEP DAN CAKUPAN UTAMA RENAH KONGNTIF

KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN

Pendahuluan

Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua
tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan
bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai
tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (1974) mengemukakan bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru
yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai
hasil belajar siswa. Dalam buku yang disusun oleh Tim PPPG (Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru) dikemukakan 10 kompetensi mengajar yaitu:

1. Kemampuan menguasai landasan kependidikan,


2. Kemampuan menguasai bahan ajaran,

3. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar,

4. Kemampuan mengelola kelas,

5. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar,

6. Kemampuan menilai hasil belajar,

7. Kemampuan mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.

8. Kemampuan menyelenggarakan Administrasi Pendidikan,

9. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar, dan

10. Kemampuan menafsirkan hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran.

Sejalan dengan kompetensi yang diuraikan tersebut Stanford University


mengembangkan kemampuan mengajar yang dikenal dengan STCAG (Stanford
Teacher Competence Appraisal Guide). Kemampuan mengajar tersebut
digolongkan ke dalam empat kelompok yang meliputi: (1) kelompok kemampuan
merencanakan pengajaran, (2) kelompok kemampuan penampilan mengajar,(3)
kemampuan mengevaluasi hasil belajar, dan (4) kemampuan profesionalitas dan
kemasyarakatan. Demikian juga dalam Instrumen Penilaian Kemampuan Guru
(IPKG) disebutkan 5 kemampuan pokok guru yaitu kemampuan untuk: (1)
merumuskan indikator keberhasilan belajar, (2) memilih dan mengorganisasikan
materi, (3) memilih sumber belajar, (4) memilih mengajar dan (5) melakukan
penilaian. Masih banyak lagi model yang menggambarkan kemampuan dasar
mengajar ini, namun demikian nampak dengan jelas bahwa pada semua profil
kemampuan tersebut selalu mencantumkan dan mempersyaratkan kemampuan
tenaga pengajar untuk mengevaluasi hasil belajar, sebab kemampuan mengevaluasi
hasil belajar memang merupakan kemampuan dasar yang mutlak dimiliki oleh tenaga
pengajar.

Mengingat begitu pentingnya penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam


mengevaluasi kegiatan dan hasil belajar, maka dalam buku ini secara berurutan
akan dibahas prinsip-prinsip dasar serta langkah-langkah untuk mengantarkan para
pendidik mendalami pengetahuan dan pedoman tentang bagaimana cara
mempersiapkan dan melaksanakan evaluasi hasil belajar yang baik.Pada bagian
pertama ini akan dibahas secara umum hal-hal yang berkenaan dengan prinsip dasar
asesmen proses dan hasil belajar, yang meliputi: (1) pengertian asesmen hasil
belajar, (2) tujuan dilakukannya asesmen, (3) dan pelaksanaan asesmen hasil
belajar. Setelah membaca dan membahas uraian tersebut mahasiswa diharapkan
dapat mencapai indikator-indikator keberhasilan yaitu dapat:

1. menjelaskan manfaat mempelajari evaluasi bagi guru;

2. menjelaskan dengan contoh pengertian pengukuran, penilaian dan tes dalam


konteks asesmen;

3. menjelaskan prinsip-prinsip asesmen;

4. menjelaskan ruang lingkup asesmen;

5. menjelaskan jenis asesmen; dan

6. menjelaskan teknik asesmen pembelajaran.

Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Tes

Proses pembelajaran di kelas diawali dengan merancang kegiatan


pembelajaran. Salah satu aspek yang harus ada dalam perencanaan tersebut
adalah tujuan pengajaran sebagai target yang diharapkan dari proses belajar
mengajar dan cara bagaimana tujuan dan proses belajar mengajar tersebut dapat
dicapai dengan efektif.Kemudian berdasarkan rencana dan tujuan yang telah
ditetapkan dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran
selalu muncul pertanyaan, apakah kegiatan pengajaran telah sesuai dengan tujuan,
apakah siswa telah dapat menguasai materi yang disampaikan, dan apakah proses
pembelajaran telah mampu membelajarkan siswa secara efektif dan efisien. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan asesmen pembelajaran. Asesmen
pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran,
sehingga kegiatan asesmen harus dilakukan pengajar sepanjang rentang waktu

Pengertian Asesmen Pembelajaran

Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan


informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan
keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program
pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Keputusan
tentang siswa ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran di kelas,
bagaimana guru menempatkan siswa pada program- program pembelajaran yang
berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan saran untuk studi
lanjut.Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah termasuk pengambilan
keputusan tentang efektifitas program dan langkah-langkah untuk meningkatkan
kemampuan siswa dengan pengajaran remidi (remidial teaching). Keputusan untuk
kebijakan pendidikan meliputi; untuk memperoleh data karakteristik peserta didik
dengan aturan tertentu

Pengukuran

Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang
dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau
benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan
pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter, kilogram, liter dan
sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depa,
jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran guru juga
melakukan pengukuran terhadap proses dan hasil belajar yang hasilnya berupa
angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut.

Evaluasi

➢ Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil


pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut
dengankriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil
pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau
dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat
berupa proses/kemampuan minimal yang dipersyaratkan, atau batas
keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok
dan berbagai patokan yang lain.

➢ Tes

Adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang
harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan
tujuan pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tes
merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam asesmen pembelajaran
disamping alat ukur yang lain.

Dalam melaksanakan proses asesmen pembelajaran, guru selalu berhadapan


dengan konsep-konsep evaluasi, pengukuran, dan tes yang dalam penerapannya
sering dilakukan secara simultan. Sebab itu, dalam praktik ketiganya sering tidak
dirasakan pemisahannya, karena melakukan asesmen berarti telah pula melakukan
ketiganya. Waktu melaksanakan asesmen guru pasti telah menciptakan alat ukur
berupa tes maupun nontes seperti soal-soal ujian, observasi proses pembelajaran
dan sebagainya. Melakukan pengukuran, yaitu mengukur atau memberi angka
terhadap proses pembelajaran ataupun pekerjaan siswa sebagai hasil belajar yang
merupakan cerminan tingkat penguasaan terhadap materi yang dipersyaratkan,
kemudian membandingkan angka tersebut dengan kriteria tertentu yang berupa
batas penguasaan minimum ataupun berupa kemampuan umum kelompok, sehingga
munculah nilai yang mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Akhirnya
diambillah keputusan oleh guru tentang kualitas proses dan hasil belajar.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa asesmen pembelajaran bermanfaat untuk:

(1) memberi penjelasan secara lengkap tentang target pembelajaran yang dapat
dijelaskan; sebelum pendidik melakukan asesmen terhadap siswanya terlebih dulu
harus mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa, informasi yang dibutuhkan
tentang pengetahuan, keterampilan, dan performa siswa. Pengetahuan, keterampilan
dan performa siswa yang dibutuhkan dalam pembelajaran disebut dengan target atau
hasil pembelajaran;

(2) memilih teknik asesmen untuk kebutuhan masing-masing siswa, bila mungkin
guru dapat menggunakan beberapa indikator keberhasilan untuk setiap taget
pembelajaran; masing masing target pembelajaran memerlukan pemilihan teknik
asesmen yang berbeda, misalnya untuk dapat melakukan asesmen kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah dalam matematika tentu akan sangat berbeda
dengan kemampuan membaca atau mendengarkan, dan berbeda pula untuk
pemecahan masalah IPS yang memerlukan diskusi;

(3) memilih teknik asesmen untuk setiap target pembelajaran, pemilihan teknik
asesmen harus didasarkan pada kebutuhan praktis di lapangan dan efisiensi. Teknik
asesmen ini harus dapat mengungkapkan kemampuan khusus serta untuk
mengembangkan kemampuan siswa, sehingga ketika memilih teknik asesmen harus
pula dipertimbangkan manfaatnya untuk umpan balik bagi siswa. Sebab itu, ketika
melakukan interpretasi dari hasil asesmen haruslah dengan cermat, dengan
menghindari berbagai keterbatasan yang bersumber dari subyektifitas pelaksana
asesmen.

Dengan berlandaskan pada uraian di atas, Anda dapat membuat suatu pemahaman
yang lebih pasti tentang asesmen pembelajaran yaitu:

1) Asesmen merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, sehingga tujuan


asesmen harus sejalan dengan tujuan pembelajaran; sebagai upaya utuk
mengumpulkan berbagai informasi dengan berbagai teknik; sebagai bahan
pertimbangan penentuan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran; oleh
karenanya asesmen hendaknya dilakukan dengan perencanaan yang cermat.

2) Asesmen harus didasarkan pada tujuan pembelajaran secara utuh dan memiliki
kepastian kriteria keberhasilan, baik kriteria dari keberhasilan proses belajar yang
dilakukan siswa, ataupun kriteria keberhasilan dari kegiatan mengajar yang dilakukan
oleh pendidik, serta keberhasilan program pembelajaran secara keseluruhan.

3) Untuk memperoleh hasil asesmen yang maksimal yang dapat menggambarkan


proses dan hasil yang sesungguhnya, asesmen dilakukan sepanjang
kegiatanpengajaran ditujukan untuk memotivasi dan mengembangkan kegiatan
belajar anak, kemampuan mengajar guru dan untuk kepentingan penyempurnaan
program pengajaran.

4) Terkait dengan evaluasi, asesmen pada dasarnya merupakan alat (the means)
dan bukan merupakan tujuan (the end), sehingga asesmen merupakan sarana yang
digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah siswa telah mencapai
hasil belajar yang diharapkan serta untuk mengetahui apakah proses pembelajaran
telah sesuai dengan tujuan atau masih memerlukan pengembangan dan perbaikan.

Dalam pelaksanaannya, asesmen pembelajaran merupakan kegiatan yang berkaitan


dengan mengukur dan menilai aspek psikis yang berupa proses dan hasil belajar
yang bersifat abstrak, karena itu asesmen hendaknya dilakukan dengan cermat dan
penuh perhitungan termasuk memperhatikan berbagai keterbatasan sebagai berikut.

a. Untuk pengukuran suatu konstruk, khususnya konstruk psikologis yang bersifat


abstrak tidak ada pendekatan tunggal yang dapat diberlakukan dan diterima secara
universal, termasuk dalam kegiatan asesmen yang bertujuan untuk mengukur proses
pembelajaran dan pemahaman siswa terhadap seperangkat materi yang
dipersyaratkan, maka dalam pelaksanaannya harus digunakan bermacam
pendekatan untuk tujuan yang berbeda-beda dan dilakukan dalam berbagai
kesempatan sepanjang rentang waktu berlangsungnya proses

pembelajaran.

b. Pengukuran aspek psikologis termasuk pengukuran proses dan hasil pembelajaran


pada umumnya dikembangkan berdasar atas sampel tingkah laku yang terbatas,
sehingga untuk dapat menjadi sumber informasi yang akurat, asesmen dilakukan
dengan perencanaan yang matang dan dilakukan dengan cermat, dengan
memperhatikan perolehan sampel yang memadai dari domain tingkah laku dalam
pengembangan prosedur dan alat ukur yang baik.

c. Perlu dipahami bahwa hasil pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam asesmen
proses dan hasil belajar mengandung kekeliruan. Angka yang diperoleh sebagai hasil
pengukuran (dengan menggunakan tes ataupun nontes) berupa: Thrue score + Error,
untuk itu kegiatan pengukuran dalam prosedur asesmen yang baik harus
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kekeliruan (error).
Kesalahan dalam proses asesmen dapat bersumber dari alat ukur, dari gejala yang
diukur, maupun interpretasi terhadap hasil pengukuran tersebut.

d. Pendefinisian suatu satuan yang menyangkut kualitas/kemampuan psikologis


pada skala pengukuran merupakan masalah yang cukup pelik, mengingat bahwa
kenyataan hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhadap
materi, sedang dalam pelaksanaan tes pengukuran hasil belajar, pengajar diharuskan
memberikan kuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu gejala yang
bersifat abstrak.

e. Konstruk psikologis termasuk proses dan hasil pembelajaran tidak dapat


didifinisikan secara tunggal atau berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan
konstruk yang lain. Dengan demikian dalam pelaksanaan evaluasi diperlukan adanya
kesungguhan dan kecermatan yang tinggi, sehingga berbagai keterbatasan-
keterbatasan tersebut dapat dikurangi.

Latihan

Setelah menelaah konsep-konsep di atas cobalah melakukan analisis kekurangan


dan kelebihan dari kegiatan asesmen yang sudah Anda lakukan selama ini!
Fungsi, Tujuan, Dan Prinsip Asesmen

✓ Implikasi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan pada penilaian adalah perlunya
penyesuaianterhadap model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas.
Penilaian kelas terdiri atas penilaian eksternal dan internal. Penilaian ekternal
merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan
proses pembelajaran, yaitu suatu lembaga independen, yang di antaranya
mempunyai tujuan sebagai pengendali mutu. Adapun penilaian internal adalah
penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pengajar pada saat proses
pembelajaran berlangsung.

Pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi dasar mencakup beberapa


hal, yaitu:

(1) standar kompetensi, adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam
setiap mata pelajaran yang memiliki implikasi yang sangat signifikan dalam
perencanaan, metodologi dan pengelolaan penilaian,

(2) kompetensi dasar, adalah kemampuan minimal dalam rangka mata pelajaran
yang harus dimiliki lulusan;

(3) rencana penilaian, jadwal kegiatan penilaian dalam satu semester


dikembangkan bersamaan dengan pengembangan silabus;

(4) proses penilaian, pemilihan dan pengembangan teknik penilaian, sistem


pencatatan dan pengelolaan

proses; dan

(5) proses implementasi menggunakan berbagai teknik penilaian.

Berdasarkan Pedoman Penilaian Kelas Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah


Ibtidaiyah yang dikeluarkan oleh Balitbang Depdiknas (2006), dinyatakan bahwa
salah satu penilaian internal yang disyaratkan adalah penilaian kelas. Penilaian kelas
merupakan bagian dari penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap
penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh pendidik, dan bertujuan untuk menilai
tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang dilaksanakan pada saat
pembelajaran berlangsung dan akhir pembelajaran. Penilaian hasil belajar ini
dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar
peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan
secara berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada
guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran. Pada
bagian ini secara berturut-turut akan dibahas tentang pengertian, fungsi, tujuan dan
prinsip penilaian berbasis kelas

Penilaian Kelas

Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang terkait
dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar
peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk kepentingan itu
dilakukan pengumpulan data sebagai informasi akurat untuk pengambilan
keputusan.

Pengumpulan data dengan prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan
kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai yang dalam subunit terdahulu kita
sebut dengan asesmen. Dari proses

dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Pembandingan semacam ini disebut


dengan penilaian Dalam asesmen berbasis kelas, pengumpulan data sebagai
informasi kemajuan belajar baik formal maupun informal harus selalu dilaksanakan
dalam suasana yang menyenangkan, hal ini memungkinkan adanya kesempatan
yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang dipahami dan mampu
dikerjakannya.

a. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan dengan hasil
belajar siswa lain ataupun prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau
kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan kompetensi yang dipersyaratkan,
sehingga dengan demikian siswa tidak terdiskriminasi dalam klasifikasi lulus atau
tidak lulus, pintar atau bodoh, bisa masuk.

b. Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan dengan
menggunakan variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga gambaran
kemampuan siswa dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret secara akurat.

c. Dalam pelaksanaannya siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia,
tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk
mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah yang
dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan
yang dimilik

d. Proses pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya kemajuan


belajar yang dicapai siswa dan perlu tidaknya siswa diberikan bantuan secara
terencana, bertahap, dan berkesinambungan, sehingga dengan demikian siswa diberi
kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya, dengan pemberian bantuan dan
bimbingan yang sesuai.

e. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM) tetapi


dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses). Hasil kerja
atau karya siswa yang berbentuk 2 dimensi yang dapat dikumpulkan dalam portofolio
dan yang berbentuk 3 dimensi (produk) terutama dihasilkan melalui PBM. Karya
tersebut dapat juga bersumber atau berasal dari berbagai kegiatan ekstrakurikuler,
kegiatan sekolah, kegiatan OSIS, kegiatan lomba antar sekolah, bahkan kegiatan
hobi pribadi. Dengan demikian, penilaian kelas mengurangi dikhotomi antara PBM
dan kegiatan penilaian serta antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler
dan ekstrakurikuler.

f. Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas, dikompromikan antara guru dengan
para siswa sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan demikian siswa mengetahui
kriteria yang akan digunakan dalam penilaian, agar berusaha mencapai harapan
(expectations) (standar yang dituntut) guru, dan mendorong siswa untuk
mengarahkan karya-karya nya sesuai dengan kriteria yang telah disepakati.

1. Tujuan Asesmen Berbasis kelas

Pertanyaan yang kemudian muncul untuk Anda adalah apakah Anda tahu secara
persis apakah sebenarnya tujuan dari penilaian kelas. Secara rinci tujuan tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang
dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.

b. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga akan bisa langsung
memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi menunda
atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.

c. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus menerus dapat
melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik,
sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik
sehingga secara tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu pengayaan dan
siswa yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan.

d. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus
menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi Anda untuk
memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan,
sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa.

e. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat Anda jadikan sebagai landasan


untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan
pada materi tertentu dan pada mata pelajaran tertentu, yang sudah barang tentu
akan berbeda. Anda sebagai pendidik yang tahu persis pertimbangan pemilihannya

f. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan
komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester
atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan komite harus dijalin dan
dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan 1

2. Fungsi Asesmen Berbasis kelas

Kita semua telah tahu bahwa tugas pendidik adalah mendesain materi dan situasi di
kelas agar siswa dapat belajar untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
Setelah Anda mempelajari apa keunggulan dan tujuan dari asesmen khusunya
asesmen berbasis kelas, maka perlu pula diketahui fungsi dari penilaian kelas
tersebut. Secara rinci fungsi dari penilaian kelas dapat dijelaskan sebagai berikut
(Diknas, 2006)

a. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi maupun


kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan sejauhmana
seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.

b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan pelaksanaan


evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami
dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan, dalam hal ini terkait
erat dengan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing.

c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah satu
fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar dan
kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat
diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang siswa perlu
mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.

d. Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk
dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapat
digunakan sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran
berikutnya, guna peningkatan capaian hasil belajar siswa .

e. Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik dan semua
stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran kemajuan
perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.

1. Prinsip-prinsip Asesmen Berbasis kelas

Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen berbasis
kelas adalah patokan yang harus dipedomani ketika Anda sebagai guru melakukan
asesmen hasil dan proses belajar. Terdapat ada enam prinsip dasar asesmen hasil
belajar yang harus dipedomani (Depdiknas, 2004 dan 2006) yaitu:

a. Prinsip Validitas

Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam melakukan penilaian


harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan
sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang
sesuai untuk mengukur kompetensi”.

Sebagai contoh:

Kompetensi Alat Penilaian

A : Kemampuan siswa berbicara untuk menceritakan dirinya dan


keluarganya (dalam tema: Aku dan Keluargaku) X : Wawancara, observasi
tes performa

B : Kemampuan
menggunakan mikroskop Y
: Tes perbuatan (performa),
observasi

Jika guru menilai kompetensi A dan alat penilaian yang digunakan adalah X,
penilaian ini valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X,
dalam kenyataan yang dinilai bukan kompetensi A tetapi B, penilaian ini tidak valid.
Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X, dalam kenyataan
yang dipakai justru alat penilaian Y, penilaian ini tidak valid.

b. Prinsip Reliabilitas

Pengertian Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian.


Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang reliable, menjamin
konsistensi, dan keterpercayaan. Misal, dalam menilai unjuk kerja, penilaian akan
reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila unjuk kerja itu dilakukan
lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin reliabilitas petunjuk
pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas.

Contoh yang lain adalah dalam menguji kompetensi siswa dalam melakukan
eksperimen di laboratorium. Sepuluh siswa melakukan eksperimen dan
masingmasing menulis laporannya. Penilaian ini reliable jika guru dapat
membandingkan taraf penguasaan 10 siswa itu dengan kompetensi eksperimen yang
dituntut dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang
sama mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan
hasilnya ternyata sama. Kondisi yang sama misalnya:

1) tidak ada siswa yang sakit

2) penerangan/pencahayaan dalam laboratorium sama

3) suhu udara dalam lab sama

4) alat yang digunakan sama

Penilaian tersebut tidak reliable jika ada kondisi yang berubah, misalnya ada 3siswa
yang sakit tetapi dipaksa melakukan eksperimen yang sama, dan ternyata hasilnya
berbeda.

c. Terfokus pada kompetensi

Telah Anda pahami bahwa konsekuensi perubahan kurikulum juga akan menuntut
perubahan dalam sistem penilaiannya. Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Untuk bisa mencapai
itu penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, dimana penilaian dilakukan
secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran
pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu

tertentu.

d. Prinsip Komprehensif

Dalam proses pembelajaran, Anda sebagai pendidik pasti telah menyusun rencana
pembelajaran yang secara jelas menggambarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa serta indikator yang menggambarkan
keberhasilannya. Untuk itu penilaian yang dilakukan harus menyeluruh mencakup
seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan
beragam cara dan alat untuk menilai beragam

kompetensi atau kemampuan siswa sehingga tergambar profil kemampuan siswa.

e. Prinsip Objektivitas

Obyektif dalam konteks penilaian di kelas adalah bahwa proses penilaian yang
dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari
penilai. Dalam implementasinya penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Dalam
hal tersebut, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan
bahasa yang dapat dipahami siswa, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam
pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor).

f. Prinsip Mendidik

Prinsip ini sangat perlu Anda pahami bahwa penilaian dilakukan bukan untuk
mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa, tetapi untuk
mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi
masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi).
Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran kemampuan siswa,
bukan gambaran ketidakmampuannya. Jadi, penilaian yang mendidik artinya proses
penilaian hasil belajar harus mampu memberikan sumbangan positif pada
peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik, dimana hasil penilaian harus
dapat memberikan umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat
belajar. Pada akhirnya Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk
memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas
belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Dalam asesmen berbasis kelas untuk pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi


serta implementasi dari standar penilaian dari BSNP perlu ditambahkan pedoman
penilaian pada setiap kelompok mata pelajaran yang secara rinci dirumuskan sebagai
berikut (Depdiknas, 2006):

a. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:

• Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan


afeksi dan kepribadian peserta didik.

• Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif siswa.

b. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik materi yang dinilai.

c. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui


pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan
afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.

d. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan


kesehatan dilakukan melalui:

• Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan


psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan • Ulangan, dan/atau penugasan untuk
mengukur aspek kognitif peserta didik.

Rangkuman

Materi subunit ini bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan dilaksanakan untuk
itu beberapa langkah yang dapat Anda pahami dan lakukan adalah:

1. Lakukan tes/ulangan sebagai alat bantu mengajar.

2. Tetapkan kompetensi dasar dan indikator pencapaiannya.

3. Tumbuhkan sikap positif dari murid.

4. Buat kalendar jadwal ulangan disertai: a) pengumuman tanggal ulangan/tes


walaupun setiap murid telah memiliki kalendar jadwal ulangan, karena siswa
membutuhkan waktu luang yang cukup banyak untuk belajar, b) tentukan lingkup
topik yang akan di uji dan informasikan kepada murid format ulangan dan garis besar
topik yang akan ditanyakan, c) bantu murid untuk menyusun jadwal belajar mereka.
Rencanakan bersama jawal belajar harian di rumah dengan para murid, kemudian
minta mereka untuk menyalinnya di buku tugas mereka. Dengan cara ini maka
keahlian murid dalam belajar akan meningkat sekaligus sebagai panduan bagi
orangtua dalam membantu anak mereka belajar.

5. Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya:

a. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.

b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai


cermin diri.

c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk


menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.

d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.

e. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam


pengamatan kegiatan belajar peserta didik.

f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas dapat
dilakukan dengan cara penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis,
penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

g. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.

Tes Formatif 2

Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman
Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1.
Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!

1. Jelaskan dengan contoh pengalaman saudara tentang tujuan asesmen berbasis


kelas!

2. Jelaskan fungsi dari asesmen berbasis kelas!

3. Jelaskan prinsip-prinsip yang harus dipedomani dalam pelaksanaan asesmen


berbasis kelas!

4. Jelaskan disertai contoh apa yang harus dilakukan pendidik untuk menjamin bahwa
penilaian yang dilakukannya obyektif!

5. Bagaimanakah penilaian yang harus dilakukan pada setiap kelompok mata


pelajaran!

Cakupan, Jenis dan Teknik Asesmen Pembelajaran

Pengantar

Setelah memahami pengertian, tujuan maupun fungsi dari asesmen, maka


selanjutnya Anda perlu mencermati ruang lingkup, jenis dan teknik asesmen
pembelajaran. Penilaian hasil belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek
pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, sebab siswa yang
memiliki kemampuan kognitif baik saat diuji , misalnya dengan paper-and-pencitest
belum tentu dapat menerapkan dengan baik pengetahuannya dalam mengatasi
permasalahan kehidupan (Green, 1975). Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan
tujuan yang ingin dicapai k. Anda perlu pula mempelajari jenis dan teknik asesmen
ketiga ranah hasil belajar tersebut . Semua itu akan terjawab dengan membaca
Uraian pada subunit 3 ini.

1. Cakupan Ranah Asesmen

Cakupan asesmen terkait dengan ranah hasil belajar dalam konteks Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan. Hal ini merupakan penjabaran
dari stándar isi dan stándar kompetensi lulusan. Di dalamnya memuat kompetensi
secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
karakteristik masing-masing mata pelajaran. Muatan dari stándar isi pendidikan
adalah stándar kompetensi dan kompetensi dasar. Satu stándar kompetensi terdiri
dari beberapa kompetensi dasar dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam
indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan
oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah/daerah masing-
masing. Indikator-indikator yang dikembangkan tersebut merupakan acuan yang
digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar bersangkutan. Teknik
penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar
kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup
kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian,
hal ini karena memuat domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Ranah Kognitif

Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang tempat


utama, terutama dalam tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan SMU. Aspek kognitif
dibedakan atas enam jenjang, yaitu aspek pengetahuan, pemahanan, penerapan,
analisis, sintesis dan penilaian.

1) Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat mengenali


atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat
menggunakannya. Kata-kata operasional yang digunakan, yaitu: mendefinisikan,
mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan,
menyatakan dan mereproduksi.

2) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami atau


mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan
dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Kemampuan ini dijabarkan menjadi tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b)
menginterpretasikan, dan (c) mengekstrapolasi. Kata-kata operasional yang
digunakan antara lain: memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyimpulkan,
membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.

3) Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan


menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip- prinsip,
serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata-kata operasional yang
digunakan antara lain: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan,
memanipulasikan, menghubungkan,

menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan.


4) Analisis (analysis adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang untuk
dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau
komponen pembentuknya. Kemampuan analisis diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, yaitu; (a) analisis unsur, (b) analisis hubungan, (c) analisis prinsip-prinsip
yang terorganisasi. Kata-kata operasional yang umumnya digunakan antara lain:
memperinci, mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan, memilih, dan
memisahkan.

5) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan


sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang
diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme. Kata operasional yang
digunakan terdiri dari: mengkatagorikan, memodifikasikan, merekonstruksikan,
mengorganisasikan, menyusun, membuat design, menciptakan, menuliskan, dan
menceritakan.

6) Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat menilai
suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga
siswa mampu mengembangkan kriteria, standar atau ukuran untuk mengevaluasi
sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat digunakan antara lain: menafsirkan,
menentukan, menduga, mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik.

b. Ranah Afektif

Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke
arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang
diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari
dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang
kemampuan dalam ranah afektif yaitu:

1) Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi fenomena atau


rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk
menerima dan memperhatikan. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain:
menanyakan, memilih, mendeskripsikan, memberikan, mengikuti, menyebutkan.

2) Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi
juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk
menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata-kata operasional yang
digunakan antara lain: menjawab, membantu, melakukan, membaca, melaporkan,
mendiskusikan, dan menceritakan.

3) Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena atau
tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata-kata operasional yang
digunakan antara lain; melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan,
mengambil bagian, memilih, dan mengikuti.

4) Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilainilai


yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai.
Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, mengatur,
menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, dan
memodifikasikan.

c. Ranah Psikomotor
Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-
kurangnya 30 menit. Kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada
aktualisasi kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi:

1) Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat,


menggerakkan, dan menampilkan.

2) Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun, membersihkan,


menggeser, memindahkan, dan membentuk.

3) Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan,


menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan.
(Poerwanti E., 2001) Evaluasi terhadap ranah-ranah yang dikemukakan Bloom
melalui prosedur tes memiliki beberapa kelebihan, disamping juga memiliki banyak
kekurangan, seperti;

(1) setiap soal yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai jawaban
tunggal, (2) tes hanya berfokus pada skor akhir dan tidak terfokus pada bagaimana
siswa memperoleh jawaban, (3) tes mengendalikan pembelajaran di kelas, (4) tes
kurang mampu mengungkapkan bagaimana siswa berpikir, (5) kadang-kadang tes
tidak mampu menggambarkan prestasi sebenarnya dari siswa, dan (6) tes tidak
mampu mengukur semua aspek belajar.

Apabila dikaji kembali, hafalan merupakan kemampuan seseorang dalam tingkatan


yang paling rendah dalam taksonomi Bloom. Orin A. dan David R. (2001),
menyatakan, dalam taksonomi Bloom kemampuan seseorang diklasifikasikan
menjadi tingkat tinggi dan tingkat rendah. Tingkat rendah terdiri dari; pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi, sedang kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis,
sintesis, evaluasi, dan kreativitas. Johnson dan Harris (2002) mengemukakan,
berpikir tingkat tinggi terdiri dari berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif
adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, merubah, atau
mengulang-ngulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Adapun kemampuan

berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu


dan mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Lemahnya
keterampilan siswa dalam berpikir bahkan hanya terampil dalam menghafal tidak
terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi akhir siswa yang hanya
mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui tes tertulis (paper and pencil
test). Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan
kesempatan untuk mengembangkan dan tidak diarahkan maka kemampuannya tidak
dapat berkembang.

Berkaitan dengan kegiatan asesmen, perlu dipahami implikasi dari penerapan


standar kompetensi pada proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang
bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu dalam
menerapkan standar kompetensi harus dikembangkan penilaian berkelanjutan
(continous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan
kompetensi. Guru diberi kebebasan merancang pembelajarannya dan melakukan
penilaian (assesment) terhadap prestasi siswa termasuk di dalamnya merancang
sistem pengujiannya. Permasalahan ini akan dibahas tersendiri pada Unit 5. Paparan
tersebut dapat dicermati dalam Tabel berikut yang menggambarkan pengertian dan
cakupan dari ranah asesmen (Depdiknas, 2004)
2.Asesmen sebagai dasar

Skor yang diperoleh sebagai hasil pengukuran hasil belajar dalam pelaksanaan
asesmen seringkali belum bisa memberikan makna secara optimal, sebelum
diberikan kualitas dengan membandingkan skor hasil pengukuran tersebut dengan
kriteria tertentu. Kriteria atau pendekatan dalam evaluasi hasil belajar dapat berupa
kriteria yang bersifat mutlak, kriteria relatif atau kriteria performance.

b. Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK)

Penilaian Acuan Patokan didasarkan pada kriteria baku/mutlak, yaitu kriteria yang
telah ditetapkan sebelum pelaksanaan ujian dengan menetapkan batas lulus atau
minimum passing level. Dengan pendekatan ini begitu koreksi dilakukan, pengajar
segera dapat mengambil keputusan lulus atau tidak lulus serta nilai diperoleh. Dalam
pendekatan kriteria dituntut penanganan yang lebih detail dan terencana sebelum
proses pengajaran berlangsung, pengajar harus telah mengkomunikasikan
cakupan materi pengajaran dan kriteria keberhasilan serta kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik yang tercermin dalam

tujuan pengajaran atau Indikator pencapaian.

d.Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR)

Penilaian Acuan Norma didasarkan pada kriteria relatif, yakni pada kemampuan
kelompok pada umumnya. Sehingga lulus dan tidaknya peserta uji yang ditunjukkan
dengan kategori nilai A, B, C bergerak dalam batas yang relatif. Pada prinsipnya
pendekatan norma menggunakan hukum yang ada pada kurva normal, yang dibentuk
dengan mengikutsertakan semua skor hasil pengukuran yang diperoleh. Penentuan
prestasi dan kedudukan siswa didasarkan pada Mean (rerata) dan Standard Deviasi
(simpangan baku) dari keseluruhan skor yang diperoleh sekelompok mahasiswa,
sehingga penilaian dan penetapan kriteria baru dapat ditetapkan setelah koreksi
selesai dilakukan.

e. Penilaian dengan Pendekatan Performa (Performance)

Pendekatan ini didasarkan pada performansi mahasiswa sebelumnya, sehingga lebih


diarahkan pada pembinaan kemajuan belajar dari waktu ke waktu, untuk itu sangat
diperlukan informasi tentang kemampuan awal siswa serta potensi dasar yang
dimiliki. Pendekatan ini sangat cocok untuk pelaksanaan pengajaran remedial atau
untuk latihan keterampilan tertentu dimana dalam kegiatan semacam ini kemajuan
anak dari waktu ke waktu sangat perlu untuk diikuti dan dipantau secara teliti.
Masing-masing acuan penilaian memiliki kekurangan dan kelebihan. Dalam
pelaksanaan, pengajar dapat menentukan sendiri kriteria mana yang dipilih dengan
mempertimbangkan berbagai faktor terutama kondisi kelompok peserta uji, sistem
pendidikan yang ada, tingkat kemampuan yang diungkap, tujuan penilaian dan
berbagai pertimbangan lain sesuai dengan situasi kondisi.

2. Jenis-jenis Evaluasi

Jenis evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi. Ada bermacam
jenis evaluasi yang secara garis besar setidaknya dapat dibagi menjadi 5 jenis yaitu :

a. Evaluasi Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok
bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok
bahasan tertentu. Informasi dari evaluasi formatif dapat dipakai sebagai umpan balik
bagi pengajar mengenai proses pengajaran.

b. Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program
tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat prestasi
yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih khusus hasilnya
akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas.

c. Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan


siswa dan faktor- faktor yang diduga menjadi penyebabnya, dilakukan
untukkeperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial, sehingga
aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang melatarbelakangi
kesulitan belajar yang dialami anak serta berbagai kondisi khusus siswa.
d. Evaluasi penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk
menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, misalnya
dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anak pada kerja kelompok dan
pemilihan kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat,
kesanggupan, kondisi phisik, kemampuan dasar, keterampilan dan aspek khusus
yang berhubungan dengan proses pengajaran.

e. Evaluasi Seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau memilih
orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Evaluasi ini
dilakukan kapan saja diperlukan. Aspek yang dinilai dapat beraneka ragam
disesuaikan dengan tujuan seleksi, sebab tujuannya adalah memilih calon untuk
posisi tertentu, karena itu analisis dari evaluasi ini biasanya menggunakan kriteria
yang bersifat relatif atau berdasar norma kelompok.

3. Pelaksanaan Asesmen dan Penilaian Hasil Belajar

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005 (PP No. 19/2005), penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas; (1) penilaian
hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
(3) penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

a. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk


memantau proses, kemajuan, perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Penilaian oleh pendidik ini digunakan untuk (1) menilai pencapaian kompetensi
peserta didik, (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan (c)
memperbaiki proses pembelajaran.

b. Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian


standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.

Penilaian hasil belajar ini berlaku untuk mata pelajaran pada kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan
kelulusan peserta didik dari satuan

pendidikan.

c. Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah

Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian


kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk
ujian nasional. Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, akuntabel,
dan diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan
sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran.

Penyelenggaraannya oleh pemerintah diserahkan kepada BSNP (lebih jauh akan


dibahas pada Unit 2).

Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk:

a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;

b. dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;

c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan;

d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam


upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

4. Teknik Asesmen

Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan menjadi dua
macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes namun pada umumnya pengajar
lebih banyak menggunakan tes sebagai alat ukur dengan rasional bahwa tingkat
obyektivitas evaluasi lebih terjamin, hal ini tidak sepenuhnya benar. Anda bisa
lebih jauh mencermati pada unit-unit selanjutnya.

a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang
dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik
kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai alat ukur
sangat banyak macamnya dan luas penggunaannya. Uraian lebih jauh tentang
teknik tes ini secara khusus dibahas pada Unit 4.

b. Teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung


ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan dengan
Sosiometri, teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan digunakan sebagai
pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil
belajar, teknik ini dapat bersifat lebih menyeluruh pada semua aspek kehidupan
anak. Dalam KBK teknik nontes disarankan untuk banyak digunakan. Uraian lebih
jauh tentang teknik tes ini secara khusus dibahas pada Unit 5.
Materi 10

MENGIDENTIFIKASIH DAN MAMPUH MERUMUSKAN INDIKATOR ASESMEN


RANAH KOGNITIF

➢ Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah
rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah
menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperagkat
pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaiakn atau
dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang
telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau tehnik yang digunakan
untuk mencapai tujuan.

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menajdi tiga aspek yaitu
ramah kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek
tersebut dipisahkan satu sama lain. Apapun jenis mata pelajarannya selalu
mengandung tiga aspek tersebut namun memiliki penekanan yang berbeda.
Untuk aspek kognitif lebih menekankan pada teori, aspek psikomotorik
menekankan pada praktik dan kedua aspek tersebut selalu mengandung
afektif.2

➢ Penilaian Ranah Kognitif


Salah satu objek atau sasaran evaluasi hasil belajar adalah aspek atau ranah
kognitif.Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental
(otak).Menurut undang-undang nomor 23 tahun 2016, Penilaian ranah
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan
pengetahuan peserta didik.3Menurut Benjamin S Bloom dkk (1956), segala
upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif.Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di
dalamnya kemampua menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
menyintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

Menurut Bloom,
dkk (1956), aspek kognitif ini terdiri dari enam jenjang atau tingkat yaitu:4

1. Aspek – aspek Penilaian Ranah Kognitif


a) Tingkat Kemampuan Ingatan atau Pengetahuan (Knowledge)
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge
dalam taksonomi Bloom. Dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan
factual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus,
batasan, definisi, istilah, Al-Qur’an atau hadis tertentu, nama-nama tokoh,
nama- nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut
memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi
pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.

Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan
seperti tehnik memo, jembatan keledai, mengurutka kejadian, membuat
singkatan yang bermakna. untuk dapat memahami hukum bacaan izhar halqi,
maka siswa harus memahami huruf-huruf izhar halqi, dan lain sebagainya

b) Tingkat Kemampuan Pemahaman

Tipe hasil belajar ini lebih tinggi dari pada pengetahuan.Pemahaman adalah
tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu memahami arti
atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.Dalam hal ini peserta didik
tidak haya hafalan secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah
atau fakta yang di tanyakan. Bukti seseorang itu memiliki kemampuan
pemahaman, misalnya mampu menjelaskan pengertian iman atau Islam
dengan susunan kalimatnya sendiri berdasarkan yang telah dipelajarinya,
memberi contoh lain tentang bacaan mad Tabi’I dari yang telah dicontohkan,
dan lain sebagainya.

Kategori kata kerja untuk operasional untuk menyusun indikator kemampuan


pemahaman ini antara lain adalah mejelaskan, memberi contoh,
mengklasifikasikan, meringkas, manarik inferensi, mengkategorikan, merinci,
menguraika, membedakan,
mendiskusikan, menerangkan, mengemukakan, merangkum dan
menjabarkan. Karakteristik soal-soal untuk megukur aspek pemahaman
dilakukan misalnya dengan mengungkapkan tema, topic atau masalah yang
sama dengan yang pernah dipelajari atau
diajarkan, tetapi materinya berbeda.

c) Tingkat Kemampuan Aplikasi atau Penerapan

Dalam tingkat aplikasi, testee atau responden dituntut kemampuannya untuk


menerapkan atau menggunaka apa yang telah diketahuinya dalam situasi
yang baru baginya. Dengan kata lain aplikasi adalah penggunaan abstraksi
pada situasi konkrit atau situasi khusus. Abstraksi tersebut bisa berupa ide,
teori, ataupun petunjuk teknis.
Jadi menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru di sebut aplikasi.
Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi
pengetahua hafala atau ketrampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai
situasi baru bila tetap terjadi proses
pemecahan masalah.

Contoh penerapan aplikasi, misalnya dalam pelajara PAI “peserta didik


mampu menentukan ayat mana atau hadis tertentu untuk menjelaskan suatu
fenomena atau suatu peristiwa. Atau siswa mampu menerapkan cara
membaca bacaan qalqolah sugra maupun
qalqalah kubra ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an.

d) Tingkat Kemampuan Analisis


Analisis adalah usaha memilah suatu integritas (suatu kesatuan) menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkirnya atau susunannya.
Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatka
kecakapan dari tiga tipe sebelumnya.
Dengan analisis diharapkan seseorang peserta didik mempunyai pemahaman
yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian bagian
yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain
memahami cara bekerjanya,
untuk hal lain memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dapat
berkembang pada seseorang, maka ia aka dapat mengaplikasikannya pada
situasi baru secara kreatif.

Contoh kemampuan analisis ini dalam mata pelajaran PAI adalah “Peserta
didik mampu
menguraikan sebab-sebab jual beli barang-barang haram dilarang,
mengidentifikasikan sebab-sebab kejatuhan Daulah Bani Umaiyyah atau
Abbasiyah.

e ) Tingkat Kemampuan Sintesis

Kemampuan sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur


atau bagian-bagia ke dalam bentuk menyeluruh.Kemampuan berpikir sintesis
ini merupakan kebalikan dari kemampuan berpikir analisis.Berpikir
berdasarkan pengetahuan
hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat
dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah dari
pada berpikir divergen.Dalam berpikir konvergen, pemecahana atau
jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya.

f) Tingkat Kemampuan Evaluasi


Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi
dan lain-lain. Dilihat dari segi tersebut, maka dalam evalauasi perlu adanya
kriteria atau standar tertentu.
Dalam tes esai, standar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frasa
“menurut pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”.

➢ Teknik dan Instrumen Ranah Kognitif


1) Pilihan ganda (multiple choice item)
➢ Pengertian tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda adalah bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau
pernyataan (stem) dan diikuti sejumlah alternatif jawaban (option), tugas
testee memilih alternatif jawaban yang paling tepat. Kemungkinan jawaban
tersebut dapat berupa kata,
frasa, nama tempat, nama tokoh, lambang atau kalimat yang sudah pasti.
Dilihat dari segi rumusan kalimatnya, soal pilihan ganda dapat berupa kalimat
tanya atau kalimat pertanyaan yang tidak lengkap. Alternatif jawaban terdiri
atas jawaban benar yang merupakan kunci jawaban serta kemungkinan
jawaban-jawaban salah yang disebut
pengecoh (distraktor).

Alternatif jawaban ini beragam, ada yang menggunakan tiga alternatif yang
biasa nya digunakan disekolah tingkat dasar (SD/MI) kelas tingkat bawah ( 1-
3 ), ada yang menggunakan 4 alternatif yang biasanya digunakan ditingkat
SMP/MTs, dan ada yang menggunakan 5 alternatif pada tingkat SLTA dan
perguruan tinggi.

➢ Model-model tes pilihan ganda


Ada beberapa model soal pilihan ganda yang dapat digunakan
dalam evaluasi hasil belajar, yaitu :
a) Model pilihan ganda biasa
b) Model assosiasi
c) Model melengkapi berganda
d) Model hubungan antar hal
e) Model analisis kasus
f) Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.

2) Tes bentuk jawaban singkat atau isian singkat

➢ Pengertian
Tes jawaban singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat pertanyaan yang
harus dijawab dengan jawaban singkat atau kalimat perintah yang harus
dikerjakan atau berupa kalimat pernyataan yang belum selesai sehingga
testee harus mengisikan kata untuk
melengkapi kalimat tersebut.Bentuk tes ini tepat digunakan untuk mengetahui
tingkat ingatan/hafalan dan pemahaman peserta didik.Tes ini juga dapat
memuat jumlah materi yang banyak, namun tingkat berpikir yang diukur
cenderung rendah.

➢ Kaidah penulisan tes jawaban singkat


Kaidah-kaidah utama penyusun soal bentuk ini adalah sebagai
berikut:
a) Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi
dasar dan indikator)
b) Jawaban yang benar hanya satu
c) Rumusan kalimat soal harus komunikatif
d) Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat
singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami

4) Tes uraian
➢ Pengertian
Tes bentuk uraian merupakan alat evaluasi hasil belajar yang paling tua. Tes
uraian disebut pula dengan tes esai (essay test) atau tes subjektif. Dikatakan
tes subjektif terutama terkait dengan proses pemeriksaan dan pemberian skor
dari tester (evaluator) yang relatif lebih bersifat subjektif jika dibandingkan
dengan pada tes objektif.

D. Teknik Non Tes untuk Evaluasi Hasil Belajar Kognitif


Ada beberapa teknik non tes yang dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar kognitif yaitu portofolio, proyek (penugasan), dan produk (Depdiknas,
2004). Teknik non tes ini sifatnya untuk melengkapi teknik tes.

1) Penilaian Portofolio
Menurut Poulson, portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang
menunjukan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu
bidang atau lebih. Portofoli dapat digunakan oleh peserta didik untuk melihat
kemauan mareka sendiri, terutama dalam hal
perkembangan pengetahuan mereka, sikap, ketrampilan dan ekspresinya
terhadap sesuatu.
E. Teknik penskoran Hasil Belajar Kognitif.
1) Tes Bentuk Pilihan Ganda
Cara menskor tes bentuk pilihan ganda ada dua. Pertama tanpa menerapkan
system denda terhadap jawaban tebakan. Kedua, dengan menerapkan
system denda terhadap jawaban tebakan.
a. Penskoran tanpa menerapkan system denda terhadap jawaban tebakan
Cara pemberian skor adalah dengan dua kemungkinan, yakni dengan
mempertimbangkan bobot skor setiap soal dan tanpa mempertimbangkan
bobot skor (Zainal Arifin, 1991). Cara pertama adalah menghitung jawaban
benar setiap testee dan kemudian dikalikan bobot skor setiap soal.
Materi 11

MENGIDENTIFIKASI TEKNIK DAN BENTUK INSTRUMEN ASESMEN RANA


KOGNITIF SELAMA PEMBELAJARAN

A.Penilaian Ranah Kognitif

Salah satu objek atau sasaran evaluasi hasil belajar adalah aspek atau ranah
kognitif.Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental
(otak).Menurut undang-undang nomor 23 tahun 2016, Penilaian ranah merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.
Menurut Benjamin S Bloom dkk (1956), segala upaya yang menyangkut aktifitas
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampua menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, menyintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut
Bloom, dkk (1956), aspek kognitif ini terdiri dari enam jenjang atau tingkat yaitu:
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi.

1. Aspek – aspek Penilaian Ranah Kognitif

a) Tingkat Kemampuan Ingatan atau Pengetahuan (Knowledge)

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge


dalam taksonomi Bloom. Dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan factual
di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi,
istilah, Al-Qur’an atau hadis tertentu, nama-nama tokoh, nama- nama kota. Dilihat
dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar
dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-
konsep lainnya.

b) Tingkat Kemampuan Pemahaman


Tipe hasil belajar ini lebih tinggi dari pada

Pengetahuan.Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta


didik mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya.Dalam hal ini peserta didik tidak haya hafalan secara verbalitas, tetapi
memahami konsep dari masalah atau fakta yang di tanyakan. Bukti seseorang itu
memiliki kemampuan pemahaman, misalnya mampu menjelaskan pengertian iman
atau Islam dengan susunan kalimatnya sendiri berdasarkan yang telah dipelajarinya,
memberi contoh lain tentang bacaan mad Tabi’I dari yang telah dicontohkan, dan
lain sebagainya. Walaupun pemahaman setingkat lebih tinggi dari pada
pengetahuan, namun bukan berarti pengetahua tidak perlu di pertayakan, sebab
untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.

c) Tingkat Kemampuan Aplikasi atau Penerapan

Dalam tingkat aplikasi, testee atau responden dituntut kemampuannya


untuk menerapkan atau menggunaka apa yang telah diketahuinya dalam situasi
yang baru baginya. Dengan kata lain aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada
situasi konkrit atau situasi khusus. Abstraksi tersebut bisa berupa ide, teori, ataupun
petunjuk teknis.

d) Tingkat Kemampuan Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas (suatu kesatuan) menjadi


unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkirnya atau susunannya.
Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatka kecakapan dari
tiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang peserta didik
mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas
menjadi bagian bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami
prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain memahami
sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang,
maka ia aka dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.

e) Tingkat Kemampuan Sintesis


Kemampuan sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan

Unsur-unsur atau bagian-bagia ke dalam bentuk menyeluruh.Kemampuan berpikir


sintesis ini merupakan kebalikan dari kemampuan berpikir analisis.Berpikir
berdasarkan pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan
berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih
rendah dari pada berpikir divergen.Dalam berpikir konvergen, pemecahana atau
jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya..

f) Tingkat Kemampuan Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin


dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lain-
lain. Dilihat dari segi tersebut, maka dalam evalauasi perlu adanya kriteria atau
standar tertentu. Dalam tes esai, standar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk
frasa “menurut pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu” Dalam pembelajaran
BIOLOGI , kemampuan evaluasi ini antara lain peserta didik mampu menilai suatu
pernyataann tertentu atau situasi tertentu, misalnya menilai bahwa siswa mampu
atau tidak untuk mengetahui yang pernah apa yang pernah guru berikan.
Sedangkan kategori kata kerja operasinal untuk menyusun indikator kemampuan
evaluasi ini antara lain membandingkan, menilai, mengkritik, menimbang,
memutuskan, menafsirkan, merinci, memvalidasi, mengetes, mendukung dan
memilih.Perlu ditegaskan disini, bahwa tingkatan-tingkatan kemampuan hasil belajar
kognitif di atas bersifat kontinu dan overlap (tumpang tindih), dalam artian tingkatan
yang lebih tinggi meliputi semua tingkatan yang ada di bawahnya.

B.. Teknik dan Instrumen Ranah Kognitif

1). Pilihan ganda (multiple choice item)

➢ Pengertian tes pilihan ganda

Tes pilihan ganda adalah bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan
atau pernyataan (stem) dan diikuti sejumlah alternatif jawaban (option), tugas testee
memilih alternatif jawaban yang paling tepat. Kemungkinan jawaban tersebut dapat
berupa kata, frasa, nama tempat, nama tokoh, lambang atau kalimat yang sudah
pasti.

➢ Model-model tes pilihan ganda

Ada beberapa model soal pilihan ganda yang dapat digunakan dalam evaluasi hasil
belajar, yaitu

Model pilihan ganda biasa , Model assosiasi, Model melengkapi berganda, Model
hubungan antar hal, Model analisis kasus, Model pemakaian diagram, grafik, peta
atau gambar.

2) Tes bentuk jawaban singkat atau isian singkat

➢ Pengertian

Tes jawaban singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat pertanyaan yang harus
dijawab dengan jawaban singkat atau kalimat perintah yang harus dikerjakan atau
berupa kalimat pernyataan yang belum selesai sehingga testeeharus mengisikan
kata untuk melengkapi kalimat tersebut.Bentuk tes ini tepat digunakan untuk
mengetahui tingkat ingatan/hafalan dan pemahaman peserta didik..

➢ Kaidah penulisan tes jawaban singkat

Kaidah-kaidah utama penyusun soal bentuk ini adalah sebagai berikut:

a) Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan


(kompetensi dasar dan indikator)

b) Jawaban yang benar hanya satu


c) Rumusan kalimat soal harus komunikatif

d) Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang baik,


kalimat singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami

e). Jawaban yang dituntut oleh butir berupa kata, frase, angka, simbol, tahun,
tempat, dan sejenisnya harus singkat dan pasti.

f). Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang belum lengkap, bagian yang
dikosongkan (perlu diisi oleh testee) maksimud dua

untuk satu kalimat soal

g). Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakan pada akhir atau
dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat.

3). Tes menjodohkan Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah suatu
bentuk tes yang terdiri dari suatu seri pertanyyan dan satu seri jawaban. Masing-
masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban.

4) Tes uraian Tes bentuk uraian merupakan alat evaluasi hasil belajar yang paling
tua. Tes uraian disebut pula dengan tes esai (essay test) atau tes subjektif.
Dikatakan tes subjektif terutama terkait dengan proses pemeriksaan dan pemberian
skor dari tester (evaluator) yang relatif lebih bersifat subjektif jika dibandingkan
dengan pada tes objektif. Secara umum tes uraian ini memiliki karakteristik sebagai
berikut, pertama, tes uraian adalah tes yang berupa pertanyaan atau perintah yang
jawabannya menuntut testee mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk tulisan.

Ujian akhir semester (UAS).Dari sisi kemampuan, tes uraian ini digunakan untuk
mengukur kemampuan yang tidak dapat diukur dengan bentuk tes objektif.Secara
umum terdapat dua situasi dimana guru atau dosen untuk mengukur kemampuan
yang sangat tinggi yang tidak efektif diukur dengan tes bentuk objektif seperti
kemampuan analisis, sintesis, maupun evaluasi.Keempat, tes uraian digunakan jika
guru ingin mengukur kemampuan menulis.

➢ Jenis tes uraian

Tes bentuk uraian ini ada dua macam, yaitu tes uraian terbatas atau uraian
terstruktur dan tes uraian bebas.

1). Tes uraian terbatas, disebut pula dengan tes uraian terstruktur atau tes uraian
objektif adalah tes uraian yang sifat jawabannya dibatasi (sudah terarah) baik
ditinjau dari segi materi maupun jawabannya. Penskoran pada tes uraian terbatas
cenderung lebih konsisten dan objektif.

2). Uraian bebas, yaitu bentuk tes uraian yang menghendaki jawaban yang terurai
(jawaban panjang). Tes uraian bebas ini bebas melalui tulisan atau karangan. Jadi
testee memiliki kebebasan mengemukakan jawaban melalui tuliasan. Benar tidaknya
tulisan testee hanya dapat diskor oleh guru yang benar-benar berpegalaman. Bentuk
tes ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:

a). Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat
diketahuai luas dan intensitasnya,

b). Megupas suatu masalah yang kemungkinan jawaban beraneka ragam sehingga
tidak ada satu jawaban yang pasti

c) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari


berbagai segi atau dimensinya.

➢Pedoman tes uraian Kaidah penyusunan untuk tes bentuk uraian secara umum
adalah sebagai berikut:
a) Soal harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator
yang

Terdapat pada kurikulum. Artinya, soal uraian harus menanyakan perilaku dan
materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator.

b) Ruang lingkup berupa batasan pertanyaan dan jawaban harus


jelas dan tegas

c) Rumusan pertanyaan atau penyataan harus menggunakan


kata- kata tanya atau kata pentih yang menntut jawaban
terurai seperti: “bandingkan ...”, “berikan alasan ...”, “jelaskan
mengapa ..”, “uraikan..”, “tafsirkan ...”, dan semacamnya yang
menghendaki jawaban terurai

d) Isi materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang dan


jeni sekolah dan tingkat sekolah

e) Rumusan pertanyaan jangan mengguakan kata yang tidak


menuntut peserta didik untuk menguraikan seperti: siapa,
kapan, dimana, apakah, dan bila.

f) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal uraian


selesai ditulis. Pedoman penskoran harus dibuat dengan cara
menguraikan kriteria penskoran atau komponen yang akan
dinilai seperti rentang skor dan besarnya skor untuk setiap
kriteria.

g) Sesaat setelah butir-butir soal disusun, hendaknya segera


drumuskan kunci jawabannya, atau setidak-tidaknya disiapkan
ancer-ancer jawaban betulnya
h) Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa indonesia
yang baku dan bahsa yang sederhanaserta komunikatif
sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Penulis soal
jangan sampai menggunkan istilah atau kalimat yang bertele-
tele tidak terfokus pada inti permaslahan sehingga sukar
dipaham oleh testee.

D. Teknik Non Tes untuk Evaluasi Hasil Belajar Kognitif

Ada beberapa teknik non tes yang dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar kognitif yaitu portofolio, proyek (penugasan), dan produk (Depdiknas, 2004).
Teknik non tes ini sifatnya untuk melengkapi teknik tes.

1) Penilaian Portofolio

Menurut Poulson, portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukan


usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih.
Portofoli dapat digunakan oleh peserta didik untuk melihat kemauan mareka sendiri,
terutama dalam hal perkembangan pengetahuan mereka, sikap,

Ketrampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.Jadi dapat dikatakan bahwa


penilaian portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang peserta didik yang
digunakan sebagai instrument evaluasi untuk menilai kompetensi peserta didik.
Kumpulan hasil karya tersebut difokuskan kepada dokumen tentang kerja peserta
didik sebagai bukti tentang apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik, misalnya,
ulangan harian, tugas- tugas terstruktur, catatan perilaku peserta didik, dan laporan
aktifitas di luar Sekolah.16

2) Penilaian Proyek

Penilaian proyek adalah penilaian pada kemampuan melakukan”


Scientific Inquiry” yang dapat memberikan informasi tentang kemampuan peserta
didik mengaplikasikan pengetahuan dalam merencanakan, mengorganisasi
penyelidikan, bekerjasama, mengidentifikasi, mengumpulkan informasi,
menganalisis danmenginterpretasikan serta mengomunikasikan temuannya dalam
bentuk laporan tulisan (Depdiknas, 2004). 3)

Materi 12

MEMPERDAYAKAN MAHASISWA UNTUK BERPIKIR KRITIS DALAM


MELAKUKAN ASESMEN RANAH KONGNITIF DAN MENGELOLAHAN HASIL
ASESMEN

A. Berpikir Kritis

Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut
adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya:

(1) membanding dan membedakan,

(2) membuat kategori;

(2) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan;

(3) menerangkan sebab;

(4) membuat sekuen / urutan;

(5) menentukan sumber yang dipercayai;

(6) membuat ramalan.

Berpikir kritis itu memiliki empat karakteristik, yakni:


(1) bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita
terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan logis;

(2) memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dan membuat
keputusan;

(3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk
menentukan dan menerapkan standar;

(4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai
bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.

Berpikir kritis adalah berpikir yang benar dalam rangka mengetahui secara
relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan,
mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada
pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan.
Berpikir kritis adalah berpikir mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan
informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar
secara logis, hingga sampai pada kesimpulan yang reliable dan terpercaya. Ada
enam belas karakteristik, yakni:

(1) menggunakan bukti secara baik dan seimbang;

(2) mengorganisasikan pemikiran dan mengungkapkannya secara singkat dan


koheren;

(3) membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang
cacat;

(4) menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah
keputusan;

(5) memahami perbedaan antara berpikir dan menalar;

(6) menghindari akibat yang mungkin timbul dari tindakan-tindakan;

(7) memahami tingkat kepercayaan;

(8) melihat persamaan dan analogi secara mendalam;


(9) mampu belajar dan melakukan apa yang diinginkan secara mandiri;

(10) menerapkan teknik pemecahan masalah dalam berbagai bidang;

(11) mampu menstrukturkan masalah dengan teknik formal, seperti matematika, dan
menggunakannya untuk memecahkan masalah;

(12) dapat mematahkan pendapat yan g tidak relevan serta merumuskan intisari

B. Ranah Kognitif (cognitive domain)

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah Kognitif. Dapat dikatakan
bahwa ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan akademis peserta didik yaitu
mencakup kegiatan otak (Sudaryono,2012). Taksonomi Bloom ranah kognitif yang
telah direvisi Anderson dan Krathwohl (Abdul Majid,2014) yakni mengingat
(remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), Menganalisis
(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

a. Mengingat (Remember) Mengingat adalah usaha mendapatkan


kembali pengetahuan dari Ingatan masa lampau yang dimanfaatkan
untuk menyelesaikan Berbagai masalah yang kompleks dan konkret.
b. Memahami/mengerti (Understand) Memahami/mengerti berkaitan
dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan
membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika
seorang peserta didik Berusaha mengenali pengetahuan yang
merupakan anggota dari Kategori pengetahuan tertentu.
c. Menerapkan (Apply) Menerapkan pada proses kognitif memanfaatkan
atau
Mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
Menyelesaikan permasalahan. Mengimplementasikan apabila siswa
Memilih dan menggunakan prosedur yang belum diketahui.
d. Mengevaluasi (Evaluate) Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif
memberikan penilaian Berdasarkan kriteria dan standar yang sudah
ada. Kriteria yang Biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan Konsistensi. Evaluasi berupa mengecek dan mengkritisi
kegagalan Suatu produk.
e. Menganalisis (Analysis)
Menganalisis merupakan memecahkan masalah suatu permasalahan
Dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian dari permasalahan dan
Mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dapat Menimbulkan
permasalahan.
f. Menciptakan (Creat)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur
Secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
Mengarahkan siswa menghasilkan suatu produk baru dengan
Mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
Berbeda dengan yang sebelumnya.

C. Hasil pembelajaran asesmen

a. Penilaian

Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses Evaluasi. Penilaian hasil
belajar peserta didik yang dilakukan Oleh guru selain untuk memantau proses
kemajuan dan Perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi
Yang dimiliki, juga sekaligus umpan balik kepada guru agar Dapat menyempurnakan
perencanaan dan proses program Pembelajaran. Namun jika proses penilaian yang
dilakukan oleh Guru asal-asalan dan tanpa arah yang jelas, maka pada akhirnya
Akan menghasilkan informasi tentang hasil pencapaian Pembelajaran peserta didik
yang tidak akurat dan tidak sesuai Dengan apa yang ada di lapangan.

b. Skor
Skor adalaha hasil pekerjaan memberikan angka yang diperoleh dengan jalan
Menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang telah Dijawab oleh testee
dengan betul, dengan memperhitungkan Bobot jawaban betulnya

c. Nilai

Nilai adalah angka angka ataupun huruf yang merupakan hasil ubahan dari skor
yang sudah di jadikan satu dengan skor skor lainnya serta disesuaikan dengan
peraturannya dengan standar tertentu.

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek, yakni pengetahuan, ke-


terampilan, dan sikap. Penilaian terhadap hasil konstruksi pengetahuan dapat
dilakukan dengan ujian, dukumen, atau laporan. Penilaian terhadap keterampilan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran baik software, hardware,
maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap
sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam
tim, keterampilan bekerja , dan kehadiran.

Susunan yang sederhana yang meliputi pengertian, karakteristik,Tujuan dan


manfaat, prosedur penggunaan, kelebihan dan Kekurangan, serta perbedan antara
kedua pendekatan tersebut. Disertai pula dengan contoh penerapannya. Adapun
Penerapannya dibantu dengan aplikasi Microsoft excel, dengan Asumsi bahwa
setiap aplikasi ini cenderung familiar di kalangan Pendidik, dan aplikasinya
cenderung mudah untuk digunakan.Selain itu, dibahas pula tentang Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM)

1. Teknik Penskoran Hasil Pembelajaran

a. Ranah Kognitif

1) Menentukan skor pada soal Esai

Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan Belajar yang memerlukan jawaban
yang bersifat Pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri Pertanyaannya didahului
dengan kata-kata seperti;
Uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan,Simpulkan, dan sebagainya.

2) Menentukan Skor Pada Soal Objektif

Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya Dapat dilakukan secara
objektif. Macam-macam tes Objektif.

a) Tes Benar-Salah (Tru-False)

Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut ada yang benar


ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing
pernyataan tersebut dengan melingkari (B) untuk pernyataan yang betul menurutnya
dan (S) untuk pernyataan yang salah.

Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam membedakan antara fakta dan pendapat. Agar soal dapat
berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan hendaknya homogen dari segi
isi. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana (Arifin,
2009:137).

b) Tes Pilihan ganda

Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes ini terdiri dari
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options).
Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan
beberapa pengecoh (distructor).

Mengenai jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru
bisa membuat 3, 4, atau 5 alternatif jawaban. Semakin banyak semakin bagus. Hal
ini dimaksudkan untuk mengurangi faktor menebak (chance of guessing). Adapun
kemampuan yang dapat diukur oleh bentuk soal pilihan ganda antara lain: mengenal
istilah, fakta, prinsip, metode, dan prosedur; mengidentifikasi penggunaan fakta dan
prinsip; menafsirkan hubungan sebab-akibat dan menilai metode prosedur (Arifin,
2009:138-139).

c) Tes Menjodohkan

Matching test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan,


memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan
dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang
tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah mencari dan menempatkan
jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.

Cara mengelola skornya adalah: S = R

S = skor yang diperoleh

R = jawaban yang betul


Materi 13

MEMBERDAYAKAN MAHASISWA UNTUK BERPIKIR KRITIS UNTUK


MEMAHAMI BAGAMANA TEKNIK LANJUT HASIL ASESMEN RANAH
KOGNITIF

A. Berpikir kritis merupakan salah Satu karakter yang akhir-akhir ini Memang
menjadi isu pendidikan, selain Menjadi bagian dari proses pembentukan Akhlak
anak bangsa. Kemampuan Berpikir kritis juga diperjelas melalui UU No 20 tahun
2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, yang berbunyi “ pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan Membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka Mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Menjadi warga negara yang demokrasi serta
bertanggung jawab.” salah satu potensi yang harus Dikembangkan dan dibentuk di
perguruan tinggi adalah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan proses mental yang
terorganisasikan dan berperan Dalam proses mengambil keputusan untuk
menyelesaikan masalah.

B. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis digunakan untuk Menjelaskan berpikir


yang dengan Maksud jelas dan terarah pada tujuan. Diane Halpern (1984: 3)
menyebutkan “The term critical thinking is used to Describe thinking that is
purposeful and

1. Berpikir yang menantang (challenged thniking) Pemikir sadar peran berpikir


dalam Kehidupan, menyadari berpikir Berkualitas membutuhkan berpikir Reflektif
yang disengaja, dan Menyadari berpikir yang dilakukan Sering kekurangan tetapi
tidak dapat Mengi-dentifikasi di mana Kekurangannya.

2. Berpikir permulaan (beginning Thniking) Pemikir mulai memodifikasi beberapa


Kemampuan berpikirnya, tetapi Memiliki wawasan terbatas. Mereka Kurang
memiliki perencanaan yang Sistematis untuk meningkatkan Kemampuan
berpikirnya.

3. Berpikir latihan (practicing thinking) Pemikir menganalisis pemikirannya Secara


aktif dalam sejumlah bidang Namun mereka masih mempunyai Wawasan terbatas
dalam tingkatan Berpikirnya yang mendalam.

4. Berpikir lanjut (advanced thinking) Pemikir aktif menganalisis Pikirannya, memiliki


pengetahuan Yang penting tentang masalah pada Tingkat berpikir yang mendalam.
Materi 14

MENDESKRIPSIKAN KONSEP UTAMA, PROSEDUR DAN CAKUPAN


ASESMEN RANAH PSIKOMOTOR OLEH GURU SERTA MAMPU
MERUMUSKAN INDIKATOR KOMPETENSI PSIKOMOTOR

C. Cakupan Assesmen Ranah Psikomotorik

1. Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)


atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu.

2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor

Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya


melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis,
memukul, melompat dan lain sebagainya

3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor

Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui :

a. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung,
b.Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,

c. Beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan


kerjanya.

Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar


psikomotor mencakup:

a. Kememampuan menggunakan alat dan sikap kerja,

b. Kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan


menyusun urut-urutan pengerjaan,

c. Kecepatan mengerjakan tugas,

d. Kemampuan membaca gambar dan atau simbol,

e. Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau


ukuran yang telah ditentukan.

Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi


atau pengamatan Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar
atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan
diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan
alins ketika belajar.

Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat


terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak
diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian
observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa
diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak
untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom
jawaban hasil observasi.

Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan
atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut
dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk
kerja.

Tes simulasi

Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik,
sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan
bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat
yang sebenarnya.

Tes unjuk kerja (work sample)

Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan


sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik
pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya.

E. Indikator Kompetensi Psikomotorik

Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan


anggota badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang
terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual,
ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif. Kategori yang
termasuk dalam ranah ini adalah :

Meniru

Kategori meniru ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan


contoh yang diamatinya walaupun belum dimengerti makna ataupun hakikatnya
dari keterampilan itu. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini
adalah : mengaktifan, menyesuaikan, menggabungkan, melamar, mengatur,
mengumpulkan, menimbang, memperkecil, membangun, mengubah,
membersihkan, memposisikan, dan mengonstruksi.

Memanipulasi

Kategori ini merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta


memilih apa yang diperlukan dari apa yang diajarkan.Kata kerja operasional yang
dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengoreksi, mendemonstrasikan,
merancang, memilah, melatih, memperbaiki, mengidentifikasikan, mengisi,
menempatkan, membuat, memanipulasi, mereparasi, dan mencampur.

Pengalamiahan

Kategori ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan
dijadikan sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang
ditampilkan lebih meyakinkan.Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
kategori ini adalah : mengalihkan, menggantikan, memutar, mengirim,
memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi, mencampur, mengoperasikan,
mengemas, dan membungkus.

Artikulasi

Kategori ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan
interpretatif.

Materi 15
MENGIDENTIFIKASI TEKNIK DAN BENTUK INSTRUMEN ASESMEN
KOMPETENSI KETRAMPILAN SERTA MAMPU MELAKUKAN PELAPORAN
HASIL TES PRAKTIK DAN ACUAN INSTRUMEN TES PRAKTIK

TEKNIK DAN BENTUK INSTRUMEN ASESMEN

KOMPETENSI KETRAMPILAN

A. Teknik penilaian kompetensi keterampilan


Berdasarkan Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar
Penilaian, pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian
kinerja, yaitu penilaian yang menuntun peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian
portofolio.
1. Tes praktik
Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Tes praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik
dalam melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti :
praktik dilaboratorium, praktik salat, praktik olahraga, bermain peran,
memainkan alatmusik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, dan sebagainya.
Untuk dapat memenuhi kualitas perencanaan dan pelaksanaan tes praktik,
berikut ini adalah petunjuk teknis dan acuan dalam merencanakan dan
melaksanakan penilaian mmelalui tes praktik
a) Perencanaan Tes Praktik
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam
merencanakan tes praktik.
• Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui tes praktik.
• Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi yang
akandinilai.
• Menguraikan kriteria yang menunjukkan capaian indikator
hasil pencapaian kompetensi
• Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian.
• Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.
• Mengujicobakan tugas jika terkait dengan kegiatan praktikum atau
penggunaan alat
• Memperbaiki berdasarkan hasil uji coba, jika dilakukan uji coba.
• Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal
capaiankompetensi peserta didik
b) Pelaksanaan Tes Praktik
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan
dalammelaksanakan tes praktik.
• Menyampaikan rubrik sebelum pelaksanaan penilaian kepada
pesertadidik.
• Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik
tentangkriteria penilaian.
• Menyampaikan tugas kepada peserta didik.
• Memeriksa kesediaan alat dan bahan yang digunakan untuk tes
praktik.
• Melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan.
• Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian.
• Melakukan penilaian dilakukan secara individual.
• Mencatat hasil penilaian.
• Mendokumentasikan hasil penilaian
c) Pelaporan Hasil Tes Praktik
Pelaporan hasil penilaian sebagai umpan balik terhadap penilaian
melalui tes praktik harus memperhatikan beberapa hal berikut ini.
• Keputusan diambil berdasarkan tingkat capaian kompetensi
pesertadidik.
• Pelaporan diberikan dalam bentuk angka dan atau kategori
kemampuandengan dilengkapi oleh deskripsi yang bermakna
• Pelaporan bersifat tertulis
• Pelaporan disampaikan kepada peserta didik dan orangtua peserta
didik
• Pelaporan bersifat komunikatif, dapat dipahami oleh peserta didik
danorangtua peserta didik.
• Pelaporan mencantumkan pertimbangan atau keputusan
terhadapcapaian kinerja peserta didik
d) Acuan Kualitas Instrumen Tes Praktik
Tugas dan rubrik merupakan instrumen dalam tes praktik. Berikut ini
akandiuraikan standar tugas dan rubrik.
1) Acuan Kualitas Tugas
• Tugas-tugas untuk tes praktik harus memenuhi beberapa acuan
kualitas berikut
• Tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian
hasil belajar
• Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik
• Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas
• Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik
• Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum
• Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang
sosialekonomi
2) Acuan Kualitas Rubrik
Rubrik tes praktik harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini
• Rubrik memuat seperangkat indikator untuk menilai
kompetensitertentu
• Indikator dalam rubric diurutkan berdasarkan urutan langkah
kerja pada tugas atau sistematika pada hasil kerja peserta didik
• Rubrik dapat mengukur kemampuan yang akan diukur (valid)
• Rubrik dapat digunakan (feasible) dalam menilai kemampuan
peserta didik
• Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
• Rubrik disertai dengan penskoran yang jelas untuk pengambilan
keputusan
2. Projek
Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi
kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara
tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian projek merupakan
kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode atau waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan, pengorganisasian, pengolahandan penyajian data. Penilaian
projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, penyelidikan dan menginformasikan peserta didik pada
mata pelajaran dan indikator/topik tertentusecara jelas. Pada penilaian projek,
setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan:
• kemampuan pengelolaan: kemampuan peserta didik dalam
memilihindikator/topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan
• relevansi kesesuaian dengan mata pelajaran danindikator/topik, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahamandan keterampilan
dalam pembelajaran, dan
• keaslian: proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkankontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap projek peserta didik. Selanjutnya, untuk menjamin
kualitas perencanaan dan pelaksanaan penilaian proyek, perlu
dikemukakan petunjuk teknis. Berikut dikemukakan petunjuk teknis
pelaksanaan dan acuan dalam menentukan kualitas penilaian projek
a) Perencanaan Penilaian Projek
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dipenuhi
dalammerencanakan penilaian projek
• Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui projek
• Penilaian projek mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan projek
• Menyusun indikator proses dan hasil belajar berdasarkan
kompetensi
• Menentukan kriteria yang menunjukkan capaian indikator pada
setiaptahapan pengerjaan projek
• Merencanakan apakah task bersifat kelompok atau individual
• Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk
tugasyang dikerjakan secara kelompok
• Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian
b) Pelaksanaan Penilaian Projek
• Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan
dalammelaksanakan penilaian projek
• Menyampaikan rubrik penilaian sebelum pelaksanaan penilaian
kepada peserta didik
• Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang kriteria
penilaian
• Menyampaikan tugas disampaikan kepada peserta didik
• Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik
tentang tugasyang harus dikerjakan
• Melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan proyek
• Memonitor pengerjaan projek peserta didik dan memberikan
umpan balik pada setiap tahapan pengerjaan projek
• Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian
• Memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian
kompetensiminimal
• Mencatat hasil penilaian
• Memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun peserta
didik
c) Acuan Kualitas Instrumen Penilaian Proyek
Tugas dan rubrik merupakan instrumen dalam penilaian proyek.
Berikut iniakan diuraikan standar tugas dan rubrik pada penilaian
projek
1) Acuan Kualitas Tugas dalam Penilaian Projek
Tugas-tugas untuk penilaian proyek harus memenuhi beberapa
acuankualitas berikut :
• Tugas harus mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar
• Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik
• Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau
merupakan bagian dari pembelajaran mandiri
• Tugas sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik
• Materi penugasan sesuai dengan cakupan kurikulum
• Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial
(ekonomi)
• Tugas mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
2) Acuan Kualitas Rubrik dalam Penilaian Projek
Rubrik untuk penilaian proyek harus memenuhi beberapa
kriteria berikut :
• Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur
(valid)
• Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran
• Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati
(observasi)
• Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur
• Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik
• Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik.
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
menilaikumpulan seluruh karya peserta didik dalambidang tertentu yang
bersifatreflektif-integratif untukmengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/ataukreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut
dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta
didik terhadap lingkungannya. Penilaian portofolio merupakan penilaian
berkelanjutan yang didasarkan padakumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan pesertadidik dalam satu periode tertentu.
Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik atau hasil ulangan dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik. Akhir suatu
periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilaioleh guru.Berdasarkan
informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didiksendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terusmelakukan perbaikan.
a) Perencanaan Penilaian Portofolio
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan
dalammerencanakan penilaian portofolio :
• Menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan dinilai
pencapaiannyamelalui tugas portofolio pada awal semester dan
diinformasikan kepada peserta didik
• Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dinilai pencapaiannyamelalui
penilaian portofolio
• Menjelaskan tentang tujuan penggunaan, macam dan bentuk sertakriteria
penilaian dari kinerja dan atau hasil karya peserta didik yangakandijadikan
portofolio. Penjelasan disertai contoh portofolio yangtelah pernah
dilaksanakan
• Menentukan kriteria penilaian. Kriteria penilaian portofolio ditentukanoleh
guru atau guru dan peserta didik
• Menentukan format pendokumentasian hasil penilaian portofolio,minimal
memuat topik kegiatan tugas portofolio, tanggal penilaian, dancatatan
pencapaian (tingkat kesempurnaan) portofolio
• Menyiapkan map yang diberi identitas: nama peserta didik,kelas/semester,
nama sekolah, nama mata pelajaran, dan tahun ajaransebagai wadah
pendokumentasian portofolio peserta didik
b) Pelaksanaan Penilaian Portofolio
Pelaksanaan penilaian portofolio, harus memenuhi beberapa kriteria
berikut :
• Melaksanakan proses pembelajaran terkait tugas portofolio danmenilainya
pada saat kegiatan tatap muka, tugas terstruktur atau tugas
• mandiri tidak terstruktur, disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran
dan tujuan kegiatan pembelajaran
• Melakukan penilaian portofolio berdasarkan kriteria penilaian yang telah
ditetapkan atau disepakati bersama dengan peserta didik.
Penilaian portofolio oleh peserta didik bersifat sebagai evaluasi diri.
• Peserta didik mencatat hasil penilaian portofolionya untuk bahan
refleksidirinya
• Mendokumentasikan hasil penilaian portofolio sesuai format yang
telahditentukan
• Memberi umpan balik terhadap karya peserta didik secara
berkesinambungan dengan cara memberi keterangan kelebihan dan
kekurangan karya tersebut, cara memperbaikinya dan
diinformasikankepada peserta didik.
• Memberi identitas (nama dan waktu penyelesaian tugas),
mengumpulkandan menyimpan portofolio masing-masing dalam satu map
atau folder dirumah masing-masing ataudi loker sekolah
• Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, peserta
didikdiberi kesempatan untuk memperbaikinya
• Membuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan dan
penyerahan karya hasil perbaikan kepada guru
• Memamerkan dokumentasi kinerja dan atau hasil karya terbaik portofolio
dengan cara menempel di kelas
• Mendokumentasikan dan menyimpan semua portofolio ke dalam mapyang
telah diberi identitas masing-masing peserta didik untuk bahanlaporan
kepada sekolah dan orang tua peserta didik
• Mencantumkan tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi
perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat
perbedaan kualitasdari waktu ke waktu untuk bahan laporan kepada
sekolah dan atau orangtua peserta didik.
• Memberikan nilai akhir portofolio masing-masing peserta didik
disertaiumpan balik.
c) Acuan Kualitas Instrumen Portofolio
Tugas dan rubrik merupakan instrumen dalam penilaian portofolio.
Berikutini akan diuraikan standar tugas dan rubrik pada penilaian portofolio.
1) Acuan tugas penilaian portofolio
Tugas-tugas untuk pembuatan portofolio harus memenuhi
beberapakriteria berikut
• Tugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang
akandiukur
• Hasil karya peserta didik yang dijadikan portofolio berupa pekerjaanhasil
tes, perilaku peserta didik sehari-hari, hasil tugas terstruktur,dokumentasi
aktivitas peserta didik di luar sekolah yang menunjangkegiatan belajar
• Tugas portofolio memuat aspek judul, tujuan pembelajaran, ruanglingkup
belajar, uraian tugas, kriteria penilaian
• Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta
didikmengembangkan kompetensi dalam semua aspek
(sikap, pengetahuan, keterampilan)
• Uraian tugas bersifat terbuka, dalam arti mengakomodasidihasilkannya
portofolio yang beragam isinya
• Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas menggunakan bahasayang
komunikatif dan mudah dilaksanakan
• Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian tugas
portofoliotersedia di lingkungan peserta didik dan mudah diperoleh
2) Acuan Rubrik Penilaian Portofolio
• Rubrik penilaian portofolio harus memenuhi kriteria berikut :
• Rubrik memuat indikator kunci dari kompetensi dasar yang akan dinilai
penacapaiannya dengan portofolio
• Rubrik memuat aspek-aspek penilaian yang macamnya relevan dengan isi
tugas portofolio
• Rubrik memuat kriteria kesempurnaan (tingkat, level) hasil tugas.
• Rubrik mudah untuk digunakan oleh guru dan peserta didik
• Rubrik menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami

B. Bentuk instrumen penilaian kompetensi keterampilan


Instrumen penilaian kompetensi keterampilan berbentuk daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi deng rubrik :
1) Daftar cek (Check-list)Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan
menggunakan daftar cek (baik -tidak baik ). Dengan menggunakan daftar cek,
peserta didik mendapat nilai bilakriteria penguasaan kompetensi tertentu
dapat diamati oleh penilai. Jika tidakdapat diamati, peserta didik tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini
adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar
salah, dapat diamati, tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian
tidak terdapatnilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar
2) Skala Penilaian (Rating Scale)Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala
penilaian memungkinkan penilaimemberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan
kategori nilai lebih dari dua.Skala penilaian terentang dari tidak sempurna
sampai sangat sempurna.Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten,
3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor
subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil
penilaian lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai