Disusn Oleh:
NPM :03102011022
Semester : VI
Kelas : A
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yangatas rahmatnya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Ada
pun menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas ‘ Asesmen dan
Evaluasi Pembelajaran Biologi’
Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasn waktu dan kemampuan
kami maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya
Tertanda,
Penulis
DAFTAR ISI
A. Berpikir Kritis
B. Ranah Kognitif (cognitive domain)
C. Hasil pembelajaran asesmen
A. Berpikir kritis
B. Kemampuan Berpikir Kriti
2. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian.
Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable
dan menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan unjuk kerja,
penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila
unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk
menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan
penskorannya harus jelas.
3. Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh domain
yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus
menggunakan beragam cara dan alat penilaian seperti penilaian tertulis,
penilaian proyek, penilaian portofolio penilaian kinerja, untuk menilai
beragam kompetensi peserta didik, sehingga tergambar profil
kompetensi peserta didik.
4. Berkenambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun
waktu tertentu.
5. Obyektif
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus
adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian
skor.
6. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi,
memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas
belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara
optimal.
Materi 3
1. Siswa berperan aktif dalam proses penilaian. Pada fase ini mampu
menolong siswa untu mengurangi rasa cemas yang dapat mengganggu
fikirannya dan juga harga dirinya.
3. Sifat lebih positif terhadap sekolah dan belajar dapat berkembang dengan
baik.
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap (afektif), pengetahuan
(kognitif), dan keterampilan (psikomotorik) yang harus dilakukan secara seimbang agar
dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar
yang telah ditetapkan oleh kurikulum.
Menurut Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl menjelaskan bahwa ada enam
kategori dalam dimensi proses kognitif atau sasaran penilaian pada ranah
pengetahuan, adapun sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Materi 6
❖ Penilaian ranah afektif bisa diartikan sebagai penilaian terhadap sikap dan nilai yang
lebih sulit diukur daripada ranah lainnya. Penilaian ranah afektif tidak cocok jika diukur
dengan teknik tes karena aspek yang diukur terkait dengan sikap dan nilainilai. Teknik
penilaian yang cocok adalah dengan non tes, ada beberapa bentuk teknik penilaian
non tes yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian ranah afektif antara lain :
teknik observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, jurnal. Adapun skala minat, skala
sikap, wawancara, questioner.
Karakteristik Ranah Afektif Ada lima karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat,
konsep diri, nilai, dan moral.
• Penilaian diri Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri
menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
Contoh lembar penilaian diri
Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti! Berila tanda cek () sesuai
dengan kondisi dan kadaan kalian sehari-hari!
1. Saya semakin yakin dngan keberadaan tuhan setelah mempelajari ilmu pengtahuan.
2. Saya berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu kegiatan.
3. Saya mengucapkan rasa syukur atas segala karunia tuhan.
4. Saya memberi salam sebelum dan sesudah mengungkapkan pendapat didepan
umum.
5. Saya mengungkapkan keagungan tuhan apabila melihat kebesarannya.
• Skala Minat Yaitu instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk menilai minat
peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu.
Menentukan indikator minat yang akan dinilai. Memilih skala yang akan
digunakan. Menuliskan instrumen. Mendiskusikan dengan teman sejawat
merevisi instrumen hasil diskusi tersebut.
• Skala
sikap Skala sikap adalah kecenderungan berprilaku pada seseorang. Sikap juga dapat
diartikan sebagai reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang pada dirinya.
Cara yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu disebut
dengan skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif),
menolak (negative).
• Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengummpulan dan pencatatan data, informasi,
dan pendapat yang dilakukan melalui pecakapan dan tanya jawab, baik langsung
maupun tidak langsung dengan sumber data. Sebagai teknik penilaian, wawancara
dapat digunakan untuk menilai proses maupun hasil pembelajaran. Menilai proses
pembelajaran misalnya menilai efektifitas penggunaan metode, media pembelajaran
maupun sisteem penilaian yang diterapkan oleh guru. Menilai hasil pembelajaran
misalnya menilai sikap, minat serta kebiasaan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran seperti kebiasaan melaksanakan sholat, bersikap jujur, adil, dan
menjauhi perilaku yang tidak baik.
Langkah-langkah wawancara:
Menentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. Menentukan aspek-aspek
yang akan diungkap dari wawancara tersebut. Menentukan bentuk pertanyaan
yang akan digunakan. Menyusun pertanyaan wawancara.
Contoh
Nama :
Kelas /semester:
Jenis kelamin :
Materi 7
tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang
sengaja
membuat suatu keputusan. Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan
ituharuslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang
direncanakan.Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh
mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai siwa.Dengan kata-kata yang berbeda
evaluasi pendidikan ialah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke
arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum. Dalam
dunia pendidikan pasti dilakukan suatu evaluasi, salah satunya dengan cara tes
dikumpulkan dan kemudian dilakukan penilaian dan pemberian skor. Dan dalam
makalah ini akan membahas sedikit tentang pemeberian skor dan penilaian.
penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan
tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka,
seperti angka
dengan rentangan 0 – 10, 0 – 100, 0 – 4, dan ada pula yang dengan huruf A, B, C, D,
dan E
(Ngalim Purwanto, 1994:70). Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan
bentuk soalsoal tes yang dipergunakan, apakah tes objektif atau tes essay, atau
dengan bentuk lain.
Dalam menentukan angka atau skor untuk tes bentuk benar-salah ini kita dapat
menggunakan 2 cara, yaitu: (1) Tanpa denda, dan (2) Dengan denda.
Tanpa denda adalah banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang
cocok dengan kunci. Sedangkan dnegan denda (karena diragukan ada unsur tebakan),
digunakan
S=R-W
S = Score
R = Right
W = Wrong
Skor yang diperoleh siswa sebanyak jumlah soal yang benar dikurangi dengan jumlah
S = T – 2WT
3) Pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat (short answer test)
Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk
kata atau kalimat pendek. Maka jawaban untuk tes tersebut tidak boleh berbentuk
kalimat-kalimat panjang, tetapi harus sesingkat mungkin dan mengandung satu
pengertian. Dengan persyaratan
inilah maka bentuk tes ini dpaat digolongkan ke dalam bentuk tes objektif.Dengan
mengingat jawaban yang hanya satu pengertian saja. Maka angka bagi tiap nomor soal
mudah ditebak. usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit daripada
tes bentuk betul-salah atau pilihan ganda. Dalam tes bentuk ini, sebaiknya tiap soal
diberi angka 2 (dua). Tetapi apabila jawabannya bervariasi misalnya lengkap sekali,
lengkap, dan kurang lengkap, maka angkanya dapat dibuat bervariasi pula misalnya 2,
1,5, dan 1 4) Pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching)Pada dasarnya
tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda, dimana jawabanjawaban
dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-pertanyaannya. Karena tes bentuk
menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks. Maka angka yang
diberikan sebagai imbalan juga harus lebih banyak. Sebagai ancar-ancar dapat
ditentukan bahwa angka untuk tiap nomor adalah 2 (dua).5) Pemberian skor untuk tes
bentuk uraian Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih
dahulu pokokpokok jawaban yang kita kehendaki. Dengan demikian, maka akan
mempermudah kita dalam mengoreksi tes itu. Tidak ada jawaban yang pasti terhadap
tes bentuk uraian ini. Jawaban yang kita peroleh akan sangat beraneka ragam, beda
antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
a) Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk memperoleh gambaran mengenai
lengkap
b) Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. Misalnya jika jawabannya lengkap
diberi
c) Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya.
uraian.
6) Pemberian skor untuk tes bentuk tugas Tolak ukur yang digunakan sebagai ukuran
a) Ketepatan waktu
b) Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandkan keseriusan dalam mengerjakan
tugas.
e) Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan
oleh guru.
Dalam domain psikomotor, pada umumnya yang diukur adalah penampilan atau
kinerja.
Untuk mengukurnya, guru dapat menggunakan tes tindakan melalui simulasi, unjuk
kerja atau
tes identifikasi. Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah skala penilaian
yang
terentang dari Sangat Baik(5), Baik(4), Cukup(3), Kurang Baik(2), sampai dengan Tidak
Baik(1)
Untuk mengukur sikap dan minat belajar siswa, guru dapat menggunakan alat penilaian
model skala, seperti sikap dan skala minat. Skala sikap dapat menggunakan lima
skala, yaitu;
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju
(STS). Skala yang digunakan 5,4,3,2,1 (untuk pernyataan positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk
pernyataan negative). Begitupun dengan skala minat, guru dapat menggunakan lima
skala,
seperti Sangat Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang Berminat (KB),
dan Tidak
Berminat (TB).
Aspek penilaian pada umumnya meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Secara eksplisit, ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam Ranah afektif mencakup penilaian watak perilaku seperti sikap, minat, konsep
diri, nilai, dan moral. Sikap merupakan konsep psikologi yang kompleks sebagai
kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap suatu objek, orang, atau masalah tertentu.
Penilaian skala sikap pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada
ranah afektif. Penilaian ranah afektif dalam bentuk penilaian skala sikap peserta didik
perlu dikembangkan untuk mengetahui perubahan sikap peserta didik pada
pembelajaran tersebut. Cara mengukur sikap peserta didik tersebut menggunakan
instrumen dalam bentuk non tes yaitu berupa angket skala sikap berdasarkan skala
Likert yang terdiri dari 22 butir pertanyaan dengan jawaban pertanyaan antara lain:
Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (K), Jarang (JR), Tidak Pernah (JTP) yang
didasarkan pada kisi-
kisi instrumen skala sikap dalam bentuk checklist. Teknik dan instrumen penilaian yang
digunakan dalam Kurikulum 2013 mencakup penilaian kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Harapan penilaian ranah afektif bentuk skala sikap ini dapat
menunjang keberhasilan peserta didik serta mengetahui apakah kegagalan dalam
proses belajar mengajar berasal dari faktor akademik atau faktor afektif.
Materi 9
Pendahuluan
Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua
tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan
bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai
tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (1974) mengemukakan bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru
yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai
hasil belajar siswa. Dalam buku yang disusun oleh Tim PPPG (Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru) dikemukakan 10 kompetensi mengajar yaitu:
Pengukuran
Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang
dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau
benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan
pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter, kilogram, liter dan
sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depa,
jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran guru juga
melakukan pengukuran terhadap proses dan hasil belajar yang hasilnya berupa
angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut.
Evaluasi
➢ Tes
Adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang
harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan
tujuan pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tes
merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam asesmen pembelajaran
disamping alat ukur yang lain.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa asesmen pembelajaran bermanfaat untuk:
(1) memberi penjelasan secara lengkap tentang target pembelajaran yang dapat
dijelaskan; sebelum pendidik melakukan asesmen terhadap siswanya terlebih dulu
harus mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa, informasi yang dibutuhkan
tentang pengetahuan, keterampilan, dan performa siswa. Pengetahuan, keterampilan
dan performa siswa yang dibutuhkan dalam pembelajaran disebut dengan target atau
hasil pembelajaran;
(2) memilih teknik asesmen untuk kebutuhan masing-masing siswa, bila mungkin
guru dapat menggunakan beberapa indikator keberhasilan untuk setiap taget
pembelajaran; masing masing target pembelajaran memerlukan pemilihan teknik
asesmen yang berbeda, misalnya untuk dapat melakukan asesmen kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah dalam matematika tentu akan sangat berbeda
dengan kemampuan membaca atau mendengarkan, dan berbeda pula untuk
pemecahan masalah IPS yang memerlukan diskusi;
(3) memilih teknik asesmen untuk setiap target pembelajaran, pemilihan teknik
asesmen harus didasarkan pada kebutuhan praktis di lapangan dan efisiensi. Teknik
asesmen ini harus dapat mengungkapkan kemampuan khusus serta untuk
mengembangkan kemampuan siswa, sehingga ketika memilih teknik asesmen harus
pula dipertimbangkan manfaatnya untuk umpan balik bagi siswa. Sebab itu, ketika
melakukan interpretasi dari hasil asesmen haruslah dengan cermat, dengan
menghindari berbagai keterbatasan yang bersumber dari subyektifitas pelaksana
asesmen.
Dengan berlandaskan pada uraian di atas, Anda dapat membuat suatu pemahaman
yang lebih pasti tentang asesmen pembelajaran yaitu:
2) Asesmen harus didasarkan pada tujuan pembelajaran secara utuh dan memiliki
kepastian kriteria keberhasilan, baik kriteria dari keberhasilan proses belajar yang
dilakukan siswa, ataupun kriteria keberhasilan dari kegiatan mengajar yang dilakukan
oleh pendidik, serta keberhasilan program pembelajaran secara keseluruhan.
4) Terkait dengan evaluasi, asesmen pada dasarnya merupakan alat (the means)
dan bukan merupakan tujuan (the end), sehingga asesmen merupakan sarana yang
digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah siswa telah mencapai
hasil belajar yang diharapkan serta untuk mengetahui apakah proses pembelajaran
telah sesuai dengan tujuan atau masih memerlukan pengembangan dan perbaikan.
pembelajaran.
c. Perlu dipahami bahwa hasil pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam asesmen
proses dan hasil belajar mengandung kekeliruan. Angka yang diperoleh sebagai hasil
pengukuran (dengan menggunakan tes ataupun nontes) berupa: Thrue score + Error,
untuk itu kegiatan pengukuran dalam prosedur asesmen yang baik harus
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kekeliruan (error).
Kesalahan dalam proses asesmen dapat bersumber dari alat ukur, dari gejala yang
diukur, maupun interpretasi terhadap hasil pengukuran tersebut.
Latihan
(1) standar kompetensi, adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam
setiap mata pelajaran yang memiliki implikasi yang sangat signifikan dalam
perencanaan, metodologi dan pengelolaan penilaian,
(2) kompetensi dasar, adalah kemampuan minimal dalam rangka mata pelajaran
yang harus dimiliki lulusan;
proses; dan
Penilaian Kelas
Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang terkait
dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar
peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk kepentingan itu
dilakukan pengumpulan data sebagai informasi akurat untuk pengambilan
keputusan.
Pengumpulan data dengan prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan
kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai yang dalam subunit terdahulu kita
sebut dengan asesmen. Dari proses
a. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan dengan hasil
belajar siswa lain ataupun prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau
kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan kompetensi yang dipersyaratkan,
sehingga dengan demikian siswa tidak terdiskriminasi dalam klasifikasi lulus atau
tidak lulus, pintar atau bodoh, bisa masuk.
b. Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan dengan
menggunakan variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga gambaran
kemampuan siswa dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret secara akurat.
c. Dalam pelaksanaannya siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia,
tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk
mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah yang
dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan
yang dimilik
f. Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas, dikompromikan antara guru dengan
para siswa sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan demikian siswa mengetahui
kriteria yang akan digunakan dalam penilaian, agar berusaha mencapai harapan
(expectations) (standar yang dituntut) guru, dan mendorong siswa untuk
mengarahkan karya-karya nya sesuai dengan kriteria yang telah disepakati.
Pertanyaan yang kemudian muncul untuk Anda adalah apakah Anda tahu secara
persis apakah sebenarnya tujuan dari penilaian kelas. Secara rinci tujuan tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang
dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
b. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga akan bisa langsung
memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi menunda
atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
c. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus menerus dapat
melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik,
sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik
sehingga secara tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu pengayaan dan
siswa yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan.
d. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus
menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi Anda untuk
memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan,
sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa.
f. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan
komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester
atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan komite harus dijalin dan
dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan 1
Kita semua telah tahu bahwa tugas pendidik adalah mendesain materi dan situasi di
kelas agar siswa dapat belajar untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
Setelah Anda mempelajari apa keunggulan dan tujuan dari asesmen khusunya
asesmen berbasis kelas, maka perlu pula diketahui fungsi dari penilaian kelas
tersebut. Secara rinci fungsi dari penilaian kelas dapat dijelaskan sebagai berikut
(Diknas, 2006)
c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah satu
fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar dan
kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat
diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang siswa perlu
mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
d. Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk
dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapat
digunakan sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran
berikutnya, guna peningkatan capaian hasil belajar siswa .
e. Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik dan semua
stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran kemajuan
perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.
Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen berbasis
kelas adalah patokan yang harus dipedomani ketika Anda sebagai guru melakukan
asesmen hasil dan proses belajar. Terdapat ada enam prinsip dasar asesmen hasil
belajar yang harus dipedomani (Depdiknas, 2004 dan 2006) yaitu:
a. Prinsip Validitas
Sebagai contoh:
B : Kemampuan
menggunakan mikroskop Y
: Tes perbuatan (performa),
observasi
Jika guru menilai kompetensi A dan alat penilaian yang digunakan adalah X,
penilaian ini valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X,
dalam kenyataan yang dinilai bukan kompetensi A tetapi B, penilaian ini tidak valid.
Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X, dalam kenyataan
yang dipakai justru alat penilaian Y, penilaian ini tidak valid.
b. Prinsip Reliabilitas
Contoh yang lain adalah dalam menguji kompetensi siswa dalam melakukan
eksperimen di laboratorium. Sepuluh siswa melakukan eksperimen dan
masingmasing menulis laporannya. Penilaian ini reliable jika guru dapat
membandingkan taraf penguasaan 10 siswa itu dengan kompetensi eksperimen yang
dituntut dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang
sama mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan
hasilnya ternyata sama. Kondisi yang sama misalnya:
Penilaian tersebut tidak reliable jika ada kondisi yang berubah, misalnya ada 3siswa
yang sakit tetapi dipaksa melakukan eksperimen yang sama, dan ternyata hasilnya
berbeda.
Telah Anda pahami bahwa konsekuensi perubahan kurikulum juga akan menuntut
perubahan dalam sistem penilaiannya. Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Untuk bisa mencapai
itu penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, dimana penilaian dilakukan
secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran
pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu
tertentu.
d. Prinsip Komprehensif
Dalam proses pembelajaran, Anda sebagai pendidik pasti telah menyusun rencana
pembelajaran yang secara jelas menggambarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa serta indikator yang menggambarkan
keberhasilannya. Untuk itu penilaian yang dilakukan harus menyeluruh mencakup
seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan
beragam cara dan alat untuk menilai beragam
e. Prinsip Objektivitas
Obyektif dalam konteks penilaian di kelas adalah bahwa proses penilaian yang
dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari
penilai. Dalam implementasinya penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Dalam
hal tersebut, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan
bahasa yang dapat dipahami siswa, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam
pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor).
f. Prinsip Mendidik
Prinsip ini sangat perlu Anda pahami bahwa penilaian dilakukan bukan untuk
mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa, tetapi untuk
mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi
masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi).
Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran kemampuan siswa,
bukan gambaran ketidakmampuannya. Jadi, penilaian yang mendidik artinya proses
penilaian hasil belajar harus mampu memberikan sumbangan positif pada
peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik, dimana hasil penilaian harus
dapat memberikan umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat
belajar. Pada akhirnya Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk
memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas
belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
a. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:
b. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik materi yang dinilai.
Rangkuman
Materi subunit ini bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan dilaksanakan untuk
itu beberapa langkah yang dapat Anda pahami dan lakukan adalah:
f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas dapat
dilakukan dengan cara penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis,
penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman
Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1.
Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
4. Jelaskan disertai contoh apa yang harus dilakukan pendidik untuk menjamin bahwa
penilaian yang dilakukannya obyektif!
Pengantar
Cakupan asesmen terkait dengan ranah hasil belajar dalam konteks Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan. Hal ini merupakan penjabaran
dari stándar isi dan stándar kompetensi lulusan. Di dalamnya memuat kompetensi
secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
karakteristik masing-masing mata pelajaran. Muatan dari stándar isi pendidikan
adalah stándar kompetensi dan kompetensi dasar. Satu stándar kompetensi terdiri
dari beberapa kompetensi dasar dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam
indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan
oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah/daerah masing-
masing. Indikator-indikator yang dikembangkan tersebut merupakan acuan yang
digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar bersangkutan. Teknik
penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar
kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup
kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian,
hal ini karena memuat domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Ranah Kognitif
6) Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat menilai
suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga
siswa mampu mengembangkan kriteria, standar atau ukuran untuk mengevaluasi
sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat digunakan antara lain: menafsirkan,
menentukan, menduga, mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik.
b. Ranah Afektif
Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke
arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang
diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari
dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang
kemampuan dalam ranah afektif yaitu:
2) Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi
juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk
menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata-kata operasional yang
digunakan antara lain: menjawab, membantu, melakukan, membaca, melaporkan,
mendiskusikan, dan menceritakan.
3) Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena atau
tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata-kata operasional yang
digunakan antara lain; melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan,
mengambil bagian, memilih, dan mengikuti.
c. Ranah Psikomotor
Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-
kurangnya 30 menit. Kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada
aktualisasi kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi:
(1) setiap soal yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai jawaban
tunggal, (2) tes hanya berfokus pada skor akhir dan tidak terfokus pada bagaimana
siswa memperoleh jawaban, (3) tes mengendalikan pembelajaran di kelas, (4) tes
kurang mampu mengungkapkan bagaimana siswa berpikir, (5) kadang-kadang tes
tidak mampu menggambarkan prestasi sebenarnya dari siswa, dan (6) tes tidak
mampu mengukur semua aspek belajar.
Skor yang diperoleh sebagai hasil pengukuran hasil belajar dalam pelaksanaan
asesmen seringkali belum bisa memberikan makna secara optimal, sebelum
diberikan kualitas dengan membandingkan skor hasil pengukuran tersebut dengan
kriteria tertentu. Kriteria atau pendekatan dalam evaluasi hasil belajar dapat berupa
kriteria yang bersifat mutlak, kriteria relatif atau kriteria performance.
Penilaian Acuan Patokan didasarkan pada kriteria baku/mutlak, yaitu kriteria yang
telah ditetapkan sebelum pelaksanaan ujian dengan menetapkan batas lulus atau
minimum passing level. Dengan pendekatan ini begitu koreksi dilakukan, pengajar
segera dapat mengambil keputusan lulus atau tidak lulus serta nilai diperoleh. Dalam
pendekatan kriteria dituntut penanganan yang lebih detail dan terencana sebelum
proses pengajaran berlangsung, pengajar harus telah mengkomunikasikan
cakupan materi pengajaran dan kriteria keberhasilan serta kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik yang tercermin dalam
Penilaian Acuan Norma didasarkan pada kriteria relatif, yakni pada kemampuan
kelompok pada umumnya. Sehingga lulus dan tidaknya peserta uji yang ditunjukkan
dengan kategori nilai A, B, C bergerak dalam batas yang relatif. Pada prinsipnya
pendekatan norma menggunakan hukum yang ada pada kurva normal, yang dibentuk
dengan mengikutsertakan semua skor hasil pengukuran yang diperoleh. Penentuan
prestasi dan kedudukan siswa didasarkan pada Mean (rerata) dan Standard Deviasi
(simpangan baku) dari keseluruhan skor yang diperoleh sekelompok mahasiswa,
sehingga penilaian dan penetapan kriteria baru dapat ditetapkan setelah koreksi
selesai dilakukan.
2. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi. Ada bermacam
jenis evaluasi yang secara garis besar setidaknya dapat dibagi menjadi 5 jenis yaitu :
a. Evaluasi Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok
bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok
bahasan tertentu. Informasi dari evaluasi formatif dapat dipakai sebagai umpan balik
bagi pengajar mengenai proses pengajaran.
b. Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program
tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat prestasi
yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih khusus hasilnya
akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas.
e. Evaluasi Seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau memilih
orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Evaluasi ini
dilakukan kapan saja diperlukan. Aspek yang dinilai dapat beraneka ragam
disesuaikan dengan tujuan seleksi, sebab tujuannya adalah memilih calon untuk
posisi tertentu, karena itu analisis dari evaluasi ini biasanya menggunakan kriteria
yang bersifat relatif atau berdasar norma kelompok.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005 (PP No. 19/2005), penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas; (1) penilaian
hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
(3) penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Penilaian hasil belajar ini berlaku untuk mata pelajaran pada kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan
kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan.
4. Teknik Asesmen
Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan menjadi dua
macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes namun pada umumnya pengajar
lebih banyak menggunakan tes sebagai alat ukur dengan rasional bahwa tingkat
obyektivitas evaluasi lebih terjamin, hal ini tidak sepenuhnya benar. Anda bisa
lebih jauh mencermati pada unit-unit selanjutnya.
a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang
dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik
kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai alat ukur
sangat banyak macamnya dan luas penggunaannya. Uraian lebih jauh tentang
teknik tes ini secara khusus dibahas pada Unit 4.
➢ Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah
rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah
menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperagkat
pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaiakn atau
dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang
telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau tehnik yang digunakan
untuk mencapai tujuan.
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menajdi tiga aspek yaitu
ramah kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek
tersebut dipisahkan satu sama lain. Apapun jenis mata pelajarannya selalu
mengandung tiga aspek tersebut namun memiliki penekanan yang berbeda.
Untuk aspek kognitif lebih menekankan pada teori, aspek psikomotorik
menekankan pada praktik dan kedua aspek tersebut selalu mengandung
afektif.2
Menurut Bloom,
dkk (1956), aspek kognitif ini terdiri dari enam jenjang atau tingkat yaitu:4
Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan
seperti tehnik memo, jembatan keledai, mengurutka kejadian, membuat
singkatan yang bermakna. untuk dapat memahami hukum bacaan izhar halqi,
maka siswa harus memahami huruf-huruf izhar halqi, dan lain sebagainya
Tipe hasil belajar ini lebih tinggi dari pada pengetahuan.Pemahaman adalah
tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu memahami arti
atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.Dalam hal ini peserta didik
tidak haya hafalan secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah
atau fakta yang di tanyakan. Bukti seseorang itu memiliki kemampuan
pemahaman, misalnya mampu menjelaskan pengertian iman atau Islam
dengan susunan kalimatnya sendiri berdasarkan yang telah dipelajarinya,
memberi contoh lain tentang bacaan mad Tabi’I dari yang telah dicontohkan,
dan lain sebagainya.
Contoh kemampuan analisis ini dalam mata pelajaran PAI adalah “Peserta
didik mampu
menguraikan sebab-sebab jual beli barang-barang haram dilarang,
mengidentifikasikan sebab-sebab kejatuhan Daulah Bani Umaiyyah atau
Abbasiyah.
Alternatif jawaban ini beragam, ada yang menggunakan tiga alternatif yang
biasa nya digunakan disekolah tingkat dasar (SD/MI) kelas tingkat bawah ( 1-
3 ), ada yang menggunakan 4 alternatif yang biasanya digunakan ditingkat
SMP/MTs, dan ada yang menggunakan 5 alternatif pada tingkat SLTA dan
perguruan tinggi.
➢ Pengertian
Tes jawaban singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat pertanyaan yang
harus dijawab dengan jawaban singkat atau kalimat perintah yang harus
dikerjakan atau berupa kalimat pernyataan yang belum selesai sehingga
testee harus mengisikan kata untuk
melengkapi kalimat tersebut.Bentuk tes ini tepat digunakan untuk mengetahui
tingkat ingatan/hafalan dan pemahaman peserta didik.Tes ini juga dapat
memuat jumlah materi yang banyak, namun tingkat berpikir yang diukur
cenderung rendah.
4) Tes uraian
➢ Pengertian
Tes bentuk uraian merupakan alat evaluasi hasil belajar yang paling tua. Tes
uraian disebut pula dengan tes esai (essay test) atau tes subjektif. Dikatakan
tes subjektif terutama terkait dengan proses pemeriksaan dan pemberian skor
dari tester (evaluator) yang relatif lebih bersifat subjektif jika dibandingkan
dengan pada tes objektif.
1) Penilaian Portofolio
Menurut Poulson, portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang
menunjukan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu
bidang atau lebih. Portofoli dapat digunakan oleh peserta didik untuk melihat
kemauan mareka sendiri, terutama dalam hal
perkembangan pengetahuan mereka, sikap, ketrampilan dan ekspresinya
terhadap sesuatu.
E. Teknik penskoran Hasil Belajar Kognitif.
1) Tes Bentuk Pilihan Ganda
Cara menskor tes bentuk pilihan ganda ada dua. Pertama tanpa menerapkan
system denda terhadap jawaban tebakan. Kedua, dengan menerapkan
system denda terhadap jawaban tebakan.
a. Penskoran tanpa menerapkan system denda terhadap jawaban tebakan
Cara pemberian skor adalah dengan dua kemungkinan, yakni dengan
mempertimbangkan bobot skor setiap soal dan tanpa mempertimbangkan
bobot skor (Zainal Arifin, 1991). Cara pertama adalah menghitung jawaban
benar setiap testee dan kemudian dikalikan bobot skor setiap soal.
Materi 11
Salah satu objek atau sasaran evaluasi hasil belajar adalah aspek atau ranah
kognitif.Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental
(otak).Menurut undang-undang nomor 23 tahun 2016, Penilaian ranah merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.
Menurut Benjamin S Bloom dkk (1956), segala upaya yang menyangkut aktifitas
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampua menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, menyintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut
Bloom, dkk (1956), aspek kognitif ini terdiri dari enam jenjang atau tingkat yaitu:
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi.
Tes pilihan ganda adalah bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan
atau pernyataan (stem) dan diikuti sejumlah alternatif jawaban (option), tugas testee
memilih alternatif jawaban yang paling tepat. Kemungkinan jawaban tersebut dapat
berupa kata, frasa, nama tempat, nama tokoh, lambang atau kalimat yang sudah
pasti.
Ada beberapa model soal pilihan ganda yang dapat digunakan dalam evaluasi hasil
belajar, yaitu
Model pilihan ganda biasa , Model assosiasi, Model melengkapi berganda, Model
hubungan antar hal, Model analisis kasus, Model pemakaian diagram, grafik, peta
atau gambar.
➢ Pengertian
Tes jawaban singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat pertanyaan yang harus
dijawab dengan jawaban singkat atau kalimat perintah yang harus dikerjakan atau
berupa kalimat pernyataan yang belum selesai sehingga testeeharus mengisikan
kata untuk melengkapi kalimat tersebut.Bentuk tes ini tepat digunakan untuk
mengetahui tingkat ingatan/hafalan dan pemahaman peserta didik..
e). Jawaban yang dituntut oleh butir berupa kata, frase, angka, simbol, tahun,
tempat, dan sejenisnya harus singkat dan pasti.
f). Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang belum lengkap, bagian yang
dikosongkan (perlu diisi oleh testee) maksimud dua
g). Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakan pada akhir atau
dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat.
3). Tes menjodohkan Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah suatu
bentuk tes yang terdiri dari suatu seri pertanyyan dan satu seri jawaban. Masing-
masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban.
4) Tes uraian Tes bentuk uraian merupakan alat evaluasi hasil belajar yang paling
tua. Tes uraian disebut pula dengan tes esai (essay test) atau tes subjektif.
Dikatakan tes subjektif terutama terkait dengan proses pemeriksaan dan pemberian
skor dari tester (evaluator) yang relatif lebih bersifat subjektif jika dibandingkan
dengan pada tes objektif. Secara umum tes uraian ini memiliki karakteristik sebagai
berikut, pertama, tes uraian adalah tes yang berupa pertanyaan atau perintah yang
jawabannya menuntut testee mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk tulisan.
Ujian akhir semester (UAS).Dari sisi kemampuan, tes uraian ini digunakan untuk
mengukur kemampuan yang tidak dapat diukur dengan bentuk tes objektif.Secara
umum terdapat dua situasi dimana guru atau dosen untuk mengukur kemampuan
yang sangat tinggi yang tidak efektif diukur dengan tes bentuk objektif seperti
kemampuan analisis, sintesis, maupun evaluasi.Keempat, tes uraian digunakan jika
guru ingin mengukur kemampuan menulis.
Tes bentuk uraian ini ada dua macam, yaitu tes uraian terbatas atau uraian
terstruktur dan tes uraian bebas.
1). Tes uraian terbatas, disebut pula dengan tes uraian terstruktur atau tes uraian
objektif adalah tes uraian yang sifat jawabannya dibatasi (sudah terarah) baik
ditinjau dari segi materi maupun jawabannya. Penskoran pada tes uraian terbatas
cenderung lebih konsisten dan objektif.
2). Uraian bebas, yaitu bentuk tes uraian yang menghendaki jawaban yang terurai
(jawaban panjang). Tes uraian bebas ini bebas melalui tulisan atau karangan. Jadi
testee memiliki kebebasan mengemukakan jawaban melalui tuliasan. Benar tidaknya
tulisan testee hanya dapat diskor oleh guru yang benar-benar berpegalaman. Bentuk
tes ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
a). Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat
diketahuai luas dan intensitasnya,
b). Megupas suatu masalah yang kemungkinan jawaban beraneka ragam sehingga
tidak ada satu jawaban yang pasti
➢Pedoman tes uraian Kaidah penyusunan untuk tes bentuk uraian secara umum
adalah sebagai berikut:
a) Soal harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator
yang
Terdapat pada kurikulum. Artinya, soal uraian harus menanyakan perilaku dan
materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator.
Ada beberapa teknik non tes yang dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar kognitif yaitu portofolio, proyek (penugasan), dan produk (Depdiknas, 2004).
Teknik non tes ini sifatnya untuk melengkapi teknik tes.
1) Penilaian Portofolio
2) Penilaian Proyek
Materi 12
A. Berpikir Kritis
Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut
adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya:
(2) memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dan membuat
keputusan;
(3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk
menentukan dan menerapkan standar;
(4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai
bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.
Berpikir kritis adalah berpikir yang benar dalam rangka mengetahui secara
relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan,
mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada
pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan.
Berpikir kritis adalah berpikir mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan
informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar
secara logis, hingga sampai pada kesimpulan yang reliable dan terpercaya. Ada
enam belas karakteristik, yakni:
(3) membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang
cacat;
(4) menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah
keputusan;
(11) mampu menstrukturkan masalah dengan teknik formal, seperti matematika, dan
menggunakannya untuk memecahkan masalah;
(12) dapat mematahkan pendapat yan g tidak relevan serta merumuskan intisari
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah Kognitif. Dapat dikatakan
bahwa ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan akademis peserta didik yaitu
mencakup kegiatan otak (Sudaryono,2012). Taksonomi Bloom ranah kognitif yang
telah direvisi Anderson dan Krathwohl (Abdul Majid,2014) yakni mengingat
(remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), Menganalisis
(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).
a. Penilaian
Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses Evaluasi. Penilaian hasil
belajar peserta didik yang dilakukan Oleh guru selain untuk memantau proses
kemajuan dan Perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi
Yang dimiliki, juga sekaligus umpan balik kepada guru agar Dapat menyempurnakan
perencanaan dan proses program Pembelajaran. Namun jika proses penilaian yang
dilakukan oleh Guru asal-asalan dan tanpa arah yang jelas, maka pada akhirnya
Akan menghasilkan informasi tentang hasil pencapaian Pembelajaran peserta didik
yang tidak akurat dan tidak sesuai Dengan apa yang ada di lapangan.
b. Skor
Skor adalaha hasil pekerjaan memberikan angka yang diperoleh dengan jalan
Menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang telah Dijawab oleh testee
dengan betul, dengan memperhitungkan Bobot jawaban betulnya
c. Nilai
Nilai adalah angka angka ataupun huruf yang merupakan hasil ubahan dari skor
yang sudah di jadikan satu dengan skor skor lainnya serta disesuaikan dengan
peraturannya dengan standar tertentu.
a. Ranah Kognitif
Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan Belajar yang memerlukan jawaban
yang bersifat Pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri Pertanyaannya didahului
dengan kata-kata seperti;
Uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan,Simpulkan, dan sebagainya.
Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya Dapat dilakukan secara
objektif. Macam-macam tes Objektif.
Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam membedakan antara fakta dan pendapat. Agar soal dapat
berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan hendaknya homogen dari segi
isi. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana (Arifin,
2009:137).
Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes ini terdiri dari
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options).
Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan
beberapa pengecoh (distructor).
Mengenai jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru
bisa membuat 3, 4, atau 5 alternatif jawaban. Semakin banyak semakin bagus. Hal
ini dimaksudkan untuk mengurangi faktor menebak (chance of guessing). Adapun
kemampuan yang dapat diukur oleh bentuk soal pilihan ganda antara lain: mengenal
istilah, fakta, prinsip, metode, dan prosedur; mengidentifikasi penggunaan fakta dan
prinsip; menafsirkan hubungan sebab-akibat dan menilai metode prosedur (Arifin,
2009:138-139).
c) Tes Menjodohkan
A. Berpikir kritis merupakan salah Satu karakter yang akhir-akhir ini Memang
menjadi isu pendidikan, selain Menjadi bagian dari proses pembentukan Akhlak
anak bangsa. Kemampuan Berpikir kritis juga diperjelas melalui UU No 20 tahun
2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, yang berbunyi “ pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan Membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka Mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Menjadi warga negara yang demokrasi serta
bertanggung jawab.” salah satu potensi yang harus Dikembangkan dan dibentuk di
perguruan tinggi adalah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan proses mental yang
terorganisasikan dan berperan Dalam proses mengambil keputusan untuk
menyelesaikan masalah.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui :
a. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung,
b.Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan
atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut
dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk
kerja.
Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik,
sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan
bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat
yang sebenarnya.
Meniru
Memanipulasi
Pengalamiahan
Kategori ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan
dijadikan sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang
ditampilkan lebih meyakinkan.Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
kategori ini adalah : mengalihkan, menggantikan, memutar, mengirim,
memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi, mencampur, mengoperasikan,
mengemas, dan membungkus.
Artikulasi
Kategori ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan
interpretatif.
Materi 15
MENGIDENTIFIKASI TEKNIK DAN BENTUK INSTRUMEN ASESMEN
KOMPETENSI KETRAMPILAN SERTA MAMPU MELAKUKAN PELAPORAN
HASIL TES PRAKTIK DAN ACUAN INSTRUMEN TES PRAKTIK
KOMPETENSI KETRAMPILAN