Anda di halaman 1dari 45

5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kaitan PTK dan PKP


1. Pengertian PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mempunyai
berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Penelitian tindakan kelas
merupakan terjemahan dari Classroom Action Research. Action research sesuai
dengan arti katanya, diterjemahkan menjadi penelitian tindakan. Oleh Carr &
Kemmis (McNiff, 1991) didefinisikan sebagai berikut:
1) Penelitian tindakan kelas adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang
dilakukan melalui refleksi diri.
2) Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti,
seperti guru, siswa, atu kepala sekolah.
3) Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.
4) Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan
praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga
tempat praktik tersebut dilaksanakan.
Dari keempat ide pokok tersebut dapat kita simpulkan bahwa penelitian
tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi
diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta
bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.
PTK tentunya memiliki manfaat yang besar terutama bagi semua pihak
yang terlibat didalamnya, seperti manfaat bagi guru, pembelajaran/siswa, maupun
bagi sekolah.
 Manfaat Penetitian Tindakan Kelas bagi Guru
Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi
guru, pembelajaran maupun bagi sekolah. Berikut ini akan saya sampaikan
manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas yang saya kutip dari sebuah buku
Penelitian Tindakan Kelas, IGAK Wardani.
6

Manfaat Penelitian Tindakan Kelas bagi guru mempunyai beberapa


manfaat sebagai berikut :
a. Penelitian Tindakan Kelas bisa dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya.
b. Dengan melakukan PTK guru dapat mengembangkan keprofesionalannya di
dalam memperbaiki pembelajaran.
c. PTK membuat guru lebih percaya diri
d. Melalui PTK, guru berkesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan sendiri.
 Manfaat PTK Bagi Pembelajaran Siswa
Mengacu kepada karakteristik PTK sebagai penelitian yang bertujuan untuk
memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir adalah hasil belajar siswa
diharapkan akan meningkat.  Sebaliknya jika kesalahan dalam pembelajaran
dibiarkan begitu saja maka hasil belajar siswa pun akan tetap sama bahkan
cenderung menurun.
 Manfaat PTK Bagi Sekolah
Sekolah yang para gurunya melakukan PTK tentu akan memetik banyak
sekali manfaat. Manfaat tersebut diantaranya menjadikan sekolah berkembang
dengan pesat. Bila kegiatan pembelajaran sudah diperbaiki pastilah akan
meningkatkan hasil belajar siswa. Bila hasil belajar sudah meningkat, maka
prestasi sekolah pun demikian. 

2. Pengertian PKP
PKP merupakan sebuah proses penerapan konsep PTK pada situasi nyata
yang diberi bobot studi. Dengan kata lain, program PKP adalah pengembangan
dari mata kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) dengan kerangka
pikir PTK. Dengan demikian, kemampuan yang dikembangkan melalui PKP lebih
kompleks dari kemampuan yang dikembangkan melalui PKM.
Tujuan dan Manfaat PKP
Setelah menyelesaikan PKP, diharapkan kemampuan mengajar mahasiswa akan
semakin mantap. Dengan demikian, mahasiswa akan tumbuh menjadi guru yang
7

profesional, mampu menerapkan kaidah-kaidah PTK untuk meningkatkan kualitas


pembelajaran. Secara lebih khusus, setelah melaksanakan PKP mahasiswa
diharapkan mampu:
a. menemukan kelemahan/permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan
melalui refleksi;
b. menemukan alternatif solusi untuk memperbaiki kelemahan dan atau
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan berdasarkan PTK;
c. mempertanggungjawabkan keputusan/tindak perbaikan pembelajaran yang
dilakukan secara ilmiah, yang dapat disampaikan secara tulisan.
Manfaat lain yang akan diperoleh mahasiswa setelah mengikuti mata
kuliah PKP adalah dapat menggunakan laporan PKP sebagai karya ilmiah yang
diajukan untuk kenaikan pangkat sebagai seorang guru. Selanjutnya, dengan
mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata kuliah PKP dengan baik, mahasiswa
akan lebih menguasai konsep dan kaidah PTK serta dapat menjadikannya sebagai
kerangka berpikir untuk memperbaiki pembelajaran di kelasnya, di samping
mahasiswa akan lebih mantap dalam mengelola pembelajaran dengan melakukan
latihan terbimbing untuk memperbaiki pembelajaran di kelas yang dilakukan
berulang kali.

3. Kaitan PTK dengan PKP


Kaitan antara PTK dengan PKP adalah untuk meningkatkan
profesionalitas mahasiswa sebagai seorang guru yang sangat erat dan saling
mendukung. Dari pembelajaran mata kuliah PTK mahasiswa memperoleh
pengetahuan maupun kompetensi untuk melaksanakan penelitian Tindakan kelas.
Pengetahuan dan kemampuan ini merupakan bekal awal untuk memperlancar
penyelesaian tugas-tugas mata kuliah PKP, selanjutnya pengetahuan dan
hubungannya akan berdampak terhadap peningkatan profesionalitas mahasiswa
sebagai seorang guru.
8

B. Karakteristik Siswa
Piaget memandang, bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuan dan pemahamannya mengenai realitas. Anak yang lebih berperan
aktif dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh melalui pengalaman.
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang berdasarkan priode-
priode yang terus bertambah kompleks. Menurut tahapan piaget, setiap individu
akan melalui serangkaian perubahan kualitatif. Perubahan ini terjadi karena
tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya
pengorganisasian struktur berfikir. Perkembangan kognisi atau intelektual anak
berjalan secara bertahap dan berkelanjutan seiring bertambahnya umur. Walaupun
dalam perkembangan kognisi pada usia-usia tertentu memiliki pola umum, tetap
ada peluang bahwa sebagian anak menunjukkan perkembangan lebih awal dari
pola umum tersebut. Rata-rata umumnya perkembangan kognisi anak usia SD
berkisar antara 6-13 tahun mulai dari kelas satu sampai kelas enam . Adapun
karakeristik dan kebutuhan siswa sebagai berikut:
1. Senang bermain.
2. Senang bergerak.
3. Anak senang bekerja dalam kelompok.
4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Begitu pula karakteristik siswa yang ada di SDN Bantarpanjang 1 yang
berbeda-beda kepribadian mulai dari latar belakang dan status sosialnya. Selain
berbeda kepribadian, siswa SDN Bantarpanjang 1 juga memiliki banyak
perbedaan dari segi pengetahuan intelektual dan berfikir. Rata-rata berfikir siswa
SDN Bantarpanjang 1 masih rendah, terbukti senang bermain dan Senang
merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.

C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium” yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan
demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
9

pesan. Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup
penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Indah kosmiyah
(2012 : 73)
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media
merupakan sebuah penyambung pemahaman antara guru dan siswa, untuk
mempermudah pemahaman kepada siswa, sehingga apa yang disampaikan atau
dijelaskan oleh guru kepada siswa bisa diterima dengan cepat. Selain itu media
merupakan sebuah wahana untuk menarik minat belajar siswa dan menghilangkan
rasa jenuh dalam pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran matematika,
sehingga siswa merasa senang dan bergairah dalam mengikuti pembelajaran
sampai akhir pembelajaran.

2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran


a) Media Audio
Sesuai dengan namanya “audio” yang berarti penerimaan bunyi, pendengaran,
media audio adalah media yang megandung pesan pembelajaran yang berbentuk
suara atau bunyi (hanya dapat di dengar).
b) Media Visual
Media visual adalah media yang berisi pesan yang hanya dapat dilihat. Media
jenis ini sering digunakan oleh guru dalam mebahas materi pelajaran.
c) Media Audiovisual
Jenis media ini mengandung unsur audio dan visual. Pesan pembelajaran yang
disampaikan melalui media ini dapat dipandang dan didengar oleh siswa sehingga
media audiovisual biasanya disebut media pandang dengar.

3. Pengertian Media Konkret


Menurut Gerlach & Ely (Arsyad, 2014) mengatakan bahwa, “Media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap”. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan
10

sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan herbal.
Menurut Syaodih (2010) mengatakan bahwa, “Konkret atau objek yang
sesungguhnya akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam
mempelajari hal berikut, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan
tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konkrit yaitu nyata, benar-benar ada
(berwujud, dapat dilihat, dapat diraba,dsb). Jadi media konkret adalah segala
sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efesien menuju
tercapainya tujuan yang diharapkan.
Menurut Ibrahim & Sukmadinata (2003 : 129) benda konkret adalah benda
yang sebenarnya dan dapat diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara
melihat, mengamati dan memegangnya secara langsung tanpa melalui alat bantu.
Benda nyata atau benda sesungguhnya merupakan suatu objek yang dapat
memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari
berbagai hal terutama yang menyangkut keterampilan tertentu.
Media konkret merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya,
karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya.
Yang dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian
informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak
mengalami perubahan yang berarti (Daryanto, 2013 hal 11).
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa media kokret sama
dengan benda asli, yaitu benda nyata yang bisa dibuktikan.
11

4. Langkah-Langkah Penggunaan Media Konkret


1) Guru menunjukkan benda konkret yaitu manik-manik.
2) Siswa melakukan pengamatan terhadap benda konkret yang diperlihatkan guru.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tentang penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut yang
berbeda.
4) Guru menjelaskan materi perkalian.
5) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai operasi hitung perkalian.
6) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri
dari 4-5 orang.
7) Soal (evaluasi). Guru mengevaluasi hasil belajar melalui soal (evaluasi) tentang
materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap persentasi hasil
kerja kelompok masing-masing.
8) Penghargaan prestasi atas keberhasilan kelompok dalam pembelajaran materi
operasi hitung perkalian.

5. Kelebihan Media Konkret


Kelebihan penggunaan media konkret dalam pembelajaran adalah:
a) Membangkitkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga
mengurangi kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya.
b) Meningkatkan minat siswa untuk materi pelajaran.
c) Memberikan pengalamanpengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri
untuk belajar.
d) Dapat mengambangkan jalan pikiran yang berkelanjutan.
e) Menyediakan pengalamanpengalaman yang tidak mudah di dapat melalui materi-
materi yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam.

6. Kelemahan media konkret adalah:


1. Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah terkadang memiliki resiko
dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya.
12

2. Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata tidak sedikit dan
memiliki kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya.

D. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Ernest R. Hilgard (2001) Menjelaskan bahwa
belajar merupakan sebuah proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
dapat menimbulkan perubahan dan keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh hal lainnya. Selanjutnya Menurut Gagne Belajar merupakan
sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya
suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat
refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (1999), Belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Djamarah, Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor. Jadi, belajar adalah proses serangkaian kegiatan untuk berusaha
memperoleh pengetahuan dan dapat menimbulkan perubahan (tingkah laku,
kepandaian, dan lain-lain) yang berasal dari pengalaman orang seorang yang
berhubungan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk menangkap isi dan
pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan
pada ranah-ranah:

1). Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran


atau pikiran yang terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
13

2). Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-
reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdidri dari kategori penerimaan,
partisipasi, penilaian sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3). Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani


yang terdidri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

2. Faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Slameto (2010:54) menerangkan bahwa faktor – faktor yang


mempengaruhi hasil belajar adalah: 
1). Faktor intern meliputi : 
a. Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. 
b. Faktor psikologis terdiri dari inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan. 
c. Faktor kelelahan baik kelelahan secara jasmani maupun kelelahan secara rohani. 
2) Faktor ekstern meliputi: 
a. Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan. 
b. Faktor sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 
c. Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

3. Prinsip utama belajar


Prinsip-prinsip Belajar yang Aktif Menurut Suprihatin Saputro (2000: 146-
150) Dalam kegiatan belajar agar siswa dapat belajar dengan aktif perlu ditunjang
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
14

1) Menyajikan kegiatan yang bervariasi Kegiatan pembelajaran dan metode yang


digunakan bervariasi seperti menggunakan metode diskusi, percobaan, meringkas
buku dan lain-lain.
2) Menciptakan suasana belajar yang bervariasi Kegiatan belajar diciptakan secara
menarik dan bervariasi dan tidak membosankan seperti pengaturan tempat duduk
siswa, pengaturan ruangan.
3) Mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar Hendaknya dalam kegiatan
selalu beranggapan bahwa setiap siswa memiliki potensi kemampuan dan
pengalaman. Aktivitas siswa dalam kegitan belajar mencakup aktivitas fisik,
mental dan sosial. Keaktifan siswa dapat terlaksana bila tugas-tugas yang
dilakukan siswa mengacu pada keterampilan proses.
4) Mendorong siswa agar kreatif
Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktifkan dirinya
seperti memberikan kesempatan untuk berpendapat, mengajukan pertanyaan atau
usul.
5) Meningkatkan terjadinya interaksi yang lebih baik dalam kelas.
Guru lebih berperan sebagai pengarah atau pengendali kegiatan belajar mengajar,
siswa tidak harus meminta informasi atau jawaban yang diperlukan.
6) Melayani perbedaan individu
Siswa ada yang dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik melalui mendengar,
melihat ataupun melalui cerita, hendaknya hal ini digunakan sebagai kegiatan
belajar yang bervariasi untuk melayani perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa.
7) Memanfaatkan berbagai sumber belajar
Penggunaan buku, alat peraga ataupun media dalam kegiatan pembelajaran akan
memacu siswa untuk belajar dan tidak mengalami kebosanan.

4. Pengertian hasil belajar


Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran
di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan
secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut
dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil
15

belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar
kelas. Semua hasil belajar siswa tersebut merupakan hasil dari sustu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan
Mudjiono, 2009).
Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau
proses belajar  yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang 
menceritakan  hasil  yang  sudah  dicapai  oleh  setiap  anak  pada periode 
tertentu.  Menurut  “Susanto  (2013) perubahan  yang terjadi pada  diri  siswa, 
baik  yang  menyangkut  aspek  kognitif,  afektif,  dan psikomotor sebagai hasil
dari belajar”.
Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi (dalam Susanto,
2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu.
Menurut  Sudjana  (2009)  “mendefinisikan  hasil  belajar  siswa  pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut
melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah
dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.

5. Klasifikasi hasil belajar


Bloom dalam Winkel  (2005) menggolongkan tiga tipe hasil belajar yang
berkaitan dan saling melengkapi. Ketiga kategori ini disebut ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Bloom menggolongkan enam tingkatan dalam ranah
kognitif dari pengetahuan sederhana sebagai tingkatan yang paling rendah ke
16

penilaian yang paling kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi.
Keenam tingkatan tersebut meliputi
 (1) pengetahuan,
 (2) pemahaman,
 (3) penerapan,
 (4) analisis, 
 (5) sintesis dan 
 (6) penilaian. 
Bidang afektif dimulai dari tingkat yang dasar/sederhana, sampai tingkatan yang
kompleks. Tingkatan-tingkatan tersebut yaitu,
 (1) penerimaan,
 (2) partisipasi, 
 (3) penilaian, 
 (4) organisasi, dan 
 (5) pembentukan pola hidup. 
Tingkatan dalam ranah psikomotor dimulai dengan refleks yang sederhana pada
tingkatan 
 (1) persepri, 
 (2) kesiapan, 
 (3) gerakan terbimbing, 
 (4) gerakan yang terbiasa,
 (5) gerakan kompleks,
 (6) penyesuaian pola gerak dan
 (7) kreativitas.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, menurut Sardiman (2008)
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Faktor Eksternal (faktor sosial dan non sosial)
Faktor-faktor yang dapat dikelompokkan ke dalam faktor non sosial
misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, dan tempat, gedung dan lat-alat buku serta
17

lainnya. Semua faktor yang termasuk golongan ini perlu dilengkapi dan diatur
mengingat situasi dan kondisi tempat. Jika sekolah berlangsung di pagi hari,
mestinya tidak ada masalah dengan suhu udara, lain halnya dengan sekolah yang
diselenggarakan pada siang, sore dan malam hari. Pada waktu siang hari udara
panas yang terkadang membuat siswa tidak kuat , apalagi dalam kondisi ruangan
yang sempit dan deket dengan sumber keramaian. Hal ini mengakibatkan siswa
tidak dapat berkonsentrasi secara penuh. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor
sosial adalah faktor manusia, baik manusia secara nyata dalam arti hadir, maupun
tidak hadir sebagai contoh misalnya foto, televisi, gambar fan lain-lain.

b. Faktor internal (faktor fisiologis dan psikologis)


Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan fisik
dan kesehatan siswa. Faktor ini mempunyai peranan penting juga. Bagaimana
siswa akan belajar baik apabila keadaan badan dan kesehatannya terganggu.
Adapun faktor psikologis adalah yang berhubungan dengan kejiwaan anak didik.
Yag termasuk ke dalam faktor ini yaitu perhatian, bakat, minat, emosi, dan
motivasi. Motivasi sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar, karena
motivasi merupakan dorongan yang datang dari dalam diri sendiri ataupun dari
luar (bantuan orang lain).
Dalam hubungannya dengan belajar, motivasi mempunyai peran yang
penting karena peran motivasi ini merupakan faktor penggerak agar siswa dapat
melakukan aktivitasnya sehingga menimbulkan gairah, senang dan bersemangat
dalam belajar. Hal ini dipertegas oleh Hamalik (2003:161) bahwa fungsi motivasi
adalah mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbbuatan tanpa adanya
motivasi. maka akan timbul perbuatan seperti belajar
Dari fungsi-fungsi motivasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi
mendorong untuk berbuat, menentukan arah perbuatan belajar, menyeleksi
perbuatan belajar, berfungsi meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
demikian maka motivasi yang dimiliki siswa, semakin tinggi intensitas belajarnya,
semakin tinggi pula kemungkinan untuk berhasil atau berprestasi.
18

E. Karakteristik Mata Pelajaran


1. Pengertian Matematika
Matematika diartikan oleh Johnson dan Rising (Erman Suherman, 2003)
sebagai pola berpikir, pola mengorganisasi, pembuktian yang logik, bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat
representasinya dengan simbol dan padat. Matematika menurut Erman Suherman
(2003) adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengolah logika, baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Menurut Johnson dan Myklebust yang
dikutip olah Mulyono Abdurrahman (2002) matematika adalah bahasa simbiolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif
dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan
pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja
diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika
tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan
belajar secara efektif dan efisien.
Matematika selalu terkait dengan besaran terukur (uang, waktu, suhu, jumlah
barang, dll) yang dinyatakan dalamangka atau symbol. Hubungan antar kuantitas
(terukur), besaran, sifat-sifat dan operasi logis adalah beberapa hal yang dipelajari
dalam ilmu matematika.

2. Fungsi dan tujuan Matematika


Fungsi matematika adalah sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai
kompetensi. Dengan mempelajari materi matematika diharapkan siswa akan dapat
menguasai seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,
penguasaan materi matematika bukanlah tujuan akhir dari pembelajaran
matematika, akan tetapi penguasaan materi matematika hanyalah jalan mencapai
penguasaan kompetensi. Fungsi lain mata pelajaran matematika adalah sebagai:
alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut
19

hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah. Berikut


penjelasan mengenai fungsi pembelajaran matematika :
Matematika sebagai suatu alat
Maksudnya adalah guru hendaklah sangat diharapkan agar para siswa diberikan
penjelasan untuk melihat berbagai contoh dalam penggunaan matematika sebagai
alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam kehidupan
kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Namun tentunya harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan siswa, sehingga diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran matematika di sekolah.
Matematika sebagai Pola Pikir
Maksudnya siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat
untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui
persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang
merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika
lainnya. Bila seorang siswa dapat melakukan perhitungan, tetapi tidak tahu
alasannya, maka tentunya ada yang salah dalam pembelajarannya atau ada sesuatu
yang belum dipahami. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan
untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang
dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan
pengamatan terhadap contoh-contoh diharapkan siswa mampu menangkap
pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk
membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman
atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus
(generalisasi). Di dalam proses penalarannya dikembangkan pola pikir induktif
maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan
perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu
kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah.
Matematika sebagai Ilmu atau Pengetahuan
Sebagai ilmu pengetahuan, oleh karena itu, pembelajaran matematika di
sekolah harus diwarnai oleh fungsi yang ketiga ini. Sebagai guru harus mampu
menunjukkan bahwa matematika selalu mencari kebenaran, dan bersedia meralat
20

kebenaran yang telah diterima, bila ditemukan kesempatan untuk mencoba


mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah.
Dengan mengetahui fungsi-fungsi matematika tersebut diharapkan kita
sebagai guru atau pengelola pendidikan matematika dapat memahami adanya
hubungan antara matematika dengan berbagai ilmu lain atau kehidupan. Belajar
matematika juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu
pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-
pengertian itu.
Fungsi matematika yang lain adalah Dalam buku standar kompetensi
matematika Depdiknas, secara khusus disebutkan bahwa fungsi matematika
adalah mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan rumus
dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus
dan trigonometri. Metamatika juga berfungsi mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika, diagram, grafik, atau
tabel.
Tujuan Pembelajaran Matematika
Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting,
yaitu mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan
pendidikan matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi :
1. Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan
membentuk kepribadian siswa
2. Tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan
masalah dan menerapkan matematika.

Secara lebih terinci, tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada


buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi,
21

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan


penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu,
membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba,
3. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.

Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika


No. Standar Kompetensi Kompetensi dasar
3.1 Menjelaskan sifat-sifat operasi hitung
pada bilangan cacah.
Melakukan operasi hitung
1. 4.1 Menyelesaikan masalah yang
bilangan sampai tiga angka
melibatkan penggunaan sifat-sifat operasi
hitung pada bilangan cacah.

Materi perkalian kelas III

PERKALIAN
a. Perkalian sebagai penjumlahan berulang
Contoh 1 :
Perhatikan gambar berikut

Ada 3 keranjang yang berisi apel. Setiap piring berisi 6 buah jeruk. Banyak jeruk
seluruhnya dapat dihitung dengan cara. 6 + 6 + 6 = 18 Bentuk 6 + 6 + 6
menunjukkan penjumlahan angka 6 sebanyak 3 kali. Jadi, 6 + 6 + 6 dapat ditulis
menjadi perkalian 3 × 6 = 18.
22

Contoh 2 :

Ada 5 ikat rambutan. Masing-masing ikat berisi 8 buah rambutan . Banyak buah
rambutan seluruhnya dapat dihitung dengan cara: 8 + 8 + 8 + 8 + 8 = 40 Bentuk 8
+ 8 + 8 + 8 + 8 dapat ditulis menjadi perkalian 5 x 8 = 40
LATIHAN
Untuk meyakinkan kembali bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang,
kerjakan latihan berikut
Contoh :
4 + 4 + 4 = 3 × 4 = 12
7 + 7 + 7 + 7 = 4 × 7 = 28
Ayo, kerjakan seperti contoh di atas! (Kerjakan di buku tugasmu!)
1. 5 + 5 + 5 + 5 = 4 × 5 = 20
2. 6 + 6 + 6 + 6 = ... × ... = ....
3. 6 + 6 + 6 + 6 + 6 = ... × ... = ...
4. 7 + 7 + 7 = ... × ... = ...
5. 7 + 7 + 7 + 7 + 7 = ... × ... = ...
Dari latihan-latihan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkalian merupakan
penjumlahan berulang.

B. Perkalian dengan cara bersusun panjang


23

LATIHAN
1.) 6 6 2.) 5 4 3.) 6 2 4.) 4 4 5.) 6 3
3x 4x 3x 6x 4x

B. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian pada bilangan


cacah.
Mari mencoba berlatih menghitung jumlah ikan hias yang dihasilkan oleh sebuah
peternakan.
Contoh
Sebuah peternakan ikan hias dapat menghasilkan 34 ekor dalam waktu satu hari.
Berapa banyak ikan hias yang dihasilkan peternakan tersebut dalam waktu satu
minggu?
Jawaban:
Masih ingatkah perkalian yang sudah kamu pelajari sebelumnya?
Peternakan menghasilkan 34 ekor ikan hias dalam waktu satu hari.
Dalam waktu satu minggu banyak ikan hias yang dihasilkan adalah 34 + 34 +34
+34 +34 +34 +34 = 238 ekor.
Dalam perkalian ditulis 7 × 34 = 238
24

LATIHAN
1. Adi memiliki 4 kantong kelereng. Tiap kantong berisi 24 butir kelereng. Berapa
butirkah jumlah kelereng Adi?

2. Nenek memiliki 5 keranjang buah jeruk. Tiap keranjang berisi 35 buah jeruk.
Berapa banyak buah jeruk Nenek?

3. Yaya suka membuat boneka dari kain flanel. Dalam satu hari, dia bisa membuat
hingga 15 buah boneka. Berapa buah boneka yang bisa dibuat oleh Yaya dalam 6
hari ?

4. Ibu membeli 5 kantong roti setiap kantong berisi 12 roti, berapakah jumlah
seluruh roti milik ibu?
25

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek penelitian
Penelitian perbaikan pembelajaran dengan judul Upaya meningkatkan
pemahaman siswa pada operasi hitung perkalian dengan menggunakan media
konkret di kelas III SDN Bantarpanjang 1 Kabupaten Sukabumi. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Bantarpanjang 1 Kabupaten Sukabumi.
Siswa kelas III berjumlah 21 orang, terdiri dari 13 orang laki-laki dan 8 orang
perempuan. Lokasi penelitian ini yaitu beralamat di Jl. Cijaha Desa.
Bantarpanjang Kabupaten Sukabumi Prov. Jawa Barat.
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan sebagaimana terjadwal
dalam table berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Hari Tanggal Kelas Waktu Mata Keterangan
Pelajaran
Kamis 13/10/2022 III 08.00 – 09.10 Matematika Siklus 1
Kamis 20/10/2022 III 08.00 – 09.10 Matematika Siklus 2

B. Deskripsi Per Siklus


1. Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan (Planning)

Tahapan pertama peneliti mengidentifikasi permasalahan yang timbul


dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas III SDN Bantarpanjang 1
Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya menganalisis, dimana permasalahan yang timbul selama


kegiatan pembelajaran dianalisis, untuk selanjutnya dirumuskan rencana
perbaikan pembelajaran untuk memperbaikinya dengan menggunakan media
konkret.
26

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I, peneliti dengan


supervisior 2 yang bertindak sebagai observer melakukan observasi dan refleksi
bersama-sama.
Penelitian perbaikan pembelajaran dilakukan dengan penggunaan media
konkret untuk meningkatkan pemahaman siswa pada operasi hitung perkalian.
Pencapaian hasil belajar ini diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang
dilakukan setelah kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti meliputi
kegiatan berikutnya :
a. Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus I mata pelajaran
Matematika pada materi Operasi hitung perkalian dengan menggunakan media
konkret.
b. Melakukan diskusi dengan observer untuk menentukan lembar observasi dan
teknik pengumpulan data yang terstruktur dalam merekam kegiatan perbaikan
pembelajaran.
c. Menentukan buku sumber, dan buku penunjang yang relevan dengan materi.
d. Menyiapkan alat peraga (media konkret) yang tepat untuk penguatan dan
memperjelas dalam penyampaian materi.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dengan menggunakan


media Konkret.

1) Kegiatan awal

 Pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam
b. Siswa dan guru bersama-sama berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-
masing sebelum memulai kegiatan pembelajaran (Religious)
c. Guru mengabsen siswa satu persatu
27

d. Guru mengajukan pertanyaan mengenai materi yang sebelumnya dan


mengaitkannya dengan materi yang akan disampaikan
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

2) Kegiatan inti
a. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran.
b. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok
c. Tiap kelompok terdiri dari 4 orang yang mempunyai kemampuan yang berbeda
dan ada kelompok terdiri dari 5 orang
d. Siswa duduk menurut kelompoknya masing-masing
e. Guru menjelaskan materi ajar tentang operasi hitung perkalian
f. Memperlihatkan dan memperagakan media pembelajaran yang akan digunakan
pada pembelajaran operasi perkalian
g. Siswa menyimak materi yang dijelaskan guru
h. Dengan menggunakan media media konkret siswa menghitung dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian
i. Guru memberikan tugas kelompok
j. Siswa mengerjakan tugas kelompok
k. Guru meminta salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil tugas kelompok
nya.
l. memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
m. Guru memfasilitasi siswa berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar
n. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut
o. Siswa dan guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
p. Siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
28

3) Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan evaluasi untuk melihat keberhasilan siswa dalam menerima
materi pelajaran.
b. Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah disampaikan melalui tanya
jawab
c. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa yang mengalami kesulitan tentang
materi yang disampaikan.
e. Guru memberikan evaluasi atau penilaian.
f. Berdo’a dan salam.

c. Pengamatan (Observing)
Tahap observing yang dilakukan pada siklus I meliputi :
a. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b. Aktivitas siswa saat kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung.
c. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
d. Tingkat keberhasilan belajar siswa.

d. Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti meliputi :
a. Mengkaji proses pelaksanaan pembelajaran Matematika pada materi operasi
hitung perkalian dan efek tindakan apa yang ditunjukkan siswa melalui
penggunaan media konkret pada pertemuan pertama.
b. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran Matematika pada materi operasi
hitung perkalian.
c. Merencanakan tindak lanjut dengan siklus II.
29

Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan (Planning)
Hasil refleksi kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I dijadikan acuan
dalam perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II. Adapun pelaksanaan siklus
II merupakan upaya pemecahan permasalahan yang ditemui dalam kegiatan
perbaikan pembelajaran siklus I.
Perencanaan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II
dititikberatkan pada penggunaan media konkret dengan langkah-langkah yang
tepat, dimana dalam kegiatannya merubah model pembelajaran STAD menjadi
NHT agar siswa lebih terlibat aktif dalam pembelajaran. Pemaparan materi yang
bervariasi dan penerapan alat evaluasi yang tepat.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)


Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II memfokuskan
pembelajaran pada penggunaan media konkret sesuai dengan materi yang
disampaikan juga sebagai media pembelajaran yang bervariasi.
Membentuk kelompok diskusi kecil dan pemaparan materi yang
bervariasi sebagai alternatif pemecahan masalah yang timbul pada kegiatan
perbaikan pembelajaran tahapan sebelumnya.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dengan menggunakan
media konkret dan membentuk kelompok diskusi sebanyak 4 kelompok masing-
masing 5 orang dan ada satu kelompok terdiri dari 6 orang.

1) Kegiatan awal

 Pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mengabsen dengan bertanya kepada siswa
c. Siswa dan guru bersama-sama berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-
masing sebelum memulai kegiatan pembelajaran (Religious)
d. Guru mengajukan pertanyaan mengenai materi yang sebelumnya dan
mengaitkannya dengan materi yang akan disampaikan
30

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

2) Kegiatan inti
a. Guru menjelaskan materi ajar tentang operasi hitung perkalian
b. Siswa menyimak materi yang dijelaskan guru
c. Guru mengelompokkan siswa menjadi 5-6 kelompok
d. Masing-masing anggota kelompok diberi penomoran secara individu
e. Guru memberikan tugas kepada kelompok.
f. Tiap kelompok berdiskusi memecahkan masalah.
g. Setelah diskusi selesai guru menyebutkan/memanggil salah satu atau beberapa
nomor secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
h. Siswa yang nomornya disebut oleh guru maju ke depan kelas dan
mempresentasikan hasil diskusinya kemudian teman-teman yang lain atau teman
lain yang dipanggil nomornya oleh guru memberikan tanggapan.
i. Dengan menggunakan media konkret siswa menghitung dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan perkalian
j. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut
k. Siswa diberikan tugas berupa tes tertulis dan siswa mengerjakan secara individu
l. Siswa dan guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
m. Siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan

3) Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan evaluasi untuk melihat keberhasilan siswa dalam menerima
materi pelajaran.
b. Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah disampaikan melalui tanya
jawab
c. Siswa dan guru menyimpulkan materi yang diajarkan
d. Guru memberikan tugas PR kepada siswa
e. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam
31

1. Pengamatan (Observing)
Tahap observing yang dilakukan pada siklus I meliputi :
a. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b. Aktivitas siswa saat kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung.
c. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
d. Tingkat keberhasilan belajar siswa.

2. Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti meliputi :
a. Mengkaji proses pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi operasi
hitung perkalian dan efek tindakan apa yang ditunjukkan siswa melalui
penggunaan media konkret.
b. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran matematika pada materi operasi
hitung perkalian.
c. Menganalisis keberhasilan media pembelajaran yang diterapkan.
d. Menganalisis peningkatan kualitas pembelajaran pada guru dan siswa melalui
penggunaan media konkret , serta peningkatan hasil belajar siswa selama
pelaksanaan tindakan.
32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Setiap Siklus


Siklus 1
1. Skenario Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Pada tahap ini guru melakukan perencanaan perbaikan yang mana guru
merencanakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi sebelumnya yaitu menyusun
Langkah-langkah bagaimana cara mengatasi masalah rendahnya pemahaman
siswa pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung perkalian, Menyusun
rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPP) sebagai acuan pelaksanaan
proses pembelajaran dengan berdasar kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP
ini juga disesuaikan dengan Langkah-langkah penggunaan media pembelajaran,
dalam hal ini menggunakan media konkret, Menyusun lembar observasi aktivitas
Siswa dan juga Menyusun akhir setiap siklus.
Adapun Langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan dan
dirumuskan dalam skenario pembelajaran sebagai berikut. Siswa dibagi menjadi 4
kelompok. Tiap kelompok terdiri 4 orang yang mempunyai kemampuan yang
berbeda dan ada kelompok terdiri dari 5 orang. Guru menjelaskan materi ajar
tentang operasi hitung perkalian. Siswa menyimak materi yang dijelaskan guru.
Siswa mendengarkan materi yang diajarkan. Dengan menggunakan media konkret
siswa menghitung dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian.
Siswa masing- masing memegang media pembelajaran selama pembelajaran inti.
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Siswa tentang materi yang
disampaikan, guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis (evaluasi)
tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap prestasi
hasil kerja masing-masing kelompok.
2. Deskripsi Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
Pada pelaksanaan simulasi yang pertama guru mengawali pembelajaran
dengan salam, menyapa semua Siswa, mengecek kehadiran Siswa dilanjutkan
33

dengan berdoa, guru melakukan apersepsi dengan bertanya dan mengaitkan


dengan materi yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada materi operasi hitung perkalian. Guru
menyampaikan materi tentang operasi hitung perkalian menggunakan alat peraga
media konkret, untuk mencoba pemahaman siswa pada materi yang dijelaskan,
guru meminta perwakilan kelompok maju ke depan. Di akhir pembelajaran guru
memberikan kesempatan bagi Siswa untuk bertanya terkait materi pada hari itu
dan memotivasi Siswa, sebelum di tutup guru menyampaikan materi yang akan di
sampaikan pada pertemuan yang akan datang. Selanjutnya mengakhiri kegiatan
pembelajaran dan siswa di minta untuk berdoa Bersama-sama.

3. Data hasil penelitian perbaikan siklus I


a. Data hasil tes siswa siklus I
Tabel 4.1 Hasil Test siklus I
PENCAPAIAN
KKM
NO NAMA SISWA JK NILAI
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
1. Al Fachriezi Miftah L 70  √
2. Arpa Husni Mubarok L 60  √
3. Deru Ammar Faza L 60  √
4. Dhea Aulia Budiman P 80  √
5. Gilang Alwijayaya L 60 √
6. Gusvi Yana Chairul Nizam L 60  √
7. Mochamad Reza Febrian L 60  √
8. Muhamad Enuh L 80  √
9. Muhamad Iqbal L 80  √
10. Nadia Nur Fadillah P 60  √
11. Neng Silva Seftiani P 60  √
12. Nur Zaman Alfalahi L 60  √
13. Nuri Farhana Adera P 60  √
14. Pani Andriati P 60  √
15. Randika L 60  √
16. Saki Nurarif L 50  √
17. Silvia P 70  √
18. Sinta Bela Oktaviani P 60  √
19. Ujang Reza Ramdhanis Achir L 70  √
20. Virgiany Imadry Alfairus P 80  √
34

21. Wida Widiyanti P 70  √


Jumlah 1390
Rata-rata 66
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 50

Berdasarkan tabel rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus I adalah dari
21 siswa. Yang telah mencapai KKM 8 orang, yang belum mencapai KKM 13
orang dengan nilai tertinggi yang diperoleh 70 dan nilai terendah yang diperoleh
adalah 50.

b. Data hasil pengamatan terhadap kinerja guru Siklus I


Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada siklus I
No Indikator/aspek yang diamati SKOR
I KEGIATAN AWAL PEMBELAJARAN 4 3 2 1
1. Memeriksa kesiapan siswa √
2 Melakukan kegiatan pembiasaan-pembiasaan √
3. Melakukan kegiatan apersepsi √
4. Memberi acuan bahan ajar √
5. Menyiapkan indicator atau tujuan √
pembelajaran
RATA-RATA 3,4
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A. Penguasaan materi pelajaran
6. Menunjukkan penguasaan materi pelajaran √
7. Meningkatkan materi dengan pengetahuan lain √
yang relevan
8. Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai √
dengan hierarki belajar
9. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan √
RATA-RATA II A= 2,25
35

10. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan √


kompetensi, hasil belajar dan indicator yang
akan dicapai
11. Melaksanakan pembelajaran secara runtut √
12. Menguasai kelas √
13. Mengelompokkan siswa dengan baik √
14. Melaksanakan pembelajaran yang √
memungkinkan timbulnya kebiasaan positif

15. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan √


alokasi waktu yang direncanakan
RATA-RATA II B = 2,7
C Pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran
16 Menggunakan media secara efektif dan efisien √
17. Menghasilkan pesan yang menarik √
18. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media √
RATA-RATA 11 C 3
D Pembelajaran yang memicu dan
memelihara keterlibatan siswa
19. Menumbuhkan partisifasi aktif siswa dalam √
pembelajaran
20. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons √
siswa
21. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme √
siswa dalam belajar
RATA-RATA II D 3
22. Memantau anak selama proses kegiatan √
belajar mengajar
23. Melakukan penilaian pada hasil /produk √
36

belajar
RATA-RATA II E 3
24. Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara √
jelas, baik, dan benar
25. Menyampaikan pesan dengan gaya yang √
sesuai dengan usia perkembangan anak
RATA-RATA II F 3
Total Rata-rata II = (A+B+C+D+E+F):6 2,83
III KEGIATAN AKHIR
26. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman √
dengan melibatkan siswa
27. Melaksanakan tindak lanjut dengan √
pembelajaran arahan atau kegiatan
pembiasaan atau tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan
RATA-RATA III = 3
Total skor rata-rata I s/d III
Skor akhir = 3,4+2,83+3 = 3,1
3
Presentase = Skor Akhir x 100 77,5%
Skor maksimal

Keterangan :
 4 = Sangat baik
 3 = Baik
 2 = Cukup
 1 = Kurang
 Skor maksimal = 4
 Dilihat dari hasil observasi Guru siklus I diperoleh nilai sebesar 3,1 dengan
presentase sebesar 77,5%. Data hasil observasi Guru dan Siswa yang telah diolah
tersebut dapat diinterpretasikan kedalam kriteria penilaian sebagai berikut:
37


 Tabel 4.3 Interpretasi hasil observasi Aktivitas guru siklus I

Tingkat penguasaan Predikat

81-100% Baik sekali


61-80% Baik
41-60% Cukup
21-40% Kurang
<21% Kurang sekali

Berdasarkan Tabel 4.2, presentase dari hasil observasi Guru, yang diamati oleh
observer sebesar 77,5% yang menunjukkan predikat baik. Sehingga dapat
dikatakan bahwa aktivitas Guru pada proses pembelajaran siklus I telah
dilaksanakan dengan baik.

c. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas Siswa siklus I


Tabel 4.4 observasi Aktivitas Siswa siklus I
38

 SKOR
 NILA
No ASPEK YANG DINILAI 1 2 3 4
I

Siswa mengikuti proses pembelajaran √ 3
1
dengan baik

Siswa berani bertanya atau √ 2

2. mengemukakan pendapat kepada

guru

Siswa membentuk kelompok dengan √ 2


3.
tertib

Siswa mampu mengerjakan LKS √ 2

4. kelompok dengan berdiskusi dengan

teman kelompoknya

Siswa mengerjakan lembar evaluasi √ 2


5.
individu dengan baik dan jujur

Siswa memiliki rasa tanggung jawab √ 2


6.
setiap mengerjakan tugas dari guru

Siswa mampu menyelesaikan tugas √ 2


7.
tapat waktu

Siswa mampu menyimpulkan materi √ 3


8.
pembelajaran

Jumlah 18

Rata-Rata = Jumlah Nilai X 100 56


Nilai maksimal
Presentase = nilai rata-rata X 56 %

100%
39

Keterangan :
 4 = Sangat baik
 3 = Baik
 2 = Cukup
 1 = Kurang
 Skor maksimal = 4
Nilai maksimal = jumlah aspek yang dinilai X skor maksimal = 8 x 4 = 32
Dilihat dari hasil observasi Siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 56,3 dengan
presentase 56,3%. Data hasil observasi Guru dan Siswa yang telah diperoleh
tersebut dapat diinterpretasikan kedalam kriteria penilaian sebagai berikut.

Tabel 4.5
Interpretasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Tingkat penguasaan Predikat
81-100% Baik sekali
61-80% Baik
41-60% Cukup
21-40% Kurang
<21% Kurang sekali

Berdasarkan tabel 4.4 presentase dari hasil observasi Siswa yang diamati oleh
observer , menunjukkan hasil observasi Siswa sebesar 56% yang menunjukkan
predikat cukup. Sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas Guru pada proses
pembelajaran siklus I telah dilaksanakan dengan cukup baik.

Siklus II
1. Skenario Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Pada tahap ini guru melakukan perencanaan perbaikan yang mana guru
merencanakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi sebelumnya yaitu menyusun
Langkah-langkah bagaimana cara mengatasi masalah rendahnya pemahaman
40

siswa pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung perkalian, Menyusun
rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPP) sebagai acuan pelaksanaan
proses pembelajaran dengan berdasar kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP
ini juga disesuaikan dengan Langkah-langkah penggunaan media pembelajaran,
dalam hal ini menggunakan media konkret, Menyusun lembar observasi aktivitas
Siswa dan juga Menyusun akhir setiap siklus.
Adapun Langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan dan
dirumuskan dalam skenario pembelajaran sebagai berikut. Siswa dibagi menjadi 4
kelompok. Tiap kelompok terdiri 4 orang yang mempunyai kemampuan yang
berbeda dan ada kelompok terdiri dari 5 orang. Guru menjelaskan materi ajar
tentang operasi hitung perkalian. Siswa menyimak materi yang dijelaskan guru.
Siswa mendengarkan materi yang diajarkan. Dengan menggunakan media konkret
siswa menghitung dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian.
Siswa masing- masing memegang media pembelajaran selama pembelajaran inti.
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Siswa tentang materi yang
disampaikan, guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis (evaluasi)
tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap prestasi
hasil kerja masing-masing kelompok.

2. Deskripsi Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Pada pelaksanaan simulasi yang pertama guru mengawali pembelajaran
dengan salam, menyapa semua Siswa, mengecek kehadiran Siswa dilanjutkan
dengan berdoa, guru melakukan apersepsi dengan bertanya dan mengaitkan
dengan materi yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada materi operasi hitung perkalian. Guru
menyampaikan materi tentang operasi hitung perkalian menggunakan alat peraga
media konkret, untuk mencoba pemahaman siswa pada materi yang dijelaskan,
guru meminta perwakilan kelompok maju ke depan. Di akhir pembelajaran guru
memberikan kesempatan bagi Siswa untuk bertanya terkait materi pada hari itu
dan memotivasi Siswa, sebelum di tutup guru menyampaikan materi yang akan di
41

sampaikan pada pertemuan yang akan datang. Selanjutnya mengakhiri kegiatan


pembelajaran dan siswa di minta untuk berdoa Bersama-sama.

3. Data hasil penelitian perbaikan siklus II


a. Data hasil tes siswa siklus II
Tabel 4.6 Hasil Test siklus II
PENCAPAIAN
KKM
NO NAMA SISWA JK NILAI
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
1. Al Fachriezi Miftah L 80  √
2. Arpa Husni Mubarok L 70  √
3. Deru Ammar Faza L 80  √
4. Dhea Aulia Budiman P 90  √
5. Gilang Alwijayaya L 80  √
6. Gusvi Yana Chairul Nizam L 80  √
7. Mochamad Reza Febrian L 80  √
8. Muhamad Enuh L 80  √
9. Muhamad Iqbal L 80  √
10. Nadia Nur Fadillah P 70  √
11. Neng Silva Seftiani P 70  √
12. Nur Zaman Alfalahi L 70  √
13. Nuri Farhana Adera P 70  √
14. Pani Andriati P 70  √
15. Randika L 70  √
16. Saki Nurarif L 60  √
17. Silvia P 70  √
18. Sinta Bela Oktaviani P 80  √
19. Ujang Reza Ramdhanis Achir L 90  √
20. Virgiany Imadry Alfairus P 100  √
21. Wida Widiyanti P 80  √
Jumlah 1620
Rata-rata 77
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 60

Berdasarkan tabel rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus II adalah


dari 21 siswa. Yang telah mencapai KKM 20 orang, yang belum mencapai KKM
1 orang dengan nilai tertinggi yang diperoleh 100 dan nilai terendah yang
diperoleh adalah 60.
42

d. Data hasil pengamatan terhadap kinerja guru Siklus II


Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada siklus II
No Indikator/aspek yang diamati SKOR
I KEGIATAN AWAL PEMBELAJARAN 4 3 2 1
1. Memeriksa kesiapan siswa √
2 Melakukan kegiatan pembiasaan-pembiasaan √
3. Melakukan kegiatan apersepsi √
4. Memberi acuan bahan ajar √
5. Menyiapkan indicator atau tujuan √
pembelajaran
RATA-RATA 3,6
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A. Penguasaan materi pelajaran
6. Menunjukkan penguasaan materi pelajaran √
7. Meningkatkan materi dengan pengetahuan lain √
yang relevan
8. Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai √
dengan hierarki belajar
9. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan √
RATA-RATA II A= 3
10. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan √
kompetensi, hasil belajar dan indicator yang
akan dicapai
11. Melaksanakan pembelajaran secara runtut √
12. Menguasai kelas √
13. Mengelompokkan siswa dengan baik √
14. Melaksanakan pembelajaran yang √
memungkinkan timbulnya kebiasaan positif
43

15. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan √


alokasi waktu yang direncanakan
RATA-RATA II B = 3,3
C Pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran
16 Menggunakan media secara efektif dan efisien √
17. Menghasilkan pesan yang menarik √
18. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media √
RATA-RATA 11 C 3
D Pembelajaran yang memicu dan
memelihara keterlibatan siswa
19. Menumbuhkan partisifasi aktif siswa dalam √
pembelajaran
20. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons √
siswa
21. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme √
siswa dalam belajar
RATA-RATA II D 3,7
22. Memantau anak selama proses kegiatan √
belajar mengajar
23. Melakukan penilaian pada hasil /produk √
belajar
RATA-RATA II E 3,5
24. Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara √
jelas, baik, dan benar
25. Menyampaikan pesan dengan gaya yang √
sesuai dengan usia perkembangan anak
RATA-RATA II F 3
Total Rata-rata II = (A+B+C+D+E+F):6 2,83
III KEGIATAN AKHIR
44

26. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman √


dengan melibatkan siswa
27. Melaksanakan tindak lanjut dengan √
pembelajaran arahan atau kegiatan
pembiasaan atau tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan
RATA-RATA III = 3
Total skor rata-rata I s/d III
Skor akhir = 3,3+3,25+3 = 3,3
3
Presentase = Skor Akhir x 100 82,5%
Skor maksimal

Keterangan :
 4 = Sangat baik
 3 = Baik
 2 = Cukup
 1 = Kurang
 Skor maksimal = 4
 Dilihat dari hasil observasi Guru siklus II diperoleh nilai sebesar 3,3 dengan
presentase sebesar 82,5%. Data hasil observasi Guru dan siswa yang telah diolah
tersebut dapat diinterpretasikan kedalam kriteria penilaian sebagai berikut:
 Tabel 4.8
 Interpretasi hasil observasi Aktivitas Guru siklus II
Tingkat penguasaan Predikat

81-100% Baik sekali


61-80% Baik
41-60% Cukup
21-40% Kurang
<21% Kurang sekali

Berdasarkan Tabel 4.9, presentase dari hasil observasi Guru, yang diamati oleh
observer sebesar 82,5% yang menunjukkan predikat baik sekali. Sehingga dapat
45

dikatakan bahwa aktivitas Guru pada proses pembelajaran siklus II telah


dilaksanakan dengan baik.

Tabel 4.9
Observasi Aktivitas siswa siklus II

SKOR
NILA
 No ASPEK YANG DINILAI 1 2 3 4
I

1 Siswa mengikuti proses pembelajaran √ 3

dengan baik

2. Siswa berani bertanya atau √ 3

mengemukakan pendapat kepada

guru

3. Siswa membentuk kelompok dengan √ 3

tertib

4. Siswa mampu mengerjakan LKS √ 3

kelompok dengan berdiskusi dengan

teman kelompoknya

5. Siswa mengerjakan lembar evaluasi √ 3

individu dengan baik dan jujur

6. Siswa memiliki rasa tanggung jawab √ 2

setiap mengerjakan tugas dari guru

7. Siswa mampu menyelesaikan tugas √ 3

tapat waktu

8. Siswa mampu menyimpulkan materi √ 3

pembelajaran

Jumlah 23

Rata-Rata = Jumlah Nilai X 100 72


Nilai maksimal
Presentase = nilai rata-rata X 72%
100%
46

Keterangan :
 4 = Sangat baik
 3 = Baik
 2 = Cukup
 1 = Kurang
 Skor maksimal = 4
Nilai maksimal = jumlah aspek yang dinilai X skor maksimal = 8 x 4 = 32
Dilihat dari hasil observasi siswa siklus II diperoleh nilai rata-rata 72 dengan
presentase 72%. Data hasil observasi Guru dan siswa yang telah diperoleh
tersebut dapat diinterpretasikan kedalam kriteria penilaian sebagai berikut.

Tabel 4.10
Interpretasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Tingkat penguasaan Predikat
81-100% Baik sekali
61-80% Baik
41-60% Cukup
21-40% Kurang
<21% Kurang sekali

Berdasarkan tabel 4.11 presentase dari hasil observasi siswa yang diamati oleh
observer , menunjukkan hasil observasi siswa sebesar 72% yang menunjukkan
predikat baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas Guru pada proses
pembelajaran siklus II telah dilaksanakan dengan baik.
47

B. Pembahasan dari setiap siklus


Penelitian dengan judul penggunaan media konkret untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada operasi hitung perkalian di kelas III SDN bantarpanjang 1
kabupaten sukabumi dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 oktober 2022.
Data hasil penelitian perbaikan pembelajaran yang diperoleh dari hasil test Siswa
siklus II ada peningkatan dari hasil test siklus I. berikut disajikan data
perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II.

Tabel 4.11 perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II


No Indikator Siklus I Siklus II
1 Rata-rata 66 77
2 Tertinggi 70 100
3 Terendah 50 60
4 % Pencapaian KKM 38% 95%

Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa perolehan nilai rata-rata ada peningkatan
dari siklus I yaitu 66 menjadi 77 pada siklus II. Nilai tertinggi pada siklus I adalah
70 meningkat pada siklus II nilai yang diperoleh 100. Sementara perolehan nilai
terendah di siklus I adalah 50 dan di siklus II 60. Adapun hasil analilis terhadap
pencapaian KKM pada siklus I baru 38 % meningkat di siklus II menjadi 95 %.
Setelah pengamatan atau observasi selesai dilakukan, kemudian peneliti
bersama observer lainnya melakukan kegiatan refleksi pada akhir tindakan.
Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk mengkaji dan menganalisis hasil observasi,
mengetahui keberhasilan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan, terutama
untuk melihat berbagai kelemahan atau kekurangan yang perlu diperbaiki. Hasil
dari kegiatan refleksi ini akan menjadi acuan dasar dalam memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki antara lain:
1) Kekurangan pendidik, yaitu sebagai berikut:
a. Guru terlalu terburu-buru dalam menyampaikan materi, dapat dilihat dari hasil
observasi aktivitas pendidik pada siklus II, Tabel 4.7 poin 8
2) Kekurangan siswa, yaitu sebagai berikut:
48

a. Sebagian siswa tidak sungguh-sungguh saat mengerjakan lembar evaluasi, dapat


dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II, Tabel 4.9 poin 6.
Setelah diamati kelebihan dan kekurangan dalam penelitian ini dalam
menggunakan media konkret dapat disimpulkan bahwa penelitian Tindakan kelas
atau PTK adalah penelitian yang dilakukan dengan adanya tindakan (action) yang
dilakukan berulang-ulang dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan.
Tindakan atau action ini dilakukan oleh orang yang terlibat langsung dalam
bidang yang diperbaiki tersebut, dalam hal ini guru.
Hal ini sesuai denga napa yang dikatakan Aqib (2011), bahwa penelitian Tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan guru didalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Berdasarkan pembahasan data baik tentang hasil tes maupun hasil observasi
terhadap kinerja guru dan aktifitas siswa pada penelitian perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan media konkret pada materi operasi hitung perkalian dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
49

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan
selama 2 Siklus, dengan menggunakan media konkret pada materi operasi hitung
perkalian di Kelas III SD Negeri Bantarpanjang 1 Kabupaten Sukabumi dapat
disimpulkan Pembelajaran dengan menggunakan media konkret memiliki dampak
positif bagi siswa terutama dalam meningkatkan pemahaman siswa, dapat dilihat
dari hasil belajar siswa yang ditunjukan dengan meningkatnya ketuntasan hasil
belajar siswa. Pada Siklus I sebanyak 8 siswa mencapai KKM sedangkan pada
Siklus II sebanyak 20 siswa yang mencapai KKM.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran Matematika materi operasi hitung perkalian guru hendaknya
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media konkret, supaya
membantu mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
2. Hendaknya guru melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media
konkret pada mata pelajaran yang lain.
3. Laporan penelitian perbaikan pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu rujukan
dalam membuat karya ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai