BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. Pengertian PKP
PKP merupakan sebuah proses penerapan konsep PTK pada situasi nyata
yang diberi bobot studi. Dengan kata lain, program PKP adalah pengembangan
dari mata kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) dengan kerangka
pikir PTK. Dengan demikian, kemampuan yang dikembangkan melalui PKP lebih
kompleks dari kemampuan yang dikembangkan melalui PKM.
Tujuan dan Manfaat PKP
Setelah menyelesaikan PKP, diharapkan kemampuan mengajar mahasiswa akan
semakin mantap. Dengan demikian, mahasiswa akan tumbuh menjadi guru yang
7
B. Karakteristik Siswa
Piaget memandang, bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuan dan pemahamannya mengenai realitas. Anak yang lebih berperan
aktif dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh melalui pengalaman.
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang berdasarkan priode-
priode yang terus bertambah kompleks. Menurut tahapan piaget, setiap individu
akan melalui serangkaian perubahan kualitatif. Perubahan ini terjadi karena
tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya
pengorganisasian struktur berfikir. Perkembangan kognisi atau intelektual anak
berjalan secara bertahap dan berkelanjutan seiring bertambahnya umur. Walaupun
dalam perkembangan kognisi pada usia-usia tertentu memiliki pola umum, tetap
ada peluang bahwa sebagian anak menunjukkan perkembangan lebih awal dari
pola umum tersebut. Rata-rata umumnya perkembangan kognisi anak usia SD
berkisar antara 6-13 tahun mulai dari kelas satu sampai kelas enam . Adapun
karakeristik dan kebutuhan siswa sebagai berikut:
1. Senang bermain.
2. Senang bergerak.
3. Anak senang bekerja dalam kelompok.
4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Begitu pula karakteristik siswa yang ada di SDN Bantarpanjang 1 yang
berbeda-beda kepribadian mulai dari latar belakang dan status sosialnya. Selain
berbeda kepribadian, siswa SDN Bantarpanjang 1 juga memiliki banyak
perbedaan dari segi pengetahuan intelektual dan berfikir. Rata-rata berfikir siswa
SDN Bantarpanjang 1 masih rendah, terbukti senang bermain dan Senang
merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium” yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan
demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
9
pesan. Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup
penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Indah kosmiyah
(2012 : 73)
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media
merupakan sebuah penyambung pemahaman antara guru dan siswa, untuk
mempermudah pemahaman kepada siswa, sehingga apa yang disampaikan atau
dijelaskan oleh guru kepada siswa bisa diterima dengan cepat. Selain itu media
merupakan sebuah wahana untuk menarik minat belajar siswa dan menghilangkan
rasa jenuh dalam pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran matematika,
sehingga siswa merasa senang dan bergairah dalam mengikuti pembelajaran
sampai akhir pembelajaran.
sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan herbal.
Menurut Syaodih (2010) mengatakan bahwa, “Konkret atau objek yang
sesungguhnya akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam
mempelajari hal berikut, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan
tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konkrit yaitu nyata, benar-benar ada
(berwujud, dapat dilihat, dapat diraba,dsb). Jadi media konkret adalah segala
sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efesien menuju
tercapainya tujuan yang diharapkan.
Menurut Ibrahim & Sukmadinata (2003 : 129) benda konkret adalah benda
yang sebenarnya dan dapat diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara
melihat, mengamati dan memegangnya secara langsung tanpa melalui alat bantu.
Benda nyata atau benda sesungguhnya merupakan suatu objek yang dapat
memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari
berbagai hal terutama yang menyangkut keterampilan tertentu.
Media konkret merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya,
karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya.
Yang dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian
informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak
mengalami perubahan yang berarti (Daryanto, 2013 hal 11).
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa media kokret sama
dengan benda asli, yaitu benda nyata yang bisa dibuktikan.
11
2. Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata tidak sedikit dan
memiliki kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya.
D. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Ernest R. Hilgard (2001) Menjelaskan bahwa
belajar merupakan sebuah proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
dapat menimbulkan perubahan dan keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh hal lainnya. Selanjutnya Menurut Gagne Belajar merupakan
sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya
suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat
refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (1999), Belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Djamarah, Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor. Jadi, belajar adalah proses serangkaian kegiatan untuk berusaha
memperoleh pengetahuan dan dapat menimbulkan perubahan (tingkah laku,
kepandaian, dan lain-lain) yang berasal dari pengalaman orang seorang yang
berhubungan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk menangkap isi dan
pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan
pada ranah-ranah:
2). Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-
reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdidri dari kategori penerimaan,
partisipasi, penilaian sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar
kelas. Semua hasil belajar siswa tersebut merupakan hasil dari sustu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan
Mudjiono, 2009).
Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau
proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode
tertentu. Menurut “Susanto (2013) perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil
dari belajar”.
Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi (dalam Susanto,
2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu.
Menurut Sudjana (2009) “mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut
melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah
dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.
penilaian yang paling kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi.
Keenam tingkatan tersebut meliputi
(1) pengetahuan,
(2) pemahaman,
(3) penerapan,
(4) analisis,
(5) sintesis dan
(6) penilaian.
Bidang afektif dimulai dari tingkat yang dasar/sederhana, sampai tingkatan yang
kompleks. Tingkatan-tingkatan tersebut yaitu,
(1) penerimaan,
(2) partisipasi,
(3) penilaian,
(4) organisasi, dan
(5) pembentukan pola hidup.
Tingkatan dalam ranah psikomotor dimulai dengan refleks yang sederhana pada
tingkatan
(1) persepri,
(2) kesiapan,
(3) gerakan terbimbing,
(4) gerakan yang terbiasa,
(5) gerakan kompleks,
(6) penyesuaian pola gerak dan
(7) kreativitas.
lainnya. Semua faktor yang termasuk golongan ini perlu dilengkapi dan diatur
mengingat situasi dan kondisi tempat. Jika sekolah berlangsung di pagi hari,
mestinya tidak ada masalah dengan suhu udara, lain halnya dengan sekolah yang
diselenggarakan pada siang, sore dan malam hari. Pada waktu siang hari udara
panas yang terkadang membuat siswa tidak kuat , apalagi dalam kondisi ruangan
yang sempit dan deket dengan sumber keramaian. Hal ini mengakibatkan siswa
tidak dapat berkonsentrasi secara penuh. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor
sosial adalah faktor manusia, baik manusia secara nyata dalam arti hadir, maupun
tidak hadir sebagai contoh misalnya foto, televisi, gambar fan lain-lain.
PERKALIAN
a. Perkalian sebagai penjumlahan berulang
Contoh 1 :
Perhatikan gambar berikut
Ada 3 keranjang yang berisi apel. Setiap piring berisi 6 buah jeruk. Banyak jeruk
seluruhnya dapat dihitung dengan cara. 6 + 6 + 6 = 18 Bentuk 6 + 6 + 6
menunjukkan penjumlahan angka 6 sebanyak 3 kali. Jadi, 6 + 6 + 6 dapat ditulis
menjadi perkalian 3 × 6 = 18.
22
Contoh 2 :
Ada 5 ikat rambutan. Masing-masing ikat berisi 8 buah rambutan . Banyak buah
rambutan seluruhnya dapat dihitung dengan cara: 8 + 8 + 8 + 8 + 8 = 40 Bentuk 8
+ 8 + 8 + 8 + 8 dapat ditulis menjadi perkalian 5 x 8 = 40
LATIHAN
Untuk meyakinkan kembali bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang,
kerjakan latihan berikut
Contoh :
4 + 4 + 4 = 3 × 4 = 12
7 + 7 + 7 + 7 = 4 × 7 = 28
Ayo, kerjakan seperti contoh di atas! (Kerjakan di buku tugasmu!)
1. 5 + 5 + 5 + 5 = 4 × 5 = 20
2. 6 + 6 + 6 + 6 = ... × ... = ....
3. 6 + 6 + 6 + 6 + 6 = ... × ... = ...
4. 7 + 7 + 7 = ... × ... = ...
5. 7 + 7 + 7 + 7 + 7 = ... × ... = ...
Dari latihan-latihan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkalian merupakan
penjumlahan berulang.
LATIHAN
1.) 6 6 2.) 5 4 3.) 6 2 4.) 4 4 5.) 6 3
3x 4x 3x 6x 4x
LATIHAN
1. Adi memiliki 4 kantong kelereng. Tiap kantong berisi 24 butir kelereng. Berapa
butirkah jumlah kelereng Adi?
2. Nenek memiliki 5 keranjang buah jeruk. Tiap keranjang berisi 35 buah jeruk.
Berapa banyak buah jeruk Nenek?
3. Yaya suka membuat boneka dari kain flanel. Dalam satu hari, dia bisa membuat
hingga 15 buah boneka. Berapa buah boneka yang bisa dibuat oleh Yaya dalam 6
hari ?
4. Ibu membeli 5 kantong roti setiap kantong berisi 12 roti, berapakah jumlah
seluruh roti milik ibu?
25
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek penelitian
Penelitian perbaikan pembelajaran dengan judul Upaya meningkatkan
pemahaman siswa pada operasi hitung perkalian dengan menggunakan media
konkret di kelas III SDN Bantarpanjang 1 Kabupaten Sukabumi. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Bantarpanjang 1 Kabupaten Sukabumi.
Siswa kelas III berjumlah 21 orang, terdiri dari 13 orang laki-laki dan 8 orang
perempuan. Lokasi penelitian ini yaitu beralamat di Jl. Cijaha Desa.
Bantarpanjang Kabupaten Sukabumi Prov. Jawa Barat.
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan sebagaimana terjadwal
dalam table berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Hari Tanggal Kelas Waktu Mata Keterangan
Pelajaran
Kamis 13/10/2022 III 08.00 – 09.10 Matematika Siklus 1
Kamis 20/10/2022 III 08.00 – 09.10 Matematika Siklus 2
1) Kegiatan awal
Pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam
b. Siswa dan guru bersama-sama berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-
masing sebelum memulai kegiatan pembelajaran (Religious)
c. Guru mengabsen siswa satu persatu
27
2) Kegiatan inti
a. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran.
b. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok
c. Tiap kelompok terdiri dari 4 orang yang mempunyai kemampuan yang berbeda
dan ada kelompok terdiri dari 5 orang
d. Siswa duduk menurut kelompoknya masing-masing
e. Guru menjelaskan materi ajar tentang operasi hitung perkalian
f. Memperlihatkan dan memperagakan media pembelajaran yang akan digunakan
pada pembelajaran operasi perkalian
g. Siswa menyimak materi yang dijelaskan guru
h. Dengan menggunakan media media konkret siswa menghitung dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian
i. Guru memberikan tugas kelompok
j. Siswa mengerjakan tugas kelompok
k. Guru meminta salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil tugas kelompok
nya.
l. memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
m. Guru memfasilitasi siswa berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar
n. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut
o. Siswa dan guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
p. Siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
28
3) Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan evaluasi untuk melihat keberhasilan siswa dalam menerima
materi pelajaran.
b. Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah disampaikan melalui tanya
jawab
c. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa yang mengalami kesulitan tentang
materi yang disampaikan.
e. Guru memberikan evaluasi atau penilaian.
f. Berdo’a dan salam.
c. Pengamatan (Observing)
Tahap observing yang dilakukan pada siklus I meliputi :
a. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b. Aktivitas siswa saat kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung.
c. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
d. Tingkat keberhasilan belajar siswa.
d. Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti meliputi :
a. Mengkaji proses pelaksanaan pembelajaran Matematika pada materi operasi
hitung perkalian dan efek tindakan apa yang ditunjukkan siswa melalui
penggunaan media konkret pada pertemuan pertama.
b. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran Matematika pada materi operasi
hitung perkalian.
c. Merencanakan tindak lanjut dengan siklus II.
29
Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan (Planning)
Hasil refleksi kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I dijadikan acuan
dalam perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II. Adapun pelaksanaan siklus
II merupakan upaya pemecahan permasalahan yang ditemui dalam kegiatan
perbaikan pembelajaran siklus I.
Perencanaan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II
dititikberatkan pada penggunaan media konkret dengan langkah-langkah yang
tepat, dimana dalam kegiatannya merubah model pembelajaran STAD menjadi
NHT agar siswa lebih terlibat aktif dalam pembelajaran. Pemaparan materi yang
bervariasi dan penerapan alat evaluasi yang tepat.
1) Kegiatan awal
Pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mengabsen dengan bertanya kepada siswa
c. Siswa dan guru bersama-sama berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-
masing sebelum memulai kegiatan pembelajaran (Religious)
d. Guru mengajukan pertanyaan mengenai materi yang sebelumnya dan
mengaitkannya dengan materi yang akan disampaikan
30
2) Kegiatan inti
a. Guru menjelaskan materi ajar tentang operasi hitung perkalian
b. Siswa menyimak materi yang dijelaskan guru
c. Guru mengelompokkan siswa menjadi 5-6 kelompok
d. Masing-masing anggota kelompok diberi penomoran secara individu
e. Guru memberikan tugas kepada kelompok.
f. Tiap kelompok berdiskusi memecahkan masalah.
g. Setelah diskusi selesai guru menyebutkan/memanggil salah satu atau beberapa
nomor secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
h. Siswa yang nomornya disebut oleh guru maju ke depan kelas dan
mempresentasikan hasil diskusinya kemudian teman-teman yang lain atau teman
lain yang dipanggil nomornya oleh guru memberikan tanggapan.
i. Dengan menggunakan media konkret siswa menghitung dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan perkalian
j. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut
k. Siswa diberikan tugas berupa tes tertulis dan siswa mengerjakan secara individu
l. Siswa dan guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
m. Siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
3) Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan evaluasi untuk melihat keberhasilan siswa dalam menerima
materi pelajaran.
b. Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah disampaikan melalui tanya
jawab
c. Siswa dan guru menyimpulkan materi yang diajarkan
d. Guru memberikan tugas PR kepada siswa
e. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam
31
1. Pengamatan (Observing)
Tahap observing yang dilakukan pada siklus I meliputi :
a. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b. Aktivitas siswa saat kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung.
c. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
d. Tingkat keberhasilan belajar siswa.
2. Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti meliputi :
a. Mengkaji proses pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi operasi
hitung perkalian dan efek tindakan apa yang ditunjukkan siswa melalui
penggunaan media konkret.
b. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran matematika pada materi operasi
hitung perkalian.
c. Menganalisis keberhasilan media pembelajaran yang diterapkan.
d. Menganalisis peningkatan kualitas pembelajaran pada guru dan siswa melalui
penggunaan media konkret , serta peningkatan hasil belajar siswa selama
pelaksanaan tindakan.
32
BAB IV
Berdasarkan tabel rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus I adalah dari
21 siswa. Yang telah mencapai KKM 8 orang, yang belum mencapai KKM 13
orang dengan nilai tertinggi yang diperoleh 70 dan nilai terendah yang diperoleh
adalah 50.
belajar
RATA-RATA II E 3
24. Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara √
jelas, baik, dan benar
25. Menyampaikan pesan dengan gaya yang √
sesuai dengan usia perkembangan anak
RATA-RATA II F 3
Total Rata-rata II = (A+B+C+D+E+F):6 2,83
III KEGIATAN AKHIR
26. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman √
dengan melibatkan siswa
27. Melaksanakan tindak lanjut dengan √
pembelajaran arahan atau kegiatan
pembiasaan atau tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan
RATA-RATA III = 3
Total skor rata-rata I s/d III
Skor akhir = 3,4+2,83+3 = 3,1
3
Presentase = Skor Akhir x 100 77,5%
Skor maksimal
Keterangan :
4 = Sangat baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Skor maksimal = 4
Dilihat dari hasil observasi Guru siklus I diperoleh nilai sebesar 3,1 dengan
presentase sebesar 77,5%. Data hasil observasi Guru dan Siswa yang telah diolah
tersebut dapat diinterpretasikan kedalam kriteria penilaian sebagai berikut:
37
Tabel 4.3 Interpretasi hasil observasi Aktivitas guru siklus I
Berdasarkan Tabel 4.2, presentase dari hasil observasi Guru, yang diamati oleh
observer sebesar 77,5% yang menunjukkan predikat baik. Sehingga dapat
dikatakan bahwa aktivitas Guru pada proses pembelajaran siklus I telah
dilaksanakan dengan baik.
SKOR
NILA
No ASPEK YANG DINILAI 1 2 3 4
I
Siswa mengikuti proses pembelajaran √ 3
1
dengan baik
guru
teman kelompoknya
Jumlah 18
100%
39
Keterangan :
4 = Sangat baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Skor maksimal = 4
Nilai maksimal = jumlah aspek yang dinilai X skor maksimal = 8 x 4 = 32
Dilihat dari hasil observasi Siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 56,3 dengan
presentase 56,3%. Data hasil observasi Guru dan Siswa yang telah diperoleh
tersebut dapat diinterpretasikan kedalam kriteria penilaian sebagai berikut.
Tabel 4.5
Interpretasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Tingkat penguasaan Predikat
81-100% Baik sekali
61-80% Baik
41-60% Cukup
21-40% Kurang
<21% Kurang sekali
Berdasarkan tabel 4.4 presentase dari hasil observasi Siswa yang diamati oleh
observer , menunjukkan hasil observasi Siswa sebesar 56% yang menunjukkan
predikat cukup. Sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas Guru pada proses
pembelajaran siklus I telah dilaksanakan dengan cukup baik.
Siklus II
1. Skenario Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Pada tahap ini guru melakukan perencanaan perbaikan yang mana guru
merencanakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi sebelumnya yaitu menyusun
Langkah-langkah bagaimana cara mengatasi masalah rendahnya pemahaman
40
siswa pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung perkalian, Menyusun
rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPP) sebagai acuan pelaksanaan
proses pembelajaran dengan berdasar kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP
ini juga disesuaikan dengan Langkah-langkah penggunaan media pembelajaran,
dalam hal ini menggunakan media konkret, Menyusun lembar observasi aktivitas
Siswa dan juga Menyusun akhir setiap siklus.
Adapun Langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan dan
dirumuskan dalam skenario pembelajaran sebagai berikut. Siswa dibagi menjadi 4
kelompok. Tiap kelompok terdiri 4 orang yang mempunyai kemampuan yang
berbeda dan ada kelompok terdiri dari 5 orang. Guru menjelaskan materi ajar
tentang operasi hitung perkalian. Siswa menyimak materi yang dijelaskan guru.
Siswa mendengarkan materi yang diajarkan. Dengan menggunakan media konkret
siswa menghitung dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian.
Siswa masing- masing memegang media pembelajaran selama pembelajaran inti.
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Siswa tentang materi yang
disampaikan, guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis (evaluasi)
tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap prestasi
hasil kerja masing-masing kelompok.
Keterangan :
4 = Sangat baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Skor maksimal = 4
Dilihat dari hasil observasi Guru siklus II diperoleh nilai sebesar 3,3 dengan
presentase sebesar 82,5%. Data hasil observasi Guru dan siswa yang telah diolah
tersebut dapat diinterpretasikan kedalam kriteria penilaian sebagai berikut:
Tabel 4.8
Interpretasi hasil observasi Aktivitas Guru siklus II
Tingkat penguasaan Predikat
Berdasarkan Tabel 4.9, presentase dari hasil observasi Guru, yang diamati oleh
observer sebesar 82,5% yang menunjukkan predikat baik sekali. Sehingga dapat
45
Tabel 4.9
Observasi Aktivitas siswa siklus II
SKOR
NILA
No ASPEK YANG DINILAI 1 2 3 4
I
1 Siswa mengikuti proses pembelajaran √ 3
dengan baik
guru
tertib
teman kelompoknya
tapat waktu
pembelajaran
Jumlah 23
Keterangan :
4 = Sangat baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Skor maksimal = 4
Nilai maksimal = jumlah aspek yang dinilai X skor maksimal = 8 x 4 = 32
Dilihat dari hasil observasi siswa siklus II diperoleh nilai rata-rata 72 dengan
presentase 72%. Data hasil observasi Guru dan siswa yang telah diperoleh
tersebut dapat diinterpretasikan kedalam kriteria penilaian sebagai berikut.
Tabel 4.10
Interpretasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Tingkat penguasaan Predikat
81-100% Baik sekali
61-80% Baik
41-60% Cukup
21-40% Kurang
<21% Kurang sekali
Berdasarkan tabel 4.11 presentase dari hasil observasi siswa yang diamati oleh
observer , menunjukkan hasil observasi siswa sebesar 72% yang menunjukkan
predikat baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas Guru pada proses
pembelajaran siklus II telah dilaksanakan dengan baik.
47
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa perolehan nilai rata-rata ada peningkatan
dari siklus I yaitu 66 menjadi 77 pada siklus II. Nilai tertinggi pada siklus I adalah
70 meningkat pada siklus II nilai yang diperoleh 100. Sementara perolehan nilai
terendah di siklus I adalah 50 dan di siklus II 60. Adapun hasil analilis terhadap
pencapaian KKM pada siklus I baru 38 % meningkat di siklus II menjadi 95 %.
Setelah pengamatan atau observasi selesai dilakukan, kemudian peneliti
bersama observer lainnya melakukan kegiatan refleksi pada akhir tindakan.
Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk mengkaji dan menganalisis hasil observasi,
mengetahui keberhasilan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan, terutama
untuk melihat berbagai kelemahan atau kekurangan yang perlu diperbaiki. Hasil
dari kegiatan refleksi ini akan menjadi acuan dasar dalam memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki antara lain:
1) Kekurangan pendidik, yaitu sebagai berikut:
a. Guru terlalu terburu-buru dalam menyampaikan materi, dapat dilihat dari hasil
observasi aktivitas pendidik pada siklus II, Tabel 4.7 poin 8
2) Kekurangan siswa, yaitu sebagai berikut:
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan
selama 2 Siklus, dengan menggunakan media konkret pada materi operasi hitung
perkalian di Kelas III SD Negeri Bantarpanjang 1 Kabupaten Sukabumi dapat
disimpulkan Pembelajaran dengan menggunakan media konkret memiliki dampak
positif bagi siswa terutama dalam meningkatkan pemahaman siswa, dapat dilihat
dari hasil belajar siswa yang ditunjukan dengan meningkatnya ketuntasan hasil
belajar siswa. Pada Siklus I sebanyak 8 siswa mencapai KKM sedangkan pada
Siklus II sebanyak 20 siswa yang mencapai KKM.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran Matematika materi operasi hitung perkalian guru hendaknya
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media konkret, supaya
membantu mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
2. Hendaknya guru melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media
konkret pada mata pelajaran yang lain.
3. Laporan penelitian perbaikan pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu rujukan
dalam membuat karya ilmiah.