Anda di halaman 1dari 14

MEMBANGUN KULTUR DI MASYARAKAT SEKOLAH

Disusun Oleh:

Kelompok 10
Yulinar 2102060103

Amar Ma’ruf 2102060111

Nurul Mawadda 2102060116

Resky Sari 2102060117

Windi Antika 2102060119


Rosita 1902060124

Dosen Pengampuh:

Aswandi, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTUTUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt. Karena berkat dan
rahmat-Nya kita diberi kesehatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa kami selesaikan
dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah “ Sosiologi dan Antropologi Pendidikan” dengan judul
“Membangun Kultur di Masyarakat Sekolah”.
Penulis juga tak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Dan penulis juga berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
O;eh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca kami butuhkan
demi kesempurnaan makalah ini dan penyusunan makalah berikutnya.

Palopo, 05 Desember 2022

Penyusuni
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Hakekat Membangun Kultur Masyarakat Sekolah .................................... 4
B. Upaya Membangun Kultur Masyarakat Sekolah ........................................ 5
C. Peran Budaya Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru.......................... 6
D. Implikasi Kultur Sekolah Dalam Perbaikan Sekolah……………............. 7

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A. Kesimpulan...............................................................................................10
B. Saran .........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan
berlangsungnya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan
dinamis dalam perkembangan masyarakat yang semakin maju. Sekolah
sebagai pusat pendidikan formal lahir dan berkembang dari pemikiran efisiensi
dan efektifitas dalam pemberian pendidikan kepada warga masyarakat, selain
itu sekolah haruslah bersikap antisipatif dalam proses pertumbuhan dari masa
sekarang menuju masa depan dengan nilainilai, visi, misi dan strategi serta
program yang jelas. Mengingat sekolah merupakan sebuah lembaga, maka
tidak terlepas dari peran yang melekat pada institusi pendidikan tersebut.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan sebagai
pembentuk dan pendorong peningkatan kualitas sumber sumber daya manusia.
Kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari campur tangan dari kebudayaan yang
terlibat untuk memperkenalkan, menghargai, memanfaatkan dan terus
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat khususnya para peserta didik.
Selain itu, tujuan dari Negara Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang perlu dimaknai sebagai dasar perbaikan mutu
pendidikan di indonesia.
Peran kultur di sekolah akan sangat mempengaruhi perubahan sikap
maupun prilaku dari warga sekolah. Kultur sekolah yang positif akan
menciptakan suasana baik bagi terciptanya visi dan misi sekolah, demikian
sebaliknya kultur yang negatif akan membuat pencapaian visi dan misi sekolah
mengalami banyak kendala. Kultur sekolah yang baik misalnya kemauan
menghargai hasil karya orang lain, kesungguhan dalam melaksanakan tugas
dan kewajiban, motivasi untuk terus berprestasi, komitmen serta dedikasi
kepada tanggungjawab. Sedangkan kultur yang negatif misalnya kurang
menghargai hasil karya orang lain, kurang menghargai perbedaan, minimnya
komitmen, dan tiadanya motivasi berprestasi pada warga sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Hakekat Membangun Kultur Masyarakat Sekolah?
2. Bagaimana Upaya Membangun Kultur Masyarakat Sekolah?
3. Bagaimana Peran Budaya Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru?
4. Bagaimana Implikasi Kultur Sekolah Dalam Perbaikan Sekolah?

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Hakekat Membangun Kultur Masyarakat
Sekolah
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Upaya Membangun Kultu Masyarakat
Sekolah
3. Untuk Mengetauhi Bagaimana Peran Budaya Sekolah Dalam
Peningkatan Kinerja Guru
4. Untuk mengetauhi Bagaimana Implikasi Kultur Sekolah Dalam
Perbaikan Sekolah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Membangun Kultur Masyarakat Sekolah


Kata “membangun” merupakan kata kerja yang memiliki makna “memperbaik,
membina dan mendirikan”. Kata “membangun”, berasal dari kata “bangun”
merupakan kata kerja yang memiliki beberapa makna, yaitu 1) bangkit, berdiri, (dari
duduk, tidur), 2) jaga (dari tidur), 3) belum (tidak) tidur.
Kultur adalah bentuk kata benda yang memiliki makna kebudayaan. Kebudayaan
adalah kata benda yang memiliki makna hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal
budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat. Kebudayaan berasal dari
kata “budaya” merupakan kata benda yang memi liki makna yaitu 1) pikiran, 2) akal
budi, hasil, 3) yang mengenai kebudayaan.
Kebudayaan adalah ciptaan manusia dan syarat bagi kehidupan manusia. Manusia
menciptakan kebudayaan dan karena kebudayaan dan karena kebudayaan manusia
menjadi makhluk yang berbudaya. Mari kita perhatikan bayi yang baru lahir kedunia,
ia dalam keadaan penuh ketergantungan kepada orang lain, khususnya kepada orang
tuannya, ia belum dapat mengendalikan emosinya, belum tau nilai dan norma, belum
mampu membayangkan masa depannya. Namun demikian, karena ia hidup dalam
lingkungan yang berbudaya, melalui (pendidikan) pada akhirnya ia menjadi orang
dewasa yang mampu berperan serta dalam kehidupan masyarakat dan budayanya
yang begitu kompleks.1
Budaya sekolah adalah sekumpul nilai yang melandasi prilaku, tradisi, kebiasaan
sehari-hari, dan simbol-simbol yang diperaktekkan oleh kepala sekolah,
pendidik/guru, petugas tenaga kependidikan/administrasi, peserta didik, masyarakat
sekitar sekolah. Budaya sekolah mempunyai ciri khas, karakter atau watak dan citra
sekolah tersebut di masyatakat luas. Budaya sekolah harus memiliki misi yang jelas
dalam menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif,
inovatif, terintefratif, serta dedikatif terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan
yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya. Selain itu, mempunyai
karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras dan toleran dan
cakap dalam memimpin, serta menjawab tantangan yang akan kebutusan berlandasan
IMTAK.2
Disamping kebudayaan material, manusia dahulu mengembangkan kebudayaan
non-materiels seperti pola hidup berkelompok (group life). Mereka memetik
pengalaman bahwa hidup berkelompok berdasarkan keturunan sedarah merupakan
pola hidup ideal. Dalam hidup berkelompok, tumbuh pola hidup bertata kerama
pergaulan, yang semula terbentuk di internal lingkungan keluarga sendiri yang lama-
kelamaan berkembang menjadi pola hidup berkelompok dengan orang atau kelompok
sosial lain yang memiliki “visi” kehidupan yang sama. Dari pengalaman hidup
berkelompok, berkembang kebudayaan non-materieseperti kebiasaan, adat istiadat,
kepercayaan, tata krama, atau pola hidup yang baik dan keterampilan berbahasa, lisan
dan tulisan. Contoh kebudayaan non-materiels adalah rasa memiliki, tolong

1
Selviyanti Kaawoan, “Membangun Kultur Masyarakat Sekolah”, “Jurnal Irfani”, Vol. 10, no. 1
(Juni 2004): hal. 44
2
Beti Istanti Suwandayani dan Nafi Isbadrianingtyas, “Peran Budaya Sekolah Dalam
Pembentukan Karakter Anak Sekolah Dasar”,Edisi 1, ( Malang, 20 September 2017), Hal. 35

3
menolong, kerja sama, hormat menghormati, saling menghargai, kerja keras, jujur,
dan nilai-nilai moral dasar lainnya.3
Perlunya pendidikan karakter mendesak untuk dilaksanakan adalah adanya gejala -
gejala yang menandakan tergerusnya karakter bangsa. Tanda-tanda merosotnya
karakter bangsa Indonesia, senyampang apa yang dinyatakan Thomas Lickona (dalam
Barnawi dan M. Arifin), tentang sepuluh tanda zaman yang kini terjadi, yakni sebagai
berikut:
a.) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja ( atau bahkan anak-anak).
b.) Membudayanya ketidakjujuran.
c.) Sikap fanatik terhadap kelompok/grup (geng) tertentu.
d.) Rendahnya rasa hormat terhadap orang tua atau guru.
e.) Semakin kaburnya moral baik dan buruk.
f.) Penggunaan tutur bahasa yang kian memburuk ( makian, cacian, ejekan, hujatan,
fitnah, mesoh, alay) tanpa memperhatikan perasaan orang lain.
g.) Meningkatnya perilaku yang merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol,
judi dan seks bebas.
h.) Rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara.
Di era seperti sekarang ini, ancaman hilangnya karakter semakin nyata. Nilai-nilai
karakter yang luhur tergerus oleh arus globalisasi, utamanya kesalahan dalam
memahami makna kebebasan sebagai anak kandung demokrasi diterjemahkan sebagai
free will, kebebasan berkehendak tanpa aturan yang baku, iklim kebebasan tidak
jarang diartikan dengan kebebasan bertindak. Tawuran antar pelajar, antar kampung,
main hakim sendiri, dan sebagaimana berlangsung di berbagai tempat, sekaluigus
menjauhkan kehidupan masyarakat yang beradab, berkarakter, dan berakhlak mulia.4

B. Upaya Membangun Kultur Masyarakat Sekolah


Budaya (culture) merupakan pola kebiasaan yang berkembang dalam suatu
kelompok masyarakat. Budaya sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam
peningkatan karakter anak. Intervensi budaya dilakukan terhadap budaya sekolah
yangselanjutnya akan mengubah budaya guru. Perubahan budaya guru
dapatmengakibatkan terjadinya perubahan belajar mengajar. Dampak intrvensi budaya
dapat dilihat pada hasil belajar siswa. Untuk itu, budayabudaya yang dimiliki setiap
sekolah harus dipahami dan harus dilibatkan dalam melakukansuatu perubahan yang
bertujuan meningkatkan mutu pendidikan. Budaya sekolah akan menjelaskan
bagaimana sekolah berfungsi dan arah mekanisme internal yangterjadi. Budaya
sekolah juga dapat menjadi prediktor perbedaan mutu antar sekolah dan mutu sekolah.
Budaya sekolah memberikan panduan menilai apayang penting, apa yang baik, apa
yang benar, dan cara untuk mencapainya. Budaya sekolah tercermin dalamhubungan
antar warga sekolah baik pada saat bekerja, kegiatan belajar-mengajar,maupun pada
saat berkomunikasi satu sama lain. Budaya sekolah mencakup unsur artifak yakni
berupa hal-hal yang dapat diamatisecara langsung seperti tata ruang, kebiasan atau
3
Prof. Mohamad Ansyar, Ph.D., “Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan”, Edisi 1, (Jakarta
13220), Hal 7
4
Dalyono, Bambang, and Enny Dwi Lestariningsih. “Implementasi Penguatan Pendidikan
Karakter Di Sekolah”. Bangun Rekaprima: Majalah Ilmiah Pengembangan Rekayasa, Sosial Humanior.
Vol 3 . No 2 (Oktober 2017. Hal 33-43

4
rutinitas, peraturan-peraturan,upacara-upacara, simbol, logo, gambar-gambar, sopan-
santun, cara berpakaiandari warga sekolah. Unsur ini dapat dirasakan dengan cepat
ketika orangmencakup keyakinan, menilai, dan asumsi saling berkaitan dan saling
mendukung.5
Dalam melakukan kegiatan membangun, dibutuhkan suatu cara dan perbuatan, hal
ini merupakan proses pembangunan. Pembangunan berisi suatu kompleks tindakan
manusia yang cukup rumit yang melibatkan sejumlah pranata dalam masyarakat.
Hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Dalam pembangunan,
masyarakat menjadi pelaku dan sekaligus objek dari aktivitas pembangunan.
Keterkaitan atau korelasi antara masyarakat dan pembangunan akan terjadi mrlalui
pengendalian dari kebudayaan. Di dalam kebudayaan, tatanan nilai menjadi inti dan
basis bagi tindakan manusia. Fungsi elemen ini (cultural value) bagi pembangunan
adalah untuk mengevaluasi proses pembangunan agar tetap sesuai dengan standar dan
kadar manusia.
Manusia menjadi fokus bagi proses pelaksanaan pembangunan. Salah satu yang
utama dari proses tersebut adalah terbentuknya mentalitas pembangunan yang dapat
mendorong secara positif gerak pembagunan. Mentalitas pembangunan ini terwujud
karena berbasisikan nilai budaya yang luhur, positif dan inovatif bagi pemunculan ide-
ide dan gerak pembagunan.
Beberapa upaya pembangunan kultur masyarakat sekolah dapat dilakukan dengan
beberapa alternatif pilihan seperti yang akan di uraikan dibawah ini. Terkait dengan
manajemen sekolah untuk mendorong kultur sekolah yang positif maka penting
dipikirkan beberapa hal penting yaitu sebagai berikut:
1) Perlunya manajemen sekolah berbasis motivasi. Hal ini penting, mengingat
problem terbesar bangsa ini adalah masalah motivasi dan etos. Motivasi akan mampu
menciptakan komitmen, komitmen akan melahirkan etos, etos menciptakan gaya
gerak, gaya gerak akan menciptakan perubahan. Dan kultur sekolah yang baik adalah
yang mampu menciptakan perubahan. Dan perubahan bermuara pada motivasi.
2) Perlunya manajemen sekolah berbasis komunikasi. Manajemen ini,
menekankan akan pentingnya kesadaran bahwa etos profesionalitas (mutu), sangat
ditentukan oleh kualitas komunikasi. Semakin jernih komunikasi sekolah, dapat
diperediksi kultur sekolah yang jernih pula. Sekolah dalam manajemen prasangka
misalnya, tidak akan terjadi karena chanel komunikasi telah terfasilitasi.
3) Perlunya manajemen sekolah berbasis reward and punishmen. Artinya, dalam
kepemimpinan moderen dua hal itu merupakan “bahasa komunikasi profesional” yang
mutlak dibutuhkan. Sehingga penempatan orang didasarkan penghargaan atas kualitas
kerja bukan pada like dan dislike. Sedangkan, hukuman penting dipikirkan untuk
menekankan aturan main institusi sehingga kultur sekolah berjalan atas aturan baku
yang mengikat dan tidak pandang bulu.
4) Perlunya manajemen sekolah berbasis baca tulis. Manajemen ini, nyaris tidak
pernah tersentuh oleh sekolah. Tak pernah terpokirkan bahwa guru (komponen
sekolah) setiap saat penting untuk meningkatkan kualitas melalui dua budaya ini. Hal
ini, mengingat du hal tersebut merupakan unsur penting dalam tradisi pengembangan
SDM mutakhir untuk menuju kultur sekolah yang berkualitas.

5
Suwandayani, Beti Istanti, and Nafi Isbafrianingtyas. “Peran Budaya Sekolah Dalam
Pembentukan Karakter Anak Sekolah Dasar” Edisi 1 ( Malang, 20 September 2017). Hal. 36

5
5) Perlunya manajemen sekolah berbasisi jaringan. Kemajuan sekolah diera
mutakhir mau tidak mau, sangat ditentukan oleh kemampuan membangun jaringan
dengan pihak ekstenal.6
Budaya baca adalah bagian dari budaya literasi yang meliputi membaca, menulis
dan berhitung. Membudayakan atau membiasakan untuk membaca, menulis itu perlu
proses jika memang dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang
belum ada atau belum terbentuk. Ada banyak cara untuk membentuk budaya literasi
diantaranya:
1). Pendekatan akses fasilitas baca (buku dan non buku),
2) Kemudahan akses mendapatkan bahan bacaan
3) Murah/tanpa biaya
4) Menyenangkan dengan segala keramahan7

C. Peran Budaya Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru


Guru merupakan kopenen pendidikan yang memiliki peran penting sekaligus
menempati posisi yang strategis bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah.
Menurut mulyasa, guru nerupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap
terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Guru yang berkualitas
tampak dalam pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasilhasil kerja atau unjuk kerja
yang dikenal dengan istilah kinerja guru. Standar kinerja guru ini berhubungan dengan
kualitas guru dalam menjalankan tugasnya sehingga mencapai hasil kerja yang
optimal. Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru menunjuk pada
bagaimana guru merencanakan pembelajaran atau mendesai program pembelajaran,
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan melakukan penilaian hasil belajar dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Guru yang memiliki kinerja adalah guru yang mampu menyususn rencana
pembelajaran, melaksanakan interaksi pembelajaran, menilai prestasi belajar peserta
didik, melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi hasil belajar peserta didik,
mengembangkan profesi, memahami wawasan pendidikan, dan menguasai bahan
kajian akademik.
Budaya sekolah merupakan aset yang bersifat unik dan tidak sama antara sekolah
satu dengan yang lain. Keberadaan budaya ini segera dapat dikenali ketika orang
mengadakan kontak dengan sekolah tersebut. Melalui budaya sekolah, orang luar akan
melihat karateristik khas sekolah yang dapat diidentifikasi melalui nilai yang dianut,
sikap yang dimilikinya, kebiasaankebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang
ditunjukkan oleh seluruh personil sekolah yang membentuk satu kesatuan khsus dari
sistem sekolah. Budaya sekolah merupakan jati diri sekolah sehingga kinerja sekolah
dapat dilihat dari sikap dan tindakan yang dilakukan dalam bentuk manifestasi
perilaku anggota sekolah.8

6
Selviyanti Kaawoan, “Membangun Kultur Masyarakat Sekolah”, “Jurnal Irfani”, Vol. 10, no. 1 (Juni
2004): hal. 51-52
7
Hartyatni, Mijiatun Sri. “Membangun Budaya Baca Melalui Pengelolaan Media Sudut Baca
Kelas”. Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar, Vol. 6, No. 1 {April 2018). Hal. 2
8
Christina Oktaviani, “Peran Budaya Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru”, “Jurnal Manajer
Pendidikan”, Vol. 9, No. 4, (Juli 2015), Hal. 613-614

6
Islam adalah agama yang secara jelas dan eksplisit menjelaskan bagaimana
manfaat dan tujuan pendidikan. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S At –
Taubah/9:122 :

‫وْ َمهُ ْم اِ َذا‬NNَ‫ ِذرُوْ ا ق‬N‫ ِّد ْي ِن َولِيُ ْن‬N‫وْ ا فِى ال‬NNُ‫ةٌ لِّيَتَفَقَّه‬Nَ‫ ٍة ِّم ْنهُ ْم طَ ۤا ِٕىف‬Nَ‫ ِّل فِرْ ق‬N‫ َر ِم ْن ُك‬Nَ‫وْ اَل نَف‬NNَ‫رُوْ ا َك ۤافَّ ۗةً فَل‬Nِ‫۞ َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنف‬
١٢٢ ࣖ َ‫َر َجع ُْٓوا اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن‬

Terjemahannya:

“Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan


perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak
pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan
agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?”9

Pada kalimat pertama dari ayat di atas, disebutkan bahwa tidak semua orang
muslim harus berangkat pergi kemedan perang (jihad). Menurut tafsir dari AlQur’an,
hal ini dapat dilakukan oleh beberapa orang saja. Untuk itu, ayat ke 122 juga
menjelaskan pentingnya pembagian tugas dalam masyarakat islam. Pembagian tugas
yang dimaksud yakni, ada yang bertugas di medan perang (berjihad) dan pihak
lainnya ada yang bertugas menuntut ilmu dan mendalami agama islam.
Hal ini bertujuan, agar mereka tidak dapat meluangkan waktunya untuk menuntut
ilmu karena harus berjuang di medan perang tetap menerima ilmu pengetahuan dan
ilmu agama. Ilmu tersebut bisa didapatkan dari mereka yang tidak ikut berperang dan
menghabiskan waktunya untuk mendalami ilmu agama.
Poin penting dari surah At-Taubah ayat 122, melalui ayat ini dapat diketahui
kedudukan penting dari menuntut ilmu yang disejajarkan denagn berperang.
Keduanya sama-sama memperjuangkan dan menyebarluaskan dakwah islamiyah yang
membedakan hanya metodenya saja.
Peran kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru adalah begitu penting.
Kepala sekolah harus lebih fokus memberikan perhatian pada kegiatankegiatan dalam
upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu belajar melkalui perbaikan kinerja guru
di tanganinya. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan mediator yang
membangkitkan inspirasi, motivasi dukungan dan bimbingan sehingga mengarahkan
keluarnya potensi maksimum guru dan tercapainya peningkatan kualitas sekolah.
Hasil studi Hasan menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
terhadap kinerja guru10
Allah swt. Memberikan pendengaran, penglihatan dan hati kepada manusia, agar
dipergunakan untuk merenung, memikirkan, dan memperhatikan apa-apa yang ada
disekitarnya. Semuanya ini, merupakan motivasi bagi segenap umat manusia untuk
mencari ilmu pengetahuan melalui jalur Pendidikan, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi setiap muslim, sejak kecilnya sampai berusia lanjut. Hal ini,
didasarkan atas ungkapan yang oleh sementara pakar Pendidikan dianggap sebagai
hadist Nabi saw., yaitu 11‫د ا لى اللهد‬N‫لبا العلم من المه‬N‫( أص‬Tuntutlah ilmu dari buaian hingga

9
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Terjemahan Kemenag : 2021) 9:122
10
Nasib Tua Lumban Gaol, “Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru”, “Jurnal
Manajemen Pendidikan”, Vol. 5, No. 1, (Januaru-Juni 2018), Hal. 69
11
Hadist di atas memang penulis tidak menemukannya dalam al-kutub al-Tis’ah, tetapi telah
menjadi mayshur dikalangan masyakat dan sering dikemukakan para pakar Pendidikan sebagai dalil
tentang urgensi Pendidikan islam.

7
liang lahat). Lebih dari itu, ditemyukan pernyataan Nabi saw., yang mensejajarkan
orang yang menuntut ilmu dengan orang yanhg berjihad dijalan Allah.

Rasulullah sawbersabda :
‫عن أنس بن مالك قال قال رسو ل هللا من حر دج في صلب العلم كان في سبيلرهللا حتى ير جح‬

‫)ر و ا ه التر مز ي‬

Artinya :

Dari Anas Bin Malik berkata : Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa yang
keluar untuk memncari ilmu, maka yang bersangkutan berada dijalan Allah
sampai ia Kembali dari kegiatan menuntut ilmu. (HR. Tirmidzi)12

Lembaga Pendidikan merupakan tempat dan ladang dalam menanamkan karakter


kepada siswa. Dalam penanaman karakter kita sebagai pemimpin dan masyarakat
sekolah berperan penting dalam memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa.
Dalam hal ini kita perlu pembisaan untuk menciptakan kebiasaan yang positif dalam
memebangun budaya religius di lembaga tersebut. Semisal guru di saat mengajar di
dalam kelas, guru bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan akan tetapi
memberikan nilai-nilai positif kepada peserta didik agar peserta didik memiliki
kesadaran dalam melakukan perbuatan baik.13

D. Implikasi Kultur Sekolah Dalam Perbaikan Sekolah


1. Visi dan nilai
Visi merupakan cutra ideal dan unik tentang masa depan atau orientasi masa
depan terhadap kondisi ideal yang dicita-citakan. Nilai bukan sekedar sebuah
preferensi, melainkan merupakan persenyawaan dari pemikiran, perasaan dan
preferensi. Menurut Parsons dan Shils komponen nilai meliputi: kognitif, emosional
dan evaluatif. Sedangkan menurut Harrison dan Hungtinton terdapat dua kategori
nilai, yaitu nilai instrinsik, dan nilai instrumental. Nilai instriktik merupakan nilai
yang ditekankan tanpa memperhatikan untung atau rugi, misalnya nilai patriotisme.
Sedangkan nilai instrumental merupakan nilai yang didukung karena menguntungkan,
misalnya produktivitas.
Visi misi tujuan dan nilai-nilai dalam budaya merupakan unsur yang penting.
Pentingnya tujuan bermakna norma-norma yang positif, dan nilai-nilai yang dipegang
teguh untuk menambah semangat dan vitalitas untuk perbaikan sekolah.
2. Upacara dan perayaan
Upacara, tradisi dan perayaan sekolah bermanfaat dalam membangun jaringan
informal yang relavan dengan budaya. Momentum-momentum penting disekolah

12
Abu Isa Muhammad Bin Isa al-Turmudzi, sunan al-turmudzi, dalam CD. Rom Hadis al-Syarif al-
kutub al- tis’ah, kitab al-‘ilm.hadist nomor 2571.
13
Tajudin, Ahmad, and Andika Aprilianto. “Strategi Kepala Madrasah Dalam Membangun Budaya
Religius Peserta Didik”. Munaddhomah: Jurnal Manajemen Pendidikan 1.2 (2020): Hal. 102

8
dapat dirayakan secara sederhana untuk me-recharge esprit de corps yang dimiliki
sekolah untuk menggelorakan visi dan spirit sekolah.
3. Sejarah dan cerita
Sejarah dan masa lalu penting dalam mengalirkan dan memancarkan energi
budaya. Fokus pada setiap budaya sekolah adalah aliran sejarah dan peristiwa masa
lalu yang turut membentuk budaya berkembang pada masa kini. Dengan kata lain,
romantisme masa lalu dapat membangkitkan semangat untuk mewujudkan kejayaan
masa depan.
4. Arsitektur dan artefak
Sekolah biasanya memiliki simbol-simbol seperti arsitektur, motto, katakata dan
tindakan. Setiap sekolah memiliki lambang atau logo sekolah, motto, lagu
(mars/hymne), dan seragam sekolah yang mencerminkan visi dan misi sekolah.
Pemanfaatan lahan pada area sekolah seperti dinding kelas, selasar sekolah, dan lorong
sekolah untuk memampangkan artefak fisik, efektif dalam menumbuhkan nilai dan
spirit utama sekolah, misalnya melalui poster, majalah dinding, spanduk, dan pesan
inspiratif lainnya.
Selanjutnya disajikan sejumlah fakta yang menunjukkan bahwa kultur sekolah
memiliki implikasi terhadap upaya perbaikan sekolah, seperti dikemukakan Deal dan
Peterson. Namun demikian, dalam praktiknya kultur sekolah seringkali justru
terlewatkan dalam upaya perbaikan sekolah diantarnya:
a. Budaya mendorong terwujudnya efektivitas dan produktivitas sekolah.
b. Budaya meningkatkan kegiatan kolegial dan kaloboratif yang mendorong
perbaikan komunikasi dan peraktik pemecahan mmasalah.
c. Budaya mendorong upaya keberhasilan perubahan dan perbaikan.
d. Budaya membangun komitmen dan identifikasi dari para staf, siswa dan
tenaga administrasi.
e. Budaya menguatkan energi, motivasi, dan vitalitas dari staf sekolah, siswa,
dan komunitas/masyarakat.14

14
Ariefa Efianingrum,” Kultur Sekolah”, “ Jurnal Pemikiran Sosiologi”, Vol. 2, No. 1, (Mei 2013),
Hal. 2426

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kultur masyarakat sekolah adalah segala aktivitas yang disekati dan dilakukan
sekolah oleh warga sekolah. Kultur masyarakat sekolah dalam kondisi positif akan
menciptakan suasana kondusif bagi terciptanya visi dan misi sekolah, demikian
sebaliknya kultur yang negatif akan membuat pencapaian visi dan misi sekolah
mengalami banyak kendala. Kultur sekolah yang baik misalnya kemauan menghargai
hasil karya orang lain, sesungguhnya dalam melaksan tugas dan kewajiban, motivasi
untuk terus berpartisipasi, komitmen serta dedikasi kepada tanggung jawab.
Kultur yang ada disekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa.
Sekolah yang memiliki kultur sekolah yang baik tentunya lebih unggul dibanding
sekolah-sekolah lainnya. Sekolah yang unggul diantarnya memiliki visi dan misi yang
jelas. Akhirnya, kultur sekolah yang baik dimana hal ini akan menciptakan suasana
belajar yang kondusif akan terwujud jika semua komponen di lingkungan sekolah dan
elemen-elemen lain diluar sekolah yang masih terkait menyadari, bahwa mwnjaga dan
ikut memelihara serta menciptakan suasana baik dilingkungan sekolah dan
lingkungan-lingkungan yang terkait merupkan tanggungjawab semua pihak.
Budaya sekolah yang dapat dilihat melalui keteraturan perilaku di sekolah, norma-
norma yang dianut sekolah, nilai-nilai dominan yang ada di sekolah, filosofi sekolah
peraturan sekolah dan iklim sekolah, sangat berperan dalam peningkatan kinerja guru.
Peningkatan kinerja tersebut nampak dalam prilaku guru yang menunjukkan sikap
sebagai pengajar dimana para guru mengelola pembelajaran dan menggunakan media
serta sumber belajar secara maksimal.
Kultur sekolah memiliki peran simbolik dalam membentuk pola kultural dalam
praktik kehidupan di sekolah. Kultur sekolah merupakan faktor kunci yang
menentukan pencapaian prestasi akademik maupun non akademik, dan
keterlaksanaan proses pembelajaran bagi siswa.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami susun ini dan tak lupa kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyususnan makalah ini,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kami berharap segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah berikunya.

10
DAFTAR PUSTAKA

“Jurnal Manajer Pendidikan”, Vol. 9, No. 4, (Juli 2015)10, no. 1 (Juni 2004)

Ariefa Efianingrum,” Kultur Sekolah”, “ Jurnal Pemikiran Sosiologi”, Vol. 2, No. 1, (Mei
2013)
Dalyono, Bambang, and Enny Dwi Lestariningsih. “Implementasi Penguatan Pendidikan
Karakter Di Sekolah”. Bangun Rekaprima: Majalah Ilmiah Pengembangan Rekayasa, Sosial
Humanior. Vol 3 . No 2 (Oktober 2017. Hal 33-43
Gaol Lumban Tua Nasib, “Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja
Guru”, “Jurnal Manajemen Pendidikan”, Vol. 5, No. 1, (Januaru-Juni 2018)

Hartyatni, Mijiatun Sri. “Membangun Budaya Baca Melalui Pengelolaan Media


Sudut Baca Kelas”. Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar, Vol. 6, No. 1
{April 2018).

Kaawoan Selviyanti, “Membangun Kultur Masyarakat Sekolah”, “Jurnal Irfani”, Vol.


Oktaviani Christina, “Peran Budaya Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru”,
Pembentukan Karakter Anak Sekolah Dasar,Edisi 1, ( Malang, 20 September 2017)

Prof. Mohamad Ansyar, Ph.D., “Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan”,


Edisi 1, (Jakarta 13220)
Suwandayani Istanti Beti dan Isbadrianingtyas Nafi, Peran Budaya Sekolah Dalam
Suwandayani, Beti Istanti, and Nafi Isbafrianingtyas. “Peran Budaya Sekolah Dalam
Pembentukan Karakter Anak Sekolah Dasar” Edisi 1 ( Malang, 20 September 2017).

Tajudin, Ahmad, and Andika Aprilianto. “Strategi Kepala Madrasah Dalam


Membangun Budaya Religius Peserta Didik”. Munaddhomah: Jurnal Manajemen Pendidikan
1.2 (2020)

Abu Isa Muhammad bin Isa al-Turmuzi, Sunan al- Turmizi, dalam CD. Rom Hadis
al-Syarif al-Kutub al Tis’ah, Kitab al-Ilmhadis nomor 2571

11

Anda mungkin juga menyukai