Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Model Pembelajaran TPSR”

Disususn oleh :
Kelompok 5

Anggota:
Neng Ayu Sundari (2124200077)
Rehsa Oktagianti (2124200097)
Yoga Hendra U (2124200083)

Prodi Pendidikan Jasmani


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Galuh
Ciamis
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 18 Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................................. 3
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6
A. Kajian Teori ................................................................................................................................. 6
BAB III .................................................................................................................................................... 11
PENUTUPAN .......................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tugas utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah adalah
untuk mengembangkan strategi belajar mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini
dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan keadaan yang dapat mempengaruhi
aktivitas gerak tubuh peserta didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan
dan dapat meraih prestasi belajar secara memuaskan. Oleh sebab itu, melaksanakan
kegiatan belajar mengajar merupakan pekerjaan yang menyangkut beberapa aspek dan
menuntut kesungguhan guru. Guru menjadi jalan penghubung kerhasilan perkembangan
anak baik dalam segi Afektif, Kognitif dan psikomotor. Oleh sebab itu banyak
berkembang strategi atau metode pelaksanaan pembelajaran melalui model model
pembelajaran.

Dalam upaya penerapan pendidikan berbasis karakter di sekolah, ditemukan beberapa


persoalan dasar yang cukup berampak besar terhadap keberlangsungan proses pendidikan
itu sendiri. Salah satrunya adalah kurangnya sikap bertanggung jawab para siswa secara
sosial. Seperti tidak mau membantu rekan yang kesulitan mengerjakan latihan, kurangnya
rasa saling menghargai, terlambat masuk sekolah, hingga yang berhubungan dengan
pendidikan jasmani. Seperti siswa yang masih menggunakan pakaian PSAS di jam
pelajaran olahraga, siswi yang malas melakukan aktivitas olahraga karena merasa mudah
lelah dan pemalu.

Toleransi sesama siswa dalam pembelajaran penjas dinilai masih kurang baik.Interaksi
dalam belajar dan mengajar ini dapat kita manfaatkan sebagai wadah untuk
pembembentukan nilai tanggung jawab dan toleransi antar sesama siswa.Nilai tanggung
jawab dan toleransi ini tentu akan dapat membentuk karakter siswa dan tentu akan dapat
mendukung pembentukan karakter bangsa sesuai dengan kurikulum 2013.

3
Tanggung jawab dan toleransi merupakan nilai budaya yang perlu terus
dikembangkan sebagai nilai moral yang akan membentuk keberhasilan suatu bangsa.
Betapa tidak, banyak peristiwa kekerasan, kejahatan, korupsi, dan tindakan kriminal
lainnya diawali dari sikap perilaku yangtidak bertanggung jawab dan tidak toleran
terhadap hak-hak orang lain.
Dewasa ini dalam konteks pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan(Penjasorkes), berkembang begitu pesat berbagai model pembelajaran yang
dapat mengembangkan ranah afektif (karakter). Sebut saja di antaranya model
pembelajaran tanggung jawab pribadi dan sosial(TPSR) (Hellison, 2011), model
pembelajaran kooperatif (Dyson, 2001), maupun model pembelajaran nilai karakter
(Lumpkin, 2008). Model Teaching Per-sonal Social Responsibility ini ditemukan oleh
Hellison pada tahun 1970, model ini di ciptakan untuk mengembangkan tanggung jawab
sosial dan pribadi pada anak,baik dalam olahraga maupun pada kehidupan
dimasyarakat(Hellison,2011).
Berhubungan dengan keefektifan model TPSRdalam mengubah tanggung jawab pada
anak, studi sebelumnya menemukan bahwa model ini mampu mengembangkan tanggung
jawab, keterampilan sosial,pengembangan status sosial dan lain-lain (Caballero, etal.,
2013). Dari kutipan diatas peneliti menduga model TPSR dan kooperatif dan belajar
mengalami(experiential learning) akan mampu mengembangkan sikap tanggung jawab
dan toleransi siswa. Pembelajaran TPSR dan kooperatif dalam pendidikan jasmani dan
olahraga berbasis nilai tersedia pengalaman untuk mengembangkan nilai moral
tanggungjawab dan toleransi yang dapat dicapai melalui ketergantungan positif dan
interaksi dengan siswa lain.
Perwujudan nilai inti dari pendidikan jasmani tersebut, tidak akan terlepas dari peran guru
dalam mengelola pembelajaran, yaitu pembelajaran yang lebih dipusatkan pada siswa
yang lebih aktif belajar dengan kontrak perilaku melalui model TPSR, situasi
kebersamaan pembelajaran kooperatif dan perbanyak pengalaman akan nilai empati dan
toleransi, dari pada sebaliknya berpusat pada materi dan guru lebih aktif dengan belajar
secara individual. Melalui kedua model pembelajaran tersebut, akan memungkinkan
terciptanya suasana pembelajaran yang menjadikan siswa bertanggung jawab dan
bertoleransi di setiap pembelajaran dengan adanya kontrak perilaku yang ditawarkan
model TPSR, saling berinteraksi antara siswa yang satudengan siswa yang lainnya.

4
A. Perumusan Masalah
Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Model pembelajaran TPSR
2. Bagaimana implementasinya
B. Tujuan Penelitian
Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Maksud dan tujuan adanya model pembelajaran TPSR
2. Dapat menginplementasikan model pembelajaran TPSR

C. Manfaat makalah
Hasil makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi para guru
pendidikan jasmani di Sekolah, untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran
pendidikan jasmani melalui model pembelajaran TPSR dan dapat menambah khasanah
pengetahuan mengenai pembelajaran pendidikan jasmani Sekolah Dasar berbasis
pendidikan karakter.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori

1. Pengertian
Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis
untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu yang
ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun tetap
mengerucut pada tujuan khusus.
Pendapat Suprihatiningrum (2013, hlm. 145) yang menyatakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur pembelajaran dengan
sistematis untuk mengelola pengalaman belajar siswa agar tujuan belajar tertentu yang
diinginkan bisa tercapai.

2. Model TPSR
Model TPSR digunakan sebagai alternatif dalam pengajaran pendidikan jasmani yang
bertujuan untuk mengajarkan tanggung jawab pribadi dan sosial peserta didik dari risiko
ketimpangan sosial seperti kemiskinan, kekerasan, obat-obatan, dan masalah keluarga
(Hellison, 2003, Escarti A., 2010: 388).
Model TPSR merupakan alat pembelajaran yang mengajarkan keterampilan dalam
kehidupan sosial dan mempromosikan sikap bertanggung jawab (Wright, P.M & Burton S.,
2008).
Model TPSR mendidik tanggung jawab secara bertahap. Tahapan itu diantaranya
adanya waktu konseling (counseling time), penyuluhan kesadaran (awareness talk), fokus
pelajaran (lesson focus), pertemuan kelompok (group meeting), dan waktu refleksi (reflection
focus) (Hellison, 2003: 41).
Dalam pelaksanaannya, model TPSR berfokus pada sikap peserta didik dalam
mencapai lima tujuan utama (Gordon, B., Jacobs, JM & Wright, PM, 2016: 360), yaitu: rasa
hormat (Tingkat 1), partisipasi (Tingkat 2), kemandirian (Tingkat 3), kepedulian (Tingkat 4),
dan (Tingkat 5), kepemimpinan atau role model (Beale, A., 2016: 33). Sedangkan menurut
Hellison membuat tingkatan dalam model pembelajarannya diantaranya ;” level 0
irresponsibility, dimana ini adalah tingkat awal sebelum adanya rekonstruksi sosial seperti
siswa menjadi pusat masalah yang selalu menyalahkan oranglain atas perilakunya yang tidak
memcapai ekspetasinya. Di ikuti dengan level I Respect, level II partisipation, Level III self
diraction, Level IV Caring:”

6
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka model pembelajaran TPSR adalah alat
pembelajaran yang mengajarkan keterampilan untuk berperilaku bertanggung jawab terhadap
diri dan orang lain serta mampu mengendalikan diri. Konsep model TPSR meliputi sebuah
bentuk usaha untuk menghargai hak dan perasaan orang lain, partisipasi, mengarahkan diri
sebagai manusia sosial yang peduli dan membantu orang lain. Dalam olahraga, TPSR
memiliki sejarah yang panjang dalam meningkatkan “karakter baik” (Gordon, B., & Doyle,
S., 2015: 152). Model TPSR dianggap sebagai kerangka ideal untuk merancang kelas
pendidikan jasmani dan keseluruhan kurikulum sekolah (Siedentop, 1994; Wright, P.M &
Burton, S., 2008; Koivisto, 2015: 20).
Dalam model pembelajaran TPSR terdapat 4 landasan di dalamnya. Diantara
nya adalah sebagai berikut;
a) Keterhubungan (integeration) dan cakupamya adalah hubungannya
antara keterampilan aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan
gerak (physical activity related pedagogical skill) dan tanggung
jawab pribadi sosial ( personal social resposibility).
b) Transfer. Guru memberikan pendidikan kepada peserta didik.
c) Pemberdayaan (empowerment). Guru menjadi fasilitator di dalam
memberikan penguatan.
d) Upaya saling berkomunikasi atau bertukar pikiran didalam, sebuah
kelompok belajar, memecahkan suatu masalah, dan membuat
keputusan di dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

7
B. Tujuan
Hellison menjelaskan lima tujuan di dalam TPSR, yaitu:
1) Menghormati Hak dan Perasaan Orang Lain (Tingkat 1) Terdapat tiga kategori
perilaku yang berada pada tingkat 1, yaitu (1) self-control of temper and mouth, (2)
respect everyone’s right to be include, (3) involvement in peaceful and democratic
conflict resolution (Hellison, D., & Walsh, D., 2002: 293).
2) Berusaha dan Kerjasama (Tingkat 2) Pada Tingkat 2 terdapat dua kategori, yaitu (1)
motivasi diri untuk mengeksplorasi potensi diri, tugas baru, dan mengeksplorasi
tugas. (2) bekerja sama dan memiliki kemampuan mengajarkan (cooperation dan
coachability). Peserta didik diharapkan mampu bertanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan guru secara baik (Gordon, B., 2010: 22).
3) Pengarahan Diri (Tingkat 3) Pada tingkat 3 terdapat dua kategori, yaitu: (1) siswa
mampu mandiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru (independent
work). (2) peserta didik tidak hanya menunjukkan rasa hormat dan partisipasinya
dalam pembelajaran, tetapi juga dapat bekerja tanpa pengawasan guru (goal-setting
progression with courage to resist peer pressure), dan peserta didik dapat
mengidentifikasi kebutuhan mereka sendiri dan mulai merencanakan dan
melaksanakan tugas aktivitas fisik.
4) Menolong dan Memimpin (Tingkat 4) Pada tingkat 4 terdapat dua kategori perilaku,
yaitu: (1) peserta didik cepat tanggap terhadap kesulitan orang lain (sensitivity and
responsiveness to other’s needs and interest). (2) peserta didik memiliki kepedulian
terhadap kelompok dan dapat berkontribusi dengan teman satu kelompok
(contribution to the well-being of both individuals and the group). Peserta didik
mampu memimpin kelompok atau teman lainnya untuk memberikan kontribusi
kesejahteraan kelas (Gordon, B., 2010: 22).
5) Transfer Hasil Belajar dalam Konteks Lain (Tingkat 5) Pada tingkat 5 terdapat dua
kategori perilaku, yaitu: (1) peserta didik melakukan kebiasaan bertanggung jawab
pada pembelajaran pendidikan jasmani pada lingkungan rumah atau masyarakat
(trying these ideas outside the physical activity program). (2) peserta didik mampu
menjadi contoh bagi teman-teman kelas dalam berperilaku bertanggung jawab (being
a role model).(Filiz, B., 2017: 2).

8
C. Implementasi
Terdapat lima tahap pembelajaran TPSR, counseling time, awareness talk,
the lesson, group meeting, dan reflection time (Hellison, 2003: 41).
1. Counseling Time Jumlah waktu yang sedikit dan jumlah peserta didik yang
banyak menjadi sebuah masalah, guru harus berusaha menyampaikan beberapa hal
yang bisa memberikan efek positif, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
penghargaan kepada peserta didik sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi
dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
2. Awareness Talk Awareness talk merupakan sesi untuk mengingatkan
peserta didik mengenai tanggung jawab yang ingin mereka capai, dan pada sesi ini
peserta didik dapat membuat kontrak dengan guru mengenai target tingkatan
tanggung jawab yang akan dicapai pada pembelajaran hari itu.
3. Lesson Focus Sebagian besar waktu pembelajaran digunakan dalam sesi
lesson focus. Selama sesi ini, guru menggunakan strategi instruksional tertentu untuk
mengintegrasikan tanggung jawab ke dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam
proses lesson focus ini guru dapat menggunakan berbagai strategi instruksional yang
dianggap cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4. Group Meeting Sesi group meeting merupakan sarana pembelajaran
praktis peserta didik untuk mempelajari nilai-nilai demokratis, sesi ini bertujuan
untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pandangan
mereka mengenai proses pembelajaran saat itu, mengenai teman-teman sekelasnya,
dan seberapa efektif instruksi pembelajaran yang disampaikan guru.
5. Reflection Time Sesi akhir dari rencana pembelajaran TPSR adalah
reflection time yang dilakukan sebelum peserta didik meninggalkan kelas. Reflection
time di desain agar peserta didik merefleksi dan mengevaluasi mengenai seberapa
respek mereka terhadap hak dan perasaan orang lain, bagaimana effort and
participation yang mereka tunjukkan selama proses pembelajaran, dan kemungkinan
mengaplikasikan target tanggung jawab.

9
Contoh penerapan model TPSR dalam penjas bisa berupa praktikum Sepak bola.
Yang perlu dipersiapan sejak awal yakni RPP (lembar pelaksanaan pembelajara) sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran itu sendiri, lembar observasi berupa tabel nilai, juga
lembar evaluasi guna mengevaluasi hasil akhir pembelajaran di pertemuan tersebut.
Detail pelaksanaan dimulai dari :
a. Mempersiapkan sarana prasarana.
b. Kegiatan pendahuluan (bebaris, berdoa, absen, peregangan statis dinamis,lari,
penjelasan guru mengenai inti materi yang akan dilaksanakan)
c. Kegiatan inti.
1) Awernes talk pengkategorian level tanggung jawab 1-4 (memberi
penjelasan mengenai definisi,contoh sikap tanggung jawab yang
dihubungkan dengan pengalaman,pemberian penyadaran secara kognitif,
2) The leason (materi berupa tugas gerak) materi shooting dan passing
modifikasi gerak 5 vs 5
3) Group meeting. Pembuatan kelompok dengan arahan dari guru untuk
diskusi mengenai hubungannya antara permainan shooting dan passing
dengan sikap tanggung jawab. Memberi kesempatan untuk saling
bertukar argumen, hingga penutupan dalam bentuk saran dari guru.
4) Reflection time. Guru memberi kesempatan kepada setiap individu untuk
evaluasi diri sikap perilakunya pada saat melakukan praktek. Hal yang
dievaluasi yakni menghormati hak orang lain, motivasi peserta didik saat
belajar, kemandirian belajar, kontribusi anak saat membantu temannya,
juga tanggung jawabnya di luar jam pelajaran penjas.
5) Conseling time. Guru memberi kemsempatan atau terbuka untuk kritik
dan saran mengenai oembelajaran penjas,baik saat pembelajaran
berlangsung maupun diluar jam pelajaran.
d. Penutup.(guru dan siswa melakukan relaksasi atau pendinginan dan berdoa,
membereskan sarana prasarana).
e. Menyimpulkan dan penilaian pembelajaran (meminta siswa menyimpulkan hasil
kegiatan yang telah selesai lalu pemberian penghargaan terhadap siswa karena
mampu melaksanakan kegiatan belajar dengan sungguh sungguh. Penilaian
dengan observasi,tes tertulis, dan keterampilan gerak.

10
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan

Model TPSR dapat digambarkan seperti dari tidak bertanggung jawab menjadi
bertanggung jawab , bergerak dari rasa hormat untuk diri sendiri dan untuk hormat juga
kepedulian untuk orang lain. Dalam penerapan lapangan seyogyanya sangat berpengaruh
terhadap perubahan sikap dan moral ke arah lebih positif bagi peserta didik. Hal ini
sepatutnya menjadi salah satu syarat dalam konsep model TPSR yang mana sangat
menjunjung tinggi perkembangan sisi afektif anak.

11
DAFTAR PUSTAKA

journal.ac.id
journal.llpmunindra.ac.id
journal.upgris.ac.id
ojs.mahadewa.ac.id
repository.upi.edu
jopi.kemenpora.go.id

12

Anda mungkin juga menyukai