Disusun Oleh:
Kelompok 8
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Strategi
Pembelajaran Aktif”. Tugas ini kami buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Strategi
Pembelajaran Biologi.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen mata kuliah yang bersangkutan Ibu “Indayana Febriani Tanjung, M.Pd” yang
telah memberikan tugas kepada kami demi menumbuhkan dan mengembangkan wawasan
dan pengetahuan kami. Sebelumnya kami memohon maaf apabila penulisan tugas ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharap adanya kritik dan saran yang membangun
untuk kemajuan pada penulisan tugas selanjutnya.
Penyusun Makalah
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam kehidupan masyarakat dengan bekal pengetahuan
umum maupun agama. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 45: “agar pemerintah untuk
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia 2021dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur dalam undang-undang.1
Menurut Uno (2012:77), belajar hanya bisa dipahami jika terjadi aktivitas dalam
proses pembelajaran. Diantaranya adalah dengan penerapan strategi pembelajaran aktif.
Adapun pengertian strategi pembelajaran aktif adalah salah satu strategi yang digunakan
untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, yang senantiasa memposisikan guru sebagai
orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar,
sementara peserta didik harus aktif, inovatif dan lingkungan dimanfaatkan sebagai sumber
belajar yang kreatif, efektif, dan menarik. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan
untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga
semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif juga
dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran.
Konsep strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Strategos” yang artinya suatu usaha
untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan. Awalnya digunakan dalam lingkungan
militer. Namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang
relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran. Sehingga disebutlah saat ini
sistem pembelajaran aktif learning.
Menurut Hartono (2012:39). Pembelajaran tersebut dengan istilah strategi
pembelajaran aktif (Active Learning). Pembelajaran aktif learning adalah suatu pembelajaran
yang mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga
semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang dimiliki. Lebih lanjut penerapan strategi pembelejaran juga
dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran. Memandang bahwa kemampuan mahasiswa sama dalam proses pembelajaran,
dan mahasiswa dianggap sebagai subjek yang memiliki kesiapan belajar yang sama,
mahasiswa memiliki kelompok umur yang sama, pengetahuan yang sama, kecepatan
menerima materi pembelajaran yang sama, dan mahasiswa dianggap sebagai orang dewasa
yang pada prinsipnya memiliki kesiapan belajar yang sama. Dalam kenyataannya tidak
1
. Abdur Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, ( Jakarta: Grapindo Persada,
2005), h. 338
1
seperti demikian,masih banyak ditemukan dilapangan permasalahan-permasalahan sekitar
praktik penerapan strategi pembelajaran aktif yang dilakukan oleh mahasiswa sehingga
penulis perlu meneliti apa yang menjadi kendala mahasiswa selama praktik penerapan
strategi pembelajaran aktif tersebut. Harapan kedepan mahasiswa akan mencapai
keberhasilan secara bersama dan membantu perkembangan mahasiswa seoptimal mungkin.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar
peserta didik ataupun peserta didik dengan guru dalam proses pembelajaran (Hamruni,
2009).2
Thorndike (Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum belajar, antara lain: (1) Law of
readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara
stimulus dan respons; (2) Law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu
dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar; (3) Law of
effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat
menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
1. Aktive learning dikaji atau digali nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya
untuk di aktualisasikan dalam pembelajaran, sehingga nilai-nilai karakter tersebut
dapat ditanamkan atau diinternalisasikan ke dalam diri peserta didik. Dalam hal ini,
aktif learning di anggap seolah-olah telah ada muatan nilai karakter di dalamnya,
misalnya, dalam active learning terdapat metode “ membangun tim”. Metode dalam
active learning ini jelas telah memuat nilainilai karakter seperti kerja sama,
kepedulian sosial, komunikatif, tanggung jawab, toleransi dan seterusnya. Tanpa
nilai-nilai ini, sebuah tim tidak akan mampu menjalankan funsinya secara optimal.
2. Active learning dapat dimodifikasi dan dikembangkan secara kreatif agar memuat
nilai-nilai karakter lebih variatif. Artinya, pada active learning dapat di tambah
muatan nilai karakter “dari luar” sesuai kepentingan guru dalam pembelajaran. Dalam
hal ini, active learning diperlakukan sebagai strategi pembelajaran yang “netral” dan
dapat diisi dengan muatan nilai-nilai karakter sesuai kepentingan guru dan peserta
didik. Sekedar contoh, dalam active learning terdapat metode “membangun tim".
Metode ini dapat di isi dengan muatan karakter yang diinginkan, religius misalnya.
Caranya, nilai karakter religius dimasukkan dalam penyusunan rencana praktik
pembelajaran, sehingga nilai religius dapat diaktualisasikan.
2
. Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Jakarta: Remaja Rosda Karya,2013) h.36
3
Namun demikian, tidak semua metode dalam active learning dapat diisi dengan nilai
karakter asal-asalan sesuai kehendak guru. Sebab, masing-masing metode dalam active
learning mempunyai karakter masing-masing. Oleh karena itu, penanaman nilai karakter
tertentu dapat disesuaikan dengan karakteristik metode pembelajaran yang tepat. Misalnya,
jika guru ingin menanamkan nilai karakter toleransi, maka metode dalam active lerning yang
paling tepat adalah diskusi atau debat aktif. Dalam metode tersebut, peserta didik secara tidak
langsung dituntut untuk menghargai pendapat orang lain dan bersikap damai dalam
perbedaan. Inilah nilai-nilai esensi dari toleransi. Demikian seterusnya, sehingga upaya
menanamkan nilai karakter tertentu dapat dilakukan dengan memilih metode tertentu dalam
active learning.
Nilai-nilai karekter yang termuat dalam setiap metode pada active learning ini akan
memiliki kesesuaian dengan metode pembelajaranya. Misalnya, pada metode the power of
two setidaknya memuat nilai-nilai karakter seperti gemar membaca, komunikatif, kepedulian
sosial, disiplin dan sebagainya. Sekadar contoh, dalam pelajaran biologi, peserta didik
diminta untuk mencari teman atau pasangan dengan kriteria “mempunyai buku biologi”.
Kriteria ini akan memotivasi peserta didik untuk membeli dan membaca buku pelajaran
daripada membeli pulsa, misalnya.
3
. Sanjaya, strategi, h.139-140
4
D. Memahami cara dan gaya belajar siswa
Istilah cara belajar disini adalah karakteristik da preferensi atau pilihan individu
mengenai cara mengumpulka, informasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespons dan
memikirkan informasi. Sebagian siswa lebih suka belajar sendirian, sementara yang lain lebih
senang belajar dalam kelompok. Sebagian siswa lebih suka memperoleh informasi dengan
cara membaca, yang lain mendapatkan informasi lewat mendengar atau melakukan berbagai
aktivitas. Sebagian yang lain lebih menyenangi kombinasi. Tidak ada cara dan gaya belajar
yang tebaik, semuanya bersifat individual, tergantung kenyamanan dan kebiasaan masing-
masing.
2. Reading Guide
Pembelajaran dilakukan berbasis bacaan (teks). Agar proses membaca ini bisa efektif,
maka guru memberikan pedoman (gride) membaca. Pedoman ini berisi
pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab siswa berdasarkan isi bacaan (teks); bisa
berisi tugas-tugas yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran.
3. Info Search
Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kelas, keluar
dari kungkungan tembok dan dinding kelas, yang terkadang terasa sumpek dan penuh
aturan. Mereka bisa belajar di perpustakaan, warnet, mencari jumal, dan sumber-
sumber belajar yang lain.
4
. Ibid,h.156-159
5
Ini merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang
besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap
peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “ pengajar terhadap peserta didik lain.
7. Point-Counterpoint
Strategi ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan
mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks.
Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan
berjalan dengan lebih cepat.
9. Listening Team
Strategi ini merupakan sebuah cara membantu peserta didik agar tetap terfokus dan
siap selama suatu pelajaran mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Strategi
Listening Team ini menciptakan kelompok-kelompok kecil yang bertanggung jawab
menjelaskan materi pembelajaran sesuai dengan posisinya masing-masing.
6
dipelajari oleh peserta didik lain buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang saling
terkait.
17. Connection
Ini merupakan sebuah aktivitas yang secara simbolik menutup kelas. Ia secara khusus
sesuai ketika peserta didik membentuk hubungan dekat satu sama lain.
18. Reconnecting
Dalam pembelajaran yang waktunya sudah habis, kadang-kadang terasa sangat
membantu memperkuat hasil pembelajaran, bila kita menggunakan beberapa menit
untuk mengaitkan kembali pelajaran tersebut dengan para peserta didik setelah
diselengi beberapa mata pembelajaran lain. Strategi ini mempertimbangankan
beberapa cara untuk melakukannya.
7
19. Synergetic Teaching
Strategi ini merupakan sebuah pembelajaran bersinergi, yang memungkinkan peserta
didik mendapatkan pengalaman yang berbeda dalam mempelajari materi
pembelajaran yang sama. Misalnya belajar dengan membaca referensi (handout) dan
belajar dengan mendengarkan presentasi guru. Hasilnya kemudian dibandingkan dan
diintegrasikan.
23. TV Commersial
Ini adalah sebuah strategi pembuka yang hebat bagi peserta didik yang telah saling
mengenal satu sama lain. Strategi ini dapat menghasilkan pembangunan tim (team
building) yang cepat.
8
26. The Study Group
Metode ini memberikan peserta didik tanggung jawab untuk mempelajari materi
pelajaran dan menjelaskan isinya dalam kelompok tanpa kehadiran pengajar. Tugas
perlu cukup spesifik untuk menjamin bahwa hasil sesi belajar akan efektif dan
kelompok akan mampu mengatur diri.
(b) motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Motivasi
belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaralain: cita-cita siswa, kemampuan belajar
siswa,kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan upaya guru
9
membelajarkan siswa. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar.
c. Kemampuan berbahasa
Pembelajaran bahasa merupakan aktivitas membina peserta didik mempergunakan
bahasa sebagai alat komunikasi sebagai penutur bahasa. Artinya, peserta didik dilatih
keterampilan berbahasa yang hanya dikuasai melalui praktik berbahasa.Jadi, pembelajaran
bahasa merupakan kegiatan untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang harus
dilakukan melalui praktik menggunakan bahasa. Bukan sebaliknya, pembelajaran bahasa
adalah aktivitas mempelajari teori atau pengetahuan tentang bahasa.
d. Kemampuan berbicara
Berbicara sebagai sebuah keterampilan berbahasa, menurut Tarigan (1987:34) adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Burhan Nurgiantoro memberikan definisi bahwa berbicara adalah kegiatan yang
menghasilkan (menyampaian) bahasa, kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran, atau
perasaan secara lisan.
Menurut Burhan (2009: 155) Peristiwa bicara akan berlangsung apabila dipenuhi
sejumlah persyaratan, yaitu: pengirim, pesan, penerima, media, sarana, interaksi, dan
pemahaman.Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berbicara merupakan kegiatan berkomunikasi yang bersifat aktif dan produktif, bertujuan
untuk menyampaikan gagasan, ide, dan perasaan melalui bahasa lisan, baik satu arah maupun
dua arah.Keterampilan berbicara ini bervariasi kualitasnya untuk masing-masing orang.
2) Suara guru hendaknya lebih bervariasi dengan tidak selalu mendatar, melainkan senantiasa
berganti-ganti. Kadang cepat, lambat, merendah dan meninggi. Demikian dengan tekanan
suara, karena suara dapat memberikan kesan kepada siswa.
3) Pemusatan perhatian (focusing).
4) Pemberian isyarat kepada siswa untuk memusatkan perhatian mereka terhadap hal-hal
yang baru saja dijelaskan. Kebiasaan guru atau kesenyapan. Kesenyapan adalah suatu
keadaan diam secara tiba-tiba dari pihak guru ditengah-tengah ceramah waktu menerangkan
sesuatu, dengan tujuan agar siswa segera memperhatikan.
5) Mengadakan kontak pandang (eye contack). Keadaan ini harus dilakukan guru kepada
seluruh siswa secara merata dan menyeluruh, karena hal ini akan menimbulkan rasa dihargai
dan diperhatikan oleh seorang guru.
6) Gerak guru (teacher movement). Menurut Wina Sanjaya (2006: 33) gerak badan dan
mimik guru dapat berfungsi sebagai memperjelas terhadap hal-hal yang dijelaskan kepada
siswa.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran aktif (active learning) adalah maksimalkan penggunaan semua potensi
yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar
yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimiliki. Pembelajaran aktif
adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif
dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik ataupun peserta
didik dengan guru dalam proses pembelajaran.
Nilai-nilai karekter yang termuat dalam setiap metode pada active learning ini akan
memiliki kesesuaian dengan metode pembelajaranya. Misalnya, pada metode the power of
two setidaknya memuat nilai-nilai karakter seperti gemar membaca, komunikatif, kepedulian
sosial, disiplin dan sebagainya.
Adapun konsep dasar aktive learning bermuatan karakter, yaitu:
1). Aktive learning dikaji atau digali nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya untuk
di aktualisasikan dalam pembelajaran, sehingga nilai-nilai karakter tersebut dapat ditanamkan
atau diinternalisasikan ke dalam diri peserta didik.
2). Active learning dapat dimodifikasi dan dikembangkan secara kreatif agar memuat nilai-
nilai karakter lebih variatif.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi perbaikan makalh ini dimasa yang akan datang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Uno, Hamzah dan Mohamad Nurdin. 2012. Belajar dengan Penedekatan Pailkem
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan kreatit, Efektif, Menarik), Bumi Aksara.
Jakarta.
Ysh, Soegeng. A.Y. 2012. Pengembangan Sistem Pembelajaran. IKIP PGRI Semarang Press.
Semarang.
12