Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGERTIAN, TUJUAN DAN LANGKAH-LANGKAH


MERANCANG PEMBELAJARAN PAI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
DESAIN PEMBELAJARAN PAI

Dosen Pengampu :

Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I


Dr. H. Ali Rohmat, M.Ag

Disusun Oleh :

Huda Ruiz Afdau (12850621023)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................2
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
A. Pengertian Merancang Pembelajaran PAI............................................4
1. Merancang Pembelajaran...............................................................4
2. Pendidikan Agama Islam...............................................................7
a. Pendidikan..............................................................................7
b. Pendidikan Agama Islam........................................................9
B. Tujuan Merancang Pembelajaran.........................................................10
C. Langkah-Langkah.................................................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................23
A. Kesimpulan................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................24

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan moral dan sosial yang terdapat di lingkup remaja pada
masa sekarang ini menjadi sesuatu yang patut diperhatikan dengan serius.
Masa remaja dianggap sebagai suatu masa kritikal dalam fase kehidupan
setiap individu yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan yang pesat,
baik itu fisik maupun mental yang dipunyainya. Seringkali dalam fase ini
banyak remaja yang seharusnya mampu secara mandiri berpikir logis justru
masuk ke dalam jurang keburukan, seperti kekerasan, obat-obatan dan
problem psikologis lainnya.1
Untuk mengurangi problem pada fase remaja tersebut, maka
diperlukan penanganan serius dalam dunia pendidikan. Lebih tepatnya dalam
pelajaran pendidikan agama Islam, khususnya bagi remaja yang beragama
muslim. Pendidikan tentang agama Islam ini menjadi tanggungjawab bersama
yang dilakukan secara sadar oleh guru (guru pendidikan agama Islam) untuk
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beragama Islam.2
Aspek-aspek Islam yang terkandung dalam pelajaran ini meliputi
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesama
manusia, dan manusia dengan alam.3 Namun, dalam proses pembelajaran
yang berjalan masih saja ada tujuan dari pembelajaran tersebut yang kurang
atau belum mampu dicapai oleh peserta didik. Seperti sikap dan moral yang
diajarkan dalam mata pelajaran agama Islam agar peserta didik menjadi lebih
baik lagi, pada nyata belum mampu dicapai. Hal ini dimungkinkan karena
adanya materi dan pelaksanaan pembelajaran yang kurang match atau kurang
serasi, atau karena masih belum bisa memahami kondisi di lapangan.
Sehingga, pembelajaran yang dilakukan melenceng dari kondisi sebenarnya.
1
Ningrum, D. (2018). Kemerosotan moral di kalangan remaja: Sebuah penelitian mengenai
parenting styles dan pengajaran adab. Unisia, 37(82), 18-30.
2
Farida Jaya, Farida Jaya, Perencanaan Pembelaran, (Medan: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sumatera Utara, 2019), hlm. 34-37
3
Farida Jaya, Perencanaan Pembelaran, (Medan: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sumatera Utara, 2019), hlm. 33

2
Apabila benar begitu, maka perlu adanya sebuah perencanaan yang
matang dan sistematis dalam suatu pembelajaran pendidikan Agama Islam.
Perencanaan dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan dalam memetakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran. 4 Apabila masih ada
kekurangan dalam penerapan di proses pembelajaran tersebut, maka akan
diketahui di mana letak kekurangannya dan bisa ditambal kekurangan
tersebut. Namun, apa saja yang harus dilakukan atau tahapan apa saja yang
harus ditempuh untuk bisa menghasilkan desain pembelajaran yang baik?
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari merancang pembelajaran/desain pembelajaran PAI?
2. Apa saja tahapan yang harus ditempuh dalam membuat desain
pembelajaran?
3. Apa tujuan dari adanya desain pembelajaran?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menjabarkan dan
menguraikan tentang permasalahan dan penyelesaikan dalam hal perencanaan
pembelajaran yang kerap tidak sesuatu dengan tujuan pembelajaran yang
diinginkan.

4
S. Putrawangsa, Desain Pembelajaran: Desaign Research sebagai Pedekatan Desain
Pembelajaran, (ttt: CV. Reka Karya Amerta (Rekarta), 2018), hlm. 19

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Merancang Pembelajaran PAI
1. Merancang Pembelajaran
Merancang dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti
mengatur segala sesuatu sebelum bertindak, mengerjakan atau melakukan,
merencanakan.5 Sedangkan, menurut istilah, pembelajaran adalah
(instruction) yang memiliki makna sebagai sebuah upaya atau proses
belajar seseorang maupun kelompok orang melalui sebuah upaya (effort)
dan strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian sebuah tujuan
yang telah direncanakan.6 Pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses
membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievalusi
secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran
secara aktif, efektif dan inovatif. Pembelajaran merupakan suatu yang
kompleks, artinya segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran
harus merupakan suatu yang sangat berarti baik ucapan, pikiran maupun
tindakan.
Menurut Ali Khudrin, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses
interaksi antara peserta didik atau siswa dengan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi
tersebut banyak faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal dari dalam
individu atau faktor eksternal dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas
guru yang utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik bagi peserta didik
atau siswa.7
Dwi Astuti Wahyu Nurhayati menjelaskan:

5
S. Putrawangsa, Desain Pembelajaran: Desaign Research sebagai Pedekatan Desain
Pembelajaran, (ttt: CV. Reka Karya Amerta (Rekarta), 2018), hlm. 18 Lihat juga Kamus Besar
Bahasa Indonesia
6
Hamka Abdul Aziz , “Karakter Guru Profesional”, (Jakarta Selatan: Al-Mawardi Prima,
2016), hal. 149
7
Ali Khudrin, “Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning di Pondok Pesantren Salaf”,
(Semarang: Robar Bersama, 2011), hal. 21

4
…it is evident from the study that in order to improve self
professional development, they should also have the teaching skills
such as clear instruction and presentation, strong communication
and active listening, patience, motivation, encouragement,
organization and classroom management, teacher qualities
including subject knowledge.8

Yang berarti menurut penelitian yaitu untuk meningkatkan


profesionalitas pengembangan diri, mereka (guru) juga harus memiliki
keterampilan mengajar seperti instruksi yang jelas dan presentasi,
komunikasi yang kuat dan mendengarkan secara aktif, kesabaran,
motivasi, dorongan, organisasi dan mengatur kelas,termasuk kualitas guru
dalam pengetahuan. Jadi untuk menjadi guru yang profesional, guru
setidaknya mempunyai ciri-ciri seperti yang telah disebutkan diatas.
Dengan guru yang profesional akan menghasilkan anak didik yang
profesional pula. Guru juga harus mempunyai strategi interaksi agar
peserta didik mudah menerima materi yang disampaikan guru.
Seperti yang ditulis oleh Dwi Astuti Wahyu Nurhayati,

…interaction strategies to facilitate the students to understand the


material so that they will not make a mistake in understanding the
material especially when delivering material containing unfamiliar
linguistics terms.9

Dengan strategi dalam berinteraksi akan memudahkan siswa untuk


memahami materi sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam memahami
materi terutama ketika menyampaikan materi yang mengandung istilah
yang tidak dikenal. Sehingga maksud dari pembelajaran akan
tersampaikan dengan jelas kepada siswa dan siswa akan lebih mudah
mencerna ilmu pengetahuan yang disampaikan guru. Dari definisi yang

8
Dwi Astuti Wahyu Nurhayati, “Investigating Self Professional Development in Teaching
English: The Case of English College Teachers: Role as Models”, Jurnal Dinamika Ilmu,” Vol. 8,
No. 1, 2018, diakses melalui https://scholar.google.co.id, pada tanggal 11 November 2020
9
Dwi Astuti Wahyu Nurhayati, “Investigating Self Professional Development in Teaching
English: The Case of English College Teachers: Role as Models”, Jurnal Dinamika Ilmu,” Vol. 8,
No. 1, 2018, diakses melalui https://scholar.google.co.id, pada tanggal 11 November 2020

5
dipaparkan diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwasannya
pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik (sebagai
sumber informasi) dan peserta didik (sebagai penerima informasi) di
lingkungan pendidikan yang didalamnya terjadi interaksi edukatif yang
terprogram sedemikian rupa dengan bertujuan menghasilkan perubahan
tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik.
M. Arifin Dalam Ramayulis menyatakan: belajar adalah suatu
kegiatan anak didik dalam menerima, menganggapi, serta menganalisa
bahan-bahan pelajaran yang disjikan oleh pengajar, yang berakhir pada
kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang telah disajikan. 10 Dari
kedua definisi tersebut dapat dilihat ciri-ciri belajar yaitu:
a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilakn perubahan pada diri
individu yang belajar, baik actual maupun potensial.
b. Perubahan tersebut pada pokoknya adalah didapatkannya
kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu relatif lama.
c. Perubahan tersebut terjadi karena usaha.
d. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu
proses belajar-mengajar yang direncanakan sebelumnya dan
diarahkan untuk mencapai tujuan melalui bimbingan, latihan dan
mendidik agar tercipta pembelajaran yang efektif.
Jika pembelajaran mempunyai point penting dalam aktivitas sehari-
hari peserta didik dalam mencapai kemandirian dan perubahan mental
menjadi lebih baik. Maka untuk mencapai target tersebut, pembelajaran
harus dirancang/direncanakan secara baik. Kegiatan merancang ini
dinamakan dengan desain pembelajaran. Istilah desain tentu sangat
populer dan familiar di lingkungan masyarakat. Banyak yang secara tidak
sadar mengasumsikan desain berhubungan dengan dunia arsitektur. Ya,
benar. Namun, dalam konteks ini beberapa prinsip desain mempunyai
kesesuaian dengan pembelajaran, seperti:
a. Orientasi pada penyesuaian dan kebutuhan pengguna

10
Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, ( Jakarta: Kalam Abditama, 2002), hal. 34

6
b. Dilakukan dalam proses yang sistematis
c. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas (efektivitas dan efisiensi)
d. Dampak pada hasil atau perubahan berkelanjutan
Manusia tidak dapat memungkiri bahwa setiap sistem desain
pembelajaran yang ada pada sekarang ini banyak dipengaruhi oleh teori
belajar tertentu. Jika teori belajar ini bertujuan untuk menjelaskan atau
menerangkan tentang bagaimana manusia belajar, maka desain
pembelajaran mempunyai maksud dan tujuan untuk menyediakan
pedoman bagi manusia untuk merencanakan kegiatan belajar yang
berkualitas agar target belajar, yaitu kemandirian dan perubahan mental
bisa tercapai.11 Desain pembelajaran atau instructional desaign, terdiri dari
dua suku kata. Desaign/desain mempunyai arti merancang, menjelaskan,
menunjukkan, atau menandai. Mengutip pendapat dari Koberg dan Bagnall
dalam bukunya S. Putrawangsa, mereka mengatakan, “Desaign is a
process of making dreams come true” atau secara terjemahnya, desain
adalah sebuah proses untuk menjadikan mimpi/harapan menjadi
kenyataan. Sedangkan instructional/pembelajaran mempunyai arti sebagai
pembelajaran itu sendiri.12 Desain pembelajaran bisa diartikan sebagai
suatu proses yang direncanakan, dirancang secara sistematis untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, menyelesaikan permasalahan
pembelajaran dan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pendidikan
Istilah pendidikan di dalam bahasa Indonesia berasal dari dasar
“didik” yang artinya “perbuatan (hal, cara atau sebagainya)”. Berasal
dari bahasa Yunani “Paedagogie” artinya bimbingan pada anak,
kemudian istilah ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
“Education” atau yang mempunyai arti bimbingan/pengembangan.13

11
S. Putrawangsa, Desain Pembelajaran: Desaign Research sebagai Pedekatan Desain
Pembelajaran, (ttt: CV. Reka Karya Amerta (Rekarta), 2018), hlm. 19
12
S. Putrawangsa, Desain Pembelajaran..., hlm. 19
13
PAI, APPAI. "Pendidikan agama islam." Jurnal, diakses pada 18.10 (1997): 2018.

7
Pendidikan merujuk pengertian pada UU No. 20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS menyebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.14 Lengeveld
mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha mempengaruhhi,
melindungi serta emberikan bantuan yang tertuju kepada kedewasaan
anak didiknya atau dengan kata lain membantu anak didik agar cukup
mampu dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tanpa bantuan
orang lain. Dewey, pendidikan adalah proses pengalaman yang
mengandung pertumbuhan bathin pada peserta didik. Menurutnya,
dengan adanya pertumbuhan bathin tersebut peserta didik akan
mampu muncul (eksis) di masyarakat dan bisa menjawab tantangan
yang ada tanpa bergantung pada orang lain. Sedangkan Crow & Crow
menyebutkan tentang pengertian pendidikan sebagai pengalaman yang
memberikan pengertian, insight dan penyesuaian bagi peserta didik
sehingga dia dapat berkembang dan bertumbuh. Ketiga pendapat ini
sebagaimana dikutip oleh Ahmad Suriansyah dalam bukunya
“Landasan Pendidikan”.15
Point penting dari uraian di atas adalah adanya unsur
kemandirin sebagai tujuan proses pendidikan. Penekanannya adalah:
1) Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar, yang
artinya kegiatan pendidikan harus dilakukan dengan didahului
perencanaan yang matang, sistematis dan terarah.
2) Proses pendidikan dilakukan oleh mereka yang mempunyai rasa
tanggungjawab untuk membangun masa depan peserta didik.

14
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
15
Ahmad Suriansyah, Landasan Pendidikan, (Banjarmasin: Condes, 2011), hlm. 1-3

8
3) Adanya tujuan proses pendidikan, yaitu kedewasaan dan
kemandirian.
Kedewasaan dalam pendidikan mempunyai ciri sifat kestabilan
dan kemantapan, sikap tanggungjawab, dan sifat mandiri.
b. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah tanggungjawab bersama yang dilakukan
secara sadar oleh guru (guru pendidikan agama Islam) untuk
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beragama
Islam.16
Sebagaimana tertuang dalam GBPP PAI di sekolah umum
disebutkan sebagai upaya yang terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengetahui, memahami, menghayati, dan hingga
mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan praktek menghargai
penganut agama lain yang hubungannya dengan kerukunan umat
beragama hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.17
Mata pelajaran pendidikan agama Islam di dalamnya
mencakup tentang pengajaran Al-Qur’an, hadist, tauhid, akhlak, fiqh,
hingga sejarah agama Islam. Di dalamnya juga sekaligus
menggambarkan tentang keserasian, keselaran, dan keseimbangan
hubungan antara manusia dengan Allah SWT, manusia dengan sesama
manusia, manusia dengan makhluk lainnya serta lingkungannya
juga.18 Jadi, pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam lewat kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

16
Farida Jaya, Perencanaan Pembelaran, (Medan: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sumatera Utara, 2019), hlm. 33
17
Muhaimin, “Wacana Pengembangan Pendidikan Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), hlm. 76
18
Abdul Majid dan Dian Andayani, "Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130

9
Ada beberap point yang perlu diperhatikan dengan seksama
dalam pengertian pelajaran pendidikan agama Islam di atas, antara
lain:
a. Pendidikan agama Islam merupakan salah satu usaha sadar yang
berupa kegiatan bimbingan, pengajaran maupun latihan yang
dilaksanakan secara terencana berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai.
b. Peserta didik, mempersiapkan peserta didik yang hendak
diupayakan pendidikannya tentang agama Islam.
c. Guru, yaitu seseorang yang mengajarkan tentang pelajaran
pendidikan agama Islam pada peserta didik.
d. Pembelajaran, kegiatan yang dilakukan guru sebagai upaya
memahamkan peserta didik terhadap isi mata pelajaran
pendidikan agama Islam.
B. Tujuan Merancang Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan agara peserta didik mampu mengubah
mentalnya yang sebelumnya buruk menjadi baik, penakut atau tidak percaya
diri menjadi lebih berani tampil dan mandiri. Usaha-usaha untuk mencapai itu
semua perlu dilakukan oleh guru sebagai pendidik. Guru
merancang/mendesain pembelajaran sebagai pedomen agar bisa pada proses
belajar bisa berjalan secara efektif dan efisien serta mampu mencapai tujuan
pembelajaran.19 Adanya perencanaan pembelajaran ini tentu mempunyai
tujuan. Seperti diungkapkan oleh Sagala, ia menyebutkan bahwa tujuan
perencanaan bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip fundamental, tetapi
juga mengembangkan sikap yang positif terhadap program pembelajaran,
meneliti dan menemukan pemecahan masalah pembelajaran. Secara ideal
tujuan perencanaan pembelajaran adalah menguasai sepenuhnya bahan dan
materi ajar, metode dan penggunaan alat dan perlengkapan pembelajaran,
menyampaikan kurikulum atas dasar bahasan dan mengelola alokasi waktu

19
Farida Jaya, Perencanaan Pembelaran, (Medan: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sumatera Utara, 2019), hlm. 33

10
yang tersedia dan membelajarkan siswa sesuai yang diprogramkan. 20 Artinya,
guru mempunyai kemungkinan untuk memilih metode yang sesuai dengan
pembelajaran yang akan diterapkan, sehingga efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
Disamping tujuan perencanaan pembelajaran di atas, terdapat juga
fungsi perencanaan pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Oemar
Hamalik:
1. Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan
sekolah dan hubungannya dengan pembelajaran yang dilakssiswaan
untuk mencapai tujuan itu.
2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan
pembelajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
3. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaran yang diberikan
dan prosedur yang dipergunakan.
4. Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa,
minat-minat siswa, dan mendorong motivasi belajar.
5. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan error dalam mengajar dengan
adanya organisasi yang baik dan metoda yang tepat.
6. Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa
memberikan bahan-bahan yang up to date kepada siswa.

Ada juga pendapat dari Buna’i yang menyebutkan beberapa fungsi


dari perencanaan pembelajaran. Ada 8 (delapan) fungsi perencanaan
pembelajaran, diantaranya:21
1. Fungsi Kreatif
Dalam proses pembelajaran tidak dipungkiri masih ada
kelemahan-kelehaman dari seorang guru. Dengan menggunakan
perencanaan yang matang dalam pembelajaran, maka guru dapat
mengetahui kelemahan-kelemahan tersebut, sehingga muncul rasa untuk
20
S. Sagala, Konseo dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV. Alfabeta, 2003), hlm. 63
21
Buna’i, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:
CV. Jakad Media Publishing, ttb), hlm. 23-26

11
meningkatkan dan memperbaiki diri serta program yang dilakukannya
dalam pembelajarannya. Dengan kata lain, guru secara tidak langsung
dituntut untuk kreatif.
2. Fungsi Inovatif
Inovatif merupakan suatu usaha dari seseorang dengan
mendayagunakan pemikirannya, kemampuan imajinasinya untuk
menghasilkan produk baru. Inovasi hanya akan muncul ketika ada
pemahaman yang sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis inilah
proses pembelajaran yang direncanakan akan membuat guru menjadi
seorang yang inovatif, yang bisa memunculkan sesuatu yang baru untuk
memenuhi harapan/tujuan pembelajaran.
3. Fungsi Selektif
Selektif adalah suatu suku kata yang memiliki arti melakuka
sesuatu dengan melalui pertimbangan yang matang, atau melakukan
pemilihan atau dengan kata lain bisa disebut dengan perencanaan.
Pertimbangan dan pemilihan ini tertuang ke dalam sebuah strategi yang
nantinya akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Tanpa
menggunakan perencanaan yang matang terlebih dahulu, maka tidak
akan mungkin dapat mencapai pilihan atau target yang tepat. Fungsi
selektif ini erat kaitannya dengan pemilihan materi pembelajaran yang
dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4. Fungsi Komunikatif
Fungsi komunikatif mempunyai arti yang bersifat mencintai dan
selalui mengandung himbauan kepada sesama, dalam hal ini antara guru
dengan guru maupun guru dengan peserta didik. Dokumen perencanaan
harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik itu tentang
tujuan pembelajaran maupun hasil yang ingin dicapai, kemudian strategi
yang digunakan.
5. Fungsi Prediktif
Perencanaan disusun secara benar dan akurat, dapat
menggambarkan apa yang akan terjadi. Melalui fungsi ini, perencanaan

12
dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang mungkin ditemukan pada
saat proses pembelajaran. Sehingga, pada nantinya akan mempermudah
dalam pengevaluasian. Selain itu, fungsi prediktif ini juga dapat
menggambarkan hasil yang akan diperoleh setelah terlaksananya
pembelajaran.
6. Fungsi Akurasi
Tidak jarang ditemukan tentang guru yang merasa bahan
pembelajaran dirasa terlalu banyak dan time managemen yang disediakan
masih kurang. Akibatnya, proses pembelajaran tidak berjalan sesuai
sebagaimana mestinya dan tujuan pembelajaran tidak bisa tercapai.
Namun, melalui perencanaan pembelajaran yang terencana, guru dapat
menakar dan mengatur setiap waktu yang diperlukan untuk
menyampaikan materi.
7. Fungsi Pencapaian Tujuan
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam sebuah proses
pembelajaran, seorang guru tidak hanya diwajibkan mentransfer ilmu
kepada peserta didik, namun juga membentuk mereka menjadi seorang
yang bermoral dan mandiri. Artinya, guru mempunyai fungsi dan tujuan
untuk membentuk peserta didik secara kognitif, psikis, dan psikomotirik.
Guna mencapai hal tersebut maka harus ada perencanaan yang matang
dari guru.
8. Fungsi Kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses
pembelajaran. Melalui perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana
materi pelajaran telah dapat diserap oleh peserta didik dan dipahami serta
materi mana yang sekiranya masih kurang mampu dipahami. Di sinilah
perencanaan mempunyai fungsi kontrol yang selanjutnya mempunyai
umpan balik bagi guru untuk bisa mengembangkan dan menutup
kekurangan dalam program belajarnya.

13
Berdasarkan uraian di atas, maka pada hakikatnya tujuan yang paling
utama dari adanya perencanaan pembelajaran ini adalah sebagai pedoman
atau acuan bagi guru dalam proses pembelajaran.
C. Langkah-Langkah
Merancang desain pembelajaran secara detail memiliki tahapan-
tahapan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dalam
merancang/mendesain pembelajaran ada beberapa hal yang harus dilakukan.
Penulis mengambil pendapat dari S. Putrawangsa yang menyebutkan guna
merancang desain pembelajaran ada beberapa tahapan yang harus dilakukan,
diantaranya:22
1. Tahapan analisis dan perumusan kerangka konseptual rancangan. Dalam
tahapan ini menurutnya ada beberapa kegiatan yang harus ditempuh,
seperti:
a. Klasifikasi dan pendefinisian masalah
b. Analisis konteks rancangan
c. Perumusan tujuan dan kriteria rancangan
d. perumusan proposisi/hipotesis rancangan
2. Tahapan perancangan dan pengembangan
Kerangka konseptual yang telah dirumuskan pada tahapan
sebelumnya kemudian direalisasikan dalam suatu draf rancangan
(rancangan awal). Draf awal ini disebut sebagai bentuk intervensi
rancangan. Selanjutnya, intervensi rancangan tersebut diuji coba
menggunakan siklus kegiatan. Siklus kegiatan ini terdiri dari: uji coba,
evaluasi (formatif) dan refleksi, dan revisi atau redesain. Siklus ini terus
dijalan hingga rancangan dianggap sudah sesuai dengan harapan (tujuan
pembelajaran).
3. Tahapan evaluasi sumatif
Pada tahapan ini perancang melakukan evaluasi secara
menyeluruh terhadap dua tahapan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk
menemukan prinsip dan karakteristik pada rancangan pembelajaran (teori

22
S. Putrawangsa, Desain Pembelajaran..., hlm. 26-28

14
intervensi) yang berkontribusi terhadap pencapaian tujuan perancangan
pembelajaran.
Selain tahapan-tahapan di atas, ada juga langkah-langkah dalam
desain/perencanaan pembelajaran yang harus ditempuh menurut Harjanto:23
1. Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran
Kita mengetahui bahwa tujuan akhir dari suatu pembelajaran
adalah tercapainya target/tujuan umum pembelajaran tersebut. Maka,
setiap guru (perancang) harus mengetahui dan mempertimbangkan secara
baik dan benar rumusan tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik pada
saat akhir pembelajaran. Dalam hal mempertimbangkan tujuan
pembelajaran ini, guru harus mengetahui dan memahami tentang
karakteristik bidang studi (mata pelajaran), kemudian karakteristik
peserta didik, dan kondisi di lapangan. Hal ini diperlukan guna
mempermudah peserta didik untuk bisa memusatkan perhatian, mengatur
waktu untuk mencapai target/tujuan pembelajaran. Kemudian juga
mempermudah guru untuk mengatur kegiatan belajar mengajar, metode
yang harus dipilih, dan strategi yang mungkin harus diterapkan guna
mencapai tujuan pembelajaran. Terkahir adalah membantu evaluator
untuk menyusun tes sesuai dengan yang ingin dicapai dalam tujuan
pembelajaran umum.
2. Melakukan analisis pembelajaran
Analisis pembelajaran perlu dilakukan guna mengembangkan
metode pembelajaran. Menutip pendapat dari Dick dan Carrey
sebagaimana dikutip oleh Harjanto, mengakatan bahwa tujuan
pembelajaran umum yang telah ada (diidentifikasi) masih perlu
dilakukan analisis. Tujuannya adalah untuk mengenali keterampilan
bawahan (subordinate skill) dimana mengharuskan peserta didik untuk
belajar menguasainya (tujuan pmbelajaran), serta peserta didik
diharuskan mengikuti langkah-langkah prosedural yang ada di dalamnya.
Analisis subordinate skill ini perlu dilakukan agar pembelajaran bisa

23
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 79-83

15
berjalan dengan efektif. Apabila kemampuan bawahan ini tidak dikuasai
ataupun tidak diajarkan pada peserta didik, maka mereka tidak akan
mempunyai latar belakang atau landasan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik peserta didik
Mengidentifikasi tingkah laku dan karakteristik peserta didik
sangat diperlukan untuk mengetahui kualitas individu. Hasil dari
identifikasi ini bisa digunakan sebagai petunjuk dalam mempersiapkan
dan mendiskripsikan pengelolaan pembelajaran. Pada contohnya aspek
yang mungkin bisa diidentifikasi seperti bakat, motivasi belajar, gaya
belajar, kemampuan berfikir, dan minat atau kemampuan awal.
4. Merumuskan tujuan performansi
Menutip pendapat dari Dick dan Carrey sebagaimana dikutip oleh
Raharjo yang menyatakan bahwa tujuan dari performasi dalam langkah-
langkah perencanaan pembelajaran antara lain ada:
a. Tujuan harus menguraikan apa yang harus dikerjakan oleh peserta
didik
b. Menyebutkan tujuan
c. Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai perbuatan peserta
didik yang tercantuk dalam tujuan pembelajaran
Sedangkan fungsi performansi antara lain adalah:
a. Menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran
untuk mencapai tujuan.
b. Menyediakan suatu sarana berdasarkan kondisi belajar.
c. Memberikan arah dalam mengembangkan pengurukan atau penilaian.
d. Membantu peserta didik dalam usaha belajarnya.
5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
Tes acuan patokan terdiri atas (soal-soal) yang secara langsung
mengukur istilah patokan yang di deskripsikan dalam suatu perangkap
tujuan khusus. Istilah patokan digunakan karena soal-soal tes merupakan
rambu-rambu untuk menentukan kelayakan penampilan siswa dalam

16
tujuan, maksudnya keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah
siswa telah mencapai tujuan atau belum. Ada empat tes acuan patokan
yang dapat dipakai yakni:
a. Tes antri behavior merupakan tes acuan patokan untuk mengukur
keterampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran.
b. Pretes merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi keperluan
tujuan –tujuan yang telah dirancang sehingga guru dapat mengetahui
sejauh mana pengetahuan anak didik terhadap semua keterampilan.
c. Tes sisipan merupakan tes acuan patokan yang melayani dua fungsi
penting, yaitu pertama untuk mengetes setelah satu atau dua tujuan
pembelajaran di ajarkan sebelum tes dilaksanakan dan kedua untuk
mengetes kemajuan anak didik setelah dilakukan pembelajaran.
Dengan demikian dapat dilakukan remedial yang dibutuhkan
sebelum pascates yang lebih formal.
d. Pasca test atau post test merupakan tes acuan patokan yang
mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan tingkat
perolehan belajar sehingga dengan demikian dapat diidentufikasi
bagian-bagian mana di antara tujuan pembelajaran yang belum
tercapai.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran menjelaskan komponen umum suatu
perangkat material pembelajaran dan mengembangkan materi secara
prosedural harus berdasarkan karakteristik siswa. Alasannya adalah
karena meterial pembelajaran yang dikembangkan pada akhirnya
dimaksudkan untuk membantu siswa agar memperoleh kemudahan
dalam belajar. Untuk itu sebelum mengembangkan materi seorang guru
perlu melihat kembali karakteristik siswa. Dalam marencanakan satu unit
pembelajaran ada tiga tahap sebagaimana berikut ini:
a. Mengurutkan dan merumpunkan tujuan kedalam pembelajaran.
b. Merencanakan prapembelajaran, pengetesan dan kegiatan tidak lanjut.
c. Menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.

17
7. Mengembangkan dan memilih material pembelajaran
Dick dan Carrey menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti
oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran
sebagaimana berikut:
a. Pengajar merancang bahan pembelajaran individual. Semua tahap
pembelajaran dimasukkam kedalam bahan, kecuali pretes dan
pascatest.
b. Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan
strategi pembelajaran. Peran pengajar akan bertambah dalam
penyampaikan pembelajaran. Beberapa bahan mungkin disampaikan
tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada maka pengajar harus memberi
penjelasan
c. Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua
pembelajaran menurut strategi pembelajaran yang telah disusunnya.
Pengajar menggunakan strategi pembelajarannya sebagai pedoman,
termasuk latihan dan kegiatan kelompok. Kelebihan dari strategi ini
adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan
memperbaharui pembelajaran jika terjadi perubahab isi. Adapun
kelemahannya adalah sebagian besar waktu tersita untuk
menyampaikan informasi sehingga sedikit sekali waktu untuk
membantu anak didik.
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Evaluasi formatif perlu dilakukan karena evaluasi ini adalah salah
satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi
untuk mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran. Dengan kata
lain, melalui evaluasi formatif akan ditemukan kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada kegiatan pembelajaran sehingga kekurangan-
kekurangannya dapat diperbaiki. Ada tiga fase penilaian formatif yakni:
a. Fase perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja
dengan siswa secara perseorangan untuk memperoleh data guna
menyempurnakan bahan pembelajaran.

18
b. Fase kelompok kecil, yaitu sekelompok siswa yang terdiri atas
delapan sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan
populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri dan kemudian
diuji untuk memperoleh data yang diperlukan.
c. Fase uji lapangan. Fase ini bisa diikuti oleh banyak siswa. Tekanan
dalam uji coba lapangan ini adalah pada pengujian prosedur yang
dilakukan untuk memberlakukan pembelajaran itu dalam suatu
keadaan yang mungkin sangat nyata.
9. Merevisi bahan pembelajaran
Merevisi bahan pembelajaran perlu dilakukan untuk
menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik. Ada dua
revisi yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Revisi terhadap isi atau substansi bahan pembelajaran agar lebih
cermat sebagai alat belajar.
b. Revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan
pembelajaran.
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif perlu dilakukan karena melalui evaluasi sumatif
dapat ditetapka atau diberikan nilai apakah suatu desain pembelajaran,
dimana dasar keputusan penilaian didasarkan pada keefektifan dan
efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu evaluasi
sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan, dan di perlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua
tujuan sudah dapat di capai, efektifitas pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan
baik.
Semua langkah tersebut apabila dikaitkan dengan mata pelajaran PAI
yang di dalamnya mengajarkan tentang pembinaan akidah, akhlak dan ibadah
maka di dalam perencanaannya harus memperhatikan aspek yang terkandung

19
dalam tiga hal tersebut. Seperti hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam.24
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
Hubungan manusia dengan Allah SWT. merupakan hubungan
vertikal (garis tegak lurus) antara makhluk dengan Khaliknya. Dalam hal
ini, Hubungan manusia dengan Allah menempati prioritas pertama dalam
pendidikan Agama Islam, karena ia merupakan sentral dan dasar utama
ajaran Islam. Dengan demikian, hal itulah yang pertama-tama harus
ditanamkan kepada anak didik.
Ruang lingkup program pengajarannya mencakup segi Iman,
Islam dan Ihsan. Keimanan dengan pokok-pokok rukun iman, ke-Islaman
dengan pokokpokok rukun Islam dan keihsanan sebagai hasil perpaduan
Iman dan Islam yang diwujudkan dalam perbuatan kebajikan dalam
melaksanakan hubungan dengan Allah. Sebagai alat untuk meresapi
keyakinan dan ketundukan kepada Maha Pencipta, maka termasuk
kedalam ruang lingkup ini pelajaran membaca AlQur’an yang sesuai
dengan segala aturannya, ibadah dan keimanan.
2. Hubungan manusia dengan manusia
Hubungan manusia dengan manusia merupakan hubungan
horizontal (garis mendatar) antara manusia dengan manusia lainnya
dalam suatu kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
menempati prioritas kedua dalam ajaran Islam. Sesuai dengan kodratnya
bahwa manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang
butuh bantuan orang lain dan saling bekerja sama.
Dalam hal ini peranan kebudayaaan sangat besar. Guru harus
berusaha menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman anak
mengenai keharusan mengikuti tuntunan agama dalam menjalani
kehidupan sosial, karena dalam kehidupan bermasyarakat inilah akan
tampak citra dan makna Islam melalui tingkah laku pemeluknya.

24
Farida Jaya, Perencanaan Pembelajaran..., hlm. 34-37

20
Ruang lingkup program pengajarannya, berkisar pada pengaturan
hak dan kewajiban antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat dan mencakup segi
suruhan dan larangan dalam hubungan dengan dirinya dan dengan
sesama manusia, segi hak dan kewajiban dalam bidang pemilikan/jasa,
segi kebiasaan hidup efisien, ekonomis, sehat dan bersih, baik jasmani
maupun rohani serta sifat-sifat kepribadian yang harus dikembangkan
dalam diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini, bahan
pelajarannya mencakup Akhlaq, Syari’ah, Mu’amalah dan Tarikh.
3. Hubungan manusia dengan alam
Agama Islam banyak mengajarkan kepada kita tentang alam
sekitar. Allah menciptakan manusia sebagai Khalifah dibumi untuk
mengelola dan memanfaatkan alam yang telah dianugerahkan Allah,
untuk kemaslahatan manusia sesuai dengan garis-garis yang telah
ditentukan Allah (sunnatullah). Didalam hubungan manusia dengan alam,
sekurang-kurangnya mengandung tiga makna bagi kehidupan anak didik.
a. Mendorong anak didik untuk mengenal dan memahami alam,
sehingga ia menyadari kedudukannya sebagai manusia yang
memiliki akal dan berbagai kemampuan untuk mengambil manfaat
sebanyak-banyaknya dari alam sekitar. Kesadaran yang demikian itu
akan memotivasi anak didik untuk turut ambil bagian dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan masyarakat,
bangsa dan negara.
b. Pengenalan terhadap alam akan menumbuhkan rasa cinta alam yang
melahirkan berbagai bentuk perasaan keharuan dan kekaguman, baik
kepada keindahan, kekuatan maupun kepada keanekaragaman
bentuk kehidupan yang terdapat didalamnya. Hal ini dapat
mendorong timbulnya kesadaran tentang betapa lemah dan kecil
dirinya dibandingkan sang Maha Pencipta alam semesta, sehingga
dapat menambah rasa ketundukan dan keimanan kepada Allah yang
diwujudkan dalam ibadat dan mensyukuri segala nikmat-Nya.

21
c. Pengenalan, pemahaman dan cinta akan alam itu mendorong anak
untuk melakukan penelitian dan eksperimen dalam mengeksplorasi
alam, sehingga menyadarkan dirinya akan sunnatullah dan
kemampuan menciptakan sesuatu bentuk baru dari bahan – bahan
yang terdapat di alam sekitarnya. Kesadaran ini akan menambah luas
wawasannya untuk mengembangkan nilai dan sikap yang tepat
terhadap alam dan kebudayaan yang dilahirkan dari padanya. Ruang
lingkup program pengajarannya, berkisar pada mengenal, memahami
dan mencintai alam, sehingga memiliki berbagai keterampilan untuk
memelihara, mengelola dan memanfaatkan lingkungan hidup di alam
sekitar secara tepat serta mampu mensyukuri nikmat Allah.
Termasuk di dalamnya masalah apresiasi atau penghargaan melalui
penilaian dan sikap yang tepat, sesuai dengan sistem nilai agama
Islam, terhadap segala bentuk hasil budaya manusia dalam upaya
mengolah dan memanfaatkan alam.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam mempunyai arti yang
kurang lebih sebagai berikut: suatu proses yang direncanakan, dirancang
secara sistematis terkait mata pelajaran pendidikan agama Islam untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, menyelesaikan permasalahan
pembelajaran dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Diantara tujuan
pembelajarannya mencakup hal-hal yang berhubungan dengan manusia dan
Allah SWT, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Dalam
perencanaan ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh guna mencapai
tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien dalam proses
pembelajarannya.
B. Saran
Dalam merancang suatu perencanaan pembelajaran pendidikan agama
Islam hendaknya harus memperhatikan bagaimana karakter peserta didik,
lingkungan sekolah, lingkungan sosial di sekitar dan kesesuaian materi
dengan keadaan di lapangan.

23
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Hamka Abdul. 2016. Karakter Guru Profesional. (Jakarta Selatan: Al-
Mawardi Prima)
Buna’i. tth. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
(Surabaya: CV. Jakad Media Publishing)
Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: PT. Rineka Cipta)
Jaya, Farida. Perencanaan Pembelaran. 2019. (Medan: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sumatera Utara)
Khudrin, Ali. 2011. Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning di Pondok Pesantren
Salaf. (Semarang: Robar Bersama)
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya)
Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar)
Ningrum, D. 2018. Kemerosotan Moral di Kalangan Remaja: Sebuah Penelitian
Mengenai Parenting Styles dan Pengajaran Adab. Unisia, 37(82), 18-30.
Nurhayati, Dwi Astuti Wahyu. 2018. Investigating Self Professional Development
in Teaching English: The Case of English College Teachers: Role as Models.
Jurnal Dinamika Ilmu,” Vol. 8, No. 1
PAI. 2018. "Pendidikan Agama Islam." Jurnal APPAI.
Putrawangsa, S. 2018. Desain Pembelajaran: Desaign Research sebagai
Pedekatan Desain Pembelajaran, (ttt: CV. Reka Karya Amerta (Rekarta))
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. ( Jakarta: Kalam Abditama)
Sagala, S. 2003. Konseo dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV. Alfabeta)
Suriansyah, Ahmad. 2011. Landasan Pendidikan. (Banjarmasin: Conde)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

24

Anda mungkin juga menyukai