Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH LITERASI KEBAHASAAN DAN SASATRA INDONESIA

SIMULASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS TINGGI

Dosen Pengampu:

Dr. Maria Goreti Rini Kristiantari, M.Pd.

Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd.

Oleh Kelompok 15:

Ni Kadek Deny Mulya Sari/ 2129041057

Putu Ayu Diah Anggraini/ 2129041054

I Gusti Ayu Sri Sumarniasih/2129041040

Anak Agung Istri Putri Ari/2129041059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2022
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Simulasi Pembelajaran
Bahasa Indonesia Di Kelas Tinggi ” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini digunakan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah literasi kebahasaan dan
sasatra Indonesia. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Maria
Goreti Rini Kristiantari, M.Pd. dan Bapak Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah ini.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan tentunya mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatannya.
Untuk itu disampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, disadari bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu segala kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam perbaikan laporan ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 10 April 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran di sekolah diberikan sepenuhnya oleh pihak sekolah sebagai
otonomi sekolah. Setiap pendidik diberi amanah untuk mencari formulasi baru dalam
meningkatkan hasil belajar siswa karena tidak dapat dipungkiri bahwa hasil belajar siswa
akan menjadi rendah jika metode, strategi dan model yang digunakan oleh seorang
pendidik masih konvensional.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara pengajar dan
pelajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu pemilihan model
pembelajaran yang tepat. Ada banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk
membangun interaksi dan komunikasi yang baik antara pebelajar dan pembelajar.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce dan Weil,
1980:1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pikiran, artinya para pembelajar boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien utntuk mencapai tujuan
pembelajarannya.
Model pembelajaran Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan
asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek
yang sebenarnya, salah satunya dengan menggunakan model simulasi kreatif. Gladi resik
merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu
upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam
waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan
terhadap suatu peristiwa yang lebih banyak mengarah kepada psikomotor, maka
penggunaan model pembelajaran simulasi akan sangat bermanfaat

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian simulasi?
2. Sebutkan bentuk-bentuk metode simulasi?
3. Bagaimanakah karakter pembelajaran simulasi kelas tinggi?
4. Apakah kelebihan dan kelemahan pembelajaran simulasi kelas tinggi?
5. Bagaimana penerapan pembelajaran simulasi pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas
tinggi?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian simulasi?
2. Dapat mebutkan bentuk-bentuk metode simulasi?
3. Mengetahui bagaimanakah karakter pembelajaran simulasi kelas tinggi?
4. Dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran simulasi kelas tinggi?
5. Mengetahui penerapan pembelajaran simulasi pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas
tinggi?

D. Manfaat
a. Bagi Pembaca

Diharapkan dari penyajian makalah ini pembaca dapat memahami isi dan terbuka
pemahamannya terhadap Simulasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas Tinggi
berdasarkan permasalah yang dikemukan

b. Bagi Penulis

Dapat memberi wawasan dan pemahaman bagi penulis akan penerapan simulasi
pembelajaran bahasa indonesia di kelas tinggi yang sesuai aturan dan perbelakuan pada
instansi-intansi terkait di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Simulasi

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-
akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu. Simulasi merupakan usaha untuk mengorganisasikan pengalaman
afektif, kognitif, dan psikomotor anak. Simulasi merupakan alat untuk menggali potensi
dan mengembangkan kreativitas, mempunyai pengaruh yang positif terhadap
perkembangan anak, memiliki peran dalam segi emotif, kognitif, dan segi peran sosialisasi
untuk mengembangkan konsep diri anak. Dengan demikian, melalui simulasi guru dapat
menciptakan lingkungan belajar yang alamiah, yang dapat mendorong guru untuk
mengamati perkembangan kognisi, emosi, sosial, dan perkembangan fisik anak.

Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu


peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris)
atau proses. Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu pembelajar mengalami
bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta
untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan. Model pembelajaran ini
diterapkan didalam dunia pembelajaran dengan tujuan mengaktifkan kemampuan yang
dianalogikan dengan proses sibernetika. Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati
kenyataan dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya, dalam
proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator.

Model pembelajaran simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan


asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada obyek
yang sebenarnya. Untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu
peristiwa yang lebih banyak mengarah kepada psikomotor, maka penggunaan model
pembelajaran simulasi akan sangat bermanfaat.Karakteristik dari metode simulasi yaitu
untuk membina kemampuan. Bekerjasama, berkomunikasi, interaksi peserta didik dengan
peserta didik, interaksi peserta didik dengan pendidik. Model pembelajaran simulasi
memberikan kese mpatan peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran.Materi
ajarnya bisa diangkat dari berbagai kehidupan social, ilia-nilai social ataupun masalah-
masalah social.

Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik
bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman
tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan
keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar kepada pebelajar, (6) melatih pebelajar
untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, (7) menumbuhkan daya kreatif
pebelajar, dan (8) melatih pebelajar untuk mengembangkan sikap toleransi.

B. Bentuk-bentuk Metode Simulasi


Bentuk-bentuk simulasi sebagai berikut:
a. Sosiodrama
Sosiodrama berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisis situasi sosial
tertentu. Seperti kenakalan remaja, pengaruh pergaulan bebas, dan semacamnya.
Dalam sosio drama guru menyajikan sebuah cerita yang diangkat dari kehidupan
sosial. Kemudian meminta siswa memainkan peranan-peranan tertentu sesui
dengan isi cerita dalam sebuah drama.
b. Psikodrama.
Psikodrama hampir mirip dengan sosiodrama. Perbedaan terletak pada
penekanannya. Sosiodrama lebih menekankan kepada permasalahan sosial itu
sendiri, sedangkan psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya. Fungsi
psikodrama, agar siswa dapat menemukan pemahaman lebih baik tentang dirinya,
dapat menyatakan kebutuhan dirinya dan reaksi terhadap tekanan yang dihadapi.
psikodrama banyak dimanfaatkan dalam rangka konseling.
c. Role-Playing.
Role-Playing atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa
lampau, dapat pula cerita dimulai dengan berbagai kemungkinan yang terjadi baik
kini maupun mendatang. Kemudian ditunjuk beberapa orang siswa untuk
melakukan perang sesuai dengan daya khayal (imajinasi) tentang pokok yang
diperankannya.
d. Games (permainan) Digunakan untuk menciptakan suasana belajar dari pasif ke
aktif, dari kaku menjadi gerak dan dari jenuh ke riang. Karakteristik permainan
adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Metode ini diarahkan
agar tujuan belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien dalam suasana gembira
meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Metode permainan sebaiknya
digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu
kosong atau sekadar permainan. Permainan sebaiknya direncanakan menjadi suatu
aksi atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam
proses refleksi untuk mencapai hikmah yang mendalam.
e. Sandiwara (Drama)
Metode sandiwara adalah metode pembelajaran dengan cara memindahkan
sepenggal cerita yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari ke dalam
pertunjukan. Penggunaan metode ini ditunjukan untuk mengembangkan diskusi
dan analisis kasus. Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan
berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis
solusi penyelesaian masalah
C. Karakter Model Pembelajaran Simulasi

Menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Udin (2001:66), model ini memiliki tahap sebagai
berikut:

1. Sintakmatik
Tahap I. Orientasi
1) Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang
akan diintegrasikan dalam proses simulasi.
2) Menjelaskan prinsip simulasi dan permainan.
3) Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi.

Tahap II. Latihan bagi peserta

1) Membuat skenario yang berisi aturan, peranan, langkah, pencatatan, bentuk


keputusan yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai.
2) Menugaskan para pemeran dalam simulasi.
3) Mencoba secara singkat suatu episode.

Tahap III. Proses simulasi

1) Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan tersebut.


2) Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap performan
si pemeran.
3) Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional.
4) Melanjutkan permainan/simulasi.

Tahap IV. Pemantapan dan debriefing

1) Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul selama


simulasi.
2) Memberikan ringkasan mengenai kesulitan-kesulitan dan wawasan para peserta.
3) Menganalisis proses.
4) Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
5) Menghubungkan proses simulasi dengan isi pelajaran.
6) Menilai dan merancang kembali simulasi.
2. Sistem sosial

Didalam simulasi, pengajar harus dengan sengaja memilih jenis kegiatan dan mengatur
pembelajar dengan merancang kegiatan yang utuh dan padat mengenai sesuatu proses.
Karena itu, model ini termasuk model yang terstruktur. Namun demikian, kerjasama antar
peserta sangat diperhatikan. Keberhasilan dari model ini tergantung pada kerjasama dan
kemauan dari pebelajar untuk secara bersungguh-sungguh melaksanakan aktivitas ini.

3. Prinsip reaksi/pengelolaan

Dalam model ini, pengajar berperan sebagai pemberi kemudahan atau fasilitator. Dalam
keseluruhan proses simulasi, pengajar bertugas dan bertanggung jawab atas terpeliharanya
suasana belajar dengan cara menunjukkan sikap yang mendukung atau supportif dan tidak
bersifat menilai atau evaluatif. Dalam hal ini, pengajar bertugas untuk lebih dahulu
mendorong pengertian dan penafsiran para pebelajar terhadap isi dan makna dari simulasi
tersebut.

4. Sistem pendukung

Sarana yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan simulasi ini bervariasi, mulai dari
yang paling sederhana dan murah, ke yang paling kompleks dan mahal. Misalnya bila sarana
yang dipergunakan berupa simulator elektronik, tentu hal ini memerlukan biaya yang besar.
Tapi bila sarana yang diperlukan itu hanyalah berupa kartu ataupun kelereng, tentu sangat
murah.

5. Dampak instruksional dan pengiring

Dampak Instruksional dan Pengiring dari model ini sebagaimana dikemukakan oleh Joyce
dan Weil (1986) dalam Udin ( 2001: 69). Untuk kepentingan praktis, model tersebut dapat
diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut:

Kegiatan Pembelajar Langkah Pokok Pebelajar

 Sajikan berbagai topik  Kenali topik


 Jelaskan prinsip  Pahami prinsip
simulasi
Orientasi

 Kemukakan prosedur
 Pahami prosedur
umum
 Susunan skenario Latihan Peran  Pahami Skenario
 Atur para pemeran  Pilih satu peran
 Coba peran secara  Latihan peran
singkat
 Lakukan kegiatan
 Pantau proses Simulasi
skenario
 Adakan diskusi umpan
Proses simulasi balik
 Kelola Proses Refleksi  Tanyakan hal yang
tidak jelas
 Ulangi Diskusi
 Adakan diskusi balikan
 Beri komentar Pemantapan
 Beri penguatan
 Kelola diskusi balikan  Sadari manfaatnya

D. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Simulasi Kreatif

Wina Sanjaya (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dengan
menggunakan simulasi sebagai metode mengajar.

a. Kelebihan model pembelajaran ini di antaranya adalah:


1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi pembelajar dalam menghadapi situasi
yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapi dunia kerja.
2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas pebelajar, karena melalui simulasi
pebelajar diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang
disimulasikan.
3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri pembelajar.
4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5) Simulasi dapat meningkatkan gairah pebelajar dalam proses permbelajaran.
b. Kelemahan model pembelajaran ini, di antaranya adalah:
1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi pebelajar dalam
melakukan simulasi.
Penerapan Model Pembelajaran Simulasi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas VI
semester 1

RENCANA PELAKSANAANAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah :SD Negeri 1 Gianyar

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/semester : V / II

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. KOMPETENSI DASAR
6.1 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
INDIKATOR

Memerankan tokoh drama dengan lafal dan intonasi yang tepat.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat memerankan tokoh drama dengan lafal yang tepat.

2. Siswa dapat memerankan tokoh drama dengan intonasi yang tepat.

3. Siswa dapat memerankan tokoh drama dengan ekspresi yang tepat.

4. Siswa dapat menjawab pertanyaan mengenai drama


C. MATERI PEMBELAJARAN
Di SD Mulya, akan diadakan lomba olahraga bola voli antar SD
sekecamatan. Anton, Adit, Reno, Anjar, Dimas dan Rio terpilih untuk mewakili
SD Muly. Dalam mengikuti perlombaan. Agar dapat memenangkan perlombaan
dan terjalin kerja sama yang baik, mereka berlatih setiap hari.
Anton : Untuk menghadapi pertandingan minggu depan, kita harus sering
latihan, nih!
Adit : Iya, betul!
Reno : Kira-kira kapan kita bisa latihan?

Adit : Bagaimana kalau besok kita mulai latihan?

Anjar : Aku setuju, soalnya kalau tidak segera latihan kapan lagi?
Dimas : Benar!
Rio : Iya, aku juga setuju!

Dimas : Berarti kita sepakat, ya!

Mereka selalu berlatih setiap sore. Namun, pada hari keempat Dimas tidak datang.
Adit : Lho, kok, sudah jam 4 lebih Dimas belum datang juga?
Anton : Iya, jangan-jangan nggak datang lagi.
Reno : Kalau begini caranya, gimana tim kita bisa menang? Anjar :
Padahal, tinggal dua hari lagi kita bertanding.
Rio : Benar, ini kan latihan terakhir kita.
Adit : Kalau begitu kita latihan sendiri saja.
Rio : OK!
Waktu pertandingan telah tiba dan tim SD Mulya mengalami kekalahan.
Adit : Aduh, kenapa bisa kalah, sih?
Anton : Ini semua gara-gara Dimas.

Rio : Iya, seandainya kamu tidak bolos latihan pasti menang. Dimas
: Maaf ya, teman-teman, waktu itu aku lagi capek.

Anjar : Kita semua juga capek, tetapi tetap datang.

Reno : Ya sudah, semuanya kan sudah terjadi, jadi buat apa menyesal. Lain
kali jika ada

pertandingan lagi, kita semua harus datang untuk latihan . Bukankah kita harus
disiplin? Adit : Iya, setuju. Kita semua harus disiplin biar tidak menyesal
kemudian.

D. METODE PEMBELAJARAN

Metode : Tanya jawab, Latihan, Demontrasi

Model : Bermain peran (Role Playing)

Pendekatan : Saintifik
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan 1. Guru memberi salam kepada siswa.


2. Guru mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
3. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.
4. Guru memberikan motivasi agar siswa memiliki
semangat yang tinggi untuk belajar.
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Inti 1. Guru menceritakan sebuah cerita rakyat.
2. Siswa diminta untuk memberikan komentar terhadap isi
cerita yang telah dibacakan oleh guru.
3. Guru memberikan penguatan terhadap komentar siswa
dan bertanya jawab tentang komponen-komponen
bercerita.
4. Siswa memberikan tanggapan atas pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
5. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
komponen-komponen dalam bercerita yang difokuskan
pada karakter tokoh pada cerita.
6. Siswa diarahkan untuk merefleksikan penampilan saat
bercerita seperti, volume suara, gerak-gerik dan mimic.
7. Sebagai bahan refleksi, satu orang siswa laki-laki dan
perempuan diminta untuk menceritakan kembali sebuah
cerita yang telah disediakan oleh guru sebelumnya.
8. Guru memberikan pujian secara lisan kepada siswa yang
berani tampil bercerita di depan kelas.
9. Siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi
penampilan (gerak gerik dan mimik, volume suara,
jalannya bercerita) dan bahasa bercerita (lafal, intonasi,
pilihan kata/kosa kata, dan struktur bahasa) temannya
tersebut.
10. Guru memberikan penguatan tentang komponen bercerita
secara keseluruhan terhadap penampilan kedua siswa
tersebut.
11. Siswa diminta untuk membuat kelompok.
12. Setiap kelompok diminta untuk mengubah teks cerita
menjadi sebuah naskah drama dengan pilihan kata dan
santun bahasa yang tepat.
13. Sebagai bahan evaluasi setiap kelompok tampil ke depan
untuk memerankan tokoh yang ada didalam naskah
drama yang telah dibuat.
14. Guru mengamati penampilan siswa dan memberikan
penilaian secara individu
Penutup 1. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
2. Siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan
pembelajaran secara lisan.
3. Guru bersama siswa mengakhiri pembelajaran dengan
berdo’a

F. SUMBER dan MEDIA PEMBELAJARAN


 Buku Pedoman Guru Tematik Kelas V
 Buku Siswa Tematik Kelas V
 Teks Cerita

G. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Skala Penilaian Kemampuan Berbicara Melalui Teknik Bercerita
Intonasi Ekpresi Lafal
No. Nama Siswa
A B C D A B C D A B C D
1.
2.
3.
4.

Indikator Penilaian Proses

1. Intonasi

a. Tepat
b. Cepat lambatnya ucapan

c. Tinggi rendahnya suara

2. Ekspresi

a. Tepat yaitu ekspresi sesuai dengan peran

b. Ada gerakan tubuh

c. Ada ekspresi wajah

3. Lafal

a. Tepat

b. Jelas

c. Lantang

Keterangan :

Diisi dengan tanda ceklis ( )

A. Baik sekali : Jika semua indikator dilaksanakan


B. Baik : Jika hanya dua indikator dilaksanakan
C. Cukup : Jika hanya satu indikator dilaksanakan
D. Kurang : Jika tidak satupun indikator dilaksanakan

Instrumen Soal

Cobalah menjawab pertanyaan berikut ini dengan benar !

1. Siapa yang pertama kali mengusulkan untuk memulai latihan?


2. Menurut Anton apa yang menyebabkan SD Mulya mengalami kekalahan?
3. Apa alasan yang dikemukakan Dimas saat membolos latihan?
4. Bagaimana sikap Anjar terhadap alasan yang dikemukakan Dimas tersebut?
5. Bagaimana sikap Reno setelah SD-nya mengalami kekalahan?
Jawaban :

1. Anton.
2. Gara-gara Dimas tidak ikut latihan.
3. Dimas mengatakan bahwa dia lagi capek.
4. Anjar mengatakan bahwa semua juga capek, tetapi tetap datang untuk latihan.
5. Reno mengatakan bahwa jika ada pertandingan lagi, kita semua harus datang untuk
latihan, dan harus disiplin.
Skor penilaian :

Jumlah soal adalah 5, setiap butir soal memiliki skor 20 sehingga jumlah skor jawaban benar
semua adalah 100.

Mengetahui Gianyar, 5 Mei 2022


Kepala Sekolah, Guru Kelas V

……………………… …………………………
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia: Bandung.


http://id.wikipedia.org/wiki/simulasi, diakses Kamis, 5 Mei 2022
Winataputra, Udin S. 2001. Model-model pembelajaran Inovatif. Universitas Terbuka,
Jakarta.
Sanjaya, Wina (2007).Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran:
Bandung.Kencana.

Anda mungkin juga menyukai