Dosen Pengampu:
PASCASARJANA
2022
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Simulasi Pembelajaran
Bahasa Indonesia Di Kelas Tinggi ” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini digunakan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah literasi kebahasaan dan
sasatra Indonesia. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Maria
Goreti Rini Kristiantari, M.Pd. dan Bapak Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran di sekolah diberikan sepenuhnya oleh pihak sekolah sebagai
otonomi sekolah. Setiap pendidik diberi amanah untuk mencari formulasi baru dalam
meningkatkan hasil belajar siswa karena tidak dapat dipungkiri bahwa hasil belajar siswa
akan menjadi rendah jika metode, strategi dan model yang digunakan oleh seorang
pendidik masih konvensional.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara pengajar dan
pelajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu pemilihan model
pembelajaran yang tepat. Ada banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk
membangun interaksi dan komunikasi yang baik antara pebelajar dan pembelajar.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce dan Weil,
1980:1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pikiran, artinya para pembelajar boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien utntuk mencapai tujuan
pembelajarannya.
Model pembelajaran Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan
asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek
yang sebenarnya, salah satunya dengan menggunakan model simulasi kreatif. Gladi resik
merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu
upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam
waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan
terhadap suatu peristiwa yang lebih banyak mengarah kepada psikomotor, maka
penggunaan model pembelajaran simulasi akan sangat bermanfaat
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian simulasi?
2. Sebutkan bentuk-bentuk metode simulasi?
3. Bagaimanakah karakter pembelajaran simulasi kelas tinggi?
4. Apakah kelebihan dan kelemahan pembelajaran simulasi kelas tinggi?
5. Bagaimana penerapan pembelajaran simulasi pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas
tinggi?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian simulasi?
2. Dapat mebutkan bentuk-bentuk metode simulasi?
3. Mengetahui bagaimanakah karakter pembelajaran simulasi kelas tinggi?
4. Dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran simulasi kelas tinggi?
5. Mengetahui penerapan pembelajaran simulasi pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas
tinggi?
D. Manfaat
a. Bagi Pembaca
Diharapkan dari penyajian makalah ini pembaca dapat memahami isi dan terbuka
pemahamannya terhadap Simulasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas Tinggi
berdasarkan permasalah yang dikemukan
b. Bagi Penulis
Dapat memberi wawasan dan pemahaman bagi penulis akan penerapan simulasi
pembelajaran bahasa indonesia di kelas tinggi yang sesuai aturan dan perbelakuan pada
instansi-intansi terkait di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-
akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu. Simulasi merupakan usaha untuk mengorganisasikan pengalaman
afektif, kognitif, dan psikomotor anak. Simulasi merupakan alat untuk menggali potensi
dan mengembangkan kreativitas, mempunyai pengaruh yang positif terhadap
perkembangan anak, memiliki peran dalam segi emotif, kognitif, dan segi peran sosialisasi
untuk mengembangkan konsep diri anak. Dengan demikian, melalui simulasi guru dapat
menciptakan lingkungan belajar yang alamiah, yang dapat mendorong guru untuk
mengamati perkembangan kognisi, emosi, sosial, dan perkembangan fisik anak.
Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik
bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman
tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan
keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar kepada pebelajar, (6) melatih pebelajar
untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, (7) menumbuhkan daya kreatif
pebelajar, dan (8) melatih pebelajar untuk mengembangkan sikap toleransi.
Menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Udin (2001:66), model ini memiliki tahap sebagai
berikut:
1. Sintakmatik
Tahap I. Orientasi
1) Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang
akan diintegrasikan dalam proses simulasi.
2) Menjelaskan prinsip simulasi dan permainan.
3) Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi.
Didalam simulasi, pengajar harus dengan sengaja memilih jenis kegiatan dan mengatur
pembelajar dengan merancang kegiatan yang utuh dan padat mengenai sesuatu proses.
Karena itu, model ini termasuk model yang terstruktur. Namun demikian, kerjasama antar
peserta sangat diperhatikan. Keberhasilan dari model ini tergantung pada kerjasama dan
kemauan dari pebelajar untuk secara bersungguh-sungguh melaksanakan aktivitas ini.
3. Prinsip reaksi/pengelolaan
Dalam model ini, pengajar berperan sebagai pemberi kemudahan atau fasilitator. Dalam
keseluruhan proses simulasi, pengajar bertugas dan bertanggung jawab atas terpeliharanya
suasana belajar dengan cara menunjukkan sikap yang mendukung atau supportif dan tidak
bersifat menilai atau evaluatif. Dalam hal ini, pengajar bertugas untuk lebih dahulu
mendorong pengertian dan penafsiran para pebelajar terhadap isi dan makna dari simulasi
tersebut.
4. Sistem pendukung
Sarana yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan simulasi ini bervariasi, mulai dari
yang paling sederhana dan murah, ke yang paling kompleks dan mahal. Misalnya bila sarana
yang dipergunakan berupa simulator elektronik, tentu hal ini memerlukan biaya yang besar.
Tapi bila sarana yang diperlukan itu hanyalah berupa kartu ataupun kelereng, tentu sangat
murah.
Dampak Instruksional dan Pengiring dari model ini sebagaimana dikemukakan oleh Joyce
dan Weil (1986) dalam Udin ( 2001: 69). Untuk kepentingan praktis, model tersebut dapat
diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut:
Kemukakan prosedur
Pahami prosedur
umum
Susunan skenario Latihan Peran Pahami Skenario
Atur para pemeran Pilih satu peran
Coba peran secara Latihan peran
singkat
Lakukan kegiatan
Pantau proses Simulasi
skenario
Adakan diskusi umpan
Proses simulasi balik
Kelola Proses Refleksi Tanyakan hal yang
tidak jelas
Ulangi Diskusi
Adakan diskusi balikan
Beri komentar Pemantapan
Beri penguatan
Kelola diskusi balikan Sadari manfaatnya
Wina Sanjaya (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dengan
menggunakan simulasi sebagai metode mengajar.
(RPP)
Kelas/semester : V / II
A. KOMPETENSI DASAR
6.1 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
INDIKATOR
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Anjar : Aku setuju, soalnya kalau tidak segera latihan kapan lagi?
Dimas : Benar!
Rio : Iya, aku juga setuju!
Mereka selalu berlatih setiap sore. Namun, pada hari keempat Dimas tidak datang.
Adit : Lho, kok, sudah jam 4 lebih Dimas belum datang juga?
Anton : Iya, jangan-jangan nggak datang lagi.
Reno : Kalau begini caranya, gimana tim kita bisa menang? Anjar :
Padahal, tinggal dua hari lagi kita bertanding.
Rio : Benar, ini kan latihan terakhir kita.
Adit : Kalau begitu kita latihan sendiri saja.
Rio : OK!
Waktu pertandingan telah tiba dan tim SD Mulya mengalami kekalahan.
Adit : Aduh, kenapa bisa kalah, sih?
Anton : Ini semua gara-gara Dimas.
Rio : Iya, seandainya kamu tidak bolos latihan pasti menang. Dimas
: Maaf ya, teman-teman, waktu itu aku lagi capek.
Reno : Ya sudah, semuanya kan sudah terjadi, jadi buat apa menyesal. Lain
kali jika ada
pertandingan lagi, kita semua harus datang untuk latihan . Bukankah kita harus
disiplin? Adit : Iya, setuju. Kita semua harus disiplin biar tidak menyesal
kemudian.
D. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
G. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Skala Penilaian Kemampuan Berbicara Melalui Teknik Bercerita
Intonasi Ekpresi Lafal
No. Nama Siswa
A B C D A B C D A B C D
1.
2.
3.
4.
…
Indikator Penilaian Proses
1. Intonasi
a. Tepat
b. Cepat lambatnya ucapan
2. Ekspresi
3. Lafal
a. Tepat
b. Jelas
c. Lantang
Keterangan :
Instrumen Soal
1. Anton.
2. Gara-gara Dimas tidak ikut latihan.
3. Dimas mengatakan bahwa dia lagi capek.
4. Anjar mengatakan bahwa semua juga capek, tetapi tetap datang untuk latihan.
5. Reno mengatakan bahwa jika ada pertandingan lagi, kita semua harus datang untuk
latihan, dan harus disiplin.
Skor penilaian :
Jumlah soal adalah 5, setiap butir soal memiliki skor 20 sehingga jumlah skor jawaban benar
semua adalah 100.
……………………… …………………………
DAFTAR PUSTAKA