Anda di halaman 1dari 22

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA MATERI


MENULIS CERITA MELALUI MEDIA GAMBAR
KELAS IV SDN 6 SIGLI

A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran di SD

yang mencerminkan sikap Pancasila. Siswa mempelajari dan menerapkan Bahasa

Indonesia sebagai wujud rasa cinta terhadap Negara Indonesia. Dalam UU No.20

tahun 2003 ditegaskan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD

Negara Republik Indonesia tahun 1945, salah satu butir pancasila yang dapat

diterapkan adalah mengembangkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa. Bahasa

adalah sebuah sistem simbol lisan yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat

bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada

budaya yang mereka miliki bersama.

Pada dasarnya, kemampuan berinteraksi dengan bahasa yang baik mesti harus

dimiliki oleh setiap siswa dimulai dari sejak Sekolah Dasar untuk mencapai bahasa

yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Pengaruhnya adalah di dalam

kehidupan sehari siswa mampu menggunakan bahasa yang baik, yakni tidak terlepas

dari keempat keterampilan berbahasa seperti menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Keempat keterampilan berbahasa ini dalam penggunaaannya sebagai alat

komunikasi tidak dapat berdiri sendiri, satu sama lain saling berkaitan dan saling

menentukan. Keterampilan menulis inilah yang termasuk ke dalam bidang sastra

pada pembelajaran bahasa Indonesia.

Menurut Djibran (2008:17) menyatakan bahwa menulis adalah

mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan hasil bacaan dalam bentuk


2

tulisan, bukan dalam bentuk tutur. Dengan adanya pembelajaran menulis di sekolah

terutama menulis karangan narasi, siswa akan memiliki kemampuan untuk

mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan, pendapat, maupun perasaan yang

dimiliki. Siswa juga akan lebih sering menggunakan pengamatannya dalam

menyikapi keadaan atau masalah di sekitarnya dan berpikir secara rasional dalam

mengambil keputusan di dalam menuliskan suatu cerita baik itu suatu kejadian nyata

maupun tidak nyata.

Menurut Widagdho (1994: 106) cerita adalah karangan yang menceritakan

satu atau beberapa peristiwa dan bagaimana peristiwa-peristiwa itu dapat

berlangsung serta berisi tentang fakta yang benar-benar terjadi ataupun sesuatu

yang kita khayalkan. Rangkaian kejadian ini disusun secara kronologis dan

dituangkan dalam bentuk bahasa tulis ataupun bahasa lisan. Di dalam sebuah

karangan terdapat beberapa tokoh dan kejadian yang dapat membuat sebuah cerita

menarik untuk dibaca oleh pembaca. Setiap orang pasti mempunyai cerita dalam

hidupnya yang bisa dituangkan dalam sebuah tulisan. Cerita tersebut bisa berupa

cerita pengalaman yang membahagiakan dan cerita pengalaman yang

menyedihkan.

Media juga membantu siswa untuk belajar secara aktif, karena dengan media

anak akan lebih mudah mengingat materi yang dipelajari. Media berkontribusi dan

mendukung dalam melakukan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan, karena dengan media maka siswa akan tertarik dalam proses belajar

mengajar.

Berdasarkan hasil observasi di SDN 6 Sigli motivasi siswa belajar masih


3

terlalu rendah karena faktor guru kurang tepat dalam menentukan bahan ajar yang

dapat membangkitkan motivasi siwa untuk memahami menulis cerita. Selain itu,

guru cenderung lebih aktif dalam pembelajaran sedangkan siswa cenderung pasif.

Mereka hanya mencatat materi yang disampaikan oleh guru saja. Oleh karena itu,

peneliti perlu membuat suatu materi yang menyenangkan untuk diteliti agar siswa

dapat mengerti bagaimana cara menulis cerita. Adapun materi yang akan diajarkan

kepada adalah menulis Cerita melalui media gambar.

Melihat kondisi pembelajaran di atas, maka perlu dilakukan suatu pemecahan

masalah terhadap model pembelajaran agar siswa cenderung lebih aktif dari yang

sebelumnya. Salah satu model pembelajaran yang akan diterapkan di SDN 6 Sigli

adalah model pembelajaran jigsaw. Model pembelajaran jigsaw salah satu metode

belajar berkelompok yang di dalamnya dibentuk kelompok tim ahli. Hal ini akan

membuat siswa akan ahli pada bidang materi tertentu. Disamping itu, model tersebut

dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan membuat mereka akan ahli

pada bidangnya dan mampu memecahkan suatu masalah dalam menulis sebuah

cerita dan menganalisisnya dengan baik.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Model pembelajaran Jigsaw Pada Materi Menulis Cerita Melalui Media

Gambar Kelas IV SDN 6 Sigli”.

B. RUMUSAN MASALAH
4

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “bagaimana penerapan model pembelajaran Jigsaw pada materi menulis cerita

melalui media gambar kelas IV SDN 6 Sigli?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian pada rumusan masalah di atas adalah mendeskripsikan

penerapan model pembelajaran Jigsaw pada materi menulis cerita melalui media

gambar kelas IV SDN 6 Sigli.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dapat

menjadikan sebagai sarana untuk mengetahui upaya penerapan model pembelajaran

Jigsaw pada materi menulis cerita melalui media gambar di tingkat Sekolah Dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Sebagai bahan mengajar dalam menerapkan model pembelajaran Jigsaw pada

materi menulis cerita melalui media gambar.

2) Menambah wawasan pengetahuan tentang model pembelajaran Jigsaw yang

dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3) Meningkatkan profesionalisme guru dalam memberikan materi menulis

cerita.

b. Bagi Siswa
5

1) Siswa akan lebih jelas dalam memahami materi diajarkan oleh guru tentang

menulis cerita.

2) Siswa mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna dalam aktivitas

belajar kelompok.

c. Bagi Sekolah

1) Dapat memberikan sumbangan dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terkait dengan menulis.

2) Hasil belajar siswa yang baik akan memberikan dampak pada peningkatan

kualitas sekolah.

d. Bagi Peneliti

1) Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran

Jigsaw pada materi menulis cerita melalui media gambar.

2) Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Defenisi operasional dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penerapan

Menurut Badudu dan Zain (2010: 1487) Penerapan merupakan sebuah

tindakan yang dilakukan, baik secara individu maupun kelompok dengan maksud

untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Secara bahasa penerapan adalah hal,

cara atau hasil.

2. Model Pembelajaran Jigsaw


6

Purwowidodo (2010: 67) bahwa, pada hakikatnya model pembelajaran

Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada peserta didik.

Peserta didik memiliki tanggungjawab besar dalam pembelajaran. Dalam model

pembelajaran Jigsaw guru hanya sebagai fasilitator dan motifator.

3. Menulis Cerita

Widagdho (1994: 106) Cerita adalah karangan yang menceritakan satu atau

beberapa peristiwa dan bagaimana peristiwa-peristiwa itu dapat berlangsung serta

berisi tentang fakta yang benar-benar terjadi ataupun sesuatu yang kita khayalkan.

4. Media Gambar

Menurut Kusnandi, dkk (2013:41-42) menyatakan bahwa media gambar

adalah media yang berfungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar yang

menyangkut indera penglihatan.

F. LANDASAN TEORITIS

1. Model Pembelajaran Jigsaw

Menurut Rusman (2011: 217) “Model pembelajaran ini dikembangkan dan

diuji oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Arti jigsaw

dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan

istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar”. Pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw ini mengambil pola cara kerja seperti sebuah gergaji (zigzag),

yaitu peserta didik melakukan suatu kegiatan dengan cara bekerjasama dengan

peserta didik lain untuk mencapai tujuan bersama.


7

Rusman (2011: 218), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

merupakan sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja

kelompok peserta didik dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai

enam peserta didik dan peserta didik tersebut bekerja sama saling ketergantungan

positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Menggabungkan konsep pengajaran

pada teman kelompok atau teman sebaya dalam usaha membantu belajar.

Purwowidodo (2010: 67) bahwa, pada hakikatnya model pembelajaran Jigsaw

merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada peserta didik. Peserta

didik memiliki tanggungjawab besar dalam pembelajaran. Dalam model

pembelajaran Jigsaw guru hanya sebagai fasilitator dan motifator. Selain itu guru

memperhatikan skemata atau memperhatikan latar belakang peserta didik dan

membantu peserta didik untuk mengaktifkan latar belakang pengalaman agar bahan

pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu peserta didik dalam suasana bergotong

royong dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

Menurut Rusman (2011: 220) menyatakan bahwa, “tujuan dari model

pembelajaran jigsaw adalah meningkatkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif

dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh peserta

didik apabila peserta didik mempelajari materi secara individu”. Purwowidodo

(2010: 66), selain itu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan rasa

tanggungjawab peserta didik terhadap pembelajarannnya sendiri dan pembelajaran

orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi

mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
8

anggota kelompok yang lain. Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk

mempelajari materi yang ditugaskan.

Jumlah peserta didik yang bekerja sama dalam masing-masing kelompok

harus di batasi, agar kelompok-kelompok yang di bentuk dapat bekerja sama secara

efektif. Apabila jumlah anggota dalam satu kelompok makin banyak, maka dapat

mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama antar anggotanya (Isjoni, 2012: 78).

Dalam model pembelajaran Jigsaw, peserta didik dibagi menjadi dua kelompok.

Yaitu kelompok awal dan kelompok ahli. Setiap kelompok yang ada pada kelompok

awal mempelajari satu unit materi pembelajaran yang berbeda. Peserta didik dalam

kelompok awal ini kemudin dibagi lagi untuk masuk kedalam kelompok ahli untuk

mendiskusikan materi yang telah diberikan. Peserta didik dalam kelompok ahli

kemudian kembali pada kelompok awal untuk mendiskusikan materi hasil dari

kelompok ahli. Dalam model pembelajaran jigsaw, peserta didik memiliki banyak

kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan informasi yang di dapat dan dapat

meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab

atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan

dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Isjoni, 2012: 220).

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw

Menurut Priyanto (Wena, 2013: 194-195), penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu sebagai

berikut:

a) Pembentukan kelompok asal


9

Setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang anggota dengan kemampuan yang

beragam.

b) Pembelajaran pada kelompok asal

Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari materi pelajaran yang akan

menjadi keahliannya. Kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara

individual.

c) Pembentukan kelompok ahli

Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggota untuk

menjadi ahli dalam satu materi pelajaran. 4) Diskusi kelompok ahli Kemudian

masing-masing ahli sub materi yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung

membentuk kelompok baru yang disebut dengan kelompok ahli. 5) Diskusi

kelompok asal Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi

tentang masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota

kelompok tim ahli mempelajari materi pelajaran sampai mencapai taraf yakin

mampu menyampaikan dan memecahkan permasalahan yang menyangkut sub materi

pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

d) Diskusi Kelompok Ahli

Kemudian masing-masing ahli sub materi dalam tim ahli, saling berdiskusi

untuk memecahkan masalah tentang membuat karangan deskriptif. Menurut

Emildadiyani (2012) anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi

tentang masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota

kelompok tim ahli mempelajari materi pelajaran sampai mencapai taraf yakin
10

mampu menyampaikan dan memecahkan permasalahan yang menyangkut sub materi

pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

e) Diskusi Kelompok Asal

Kelompok tim ahli kembali ke kelompok asalnya untuk berdiskusi kembali

dan melakukan presentasi di depan kelas sesuai dengan sub materi gambar yang telah

diberikan.

3. Kerampilan Menulis Cerita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan adalah kecakapan

seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak dan

berbicara. Seseorang dapat menciptakan ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan

sesuatu menjadi lebih bermakna dan menghasilkan sebuah nilai melalui sebuah

keterampilan. Keterampilan harus dilatih dan dikembangkan secara optimal agar

keahlian yang dimiliki dapat dikuasai dengan maksimal sehingga dapat bermanfaat

bagi manusia.

Fuad (2012: 67), “menulis adalah suatu proses menuangkan pikiran, perasaan

dan pengalaman seseorang untuk disampaikan kepada orang lain dalam bahasa

tertulis”. Seorang penulis harus mampu memikirkan ide yang hendak disampaikan

agar apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi pembaca. Jamaris (2014: 155)

menyatakan bahwa “di dalam menulis dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan

dalam mengenal abjad, kemampuan dalam membedakan berbagai bentuk huruf,


11

kemampuan dalam menentukan tanda baca, dan kemampuan dalam menggunakan

huruf besar dan huruf kecil”. Menulis dapat menumbuhkan keberanian seseorang,

karena ketika menulis seseorang berani mengemukakan pemikiran dan perasaannya

untuk dinikmati oleh pembaca.

Widagdho (1994: 106) Cerita adalah karangan yang menceritakan satu atau

beberapa peristiwa dan bagaimana peristiwa-peristiwa itu dapat berlangsung serta

berisi tentang fakta yang benar-benar terjadi ataupun sesuatu yang kita khayalkan.

Rangkaian kejadian ini disusun secara kronologis dan dituangkan dalam bentuk

bahasa tulis ataupun bahasa lisan. Di dalam sebuah karangan terdapat beberapa tokoh

dan kejadian yang dapat membuat sebuah cerita menarik untuk dibaca oleh pembaca.

Setiap orang pasti mempunyai cerita dalam hidupnya yang bisa dituangkan dalam

sebuah tulisan. Cerita tersebut bisa berupa cerita pengalaman yang membahagiakan

dan cerita pengalaman yang menyedihkan.

Dari ketiga pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

keterampilan menulis cerita adalah kecakapan berbahasa seseorang untuk

menuangkan pikiran, perasaan dan pengalaman yang dimiliki untuk dituangkan

dalam bahasa tulis yang bersumber dari kejadian nyata ataupun imajinasi untuk dapat

dinikmati oleh pembaca. Keterampilan menulis cerita merupakan salah satu

keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik, karena menulis merupakan

salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat pemahaman peserta didik

terhadap materi yang sudah disampaikan. Menulis juga merupakan kegiatan

komunikasi secara tidak langsung antara penulis dan pembacanya. Oleh karena itu
12

dalam membuat tulisan penulis tidak hanya mengungkapkan pikiran melalui bahasa

tulis, akan tetapi harus mampu membuat tulisan yang dapat dipahami oleh pembaca.

4. Indikator Keterampilan Menulis

Menurut Rosidi (2009: 10) di dalam menulis sebuah cerita dibutuhkan

indikator yang harus dicapai agar dapat membuat sebuah cerita yang baik. Berikut

Indikator keterampilan menulis cerita:

a) Kesesuaian Judul dengan Isi Tulisan

Dalam membuat sebuah karangan harus memperhatikan kesesuaian antara

judul dengan isi cerita. Dalam membuat judul harus diperhatikan kemenarikannya

agar pembaca penasaran ingin membaca karangan kita

b) Ketepatan Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Sebuah karangan dibangun atas paragraf-paragraf dan paragraf tersebut

dibangun atas beberapa kalimat. Penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam

sebuah kalimat dapat membantu pembaca dalam memahami sebuah tulisan.

Penggunaan tanda baca dapat membedakan makna yang ada dalam sebuah kalimat.

c) Kesatuan, Kepaduan, dan Kelengkapan dalam Setiap Paragraf

Karangan yang baik adalah karangan yang terdiri dari paragraf yang memiliki

satu kesatuan. Dalam menggabungkan paragraf satu dengan paragraf lainnya harus

memperhatikan kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan dalam setiap paragraf.

Paragraf yang baik harus memperhatikan unsur koherensi artinya kalimat satu
13

dengan kalimat lainnya harus berhubungan dengan padu. Paragraf yang baik juga

harus memperhatikan unsur kelengkapan artinya sebuah paragraf harus mengandung

satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas.

d) Jelas

Dalam membuat sebuah karangan penulis harus membuat sebuah karangan

yang jelas dan dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Jangan membingungkan

pembaca dengan kalimat-kalimat yang membingungkan.

5. Media Gambar

Diantara banyak media pendidikan, gambar merupakan media yang sangat

mudah kita temukan. Kata-kata dan gambar merupakan perpaduan yang sangat baik

dalam proses pengiriman pesan, informasi atau materi pelajaran. Hasil dari belajar

dengan hanya melalui kata-kata seharusnya berbeda dengan hasil belajar melalui

perpaduan kata-kata dan gambar. Banyak definisi yang menjelaskan tentang media

gambar.

Menurut Sadiman, dkk (2011:28-29) menyatakan bahwa bentuk umum dari

media gambar terangkum dalam pengertian media grafis. Media grafis adalah suatu

media berbasis visual yang terdiri dari simbol-simbol, gambar, titik, garis untuk

menggambarkan dan merangkum suatu ide dan peristiwa. Media gambar adalah

suatu perantara yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang
14

dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana. Menurut Kusnandi, dkk

(2013:41-42) menyatakan bahwa media gambar adalah media yang berfungsi untuk

menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut indera penglihatan. Pesan

yang disampaikan dituangkan melalui simbol-simbol komunikasi visual. Media

gambar mempunyai tujuan untuk menarik perhatian, memperjelas materi,

mengilustrasikan fakta dan informasi.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media gambar

merupakan suatu perantara atau pengantar pesan berbasis visual yang disajikan

melalui gambar, simbol-simbol, titik dan garis, untuk memberi gambaran secara

konkret dan jelas mengenai suatu materi, gagasan, ide atau peristiwa. Gambar yang

disajikan akan memberi pengarahan dan bayangan kepada peserta didik langsung

mengenai pesan yang ingin disampaikan oleh pengajar. Materi yang didapat oleh

siswa akan lebih faktual, berkesan dan tidak mudah dilupakan. Media gambar sangat

penting digunakan dalam usaha memberi pemahaman konseptual. Melalui gambar

guru dapat membantu memberi pengalaman dan pengertian pada peserta didik

menjadi lebih luas. Adapun gambar untuk diceritakan oleh siswa dapat dilihat

sebagai berikut
15

Gambar 5.1 Peristiwa Kecelakaan Kereta Api

Gambar 5.2 Peristiwa Meletus Gunung Berapi

Gambar 5.3 Peritiwa Kecelakaan Truk Semen


16

Gmbar 5.4 Peristiwa Putus Jembatan

G. METODE PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

deskriptif yang diambil dari pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan Taylor

(Moleong, 2014: 4) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Dari pengertian di atas metode deskriptif sesuai dengan konteks penelitian

adalah mendeskripsikan proses penerapan model pembelajaran jigsaw pada materi

menulis Cerita melalui media gambar.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Arikunto (2013: 173) populasi adalah individu yang memiliki sifat

yang sama walaupun persentase kesamaan itu sedikit, atau dengan kata lain seluruh

individu yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian. Populasi yang digunakan

pada penelitian ini adalah seluruh kelas IV SD berjumlah 12 siswa yang terdiri dari 4

perempuan dan 8 laki-laki di SD Negeri 6 Sigli.

b. Sampel

Arikunto (2013: 174) berpendapat bahwa sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2015: 118) sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk
17

dapat menyesuaikan dengan keinginan peneliti dalam memilih sampling dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2015) menyatakan

bahwa teknik pengambilan data didasarkan dengan pertimbangan kemampuan siswa

yang sanggup untuk menuliskan cerita berdasarkan media gambar tentang peristiwa

yang terjadi. Pertimbangan lain untuk sampel yang diambil yaitu siswa kelas IV

semestinya berlatih untuk menuliskan sebuah cerita agar kedepannya semakin

terasah dalam mendeskripsikan sebuah cerita melalui media yang dilihatnya. Adapun

sampel pada penelitian ini terdiri dari satu kelas yaitu kelas IV SD berjumlah 12

siswa yang terdiri dari 4 perempuan dan 8 laki-laki di SD Negeri 6 Sigli.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Jabaran

dari teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

a. Tes

Menurut Sugiyono (2015:67) tes adalah cara atau prosedur dalam rangka

pengukuran dan penilaian, yang berupa pemberian tugas yang harus dikerjakan

tester, sehingga atas dasar data yang diperoleh dapat dihasilkan nilai yang

melambangkan tingkah laku atau prestasi tes, nilai dapat dibandingkan dengan nilai-

nilai yang dicapai oleh tes lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

Adapun tes yang dilakukan adalah menjawab soal essay terkait dengan

menulis cerita peristiwa sesuai dengan media gambar yang disediakan .


18

b. Observasi

Menurut Sugiyono (2015: 204), “observasi merupakan kegiatan pemuatan

penelitian terhadap suatu objek”. Adapun yang diobservasi pada penelitian ini adalah

aktivitas belajar siswa dengan mennggunakan model pembelajaran Jigsaw serta

melihat respon siswa, menjawab pertanyaan guru dan lainnya di kelas dengan materi

menulis cerita melalui gambar. Aktivitas tersebut dapat diobservasi dengan

menggunakan lembar pengamatan atau observasi sesuai dengan model pembelajaran

Jigsaw.

c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329), adalah “suatu cara yang

digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,

dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang

dapat mendukung penelitian”. Adapun dokumen yang mendukung dalam penelitian

ini adalah laporan atau perangkat pembelajaran guru kelas seperti RPP dan silabus.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman (1992: 16) analisis terdiri

dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian

data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Mengenai ketiga alur tersebut secara lebih

lengkapnya adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data
19

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama

proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya

reduksi data sudah tampak waktu penelitiannya memutuskan (seringkal tanpa

disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan

penelitian, dan pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya. Selama

pengumpulan data berlangsung, terjadilan tahapan reduksi selanjutnya (membuat

ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi,

membuat memo). Reduksi data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitan

lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

b. Penyajian Data

Suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka

meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang

utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik,

jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang

tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang

penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik

kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut

saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

c. Verifikasi Data
20

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran

penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan

lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan menghabiskan tenaga dengan

peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk

mengembangkan kesepakatan intersubjektif atau juga upaya-upaya yang luas untuk

menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya,

makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya,

kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Kesimpulan

akhir tidak hanya terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi perlu

diverifikasi agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

H. JADWAL PENELITIAN

Jadwal penelitian yang dirancang dimulai dari bulan februari sampai dengan
mei dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Waktu Penelitian Bulan Ke-


No Jenis Kegiatan
Januari Februari Maret April

1 Persiapan

2 Observasi sekolah

3 Menyusun
proposal
21

4 Bimbingan
proposal

5 Seminar proposal

6 Melaksanakan
Penelitian

7 Mengolah dan
menganalisis data

8 Bimbingan hasil
penelitian

9 Ujian sidang

I. DAFTAR PUSTAKA

Badudu dan Zain, Mohammad Sutan. (2010). Efektifitas Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

Djibran, Fahd. (2008). Writing is Amazing. Yogyakarta: Juxtapose.

Emildadiany, Novi. (2014). Model Pembelajaran Jigsaw (Cooperatif Learning),


dalam http//pgmistain.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-jigsaw-
cooperative.html, diakses 6 Februari 2014

Fuad, Jauhar. (2012). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas Tulungagung:
STAIN Tulungagung.

Isjoni. (2012). Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi


antar Peserta Didik. Cet IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jamaris, Martinis. (2014). Kesulitan Belajar Persepktif, Assesmen, dan


Penanggulangannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kusnandi, Cecep dan Sujtipto, Bambang. (2013). Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.
22

Milles dan Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset.

Purwowidodo, Agus. (2010). Model Pembelajaran Inovatif Berbasis


Konstruktifisme. Tulungagung: STAIN Tulungagung Press

Rosidi, Imron. (2009). Menulis Siapa Takut. Yogyakarta: KANISIUS.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadiman S. Arif, dkk. (2011). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA

Wena, Made. (2013). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tujuan


Konseptual Operasional. Cet III. Jakarta: Bumi Aksara.

Widagdho, Djoko. (1994). Bahasa Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa di


Perguruhan Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai