ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kosa kata siswa dengan
menggunakan model Pembelajaran Picture and Picture dengan Media Games Android
dan untuk mengetahui minat siswa terhadap penggunaan model Pembelajaran Picture
and Picture dengan Media Games Android pada siswa kelas VII SMP Negeri 35
Makassar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pembendaharaan kosa kata
siswa sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam pelajaran bahasa
inggris. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental. Populasi dari
penelitian ini adalah kelas tujuh SMPN 35 Makassar pada tahun ajaran 2016/2017.
Penelitian ini menggunakan kluster sampling. Sample dalam penelitian terdiri dari 60
siswa yang terdapat dalam dua kelompok; 30 siswa di kelompok kontrol dan 30 siswa di
kelompok eksperimen. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan tes kosakata
yang dianalisa secara deskriptif dan statistik inferensial melalui program SPSS versi 20
untuk Windows.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Picture and Picture, Games Android, Kosa Kata.
PENDAHULUAN
sistemsistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-
sistem.
Dalam bahasa terdapat ketrampilan-ketrampilan berbahasa. Menurut
Tarigan (1993: 257) ada empat aspek ketrampilan berbahasa yang mencakup
dalam pembelajaran bahasa, yaitu: 1) ketrampilan menyimak; 2) ketrampilan
berbicara; 3) ketrampilan membaca; 4) ketrampilan menulis; dan keempat
ketrampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Dalam pembelajaran bahasa, kosa kata merupakan hal terpenting yang
harus dikuasai. Kosakata yang merupakan salah satu unsur bahasa yang
memainkan peran penting dalam menguasai bahasa Inggris, baik lisan dan
tertulis. Dalam hal ini, pentingnya belajar kosa kata adalah sama pentingnya
belajar bahasa karena melalui kosakata kita dapat mengkomunikasikan ide-ide
kita, emosi dan keinginan. Selain itu, dengan perintah yang baik dari kosa kata
atau bahasa, seseorang dapat mengekspresikan ide-ide secara efektif dan efisien.
Banyak siswa yang belajar bahasa Inggris tidak dapat menggunakannya
untuk berkomunikasi karena mereka tidak memiliki kosa kata yang cukup. Oleh
karena itu, memperkaya kosakata yang sangat penting bagi siswa. Namun, tidak
dapat dipungkiri bahwa penguasaan kosakata berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, karena kemampuan ini akan memotivasi mereka
untuk memiliki kemajuan yang baik dalam studi mereka.
Penguasaan kosakata menjadi sangat penting dalam mendukung empat
keterampilan berbahasa inggris yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis. Guru harus mengintegrasikan kosakata dalam mengajar untuk
membantu siswa menggunakan kosa kata mereka dalam berbagai konteks dan
membuat mereka menghafal kata-kata.
Kosakata sebagai unsur bahasa dianggap sebagai faktor yang paling
penting dalam meningkatkan penguasaan keterampilan bahasa. Hari ini, fakta
menunjukkan bahwa banyak siswa mendapatkan kesulitan untuk mengerti
bahasa Inggris karena penguasaan kosa kata mereka rendah. Masalah yang
hadapi dalam pembelajar bahasa adalah ketika mereka mengajukan pertanyaan
bagaimana belajar kosa kata dan maknanya, dan bagaimana mempertahankan itu.
Meskipun, siswa menyadari pentingnya kosakata ketika belajar bahasa,
kebanyakan siswa khususnya di SMPN 35 Makassar tidak memperhatikan hal
tersebut karena disebabkan beberapa faktor. Pertama, mereka menganggap
penjelasan guru untuk arti atau definisi, pengucapan, ejaan dan tata bahasa fungsi
yang membosankan. Dalam hal ini, pembelajar bahasa tidak ada hubungannya di
bagian pembelajaran kosakata tetapi hanya mendengarkan guru mereka. Kedua,
siswa hanya memikirkan belajar kosakata dengan mengetahui makna utama dari
kata-kata baru. Oleh karena itu, mereka mengabaikan semua fungsi lain dari
kata-kata. Ketiga, siswa hanya memperoleh kosakata baru melalui kata-kata baru
dalam buku-buku teks mereka atau ketika diberikan oleh guru selama pelajaran
kelas, misalnya: peserta didik menemukan banyak kata-kata baru dalam teks dan
kemudian meminta guru untuk menjelaskan makna dan penggunaan. Keempat,
banyak peserta didik tidak ingin mengambil risiko dalam menerapkan apa yang
telah mereka pelajari. "Siswa dapat mengenali sebuah kata dalam bentuk tertulis
atau lisan dan berpikir bahwa mereka sudah" tahu kata ", tetapi mereka mungkin
tidak dapat menggunakan kata-kata dengan benar dalam konteks yang berbeda
atau mengucapkannya dengan benar" (Nguyen dan Huyen, 2003).
Salah satu media yang dapat digunakan untuk mendorong anak agar dapat
meningkatkan hasil belajar menulis menggunakan media gambar. Peneliti
berkeyakinan bahwa media gambar ini akan berhasil didasarkan pada asumsi
bahwa media ini memiliki beberapa kelebihan, yakni penggunaan gambar
biasanya disukai anak, penggunaan media dirasa praktis, media gambar bisa
digunakan berulang-ulang, menarik, inovatif, dan hemat.
Pada era digital ini, banyak perangkat yang dibuat untuk membantu
memudahkan pekerjaan manusia. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya
kebutuhan akan hal-hal yang praktis dan cepat. Demikian juga dalam kasus
rendahnya kemampuan kosa kata siswa dalam bahasa inggris, para pengembang
smartphone khususnya android mulai memikirkan cara-cara yang mudah
dipahami dan digunakan dalam membuat perangkat dan menyediakan layanan
yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kosa katanya. Oleh karena itu,
melihat hal tersebut peneliti ingin memadukan penggunaan aplikasi pada
smartphone android dengan media gambar untuk menghasilkan model
pembelajaran yang lebih menarik dan efektif bagi siswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Model Pembelajaran Picture and Picture
Model Pembelajaran Picture and Picture adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu
metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan
menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Model Pembelajaran Picture and Picture, mengandalkan gambar
sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor
utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru
sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau
dalam bentuk cerita dalam ukuran besar. Menurut Johson and Johson (dalam
Trianto. 2009: 281) prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif Picture
and Picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
yang sama diantara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
kedua dua puluh kosa kata, dan seterusnya. Pengguna juga bisa membuat akun
Magoosh Vocabulary Builder untuk menyimpan progres latihan bahasa Iggris
yang telah dilakukan.
3. Jhony Grammar
Bermain bahasa Inggris sambil belajar. Kedua hal ini yang
ditawarkan Jhony Grammar. Kamu akan diminta untuk menjawab pertanyaan
sebanyak-banyaknya dalam tempo 60 detik. Sebelum itu, kamu perlu
memilih tema pertanyaan terlebih dahulu. Ada tiga tema yang dapat dipilih
yaitu Grammar, Words, dan Spelling. Kamu akan mendapatkan sejumlah
poin ketika berhasil menjawab sebuah pertanyaan. Kumpulkan poin
sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan Badges sekaligus menaikan
peringkat di Leaderboard. Agar lebih seru, Jhony Grammar menyediakan tiga
tingkat kesulitan yaitu Easy, Medium dan Hard.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian quasi
eksperimental design. Peneliti menggunakan jenis penelitian tersebut disebabkan
jumlah populasi yang terlalu banyak yaitu 9 kelas sehingga sulit bagi meneliti
untuk mengambil sampel secara acak. Dalam penelitian ini, peneliti membagi
kelas menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang akan
mengguanakan media pembelajaran berbasis android dalam proses
pembelajarannya dan kelas control yang menggunakan metode pengajaran
konvensional dalam proses pembelajarannya. Penelitian ini akan dilaksanakan di
SMP Negeri 35 Makassar.
Dalam penelitian ini ada dua jenis variabel, pertama penggunaan media
pembelajaran berbasis android atau disebut juga variable bebas dan kedua
peningkatan kosa kata siswa yang merupakan variable terikat. Yang dimaksud
media pembelajaran berbasis android adalah pengajaran kosa kata dengan
menggunakan aplikasi android. Sedangkan peningkatan kosa kata siswa dalam
penelitian ini adalah hasil tes yang diperoleh siswa SMP Negeri 35 Makassar.
Sudjana (2005: 5) mengemukakan bahwa populasi adalah seluruh data
yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita
tentukan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini
populasi yang akan digunakan adalah seluruh siswa kelas VII di SMPN 35
Makassar yang berjumlah kurang lebih 270 siswa yang terdiri dari 9 kelas.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Cluster
Random Sampling. Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis
penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Peneliti menggunakan
teknik ini karena populasi dan sampel dalam penelitian ini bersifat homogen,
yaitu seluruh siswa kelas VII SMPN 35 Makassar. Dari hasil pengambilan
sampel secara acak maka didapatlah kelas VII A sebagai kelas kontrol. Dan
untuk kelas uji coba didapat kelas VII B.
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Adapun instrumen atau alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah instrument tes untuk
mengukur hasil belajar dan angket angket untuk mengetahui ketertarikan siswa
pada media pembelajaran yang digunakan.
Data yang diperoleh dari sampel melalui instumen tes hasil belajar dan
angket akan digunakan untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis yang
diajukan peneliti. Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah peneliti
mengolah data dengan menggunakan teknik, antara lain:
1. Analisis statistik deskriptif
2. Analisis statistik korelasi Product Moment dengan bantuan
aplikasi Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 20.
HASIL PENELITIAN
Interpretasi dari Hasil Tes Siswa.
Bagian Ini memaparkan data hasil pre test dan post test siswa sebelum dan
sesudah diberikan treatment menggunakan model pembelajaran picture and
picture dengan media games android. Pada bagian ini juga ditampikan hasil
angket yang menunjukkan minat siswa terhadap implementasi model
pembelajaran dengan menggunakan aplikasi games android.
a. Hasil Tes siswa pada pretest unutk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa setelah tabulasi dan
menganalisis nilai iswa ke dalam bentuk persentase, mereka diklasifikasikan
menjadi enam tingkatan berdasarkan Puskur (2006: 35). Tabel berikut adalah skor
pretest siswa dan persentase kelompok eksperimen dan kontrol.
b. Nilai rata-rata dan standar deviasi dari pretest siswa untuk kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Sebelum treatment dilakukan, baik kelompok eksperimen dan kontrol
diberi pre test untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Selanjutnya, tujuan dari
pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada tingkat yang sama atau tidak.
Setelah menghitung hasil pretest siswa, nilai rata-rata dan standar deviasi
disajikan pada tabel berikut.
d. Nilai rata-rata dan standar deviasi posttest siswa pada Kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Pada tabel berikut, peneliti menyajikan skor rata-rata
dan standar deviasi kedua kelompok.
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok kontrol memiliki nilai
rata-rata 74.67 dengan standar deviasi yang diperoleh 7.535. Sedangkan untuk
kelompok eksperimen, nilai rata-rata yang diperoleh adalah 80.33 dengan standar
deviasi senilai 9.463.
Berdasarkan hasil analisis data seperti dirangkum pada tabel 5.5 pretest
kontrol dan kelompok eksperimen, peneliti menemukan bahwa p-Nilai (Nilai
Probabilitas nilai) lebih tinggi dari α (0,474> 0. 05) dan derajat kebebasan 58.
Berdasarkan Nilai-test t dari kelompok eksperimen dan kontrol dalam pretest itu
dapat disimpulkan bahwa ditidak ada perbedaan yang signifikan. Sementara itu, p-
Nilai dari posttest dari kedua kelompok diperoleh hasil lebih rendah dari α (0,013
<0,05) dan derajat kebebasan adalah 58. Nilai t-test dari kedua kelompok pada
posttest dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis alternatif (H 1) diterima dan, tentu saja, hipotesis nol (H 0) ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode secara signifikan meningkatkan
kemamuan kosa kata siswa dalam kelompok eksperimen.
PEMBAHASAN
memperkaya kosa kata mereka; hal ini terbukti dengan nilai rata-rata siswa
sebelum dan sesudah perlakuan mendapat kenaikan seperti yang dinyatakan
sebelumnya. Pencapaian kosa kata menunjukkan nilai kelompok eksperimen
dibandingkan dengan kelompok control lebih baik.
Data statistik berdasarkan pada t-tes melalui SPSS Versi 20 untuk menguji
hipotesis menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari kelompok eksperimen lebih
rendah dari alpha (α) di mana (0,013 <0, 05). Ini berarti bahwa H 1 dari hipotesis
diterima.
Kuesioner diberikan kepada siswa untuk mengetahui minat siswa terhadap
pelaksanaan metode. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada
kelompok eksperimen, hasil yang diperoleh siswa tergolong sangat tinggi. Dari
fakta ini, ditunjukkan bahwa cara guru bahasa Inggris dalam memberikan materi
berhubungan erat dengan minat atau respons siswa terhadap guru bahasa Inggris.
Manajemen kelas guru menyatukan pengalaman, kemampuan dan perasaan serta
minat untuk mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing.
Hornby (1995: 622) menyatakan bahwa "satu faktor yang dapat
mempengaruhi sikap siswa adalah minat. Ini membentuk perasaan terhadap
aktivitas, pengalaman, atau hal-hal lain. "Selain itu, ini adalah seperangkat kondisi
mental yang terdiri dari kombinasi prasangka, rasa ingin tahu, perhatian atau
kecenderungan lain yang dapat menyebabkan seseorang menyukai preferensi
tertentu.
Hasil kuesioner yang diberikan setelah posttest menunjukkan bahwa siswa
memiliki ketertarikan pada metode ini. Kuesioner diberikan setelah posttest untuk
kelompok eksperimen untuk mengetahui minat siswa dalam menggunakan metode
untuk belajar berbicara. Berdasarkan analisis kuesionerer penelitian
menyimpulkan bahwa siswa tertarik untuk belajar kosa kata melalui metode
tersebut.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Rudi. 2013. Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid.
Jogjakarta: Diva Press.
Keraf, Gorys. 1996. Kosa kata bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Misky, Dudi. 2005. Kamus Informasi & Teknologi. Jakarta: EDSA Mahkota
Pribadi, Benny A. 2011. Model desain Sistem Pembelajaran. 2011. Jakarta: Dian
Rakyat.