Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS GAMBAR

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI


METAMORFOSIS DI KELAS V SD NEGERI 1 BOJONG
(Penelitian Eksperimen TERHADAP Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V
SD Negeri 1 Bojong Kecamatan Langkaplancar Kabupaten
Pangandaran Tahun Pelajaran 2018/2019)
NOVIA KARINA
NPM. 1516680871
Program Studi PGMI/SD STAI Putra Galuh Ciamis

ABSTRAK
Permasalahan yang menjadi latar belakang adalah realita masih rendahnya hasil
belajar IPA peserta didik khususnya di sekolah dasar yang disinyalir sebagai
akibat dari kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang menggunakan media
grafis gambar dan yang menggunakan media buku siswa dalam pembelajaran
IPA, serta perbandingan diantara keduanya. Penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode deskriptif komparatif dan desain penelitian kuasi
eksperimen Non Equivalen Control Group Design. Populasi penelitian adalah
seluruh peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Bojong Kecamatan Langkaplancar
Kabupaten Pangandaran yang berjumlah 34 orang, teknik sampling data
menggunakan teknik sampel jenuh. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik tes dan teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan
analisis statistik inferensial menggunakan rumus uji Independent Samples t-test.
Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar IPA materi metamorfosis pada peserta
didik Kelas V SD Negeri 1 Bojong yang menggunakan media grafis gambar
mencapai nilai rata-rata 80,59 atau dalam kategori hasil belajar baik sedangkan
yang menggunakan media buku siswa mencapai nilai rata-rata 62,35 atau dalam
kategori hasil belajar sedang. Hasil belajar hasil belajar IPA materi metamorfosis
peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Bojong yang menggunakan media grafis
gambar lebih besar secara signifikan dibanding hasil belajar yang menggunakan
media buku siswa.

Kata kunci : media grafis gambar, hasil belajar IPA

Pendahuluan mencapai tujuannya semakin banyak


Belajar merupakan proses rintangan yang akan dihadapinya,
terus menerus yang tidak akan begitu juga setelah tujuan yang ingin
pernah berhenti dan terbatas didalam didapatnya telah tercapai akan
kehidupan. Hal ini berdasarkan pada muncul lagi masalah baru kemudian
asumi bahwa manusia sepanjang untuk mencapai tujuan baru itu pula
hidupnya akan selalu dihadapkan manusia akan semakin banyak
dengan masalah atau tujuan yang rintangan yang menghadapinya,
ingin dicapainya, semakin ingin begitulah sebabnya bahwa manusia
sering sekali disebut makhluk yang Fakta yang ada dilapangan
tidak mudah puas dengan apa yang teramati nyata bahwa hasil belajar
didapatnya. Dengan latar belakang peserta didik dalam mata pelajaran
tersebut maka pendidikan menjadi IPA termasuk di SD Negeri 1 Bojong
hal yang sangat penting dalam cenderung masih belum memenuhi
kehidupan manusia guna memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum
segala tuntutan hidupnya. (KKM). Berdasarkan hasil observasi
Dalam upaya memenuhi peneliti serta hasil diskusi dengan
tuntutan hidupnya manusia berusaha guru kelas bersangkutan, peneliti
untuk mempelajari berbagai ilmu berhasil mengidentifikasi
pengetahuan termasuk Ilmu permasalahan yang menyebabkan
Pengetahuan Alam (IPA) sebagai rendahnya hasil belajar ilmu
suatu bentuk upaya yang membuat pengetahuan alam peserta didik
berbagai pengalaman menjadi suatu tersebut, diantaranya adalah
sistem pola pikir yang logis, yang kurangnya motivasi peserta didik
dikenal dengan istilah pola pikir dalam mengikuti pembelajaran
yang ilmiah. Melalui pembelajaran dikarenakan cara penyampaian guru
dan pengembangan potensi diri pada yang hanya menggunakan metode
pembelajaran IPA, peserta didik akan ceramah membuat peserta didik
memperoleh bekal pengetahuan, merasa jenuh dan tidak
keterampilan, dan sikap yang memperhatikan pembelajaran dengan
diperlukan untuk memahami dan baik. Sedangkan dari pihak guru
menyesuaikan diri terhadap sendiri mengakui masih kurangnya
fenomena dan perubahan-perubahan mengimplementasikan berbagai
dilingkungan sekitar dirinya. metode pembelajaran termasuk
Fokus mata pelajaran ilmu penggunaan media pembelajaran
pengetahuan alam pada jenjang dengan berbagai alasan seperti
sekolah dasar mencakup enam keterbatasanya waktu pembelajaran
lingkup sains yaitu kerja ilmiah dan yang tersedia, keterbatasan dana
keselamatan kerja, makhluk hidup dalam pembuatan media
dan sistem kehidupan, energi dan pembelajaran, dan tidak ada media
perubahannya, materi dan yang siap pakai yang tersedia di
perubahannya, bumi dan alam sekolah. Sedangkan penggunaan
semesta, serta sains, lingkungan, media pembelajaran sangat
teknologi, dan masyarakat. Oleh dibutuhkan dan akan memberikan
karena itu penilaian utama dalam banyak manfaat dalam
pembelajaran IPA dititik beratkan menyampaikan pembelajaran kepada
pada kemampuan berfikir tingkat peserta didik karena pembelajaran
tinggi yang tidak hanya yang baik adalah pembelajaran yang
mengandalkan pada kemampuan tidak hanya berpusat pada guru saja
menghafal saja, tapi lebih dari itu melainkan harus berpusat kepada
hasil belajar IPA peserta didik peserta didik supaya peserta didik
diharapkan dapat mencerminkan menjadi lebih aktip.
pemahamannya terhadap materi Realita sebagaimana dipapar-
pembelajaran yang diberikan. kan tersebut memerlukan perhatian
khusus dari para guru, karena apabila
tidak segera diatasi akan sumber ke penerima dan fungsi
memberikan paradigma yang kurang khususnya, sebagai penarik
baik bagi peserta didik, mereka akan perhatian, memperjelas ide atau
menganggap pembelajaran IPA itu menghiasi fakta-fakta yang mungkin
membosankan, verbalistik dan tidak akan cepat mudah terlupakan jika
menarik. Untuk mengatasinya setiap tidak digrafiskan.
guru ditantang untuk dapat memilah, Hamalik (1986:43), menge-
memilih dan mengembangkan mukakan bahwa penggunaan media
berbagai media pembelajaran yang gambar akan efektif apabila gambar
tepat guna dan tepat dana sesuai disesuaikan dengan tingkatan anak,
dengan kebutuhan dan tujuan baik berupa gambar, warna dan latar
pembelajaran disatu sisi serta sesuai belakang yang perlu untuk
dengan sarana, prasarana serta dana diajadikan alat kreatif yang bertujuan
yang tersedia disisi lain. Pemilihan memperkaya fakta dan kekurang
media pembelajatran yang tepat akan jelasan terhadap materi yang
dapat memberikan hasil yang disampaikan, akan tetapi ada juga
optimal pada pembelajaran yang kekurangan dari media ini yaitu,
disampaikan. pembelajaran menggunakan media
Media grafis gambar adalah gambar akan tidak terlihat apabila
media pembelajaran yang sering digunakan dalam waktu yang
menyajikan fakta, ide atau gagasan lama, sebaiknya penggunaan media
melalui kata-kata atau kalimat, angka gambar digunakan dengan
dan gambar dengan maksud untuk menyesuaikan masalah yang akan
memperjelas suatu ide data atau disampaikan.
kejadian. Penggunaan media grafis Teori utama yang melandasi
gambar sendiri sudah banyak penggunaan media grafis gambar
dikemukakan dan diteliti oleh para adalah teori yang dikemukakan oleh
peneliti sebelumnya yang Edgar Dale melalui Dale’s Cone of
menghasilkan pengaruh terhadap Experience atau Kerucut Pengalaman
peserta didik pada motivasi belajar. Dale (Arsyad, 2011: 10). Teori
Keunggulan media grafis juga bukan Kerucut Edgar Dale memberikan
hanya biaya atau harga yang sangat gambaran bahwa pengalaman belajar
relatif murah akan tetapi mudah yang diperoleh peserta didik dapat
diperoleh dan digunakan dalam melalui proses perbuatan atau
proses pembelajaran. mengalami sendiri apa yang
Media grafis merupakan salah dipelajari,, proses mengamati dan
satu media yang tergolong kedalam mendengarkan melaui media
media dua dimensi. Media visual ini tertentu, dan proses mendengarkan
menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui bahasa. Semakin konkret
melalui kata-kata atau kalimat, angka peserta didik mempelajari bahan
dan gambar dengan maksud untuk pengajaran semakin banyaklah
memperjelas suatu ide data atau pengalaman yang diperoleh peserta
kejadian. Didalam media grafis didik. Sebaliknya semakin abstrak
terdapat dua fungsi umum dan peserta didik memperoleh
khusus. Fungsi umum media ini pengalaman semakin sedikit
adalah sebagai penyalur pesan dari
pengalaman yang akan diperoleh
peserta didik. Sumber : Sugiyono (2016:76)
Gambar 1 Diagram Desain Penelitian Non
Pengalaman yang diperoleh Equivalent Control Group Design
peserta didik saat menggunakan Keterangan :
media grafis gambar akan lebih O1 : Hasil pre-test kelas
konkrit dibandingkan hanya sekedar O3 : Hasil pre-test kelas kontrol
mendengarkan penjelasan guru atau O2 : Hasil Pos-tes kelas eksperimen
membaca buku siswa, sehingga bagi O4 : Hasil Pos-tes kelas kontrol
mereka pembelajaran media grafis X : Treatment (tindakan yang
gambar akan terasa lebih bermakna diteliti)
dan akan meningkatkan minat serta Populasi penelitian ini adalah
motivasi mereka untuk mempelajari semua peserta didik kelas V SD
pelajaran IPA yag diberikan dan Negeri 1 Bojong yang berjumlah 34
pada akhirnya akan bermuara pada orang. Teknik sampling yang
peningkatan hasil belajar mereka. digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling yaitu
Metode Penelitian penentuan sampel dengan
Metode penelitian yang pertimbangan tertentu ( Sugiyono,
digunakan dalam penelitian ini 2016:124), dalam penelitian, sampel
adalah metode penelitian kuantitatif dibagi atas dua kelompok yaitu
yaitu “suatu penelitian yang kelompok eksperimen dengan jumlah
berlandasan pada filsafat 17 peserta didik sebagai kelas yang
positivisme, digunakan untuk menggunakan media grafis gambar
meneliti populasi dan sampel” dan kelompok kontrol dengan jumlah
(Sugiyono, 2016:14) Didalam 17 orang peserta didik sebagai kelas
penelitian ini, digunakan penelitian yang menggunakan media buku
eksperimen yang dapat diartikan siswa.
sebagai metode penelitian yang Variabel bebas dalam
digunakan untuk mencari pengaruh penelitin ini adalah media grafis
perlakuan tertentu terhadap yang lain gambar (X) Media ini bertujuan
dalam kondisi yang dikendalikan untuk meningkatkan hasil belajar
(Sugiyono, 2016:107). peserta didik pada mata pelajaran
Desain eksperimen yang IPA materi Metamorfosis di kelas V
digunakan adalah Quasy Experiment SD Negeri 1 Bojong. Sedangkan
(eksperimen semu) dengan yang menjadi variabel terikat adalah
rancangan Nonequivalent Control hasil belajar peserta didik pada mata
Design, dimana kelompok pelajaran IPA materi Metamorfosis
eksperimen dan kelompok kontrol di kelas V SD Negeri 1 Bojong
tidak dipilih secara random. Secara sebelum perlakuan (Y).
diagramatis, desain penelitian yang Teknik pengumpulan data
dilakukan dapat digambarkan dalam penelitian ini adalah teknik
sebagai berikut : tes, menurut Arikunto (2015:67),
“Tes adalah alat atau prosedur yang
O1 X O2 digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dengan aturan-
O3 O4 aturan tertentu”. Dalam penelitian
ini, tes yang dilakukan meliputi dua Reliabilitas dilakukan menggunakan
macam tes yaitu: Pretes (tes awal) rumus Spearman-Brown metode
yaitu tes yang dilakukan sebelum split-half method (metode belah dua)
pembelajaran (perlakuan) diberikan dengan hasil diperoleh nilai 0,765.
dengan maksud untuk mengetahui Berdasar kriteria menurut Guilford
keadaan awal apakah ada perbedaan (dalam Suherman, 2003:139),
antara kemampuan peserta didik dengan nilai reliabilitas ini berarti
kelas eksperimen dan kelas kontrol; instrumen yang disusun mempunyai
Postes reliabilitas yang tinggi untuk
(tes akhir) yaitu tes yang dilakukan digunakan.
setelah pembelajaran (perlakuan) Teknik analisis data yang
diberikan. Hasil tes merupakan dasar digunakan dalam penelitian ini
dari penghitungan adakah perbedaan terdiri dari analisis statistik deskriptif
antara hasil belajar kelas eksperimen dan analisis statistik inferensial
dan kelas kontrol sebagai pengaruh dengan prosedur sebagai berikut:
dari penggunaan media yang 1. Tabulasi data hasil pre-test kelas
digunakan. Instrumen yang eksperimen, data hasil pre-test
digunakan berupa 20 soal pilihan kelas kontrol, data hasil post-test
ganda untuk mengukur kemampuan kelas eksperimen dan data hasil
belajar IPA siswa. post-test kelas kontrol, serta
Uji validitas dilakukan analisis nilai-nilai gejala
dengan menggunakan responden pusatnya.
peserta didik kelas VI SD Negeri 1 2. Melakukan kategorisasi hasil
Bojong dengan pertimbangan utama belajar berdasar rating scale
responden mempunyai karakteristik menurut Sugiyono (2009:141).
yang hampir sama dengan populasi 3. Menentukan metode statistik
dalam hasil belajar IPA materi yang akan digunakan (statistik
metamorfosis. Uji validitas parametrik atau non parametrik)
dilakukan melalui korelasi Product melalui uji prasarat (uji
Moment Pearson dengan bantuan normalitas) dengan kriteria jika
program program SPSS ver.16. data hasil penelitian berdistribusi
Kriteria pengujian adalah butir soal normal maka analisis selanjutnya
dinyatakan valid jika nilai korelasi menggunakan metode statistik
skor butir soal terhadap skor total parametrik, sedangkan jika data
lebih besar dari nilai korelasi hasil penelitian tidak
product moment tabel untuk derajat berdistribusi normal maka
kepercayaan dan jumlah butir soal analisis selanjutnya
yang diuji (rhitung > ttabel (α,N)). menggunakan metode statistik
Berdasarkan hasil perhitungan uji non parametrik.
validitas diketahui bahwa semua 4. Melalukan uji beda hasil dari pre-
nilai r hitung lebih besar dari r tabel test. Kriteria uji, jika hasil
sebesar 0.339. Dengan demikian berbeda secara signifikan maka
dapat disimpukan bahwa semua item hipotesis dapat langsung
soal dalam penelitian ini dinyatakan ditentukan melalui uji beda hasil
valid sehingga dapat digunakan pos tes, namun jika sama secara
sebagai instrumen penelitian.. Uji
signifikan maka uji hipotesis Kelas / Kelompok Perlakuan
No.
dilakukan dengan uji gain tes. Eksperimen Kontrol
5. Melakukan pengujian hipotesis 16 60 45
17 65 20
Analisis gejala pusat (Central
Tendency) hasil pre test dengan
SPSS Ver.16 adalah sebagai berikut:
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tabel 2
a. Hasil Pre-test Hasil Statistik Deskriptif Pretes
Rekapitulasi nilai pretes dari Eksperimen Kontrol
kedua kelas (kelas eksperimen dan N Valid 17 17
kelas kontrol) diperlihatkan pada Mean 58.82 47.94
tabel dibawah ini: Median 60.00 50.00
Tabel 1 Mode 60 50
Hasil Pre-Test Std. Deviation 11.796 13.700
Kelas / Kelompok Perlakuan Variance 139.154 187.684
No. Range
Eksperimen Kontrol 45 45
1 60 50 Minimum 35 20
2 80 20 Maximum 80 65
3 65 60 Sum 1000 815
4 70 55
5 50 65 Analisis lebih lanjut
6 75 40 dilakukan dengan melakukan
7 60 45
kategorisasi terhadap hasil belajar
8 70 65
9 40 60 dengan rating scale menurut
10 55 35 Sugiyono (2009:141).
11 60 60 Distribusi frekuensi hasil
12 55 55 Pretes dengan menggunakan rating
13 50 50 scale kedua kelas dapat dilihat
14 35 50 melalui grafik berikut:
15 50 40

Distribusi Frekuensi Hasil Pretes


17 17
18
16
14
12 10
9
10
8 6
6
3
4 2 2 2
2 0 0 0
0
>81 61–80 41–60 21–40 <20 ∑
Gambar 2. Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekwensi Hasil Pretes

Analisis gejala pusat (Central


b. Hasil Post-test Tendency) hasil pre test dengan
Tabulasi hasil postes kedua SPSS Ver.16 adalah sebagai berikut:
kelas yang diperoleh dari evalusi
yang dilakukan terhadap sampel Tabel 4
Hasil Statistik Deskriptif Postes
setelah pelaksanaan treatment
Eksperimen Kontrol
diperlihatkan pada tabel dibawah ini: N Valid 17 17
Mean 80,59 62.35
Tabel 3
Median 80.00 65.00
Rekapitulasi Hasil Post Test
Mode 75 60a
Kelas / Kelompok Perlakuan
No. Std. Deviation 8.456 9.374
Eksperimen Kontrol Variance 71.507 87.868
1 95 65 Range 25 30
2 95 45 Minimum 70 45
3 90 70 Maximum 95 75
4 85 65 Sum 1370 1060
5 75 75
6 90 50
7 85 60 Sebagaimana hasil pretest,
8 85 75 analisis lebih lanjut dilakukan
9 70 75 dengan melakukan kategorisasi
10 70 50 terhadap hasil belajar dengan rating
11 75 65 scale menurut Sugiyono (2009:141).
12 75 60
Distribusi frekuensi hasil
13 70 65
14 75 70 Pretes dengan menggunakan rating
15 75 60 scale kedua kelas dapat dilihat
16 80 60 melalui grafik berikut:
17 80 50

Distribusi Frekuensi Hasil Posttes


17 17
18
16
14
12 10
9
10 8
7
8
6
4 2
2 0 0 0 0 0
0
>81 61–80 41–60 21–40 <20 ∑
Gambar 2. Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekwensi Hasil Posttes

c. Uji Prasarat Berdasarkan tabel di atas


Uji prasarat yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai
adalah uji normalitas untuk signifikasi uji normalitas semua data
menentukan metode statistika yang penelitian mempunyai nilai lebih
diguanakan dalam analisis statistik dari 0,05, hal ini berarti semua data
inferensial. Uji normalitas penelitian berdistribusi normal dan
mengguna-kan rumus Shapiro Wilku sebagai implikasinya metode
dengan dasar pertimbangan jumlah penelitian yang digunakan dalam
sampel dibawah 50. analisis selanjutnya dilakukan
Tabel 5 dengan menggunakan metode
Hasil Uji Normalitas statistik parametrik.
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
d. Uji Beda Hasil Pretes
Nilai Pre Test
Kontrol
.911 17 .103 Berdasarkan hasil uji
Nilai Post Test normalitas, uji beda hasil pretes
.923 17 .167
Kontrol dilakukan menggunakan metode
Nilai Pre Test
.976 17 .918 statistika parametrik menggunakan
Eksperimen rumus independent samples t-test.
Nilai Post Test
.906 17 .087 Hasil uji beda yang dilakukan
Eksperimen
dengan bantuan program SPSS ver
16 dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 6
Hasil Uji Beda Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

t-test for Equality of Means


Sig. Mean Std. Error
(2- Differenc Differenc
t df tailed) e e
Hasil Pre Test Equal variances -
assumed 32 .019 -10.88235 4.38472
2.482
Equal variances not - 31.31
assumed .019 -10.88235 4.38472
2.482 0

Berdasarkan hasil uji yang diperoleh adalah sebesar


homogenitas yang menyatakan 0,019 atau lebih kecil dari 0,05,
bahwa semua data hasil artinya hasil pretes kelas
penelitian mempunyai varian eksperimen dan kelas kontrol
yang sama, maka pembacaan secara signifikan berbeda.
hasil uji t dilakukan untuk hasil ´ Sebagai implikasinya maka untuk
Equal variances assumed´ yang Uji hipotesis penelitian harus
menunjukkan nilai signifikasi dilakukan melalui Uji Beda Gain
Tes (selisih hasil postes dan Kelas / Kelompok
pretes kelas eksperimen dan Perlakuan
No.
Eksperi
kelas kontrol). Kontrol
men
.75 .31
e. Penghitungan dan Analisis .71 .25
Gain Tes .50 .22
Untuk menghidari .50 .29
bias akibat “ceilling and .60 .17
floor effect” dimana skor tes .63 .27
.50 .29
tidak bisa lebih dari 100 dan .50 .38
kurang dari 0, maka untuk 10 .33 .23
menghitung perubahan hasil 11 .38 .13
belajar sebagai pengaruh dari 12 .44 .11
treatment penelitian 13 .40 .30
digunakan gain 14 .62 .40
ternormalisasi yang 15 .50 .33
16 .50 .27
dikembangkan oleh Hake. 17 .43 .38
Gain ternormalisasi
didefinisikan sebagai ratio Untuk melakukan uji
atau perbandingan antara gain beda/ uji hipotesis terhadap
absolut (skor postes - skor gain ternormalisasi tersebut
pretes) dengan gain terlebih dahulu harus
maksimum yang dilakukan uji prasarat (uji
memungkinkan (skor normalitas) untuk
maksimum – skor pretes) menentukan metode statistik
Menurut Hake yang akan digunakan dalam
(1998:65), peningkatan hasil uji beda yang akan dilakukan.
belajar melalui gain Hasil uji normalitas terhadap
ternormalisasi dapat gain ternormalisasi dengan
dikategorikan menjadi tiga menggunakan bantuan
kelompok yaitu:
a. (g) ≥ 0,7 Tinggi
b. 0,3 ≤ (g) <0,7 Sedang
c. (g) < 0,3 Rendah

Hasil penghitungan
gain ternormalisasi kelas
eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 7
Gain ternormalisasi
Kelas / Kelompok
Perlakuan
No.
Eksperi
Kontrol
men
.88 .30
progaram SPSS Ver.16 dapat hipotesis statistik dan
dilihat dari tabel berikut: hipoteisi kerja dari uji yang
akan dilakukan sebagai
Tabel 8 berikut:
Hasil Uji Normalitas Gain Ternormalisasi
Ho: μ1 = μ2  Hasil belajar peserta
Shapiro-Wilk didik kelas V SDN 1 Bojong pada
Statistic df Sig. pembelajaran IPA yang
(g) .960 34 .244 menggunakan media grafis gambar
sama dengan hasil belajar peserta
Hasil uji normalitas didik yang menggunakan media
diatas menunjukkan bahwa buku siswa.
nilai signifikasi uji normalitas Ha: μ1 ≠ μ2  Hasil belajar peserta
gain ternormalisasi lebih didik kelas V SDN 1 Bojong pada
besar dari 0,05 yang berarti pembelajaran IPA yang
data yang diuji berdistribusi menggunakan media grafis gambar
normal. Implikasi dari hasil tidak sama dengan hasil belajar
uji normalitas ini adalah peserta didik yang menggunakan
pengujian hipotesis dengan media buku siswa.
menggunakan gain
ternormalisasi dilakukan Pengujian hipotesis
menggunakan metode dilakukan dengan
statistik parametrik dengan menggunakan rumus
rumus independent t test. independent t test. dengan
bantuan SPSS versi 16. Hasil
f. Uji Hipotesis pengujian dapat dilihat
sebagai berikut :
Langkah pertama uji
hipotesis adalah membuat

Tabel 4.22
Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
Sig. (2-
F Sig. t df tailed)
(g) Equal variances assumed 4.281 .047 -6.704 32 .000
Equal variances not
-6.704 25.617 .000
assumed

Berdasarkan tabel hasil uji ternormalisasi hasil penelitian tidak


hipotesis diatas dapat diketahui mempunyai varian yang sama (tidak
bahwa uji homogenitas terhadap gain homogen) sehingga pembacaan hasil
ternormalisasi menunjukkan nilai uji normalisasi dilakukan untuk
signifikasi sebesar 0,047 atau lebih “Equal variances not assumed” yang
kecil dari 0,05 berarti gain menunjukkan nilai Sig. = 0,000 atau
lebih kecil dari 0,05. Hasil ini berarti siswa di SDN 1 Bojong. Hal
hipotesis nol pengujian yaitu Ho: μ1 tersebut sesuai dengan rata-rata nilai
= μ2 atau “Hasil belajar peserta yang diperoleh dari pengujian
didik kelas V SDN 1 Bojong pada hipotesis yaitu X1 > X2 (X1 = hasil
pembelajaran IPA yang belajar IPA yang menggunakan
menggunakan media grafis gambar media grafis, X2 = hasil belajar IPA
sama dengan hasil belajar peserta yang menggunakan media buku
didik yang menggunakan media siswa). Selain itu, dilakukan
buku siswa.” ditolak dan hipotesis pengujian uji-t. Diketahui hasil dari
alternatifnya yaitu Ha: μ1 ≠ μ2 atau uji t hasil dari thit 11,66 dan
“Hasil belajar peserta didik kelas V memiliki tingkat signifikan 0,000 <
SDN 1 Bojong pada pembelajaran 0,05, artinya bahwa Ho ditolak dan
IPA yang menggunakan media grafis Ha diterima sehingga dapat
gambar tidak sama dengan hasil disimpulkan bahwa hipotesis yang
belajar peserta didik yang diajukan teruji kebenarannya.
menggunakan media buku siswa” Pernyataan dari hasil pengujian data
dapat diterima. tersebut sesuai dengan teori kerucut
pengalaman Edgar Dale dalam
(Daryanto, 2010:13) bahwa semakin
Pembahasan konkrit peserta didik mempelajari
Penggunaan media grafis bahan pelajaran maka semakin
bertujuan untuk meningkatkan banyaklah pengalaman yang
kemampuan peserta didik khususnya didapatkan tetapi sebaliknya, jika
dalam ranah kognitif. Dalam semakin abstrak peserta didik
penelitian ini menggunakan kertas mempelajari bahan pelajaran maka
karton yang ditempelkan gambar- semakin sedikit pula pengalaman
gambar yang sesuai dengan materi yang akan didapat oleh peserta didik.
yang akan disampaikan. Dengan dari penjelasan tersebut dapat
adanya media grafis dalam proses disimpulkan bahwa ketika
pembelajaran tersebut menunjukan penggunaan media pembelajaran
adanya ketertarikan peserta didik lebih konkrit atau dengan
dalam mengikuti pembelajaran dan pengalaman langsung maka pesan
kemampuan peserta didik meningkat (informasi) pada proses
dari nilai rata-rata pre-test 58,82 pembelajaran yang disampaikan guru
menjadi 80,59. Dengan demikian kepada peserta didik akan
dapat dinyatakan bahwa media grafis tersampaian dengan baik. Akan
sangat berpengaruh terhadap hasil tetapi jika penggunaan media
belajar peserta didik dalam mata pembelajaran semakin abstrak maka
pelajaran IPA materi metamorfosis pesan (informasi) akan sulit untuk
di SDN 1 Bojong. diterima oleh peserta didik dengan
Pengolahan data diketahui kata lain peserta didik menghadapi
bahwa hipotesisnya terdapat kesulitan dalam memahami dan
perbedaan yang signifikan antara mencerna apa yang disampaikan oleh
hasil belajar peserta didik yang guru. Menurut Hermawan Heri,
menggunakan media grafis degan (2007:24) bahwa media grafis dalam
yang menggunakan media buku penggunaannya harus dipahami dan
dipelajari lebih mendalam sehingga Pertama, hasil penelitian inidapat
media ini lebih efektif untuk memperkaya wawasan guru dan
menyajikan pelajaran kepada siswa menjadi landasan bagi guru dalam
agar hasil belajarnya maksimal. menentukan media yang akan
Adapun tujuan media grafis adalah digunakan (khususnya dalam
untuk memudahkan guru dalam pembelajaran IPA) atau paling tidak
menyampaikan materi pembelajaran, dapat menjadi alternatif media
dengan begitu peserta didik dapat pembelajaran yang dapat digunakan
lebih mudah memahami materi yang untuk meningkatkan hasil belajar;
disajikan guru, sehingga guru tidak Kedua, bagi peneliti selanjutnya
merasa sia-sia dalam menyampaikan dapat melakukannya pada materi ajar
materi. yang lain agar dapat dijadikan
sebagai studi perbandingan dalam
Simpulan dan Saran meningkatkan mutu dan kualitas
Berdasar berbagai analisa pendidikan.
terhadap data-data hasil penelitian
sesuai rumusan masalah yang
ditetapkan sebagai landasan Daftar Pustaka
penelitian, sebagai simpulan dari Arikunto, Suharsimi, (2013),
penelitian ini adalah : Prosedur Penelitian Suatu
1. Hasil belajar IPA peserta didik Pendekatan Praktek, Jakarta,
kelas V SD Negeri 1 Bojong Rineka Cipta
dengan menggunakan media
grafis gambar mencapai nilai Arsyad, Azhar. (2011). Media
rata-rata 80,59 jika dihubungkan Pembelajaran. Jakarta: Raja
dengan nilai KKM 75 maka hasil Grafindo Persada
yang diperoleh berada dalam Daryanto, (2015). Media
kriteria baik Pembelajaran. Bandung: Satu
2. Hasil belajar IPA peserta didik Nusa.
kelas V SD Negeri 1 Bojong
yang menggunakan media buku Hermawan, Heri dkk. (2007). Media
siswa mencapai nilai rata-rata Pembelajaran. Upi press:
62,35 jika dihubungkan dengan Bandung
KKM 75 maka hasil yang Sugiyono, (2016), Metode Penelitian
diperoleh berada dalam kriteria Kuantitatif Kualitatif R&D,
kurang. Bandung, CV. Alfabeta
3. Dari hasil perhitungan maka H0
ditolak dan Ha diterima, artinya Suherman, Erman dkk.
terdapat pengaruh yang (2003) Strategi Pembelajaran
signifikan dari penggunaan Matematika Kontemporer.
media grafis gambar terhadap Bandung: PT Remaja Rosda-
hasil belajar IPA peserta didik di karya
kelas V SD Negeri 1 Bojong.
Sebagai tindak lanjut dari
hasil penelitian ini, peneliti
memberikan saran sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai