Anda di halaman 1dari 11

JPGSD.

Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA PAPAN CERITA BERGAMBAR DALAM


PEMBELAJARAN BERBICARA DI KELAS II SDN MOJOWUKU KEDAMEAN GRESIK

Putri Sinta
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya Putrisinta2919@gmail.com

Sri Hariani
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya.

Abstrak
Berbicara merupakan salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi
kehidupan manusia dan harus dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan media papan cerita bergambar dalam
pembelajaran berbicara di kelas II SDN Mojowuku Kedamean Gresik. Jenis penelitian yang digunakan
yaitu penelitian kuantitatif dengan desain pre-experimental dengan jenis one group pretest-posttest
designs. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan observasi dan teknik tes. Analisis data
yang berupa observasi dianalisis dengan rumus presentase dan data yang berupa hasil tes dianalisis
menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran yaitu 91,30 % dan
ketercapaian pembelajaran yaitu 83,15 %. Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata
yang diperoleh pada saat posttest lebih tinggi dari pada nilai yang diperoleh pada saat pretest. Hal ini
dapat dilihat dari perolehan nilai pretest rata-rata 53,85 sedangkan nilai posttest rata-rata 78,88. Data
tersebut selanjutnya akan dianalisis dengan uji t. Dari hasil uji beda (uji t) diketahui bahwa harga t hitung
lebih besar dari pada harga ttabel yaitu (21,77 > 2,064).
Kata Kunci: media papan cerita bergambar, keterampilan berbicara, bercerita

Abstract
Speaking is one of four language aspects that very important to human life and must be learned by
student. Those matters certainly diminished learning activity. Therefore, researcher want to conduct
study that aim to found the effectivity of using picture storyboard media on speaking lesson in II SDN
Mojowuku Kedamean Gresik. This research was applied quantitative research approach with pre-
experimental design type and one-group pretest-posttest research design. Data collecting method that
applied were observation and test. Data analysis for observation analyzed by percentage formula and
test analyzed with t-test. Research results showed that learning implementation was 91.30% and learning
achievement was 83.15%. Thus, achievement and implementation percentage categorized very good.
While for research result showed that score mean that obtained during posttest was higher than score
that obtained on pretest. It can be seen from pretest score with mean as big as 53.85, while for posttest
mean was 78.88. Later, those data will analyzed by t-test. From t-test it found that t countbigger than ttable
that is (21.77>2.064).
Keywords: comic board media, speaking skill, storytelling

1206
PENDAHULUAN Media papan cerita bergambar merupakan media
Dalam pembelajaran bahasa perlu ada beberapa pembelajaran yang berbentuk papan dimana didalam
keterampilan yang dapat menunjang tercapainya tujuan papan tersebut terdapat cerita bergambar yang dapat
pembelajaran. Menurut Nida dan Harris dalam Tarigan dibah-ubah sesuai dengan alur cerita yang ada dengan
(2008 : 1). Keterampilan tersebut mencakup empat cara cerita bergambar yang ditempel di duplek yang
komponen yaitu keterampilan menyimak (listening skill), berada didalam papan tersebut ditarik keatas. Arsyad
keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan (2009 : 91) mengemukakan beberapa cara yang
membaca (reading skill), dan keterampilan menulis digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis
(writing skill). Keempat keterampilan tersebut saling teks adalah warna, huruf dan kotak. Kelebihan media
berhubungan antara yang satu dengan yang lain, sehingga papan cerita bergambar itu sendiri dapat meningkatkan
setelah mempelajari mata pelajaran keterampilan bahasa kemampuan berbicara anak, menciptakan kesenangan
siswa diharapkan mampu menerapkan keterampilan- dalam berbicara dan dapat melatih daya serap dan daya
keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. tangkap anak sehingga anak menjadi senang berbicara
Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan khususnya bercerita.
bahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan Pengunaan media papan cerita bergambar dalam
kemampuan mengungkapkan kata-kata dalam rangka kegiatan pembelajaran dapat membantu siswa agar
untuk menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, terampil berbicara khususnya bercerita, serta mampu
gagasan dan juga pikiran serta perasaan yang disusun dan memahami suatu informasi yang telah diperoleh, efisien
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar terhadap waktu, dan dapat mengembangkan imajinasi dan
apa yang disampaikan dapat dipahami oleh penyimak. aktivitas siswa dalam suasana gembira. Dengan
Berbicara merupakan salah satu keterampilan penggunan media papan cerita bergambar pada
berbahasa yang memiliki peranan yang cukup penting pembelajaran berbicara diharapkan siswa dapat berbicara
bagi kehidupan manusia, karena kehidupan manusia dengan lancar, dapat menceritakan kembali cerita yang di
setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang dengar dengan baik dan runtut, lebih berani dan
menuntut keterampilan berbicara. Mengingat pentingnya memperoleh pembelajaran yang utuh serta bermakna
peranan berbicara dalam kehidupan maka keterampilan sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara
berbicara menjadi penting pula untuk diajarkan kepada pada siswa. Penggunaan media papan cerita bergambar
anak. Anak dapat belajar berkomunikasi dan belajar ini juga dapat menimbulkan suasana belajar yang
hidup dalam masyarakat dengan mempelajari menyenangkan dan tidak membosankan ketika proses
keterampilan berbicara. pembelajaran sedang berlangsung, karena pengunaan
Keterampilan berbahasa khususnya keterampilan media papan cerita bergambar termasuk hal yang baru
berbicara bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui bagi siswa. Keberhasilan belajar di sekoah tidak hanya
teori dan penjelasan saja. Siswa tidak akan memiliki bergantung pada siswa saja, melainkan peran guru dan
keterampilan berbahasa yang baik jika siswa hanya media yang digunakan dalam pembelajaran juga sangat
datang, duduk dan mendengarkan serta mencatat memengaruhi keberhasilan siswa.
penjelasan yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu
siswa akan terampil berbicara khususnya keterampilan diujicobakan menggunakan media papan cerita
bercerita dengan praktik atau latihan secara terus- bergambar dalam pembelajaran berbicara. Adapun
menerus melalui kegiatan berbahasa sehingga ujicoba dilakukan dengan bentuk penelitian eksperimen
menjadikan pengalaman yang berharga bagi siswa. dengan judul “Efektifitas Penggunaan Media Papan
Pembelajaran keterampilan-ketarampilan tersebut tidak Cerita Bergambar dalam Pembelajaran Berbicara di
hanya menambah keterampilan siswa dalam Kelas II SDN Mojowuku Kedamean Gresik”.
menggunakan bahasa Indonesia, tetapi juga dapat Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan
meningkatkan intelektual, kematangan emosional dan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
kematangan sosial. Oleh karena itu, pada era globalisasi (1) Bagaimanakah penggunaan media papan cerita
seperti saat ini mengajarkan keterampilan berbicara bergambar dalam pembelajaran berbicara di kelas II SDN
terhadap anak Sekolah Dasar (SD) sangatlah penting. Mojowuku Kedamean Gresik? (2) Bagaimanakah
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk efektifitas penggunaan media papan cerita bergambar
mengembangkan keterampilan berbicara khususnya dalam pembelajaran berbicara di kelas II SDN Mojowuku
kemampuan bercerita siswa yaitu dengan penggunaan Kedamean Gresik?
media papan cerita bergambar. Penggunaan media papan Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan
cerita bergambar ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian yaitu : (1) Memaparkan penggunaan media
kemampuan siswa dalam menceritakan kembali cerita papan cerita bergambar dalam pembelajaran berbicara di
anak yang di dengarnya. Sehingga siswa tidak hanya kelas II SDN Mojowuku Kedamean Gresik. (2)
mengembangkan kemampuan berbicara pada aspek Memaparkan efektifitas penggunaan media papan cerita
kebahasaan saja namun siswa juga dapat bergambar dalam pembelajaran berbicara di kelas II SDN
mengembangkan kemampuan berbicara pada aspek non Mojowuku Kedamean Gresik.
kebahasaanya juga. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang
secara harafiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau
‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepeda penerima diwujudkan dalam gambar hidup (sandiwara, wayang
pesan (Arsyad, 2009: 3). Sedangkan Gerlach & Ely dsb) ; omong kosong, dongengnya yang tidak dijamin
(dalam Arsyad, 2009: 3) mengatakan bahwa media kebenaranya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, Indonesia (Depdiknas, 1990 : 235) gambar merupakan
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang tiruan sesuatu yang dilukis di atas kertas atau kanvas.
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, Dari pendapat-pendapat di atas, maka dapat
keterampilan, atau sikap. disimpulkan bahwa media papan cerita bergambar
Menurut Briggs (dalam Sadiman, dkk, 2010: 6) merupakan media pembelajaran yang berbentuk papan
bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat dimana didalam papan tersebut terdapat cerita bergambar
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. yang dapat dibah-ubah sesuai dengan alur cerita yang
Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh- adadengan cara cerita bergambar yang ditempel di duplek
contohnya.Sedangkan menurut Briggs (dalam Indriana, yang berada didalam papan tersebut ditarik keatas supaya
2011 : 14) menyatakan bahwa media pengajaran adalah anak lebih tertarik untuk mendengarkan cerita yang di
alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran sampaikan oleh guru dan kemudian siswa dapat
dalam bentuk buku, film, rekaman video, dan lain menceritakan kembali cerita yang didengarnya dengan
sebagainya. Banyak batasan yang diberikan oleh orang baik.
tentang media. Menurut Asosiasi Teknologi dan Berbicara merupakan salah satu aspek pengajaran
Komunikasi Pendidikan (dalam Sadiman, dkk, 2010 : 6) bahasa Indonesia. Menurut Suhendar (dalam Mulyati,
membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang dkk. 2013 : 6.3) berbicara adalah proses perubahan wujud
digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran. Ujaran yang
informasi. dimaksud adalah bunyi-bunyi bahasa yang bermakna.
Menurut Sudjana & Rivai (2010 :2) manfaat media Menurut Tarigan (2008 : 16), berbicara adalah
pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain : (a) kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
Pengajaran akan menarik perhatian siswa sehingga dapat kata-kata untuk mengespresikan, menyatakan atau
menumbuhkan motivasi belajar. Dengan adanya media menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Lebih
pembelajaran yang menarik maka secara tidak langsung jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku
akan menumbuhkan atau dapat memancing minat atau manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran yang psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik
sedang berlangsung. (b) Bahan pengajaran akan lebih sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat
jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi
siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan kontrol sosial.
pengajaran lebih baik. (c) Metode pengajaran akan lebih Sedangkan menurut Solchan (2011 : 11.20-11.21)
bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui tujuan berbicara di kelas rendah, antara lain : (a) Melatih
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak keberanian siswa. Mengetahui kemampuan dan
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru keberanian siswa itu bukanlah hal yang mudah, perlu
mengejar untu setiap jam pelajaran. (d) Siswa lebih tahapan-tahapan dalam pembelajaran. Pada kelas rendah
banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya guru hendaknya berusaha merancang pembelajaran yang
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain membuat siswa-siswanya untuk berani karena
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan keterampilan berbicara memerlukan keberanian.
lain-lain. Keberanian itu untuk menghilangkan kecemasan bagi
Media papan cerita bergambar mengadaptasi dari anak yang biasanya berwujud demam panggung dan juga
media cerita bergambar dan buku bergambar. Menurut kecemasan berbicara. (b) Melatih siswa menceritakan
Nana Sudjana (2010 : 64) cerita bergambar atau lebih pengetahuan dan pengalamanya. Banyak anak pandai,
popular komik adalah suatu bentuk kartun yang akan tetapi tidak menggungkapkan pengalaman dan
mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita pengetahuannya dengan mudah. Hal ini disebabkan oleh
dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan banyak hal, diantaranya kurangnya kesempatan yang
dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca. diberikan untuk berbicaraa. Oleh sebab itu, guru berusaha
Sedangkan buku bergambar (picture books) mengarah merangsang siswa untuk selalu menggungkapkan
kepada pengertian buku yang menyampaikan pesan lewat pengetahuan dan pengalamanya ketika pembelajaran
dua cara, yaitu ilustrasi dan tulisan. Ilustrasi dimaksudkan berlangsung. (c) Melatih menyampaikan pendapat.
untuk menyampaikan pesan tersebut agar tidak berdiri Menyampaikan pendapat bukanlah hal mudah,
sendiri, melainkan secara bersama dan saling mendukung menyampaikan pendapat perlu berlatih sejak dini.
untuk mengungkapkan pesan (Nurgiyantoro, 2010 : 153). Pelatihan ini meliputi pilihan kata, gaya, suara, gerak-
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, gerik, dan sebagainya. Pelatihan tersebut dimaksudkan
1990 : 508) papan merupakan kayu yang tipis dan lebar. untuk membentuk kebiasaan pada diri siswa agar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, terampil dalam menyampaikan pendapat sehingga yang
1990 : 163) cerita merupakan tuturan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti orang lain
membentangkan bagaimana terjadinya suatu peristiwa, (pendengarnya). (d) Membiasakan siswa untuk bertanya.
kejadian dsb ; karangan yang menuturkan perbuatan, Guru harus mengusahakan selalu menyuruh dan
pengalaman atau penderitaan orang ; lakon yang
merangsang siswa untuk selalu ingin tahu sehingga 1 Ketepatan isi cerita
meraka mau bertanya. Ketepatan penunjukan
Supriyadi (dalam Emi Rahmawati, 2013) 2 detail cerita
mengemukakan bercerita merupakan kegiatan yang
melatih siswa agar dapat mengekspresikan dan
3 Ketepatan logika cerita
Ketepatan makna
mengkomunikasikan isi hatinya kepada orang lain. Orang 4 keseluruhan cerita
terampil bercerita apabila seseorang tersebut dapat
menyampaikan peristiwa dan gagasan secara lisan kepada 5 Ketepatan kata
orang lain sehingga paham apa yang telah pembicara 6 Ketepatan kalimat
sampaikan. Menurut Bachtiar (dalam Bella Dina Arifa, 7 Kelancaran
2014) pada hakikatnya bercerita merupakan Jumlah skor
pengungkapan ide atau gagasan kepada orang lain.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas,
Kegiatan bercerita merupakan salah satu keterampilan
pedoman penilaian tes bercerita yang digunakan dalam
yang erat kaitannya dalam kemampuan berbicara atau
penelitian ini mengadaptasi dari Djago Tarigan dan
berkomunikasi.
Burhan Nurgiyantoro yang disesuaikan dengan
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para
kemampuan siswa di kelas rendah. Berikut ini merupakan
ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bercerita
pedoman penilaian yang digunakan dalam penelitian
adalah suatu keterampilan berbahasa yang bertujuan
pembelajaran berbicara khusunya bercerita di kelas II.
untuk memberikan informasi kepada orang lain.
Kemampuan bercerita merupakan salah satu bentuk dari
Tabel 2 Penilaian Kemampuan Menceritakan Kembali
keterampilan berbicara.
Tingkat Capaian
Kegiatan bercerita berkembang darikegiatan Aspek yang
No Kinerja
menyimak yang dilakukan dengan baikdan terus Dinilai
1 2 3 4
menerus, sehingga apa yangdidengarnya dalam sebuah
kegiatan menyimakdapat disampaikan kembali 1 Ketepatan isi
(bercerita) denganmengungkapkan berbagai ide, gagasan, cerita
danperasaan yang anak miliki. Dalam hal ini yang harus 2 Ketepatan
disimak oleh siswa adalah ketika guru bercerita pilihan kata
mengunakan media kotak cerita bergambar 3 Intonasi
Menurut Mulyati dkk (2007 : 3.7) manfaat bercerita 4 Kelancaran
diantaranya yaitu : (1) memberikan hiburan, (2) 5 Ekspresi
mengajarkan kebenaran, dan 3) memberikan keteladanan.
Menurut Bimo (2010)  bercerita kepada anak-anak METODE
memiliki beberapa fungsi yang amat penting, yaitu: (1) Rancangan penelitian pada penelitian ini
Membangun kedekatan emosional antara pendidik menggunakan desain pre-experimentaldengan jenis one
dengan anak(2) Media penyampai pesan/nilai mora dan group pretest-posttest designs. Desain penelitian ini
agama yang efektif (3) Pendidikan imajinasi/fantasi (4) digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk
Menyalurkan dan mengembangkan emosi (5) Membantu mengetahui seberapa terhadap keterampilan berbicara
proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita siswa kelas II SDN Mojowuku Kedamean Gresik dengan
(6)Memberikan dan memperkaya pengalaman batin (7) membandingkan sebelum dan sesudah diberi perlakuan
Sarana Hiburan dan penarik perhatian (8) Menggugah (treatmen) menggunakan media papan cerita bergambar.
minat baca( 9) Sarana membangun watak mulia. Menurut Sugiyono (2013 : 117) populasi adalah
Keberhasilan suatu kegiatan berbicara tentunya wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
memerlukan penilaian. Keterampilan berbicara yangmempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
merupakan salah satu kegiatan di dalam pembelajaran ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
bahasa Indonesia yang memerlukan penilaian tersendiri. ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
Menurut Tarigan (dalam Sri Rahmawati 2014) tes tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
bercerita ada empat aspek yang dinilai, diantaranya : a. Populasi juga bukan sekadar jumlah yang ada pada
ketepatan isi cerita, b. Sistematika cerita, c. Penggunaan objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliput seluruh
bahasa, meliputi pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek
kata dan struktur kalimat, dan d. Kelancaran bercerita. itu. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah
Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2010 : 410) aspek- seluruh siswa kelas II sekecamatan Kedamean Gresik
aspek yang dinilai dalam tes menceritakan kembali tahun ajaran 2014-2015.
adalah sebagai berikut : Sampel penelitian adalah bagian daari jumlah dan
Tabel 1 Penilaian Menceritakan Kembali karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
(Sugiyono, 2013:118). Sampel diperlukan dalam
penelitian karena tidak memungkinkan apabila semua
Tingkat Capaian objek yang ada dalam populasi diteliti karena terlalu
No Aspek yang Dinilai Kinerja banyak. Pada penelitian ini yang menjadi sampel
1 2 3 4 5 penelitiannya adalah siswa kelas II SDN Mojowuku
Kedamean Gresik yang berjumlah 26 siswa yang terdiri bergambar. Dalam posttest ini siswa diminta untuk
dari 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. menceritakan kembali cerita yang didengar. Hasil dari
Pengambilan sampel ini dengan teknik random posttest akan dianalisis untuk menemukan perbedaan
samplingkarena pengambilan sampel ini dilakukan secara yang signifikan yang akan membuktikan adanya
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam pengaruh dari perlakuan yang diberikan oleh peneliti
populasi tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat kepada siswa.
Suryabrata (2014 : 35-36) bahwa teknik penentuan Analisis data dalam sebuah penelitian merupakan
sampel yang dianggap paling baik adalah secara rambang langkah yang sangat penting. Analisis data yang benar
(random sampling). Di dalam penentuan sampel secara dan tepat akan menghasilkan kesimpulan yang benar.
rambang semua anggota populasi, secara individual atau Dalam penelitian ini, data yang diperoleh adalah berupa
secara kolektif, diberi peluang yang sama untuk menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari instrumen
anggota sampel. yang berupa tes (pretest dan posttest).
Untuk menggunakan instrumen pengumpulan data, Instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan data
yaitu data tentang menceritakan kembali, maka dibutuhkan dalam memperoleh data. Instrumen berupa
digunakan suatu teknik yang tepat agar seluruh instrumen sejumlah daftar aspek yang harus dinilai peneliti terhadap
dapat memberikan manfaat bagi penulis dalam proses responden. Sebelum instrumen dijadikan alat
penelitian. Menurut Sugiyono (2013:308) teknik pengumpulan data diperlukan uji instrumen terlebih
pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dahulu. Hal ini bertujuan untuk menguji tingkat validitas
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian dan realibilitas sesuai pendapat Arikunto (2010 : 211)
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua
pengumpulan data, maka penelitian tidak akan persyaratan yaitu valid dan reliabel. (1) Uji Validitas.
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
ditetapkan.Teknik pengumpulan data yang digunakan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen
dalam penelitian ini adalah : (1) Observasi. Metode (Arikunto, 2010 : 211). Suatu instrumen yang valid atau
observasi digunakan untuk mengamati penerapan media sahih mempunyai validitas tinggi, sebaiknya instrumen
papan cerita bergambar terhadap keterampilan berbicara yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
siswa kelas II sekolah dasar. Metode ini digunakan untuk Sebuah instrumen yang valid berarti alat ukur yang
mengamati secara langsung aktivitas guru selama digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid
pembelajaran berlangsung. Dalam mengamati aktivitas dengan analisis item. Untuk menguji tingkat validitas,
guru, observer menggunakan pedoman pengamatan peneliti mencobakan instrumen pada sasaran dalam
berupa lembar pengamatan pelaksanaan RPP yang sudah penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2013 : 172)
disesuaikan dengan media papan cerita bergambar. instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran ini untuk mendapatkan data (mengukur) tersebut valid,
disertai dengan kriteria 1-4 yang dilengkapi rubrik berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
sebagai dekripsi keberhasilan tiap skor. (2) Tes adalah mengukur apa yang seharusnya diukur. Apabila data
serangkaian pertanyaan atau latihan serta alat lain yang yang didapat dari uji coba sudah sesuai, berarti
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan instrumennya sudah baik, sudah valid. Adapun langkah-
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh langkah penentuan validitas yaitu seperti berikut ini :
individu atau kelompok (Arikunto, 2010 : 193). Teknik Menghitung harga korelasi setiap butir dengan rumus
tes ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan atau Pearson Product Moment yaitu:
ketuntasan siswa dalam keterampilan berbicara setelah
siswa mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan media papan cerita bergambar.
Dengan keterangan:
Dalam melakukan tes evaluasi keterampilan berbicara
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan
siswa khususnya bercerita dilakukan oleh empat orang.
variabel Y
Sebelum melakukan tes dilakukan diskusi terlebih dahulu
N = banyaknya siswa
oleh keempat orang tersebut untuk menyamakan persepsi
X = nilai hasil uji coba
dalam melakukan penilaian, dengan demikian setiap
Y = skor total
orang hanya menilai 6-7 anak. Dengan demikian
Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
pengambilan data dapat dilakukan dengan cepat dan lebih
sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
akurat. Di samping diamati secara langsung siswa juga
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
direkam atau di video. (a) Pretest. Pretest dilakukan
tersebut sudah baik. instrumen yang sudah dapat
untuk mengetahui kemampuan siswa kelas II SDN
dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang
Mojowuku Kedamean Gresik dalam keterampilan
dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat
berbicara khususnya menceritakan kembali cerita yang
keterandalan sesuatu (Arikunto, 2010 : 221). Reliabel
telah didengarnya. Siswa diminta untuk menceritakan
artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
kembali cerita yang telah didengarkan tanpa
Berdasarkan pengertian di atas, maka pengujian
menggunakan perlakuan. (b) Posttest. Posttest dilakukan
reliabilitas suatu instrumen adalah perlu untuk
setelah peneliti sudah memberikan perlakuan atau
menghasilkan data yang dapat dipercaya. Untuk
treatment kepada siswa dengan menggunkan papan cerita
menghitung reliabilitas instrumen penelitian ini, 13 4 15 16 225 60
digunakan rumus alpha cronbach sebagai berikut : 14 0 0 0 0 0
15 4 17 16 289 68
α= (1- ) 16 4 17 16 289 68
17 4 16 16 256 64
Keterangan: 18 4 19 16 361 76
k = jumlah butir yang valid 19 4 17 16 289 68
Varian total = varian dari total 20 4 17 16 289 68
Varian valid = varian dari butir yang valid 21 4 17 16 289 68
Berdasarkan desain yang digunakan dalam penelitian 22 4 17 16 289 68
ini, yaitu menggunakan Pretes and Posttest Control 23 4 15 16 225 60
Group, maka analisis data dilakukan dengan Ʃ 84 344 336 5686 137
menggunakan rumus t-test sebagai berikut : 6
Keterangan:
No. = Nomor siswa
X = Skor perolehan siswa
Y = Skor total jawaban benar
Keterangan:
N = Jumlah responden
Md = mean dari deviasi (d) antara posttest dan pretest
Setelah itu data tersebut dimasukkan ke dalam rumus
Xd = perbedaan deviasi dengan mean deviasi
product momentsebagai berikut:
N = banyaknya subjek
Setelah diperoleh hasil dari penghitungan
menggunakan rumus tersebut, kemudian dikonsultasikan
dengan tabel nilai t. Perbedaan antara hasil nilai pretest
dan posttest dapat dikatakan signifikan jika thitung ≥ ttabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Adapun hasil penelitian dan pembahasan akan
diuraikan sebagai berikut : Melaksanakan Tes uji
Validasi dan Reliabilitas. Pada tahap ini peneliti
melakukan uji Validasi dan Reliabilitas di SDN
Mojowuku Kedamean Gresik untuk mendapatkan
instrumen tes soal yang valid.
Untuk mengetahui validitas instrumen tes peneliti
menggunakan data hasil tes yang dihitung dengan rumus Dari hasil perhitungan validitas di atas maka dapat
korelasi product moment dengan angka kasar. Jika harga diketahui bahwa rhitung untuk soal no. 1 adalah 0,952 yang
rxy> rtabel maka soal dikatakan valid dengan taraf kemudian dikonsultasikan dengan rtabeldengan subyek
signifikan 5%.Berikut ini adalah hasil perhitungan uji N=23 dengan taraf signifikan 5% dengan batas penolakan
validitas soal no. 1 di kelas II, dan hasilnya adalah 0,413(tabel nilai rtabel). Dengan demikian jumlah
sebagai berikut: (1) Uji Validitas Soal No 1 perhitungan item soal no.1 lebih besar dari r tabel (0,952 <
Tabel 3 Perhitungan Hasil Uji Validitas Instrumen 0,413), maka data soal efektifitas penggunaan media
Tes No. 1 papan cerita bergambar dalam pembelajaran berbicara
untuk item no. 1 dinyatakan valid karena hasil yang
Skor diperoleh lebih besar dari pada nilai rtabel.
Skor Total
No Peroleha
Jawaban X2 Y2 XY
Siswa n siswa Tabel 4 Hasil Uji Validitas Tes
Benar (Y)
(X) No. Soal Hasil Korelasi Hitung Status
1 4 13 16 169 52 1 Valid
2 4 14 16 196 56
2 Valid
3 4 17 16 289 68
4 0 0 0 0 0 Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen tes,
5 4 16 16 256 64 peneliti menghitung dengan menggunakan Alpa
6 4 18 16 324 72 Cronbach. Jika harga r11> rtabel maka soal dikatakan
7 4 18 16 324 72 reliabel dengan taraf signifikan 5%. Sebelum menghitung
8 4 16 16 256 64 dengan menggunakan Alpa Cronbachpeneliti menghitung
varian tiap soal dan varian total sebagai berikut :
9 4 19 16 361 76
1) Varian soal tes valid
10 4 15 16 225 60
11 4 17 16 289 68
12 4 14 16 196 56
Kegiatan pretest ini dilakukan di SDN Mojowuku
Kedamean Gresik pada hari Senin, 06 April 2015 pukul
09.30. Pada saat kegiatan pretest semua siswa masuk dan
tidak ada yang sakit atau izin. Ketika kegiatan pretest
peneliti dibantu oleh 3 teman sejawat, hal ini dilakukan
berdasarkan saran dari dosen penguji supaya dapat
melakukan pengambilan data dengan cepat dan lebih
akurat. Di samping diamati secara langsung siswa juga
direkam atau di video. Dari kegiatan tes awal ini akan
diperoleh data hasil kemampuan siswa dalam berbicara
khususnya bercerita sebelum diberikan perlakuan dengan
menggunakan media papan cerita bergambar.
Proses pemberian perlakuan ini berlangsung dalam
dua kali pertemuan. Proses pembelajaran dengan
memberikan perlakuan menggunakan media papan cerita
bergambar ini pada pertemuan pertama berlangsung pada
hari selasa, 07 April 2015 pukul 07.00-08.00.
= 1,29 + 14,48 = 15,77
Tabel 5 Hasil observasi aktivitas peneliti dengan
2) Varian total menggunakan media papan cerita bergambar
Penilaian
Obs Obs Rat
Aspek yang Diamati
erve erve a-
rI r II rata
Kegiatan Awal
Fase 1: menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
1. Guru membuka pelajaran 3 3 3
Setelah diketahui ∑varian valid dan varian total dengan mengucapkan salam.
kemudian dimasukkan kedalam rumus rumus Alpha 2. Guru memimpin siswa untuk 3 4 3,5
Cronbach sebagai berikut: berdoa
3. Guru mengabsensi siswa 1 1 1
) 4. Guru memberikan ice 4 4 4
breaking
5. Guru melakukan apersepsi 3 3 3
) dengan tanya jawab tentang
permasalah sehari-hari yang
berkaitan dengan materi
pembelajaran
6. Guru menyampaikan tujuan 4 4 4
pembelajaran
Kegiatan Inti
Dari hasil uji reliabilitas di atas diketahui bahwa Fase 2 : mendemonstrasikan
r11=0,67 dan dapat dikonsultasikan dengan N = 23 – 2 = pengetahuan dan keterampilan
21 maka harga rtabel untuk taraf signifikan 5% adalah kepada siswa
0,433 (tabel nilai rtabel). Dengan demikian r11 lebih besar 7. Guru menyiapkan media 4 4 4
dari rtabel (0,67 >0,433). Jadi dapat disimpulkan bahwa papan cerita bergambar
instrumen pretest dan posttest tersebut dinyatakan 8. Guru meletakkan media papan 3 3 3
reliable. cerita bergambar di atas meja
Pada tahap ini peneliti melakukan tes awal (pretest) agar dapat dilihat oleh semua
yang diberikan sebelum perlakuan (treatment) dengan siswa
tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap 9. Guru menceritakan cerita yang 4 4 4
keterampilan berbicara khususnya bercerita. Peneliti berjudul “Tolong Menolong”
melakukan tes awal dengan meminta siswa dengan menggunakan media
memperhatikan guru ketika bercerita “Keluarga yang papan cerita bergambar.
Damai” tanpa menggunakan media pembelajaran
10. Guru memberikan contoh 3 3 3
kemudian siswa diminta untuk maju menceritakan
bagaimana cara mencerita
kembali cerita yang didengar dengan kata-kata sendiri.
kembali cerita yang sudah
didengar dengan kata-kata < 20% : sangat kurang
sendiri dengan baik 20% - 39% : kurang
Fase 3 : memberikan bimbingan 40% - 59% : cukup
pelatihan kepada siswa 60% - 79% : baik
11. Guru membagikan lembar 4 4 4 >80% : sangat baik
kegiatan siswa (LKS) Skor ketercapaian =
12. Guru memberikan 3 4 3,5
penjelasakan tentang cara
mengerjakan lembar kegiatan x 100 = x 100
siswa (LKS)
13. Guru membimbing siswa 4 3 3.5 = 83,15
dalam mengerjakan lembar Dengan kriteria sebagai berikut :
kegiatan siswa (LKS) 80 – 100 : sangat baik
14. Guru bertanya kepada siswa 4 4 4 70 – 79 : baik
apakah ada yang belum 60 – 69 : cukup
mengerti dan ada yang ingin 50 – 59 : kurang
ditanyakan ≤ : kurang sekali
Fase 4 : mengecek pemahaman Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
siswa dan memberikan umpan persentase keterlaksanaan yaitu 91,30 maka kegiatan
balik pembelajaran dengan menggunakan media papan cerita
15. Guru membagikan lembar 4 3 3,5 bergambar dalam pembelajaran berbicara siswa yang
evaluasi (posttest) diperoleh peneliti dikategorikan sangat baik. Sedangkan
16. Guru meminta siswa untuk 4 4 4 nilai ketercapaia yaitu 83,15 maka kegiatan
bercerita di depan kelas pembelajaran dengan menggunakan media papan cerita
dengan menggunakan kata- bergambar dalam pembelajaran berbicara siswa yang
kata sendiri diperoleh peneliti dikategorikan sangat baik.
17. Guru membimbing siswa 3 3 3 Pada tahap ini peneliti melakukan posttest yang
apabila ada siswa yang diberikan kepada siswa setelah siswa mendapat perlakuan
mengalami kebingungan dengan menggunakan media papan cerita bergambar
untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
keterampilan berbicara khususnya bercerita sebelum dan
18. Guru mengevaluasi hasil 3 4 3.5 sesudah diberi perlakuan. Pada tahap posttest ini
cerita yang disampaikan siswa diberikan kepada siswa sebanyak dua kali dengan jumlah
Kegiatan Akhir soal sebanyak 2 soal. Soal pada posttest ini sama seperti
Fase 5: memberikan kesempatan soal yang diberikan pada saat pretest, namun cerita yang
untuk pelatihan lanjutan dan digunakan setiap pertemuan berbeda.
membuat simpulan Posttest diberikan pada hari Selasa, 07 April 2015
19. Guru bersama siswa 4 4 4 pukul 08.00-09.00. Dari kegiatan posttest ini akan
menyimpulkan hasil diperoleh data hasil pemahaman siswa tentang
pembelajaran hari ini keterampilan berbicara khusunya bercerita siswa kelas II
SDN Mojowuku Kedamean Gresik.
20. Memberikan reward kepada 1 1 1
Setelah mengumpulkan data yang diperoleh melalui
siswa yang aktif dalam instrumen tes, kegiatan selanjutnya adalah menyajikan
pembelajaran data. Data hasil pretest dan posttest siswa dengan
21. Mengakhiri pembelajaran 3 3 3 menggunakan media papan cerita bergambar dalam
22. Guru mengakiri kegiatan 4 4 4 pembelajaran berbicaradi kelas II SDN Mojowuku
pembelajaran dengan berdoa Kedamean Gresik adalah sebagai berikut :
bersama
23. Mengucapkan salam 3 3 3
Jumlah 76 77 76,5 Tabel 6 Hasil Pretest dan Posttest Siswa Kelas II SDN
Mojowuku Kedamean Gresik
Persentase keterlaksanaan = Post-
Nama Pre-test
No test D d2
Siswa (X)
(Y)
1 APG 46 75 29 841
= x 100%
2 AV 58 79 21 441
= 91,30 % 3 AMS 50 79 29 841
Tingkat pesentase keberhasilan dapat dilihat sebagai 4 AA 50 75 25 625
berikut. 5 AVD 75 96 21 441
6 AKF 42 71 29 841 Penelitian yang berjudul “Efektifitas Penggunaan
7 AAD 46 83 37 1369 Media Papan Cerita Bergambar dalam Pembelajaran
8 DCP 42 71 29 841 Berbicara di Kelas II SDN Mojowuku Kedamean Gresik”
9 DACS 67 87 20 400 merupakan penelitian eksprerimen yang menggunakan
10 DNP 54 79 25 625 metode pre-eksperimental dengan desain penelitian one
11 EDS 54 79 25 625 group pretest-posttest design. Sebelum siswa diberi
12 EDMP 54 75 21 441 perlakuan siswa terlebih dahulu di beri pretest dengan
13 FKN 54 79 25 625 tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam
14 IMS 58 83 25 625 keterampilan berbicara khusunya bercerita. Setelah siswa
diberi pretest, yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah
15 ISWH 54 79 25 625
memberikan perlakuan kepada siswa sebanyak dua kali.
16 IF 46 67 21 441
Kemudian dilanjutkan dengan memberikan posttest
17 IMR 75 92 17 289
sebanyak dua kali untuk mengetahui apakah media papan
18 ILHY 58 83 25 625
cerita bergambar berpengaruh terhadap keterampilan
19 KFR 46 83 37 1369 berbicara siswa atau sebaliknya media papan cerita
20 LCB 54 79 25 625 bergambar tidak memberi pengaruh terhadap
21 MTP 46 75 29 841 keterampilan berbicara siswa.
22 NA 54 83 29 841 Media papan cerita bergambar merupakan media
23 RTA 50 67 17 289 pembelajaran yang berbentuk papan di mana di dalam
24 S 50 83 33 1089 papan tersebut terdapat cerita bergambar yang dapat
25 SAW 75 87 12 144 dibah-ubah sesuai dengan alur cerita yang ada dengan
26 IQ 42 62 20 400 cara cerita bergambar yang ditempel di duplek yang
Jumlah 1400 2051 651 17159 berada di dalam papan tersebut ditarik keatas supaya
Rata-rata 53,85 78,88 25,04 659,96 anak lebih tertarik untuk mendengarkan cerita yang di
Dari data di atas kemudian dianalisis seperti berikut: sampaikan oleh guru dan kemudian siswa dapat
menceritakan kembali cerita yang didengarnya dengan
Md = = = 25.04 baik. Selain dapat menarik perhatian siswa, dengan
menggunakan media papan cerita bergambar ini dapat
membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan imajinasi
siswa. Media papan cerita bergambar mengadaptasi dari
media cerita bergambar dan buku bergambar. Sedangkan
buku bergambar (picture books) sendiri menurut
Nurgiyantoro (2010 : 153) mengarah kepada pengertian
buku yang menyampaikan pesan lewat dua cara, yaitu
ilustrasi dan tulisan. Ilustrasi dimaksudkan untuk
menyampaikan pesan tersebut agar tidak berdiri sendiri,
melainkan secara bersama dan saling mendukung untuk
mengungkapkan pesan.
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus t-test sebagai Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu
berikut: berupa lembar tes yang berisikan dua soal yang berupa
petunjuk. Soal tersebut berisikan dari siswa diminta
untuk bercerita di depan kelas dan siswa diminta untuk
menceritakan kembali cerita yang telah didengar dengan
kata-kata sendiri dan dengan aspek-aspek yang sudah
ditentukan sebelumnya.
Sebelum peneliti melakukan penelitian, terdapat
beberapa tahap yang dilakukan oleh peneliti yaitu salah
satunya uji validasi dan reliabilitas. Uji validasi ini
bertujuan untuk menentukan tingkat ke validan suatu
isntrumen yang nantinya akan digunakan pretest dan
posttest . uji validitas ini dilakukan di SDN Mojowuku
Dari hasil perhitungan nilai pretest dan posttest di atas
Kedamean Gresik. Dari dua butir soal yang sudah dibuat
dapat dikonsultasikan dengan tabel nilai t untuk db = N –
oleh peneliti keduanya valid, oleh karena itu kedua soal
2 adalah N = 26 – 2 = 24 diketahui harga rtabel untuk taraf
tersebut yang akan diujikan. Berikut ini merupakan hasil
5% adalah 2,064. Kemudian diketahui harga thitung adalah
perhitungan validasi soal nomor 1 dan 2.
21,77 dari hasil tersebut diketahui bahwa harga t hitung lebih
besar dari pada harga ttabel (21,77> 2,064).
Tabel 7 Hasil Uji Validitas Tes
No.
PEMBAHASAN Hasil Korelasi Hitung Status
Soal
78,88
1 Valid 53,85

2 Valid

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa


kedua soal yang telah di validasi di SDN Mojowuku Gambar 1 Diagram Hasil Pretest dan Posttest kelas II
Kedamean Gresik keduanya valid dan dapat digunakan SDN Mojowuku Kedamean Gresik
untuk pretest dan posttest.
Tahap selanjutnya yang dilakukan oleh yaitu Gambar 1 Diagram Hasil Pretest dan Posttest
menghitung nilai reliabilitas instrumen. Instrumen yang kelas II SDN Mojowuku Kedamean Gresik
dimaksudkan di sini merupakan instrumen yang telah Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas selama
dihitung tingkat kevalidannya. Untuk mengetahui pembelajaran dapat dilihat bahwa persentase
reliabilitas suatu instrumen tes peneliti menggunakan keterlaksanaan yaitu 91,30 %, maka kegiatan
data hasil tes yang dihitung dengan rumus Alpha pembelajaran dengan menggunakan media papan cerita
Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas di atas diketahui bergambar dalam pembelajaran berbicara siswa yang
bahwa r11=0,67 dan dapat dikonsultasikan dengan N = 23 diperoleh dikategorikan sangat baik. Sedangkan untuk
– 2 = 21 maka harga r tabel untuk taraf signifikan 5% nilai ketercapaian yaitu 83,15, maka ketercapaian dalam
adalah 0,433 (tabel nilai rtabel). Dengan demikian r11 lebih kegiatan pemebelajaran dengan menggunakan media
besar dari rtabel (0,67 >0,433). Jadi dapat disimpulkan papan cerita bergambar dalam pembelajaran berbicara
bahwa instrumen pretest dan posttest tersebut dinyatakan siswa yang diperoleh dikategorikan sangat baik.
reliable.
Setelah pengumpulan dan pengambilan data yang PENUTUP
diperoleh melalui instrumen tes kegiatan selanjutnya Simpulan
yaitu melakukan penelitian di SDN Mojowuku Berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran
Kedamean Gresik. Dalam tahap penelitian ini peneliti dapat dilihat bahwa persentase keterlaksanaan yaitu
mengambil data dengan menggunakan teknik pretest dan 91,30 %, maka kegiatan pembelajaran dengan
posttest. Hasil dari pretest dan posttest kemudia dianalisis menggunakan media papan cerita bergambar dalam
menggunakan rumus (uji t). pembelajaran berbicara yang diperoleh dikategorikan
Hasil penelitian pada kelas II SDN Mojowuku sangat baik. Sedangkan untuk nilai ketercapaian yaitu
Kedamean Gresik menunjukkan bahwa nilai rata-rata 83,15, maka ketercapaian dalam kegiatan pembelajaran
yang diperoleh pada saat posttest lebih tinggi dari pada dengan menggunakan media papan cerita bergambar
nilai yang diperoleh pada saat pretest. Hal ini dapat dalam pembelajaran berbicara yang diperoleh
dilihat dari perolehan nilai pretest rata-rata 53,85 dikategorikan sangat baik.
sedangkan nilai posttest rata-rata 78,88. Data tersebut Sedangkan untuk hasil penelitian dan pembahasan
selanjutnya akan dianalisis dengan uji t. Dari hasil uji pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa media
beda (uji t) diketahui bahwa harga thitung lebih besar dari papan cerita bergambar sangat efektif digunakan dalam
pada harga ttabel yaitu (21,77 > 2,064). Maka dapat pembelajaran berbicara di kelas II SDN Mojowuku
dibuktikan bahwa setelah siswa diberi perlakuan dengan Kedamean Gresik. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang
menggunakan media papan cerita bergambar nilai siswa diperoleh siswa sebelum diberi perlakuan dan sesudah
mengalami peningkatan yang signifikan. diberi perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan.
78,88 Berdasakan hasil tersebut maka dapat disimpulkan Hasil perhitungan nilai sebelum diberi perlakuan dengan
bahwa penggunaan media papan cerita bergambar efektif menggunakan media papan cerita bergambar rata-rata
dalam pembelajaran berbicara di kelas II SDN Mojowuku nilai siswa kelas II SDN Mojowuku Kedamean Gresik
Kedamean Gresik. Hal ini dapat dilihat pada diagram 53,85 dan rata-rata nilai posttest siswa kelas II SDN
dibawah ini : Mojowuku Kedamean Gresik adalah 78,88. Data tersebut
selanjutnya akan dianalisis dengan uji t. Dari hasil uji
beda (uji t) diketahui bahwa harga thitung lebih besar dari
pada harga ttabel yaitu (21,77 > 2,064). Maka dapat
dibuktikan bahwa setelah siswa diberi perlakuan dengan
menggunakan media papan cerita bergambar nilai siswa
mengalami peningkatan yang signifikan.

100 Saran
80 Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan,
peneliti memberikan saran bagi guru, yaitu guru
60 hendaknya dalam melaksanakan pembelajaran
menggunakan media pembelajaran yang menarik dan
40
dapat membangkitkan semangat siswa sehingga dalam
20
0
Pretest Posttest
proses pembelajaran siswa menjadi aktif. Penggunaan
media papan cerita bergambar dapat dijadikan alternatif
dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
Saran bagi sekolah adalah hendaknya sekolah
membekali guru untuk menguasai media-media
pembelajaran yang inovatif, sehingga pembelajaran akan
lebih menarik, bermakna dan siswa lebih termotivasi dan
aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Saran bagi peneliti lain yaitu hendaknya skripsi ini
dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk dapat
melakukan penelitian tentang keterampilan berbicara
dengan menggunakan media yang berbeda sehingga
siswa dapat menemukan pengalaman baru dan
pengetahuan baru dalam pembelajaran keterampilan
berbicara khusunya bercerita.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu


Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
Rahmawati, Emi. 2013. Peningkatan Keterampilan
Bercerita Melalui Metode Mind Map Siswa Kelas V
SD Negeri Gulon 2 Kecamatan Salam Kabupaten
Magelang : (online), Ejournal. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta. Diunduh tanggal 1 Februari
2015
Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media
Pengajaran. Jogjakarta : Penerbit Diva Press
Mulyati, Yeti, dkk. 2007. Keterampilan Berbahasa
Indonesia SD. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka
Sadiman, Arief S, dkk. 2010. Media Pendidikan :
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta : Rajawali Pers.
Solchan, dkk. 2011. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.
Jakarta : Universitas Terbuka
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2010. Media
Pengajaran. Bandung : Penerbit Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan:
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tarigan, H. G. 2008. Berbicara Sebagai Suatu
Keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai