Anda di halaman 1dari 8

PENGGUNAAN TEKNIK SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN IPS

Akhmad Hapis Ansari


Email: 2110128210008@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

PENDAHULUAN
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan hal terpenting untuk
memberdayakan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil yang dilaporkan oleh Sucahyo et al.(2015),
tujuan pendidikan IPS merupakan pembekalan peserta didik dengan kemampuan
mengembangkan pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan sejalan dengan perkembangan
kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demikian juga menurut Damanhuri et al. (2016) bahwa pembelajaran IPS di
sekolah dasar merupakan kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa
agar peka terhadap masalah-masalah sosial yang muncul di masyarakat, memiliki sikap
mental yang positif terhadap setiap ketimpangan yang muncul untuk diperbaiki, dan
menjadi mahir mengatasi setiap masalah yang muncul sehari-hari, baik yang menimpa
dirinya maupun Hal ini sesuai dengan Kurniasari dan Setyaningtyas (2017) yang mencatat
bahwa IPS di sekolah dasar adalah nama mata pelajaran yang berbeda sebagai integrasi dari
seperangkat konsep dari disiplin ilmu IPS, humor, IPA bahkan mata pelajaran dan mata
pelajaran yang berbeda. . masalah hidupDari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS
di sekolah dasar bertujuan agar peserta didik menjadi warga negara yang baik, memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi masyarakat dan negara.
Permasalah yang sering muncul dalam pembelajaran IPS adalah rendahnya
kompetensi sosial peserta didik. Pentingnya keterampilan sosial harus dikembangkan ketika
mempelajari IPS karena banyaknya masalah sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan
sosial, sehingga siswa dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Iswantiningtyas (2017) menjelaskan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan
mengatasi setiap masalah yang timbul dari interaksi dengan lingkungan sosial dan
menampilkan diri sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Rohmah dkk. (2017)
mendefinisikan keterampilan sosial sebagai perilaku yang ditunjukkan individu ketika
berinteraksi dengan orang lain agar dapat diterima secara positif di lingkungan sosialnya.
Lalu, Anggraini, dkk. (2017) mengatakan bahwa keterampilan sosial membuat
siswa lebih berani untuk berbicara, mengungkapkan perasaan atau masalah yang mereka
hadapi, sekaligus menemukan solusi adaptif sehingga mereka tidak mencoba melarikan diri
dari hal-hal lain yang dapat merugikan diri sendiri Lainnya.
Definisi ini memiliki pemahaman yang sama bahwa keterampilan sosial adalah
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dan dengan cara
yang dapat diterima atau dinilai untuk memberi manfaat bagi orang lain. Salah satu aspek
keterampilan sosial yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan berkomunikasi.
Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan paling dasar yang harus dimiliki
seseorang.

TEKNIK SIMULASI
Pengertian Metode Simulasi
Simulasi berarti “berpura-pura atau seakan akan” yang berasal dari kata simulate.
(Desy,2003:443) Kamus bahasa Inggris-Indonesia menyatakan bahwa simular “adalah
tiruan atau tiruan dari suatu karya, sedangkan simular berarti meniru, berpura-pura atau
berpura-pura bertindak seolah-olah”.(Echols,2007:527) Sebagai teknik pengajaran, simulasi
dapat didefinisikan sebagai “cara menyajikan pengalaman belajar melalui penggunaan
situasi imitasi untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
Menurut Udin Syaefudin Sa'ud, simulasi dalam perspektif model pembelajaran
adalah reproduksi atau visualisasi dari perilaku suatu sistem, seperti rencana pendidikan,
yang dilaksanakan selama periode waktu tertentu. Maka dapat dikatakan bahwa simulasi
adalah suatu model yang berisi sekumpulan variabel yang menunjukkan ciri-ciri utama dari
sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan tentang bagaimana
properti utama ini dapat diubah di dunia nyata.(Udin,2007:129) Menurut Sri Anitah, W. et
al.salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok.Metode simulasi
cenderung memiliki proses pembelajaran yang objek yang bukan merupakan objek atau
aktivitas nyata melainkan aktivitas kelas yang disimulasikan. Kegiatan simulasi dapat
dilakukan oleh siswa SMA di sekolah dasar.(Anitah,2007:5.22.)
Dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung
pada objek nyata, simulasi dapat digunakan sebagai metode pengajaran. Gladi bersih
merupakan contoh simulasi, yaitu memperagakan jalannya suatu upacara tertentu sebagai
latihan untuk upacara yang sebenarnya agar tidak gagal tepat waktu. Jadi, metode simulasi
adalah peniruan atau tindakan yang meniru suatu peristiwa seolah-olah peristiwa itu nyata.
Sebagai metode pembelajaran yang meniru suatu peristiwa, metode simulasi
memiliki karakteristik yang mencerminkan bahwa metode ini berbeda dengan metode
lainnya, antara lain: 1) Banyak digunakan dalam pembelajaran PKn, IPS, pendidikan
agama, dan pendidikan apresiasi, 2) mengedepankan Kemampuan bekerja dalam tim,
berkomunikasi dan berinteraksi adalah bagian dari keterampilan yang dihasilkan melalui
pembelajaran simulasi; 3) Metode ini membutuhkan lebih banyak aktivitas dari siswa; 4)
Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis konteks; 5) Materi pembelajaran dapat
diambil dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial dan masalah-masalah sosial.
(Anitah,2007:5.23.)
Prinsip dan Tujuan Metode Simulasi
Agar penggunaan simulasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam
pelaksanaannya diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) simulasi dilakukan oleh
kelompok siswa dan setiap kelompok mempunyai kesempatan untuk melakukan simulasi
yang sama atau berbeda. ; 2) semua siswa harus berpartisipasi sesuai dengan fungsinya; 3)
penentuan topik dapat didiskusikan bersama; 4) Instruksi simulasi disiapkan terlebih dahulu
secara rinci atau garis besar sesuai dengan bentuk dan tujuan simulasi; 5) kegiatan
simulasi harus mencakup semua bidang pembelajaran; baik kognitif, afektif dan
psikomotorik; 6) simulasi adalah latihan keterampilan menghadapi kenyataan dengan baik;
7) simulasi harus menggambarkan situasi lengkap dan proses berurutan yang diharapkan
dalam situasi nyata; dan 8) Upaya-upaya harus dilakukan untuk mengintegrasikan berbagai
ilmu, terjadinya proses kausal, pemecahan masalah, dll.(Ramayulis,2012:382).
Prinsip-prinsip tersebut harus menjadi acuan dalam pelaksanaan simulasi sehingga
benar-benar dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sesuai dengan konsep simulasi. Prinsip
ini berlaku untuk semua mata pelajaran dan standar kompetensi sesuai prinsip tersebut,
yang berhubungan dengan kejadian yang sebenarnya. Oleh karena itu, pilihan materi atau
tema mana yang akan digunakan dengan prosedur simulasi sangat bergantung pada sifat
dan prinsip simulasi yang terkait dengan sifat subjek yang dijelaskan di atas. Oleh karena
itu, tidak semua topik, kompetensi inti, benchmark, dan topik pembelajaran lintas topik
dapat digunakan dengan simulasi. Di sini pentingnya pemahaman dan analisis guru
terhadap karakteristik dan prinsip metode simulasi berkaitan dengan karakteristik mata
pelajaran masing-masing keterampilan dasar.
Metode simulasi bertujuan untuk: 1) melatih keterampilan khusus, baik profesional
maupun untuk kehidupan sehari-hari; 2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep
atau prinsip; 3) berlatih pemecahan masalah; 4) mendorong pembelajaran aktif; 5)
memberikan motivasi belajar kepada siswa; 6) mengajar siswa untuk bekerja sama dalam
situasi kelompok; 7) meningkatkan daya kreatif siswa; dan 8) memungkinkan siswa untuk
memahami dan menghargai pendapat dan peran orang lain(Abu,2005:84).
Oleh karena itu, penggunaan metode simulasi dalam proses pembelajaran sesuai
dengan tren pembelajaran modern, yang mengarah pada pembelajaran individu dan
kelompok kecil siswa, heuristik (mencari keuntungan sendiri) dan aktif. Menurut simulasi
ini, menurut Derick, U. dan Mc Aleese, R., simulasi memiliki tiga sifat utama yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Simulasi merupakan
suatu bentuk teknik pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa. ketika belajar di
kelas, baik guru maupun siswa berpartisipasi; 2) Simulasi pada umumnya merupakan alat
pemecahan masalah yang sangat membantu dalam melatih siswa melakukan pendekatan
interdisipliner dalam pembelajaran. Selain itu, Anda juga bisa melatih keterampilan sosial
yang relevan dengan kehidupan masyarakat. 3) Simulasi adalah model pembelajaran yang
dinamis dalam arti sangat cocok untuk menghadapi situasi yang berubah yang
membutuhkan keluwesan dalam berpikir dan bereaksi terhadap keadaan yang berubah
dengan cepat(Abu,2005).
Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
Menggunakan simulasi sebagai metode pengajaran memiliki beberapa keuntungan,
antara lain: 1) siswa dapat terlibat dalam interaksi sosial dan komunikasi dalam
kelompoknya; 2) keaktifan siswa dalam belajar cukup tinggi, sehingga mereka terlibat
langsung dalam pembelajaran; 3) dapat memperkenalkan siswa pada pemahaman masalah
sosial (pelaksanaan pembelajaran berbasis konteks); 4) Dapat membangun hubungan
pribadi yang positif, 5) Dapat merangsang imajinasi, membina hubungan komunikatif dan
bekerja sama dalam kelompok(Anitah,2007:5.24) 6) Membangkitkan semangat belajar
siswa; 7) Mendorong kreativitas siswa; 8) dapat menjadi bekal hidup dalam masyarakat; 9)
Mengurangi hal-hal abstrak dengan menunjukkan kegiatan nyata; 10) bakat baru dapat
ditemukan melalui permainan atau akting(Anissatul,2009:94) Selain kelebihan, simulasi
juga memiliki kelemahan, antara lain: 1) memerlukan waktu yang relatif lama; 2) Sangat
tergantung pada kegiatan siswa; 3) Mereka biasanya membutuhkan penggunaan sumber
belajar; 4) Banyak siswa yang tidak menyukai sandiwara, sehingga sandiwara tidak efektif.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa walaupun simulasi memiliki banyak
kelebihan, namun sebagai metode pembelajaran tetap memiliki kelemahan.Berbagai
keunggulan tersebut di atas harus diketahui seorang guru agar dapat memaksimalkan
potensi yang ada, namun kelemahan tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara agar
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan waktu yang diberikan.
Bentuk-Bentuk Simulasi
Menurut Ramayulis, dilihat dari peran yang dimainkan atau dipenuhi siswa dalam
pembelajaran, bentuk-bentuk simulasi dapat dibagi menjadi: (Ramayulis,2012:383) 1) pra-
pengajaran/pengajaran mikro; berguna untuk praktik di kelas oleh calon pendidik dimana
siswa merupakan sahabat calon pendidik; 2) sosiodrama; role play yang dilakukan
dimaksudkan untuk menentukan alternatif solusi sosial; 3) psikodrama; Tujuan dari
permainan peran adalah pemahaman diri yang lebih baik dari orang yang bersangkutan,
penemuan pemahaman dirinya, reaksi terhadap tekanan yang mempengaruhi dirinya; 4)
game simulasi; adalah permainan role-playing di mana pemain bersaing untuk mencapai
tujuan tertentu dengan mengikuti aturan yang ditetapkan; 5) permainan peran; Permainan
peran dilakukan untuk menghidupkan kembali peristiwa sejarah, menciptakan
kemungkinan masa depan, mengungkap peristiwa saat ini, dll.
Menurut Abu Ahmadi et al. Simulasi dapat dilakukan dari kegiatan yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks (Abu,2005:83). Yang sederhana, seperti meniru
tindakan atau peran anggota keluarga dalam mengatasi suatu masalah, atau meniru
kehidupan sehari-hari pada orang, seperti B. Jual beli di pasar. Sedangkan peniruan yang
sedikit lebih kompleks adalah peristiwa-peristiwa dalam kehidupan masyarakat, seperti
sidang DPRD, sidang PBB , perundingan diplomatik atau peristiwa sejarah.Dapat juga
simulasi dilakukan dalam kegiatan yang lebih kompleks dari itu seperti, simulasi latihan
penerbangan pesawat terbang, astronot, awak kapal selam, pemecahan masalah perusahaan
dan sebagainya.

LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN METODE SIMULASI


Pada dasarnya simulasi dilakukan oleh sekelompok siswa, meskipun dalam
beberapa kasus dapat dilakukan secara individu atau berpasangan. Ketika bekerja dalam
kelompok kecil, setiap kelompok dapat melakukan simulasi yang sama atau berbeda
dengan kelompok lain. Oleh karena itu, pada awal pelaksanaan harus ada proses kegiatan
yang memadukan bidang-bidang efektif (seperti kesenangan, kegembiraan, kegembiraan,
kesedihan, keterkejutan, simpati, solidaritas, gotong royong, dll), psikomotor (misalnya
berbicara, bertanya pertanyaan, debat, dll) pendapat yang mengungkapkan, mengarahkan,
mengatur, dll.) dan kognitif (misalnya memahami konsep tertentu, memahami teori, dll.).
Simulasi juga harus menggambarkan situasi secara utuh dan proses atau tahapan situasi
tersebut. Hubungan sebab dan akibat, eksperimen, fakta dan pemecahan masalah.
Oleh karena itu, perlu diperjelas langkah-langkah dalam pelaksanaan simulasi yang
terdiri dari tahap awal, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut langkah-
langkahnya:(Sumiati, 2008:100-101)
1. Tahap Awal Simulasi;
a. Guru menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh
simulasi.
b. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
c. Guru membentuk kelompok dan menentukan alat yang akan digunakan.
d. Guru menentukan aktor yang berpartisipasi dalam simulasi, peran yang harus
dimainkan aktor, dan waktu yang diberikan.
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, khususnya siswa yang
mengikuti simulasi.
2. Melakukan simulasi
a. Simulasi dimulai dengan eksekusi oleh cast group.
b. Murid-murid lain mengikutinya dengan seksama.
c. Guru harus membantu pelaku yang mengalami kesulitan.yaitu Simulasi harus
berhenti di atas. Ini dirancang untuk merangsang siswa untuk berpikir tentang
memecahkan masalah simulasi.
3. Penutupan
a. Guru dan siswa berdiskusi tentang alur simulasi dan materi simulasi cerita. Guru
harus mendorong siswa untuk memberikan kritik dan umpan balik pada proses
pelaksanaan simulasi.
b. Guru merumuskan kesimpulan
Agar tahapan kegiatan simulasi sesuai dengan yang diharapkan, guru perlu
mengetahui sumber materi, seperti: Buku teks, surat kabar, majalah, radio, televisi, masalah
kehidupan sehari-hari di sekolah, buku khusus tentang simulasi dan alat simulasi seperti
gambar, foto, peta, model, model objek, alat imitasi, alat khusus topik tertentu, perangkat
keras, alat bantu audio-visual; Radio, video, tape, kaset, tape recorder dan lain-lain.

SIMPULAN
Simulasi dapat meningkatkan motivasi dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran dan
pembelajaran siswa, serta meningkatkan partisipasi siswa secara langsung dan aktif dalam
proses pembelajaran, meningkatkan keterampilan belajar kognitif siswa, termasuk
informasi fakta, konsep, prinsip dan keterampilan untuk menjadikan pembelajaran lebih
bermakna. pilihan oleh siswa. Peningkatan sikap dan persepsi afektif atau kekanak-kanakan
tentang masalah yang berkembang di masyarakat. Meningkatkan empati dan pemahaman
tentang perbedaan antara diri sendiri dan orang lain. Kasih sayang anak secara umum
meningkat, kepercayaan diri dan pendapat orang lain menjadi lebih efektif. Struktur kelas
dan pola interaksi kelas berkembang, hubungan guru-murid yang ramah, mempromosikan
kebebasan anak untuk mengeksplorasi ide, peran guru minimal, sementara otonomi anak
meningkat, meningkatkan pertukaran pandangan dari sudut pandang anak yang berbeda.

REFERENSI

Sucahyo, A., Budi, H.S., & Chamdani, M. (2015). Penerapan Model Kooperatif Tipe Make
a Match dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Tentang Kegiatan Ekonomi Dalam
Memanfaatkan Sumber Daya Alam. Jurnal Kalam Cendekia.
Kurniasari, E. F., Setyaningtyas., E. W. (2017). Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS)
dengan Teknik Gallery Walk. Journal of Education Research and Evaluation.
Damanhuri, Hakim. Z. R, & Pratiwi, M. U. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Inquiri
terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Pada Mata Pelajaran IPS. JPSD.
Iswantiningtyas, V. (2017). Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Anak. Jurnal Efektor.
Anggraini, F. L., Hanurawan, F., & Hadi, S., (2017). Membangun Keterampilan Sosial
Sebagai Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Ekstrakurikuler (Prosiding:
Universitas Negeri Malang).
Rohmah, R. S., Suhaedah, & Mulyani, S., (2017). Penerapan Model Cooperative Learning
Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial IPS Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Ke-SD-an.
Desy, A. (2003). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia Surabaya.
Echols & Shadily. (2007). Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Jakarta: Pustaka Amani.
Syaefudin, U., & Syamsuddin, A. (2005). Perencanaan Pendidikan Pendekatan
Komprehensif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sri Anitah, W. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ramayulis. (2012) Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, cet. VII, Jakarta:
Kalam Mulia.
Ahmadi, A. Prasetya,(2005) Strategi belajar mengajar. Bandung: CV Pustaka setia.
Anissatul, M. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Teras.

Anda mungkin juga menyukai