Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH LIVE MODEL, SYMBOLIC MODEL,

DAN VERBAL DESCRIPTION MODEL TERHADAP


PEMAHAMAN SISWA SMA TENTANG KONSEP SOSIOLOGI

Agus Suprijono

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya, Kampus Ketintang, Surabaya


E-mail: prijono01@yahoo.co.id

Abstract: The Influence Of Live Model, Symbolic Model, and Verbal Description Model On Senior
High School Students Understanding of Sociological Concepts. This study was aimed at investigating
how live, symbolic, and verbal description models relate to students understanding of sociological con-
cepts. Correlational research design, involving 43 students, was employed in the study. The results
show the highly significant influence of live, symbolic, and verbal description models on the students
understanding of sociological concepts (F= 39.891, p=0.001). Furher computation of each variable,
however, demonstrates that live model has stronger correlation to the students understanding of socio-
logical concepts than the other models (live model, r = 0.544, symbolic model, r = 0.375, verbal decrip-
tion model, r = 0.475).

Kata kunci: live model, symbolic model, description model, pemahaman konsep.

Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan
ilmu pengetahuan murni (pure science) bukan ilmu nyata di masyarakat. Mata pelajaran sosiologi se-
pengetahuan terapan (applied science). Sosiologi bagai rumpun IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pada
merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak. Artinya, tingkat pendidikan menengah atas diberikan sebagai
sosiologi beraksentuasi pada bentuk dan pola-pola mata pelajaran tersendiri (Depdiknas, 2006: 545).
peristiwa dalam masyarakat. Sosiologi adalah ilmu Seperti pembelajaran IPS pada umumnya pem-
yang menghasilkan pengertian dan pola-pola umum. belajaran sosiologi pun banyak mendapat kritik. Pen-
Sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu se- dekatan ekspositori yang banyak digunakan guru da-
bagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, sosiologi lam pembelajaran sosiologi di Sekolah Menengah
merupakan kumpulan pengetahuan tentang masya- Atas (SMA) dinilai masih kurang berhasil mewujud-
rakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis kan pembelajaran sosiologi yang bermakna. Artinya,
berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, konsep-konsep sosiologi yang disajikan secara sis-
sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan tematis belum sepenuhnya dipahami peserta didik.
realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan Materi sosiologi sebagai instrumen pengembangan
prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawab- kompetensi dibelajarkan secara artifisial. Materi pem-
kan secara ilmiah (Soekanto, 2007: 19-21). belajaran sosiologi tidak diasimilasikan dan diakomo-
Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk mem- dasikan ke dalam kehidupan sosial di sekitar peserta
berikan kompetensi kepada peserta didik dalam me- didik. Peserta didik cenderung hanya menghafal kon-
mahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, sep-konsep dalam materi yang sedang mereka pela-
kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, peru- jari. Banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat
bahan sosial, dan konflik sampai pada terciptanya hafalan yang baik terhadap konsep-konsep sosiologi
integrasi sosial. Pembelajaran sosiologi bertujuan yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka
mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena tidak memahaminya. Sebagian besar dari peserta
kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran mencakup didik tidak mampu menghubungkan antara konsep
konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan tek- yang dipelajarinya dengan bagaimana konsep tersebut
nik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dimanfaatkan dalam kehidupan sosial di sekitarnya.

135
136 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 16, Nomor 3, Oktober 2009, hlm. 135-142

Objek sosiologi adalah masyarakat. Dalam landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori
konteks pembelajaran berarti materi sosiologi yang psikologi pendidikan dan belajar, yang dirancang
dipelajari peserta didik merupakan materi-materi yang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada im-
inherent dengan kehidupan peserta didik sebagai plementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat
makhluk sosial. Peserta didik dapat memahami kon- operasional di depan kelas. Model pembelajaran da-
sep-konsep sosiologi yang abstrak melalui refleksi pat diartikan pula sebagai rencana atau pola yang
diri atas kehidupan sosial yang dialaminya. Pende- digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur
katan konstruktivistik sosial merupakan salah satu materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada
pendekatan pembelajaran yang dapat dikembangkan pengajar di kelas dalam latar pengajaran atau latar
untuk pembelajaran seperti itu. Asumsi penting dari lainnya. Model adalah kerangka konseptual yang
pendekatan konstruktivistik sosial adalah situated melukiskan prosedur sistematis dalam mengorgani-
cognition. Istilah itu mengacu pada ide atau pemi- sasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
kiran selalu ditempatkan atau disituasikan dalam belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
konteks sosial dan fisik, bukan dalam pikiran sese- para perancang pembelajaran dan para pengajar da-
orang. Situated cognition menyatakan bahwa konsep lam merencanakan aktivitas belajar-mengajar (Eggen,
dilekatkan dan dihubungkan dengan konteks dimana 1993: 243). Model adalah apa saja yang menyam-
pengetahuan tersebut dikembangkan (Santrock, 2007: paikan informasi, seperti orang, film, televisi, pa-
391). Kontekstualitas juga penting dalam mengem- meran, gambar, atau instruksi.
bangkan budi pekerti (Parji, 2008). Modelling berarti mendemonstrasikan sebuah
Pendekatan konstruktivistik sosial menekankan prosedur kepada peserta didik. Modelling mengi-
pada penciptaan situasi pembelajaran yang semirip kuti urut-urutan guru mendemonstrasikan perilaku
mungkin dengan situasi dunia riil. Pembelajaran yang dimaksud dengan melakukannya dan mengait-
konstruktivistik sosial beraksentuasi pada penciptaan kan perilaku itu dengan keterampilan atau perilaku-
pengalaman belajar bagi peserta didik agar mampu perilaku lain yang sudah dimiliki peserta didik. Se-
mengartikulasikan konsep abstrak dari materi sosio- telah itu peserta didik mengingat langkah-langkah
logi yang dipelajarinya ke dalam konteks realitas yang dilihatnya dan kemudian menirukannya (Ausu-
sosial yang nyata. Beberapa model pembelajaran bel, 1968: 78).
berbasis konstruktivistik sosial telah dikembangkan, Modelling adalah suatu bentuk belajar yang
salah satunya adalah pembelajaran langsung atau dapat diterangkan secara tepat oleh classical condi-
direct instruction. tioning maupun operant conditioning. Dalam mod-
Pembelajaran langsung dikenal dengan sebutan elling seorang individu belajar dengan menyaksikan
active teaching atau whole-class teaching. Pembe- tingkah laku orang lain atau model. Banyak tingkah
lajaran ini mengacu pada gaya mengajar di mana laku manusia yang dipelajari melalui modelling
guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran atau imitasi dan hal ini kadang-kadang disebut be-
kepada peserta didiknya dengan mengajarkannya se-
lajar dengan pengajaran langsung. Modelling dapat
cara langsung kepada seluruh kelas (Muijs & Rey-
terjadi tanpa reinforcement langsung dan belajar digu-
nolds, 2008: 41). Pembelajaran langsung dirancang
nakan untuk mengajar keterampilan akademik dan
khusus untuk menunjang proses belajar peserta
motorik. Hal ini terutama berguna ketika operant
didik yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan conditioning kurang efisien bahkan berbahaya (Dji-
baik yang dapat diajarkan dengan pola yang berta- wandono, 2006: 139-140).
hap, selangkah demi selangkah (Arends, 2008: 295). Dalam kaitannya dengan pembelajaran, ada tiga
Salah satu prosedur yang berguna untuk diikuti model yaitu live model, symbolic model, dan verbal
dalam pembelajaran langsung adalah modelling. description model. Live model ialah model yang ber-
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau asal dari kehidupan nyata, misal perilaku orang tua
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam di rumah, perilaku guru, teman sebaya, atau perila-
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembela- ku yang dilihat sehari-hari di lingkungan. Symbolic
jaran dalam tutorial dan untuk menentukan perang- model ialah model-model yang berasal dari sesuatu
kat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya perumpamaan, misal cerita dalam buku, radio, tele-
buku-buku, film, komputer, dan lain-lain (Joyce, 1992: visi, film, atau dari berbagai peristiwa lainnya. Ver-
4). Model adalah bentuk reprensentasi akurat, se- bal description model ialah model yang dinyatakan
bagai proses aktual yang memungkinkan seseorang dalam suatu uraian verbal atau kata-kata, misal pe-
atau sekelompok orang mencoba bertindak berda- tunjuk atau arahan untuk melakukan sesuatu (Surya,
sarkan model itu. Model pembelajaran merupakan 2004: 45).
Suprijono, Pengaruh Live Model, Symbolic Model, dan Verbal Description Model terhadap Pemahaman Siswa SMA 137

Penelitian ini dilakukan secara khusus untuk Berdasarkan kenyataan populasi itu maka tek-
menguji hipotesis, yaitu (1) ada pengaruh yang sig- nik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
nifikan secara bersama-sama live model, symbolic adalah cluster stratified proportional sampling. Un-
model, dan verbal description model terhadap pe- tuk menghindari subjektifitas dan memberi peluang
mahaman konsep sosiologi, (2) ada pengaruh yang yang sama terhadap varian-varian yang ada dalam
signifikan secara parsial live model terhadap pema- populasi agar menjadi sampel maka teknik random
haman konsep sosiologi, ada pengaruh yang signifi- sampling juga dipakai dalam penelitian ini.
kan secara parsial symbolic model terhadap pemaham- Jumlah sampel adalah 43 orang dari total po-
an konsep sosiologi, dan ada pengaruh yang signifi- pulasi berjumlah 85 orang. Dari jumlah tersebut 8
kan secara parsial verbal description model terhadap orang mewakili prestasi belajar tinggi dari kelom-
pemahaman konsep sosiologi. pok peserta didik laki-laki dan 10 orang mewakili
prestasi belajar rendah dari kelompok laki-laki. Pe-
METODE serta didik perempuan yang menjadi sampel dan me-
wakili kelompok prestasi tinggi berjumlah 12 orang
Rancangan penelitian yang digunakan dalam dan prestasi rendah berjumlah 13 orang. Dengan
penelitian ini adalah rancangan korelasional. Ran- demikian dari keseluruhan jumlah populasi 43 orang
cangan ini digunakan untuk meneliti hubungan di antaranya telah menjadi sampel. Sampel yang di-
antara variabel-variabel live model, symbolic model, pilih dengan teknik sampling tersebut di atas dise-
verbal description model dan pemahaman konsep. but sebagai kelas eksperimen. Sementara sisanya
Keseluruhan unit analisis penelitian ini adalah yaitu 42 orang dengan teknik sampling yang sama
seluruh peserta kelas X SMA Al-Khatibiyah Mo- dijadikan sampel dan dikelompokkan sebagai kelas
dung Bangkalan. Jumlah peserta didik kelas X pada kontrol.
tahun pelajaran 2008/2009 semester genap adalah Proses pengumpulan data dilakukan melalui
85 orang. Jumlah tersebut terbagi menjadi dua (2) beberapa tahap. Tahap pertama, data dikumpulkan
kelas yaitu kelas A dan kelas B. Dari jumlah itu pe-
setelah kelas eksperimen memperoleh perlakuan
serta didik berjenis kelamin laki-laki 35 orang, per-
pembelajaran sosiologi dengan live model. Dalam
empuan berjumlah 50 orang.
pelaksanaan eksperimen live model dikembangkan
Dilihat dari prestasi hasil ujian akhir semester
melalui metode survey. Tahap kedua, data dikum-
ganjil 2008/2009 mata pelajaran sosiologi menun-
pulkan sesudah kelas eksperimen mendapat perla-
jukkan bahwa nilai rerata kelas adalah 65. Jumlah
kuan pembelajaran sosiologi dengan symbolic model.
peserta didik yang memperoleh di atas atau sama
Eksperimen pembelajaran symbolic model dikem-
dengan 65 kurang lebih 32,7% dan di bawah 65 se-
bangkan melalui pembelajaran bermedia. Media yang
banyak 67,3%. Peserta didik laki-laki yang menda-
dipergunakan adalah media film. Tahap ketiga, data
pat nilai di atas atau sama dengan 65 kurang lebih
dikumpulkan setelah kelas eksperimen memper-
15 orang atau 42,85% dan kurang dari 65 adalah 20
orang atau 57,15%. Peserta didik perempuan yang oleh perlakuan pembelajaran sosiologi dengan ver-
memperoleh nilai di atas atau sama dengan 65 bal description model. Eksperimen pembelajaran
sebanyak 25 orang atau 50% dan kurang dari 65 verbal description model dikembangkan melalui me-
adalah 25 orang atau 50%. tode projek. Tahap keempat, data dikumpulkan dari
Populasi dalam penelitian ini menunjukkan fe- hasil tes prestasi belajar sebagai instrumen untuk
nomena kluster, stratified, dan proporsional. Feno- mengukur pemahaman peserta didik mengenai kon-
mena kluster adalah peserta SMA Al-Khatibiyah sep-konsep sosiologi yang dipelajarinya.
terdiri dari kelompok peserta didik berjenis kelamin Teknik analisis data yang digunakan dalam
laki-laki dan perempuan. Fenomena stratified tam- penelitian ini adalah teknik statistik regresi ganda
pak pada sebaran prestasi yang berbeda berdasar- (multiple regression analysis). Pengujian statistik
kan batas rerata kelas. Prestasi tinggi dicapai oleh dengan teknik tersebut sah apabila telah dilakukan
peserta didik yang memperoleh nilai di atas atau rangkaian uji asumsi, yang berupa uji normalitas
sama dengan 65. Prestasi rendah dicapai oleh peserta sebaran variabel tergantung, uji multikolonieritas
didik yang mendapat nilai di bawah 65. Fenomena dan independent error (Nugroho, 2005: 58). Selu-
proporsional nampak pada proporsi yang berbeda ruh proses uji asumsi dan uji hipotesis dilakukan de-
antara prestasi belajar tinggi dan rendah baik yang ngan menggunakan bantuan perangkat lunas SPSS
diperoleh oleh peserta didik berjenis kelamin laki- versi 12.0.
laki maupun perempuan.
138 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 16, Nomor 3, Oktober 2009, hlm. 135-142

HASIL DAN PEMBAHASAN bal description model terhadap pemahaman konsep


sosiologi. Berdasarkan uji simultan dengan F-test
Hasil menunjukkan bawah F hitung adalah 39,891. Dengan
Uji normalitas dilakukan dengan uji statistik derajat kebebasan 3 dan 39 diketahui F tabel adalah
diskriptif dengan melihat nilai skewness. Nilai ini 2.84. Hal ini berarti F hitung lebih besar dari F tabel.
digunakan untuk mengetahui distribusi normal data Dapat dikatakan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak.
dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva. Hasil tersebut juga diperkuat dengan nilai p-value
Nilai skewness yang baik adalah mendekati angka pada kolom signifikansi 0.000 < 0.05. Artinya, va-
0. Variabel live model memiliki nilai kecondongan riabel livel model, symbolic model, verbal descrip-
(skewness) -0,301, symbolic model -0,326, dan verbal tion model secara bersama-sama berpengaruh sig-
description model mempunyai nilai skewness -0,283. nifikan terhadap pemahaman konsep.
Semua variabel memiliki skewness mendekati ang- Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
ka 0 sehingga data masing-masing variabel me- variabel independen menjelaskan variabel dependen
miliki kecenderungan terdistribusi secara normal. maka digunakan koefisien determinasi (R2). Dalam
Uji multikolonieritas diperlukan untuk menge- output SPSS hasil tersebut dapat dilihat pada tabel
tahui ada tidaknya variabel independen yang me- Model Summary.
miliki kemiripan dengan variabel independen lain Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi
dalam satu model. Kemiripan antar variabel indepen- dapat diketahui bahwa sumbangan efektivitas dari
den dalam suatu model akan menyebabkan terjadi- ketiga prediktor kuat yakni sebesar 75,4% untuk
nya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel sampel (R2 = 0,754) dan 73,5% untuk generalisasi
dengan variabel independen yang lain. Selain itu ke populasi (Adjusted R2 = 0,735).
deteksi terhadap multikolonieritas juga bertujuan Pengujian hipotesis 2 menggunakan uji parsi-
untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengam- al T-Test. Tujuan dari uji ini adalah mengetahui be-
bilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji par- sarnya pengaruh masing-masing variabel indepen-
sial masing-masing variabel independen terhadap den secara individual (parsial) terhadap variabel de-
variabel dependen. Uji multikolonieritas dilakukan penden.
dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan hasil uji parsial dapat diketahui
Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance variabel live model memiliki p-value 0,000 < 0,05.
tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan Artinya, live model secara parsial berpengaruh ter-
terbebas dari multikolonieritas. Berdasarkan hasil uji hadap pemahaman konsep sosiologi. Besar kemam-
diperoleh skor VIF live model sebesar 1,910 dengan puan live model menjelaskan pemahaman konsep
nilai tolerance 0,524 VIF symbolic model 1,349 sosiologi adalah 54,4%. Variabel symbolic model
dengan nilai tolerance 0,741 dan VIF verbal des- mempunyai p-value 0,016 < 0,05. Artinya, symbolic
cription model 0,1763 dengan nilai tolerance 0,567. model secara parsial berpengaruh terhadap pema-
Berdasarkan kaidah pengujian multikolonieritas haman konsep sosiologi. Kemampuan variabel ter-
dapat dikatakan bahwa ketiga model terbebas dari sebut menjelaskan pemahaman konsep sosiologi
multikolonieritas. sebesar 37,5%. Variabel verbal description model
Uji independent error dilakukan dengan meli- memiliki p-value 0,002 < 0,05. Artinya, verbal de-
hat skor uji Durbin-Watson. Apabila diperoleh skor scription model secara parsial berpengaruh terha-
tidak kurang dari 1 dan mendekati atau sekitar dap pemahaman konsep sosiologi. Besar kemam-
angka 2 maka dapat dipastikan bahwa uji asumsi puan variabel itu menjelaskan pemahaman konsep
ini dipenuhi. Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson sosiologi adalah 47,5%.
diperoleh angka 2,207. Hal ini berarti asumsi inde-
pendent error telah terpenuhi. Pembahasan
Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan meng- Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bah-
gunakan teknik analisis uji simultan F-Test. Uji si- wa ketiga prediktor dalam penelitian ini, yaitu live
multan dengan F-Test ini bertujuan untuk menge- model, symbolic model, dan verbal description mo-
tahui pengaruh bersama-sama variabel independen del bersama-sama berpengaruh secara signifikan ter-
terhadap variabel dependen. Hasil F-Test pada out- hadap pemahaman konsep sosiologi. Besar pengaruh
put SPSS dapat dilihat pada tabel Anova. ketiga variabel independen tersebut terhadap varia-
Jawaban hasil uji hipotesis 1 dapat dirumuskan bel dependen cukup besar yaitu 0,754 atau 75,4 %.
sebagai berikut: Ada pengaruh yang signifikan seca- Hal ini berarti, pemahaman konsep-konsep sosio-
ra bersama-sama live model, symbolic model, ver- logi yang abstrak dapat dicapai melalui pembela-
Suprijono, Pengaruh Live Model, Symbolic Model, dan Verbal Description Model terhadap Pemahaman Siswa SMA 139

jaran live model, symbolic model, dan verbal descrip- bahan atau pergantian skemata melainkan mengem-
tion model. Peran penting model-model pembela- bangkan skemata. Akomodasi adalah proses berpikir
jaran tersebut adalah mengembangkan belajar kon- menyesuaikan skemata dengan konsep yang baru.
sep sebagai proses dinamis dan konstruktif. Peran Dalam keadaan seperti ini peserta didik memben-
penting live model, symbolic model, dan verbal des- tuk skemata baru yang cocok dengan rangsangan
cription adalah mengembangkan belajar konsep se- yang baru. Boleh jadi, peserta didik memodifikasi
bagai pembelajaran operatif, bukan figuratif. Dengan skemata yang ada sehingga sesuai dengan rang-
model-model pembelajaran tersebut konsep-konsep sangan itu. Pada tahap asimilasi ini proses perubahan
sosiologi yang abstrak dipahami peserta didik dengan konsep (conceptual change process). Proses asimi-
cara mengkonstruksi struktur pengetahuan dari ma- lasi dan akomodasi perlu untuk perkembangan kog-
teri-materi sosiologi yang dipelajarinya. Merujuk nitif peserta didik. Dalam perkembangan intelek
pemikiran konstruktivistik kognitif Peaget model- peserta didik diperlukan keseimbangan antara asi-
model pembelajaran itu merupakan dasar tindakan milasi dan akomodasi. Proses inilah yang dinama-
belajar peserta didik dalam mengkonstruksi penge- kan equilibirium. Equilibirium adalah proses dari
tahuan secara fisis, matematis logis, dan sosial. disequlibirium ke equilibirium. Proses tersebut ber-
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan tentang jalan terus dalam diri peserta didik melalui asimi-
sifat-sifat dari suatu objek atau kejadian. Peserta didik lasi dan akomodasi. Equilibirium membuat peserta
memperoleh pengetahuan fisis tentang suatu objek didik dapat mengintegrasikan pengalaman luar de-
dengan mengerjakan atau bertindak terhadap objek ngan struktur kognitif yang dimilikinya (Suparno,
itu melalui inderanya. Pengetahuan fisis ini didapat 1997: 32).
dari abstraksi langsung terhadap suatu objek. Pengeta- Jika merujuk pada pemikiran Bruner maka live
huan matematis-logis adalah pengetahuan yang di- model, symbolic model dan verbal description mo-
bentuk dengan berpikir tentang pengalaman dengan del dapat dikatakan sebagai katalisator belajar mema-
suatu objek atau kejadian tertentu. Pengetahuan ini hami konsep sosiologi yang abstrak. Arti penting
didapatkan peserta didik dari abstraksi berdasarkan yang diberikan oleh model-model tersebut adalah
koordinasi, relasi maupun penggunaan objek. Penge- konsep-konsep sosiologi bisa dipahami peserta di-
tahuan sosial adalah pengetahuan yang diperoleh dari dik melalui tahap-tahap penerimaan informasi, trans-
kelompok sosial dan budaya yang secara bersama formasi, dan evaluasi (Syah, 2003: 110). Dalam tahap
menyetujui sesuatu. Pengetahuan sosial tidak dapat informasi, peserta didik yang sedang belajar sosio-
dibentuk dari suatu tindakan peserta didik terhadap logi memperoleh sejumlah keterangan mengenai
suatu objek, tetapi dibentuk dari interaksi peserta materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi
didik dengan orang (Suparno, 2001: 119). yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan
Proses belajar yang dialami peserta didik untuk berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah,
mencapai pemahaman konsep melalui live model, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang
symbolic model, dan verbal description model me- sebelumnya telah dimiliki. Pada tahap transformasi,
nurut Peaget terjadi dalam dialektika berpikir atau informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah,
adaptasi intelektual. Proses pemahaman konsep di- atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak
awali dengan adanya skemata, selanjutnya asimilasi, atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat
akomodasi .dan equlibirasi. Skemata merupakan struk- dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi pe-
tur kognitif atau mental yang dengan hal tersebut serta didik pemula, tahap ini akan berlangsung sulit
peserta didik secara intelektual beradaptasi dan meng- apabila tidak disertai dengan bimbingan guru yang
koordinasi lingkungan sekitarnya. Skemata beradap- diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi
tasi dan berubah selama perkembangan mental pe- kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran
serta didik. Skemata bukanlah benda nyata yang dapat materi pembelajaran sosiologi. Dalam tahap eva-
dilihat melainkan suatu rangkaian proses dalam sis- luasi, peserta didik menilai sendiri atau melakukan
tem kesadaran orang. Skemata adalah hasil kesim- refleksi terhadap informasi yang telah ditransfor-
pulan atau bentukan mental, dan konstruksi hipote- masikan dapat dimanfaatkan untuk memahami ge-
sis. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengan jala atau memecahkan masalah yang dihadapi.
hal tersebut peserta didik mengintegrasikan konsep Demikian pula jika peran penting live model,
baru ke dalam pola yang sudah ada dalam pikirannya. symbolic model dan verbal description model ter-
Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kog- hadap pemahaman konsep sosiologi dikaitkan dengan
nitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan pemikiran Wittig. Merujuk pada pemikiran pakar
kejadian atau rangsangan yang baru dalam skemata tersebut pemahaman konsep sosiologi dicapai me-
yang telah ada. Asimilasi tidak menyebabkan peru- lalui acquisition, storage, dan retrieval. Pada ting-
140 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 16, Nomor 3, Oktober 2009, hlm. 135-142

katan acquisition peserta didik mulai menerima in- meningkat jika guru memberikan demonstrasi atau
formasi sebagai stimulus dan melakukan respon contoh yang hidup dan jelas.
terhadapnya sehingga menimbulkan pemahaman Tahap reproduksi merupakan tahap konstruksi
dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimi- citra. Segala konsep sosiologi atau kode-kode sim-
lasi antara pemahaman konsep dengan perilaku baru bolis yang berisi informasi pengetahuan dan perila-
dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition ku yang telah tersimpan dalam memori para peserta
dalam belajar merupakan tahapan yang paling men- didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentfi-
dasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengaki- kasi pemahaman peserta didik mengenai konsep-
batkan kegagalan pada tahap selanjutnya. Pada ting- konsep sosiologi yang mereka pelajari guru dapat
katan storage peserta didik secara otomatis menga- menyuruh peserta didik membuat atau melakukan
lami proses penyimpanan pemahaman konsep dan hal-hal yang telah mereka serap.
perilaku baru yang diperolehnya ketia menjalani Tahap motivasi merupakan tahap penerimaan
proses acquisition. Peristiwa ini sudah tentu melibat- dorongan yang dapat berfungsi sebagai penguatan
kan fungsi short term dan long term memori. Pada bersemayamnya segala konsep dalam memori para
tingkatan retrieval peserta didik akan mengaktifkan peserta didik. Pada tahap ini guru dapat memberi pu-
kembali fungsi-fungsi sistem memorinya. Proses jian, hadiah, atau nilai tertentu. Sementara kepada
retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa peserta didik yang belum menunjukkan kinerja me-
mental dalam mengungkapkan dan memproduksi muaskan perlu diyakinkan akan arti penting pema-
kembali hal-hal yang tersimpan dalam memori beru- haman konsep sosiologi yang disajikan bagi ke-
pa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku ter- hidupan mereka. Seiring dengan upaya ini ada baik-
tentu sebagai respon atas stimulus yang sedang di- nya ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang
hadapi (Mulyati, 2005: 61). yang tidak menguasai konsep sosiologi yang dipe-
Live model, symbolic model, dan verbal des- lajarinya.
cription model merupakan observation model dan Pada penelitian ini juga terbukti bahwa secara
parsial tiap-tiap variabel independen berpengaruh
cognitive model. Konsep sosiologi dapat dipahami
terhadap variabel dependen. Artinya, live model ber-
oleh peserta didik dalam belajarnya melalui kedua
pengaruh terhadap pemahaman konsep sosiologi;
hal tersebut. Jika merujuk pada pemikiran Bandura,
symbolic model berpengaruh terhadap pemahaman
maka konsep-konsep sosiologi yang dipelajari pe-
konsep sosiologi; dan verbal description model berpe-
serta didik melalui observational model dan cogni-
ngaruh terhadap pemahaman konsep. Uji parsial itu
tive model dipahami secara bertahap. Tahapannya
menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas
adalah atensi, retensi, reproduksi, dan motivasi.
memiliki fungsi berbeda dalam pencapaian taraf
Pada tahap atensi atau perhatian para peserta pemahaman konsep. Live model, symbolic model,
didik pada umumnya memusatkan perhatian pada ob- dan description model secara sendiri-sendiri ber-
jek materi atau perilaku model yang lebih menarik fungsi terhadap taraf perkembangan konsep yang
terutama karena keunikannya dibanding dengan ma- dipahami peserta didik. Taraf pemahaman konsep
teri atau perilaku lain yang sebelumnya telah dike- adalah taraf konkret, identitas, klasifikasi dan for-
tahui. Atensi pada model dipengaruhi oleh sejumlah mal (Suharnan, 2005: 146).
karakteristik. Untuk menarik perhatian peserta di- Fungsi penting live model dalam pemahaman
dik, guru dapat mengekspresikan suara dengan mi- konsep sosiologi adalah peserta didik dapat men-
mik tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku capai konsep pada taraf konkret. Peserta didik telah
tertentu. Pada umumnya peserta didik lebih mem- mencapai tingkat ini apabila peserta didik menge-
perhatikan model berstatus tinggi daripada model nal atau mempersepsi suatu objek yang telah dite-
berstatus rendah. Dalam kebanyakan kasus, guru mukan dalam live model dari materi sosiologi yang
adalah model berstatus tinggi di mata peserta didik. dipelajarinya. Langkah pertama dalam pencapaian
Pada tahap retensi atau penyimpanan informa- taraf ini peserta didik menghampiri, mengamati,
si ke dalam memori, informasi berupa materi dan dan mempresentasikan objek dalam live model yang
contoh perilaku model ditangkap, diproses, dan disim- dipresentasikan oleh guru secara internal. Semua
pan dalam memori. Untuk mereproduksi tindakan belajar dimulai dengan beberapa bentuk hubungan
model, peserta didik mengkodekan informasi (pem- personal dengan objek, peristiwa, atau situasi yang
bentukan konsep) dan menyimpannya dalam me- nyata. Mula-mula peserta didik menaruh perhatian
mori. Deskripsi verbal sederhana atau gambar yang kepada sejumlah objek melalui kontak langsung de-
menarik dan hidup dari apa yang dilakukan model ngan sensori organ tubuh, kemudaian suatu kesan
dapat membantu daya retensi peserta didik. Retensi dikumpulkan dan disimpan di dalam pikirannya.
Suprijono, Pengaruh Live Model, Symbolic Model, dan Verbal Description Model terhadap Pemahaman Siswa SMA 141

Pencapaian konsep pada taraf konkret mensyarat- Berdasarkan analisis hasil uji parsial tampak
kan kehadiran sifat-sifat atau ciri-ciri yang menon- bahwa masing-masing variabel independen memi-
jol dari suatu objek dan pembentukan memori ima- liki besaran pengaruh yang berbeda terhadap pema-
jinas iyang merepresentasikan keunikan objek itu. haman konsep sosiologi. Besaran pengaruh live
Dengan demikian pada taraf ini pembelajaran live model terhadap pemahaman konsep sosiologi adalah
model dalam rangka pemahaman konsep dicirikan 0,544 atau 54,4%, symbolic model 0,375 atau 37,5%,
adanya penghampiran, pembedaan, dan penginga- dan verbal description model 0,475 atau 47,5%.
tan yang terlibat dalam sensori motorik seperti juga Dilihat dari besaran pengaruh jika dibandingkan di
dalam persepsi visual terhadap suatu objek. antara ketiga variabel independen,maka tampak
Fungsi mendasar dari symbolic model pada pengaruh paling besar terhadap pemahaman konsep
pemahaman konsep sosiologi adalah peserta didik sosiologi adalah live model. Hal ini menunjukkan
mencapai pemahaman konsep pada taraf identitas. bahwa live model dalam pemahaman konsep meru-
Pada taraf ini suatu konsep dicapai ketika peserta pakan model yang paling mendasar. Kegagalan me-
didik mengenal suatu objek yang serupa dengan apa mahami konsep sosiologi melalui live model ber-
yang pernah ditemukan sebelumnya. Ketika peserta akibat kegagalan pencapaian pemahaman konsep
didik mampu menggeneralisasikan ciri-ciri khusus pada taraf yang lebih tinggi yaitu taraf formal.
objek dalam perspektif yang berbeda maka dapat Implikasi dari temuan ini adalah jika guru mem-
disimpulkan bahwa peserta didik telah mencapai belajarkan konsep-konsep sosiologi yang abstrak dan
konsep pada taraf identitas ini. Pembentukan konsep peserta didik mudah memahaminya, maka guru da-
pada taraf konkret hanya melibatkan pembedaan pat mengembangkan media pembelajaran sebagai
suatu objek dari yang lain, tetapi pada taraf identi- presentasi dari live model, symbolic model, dan ver-
tas melibatkan berbagai bentuk pembedaan objek bal description. Modus belajar dari model-model
yang sama dari objek-objek lain dan juga mengge- tersebut adalah belajar merupakan pengalaman lang-
neralisasikannya. sung dan pengalaman abstrak. Model-model itu
Fungsi yang dimainkan oleh verbal descrip- dalam media dipresentasikan dalam bentuk stimu-
tion model terhadap pemahaman konsep sosiologi lus gambar atau visual, stimulus kata atau verbal.
adalah peserta didik memahami konsep pada taraf Berdasarkan hasil penelitian Baugh (dalam
klasifikasi dan formal. Pemahaman konsep pada taraf Arsyad, 1997: 10) menunjukkan kurang lebih 90%
klasifikasi ditandai oleh kesanggupan peserta didik hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pan-
mengelompokkan sejumlah besar contoh meskipun dang dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera
belum diikuti oleh kemampuannya menggambar- dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya. Menurut
kan secara akurat alasan dasar dari klasifikasinya. Dale dalam sumber yang sama menunjukkan bah-
Perkembangan yang dicapai selanjutnya oleh pe- wa perolehan hasil belajar melalui indera pandang
serta didik dalam memahami konsep sosiologi me- berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%,
lalui verbal description model adalah pemahaman dan melalui indera lainnya sekitar 12%. Hasil pene-
konsep pada taraf formal. Konsep pada taraf formal litian ini memperkuat temuan penelitian yaitu live
telah dicapai apabila peserta didik dapat memberi model memiliki pengaruh yang lebih besar terha-
nama suatu konsep baik nama instrinsiknya maupun dap pemahaman peserta didik tentang konsep so-
pendefinisian atribut-atribut yang dapat diterima oleh siologi jika dibandingkan dengan symbolic model dan
masyarakat dan secara tepat dapat memberi contoh- verbal description model.
contoh mana objek yang memiliki atribut-atribut ter-
sebut dan mana yang tidak. Selain itu pemahaman
KESIMPULAN DAN SARAN
konsep pada taraf ini juga ditandai oleh kemam-
puan peserta didik menyatakann alasan yang men- Kesimpulan
jadi dasar dari pendefinisiannya. Jadi, aspek yang
menonjol dalam taraf formal pemahaman konsep Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
oleh peserta didik melalui verbal description model berikut. Ada pengaruh signifikan secara bersama-
adalah kesanggupannya menyebut satu persatu, sama live model, symbolic model, dan verbal des-
memberikan atribut definisinya dan membedakan cription model terhadap pemahaman konsep sosio-
di antara contoh-contoh konsep atas dasar ada atau logi peserta didik Sekolah Menengah Atas. Ada
tidaknya atribut-atribut definisi tersebut. Jika meru- pengaruh signifikan secara parsial live model, sym-
juk pada tipologi pembelajaran menurut Gagne, bolic model, dan verbal description model terhadap
pembelajaran verbal description model merupakan pemahaman konsep sosiologi peserta didik Sekolah
jenis pembelajaran description learning. Menengah Atas.
142 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 16, Nomor 3, Oktober 2009, hlm. 135-142

Saran an peserta didik, kemudian melalui benda atau ob-


jek tiruan, hingga kepada lambang verbal (abstrak).
Saran bagi guru-guru sosiologi adalah supaya
Perlu dicatat bahwa live model, symbolic model,
peserta didik memahami konsep-konsep sosiologi
yang abstrak dari taraf konkret hingga taraf formal, dan verbal description model bukanlah urut-urutan
guru sebaiknya mengembangkan oberservational proses pembelajaran. Dengan kata lain pemahaman
learning. Pembelajarannya observational learning konsep sosiologi pada taraf konkret sampai formal
dapat dikembangkan melalui live model, symbolic tidak harus selalu dimulai dari live model, kemu-
model, dan verbal description model. Melalui model- dian symbolic model, dan akhirnya verbal descrip-
model tersebut peserta didik selalu diberi stimulus tion model. Guru akan memulai dari mana hal ter-
pembelajaran berupa stimuli gambar atau visual, sebut tergantung pada jenis pengalaman yang paling
stimuli kata atau verbal. Berdasarkan stimulus-sti- sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelom-
mulus tersebut, peserta didik pembelajaran sosiolo- pok peserta didik yang dihadapi dengan memper-
gi haruslah memberi pengalaman langsung (konkret) timbangkan situasi belajarnya.
berupa kenyataan yang ada di lingkungan kehidup-

DAFTAR RUJUKAN

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Parji. 2008. Model Strategi Pembelajaran Budi Pekerti
Mengajar. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. dengan Pendekatan Konstruktivistik di Sekolah
Arsyad, A. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Gra- Menengah Pertama. Jurnal Ilmu Pendidikan, 15 (2):
findo Persada. 82-92.
Ausebell, D. 1968. Educational Psychology: A Cognitive Santrock, J.W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pre-
View. New York: Holt Rinenart and Winston. nada Media Group.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Soekanto, S. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Jakarta: Depdiknas. Rajawali.
Djiwandono, S.E.W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
Gramedia. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pen-
Eggen, P.D. 1993. Learning and Teaching. Massachussets: didikan. Yogjakarta: Kanisius.
Allyn and Bacon. Suparno. P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean
Joyce, B. 1992. Models of Teaching. Boston: Allyn & Bacon. Peaget. Yogjakarta: Kanisius.
Muijs, D. & Reynolds, D. 2008. Effective Teaching: Teori Surya, M. 2004. Psikologi Pembelajaran & Pengajaran.
dan Aplikasi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Bandung: Pustaka Bani Qurasy.
Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogjakarta: Andi Offset. Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Gran-
Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statis- findo Persada.
tik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai