Anda di halaman 1dari 13

JPSD Vol. 2 NO.

1, Maret 2016
ISSN 2301-671X

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH
DASAR
Riyan Rosal Yosma Oktapyanto
SDN Ciparay 01 Kabupaten Bandung
riyanryo@gmail.com

Abstrak. Model Pembelajaran Simulasi merupakan salah satu model yang baik diterapkan dalam
pembelajaran di sekolah dasar karena usia anak sekolah dasar masih masuk pada usia anak-
anak, sedangkan dunia anak-anak merupakan dunia bermain. Bermain suatu simulasi memberi
kesempatan bagi siswa yang terlibat untuk menjadi orang lain dan bukan menjadi dirinya sendiri
sehingga akan memperoleh gagasan-gagasan tentang orang lain. Keikutsertaan dan keaktifan
peserta didik dalam pembelajaran menjadi tujuan yang penting dalam model ini. Penerapan model
simulasi dimana anak berperan dan bermain seakan-akan memerankan seseorang atau sesuatu
dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan keterampilan social mereka, karena
berinteraksi dengan orang lain merupakan salah satu keterampilan sosial.

Kata kunci: Model pembelajaran simulasi, keterampilan sosial, anak sekolah dasar.

Abstract. The model simulation is one of the learning models applied in learning in elementary
school because of the age of elementary school children still get in on the age of the children, while
children's world is a world of play. Play a simulation gives the opportunity for the students
involved to be someone else and not being himself so it would obtain ideas about others.
Participation and the liveliness of the learners in the learning becomes an important objective in
this model. Application of simulation model where children play a role and playing as if the role of
someone or something in a study expected to increase their social skills, for interacting with others
is one of social skills.

Keywords: Model simulation learning, social skills, elementary school children.

96
[Type here]

A. Pendahuluan

Peserta didik memiliki beragam adanya model fisik dan model


potensi, karakter, dan kebutuhan dalam konseptual, bahkan ada pula yang
belajar. Pada proses pembelajaran guru disebut dengan model hipotetik
dihadapkan untuk memilih model (hypothetical model) (Wahab, 2007).
pembelajaran dari sekian banyak model Model pembelajaran dapat
yang telah ditemui oleh para ahli dikatakan sebagai suatu rencana atau
sebelum menyampaikan materi pola yang dapat digunakan untuk
pengajaran untuk mencapai tujuan membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran. pembelajaran jangka panjang),
Penggunaan model dalam merancang bahan-bahan pembelajaran,
mengajar bukanlah suatu hal yang baru. dan membimbing pembelajaran
Filosof Yunani misalnya menggunakan dikelas atau yang lain (Joyce dan
model yang ia kembangkan dalam Weil, 1980:1). Model pembelajaran
mengajar yang sekarang dikenal dapat dijadikan pola pikiran, artinya
dengan gaya mengajar Socrates para guru boleh memilih model
(Socratic Teaching style) dengan pembelajaran yang sesuai dan efisien
menekankan pada kegiatan bertanya, utntuk mencapai tujuan pendidikannya.
menjawab atau diskusi yang bermakna. Salah satu model yang dapat
Pada bidang-bidang lain seperti sains digunakan agar siswa dapat
dan teknik juga digunakan model- mengikuti pembelajaran dengan baik
model yang dapat menggambarkan dan dalam penerapannya pun lebih
secara rinci replika dari sesuatu benda efektif adalah dengan menggunakan
yang akan dibangun, misalnya model simulasi. Melalui model ini
bendungan, yang dalam kenyataan siswa diberi kesempatan untuk
sebenarnya akan di bangun menurut mengalami dan terlibat secara
spesifikasi-spesifikasi dari yang ada langsung menjadi dirinya sendiri
pada model. Oleh sebab itu dikenal maupun menjadi orang lain yang

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
97
[Type here]

kemudian dapat diimplementasikan untuk menjadi orang lain dan bukan


dalam kehidupan sehari-hari menjadi dirinya sendiri dan di dalam
(kontekstual). proses yang baik mungkin akan
Model pembelajaran simulasi memperoleh gagasan gagasan tentang
dapat digunakan sebagai metode orang lain. Salah satu tujuan
mengajar dengan asumsi tidak semua pembelajaran ini adalah keikutsertaan
proses pembelajaran dapat dilakukan dan keaktifan peserta didik dalam
secara langsung pada objek yang pembelajaran, sehingga guru harus
sebenarnya. Salah satu contoh simulasi lebih aktif dalam mencari model yang
adalah Gladiresik, yakni sesuai dengan pembelajaran, salah
memperagakan proses terjadinya suatu satunya yaitu dengan penerapan model
upacara tertentu sebagai latihan untuk simulasi.
upacara sebenarnya supaya tidak gagal Kajian pada artikel ini
dalam waktunya nanti. Demikian juga menggunakan pendekatan studi
untuk mengembangkan pemahaman literature (review) yang menunjang
dan penghayatan terhadap suatu perbaikan dalam pendidikan. kajian
peristiwa yang lebih banyak mengarah khusus dari artikel ini untuk
kepada psikomotor, maka penggunaan optimalisasi penerapan model
model pembelajaran simulasi akan pembelajaran simulasi untuk
sangat bermanfaat (Wahab, 2007). meningkatkan keterampilan sosial
Model simulasi adalah salah satu anak usia sekolah dasar.
model yang meminta siapa saja yang Simulasi berasal dari kata
terlibat dalam strategi tersebut untuk simulate yang artinya berpura-pura atau
menganggap dirinya sebagai orang berbuat seakan- akan. Sebagai metode
lain yang tujuannya adalah untuk mengajar, simulasi dapat diartikan cara
mempelajari bagaimana orang lain penyajian pengalaman belajar dengan
bertindak dan merasakan. Bermain menggunakan situasi tiruan untuk
suatu permainan yang memberi memahami tentang konsep, prinsip,
kesempatan bagi siswa yang terlibat atau keterampilan tertentu.

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
98
[Type here]

Model pembelajaran simulasi dikontrol, misalnya, dalam proses


merupakan model pembelajaran yang simulasi ini dilakukan dengan
membuat suatu peniruan terhadap menggunakan simulator.
sesuatu yang nyata, terhadap keadaan Jenis-Jenis model pembelajaran
sekelilingnya (state of affaris) atau simulasi menurut Ronald T. Hyman
proses. Model pembelajaran ini (Gilstrap dan Martin, 1975:87 dalam
dirancang untuk membantu siswa Abdul Azis Wahab, 2007) model
mengalami bermacam-macam proses simulasi terbagi kedalam 3 jenis, yaitu
dan kenyataan sosial dan untuk Bermain Peran (Role Playing), Dalam
menguji reaksi mereka, serta Kehidupan Masyarakat (Socio Drama)
untuk memperoleh konsep dan Bermain Simulasi (Simulation
keterampilan pembuatan keputusan. Games).
Model pembelajaran ini 1. Bermain Peran ( Role Playing)
diterapkan didalam dunia pendidikan Bermain peran (Wahab, 2007)
dengan tujuan mengaktifkan adalah berakting sesuai dengan peran
kemampuan yang dianalogikan yang telah ditemtukan terlibih dahulu
dengan proses sibernetika. Sebagai untuk tujuan-tujuan tertentu seperti
sebuah disiplin ilmu, sibernetik menghidupkan kembali suasana
digambarkan sebagai suatu studi historis misalnya mengungkapkan
mekanisme control manusia, dan kembali perjuanagan para pahlawan
system-sistem elektronik, seperti kemerdekaan, atau mengungkapkan
computer (Joice, 2009). Fokus utama kemungkinan keadaan yang akan
dalam teori ini adalah munculnya datang, misalnya saja keadaan yang
kesamaan antara mekanisme control kemungkinan dihadapi karena semakin
timbal balik dari sistem elektronik besarya jumlah penduduk, atau
dengan sistem-sistem manusia. menggambarkan keadaan imaginer
pendekatan simulasi dirancang agar yang dapat terjadi dimana dan kapan
mendekati kenyataan dimana gerakan saja. Melalui itu siswa “memasuki
yang dianggap kompleks sengaja diri” orang lain/individu lain dan

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
99
[Type here]

dengan perilaku seperti orang yang metode bermain peran, maka apa yang
diperankannya, siswa siswa akan terjadi dalam kegiatan menggunakan
memperoleh pengetahuan tentang strategi bermain peran dapat pula
orang dan motivasinya yang dikaitkan dengan penggunaan metode
menandai perilakuya. Peranan adalah sosiodrama.
merupakan serangkaian perasaan, Agar tidak keliru maka akan
kata-kata dan tindakan-tindakan diuraikan sedikit tentang
terpola dan unik yang telah “dramatization” atau dramatisasi.
merupakan kebiasaan seseorang Mengapa dikatakan demikian oleh
dalam berhubungan dengan orang karena walaupun keduanya
lain, termasuk berhubungan dengan mengandung kata drama namun
situasi dan benda-benda. keduanya berbeda sebab yang satu
2. Drama Kehidupan Masyarakat sifatnya terstruktur (dramatisasi)
(Socio Drama) sedangkan lainnya tidak (sosiodrama).
Strategi mengajar socio drama Dramatisasi disebut terstruktur karena
(Wahab, 2007) ialah sebuah cara untuk menggunakan metode tersebut
memerankan pemecahan masalah diperlukan naskah, panggung, latihan
secara kelompok yang memfokuskan serta penonton, sedangkan
pada masalah-masalah tentang sosiodrama lebih bersifat spontan
hubungan manusia. Masalah itu tanpa perlu naskah dan latihan.
mungkin mengenai siswa dalam Dramatisasi biasanya digunakan untuk
bekerja sama di sekolah, keluarga menunjukkan kejadian bersejarah,
atau masyarakat. Dengan demikian untuk menggambarkan suatu
sosiodrama memberi kesempatan kehidupan pada periode lain, atau
kepada siswa untuk mempelajari mendemonstrasikan beberapa masalah
alternatif-alternatif pemecahan kehidupan. Dalam melaksanakan
masalah yang dihadapi oleh dramatisasi pada umumnya siswa
kelompok. Oleh karena itu, selalu terlibat dalam kerja yang
sosiodrama sering dikaitkan dengan banyak dan menuntut kreativitas.

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
100
[Type here]

Misalnya merencanakan terhadap berbagi literatur


membuat kostum, melakukan menunjukkan bahwa walaupun strategi
pekerjaan seni seperti panggung dan tersebut telah lebih dari dua decade
kelengkapan lainnya, mempersiapkan pengembangan dan implementasinya,
program, mengirimkan undangan dan hanya sedikit yang diketahui tentang
melakukan seluruh persiapan bagi pengaruhnya terhadap pengembangan
undangan terhadap proyek tersebut. afektif dan kognitif siswa.
Hal itu menuntut siswa untuk Dalam pembelajarannya guru
melaukan persiapan, kerjasama, biasanya secara langsung
partisipasi, dan penilaian. menggunakan bermain simulasi sesuai
3. Simulasi dan bermain Simulasi dengan pengajaran yang ada atau
Strategi ini memungkinkan bagi menyesuaikannya dengan kebutuhan
peningkatan perhatian serta minat setempat, kemampuan dan minat
siswa karena sifatnya yang siswa, serta tujuan pengajaran.
menekankan pada bermain sambil Guru harus memahami betul
belajar. permainan secara keseluruhan
Dalam pelaksanaannya juga sebelum menggunakannya di kelas.
mengkombinasikan antara bermain Amat dianjurkan kepada guru/calon
peran dan pemecahan masalah. guru, untuk mencobakan permainan
Bermain simulasi (Wahab, 2007) tersebut dengan sesame guru/calon
adalah teknik mengajar dimana guru sebelum menggunakannya
siswa mengasumsikan peran khusus sebagai alat pengajaran. Setelah
sebagai pengambil keputusan, mengetahui berbagai hal tentang
bertindak seolah- olah mereka benar- bermain simulasi baik guru maupun
benar terlibat dalam suatu situasi dan siswa dapat menyiapkan sendiri
berkompetisi untuk tujuan- tujuan permainannya.
tertentu sesuai dengan aturan-aturan Keterampilan Sosial (Social
khusus. Skill) merupakan hal dasar yang harus
Namun demikian analisis dimiliki oleh setiap manusia.

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
101
[Type here]

Pembelajaran dan pembiasaan yang kita ingin bersenang-senang dan


menyangkut keterampilan sosial menginginkan orang lain seperti
(social skill) sangat dianjurkan untuk berada dekat dengan kita. Contohnya
diberikan pada peserta didik harus mengantri, berbagi, bersabar,
khususnya di tingkat SD. menghormati, mendengarkan,
“These are skills that you need berbicara positif tentang orang lain
when interacting with others. There dan bersikap ramah. (Pettry, 2006:6)
are certain ways we all must behave if Keterampilan sosial dapat
we want to have fun and to have memiliki pengaruh pada pengalaman
others like being around us. For sosial awal pada anak usia SD perilaku
example, we must take turns, share, sosialnya bersifat menetap, karena
be patient, be respectful, listen, talk pola perilaku yang dipelajari pada usia
positive about others and be friendly.. dini cenderung menetap, hal ini
(Pettry, 2006:6). mempengaruhi perilaku dalam situasi
Pettry (2006:6) memberikan social pada usia selanjutnya. (Hurlock,
pengertian bahwa keterampilan sosial 257: 1978)
adalah keterampilan yang kita Jadi dapat disimpulkan bahwa
butuhkan ketika berinteraksi dengan keterampilan sosial adalah sesuatu hal
orang lain. yang penting dimiliki manusia untuk
Ada cara-cara tertentu yang kita dapat berinteraksi dengan sesama
harus lakukan saat bersikap, ketika manusia maupun lingkungannya

B. Pembahasan

Model Pembelajaran Simulasi dasar masih masuk pada usia anak-

merupakan salah satu model yang anak karena dunia anak-anak

baik diterapkan dalam pembelajaran merupakan dunia bermain.

di sekolah dasar, usia anak sekolah Plummer (2008:1), mengatakan


bahwa Play is a natural childhood
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.
ISSN 2301-671X
102
[Type here]

activity and a child’s imagination is a meningkatkan keterampilan social


valuable inner resource which can be karena dengan simulasi melatih
used to foster creative thingking, berinteraksi dengan orang lain.
healty self-esteem and ability to Adapun tahap-tahap dalam
interact successfully with others. model pembelajaran simulasi
Maksud dari Plummer (2008:1), menurut Joyce dan Weil (1980)
adalah bahwa bermain adalah suatu adalah sebagai berikut:
hal yang alami dari aktivitas masa 1. Sintakmatik (Prosedur/ langkah -
anak-anak dan imajinasi anak-anak Langkah), diantaranya sebagai
adalah sumber nilai didalam dirinya berikut:
dimana dapat digunakan untuk Tahap I. Orientasi
meningkatkan kemampuan berpikir Tahap II. Latihan bagi peserta
kreatif, kepercayaan diri yang baik, Tahap III. Proses simulasi
dan kemampuan untuk berinteraksi Tahap IV. Pemantapan dan
yang baik dengan orang lain. debriefing
Model simulasi merupakan Joyce (1980: 442), menjelaskan
model dimana anak berperan dan model pembelajaran simulasi ini
bermain seakan-akan memerankan memiliki tahapan atau langkah-
seseorang atau sesuatu dalam langkah tersebut dapat disimpulkan
pembelajaran yang dapat sebagai berikut :

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
103
[Type here]

Tahap I. Orientasi Tahap II. Latihan bagi peserta


a. Menyediakan berbagai topik a. Membuat skenario yang berisi
simulasi dan konsep-konsep yang akan aturan, peranan, langkah, pencatatan,
diintegrasikan dalam proses simulasi. bentuk keputusan yang harus dibuat,
b. Menjelaskan prinsip Simulasi dan dan tujuan yang akan dicapai.
permainan. b. Menugaskan para pemeran dalam
c. Memberikan gambaran teknis secara simulasi
umum tentang proses simulasi. c. Mencoba secara singkat suatu
episode
Tahap III. Proses simulasi Tahap IV. Pemantapan dan
a. Melaksanakan aktivitas permainan debriefing
dan pengaturan kegiatan tersebut. a. Memberikan ringkasan mengenai
b. Memperoleh umpan balik dan kejadian dan persepsi yang timbul
evaluasi dari hasil pengamatan selama simulasi.
terhadap performan si pemeran. b. Memberikan ringkasan mengenai
c. Menjernihkan hal-hal yang kesulitan-kesulitan dan wawasan
miskonsepsional para peserta.
d. Melanjutkan permainan/simulasi c. Menganalisis proses
d. Membandingkan aktivitas simulasi
dengan dunia nyata.
e. Menghubungkan proses simulasi
dengan isi pelajaran.
f. Menilai dan merancang kembali
simulasi.
2. Penerapan Model Pembelajaran tersimulasi yang dirancang dalam
Simulasi bentuk permainan dari pada dalam
Guru memiliki peran fungsional bentuk penjelasan-penjelasan atau
yang cukup penting dalam model ceramah dari guru. Menurut Joyce
pembelajaran simulasi. dengan (2009:440) dalam hal ini ada empat
permainan dan isu yang lebih rumit, peran guru dalam model simulasi,
aktivitas guru menjadi sangat penting yaitu:
seandainya simulasi tersebut a. Menjelaskan
dilaksanakan dalam proses Penerapan pembelajaran berdasarkan
pembelajaran. simulasi, para pemain harus
Ahli psikologi bidang sibernetik memahami aturan-aturan yang cukup
mengemukakan bahwa simulasi memadai untuk bisa melaksanakan
pendidikan memudahkan siswa aktivitas- aktivitas simulasi. namun,
untuk mempelajari pengalaman yang bukanlah hal yang penting untuk

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
104
[Type here]

membuat siswa memiliki pemahaman menjadi penasihat yang sportif, bukan


penuh tentang simulasi pada waktu- seorang pendakwah atau seorang ahli
waktu awal. sebagaimana dalam suatu disiplin ilmu. Dalam simulasi,
kehidupan nyata, beberapa aturan siswa berpotensi melakukan
menjadi relevan hanya pada saat kesalahan dan menerima konsekuensi
aktivitas proses, dan bukan pada tahap dari segala hal yang dilakukannya,
awal. terutama siswa bisa belajar banyak hal
b. Mewasiti dari simulasi ini.
Guru harus memandang simulasi d. Mendiskusikan
sebagai keadaan yang menuntut Setelah melewati beberapa sesi,
partisipasi aktif siswa dan sebab diperlukan diskusi yang membahas
itulah, ada kebebasan untuk berubah, hal-hal berikut, seperti bagaimana
dan siswa diberikan lebih banyak eratnya kaitan simulasi tersebut
kesempatan untuk berbicara. Guru dengan dunia nyata, kesulitan dan
harus bertindak sebagai wasit yang pandangan apa yang dimiliki siswa,
melihat apakah peraturan benar-benar dan hubungan apa yang bisa
diikuti dan ditaati. namun guru, atau ditemukan antara simulasi dengan
siapa pun yang melakukan ini, materi yang dipelajari.
seharusnya tidak terlalu ikut campur Model pembelajaran simulasi
dalam aktivitas permainan. bermanfaat untuk :
c. Melatih 1) Melatih keterampilan tertentu
Guru harus betindak sebagai baik bersifat profesional maupun
pelatih ketika dibutuhkan, bagi kehidupan sehari- hari
memberikan nasihat pada pemain khususnya keterampilan sosial
untuk memudahkan mereka dalam 2) Memperoleh pemahaman tentang
bermain dengan lebih baik, yakni suatu konsep atau prinsip
untuk memaksimalkan kemungkinan- keterampilan sosial
kemungkinan simulasi secara penuh. 3) Melatih memecahkan masalah
Sebagai seorang pelatih, guru haruslah sosial

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
105
[Type here]

4) Meningkatkan keaktifan belajar untuk memainkan peranan sesuai


5) Memberikan motivasi belajar dengan topik yang disimulasikan.
kepada siswa 3) Simulasi dapat memupuk
6) Melatih siswa untuk mengadakan keberanian dan percaya diri siswa.
kerjasama dalam situasi kelompok 4) Memperkaya pengetahuan, sikap,
sebagai salah satu keterampilan dan keterampilan yang
sosial diperlukan dalam menghadapi
7) Menumbuhkan daya kreatif siswa berbagai situasi sosial yang
8) Melatih siswa untuk problematis.
mengembangkan sikap toleransi 5) Simulasi dapat meningkatkan
sebagai salah satu keterampilan gairah siswa dalam proses
sosial permbelajaran.
Sanjaya (2007), menyatakan Kelemahan model pembelajaran
bahwa terdapat beberapa kelebihan dan ini, di antaranya adalah:
kelemahan dengan menggunakan 1) Pengalaman yang diperoleh
simulasi sebagai metode mengajar. melalui simulasi tidak selalu
Kelebihan Model pembelajaran tepat dan sesuai dengan
ini di antaranya adalah: kenyataan di lapangan.
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai 2) Pengelolaan yang kurang baik,
bekal bagi siswa dalam sering simulasi dijadikan sebagai
menghadapi situasi yang alat hiburan, sehingga tujuan
sebenarnya kelak, baik dalam pembelajaran menjadi terabaikan.
kehidupan keluarga, masyarakat, 3) Faktor psikologis seperti rasa
maupun menghadapi dunia kerja. malu dan takut sering
2) Simulasi dapat mengembangkan memengaruhi siswa dalam
kreativitas siswa, karena melalui melakukan simulasi.
simulasi siswa diberi kesempatan

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
106
[Type here]

C. Simpulan

Model pembelajaran simulasi efektif digunakan jika guru


merupakan model pembelajaran yang menghendaki agar siswa menemukan
membuat suatu peniruan terhadap makna diri (jati diri) didalam dunia
sesuatu yang nyata, terhadap sosial dan memecahkan dilema atau
keadaan sekelilingnya (state of masalah dengan bantuan kelompok.
affaris) atau proses. Model Jenis model pembelajaran sosial
pembelajaran ini dirancang untuk misalnya melalui bermain peran dan
membantu siswa mengalami atau simulasi. Pada model simulasi,
bermacam-macam proses dan siswa belajar menggunakan konsep
kenyataan sosial dan untuk menguji peran, menyadari adanya peran-peran
reaksi mereka, serta untuk yang berbeda dan memikirkan perilaku
memperoleh konsep keterampilan dirinya dan perilaku orang lain sebagai
pembuatan keputusan khususnya bentuk keterampilan sosial.
dapat melatih keterampilan social
siswa tidak hanya dalam tataran
kognitif namun mengasah afektif dan
psikomotornya.
Kaitan Simulasi dengan kelompok
model pembelajaran, adalah simulasi
diarahkan pada model pembelajaran
sosial berupa simulasi sosial. Simulasi
sosial adalah simulasi yang
dimaksudkan mengajak peserta
melalui suatu pengalaman yang
berkaitan dengan persoalan-persoalan
sosial. Model simulasi dalam konteks
model pembelajaran sosial sangat

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
107
[Type here]

Daftar Pustaka

Hurlock .1978. Perkembangan Anak


Jilid 1 Edisi Keenam (Edisi
Bahasa Indonesia). Jakarta:
Penerbit Erlangga
Joyce, Bruce et al. 2009. Models Of
Teaching, Eighth Edition (Edisi
Bahasa Indonesia). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Pettry .2006. Building Social Skills
Through Activities. United States
of America: e-book dari
http://www.DannyPettry.Com
Sanjaya, Wina. 2007. Kurikulum
Pembelajaran. Bandung.
Wahab, Abdul Aziz. Metode dan
Model-Model Mengajar; Ilmu
Pengetahuan Sosial. Bandung:
Alfabeta
Plummer, Deborah M. 2008. Social
Skills Games for Children.
London & Philadelphia: Jessica.
Kingsles Publisher

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Riyan Rosal Yosma, O.


ISSN 2301-671X
108

Anda mungkin juga menyukai