MODUL 11
KONSEP DASAR IPS
Disusun Oleh :
ANISSA PUTRI RISKY Z. : 859541547
SANTRI WAHYU OKTARIA : 859546657
SINTA PUJA PUSPITA : 859545544
DOSEN :
USWATUN CHASANAH, M.Pd
A. LATAR BELAKANG
Mata kuliah Konsep Dasar IPS SD merupakan bidang studi yang bahannya bersumber
dari kehidupan manusia di masyarakat, yang aspek-aspeknya meliputi geografi, sosiologi,
antropologi, ekonomi, sejarah, politik, dan nilai-nilai. Pendidikan IPS berusaha membantu
peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya
semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih,1994). Salah
satu aspek yang dipelajari dalam mata kuliah Konsep Dasar IPS SD model pembelajaran
konsep dasar IPS dan model pembelajaran tersebut dikemas dengan kreatif, inovatif, dan
menyenangkan, agar dapat merangsang siswa untuk mengikuti pelajaran.
Metode pembelajaran menjadi salah satu komponen kurikulum yang mendapatkan
perhatian dan pengujian yang lebih. Salah satu metode untuk mengatasi kebosanan siswa
belajar di kelas karena pengajaran terlalu didominasi oleh pendekatan ekspositori (ceramah)
yang berpusat pada guru adalah metode inkuiri. Tujuan inkuiri sosial diharapkan dapat
membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah sosial sehingga mereka dapat
memperoleh kehidupan yang lebih baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud model pembelajaran?
2. Bagaimana model pembelajaran konsep dasar IPS?
3. Bagaimana implementasi model-model pembelajaran konsep dasar IPS?
4. Bagaimana cara memilih model belajar mengajar yang efektif?
5. Apa hakikat dan peranan model pembelajaran konsep dasar IPS?
C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah mengenal model pembelajaran, mempelajari
model pembelajaran konsep dasar IPS, implementasi model-model pembelajaran konsep
dasar IPS, pemilihan model belajar-mengajar yang efektif, dan mengetahui hakikat dan
peranan model pembelajaran konsep dasar IPS.
BAB I
Pengertian Konsep
Konsep ialah kumpulan fakta-fakta yang memiliki interelasi kuat satu sama lain
sehingga membentuk suatu pengertian yang bulat. Dalam rumusan yang sederhana
konsep ialah suatu bayangan pikiran atau tanggapan yang bulat tentang sesuatu.
Bayangan pikiran atau tanggapan mana terdiri dari serentetan gejala atau fakta untaian
uraian yang satu sama lain bertautan dan menciptakan suatu kebulatan pengertian
(Kosasih Djahiri 1978/1979;97).
Agar guru dapat mencapai tujuan dalam mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran konsep dasar IPS, perlu dilakukan langkah sebagai berikut :
a. Mencari unsur-unsur yang termasuk konsep tersebut dan kemudian
mengelompokkannya serta memilih konsep mana yang menjadi pilihan sebagai pokok
bahasan.
b. Menentukan dan merumuskan tujuan instruksional.
c. Memilih situasi dan media yang mendukung pelajaran tentang konsep tersebut serta
dapat memperlancar pencapaian tujuan instruksional tersebut.
d. Merencanakan dan mencari hal-hal yang diperkirakan membantu siswa dalam proses
pemahaman dan pemantaoan konsep.
e. Mencari dan menemukan cara penyajian dan pengembangan proses internalisasi
konsep secara lengkap.
4. Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
Agar pencapaian tujuan pengajaran IPS terlaksana dengan baik, diperlukan model
pembelajaran yang dianggap dan diperkirakan paling efektif dalam menyajikan materi
pengajaran IPS, khususnya di SD.
Ada beberapa alternatif model-model pembelajaran IPS, seperti
model Lecturing (ceramah yang disempurnakan), model pembelajaran konsep dasar IPS
keterampilan berpikir (thinking skills) yang terdiri dari dua, yaitu keterampilan berpikir
kritis (critical thinking skills) dan keterampilan berpikir kreatif (creative thinking skills).
Khusus untuk SD, tujuan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan
sehari-hari.
I. Model Lecturing (Ceramah) yang Disempurnakan
a. Pangkal tolak pikir dan permasalahannya
Lecturing pada hakikatnya memberikan pelajaran dengan ceramah, dimana guru
berada di muka kelas, memimpin, dan menentukan isi dan jalannya pelajaran serta
mentransfer (menuangkan) segala rencana pelajarannya (kebanyakan dengan lisan)
yang menurutnya baik atau perlu bagi siswanya.
Teknik ini paling banyak digunakan dalam rapat, menyampaikan pelajaran,
diskusi, dan bahkan dalam lokakarya. Para guru umumnya banyak menggunakan
teknik ini dikarenakan kebiasaan kiprah umum, kebiasaan yang membaku pada
dirinya, murah, mudah dan cepat serta tidak memerlukan fasilitas-fasilitas yang
banyak, ketidaktahuan akan cara teknik lainnya, dan faktor jumlah program dan
kurangnya waktu.
c. Kelebihan Lecturing
1. Dapat mentansfer ide dan memberikan analisis sejelas-jelasnya.
2. Dapat melihat dan menyesuaikan diri dengan keadaan dan siswanya.
3. Sangat tepat untuk menyampaikan informasi.
4. Tepat untuk keadaan dimana siswa berbanding guru tidak seimbang, dengan
disertai teknik dan variasi tambahan/pengayaan.
5. Dapat dengan segera mengetahui keadaan dan daya terima siswa, hasil
transaksi belajar melalui cara-cara tertentu.
6. Bila terjadi kekeliruan penyampaian atau bahan, dapat segera diperbaiki.
7. Dengan variasi visual dapat lebih menarik dan hidup.
8. Sangat mudah diksanakan, murah dan cepat.
d. Kekurangan Lecturing
1. Bersifat satu arah, sehingga lebih bersifat transferring (penuangan) ilmu.
2. Mono teknik dan mematikan kerja indra lain serta adanya penurunan daya
indra yang digunakan.
3. Penyamarataan daya mampu siswa, bahkan sering sama sekali tidak
diperhatikan oleh guru (guru sentris).
4. Bila persiapannya buruk, bahan tidak sistematis, konsep tidak diperhatikan,
dan cara pembawaannya jelek, maka pelaksaannya menjadi kacau,
menyulitkan siswa dan kehilangan arah.
5. Sering membosankan dan tidak menarik bagi siswa, sebab minat siswa
tidak/kurang diperhatikan.
6. Pada lembaga keguruan (IKIP,SPG atau lainnya) apa yang dikerjakan guru,
cenderung ditiru siswa sebagai model.
7. Hasil belajar kurang baik/kurang mantap.
Model Variasi B :
Lecturing sebagai pembukaan guru.
Simulasi (sosio drama), diskusi/kerja kelompok, tanya jawab, dll.
Lecturing penyimpulan atau penegasan konsep dari guru dan siswa dapat
diikutsertakan.
Model Variasi C :
Ulasan singkat/pembukaan uraian singkat.
Kerja kelompok/klasikal atau studi ke perpustakaan.
Role playing/ sosio drama/ simulasi eksperimentasi atau peragaan, dll.
Penelaahan/penilaian hasil di atas secara klasikal/kelompok.
Lecturing/uraian/pembahasan guru.
Dialog/Tanya jawab guru dan siswa dan pengambilan kesimpulan serta evaluasi.
Model Variasi D :
Model ceramah dibawakan oleh ahli yang bersangkutan, sehingga suasana pelajaran
sebagaimana keadaan dan gambar sebenarnya. Misalnya ceramah/pelajaran sejarah
tentang revolusi dibawakan oleh tokohnya yang diundang khusus atau melalui
rekaman video.
Model Variasi E :
Model yang lumrah dikenal dengan nama team teaching yang baik dan terencana.
Menurut Beyer strategi berpikir kritis yang cukup efektif untuk Proses Belajar
Mengajar (PBM), ialah Strategi innduktif yang bersifat direktif. Adapun langkah-
langkah yang harus dipersiapkan guru adalah :
1. Memperkenalkan keterampilan.
2. Siswa mencoba keterampilan sebaik mungkin.
3. Menggambarkan serta mengartikulasi apa yang terjadi dalam pikiran ketika
menerapkan keterampilan tersebut.
4. Menerapkan pengetahuan tentang keterampilan baru untuk diterapkan lagi.
5. Meninjau lagi apa yang terpikir ketika keterampilan tersebut diterapkan.
Menurut Beyer strategi berpikir kritis yang kedua adalah strategi direktif yang
artinya memberikan kesempatan pada siswa untuk menguasai dan memahami betul
komponen ketrampilan tersebut sejak permulaan. Strategi ini digunakan bila
ketrampilan siswa agak kompleks. Dalam strategi ini memerlukan bimbingan khusus.
Beyer merumuskan ada 5 langkah dalam penerapan strategi direktif, yaitu :
1. Memperkenalkan keterampilan berpikir kritis.
2. Menjelaskan prosedur dan aturan keterampilan.
3. Menunjukkan bagaimana keterampilan itu digunakan di kemudian hari.
4. Menerapkan keterampilan tersebut mengikuti langkah dan aturan yang jelas.
5. Menggambarkan tetang apa yang terjadi dalam pikiran siswa ketika keterampilan
itu diterapkan.
Dalam uraian sebelumnya telah dijelaskan mengenal model belajar yang berlaku
umum yang diperkirakan lebih cocok untuk berbagai tujuan. Dalam uraian tersebut,
istilah model belajar-mengajar digunakan dalam istilah yang berbeda, sementara itu
beberapa penulis seperti Borich juga Huoston dkk. menggunakan istilah Strategi Belajar-
Mengajar dalam pengertian yang sama untuk menggambarkan keseluruhan prosedur
yang sistematis untuk mencapai tujuan. Dalam uraian ini istilah Strategi Belajar-
Mengajar digunakan untuk menunjukkan siasat atas keseluruhan aktivitas yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan tujuan pendidikan, sedangkan istilah Model
Belajar-Mengajar menurut Joyce dan Weil (1986) digunakan untuk menunjukkan sosok
utuh konseptual dari aktivitas belajar-mengajar yang secara keilmuan dapat diterima dan
secara operasional dapat dilakukan. Karena itu dalam model selalu terdapat tujuan dan
asumsi sintakmatik, system sosial, system pendukung dan dampak instruksional dan
pengiring.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model belajar-mengajar itu
merupakan inti atau jantung dari strategi mengajar (Udin Saripudin, 1994;151).
Walaupun secara teoritik tersedia cukup banyak model belajar-mengajar yang dapat
dipakai oleh pengajar di dalam pelaksanaan pengajaran, mengajar seyogyanya memilih
model mana yang dianggap atau diperkirakan paling efektif.
Menurut Huoston, Clift, Freiberg, dan Wamer (1988) terdapat lima faktor yang
menentukan efektivitas mengajar para pengajar, yaitu :
1. Ekspektasi pengajar tentang kemampuan siswa yang akan dikembangkan.
2. Keterampilan pengajar dalam pengelola kelas.
3. Jumlah waktu yang digunakan oleh siswa untuk melakukan tugas-tugas belajar yang
bersifat akademik.
4. Kemampuan pengajar dalam mengambil keputusan pembelajaran.
5. Variasi metode mengajar yang dipakai oleh pengajar.
Yang termasuk ke dalam kelompok strategi yang diarahkan kepada pengajar antara
lain ceramah, tanya jawab, dan drill dan latihan, sedangkan yang termasuk kelompok
strategi yang terpusat kepada siswa antara lain belajar kelompok dan penyingkapan
terbimbing (guided discovery).
Sedangkan Borich (1988) mengelompokkan strategi belajar-mengajar menjadi dua
kelompok, yaitu Direct instruction strategies dan Indirect instruction strategies. Yang
menjadi dasar pengelompokan ini ialah jenis hasil belajar yang ingin dicapai. Dalam
kerangka ini, hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu
fakta,hokum, urutan tindakan dan konsep,pola,abstraksi.
Hasil belajar jenis pertama tercermin dari perilaku kognitif, efektif dan
psikomotorik taraf rendah. Sedangkan hasil belajar jenis kedua tercermin dalam perilaku
kognitif, efektif, psikomotorik taraf yang lebih tinggi.
Direct instruction strategies menurut Borich (1988;143) sangat cocok untuk
mengajarkan atau mencapai hasil belajar kategori pertama. Sedang untuk mencapai hasil
belajar jenis kedua diperlukan Indirect instruction strategies.
Model pembelajaran IPS ialah suatu desain pembelajaran inquiry, yaitu sebuah
metode mengajar yang berorientasi pada latihan meneliti dan mempertanyakan, istilah ini
sejajar dengan metode pemecahan masalah, berpikir reflektif atau “discovery”. Secara
umum, istilah “inquiry” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab suatu
masalah.
Rongers (1969), inkuiri merupakan suatu proses untuk mengajukan pertanyaan
dorongan semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Namun menurut Beyer (1971), inkuiri adalah lebih sekedar bertanya. Inkuiri adalah suatu
proses mempertanyakan makna atau arti tertentu yang menurut seseorang menampilkan
kemampan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat dipahami.
Wellton dan Mallan (1988), membandingkan istilah ”inquiry” dengan metode
pemecahan masalah (problem sorving) dan bahkan dengan hafalan atau memori sebagai
suatu perilaku proses. Biasanya, istilah inkuiri digunakan alam aktivitas penelitian,
khususnya pada proses melakukan investigasi. Inkuiri dibutuhkan dalam proses penelitian
sebagai metode untuk mengkaji fenomena. Inkuiri merupakan suatu pendekatan yang saat
ini digunakan oleh para pengembang kurikulum khususnya di sekolah-sekolah Australia
dan Amerika Serikat sebagai suatu pendekatan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Penggunaan pendekatan ini didasarkan atas beberapa pemikiran dari para ahli pendidikan
dan hasil-hasil penelitian yang menunjukan bahwa pendekatan ini memiliki keunggulan
terutama untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan pengetahuan. Sikap dan nilai
para peserta didik dibanding dengan pendekatan klasikal atau tradisional.
Menurut para ahli, pendekatan inkuiri adalah salah satu cara untuk mengatasi
masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih terpusat
kepada siswa (student-centred instruction) daripada kepaa guru (teacher-centred
instruction).
Salah satu komponen kurikulum yang lebih banyak mendapatkan perhatian dan
pengujian adalah metode pembelajaran. Sebagai dampaknya, banyak para ahli pendidikan
yang mendefisinikan metodenya sebagai dari proses pendidikan yang paling penting.
Salah satu metode untuk mengatasi kebosanan siswa belajar di kelas karena pengajaran
terlalu didominasi oleh pendekatan ekspositori (ceramah) yang berpusat pada guru adalah
metode inkuiri. Tujuan inkuirisosial menurut Bank (1990), adalah untuk membangun teori.
Tujuan social inkuiri pun diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memecahkan
masalah-masalah social sehingga mereka dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Tujuan utama inkuiri social adalah memberikan kontribusi untuk para pengambil
kebijakan dalam menghasilkan keputusan-keputusannya.
Banks mengemukakan langkah-langkah metode pembelajaran inkuiri untuk kelas
IPS sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah (Problem Formulation)
Sebelum seorang siswa melakukan penelitian tentang suatu masalah atau isu, terlebih
dahulu ia harus memiliki ide yang jelas atau masalah yang akan dipecahkan. Syarat
utama masalah yang harus di pecahkan adalah lengkap, tepat dan mudah diteliti.
2. Perumusan Hipotesis (Formulation of Hypotheses)
Setelah para siswa merumuskan masalah atau pertanyaaan yang tepat dan dapat
diteliti, selanjutnya ia berusaha merumuskan dugaan atau jawaban sementara untuk
mengarahkan proses penelitian. Pernyataan atau dalil sementara yang dirumuskan
oleh seorang peneliti untuk mengarahkan penelitian disebut hipotensi.
B. SARAN
Nursid Sumaatmadja, dkk. (2007). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anita Dewi Saputri, dkk (2011). Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS dan
Merancang serta Menerapkan Keterampilan Dasar IPS. Semarang.