Dosen pengampu : 1. Dr. H. Ahmad, S.Ag., S.Psi., M.Si.
2. Andi Halimah S.Psi., M.A.
Tugas Review Teori (Model Pembelajaran)
Harun Syamsul
200701552018
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERISTAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2023 REVIEW TEORI MODEL PEMBELAJARAN
A. Teori Model Pembelajaran Berbasis Pemrosesan Informasi
Model pemrosesan informasi ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpu- lkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual. Ilmu kognisi (cognitive science) merupakan kajian mengenai inteligensi manusia, program computer, dan teori abstrak dengan penekanan pada perilaku cerdas, seperti perhitungan (Simon&Kaplan, 1989). Teori pemrosesan informasi /kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Pembelajaran merupakan keluaran pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia. Selain itu memori jangka panjang manusia berisi gambaran- gambaran dari berbagai macam pengenalan pola yang menghasilkan beberapa teori, yaitu: 1. Teori Template Teori Template mengusulkan bahwa pola-pola tidak “diuraikan”semua. Template adalah suatu kesatuan yang holistic atau tidak dapat dianalisis yang kita bandingkan dengan pola lainnya dengan mengukur seberapa banyak kedua pola dapat dicocokkan atau saling melengkapi. Kelemahan dari teori template membuat teori tersebut kurang menjanjikan untuk dijadikan teori umum pengenalan pola biasanya akan cepat hilang. 2. Teori Ciri Teori Ciri (Feature Theory) memungkinkan untuk menggambarkan sebuah pola dengan membuat bagian-bagiannya. Teori Ciri tepat sekali untuk menggambarkan perceptual learning (pembelajaran perseptual) dan salah satu diskusi terbaik mengenai teori cirri terdapat Principle Of Preceptual Learning and Development dari Gibson (1969). Teori Gibson menyebutkan bahwa pembelajaran perceptual terjadi melalui penemuan ciri-ciri yang membedakan satu pola dengan pola lainnya. Meskipun kebanyakan teoritikus pengenalan pola menggunakan konsep ciri, namun sering kali untuk menemukan seperangkat ciri yang baik merupakan tugas yang menantang Gibson (1969) mengajukan kriteria berikut sebagai dasar dalam menyeleksi seperangkat ciri dari huruf besar, yaitu: a. Ciri haruslah merupakan cirri yang paling penting sehingga terlihat berbeda. b. Identitas dari ciri tersebut harus tidak berubah-ubah ketika terjadi perubahan kecepatan keterangan, ukuran, dan perspektif. c. Ciri tersebut harus menghasilkan pola yang unik untuk setiap huruf. d. Jumlah ciri yang diajukan haruslah sedikit. 3. Teori Struktural (structural theory) Suatu teori menentukan bagaimana ciri dari sebuah pola bergabung dengan ciri dari pola tersebut dan menekankan pada hubungan antar ciri menurut Clowes (1969). Teori Struktural memperluas teori ciri-ciri dengan mengkhususkan bagaimana ciri- ciri tersebut berhubungan. Sutherland (1968) adalah salah seorang yang pertama-tama ber-pendapat bahwa jika kita ingin memiliki kemampuan dalam pengenalan pola yang sangat mengesankan, maka kita membu- tuhkan jenis bahasa deskriptif yang lebih kuat yang terkandung dalam teori structural. Eksperimen bagian ini menunjukkan bahwa Sutherland benar. B. Teori Model Pembelajaran Personal Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya. Model ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya. Tujuan model pembelajaran personal adalah untuk meningkatkan kesehatan mental dan emosional anak-anak, dan keterlibatan anak-anak dalam menentukan/memilih apa yang ingin dipelajari dan bagaimana mempelajarinya, sehingga ada kesesuaian yang tinggi antara bahan belajar dengan kebutuhan anak, mengembangkan pemahaman diri ( self-consept),kreativitas, dan kemampuan anak dalam mengekspresikan diri dengan lebih baik. Model personal dan sosial dapat diterapkan untuk mencapai tujuan sosial dan akademis, akan tetapi masing-masing model memiliki kekuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Pembagian model pembelajaran personal yaitu: 1. Model Pengajaran Non-Direktif didasarkan kepada penelitian dari Carl Roger dan para penyokong lain dari kaunseling bukan-direktif. Rogers memperluaskan pandangan terapinya sebagai suatu model pembelajaran bagi pendidikan. Beliau percaya bahawa hubungan manusia yang positif akan memberikan kesempatan luas bagi sumber manusia untuk berkembang, dan oleh karenanya, instruksinya harus lebih didasarkan kepada konsep hubungan sumber manusia berbanding kepada konsep masalah subjek, proses berfikir, ataupun sumber-sumber intelektual lain. Hebatnya guru dalam pengajaran bukan-direktif adalah pada peranan guru tersebut sebagai fasilitator bagi pertumbuhan dan perkembangan pelajar. Didalam peranan ini, guru akan membantu pelajar untuk mencari idea-idea baru tentang kehidupannya, baik yang berkaitan dengan sekolah mahupun dalam kehidupannya sehari-harian. Model ini beranggapan bahawa pelajar perlu bertanggungjawab atas proses belajarnya dan kejayaannya sangat bergantung kepada keinginan pelajar dan pengajar untuk berkongsi idea secara terbuka dan berkomunikasi secara jujur dan terbuka dengan orang lain. 2. Model Pengajaran Synectics Istilah synectics diambil dari bahasa Yunani, yang merupakan gabungan kata syn berarti menggabungkan dan ectics berarti unsur yang berbeda. Dalam dunia keilmuan, synectics biasanya berhubungan dengan kreativitas dan pemecahan masalah, selain itu juga berhubungan dengan dinamik kelompok dalam latihan berfikir. Pada awalnya, synectics dikembangkan dalam dunia industri namun dalam perkembangannya ternyata berjaya diterapkan dalam dunia pendidikan dan dikenali sebagai salah satu model pembelajaran yang berkesan untuk mengembangkan kreativitas. 3. Model Pengajaran Latihan Kesadaran (Awareness Training) Model ini mempakan suatu model pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini dikembangkan oleh Milliam Schutz. la menekankan pentingnya pelatihan interpersonal sebagai sarana peningkatan kesadaran pribadi (pemahaman diri individu). Kunci utama prosedur pengajaran model ini didasarkan atas teori encounter. Teori ini menjelaskan metode untuk meningkatkan kesadaran hubungan antar-manusia yang didasarkan atas keterbukaan, kejujuran, kesadaran diri, tanggung jawab, perhatian terhadap perasaan diri sendiri atau orang lain, dan berorientasi pada kondisi saat ini. 4. Model Pengajaran Pertemuan Kelas (Classroom Meeting Model) William Glasser sebagai tokoh model Pertemuan Kelas ini bertolak dari pandangan psikologis, yang berasurnsi bahwa kekacauan psikologis yang dialami seseorang karena adanya campur tangan budaya atas kebutuhan vital biologis manusia berupa sex dan aggression. Kebutuhan kebutuhan vital psikologis manusia yang paling esensial ialah mencintai dan dicintai. Ketidakpuasan dalam hal cinta ini menimbulkan berbagai sindrom seperti gejala takut tanpa alasan, depresi, dan sebagainya. Di dalam kelas cinta itu menjelma dalam bentuk tanggung jawab sosial, yaitu suatu tanggung jawab untuk membantu individu-individu lainnya. Tanggung jawab ini akan membawa kepada suatu penilaian diri sendiri dan merasakan sebagai pribadi yang capable. menurut Glasser terdapat 3 (tiga) tipe perternuan kelas itu yakni sebagai berikut: (1) perternuan pemecahan masalah, (2) pertemuan open-ended, (3) perternuan diagnosis pendidikan. Ketiga tipe tersebut di atas masing-masing berbeda fokusnya. tipe pertemuan pernecahan masalah menyangkut diri sendiri dengan masalah tingkahlaku dan masalah social, tetapi dapat pula mengenai persahabatan, kesendirian dan pilihan jurusan.
C. Teori Model Pembelajaran Sosial
Belajar sosial, dikenal juga dengan belajar observasional atau belajar vicarious atau belajar dari model, yaitu: suatu proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan, penguasaan dan, dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain. Teori ini dimuncul oleh Albert Bandura th. 1950-an tentang teori belajar sosal. Belajar Sosial ini belajar dengan cara meniru dengan model-model yang dipelajarinya. Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep dari teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh model). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya. Albert Bandura mengemukakan bahwa seorang individu belajar banyak tentang perilaku melalui peniruan / modeling. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses pengamatan atau dengan modeling. a. Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap model dengan cermat. Ada dua factor yang mengatur perhatian, diantaranya ; pertama, mengamati model yang padanya kita sering mengasosiasikan diri. Kedua, model- model yang aktraktif lebih banyak diamati. Individu harus mampu membri perhatian pada model, kejadian dan unsur- unsurnya. Jika individu tidak mampu memberikan perhatian yang tepat pada suatu model, maka tidak memungkinkan untuk terjadi peniruan. Faktor-faktor penguatan, kapasitas indrawi, dan kompeleksitas kejadian yang menjadi model merupakan factor penting dalam proses perhatian ini. b. Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku model. Individu yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam system ingatannya, dimana peristiwa ini dapat ditiru jika sewaktu-waktu diperlukan atau diingini. Peristiwa yang tersimpan dalam ingatan dapat berupa pengkodean yang membantu kita mengujicobakan perilaku secara simbolis. c. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model. Setelah mengetahui atau mempelajari suatu tingkah laku, individu juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. d. Motivasional, tahapan berikutnya adalah seseorang harus memiliki motivasi untuk belajar dari model tersebut. Bandura mengidentifikasi tiga bentuk motivasi yang dapat mendorong modeling (1) pengamat mungkin memproduksi perilaku model dan menerima reinforcement langsung. (2) reinforcement tidak langsung bisa berupa vicarious reinforcement. Pengamat mungkin hanya melihat perilaku orang lain diperkuat dan produksi perilakunya meningkat. (3) self-reinforcement atau mengontrol reinforcement sendiri. Bentuk reinforcement ini penting bagi guru maupun siswa.
D. Teori Model Pembelajaran Sistem Perilaku (Behavioral)
Teori belajar behavioristik atau tingkah laku menjelaskan bahwa perubahan tingakah laku sebagai interaksi antara stimulus dan respons. Teori ini menekankan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan perilaku terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sementara respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Beberapa jenis teori belajar behavioristik antara lain adalah sebagai berikut: (a) Teori Koneksionisme oleh Thorndike, (b)Teori Pembiasaan Klasik oleh Pavlov, (c) Teori Operant Conditioning oleh Skinner, dan (d) Teori Belajar Gagne. DAFTAR PUSTAKA Mirdad, J. (2020). Model-model pembelajaran (empat rumpun model pembelajaran). Jurnal sakinah, 2(1), 14-23. Rehalat, A. (2014). Model pembelajaran pemrosesan informasi. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(2), 1-10. Model-Model Pembelajaran (Empat Rumpun Model Pembelajaran). Indonesia Jurnal Sakinah: Jurnal Pendidikan dan Sosial Islam, 2(1), 14-23. Hanip, S. P. N., Anwar, F. S., & Salim, A. (2020). Model Pengajaran Sistem Perilaku: Belajar Dari Simulasi. LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 11(2), 113-123.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita
Abraham Maslow, dari hierarki kebutuhan hingga pemenuhan diri: Sebuah perjalanan dalam psikologi humanistik melalui hierarki kebutuhan, motivasi, dan pencapaian potensi manusia sepenuhnya